SEJARAH ETNIS TIONGHOA DI KABANJAHE.

(1)

SEJARAH ETNIS TIONGHOA DI KABANJAHE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

SUSAN YOLANDA BR.GINTING 3123121055

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Susan Yolanda Br.Ginting. NIM. 3123121055. Sejarah Etnis Tionghoa di Kabanjahe. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang sejarah awal kedatangan etnis Tionghoa di Kabanjahe, serta penerimaan masyarakat pribumi pada awal kedatangan etnis Tionghoa, dan kehidupan awal etnis Tionghoa di Kabanjahe, baik dari segi mata pencaharian dan kehidupan sosial serta pelaksanaan kegiatan kerohanian etnis Tionghoa di Kabanjahe, serta bagaimana peran dan keikutsertaan etnis Tionghoa pada perjuangan kemerdekaan di Tanah Karo.

Penelitian ini mengunakan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan (Library Research) dengan mengumpulkan buku-buku, dokumen, artikel, naskah, dan sejenisnya. Selain itu untuk mendukung data, penulis juga melakukan penelitian lapangan (Field Research) dengan observasi, wawancaradan data dokumentasi yang berhubungan dengan sejarah etnis Tionghoa di Kabanjahe. Dalam penelitian ini penulis mendatangi dan mewawancarai orang-orang yang kemungkinan mengetahui tentang sejarah etnis Tionghoa serta peranannya pada perjuangan kemerdekaan di Tanah Karo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa etnis Tionghoa sudah ada di Kabanjahe padaabad ke-18 atau tahun tahun 1800-an hal ini di kuatkan oleh adanya sebuah pekong yang dijadikan sebagai tempat bersembahyang oleh etnis Tionghoa yang beralamatkan di Jalan.Irian Kabanjahe. Awal kedatangan mereka terbukti dengan dijumpainya pekong yang dipercayai adalah pemilik tanah bagi yang bersembahyang akan meminta agar semua masyarakat dijauhkan dari malapetaka, bencana alam, dan senantiasa di berikan kesehatan dan rezeki yang berkelimpahan. Etnis Tionghoa pada awal bertempat tinggal di Kabanjahe bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan petani, karena di Tiongkok dulunya etnis Tionghoa juga bermata pencaharian sebagai petani. Pada masa perjuangan kemerdekaan di Tanah Karo etnis Tionghoa juga ikut berpartisipasi sehingga ada diantaranya etnis Tionghoa yang menjadi veteran tanah Karo.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia, berkat dan anugerahNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan dengan judul “Sejarah Etnis Tionghoa di Kabanjahe”

Dalam menulis Skripsi ini penulis sudah berusaha dengan maksimal dan dengan seoptimal mungkin untuk memberikat hasil yang terbaik, dan dengan data yseakurat mungkin namun sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapakan masukan berupa saran serta kritikan yang bersifat membangun bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam melaksanakan penelitian maupun pada penulisan Skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan baik dukungan materil, motivasi dan doa serta bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial. 3. Bapak dan Ibu pembantu Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

4. Bapak Drs.Yushar Tanjung, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah UNIMED sekaligus selaku dosen pembimbing skripsi penulis


(7)

iii

yang banyak memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan pemikiran dalam menyelesaikan skripsi ini.

dan Bapak Syahrul Nizar Saragih S.Hum, M.A selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah.

5. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku dosen pembimbing akademik dan penguji penulis yang banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahaan.

6. Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, MS selaku dosen penguji ahli yang telah banyak memberikan pemikiran dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Syahrul Nizar Saragih, S.Hum, M.A selaku dosen pembanding ahli yang banyak memberikan pandangan serta masukan bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Sejarah serta tata usaha, terimakasih atas semua ilmu yang diberikan selama penulis duduk di bangku kuliah.

9. Terkhusus kepada Orangtua penulis, Bapa Kekelengen Efendi Ginting Munthe dan Nande kekelengen Sry Andria Br.Barus atas segala kasih sayang yang tak terhingga serta atas semua dukungan yang diberikan kepada penulis selama awal perkuliahan dan sampai penulisan skripsi ini dan meraih gelar Sarjana Pendidikan. Semua ini penulis persembahkan buat kedua orangtua penulis yang tercinta dan terkasih.

10.Kepada Bulang kekelengen penulis H. Barus dan Nini kekelengen penulis I.Br.Tarigan yang dalam usianya yang telah lansia namun terus


(8)

iv

mendukung dan memberikan dukungan kepada penulis. Terkhusus kepada Adinda penulis yang tercinta yaitu Corry Gibreka Br.Ginting, Gea Avanza Ginting, dan Eysy Risky agita Br.Ginting serta kepada seluruh keluarga besar penulis keluarga Bibik Tengah dan Bapak Tengah Bp.Thomi Tarigan, Keluarga Bibik Uda Nande Sandra, dan Keluarga Ginting Mergana, Bp.Tengah dan Mak Tengah yang di Kabanjahe, Kakanda Nd.Joshelin dan Abanganda Bp.Joshelin Sembiring penulis ucapkan terimakasih atas dukungan moral dan motivasi yang telah diberikan selama ini dan Terimakasih atas segala dukungan kepada penulis.

