Simulasi model sistem dinamis rantai pasok kentang dalam upaya ketahanan pangan nasional

(1)

SIMULASI MODEL SISTEM DINAMIS RANTAI

PASOK KENTANG DALAM UPAYA KETAHANAN

PANGAN NASIONAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian (S.P)

Oleh :

MUHAMMAD AMINUDIN

109092000038

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

SIMULASI MODEL SISTEM DINAMIS RANTAI

PASOK KENTANG DALAM UPAYA KETAHANAN

PANGAN NASIONAL

MUHAMMAD AMINUDIN 109092000038

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 06 Mei 2014


(4)

(5)

ABSTRAK

Muhammad Aminudin Simulasi Model Sistem Dinamis Rantai Pasok Kentang Dalam Upaya Ketahanan Pangan Nasional. Di bawah bimbingan Akhmad Mahbubi S.P, MM dan Rizki Adi Puspita Sari, S.P MMA.

Kentang memiliki peranan penting dalam pengembangan diversifikasi pangan. Perlu ada kajian untuk melihat dan memprediksi keberlanjutan pengembangan industri kentang Indonesia dengan melihat kepada 3 aspek, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan sebagai aspek utama dalam pengembangan manajemen rantai pasok. Penelitian ini diawali dengan identifikasi model dasar rantai pasok dan permasalahan industri kentang. Selanjutnya, dianalisis dengan pendekatan sistem dinamis dan pemodelan dalam tahapan pemecahan masalah. Untuk melihat perilaku sistem dilakukan pemodelan dan simulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem industri kentang nasional lintas sektoral karena meliputi berbagai institusi yang terkait, seperti sub sistem konsumsi kentang terkait dengan masalah kependudukan dan pendapatan masyarakat sedangkan sub-sistem pasokan terkait dengan masalah luas lahan dan budidaya pertanian. Perilaku sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun ke depan dilihat dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan adalah menggunakan skenario peningkatan produktivitas kentang sebesar 10% per tahun. Penggunaan pestisida berbahan kimiawi pada lahan pertanian kentang awal 2013 sebanyak 2.373 meningkat menjadi 2.380 pada tahun berikutnya. Selain itu, dari aspek ekonomi, pendapatan petani meningkat dari mulai Rp. 963 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp 970 miliar pada tahun berikutnya yang bisa dicapai oleh industri kentang. Peningkatan produktivitas kentang dapat menambah tenaga kerja di lahan pertanian dan peluang untuk mengentas pengangguran dan urbanisasi di daerah sebagai indikator aspek sosial.


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya

dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Simulasi Model Sistem Dinamis Rantai Pasok Kentang dalam Upaya Ketahanan Pangan Nasional” ini. Shalawat serta salam selalu kami curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, para shahabat dan keluarga beliau yang kita nantikan

syafaatnya kelak.

Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian (S.P). Adapun penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua yang telah berjasa dalam membantu dan mendukung didalam proses

pembuatan skripsi ini terutama kepada kedua orangtua penulis Bapak Tamrin dan

Ibu Khadliroh serta kakak-kakaku tersayang Istiqomah, Asmaul Husna,

Mohtarom, Nur Hikmah, Muhammad Ridlwan, Qomaruddin dan juga adikku

tercinta Uyunul Fauziyah yang tidak pernah bosan mencurahkan cinta kasih sayang dan do’anya yang selalu mengiringi penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang telah memberikan dana penelitian kepada penulis melalui program “Indofood Riset Nugraha periode 2013 -2014”.

2. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P. MM, selaku dosen pembimbing I yang


(7)

penulis. Semoga bapak selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam

lindungan-Nya.

3. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, S.P. MMA selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dorongan dan masukan

kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga ibu selalu

diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan-Nya.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, Bapak Prof. Dr. Ir. Budi Prasetyo

Widyobroto dan Bapak Prof. Dr. Ir. Eko Handayanto, M.Sc yang telah

memberikan saran dan masukan saat audit hasil penelitian kepada penulis

sampai selesainya penyusunan laporan ini.

5. Bapak Dr. Ir Ahmad Riyadi Wastra selaku penguji I dalam sidang

munaqosah yang telah bersedia memberikan waktunya dan mengarahkan

penulis. Semoga bapak selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam

lindungan-Nya, Aamiin.

6. Drs. Acep Muhib, MM, selaku penguji II dalam sidang munaqosah yang

telah bersedia memberikan waktunya dan mengarahkan penulis. Semoga

bapak selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan-Nya,

Aamiin.

7. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik

yang telah bersedia memberikan waktu luang dan arahan kepada penulis.

Semoga ibu selalu diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan-Nya,

Aamiin.

8. Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi


(8)

9. Teman-teman seperjuangan program Studi Agribisnis angkatan 2009

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang sangat kompak dan tiada duanya,

mudah-mudahan tali silaturahmi tetap terjaga satu sama lain. Aamiin.

10.Rekan dan sahabat penulis dari Ikatan Remaja Masjid Fatullah

(IRMAFA), Racana Fatahillah-Nyi Mas Gandasari (PRAMUKA), dan

Himpunan Mahasiswa dan Alumni Al Hikmah (HIMMAH) yang telah

memberikan pengalaman berharga selama penulis menjalankan kegiatan

sebagai mahasiswa di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Jakarta, Mei 2014


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Peneitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketahanan Pangan ... 7

2.2 Manajemen Rantai Pasok ... 9

2.3 Rantai Pasok Sebagai Sebuah Sistem ... 11

2.4 Sistem Dinamis ... 14

2.5 Pemodelan ... 16

2.6 Penelitian Terdahulu ... 18

2.7 Kerangka Konseptual ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 21

3.2 Jenis dan Sumber ... 21

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 22

3.3.1 Perumusan dan Pendefisian Masalah ... 22

3.3.2 Penyusunan Sistem Konseptual ... 22


(10)

3.3.4 Simulasi dan Validasi Model ... 31

3.3.5 Analisis Kebijakan atau Keputusan dan Perbaikan ... 33

BAB VI GAMBARAN UMUM INDUSTRI KENTANG NASIONAL 4.1 Produksi Kentang ... 37

4.2 Pasokan Kentang ... 39

4.3 Konsumsi Kentang ... 40

4.4 Ekspor-Impor Kentang ... 42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Dasar Rantai Pasok Kentang dan Permasalahan pada Agribisnis Kentang... 44

5.1.1 Sistem Dasar Rantai PasokKentang ... 44

5.1.2 Permasalahan Industri Kentang Nasional ... 46

5.2 Konseptual Sistem dan Formulasi Model Rantai Pasok Kentang .. 52

5.2.1 Konseptual Sistem Rantai Pasok Kentang ... 52

5.2.2 Formulasi Model Rantai Pasok Kentang ... 55

5.2.3 Verifikasi dan Validasi Model ... 63

5.3 Perilaku Sistem Rantai Pasok Kentang untuk 10 Tahun Ke Depan ... 64

5.3.1 Skenario Tanpa Perubahan Kebijakan ... 64

5.3.2 Skenario Peningkatan Produktivitas ... 68

5.3.3 Skenario Perluasan Lahan Kentang ... 72

5.3.4 Skenario Peningkatan Produktivitas dan Perluasan Lahan .... 76

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 81

6.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang Berdasarkan Provinsi


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal

1. Produksi dan Konsumsi Kentang Nasional Tahun 2007-2012 ... 3

2. Kerangka Konseptual ... 20

3. Dugaan Model Rantai Pasok Kentang ... 23

4. Urutan Komputasi Simulasi Sistem Dinamik ... 25

5. Tahapan Pengolahan Data ... 34

6. Pohon Industri Kentang ... 36

7. Pemetaan Elemen Sistem Rantai Pasok Kentang ... 53


(13)

DAFTAR GRAFIK

Nomor Keterangan Hal 1. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Tanpa Perubahan