11.Kepada Bapak/ibu pegawai di Kantor Bakesbang Kabanjahe,Kantor BPS Tanah Karo, Kantor Veteran Tanah Karo, Kantor Kecamatan Kabanjahe dan Arsip Kabanjahe atas segala bantuan dalam mengurus administrasi dan data selama peneliti melakukan penelitian.

12.Kepada informan penulis bapak Alex Chandra selaku Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kepada informan Bapak Dermawan, Ibu Martalena Br.Sembiring dan Ibu Osin, bapak ashiung, bapak aseng, bapak B.tarigan, dan Bapak Telagah tarigan, dan bapak junaidi serta keluarga yang telah banyak memberikan informasi yang sesuai dengan apa yang ingin penulis peroleh dengan segala penyampaian informasi yang di sampaikan oleh informan yang di dapatkan saat penulis berkunjung ke kediaman masing-masing informan


(9)

v

13.Kepada kawan-kawan terkasih Marheni Br.Sitepu, Bere Ita Br.Sembiring, yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta mendampingi penulis pada saat penelitian .

14.Kepada Keluarga amangboru dan namboru pemilik kost Sinaga Jln.Rela No.115, pada adinda Lusiana Lauren Sinaga dan kakanda Juni Arta Tambunan terimakasih atas kebersamaan dan segala dukungan kepada penulis selama ini.

15.Spesialnya untuk Dwi Risky Adelina, Ellanda Fitri, Frieda Br.Perangin-angin yaitu Ribu kekelengen dan Lely Susana Sihombing kekelengen, yang terkhir dan yang telah berpulang terlebih dahulu dari pada kita semua alm.Elvi Rezeki yang pernah berjuang bersama-sama dengan kita (DEELFRISA) terimaksih atas dukungan dan atas semua semua yang telah kita lewati bersama-selama ini baik suka maupun duka.

16.Sahabat penulis seluruh kawan-kawan Kelas A-Reguler 2012,Imam suharyadi, Bayu Satria, Wido, Sarwendy, Hendro, Niko, Amly, Jatmiko, Rioby Tarigan, Della, Frieda, Lely, Ellanda, impalku Arifin Wiratama Manurung yang senantiasa memberikan masukan dan saran pada skripsi ini, Siti Mada, Dhiah, Dyna, Tria Ayumi, Zein, Ave Br.Tarigan, Tria Anggi, Omy, Novica, Cendana, Yeni, Desi, Yosepha, Sister Linier Togatorop S.pd, Jelita, Dewi, Debora terimakasih atas kebersamaan selama ini semoga kita bisa mengejar cita-cita masing-masing.

17.Seluruh kawan-kawan di IMKA RUDANG MAYANG FIS dan seluruh Saudara//I yang tergabung dalam IMKRIS


(10)

vi

18.Seluruh Teman-teman Pengurus Permata Klasis Barus-Sibayak Abg Janry Ridik Barus, Abg Amsal Sembiring, Kak Santa Nopa Br.Surbakti, Abg Bani Sinuhaji, Kak Enda Ulinata Simanjorang, Abg Roi Tarigan, Abg Irwan Sembiring, Abg Leo waldi Ginting, Abg Leo Chandra Tarigan, Kak Herda, Abg Agultaripa Sembiring, Kak Aidy br.Bangun dan adinda Elwina Aritonang. Serta kepada teman-teman Permata Runggun Barus Jahe yang senantiasa memberikan doa, motivasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini.

19.Teman-teman satu PPLT SMA N 1 KABANJAHE, Avrianika Br.Tarigan Susilowati,Siti Hardiyanti Br.Sembiring, Margareth Oktavia Br.Ginting Lusia Nababan, Saema, Siska Br.Tarigan, Fana Natalia Br.Tarigan, Nurlena Berutu, Nanda, Irma, mbak Wiwin, Tifri Yanti Siregar, Zeblonsius Barasa, Natanail Perangin-angin dan Liharson Simanjorang. Skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dan doa dari semua pihak. Dan kepada teman-teman dan pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu namanya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Juli 2016

Penulis

Susan Yolanda Br.Ginting NIM. 3123121055


(11)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 9

1.3Rumusan Masalah ... 9

1.4Tujuan Penelitian ... 10

1.5Manfaat penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKAdan LANDASAN TEORITIS ... 11