Kebijakan ... 65 2. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Tanpa Perubahan Kebijakan ... 66 3. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Tanpa Perubahan

Kebijakan ... 67 4. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Tanpa Perubahan

Kebijakan ... 68 5. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Peningkatan

Produktivitas ... 69 6. Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Peningkatan Produktivitas ... 70 7. Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Peningkatan

Produktivitas ... 71 8. Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Peningkatan Produktivitas 72 9. Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Perluasan Lahan... 73 10.Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Perluasan Lahan ... 74 11.Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Perluasan Lahan .. 75 12.Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Perluasan Lahan ... 76 13.Hasil Simulasi Produksi dan Konsumsi Kentang-Peningkatan

Produktivitas dan Perluasan Lahan Kentang ... 77 14.Hasil Simulasi Hari Orang Kerja-Peningkatan Produktivitas dan

Perluasan Lahan Kentang ... 78 15.Hasil Simulasi Pendapatan Rumah Tangga Kentang-Peningkatan

Produktivitas dan Perluasan Lahan Kentang ... 79 16.Hasil Simulasi Pencemaran Agroekosistem-Peningkatan Produktivitas


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Uji Validasi Luas Panen Kentang ... 87 2. Uji validasi produksi kentang ... 87


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi,

sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Kecukupan

pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang strategis. Sejarah telah

membuktikan bahwa ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan

sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan nasional.

Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia menyebabkan tekanan pada

perkembangan sektor pertanian sangat tinggi, berkurangnya aspek budaya

pertanian menyebabkan sektor pertanian kurang diminati oleh anak muda

Indonesia. Salah satu usaha menghindari krisis pangan di Indonesia dilakukan

pemerintah dengan mengambil langkah atau melalui diversifikasi pangan sebagai

langkah awal pemenuhan ketahanan pangan nasional.

Diversifikasi pangan merupakan salah satu upaya dukungan mewujudkan

ketahanan pangan yang telah diprogramkan Kementerian Pertanian. Langkah ini

merupakan realisasi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah RI nomor 68 Tahun

2002 tentang ketahanan pangan dan Undang-undang RI nomor 18 Tahun 2012

tentang pangan. Penganeka-ragaman pangan pada dasarnya diarahkan untuk

mendukung terjaminnya ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi

dan beragam, serta tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau

oleh daya beli masyarakat. Upaya ini sangat penting untuk mengatasi masalah

ketergantungan pada satu bahan pangan pokok (beras/padi) saja, salah satunya


(16)

2

Kentang merupakan salah satu pangan utama dunia setelah gandum,

jagung dan padi. Tingginya nilai gizi menyebabkan kentang banyak diproduksi di

berbagai wilayah, termasuk daerah yang kurang produktif (Rubatzky dan

Yamaguchi, 1998) seperti Indonesia. Kentang termasuk ke dalam 35 komoditas

unggulan nasional yang mendapat prioritas pengembangan oleh pemerintah.

Kentang tergolong bahan makanan yang kaya nutrisi dan semakin meningkat

kebutuhannya. Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki

peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dan perdagangan

internasional dari sekian banyak komoditas pada subsektor hortikultura. Kentang

termasuk sumber karbohidrat yang diketahui memiliki kandungan gizi tinggi.

Bagian yang dapat dimakan dari kentang menurut kajian Neraca Bahan Makanan

(NBM) adalah sebesar 84%. Zat-zat gizi makanan yang terkandung dalam 100

gram kentang adalah kalori 62 kkal, protein 2,10 gram, dan lemak 0,2 gram,

sehingga bisa dijadikan sebagai salah satu bahan diversifikasi pangan. (Pusat Data

dan Informasi Pertanian, 2013)

Kentang memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung

program diversifikasi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik mulai tahun 2003-2012 produksi kentang

nasional cenderung stagnan dan dibawah angka konsumsi kentang nasional

(Gambar 1). Peningkatan produksi kentang ini terjadi akibat pertambahan luas

areal tanam maupun areal panen, berkembangnya penerapan teknologi produksi,


(17)

3

Gambar 1. Produksi dan Konsumsi Kentang Nasional Tahun 2003-2012

Sumber : BPS (2013)

Kebutuhan komoditi kentang meningkat setiap tahun terutama untuk

rumah tangga dan industri. Kentang selain sebagai sayur-mayur juga

dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pengolahan, sehingga produk olahan

kentang mempunyai nilai jual/tambah lebih tinggi dan harga lebih mahal daripada

hanya dimanfaatkan sebagai sayur-mayur. Meningkatnya kebutuhan akan kentang

disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk, adanya perubahan pola makan

dan diversifikasi pangan masyarakat Indonesia, serta memenuhi kebutuhan luar

negeri.

Dalam rangka pemenuhan ketersediaan pangan terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi seperti faktor produksi dan faktor permintaan. Keterkaitan

antar faktor dalam upaya ketahanan pangan bersifat kompleks, dinamis dan

probabilistik. Perlu dilakukan suatu distribusi pangan melalui manajemen rantai

pasok (supply chain management) kentang yaitu pengelolaan terhadap aliran

material dan informasi serta modal yang mengikutinya dari awal sampai akhir

mata rantai agribisnis kentang untuk mengoptimalkan pemenuhan kebutuhaan

setiap entitas didalam rantai pasok kentang. Upaya pengelolaan rantai pasok

berjalan efektif dan efisien jika sistem dasar dan perilaku sistem rantai pasok 0

1,000 2,000 3,000 4,000

to

n

Tahun


(18)

4

kentang memperhatikan keberlanjutan baik dari aspek ekonomi, sosial dan

lingkungan.

1.2Perumusan Masalah

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan berubahnya gaya hidup serta

preferensi konsumsi pangan masyarakat telah memicu meningkatnya permintaan

kentang dipasar domestik. Pertumbuhan permintaan kentang dari tahun ke tahun

semakin meningkat baik dalam bentuk kentang sayur maupun kentang industri.

Banyaknya konsumsi permintaan kentang sebagai konsumsi sayur, olahan

kentang beku, kentang untuk industri maupun kentang sebagai bahan untuk

mendapatkan karbohidrat pengganti beras. Komoditas kentang merupakan salah

satu jenis tanaman umbi yang dapat memproduksi makanan bergizi lebih banyak

dan lebih cepat, namun membutuhkan hamparan lahan lebih sedikit dibandingkan

dengan tanaman pangan utama lainnya, seperti padi. Lebih dari 85% bagian

tanaman dapat dimakan, dibandingkan dengan yang hanya 50% dari bagian

tanamannya.

Di Indonesia kentang sudah mulai dikonsumsi sebagai makanan alternatif

yang disukai dalam bentuk kentang goreng atau potato chips sebagai makanan

ringan dan banyak rumah makan siap saji yang menawarkan kentang sebagai

menu utama menggantikan nasi. Dibutuhkan suatu manajemen atau pengelolaan

yang baik agar pasokan atau ketersediaan pangan nasional tercukupi dalam rangka

pemerataan kebutuhan pangan nasional. Melalui model dinamis rantai pasok

kentang, maka manajemen rantai pasok kentang nasional bisa berjalan baik


(19)

5

pangan nasional dapat tercapai. Berdasarkan uraian terebut, maka perumusan

masalah dibuat dalam bentuk pemodelan sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem dasar rantai pasok dan permasalahan pada agribisnis

kentang dalam pencapaian ketahanan pangan nasional?

2. Bagaimana konsepsi sistem dan formulasi model rantai pasok kentang

dalam pencapaian ketahanan pangan nasional?

3. Bagaimana perilaku sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun kedepan

dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Mengidentifikasi sistem dasar rantai pasok dan permasalahan pada

agribisnis kentang dalam ketahanan pangan nasional.

2. Mengetahui sistem dan formulasi model rantai pasok kentang untuk

pencapaian ketahanan pangan nasional.