2.1.Kajian Pustaka ... 11

2.2.LandasanTeori ... 13

2.2.1.Sejarah Etnis ... 14

2.2.2.Konsep Perkembangan ... 16

2.2.3.Sosial-Ekonomi Etnis Tionghoa di Kabanjahe ... 17

2.3.Kabanjahe ... 21

2.4.Kerangka Berfikir ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1 Metode Penelitian ... 23

3.2 Lokasi Penelitian ... 24

3.3 Sumber Data ... 24

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 27

4.1.1 Keadaan daerah Kabanjahe ... 27


(12)

viii

4.1.3 Sejarah Etnis Tionghoa Di Indonesia ... 29

4.1.4 Kedatangan Etnis Tionghoa Ke Medan ... 31

4.2. Pembahasan ... 37

4.2.1 Sejarah Kedatangan Etnis Tionghoa di Kabanjahe ... 37

4.2.2 Komposisi Penduduk Etnis Tionghoa di Kabanjahe ... 40

4.2.3 Keterlibatan etnis Tionghoa pada masa-masa perjuangan di Tanah Karo ... 44

4.2.4 Kondisi sosial-ekonomi Etnis Tionghoa pada orde lama Di Kabanjahe ... 46

4.2.5 Kondisi sosial- ekonomi EtnisTionghoa pada orde baru Di Kabanjahe ... 47

4.2.6 Kondisi Sosial- Ekonomi etnis Tionghoa pada masa reformasi Hingga kini diKabanjahe ... 49

4.2.7 Perkembangan Pendidikan di Kabanjahe ... 51

4.2.8 Perayaan-Perayaan Besar yang dilakukan etnis Tionghoa ... 52

4.2.9 Peribadahan etnis Tionghoa di Kabanjahe ... 56

4.2.10 Organisasi Masyarakat Tionghoa di Kabanjahe ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(13)

ix

DAFTAR TABEL


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi Lampiran 2 Pedoman Wawancara Lampiran 3 Nama Informan

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian Lampiran 5 Peta Lokasi Penelitian


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah suatu negara yang terdiri dari berbagai jenis suku, ras dan agama sehingga Indonesia juga dikenal dengan negara yang multikurtural. Keragaman ini yang menjadikan Indonesia menjadi negara yang kaya akan kebudayaan yang beragam serta adanya perbedaan tradisi dan banyak perbedaan yang mendasar, namun perbedaan itu disatukan ke dalam semboyan negara Bhineka Tunggal Ika. Dari Sabang sampai merauke begitu banyak suku bangsa yang tinggal dan bernegarakan Indonesia, selain penduduk asli Indonesia ada juga diantaranya penduduk yang suku bangsa lain seperti India, Arab dan etnis Tionghoa yang telah lama berdomisili di Indonesia.Salah satu etnis yang dibahas adalah Etnis Tionghoa banyak yang merasa bahwa Etnis Tionghoa adalah pendatang yang membawa kebudayaan asing dan memiliki strata sosial yang tertutup.

Tanah Karo adalah daerah yang pada umumnya dihuni oleh suku Karo yang merupakan penduduk asli, namun ada juga suku maupun etnis pendatang yang bertempat tinggal di Tanah Karo yaitu suku Batak Toba, Nias, Simalungun, Pak-Pak, Jawa, Sunda, Minang, padang, india dan etnis Tionghoa.

Sarjani (2008:4-5) menyatakanbentuk dari dataran tinggi Tanah Karo menyerupai sebuah kuali yang sangat besar karena sangat besar karena dikelilingi oleh pegunungan dengan ketinggian 140 s/d 1400 m di atas permukaan air laut, terhampar dipunggung Bukit Barisan serta terletak pada koordinat 2o50oLU,


(16)

2

3o19oLS, 97o 55o – 98o38o BT diantara gunung-gunungnya yang terkenal adalah disebelah Utara adalah: Gunung Barus, Pinto, Sibayak, Simole, dan Sinabung, disebelah selatan terdapat gunung Sibuaten. Dari semua itu terdapat dua gunung berapi yaitu: Sibayak dan Sinabung.

Keadaan tanah berbukit-bukit serta diselang selingi oleh lembah dan padang rumput serta zat belerang yang dihembuskan oleh angin dari kedua gunung berapi mengakibatkan tanah di sekitarnya menjadi subur karena didukung oleh potensi alam tersebut maka sangat cocok untuk ditanami jeruk, kentang, kol, cabe, jeruk dan tanaman palawija lainnya.Sarjani(2008:5) menyatakan sejak zaman penjajahan Belanda dan sampai saat ini, hasil bumi dari tanah Karo seperti sayur-sayuran dan buah-buahan menjadi komoditas eksport ke Singapura. Oleh karena itu tidak mengherankan jika daerah yang subur dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bertani.