3. Mengetahui perilaku sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun kedepan

dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

1. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

pertanian dan meningkatnya pengetahuan mengenai sistem dinamis

agribisnis kentang dari perspektif manajemen rantai pasok dalam upaya


(20)

6

2. Bagi lembaga pendidikan, memberikan sumbangan ilmu pengetahuan

dalam rangka tercapainya ketahanan pangan nasional.

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan untuk pengambilan kebijakan dalam

terwujudnya ketahanan pangan nasional.

4. Bagi masyarakat umum, mengetahui rantai pasok kentang dilihat dari

aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya sebatas mempelajari manajemen rantai

pasok kentang di Indonesia menggunakan deret waktu data sekunder pasokan


(21)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketahanan Pangan

Pengertian pangan sebagaimana dimaksud dalam Undang undang tentang

pangan No. 18 Tahun 2012, adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati

produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan peternakan, perairan dan air,

baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku

pangan, dan bahan baku lain yang digunakan dalam proses penyiapan,

pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

Organisasi pangan sedunia (FAO), dan organisasi kesehatan sedunia

(WHO), mengartikan bahwa ketahanan pangan berarti akses setiap rumah tangga

atau individu untuk memperoleh pangan setiap saat untuk keperluan hidup yang

sehat. Pencapaian ketahanan pangan di Indonesia terkait dengan salah satu tujuan

UUD 1945 dalam alinea keempat yaitu mencapai kesejahteraan umum.

Ketersediaan pangan yang memadai mengacu pada pangan yang cukup dan

tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga.

Stabilitas merujuk pada kemungkinan rumah tangga mampu mencukupi

ketersediaan pangan dan frekuensi makan anggotanya dalam sehari. Akses

terhadap pangan mengacu pada kenyataan bahwa masih banyak masyarakat yang

mengalami kelaparan karena ketidakadaan sumberdaya untuk memproduksi

pangan atau ketidakmampuan untuk membeli pangan sesuai kebutuhan rumah


(22)

8

Menurut PP No. 68 tahun 2002 ketahanan pangan pada tingkat nasional

dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh

penduduknya memperoleh pangan yang cukup, baik secara kualitas maupun

kuantitas yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada

keragaman sumberdaya lokal. Ketahanan pangan secara mikro dapat diartikan

terpenuhinya kebutuhan pangan setiap rumah tangga untuk menjalani hidup yang

sehat dan aktif. Tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah menjamin

ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi

seimbang, baik pada tingkat nasional, daerah, hingga rumah tangga. Aspek

keberlanjutan ketahanan pangan yang identik dengan kebijakan dan strategi

peningkatan kemandirian pangan nasional merupakan hal yang harus

diperhatikan.

Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas

nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial.

Ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat

ini dan masa mendatang. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan

rumah tangga yang tercermin dari tersediaanya pangan yang cukup, baik jumlah

maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ukuran ketahanan pangan dari

sisi swasembada (kemandirian) dapat dilihat dari ketergantungan ketersediaan

pangan nasional pada produksi pangan dalam negeri. Konsep swasembada

(kemandirian) diskenariokan sebagai kondisi dimana kebutuhan pangan nasional

minimal 90 persen dipenuhi dari produksi dalam negeri (Suryana, 2004).

Konsep ketahanan pangan (food security) lebih luas dibandingkan dengan


(23)

9

produksi bahan pangan (Arifin, 2004). Ketahanan pangan minimal mengandung

dua unsur pokok, yaitu ketersediaan pangan dan aksestabilitas masyarakat

terhadap pangan tersebut. Salah satu dari unsur diatas tidak terpenuhi, maka suatu

negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik.

Ketahanan pangan masih dikatakan rapuh jika akses individu untuk memenuhi

kebutuhan pangannya tidak merata walaupun pangan tersedia cukup di tingkat

nasional dan regional. Aspek distribusi bahan pangan sampai ke pelosok rumah

tangga pedesaan yang mencakup fungsi tempat, ruang dan waktu juga tidak kalah

pentingnya dalam upaya memperkuat strategi ketahanan pangan.