Perdana(1989:3) pada mulanya dataran tinggi Karo didiami oleh suatu suku bangsa yang kemudian meluas sampai jauh ke selatan yaitu Samosir dan Asahan. Kemudian terjadi pula kedatangan orang-orang Toba dari daerah lain seperti daerah Pak-pak kemudian ada juga imigrasi dari daerah timur dan selatan

Kabanjahe adalah ibukota kabupaten Karo,kini daerah ini dihuni oleh beberapa suku, Terdiri dari suku Karo, Batak Toba, Simalungun, Mandailing, Pak-pak, Aceh, Mandailing, Jawa, dan Tionghoa. Etnis Tionghoa terdiri dari beberapa suku dan masing-masing suku memiliki kebudayaan yang berbeda dan paguyuban yang berbeda pula.


(17)

3

Pada umumnya orang Karo dikenal hidup menjadi seorang petani yang rajin dan kebiasaan dalam menghemat untuk mengumpulkan uang dan harta demi anak cucunya, dan bagi setiap orang yang memiliki uang dan harta yang melimpah akan mendapat penghormatan dan penghargaan dengan disegani di daerah tempat tinggalnya namun bukan bermaksud untuk sombong dan pamer hanya ada kebanggaan tersendiri karena dapat menikmati hasil dari kerja keras yang mereka lakukan selama ini. Sarjani(2008:5) menyatakan lebih jauh digambarkan bahwa dalam kebiasaan menghemat dan keinginan mengumpulkan uang, orang karo mempunyai persamaan dengan etnis Tionghoa.

Kehidupan etnis tionghoa di Kabanjahe pada umumnya hidup berdampingan dengan suku yang lain terutama dengan masyarakat karo hal ini dibuktikan dengan kemampuan dan kecakapan etnis tionghoa dalam menggunakan bahasa karo dalam keseharian mereka, dan pada umumnya memiliki keturanan dari percampuran pernikahan dengan etnis Karo, sehingga banyak etnis Tionghoa yang telah menggunakan marga suku Karo namun masih menggunakan nama dari bahasa Tionghoa, dengan menggunakan bahasa karo akan mempermudah etnis Tionghoa melakukan interaksi dagang dengan masyarakat pribumi dan berkomunikasi dengan para pekerja mereka dan melakukan interaksi dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya.

Kesibukan yang dijalani etnis Tionghoa memang membuat interaksi yang sangat terbatas karena pada umumnya interaksi dapat dilakukan sesuai dengan pekerjaan mereka masing-masing seperti pedagang dengan pembeli, pemilik lahan pertanian dengan buruh pekerja yang disebut Aron (dalam bahasa Karo) pada


(18)

4

umumnya ayah atau kepala rumah tangga yang mengelola lahan pertanian atau ladang, sedangkan anak dan Istri etnis Tionghoa mengelola usaha toko mereka. Interaksi ini yang kerap terjadi, namun dikala ada waktu luang ada juga diantara etnis Tionghoa pada senja atau malam hari akan disempatkan untuk berbincang-bincang dengan masyarakat pribumi di warung kopi yang pada umumnya dilakukan oleh bapak-bapak, sedangkan untuk ibu-ibu akan melakukan arisan antara sesama pemilik toko-toko, baik toko elektronik, toko radio atau toko makanan.

Di Kabanjahe etnis Tionghoa adalah etnis yang minoritas namun mereka mampu menggerakkan perekonomian mereka dengan stabil, banyak diantaranya mampu menguasai pasar tradisional di Kabanjahemereka mampu menjual barang dagang dengan harga yang terjangkau pembeli sehingga di kalangan masyarakat dikenal dengan sistem dagang cina, dimana mereka pada umumnya hanya mendapat untung yang sedikit dari setiap barang namun barang dagangannya dapat berganti untuk dijual dan pada umunya etnis Tionghoa berdagang alat-alat perabot rumah tangga, barang pecah belah, obat-obatan, alat alat elektronik, toko pupuk dan pestisida pertanian dan membuka usaha rumah makan dan membuka toko roti sehingga persaingan tidak dapat dihindari dengan pedagang-pedagang pribumi lainnya yang menjual baraang dagangan yang sama.

Bukan hanya dalam bidang perdagangan namun dalam bidang pertanian kini juga etnis Tionghoa sudah mampu membuka lahan pertanian dalam bentuk perladangan dimana etnis Tionghoa menjadi petani buah jeruk, tomat, jahe, kentang dan sayur-mayur yang sukses dan juga usaha pembibitan.