2.2 Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

Supply Chain Management (SCM) atau disebut juga manajemen rantai

pasok adalah suatu pengelolaan terhadap aliran material dan aliran informasi serta

modal yang mengikutinya dari awal sampai akhir mata rantai bisnis untuk

mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan setiap entitas di dalam rantai pasok

tersebut. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam rantai tersebut tidak bisa berdiri

sendiri karena mereka saling berkaitan satu dengan yang lain, seperti pengadaan

material, pengubahan material menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan

distribusi serta penyimpanan apabila diperlukan.

Aktivitas dalam SCM terdiri dari pengadaan, pengubahan dan distribusi.

Pengadaan merupakan aktivitas yang dilakukan mendapatkan bahan baku seperti

membeli, mengadakan kerjasama dengan supplier atau membuat sendiri bahan

baku yang dibutuhkan perusahaan. Pengubahan adalah aktivitas pemberian nilai

tambah pada input menjadi output melalui proses produksi dan distribusi


(24)

10

Manajemen rantai pasok yang bersangkutan dengan manajemen arus

barang dan informasi melalui rantai nilai dari bahan akuisisi untuk konsumsi

akhir. Manajemen rantai pasok adalah tentang mendapatkan produk yang tepat,

dalam jumlah yang tepat, pada kualitas yang tepat, di tempat yang tepat pada

waktu yang tepat, untuk pelanggan yang tepat pada waktu yang tepat. Manajemen

rantai pasok mengambil banyak fungsi bisnis seperti peramalan, manajemen

persediaan, manajemen pembelian, manajemen gudang, teknologi informasi dan

manajemen transportasi.

Keberhasilan SCM terletak pada kemauan untuk berbagi informasi dan

koordinasi antar unit atau fungsi atau sub sistem dalam sebuah sistem rantai

pasok. Berbagi informasi tidak hanya dapat mengurangi biaya tetapi keuntungan

ekonomi yang paling utama adalah terciptanya koordinasi pengambilan keputusan

dalam rantai pasok (Sahin dan Robinson, 2005). Koordinasi pada rantai pasok

dapat ditingkatkan apabila setiap aktivitas pengambilan keputusan bersama untuk

meningkatkan laba total rantai pasok. Aliran informasi yang bergerak di dalam

rantai pasok mengalami distorsi karena tidak semua informasi yang lengkap

dibagikan kepada aktivitas lain.

Kesenjangan dalam koordinasi (lack of coordination) akan mengakibatkan

kinerja rantai pasok rendah. Ketidaksesuaian antara permintaan dan pasokan

mengakibatkan timbulnya biaya karena di luar persediaan, pengiriman, iklan,

persiapan penjualan, dan kelebihan inventori. Sebaliknya, dengan adanya

koordinasi yang baik dalam rantai pasok akan memberikan manfaat meliputi

menghilangkan kelebihan inventori, pengurangan waktu, meningkatkan


(25)

11

biaya manufaktur yang rendah, meningkatkan fleksibilitas untuk mengakomodasi

dari ketidakpastian permintaan, dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan.

Koordinasi menjadi suatu yang sangat penting untuk menuju integrasi operasi

rantai pasok dalam mencapai tujuan bersama (Arshinder dalam Widodo, 2010).

2.3 Rantai Pasok Sebagai Sebuah Sistem

Menurut Blanchard dalam Widodo, (2010) mendefinisikan sistem sebagai

sebuah susunan atau kombinasi entitas-entitas atau bagian-bagian yang saling

berkaitan membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Tidak semua susunan

benda acak yang terletak pada suatu tempat dapat dikategorikan sebagai susunan

entitas yang memiliki hubungan antar entitas, namun tidak bisa dikatakan sebagai

sistem karena tidak adanya kesatuan, hubungan fungsional dan tujuan yang

bermanfaat. Entitas yang menyusun sebuah sistem meliputti komponen

(component), atribut (atribute) dan hubungan (relationship). Komponen adalah

bagian operasi sistem yang meliputi input, proses dan output. Atribut adalah

karakteristik atau gambaran tentang komponen sistem. Sedangkan hubungan

adalah keterkaitan antar komponen dan atribut.