(19)

5

Pada umumnya mereka membibit tanaman Kol, Cabe, Brokoli, wortel dan jenis-jenis lainnya dan tidak jarang hal ini yang membuat adanya kecemburuan penduduk pribumi karena akan terjadi persaingan ketat diantara para pengusaha Tionghoa dengan pengusaha Karo sehingga munculnya sikap empati kepada etnis Tionghoa, namun ada juga masyarakat pribumi yang simpatik kepada etnis tionghoa karena melihat kerja keras dan sikap memegah teguh kepercayaan dari etnis Tionghoa dan ada juga etnis Karo yang berlangganan membeli kebutuhan perabot rumah tangga, membeli obat tradisional cina, dan membeli makanan yang dijual oleh etnis tionghoa bahkan ada juga yang membeli bibit tanaman yang mereka butuhkan ke tempat pembibitan tanaman etnis tionghoa dengan persepsi jika berbelanja di usaha etnis Tionghoa maka harga lebih terjangkau dan kualitas barang terjamin serta bibit tanaman juga berkualitas.

Etnis Tionghoa yang dikenal dengan sikap kerja kerasnya serta sistem dagang yang dilakukan dengan baik, dan memegang teguh kepercayaan adalah prinsip etnis Tionghoa namun tidak jarang ada juga masyarakat pribumi yang simpatik dengan etnis Tionghoa, baik bagi mereka etnis Tionghoa yang pedagang maupun bagi mereka yang petani.

Pemukiman etnis Tionghoa telah hampir berada di seluruh daerah Kabanjahe namun pada umunya etnis Tionghoa bertempat tinggal di Ruko pajak Kabanjahe dan mereka tidak pernah tinggal sendiri atau hanya satu keluarga namun tinggal berkelompok dan tinggal di daerah yang berdekatan sedangkan lahan pertanian mereka berada di desa seperti di Singa, Kacinambun,Seribu jandi, dan Barusjahe yang pada umumnya menanam buah-buahan dan sayur- mayur.


(20)

6

Sesuai keterangan dari narasumber penulis kedatangan etnis Tionghoa di Kabanjahe pada abad ke-18 di terima dengan baik oleh etnis Karo, karena sifat etnis Karo mekade-kade (memiliki rasa persaudaraan yang tinggi) sehingga kehadiran etnis Tionghoa di Kabanjahe disambut dengan baik oleh etnis Karo, pada awal kedatangan etnis Tionghoa belum mampu untuk mendirikan rumah sendiri sehingga masih menyewa rumah- rumah kecil dan sederhana, serta bermata pencaharian sebagai petani di ladang etnis Karo, etnis Tionghoa menyewa lahan pertanian untuk bertani, ada pula diantaranya bekerja sebagai distributor tanaman jagung dan penjual garam ke daerah daerah yang jauh dari keramaian kemudian hasil panen jagung dikirim ke medan dengan mobil-mobil truk.

Dari hasil wawancara penulis dengan narasumber, Etnis Tionghoa keluar dari Tiongkok karena terjadi peperangan dan penjajahan yang dilakukan Jepang sehingga kesusahan terjadi di Tiongkok kelaparan dan kesusahan sehingga mereka pergi ke kwanton kemudian berlayar keluar dari Tiongkok, dalam pelayaran yang dilakukan dengan keadaan seadanya banyak wilayah yang disinggahi oleh etnis Tionghoa dan dalam perjalanannya banyak yang meninggal dalam perjanan, setibanya di Indonesia etnis Tionghoa mendarat di Jawa pada abad ke-15 bekerja menjadi kuli perkebunan, pada masa pemerintahan sultan deli etnis Tionghoa didatangkan dari Jawa untuk menjadi kuli di perkebunan tembakau, etnis Tionghoa menjalankan kehidupan dengan hari-hari menjadi kuli perkebunan kemudian pada akhir abad ke-17 sebahagian etnis Tionghoa dibawa ke daerah dataran tinggi karo untuk menanam kentang dan tanaman lainnya yang


(21)

7

hasilnya akan dikirim ke kesultanan yang terletak di daerah berastagi. Etnis Tionghoa dipekerjakan menjadi buruh pertanian di berastagi, keluar dari pekerjaan menjadi buruh etnis Tionghoa mencari penghidupan yang lebih layak bermodalkan kebolehan menjadi petani yang diwariskan dari nenek moyang mereka sejak dari Tiongkok dan dengan pengalaman yang diperoleh selama bekerja menjadi buruh pertanian di Berastagi.

Etnis Tionghoa di Kabanjahe mendirikan pekong tempat bersembahyang umum bagi etnis Tionghoa di Jl.Irian Kabanjahe dan di tanggapi baik dari etnis Karo, karena niat dan tujuan untuk membangun pekong ini adalah baik, yang bertujuannya supaya para pemilik tanah yaitu roh nenek moyang senantiasa memberkati dan menyertai semua orang yang tinggal di daerah Kabanjahe dan dijauhkan dari bencana alam dan wabah penyakit yang menular dan senantiasa di berkahi dengan rezeki yang berlimpah.

Pernikahan campuran terjadi di etnis Tionghoa dengan etnis Karo, hal ini di menjadi keuntungan bagi etnis Tionghoa karena dengan menikah dengan warga pribumi akan menjadikan adanya jaminan bagi etnis Tionghoa seperti diberikan kepemilikan lahan bangunan dan lahan pertanian. Karena ada kesulitan bagi etnis Tionghoa untuk dapat menjadikan hak milik suatu lahan pertanian atau bangunan karena dibatasinya kepemiliki kekayaan bagi etnis Tionghoa.

Selain keterlibatan etnis Tionghoa dalam perekonomian baik dalam perdagangan dan pertanian, etnis Tionghoa juga memungkinkan memiliki keterlibatan dalam perpolitikan dan terlibat dalam birokrasi pemerintahan baik


(22)

8

menjadi lurah atau menjadi kepala lorong, karena dilihat dari keberadaan mereka di Kabanjahe hal tersebut cukup memungkinkan.

Menurut hasil wawancara penulis dengan narasumber bapak Alex Chandra pada pemilu legislatif ada etnis Tionghoa yang ingin maju menjadi kandidat calon legislatif namun karena ongkos dan biaya menjadi caleg yang tinggi dengan pengajuan dan tawaran dengan nomor urut 1 pada suatu partai sehingga menyurutkan niat bapak Alex Chandra untuk maju karena beliau ingin memajukan daerahnya untuk menyejahterakan masyarakat dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki namun jika harus membayar dengan hal yang dimaksud tidak wajar untuk niat baik tersebut menyurutkan niat beliau untuk maju pada pilkada pada lima tahun silam. Hal ini menunjukkan bahwa etnis Tionghoa peduli untuk kemajuan tanah Karo, bukan hanya berpartisipasi menjadi relawan bencana erupsi Sinabung namun etnis Tionghoa ingin memajukan serta menyejahterakan masyarakat Tanah Karo.

Bukan hanya kekinian pada masa perjuangan di Tanah Karo banyak etnis Tionghoa yang berperan dalam peperangan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Tanah Karo khususnya sehingga ada diantaranya yang menerima penghargaan dari negara yaitu menjadi veteran Tanah Karo, karena berpartisipasi serta aktif dan memberikan sumbangsih bagi Tanah Karo.

Namun kedatangan Etnis Tionghoa ke Kabanjahe dan memilih Kabanjahe menjadi tempat tingggal mereka adalah alasan yang ingin diteliti serta bagaimana penerimaan keberadaan etnis tionghoa di kalangan masyarakat pribumi serta


(23)

9

bagaimana kelangsungan hidup Etnis Tionghoa dalam menjalankan kebudayaan mereka.

Berdasarkan uraian diatas, penulis termotivasi melakukan penelitian dengan judul “Sejarah Etnis Tionghoa di Kabanjahe”

1.2.Identifikasi Masalah

Dalam setiap penelitian, permasalahan merupakan hal yang paling utama dan disertai dengan bagaimana solusi untuk pemecahan masalah tersebut. Namun sebelumnya terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah.

Agar penelitian terkonsep dengan baik dan jelas maka perlu merumuskan masalah yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Masuknya Etnis Tionghoa di Kabanjahe 2. Perkembangan Etnis Tionghoa di Kabanjahe

3. Kegiatan ekonomi dan sosial Etnis Tionghoa di Kabanjahe

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana masuknya etnis Tionghoa ke Kabanjahe? 2. Bagaimana perkembangan Etnis Tionghoa di Kabajahe?


(24)

10 1.4. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejarah kedatangan etnis Tionghoa di Kabanjahe 2. Untuk mengetahui Perkembangan etnis Tionghoa di Kabanjahe

3. Untuk mengetahui kegiatan ekonomi dan sosial etnis Tionghoa di Kabanjahe

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, adapun manfaat yang diharapkan dalampenelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai penambahan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman bagi peneliti dan pembaca mengenai sejarah etnis Tionghoa di Kabanjahe 2. Sebagai perbandingan kepada peneliti lain yang ingin meneliti

masalah-masalah yang sama dengan tempat dan waktu yang berbeda

3. Sebagai referensi pembelajaran tentang sejarah tentang sejarah etnis Tionghoa di Kabanjahe

4. Sebagai tambahan bahan ajar bagi pendidik yang ingin mengajarkan tentang etnis Tionghoa di Kabanjahe kepada peserta didik

5. Sebagai koleksi di perpustakaan dan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca tentang etnis Tionghoa di Kabanjahe


(25)

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di atas maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat pribumi di Kabanjahe sebelum kedatangan etnis Tionghoa di Kabanjahe adalah masyarakat yang terdiri dari suku Karo, Toba, Simalungun dan Jawa.