Rantai pasok adalah sistem input organisasi menyalurkan barang produksi

dan jasanya kepada pelanggannya (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Persediaan

rantai adalah suatu jaringan dari organisasi yang saling tergantung dan

dihubungkan satu sama lain dan bekerjasama untuk mangendalikan, mengatur,

dan meningkatkan aliran material dan informasi dari para penyalur ke pemakai

akhir. Manajemen rantai pasok adalah koordinasi yang sistematis dan strategis

dari fungsi bisnis tradisional dalam suatu perusahaan dan lintas bisnis dalam


(26)

12

perusahaan dan rantai pasok secara keseluruhan (Mentzer, 2001).

Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam rantai tersebut tidak bisa berdiri sendiri karena

mereka saling berkaitan satu dengan yang lain, seperti pengadaan material,

pengubahan material menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan distribusi

serta penyimpanan apabila diperlukan.

Penyusunan struktur program ini menggunakan perangkat lunak Powersim

Sistem rantai pasokan adalah serangkaian aktivitas bisnis perusahaan dalam

pemenuhan pasokan meliputi proses dari penyediaan pasokan sampai penyaluran

pasokan tersebut sampai ke tangan konsumen akhir rantai pasok tersusun oleh

sejumlah entitas yang saling berinteraksi melalui pola interaksi yang khas sesuai

dengan struktur yang terbentuk. Struktur yang terbentuk pada sejumlah entitas

yang terlibat dalam rantai pasok akan berpengaruh dan menentukan kompleksitas

sebuah rantai pasok. Entitas-entitas tersebut saling berinteraksi guna mencapai

tujuan bersama, yaitu konsumen akhir. Karakteristik rantai pasok ini

menggambarkan dan menegaskan bahwa rantai pasok adalah sebuah sistem.

Sistem merupakan rangkaian atau susunan dari elemen-elemen yang saling

berkaitan satu dengan yang lain guna mencapai tujuan bersama. Di dunia ini

segala sesuatu bisa disebut sebagai sistem, mulai dari sistem yang sederhana,

hingga sistem yang sangat luas dan kompleks yang tersusun atas berbagai sistem

yang sederhana. Agribisnis juga merupakan sistem yang terdiri dari sub-sistem

dari hulu hingga hilir.

Rantai pasok memenuhi kriteria struktur sebagai sebuah sistem. Menurut

Min dan Zhou dalam Widodo (2010) Rantai pasok merupakan sebuah sistem


(27)

13

harus menyeluruh. Pola berpikir yang parsial tidak akan menjadikan kontribusi

untuk kemajuan rantai pasok. Seluruh komponen sistem harus dipandang sebagai

satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ketimpangan pada salah satu komponen

saja akan menjadikan gangguan pada sistem secara keseluruhan sehingga

menjauhkan dari tujuan bersama yang ingin dicapai. Analisis pada sebuah rantai

pasok bisa berdampak pula pada rantai pasok-rantai pasok yang lain. Tujuan dari

sebuah studi ataupun analisis sebuah rantai pasok bukanlah untuk meningkatkan

kinerja salah satu entitas saja hingga mencapai kinerja tertinggi, tetapi

peningkatan proporsional secara menyeluruh pada seluruh entitas mulai dari hulu

hingga hilir.

Antar komponen sistem dapat terjalin hubungan-hubungan tertentu yang

dapat membedakan antara sistem statis dan sistem dinamis, namun tidak semua

komponen sistem melakukan tindakan atau memiliki aktivitas. Sistem statis

memiliki struktur komponen yang tidak melakukan aktivitas, misalnya sistem

jembatan, sistem gedung dan sebagainya. Sistem dinamis mengkombinasikan

struktur komponen-komponen yang memiliki aktivitas, misalnya sistem aliran

sungai, sistem kerja mesin, sistem sosial dan sebagainya. Kedinamisan sebuah

sistem ditunjukkan oleh perubahan kondisi sistem sebagai reaksi terhadap

berubahnya waktu.