2. Kepercayaan masyarakat pribumi pada umumnya agama pemena, Islam, Kristen Protestan dan Katholik, namun ketika etnis Tionghoa masuk ke Kabanjahe juga membawa tradisi, kebiasaan dan agama Buddha.

3. Setelah masuknya Etnis Tionghoa di Kabanjahe berkisar pada tahun 1800-an maka perkawinan campuran juga terjadi yaitu pernikahan antaradua orang yang berbeda etnis yaitu seseorang etnis Tionghoa dengan etnis Karo dan pribumi lainnya.

4. Pendirian rumah ibadah bagi etnis Tionghoa dari zaman-ke zaman memiliki gejolak yang mempengaruhi kehidupan social-ekonomi etnis Tionghoa

5. Keterlibatan etnis Tionghoa dalam peperangan dan mempertahankan kemerdekaan di Tanah Karo sebelum tahun 1945 namun aksi social kemasyarakatan terus digalang etnis tionghoa yang tergabung dalam Paguyupan Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI)


(26)

64

B. Saran

Berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analisa terhadap hasil penelitian, penelitin mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Masyarakat Setempat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan sejarah masyarakat terhadap sejarah etnis Tionghoa di Kabanjahe dan menjadi bahan refleksi atas hidup berdampingan dengan etnis yang berbeda dengan kita dan tetap menjaga sikap toleransi kepada sesama manusia dan senantiasa tetap beriman kepada Tuhan.

2. Bagi Pemerintah Setempat

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan dan tambahan dalam mewujudkan Visi dam Misi Kabupaten Karo

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang akan dilakukan serta melakukan penelitian lebih jauh dan lebih dalam lagi dari yang dikaji penulis. Meskipun penulis selanjutnya membahas dengan kajian dan dengan tempat dan waktu serta dengan orang yang berbeda serta objek yang berbeda pula namun memiliki kaitan yang sama, kiranya skripsi ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis berikutnya.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saiffudin. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Barth, Fredrik. 1969. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta:Universitas

Indonesia

Bloomfield, Frena. 1986. Dibalik Sukses Orang Cina. Jakarta:Midas Surya Rrafindo

Ginting, Perdana. 1989. Masyarakat Karo Dewasa ini. Medan Gordon, S. 1995. Jiwa Kapitalisme Cina. Jakarta:Abdi Tandur

Haliman.1957. Sumbangan untuk Mempeladjari Pertentangan Antara Golongan-Golongan di Sumatera Utara. Medan:Universitas Sumatera Utara

Hamzah, Alfian. 1998. Kapok Jadi Nonpri. Bandung:Zaman Wacana Mulia Koentjaranigrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:Djambatan Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi. Jakarta:PT Rineka cipta

Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan etnisitas batak dan melayu di sumatera timur. Bogor: Grafika Mardi Yuana

Reid,Antony. 2010. Menuju Sejarah Sumatera. Jakarta:Obor Indonesia Sa’dun.Moch. 1999. Pri-Non Pri. Jakarta:Adikarya

Sinar,Lukman. 2013. Kedatangan Imigran-Imigran China ke Pantai Timur Sumatera abad-19. Sumut:Forkala

Sjamsudin,Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta:Ombak Stedenatlas Nederlands Indies, J R Van Diessen R.P.G.A Voskuil

Syarif,Kemali. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Medan:Unimed Press Tan,Melly. 2008. Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta:Obor Indonesia

Tarigan,Sarjani. 2008. Dinamika Orang Karo Budaya dan Modernisme. Medan: perumnas simalingkar


(28)

Tarigan,Sanjani. 2009. Lentera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya. Medan:Perumnas Simalingkar

Tim jurusan pendidikan ekonomi unimed (2011:13) Infokabanjahe.blogspot.com

http://infokabanjahe.blogspot.co.id/2011/10/zaman-mulih-mengongsi-dan-masa-keemasan.html


(1)

bagaimana kelangsungan hidup Etnis Tionghoa dalam menjalankan kebudayaan mereka.

Berdasarkan uraian diatas, penulis termotivasi melakukan penelitian dengan judul “Sejarah Etnis Tionghoa di Kabanjahe”

1.2.Identifikasi Masalah

Dalam setiap penelitian, permasalahan merupakan hal yang paling utama dan disertai dengan bagaimana solusi untuk pemecahan masalah tersebut. Namun sebelumnya terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah.

Agar penelitian terkonsep dengan baik dan jelas maka perlu merumuskan masalah yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Masuknya Etnis Tionghoa di Kabanjahe 2. Perkembangan Etnis Tionghoa di Kabanjahe

3. Kegiatan ekonomi dan sosial Etnis Tionghoa di Kabanjahe

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana masuknya etnis Tionghoa ke Kabanjahe? 2. Bagaimana perkembangan Etnis Tionghoa di Kabajahe?


(2)

10 1.4. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejarah kedatangan etnis Tionghoa di Kabanjahe 2. Untuk mengetahui Perkembangan etnis Tionghoa di Kabanjahe

3. Untuk mengetahui kegiatan ekonomi dan sosial etnis Tionghoa di Kabanjahe

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, adapun manfaat yang diharapkan dalampenelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai penambahan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman bagi peneliti dan pembaca mengenai sejarah etnis Tionghoa di Kabanjahe 2. Sebagai perbandingan kepada peneliti lain yang ingin meneliti

masalah-masalah yang sama dengan tempat dan waktu yang berbeda

3. Sebagai referensi pembelajaran tentang sejarah tentang sejarah etnis Tionghoa di Kabanjahe

4. Sebagai tambahan bahan ajar bagi pendidik yang ingin mengajarkan tentang etnis Tionghoa di Kabanjahe kepada peserta didik

5. Sebagai koleksi di perpustakaan dan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca tentang etnis Tionghoa di Kabanjahe


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di atas maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat pribumi di Kabanjahe sebelum kedatangan etnis Tionghoa di Kabanjahe adalah masyarakat yang terdiri dari suku Karo, Toba, Simalungun dan Jawa.

2. Kepercayaan masyarakat pribumi pada umumnya agama pemena, Islam, Kristen Protestan dan Katholik, namun ketika etnis Tionghoa masuk ke Kabanjahe juga membawa tradisi, kebiasaan dan agama Buddha.

3. Setelah masuknya Etnis Tionghoa di Kabanjahe berkisar pada tahun 1800-an maka perkawinan campuran juga terjadi yaitu pernikahan antaradua orang yang berbeda etnis yaitu seseorang etnis Tionghoa dengan etnis Karo dan pribumi lainnya.

4. Pendirian rumah ibadah bagi etnis Tionghoa dari zaman-ke zaman memiliki gejolak yang mempengaruhi kehidupan social-ekonomi etnis Tionghoa

5. Keterlibatan etnis Tionghoa dalam peperangan dan mempertahankan kemerdekaan di Tanah Karo sebelum tahun 1945 namun aksi social


(4)

64 B. Saran

Berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analisa terhadap hasil penelitian, penelitin mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Masyarakat Setempat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan sejarah masyarakat terhadap sejarah etnis Tionghoa di Kabanjahe dan menjadi bahan refleksi atas hidup berdampingan dengan etnis yang berbeda dengan kita dan tetap menjaga sikap toleransi kepada sesama manusia dan senantiasa tetap beriman kepada Tuhan.

2. Bagi Pemerintah Setempat

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan dan tambahan dalam mewujudkan Visi dam Misi Kabupaten Karo

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang akan dilakukan serta melakukan penelitian lebih jauh dan lebih dalam lagi dari yang dikaji penulis. Meskipun penulis selanjutnya membahas dengan kajian dan dengan tempat dan waktu serta dengan orang yang berbeda serta objek yang berbeda pula namun memiliki kaitan yang sama, kiranya skripsi ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis berikutnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saiffudin. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Barth, Fredrik. 1969. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta:Universitas

Indonesia

Bloomfield, Frena. 1986. Dibalik Sukses Orang Cina. Jakarta:Midas Surya Rrafindo

Ginting, Perdana. 1989. Masyarakat Karo Dewasa ini. Medan Gordon, S. 1995. Jiwa Kapitalisme Cina. Jakarta:Abdi Tandur

Haliman.1957. Sumbangan untuk Mempeladjari Pertentangan Antara Golongan-Golongan di Sumatera Utara. Medan:Universitas Sumatera Utara

Hamzah, Alfian. 1998. Kapok Jadi Nonpri. Bandung:Zaman Wacana Mulia Koentjaranigrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:Djambatan Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi. Jakarta:PT Rineka cipta

Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan etnisitas batak dan melayu di sumatera timur. Bogor: Grafika Mardi Yuana

Reid,Antony. 2010. Menuju Sejarah Sumatera. Jakarta:Obor Indonesia Sa’dun.Moch. 1999. Pri-Non Pri. Jakarta:Adikarya

Sinar,Lukman. 2013. Kedatangan Imigran-Imigran China ke Pantai Timur Sumatera abad-19. Sumut:Forkala

Sjamsudin,Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta:Ombak Stedenatlas Nederlands Indies, J R Van Diessen R.P.G.A Voskuil


(6)

Tarigan,Sanjani. 2009. Lentera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya. Medan:Perumnas Simalingkar

Tim jurusan pendidikan ekonomi unimed (2011:13) Infokabanjahe.blogspot.com

http://infokabanjahe.blogspot.co.id/2011/10/zaman-mulih-mengongsi-dan-masa-keemasan.html