Karakter tersebut dimiliki oleh sebuah rantai pasok dalam aktivitas yang

dilakukannya setiap waktu. Kedinamisan terjadi pada aktivitas yang terjadi antar

entitas antar level maupun aktivitas yang terjadi di dalam entitas sendiri.

Kedinamisan rantai pasok padasebuah industri, misalnya ditunjukkan oleh tingkat


(28)

14

waktu serta pengaruh yang ditimbulkannya terhadap aktivitas yang lain, misalnya

kebijakan pengadaan, produksi dan pengiriman.

2.4 Sistem Dinamis

Sistem dinamik adalah sebuah disiplin ilmu yang digagas oleh Professor

MIT (Massachusetts Institute of Technology), Jay W. Foresster (1956). Sistem

dinamik digunakan untuk menghindari penggunaan model mental. Sistem

dinamik menawarkan sebuah sumber umpan-balik secara langsung dan segera

kepada kita untuk menguji asumsi-asumsi yang ada dalam model mental dari

sebuah realita dengan menggunakan stimulasi komputer.

Sistem dinamik adalah suatu metode yang digunakan untuk

mendeskripsikan, memodelkan, dan mensimulasikan suatu sistem yang dinamis

(dari waktu ke waktu terus berubah). Metode sistem dinamis merupakan suatu

metodologi untuk memahami berbagai masalah kompleks. Metode sistem dinamis

mempelajari masalah dengan sudut pandang sistem, dimana elemen-elemen

sistem tersebut saling berinteraksi dalam suatu hubungan umpan balik sehingga

menghasilkan suatu perilaku tertentu. Interaksi dalam struktur ini diterjemahkan

kedalam model-model matematik yang selanjutnya dengan bantuan komputer

disimulasikan untuk memperoleh perilaku historisnya (Wirabhuana, dalam

Widodo, 2010). Ada dua hal yang perlu diperhatikan sebelum dimulai

langkah-langkah dalam penggunaan metode pemecahan masalah ini, yaitu:

1. Masalah yang dihadapi menunjukkan adanya tanda-tanda dinamis, artinya

permasalahan-permasalan tersebut berkenan dengan suatu besaran yang

berubah terhadap waktu yang dapat dituangkan kedalam bentuk grafik dengan


(29)

15

2. Masalah yang dihadapi bisa digambarkan dalam bentuk hubungan umpan

balik. Faktor-faktor dalam metode sistem dinamis yaitu konsep umpan balik

informasi dari perilaku sistem model matematik interaksi dinamis, dan

komputer untuk melakukan serangkaian eksperimen terkontrol (simulasi)

mengenai keadaan sistem. Skenario kebijaksanaan yang akan diterapkan pada

sistem, sehingga bisa mendapatkan gambaran mengenai perilaku dan kinerja

sistem.

Terdapat empat dasar yang membangun sistem dinamis, yaitu teori

umpan-balik informasi, proses pengambilan keputusan, pendekatan eksperimen dalam

analisis sistem, dan komputer digital. :

a. Teori umpan-balik informasi, adalah sebuah sistem dimana suatu keadaan

mendorong terjadinya kondisi yang lain, kemudian kejadian tersebut

berpengaruh balik tehadap keadaan awal yang mendorong terjadinya yang

mendorong terjadinya sesuatu tersebut. Konsep ini menunjukkan bagaimana

dalam sebuah organisasi ataupun sebuah sistem terdapat kedinamisan

perilaku yang disebabkan olehwaktu tunda, penjelasan tambahan dan struktur

sistem. Satu hal yang saat ini semakin disadari adalah bahwa interaksi antar

komponen sistem dapat menjadi lebih penting daripada keberadaan

komponen itu sendiri.

b. Pendekatan eksperimental dalam analisis sistem, pada berbagai eksperimen

terutama dalam dunia bisnis, kegiatan simulasi sering diartikan sebagai

merancang dan mengatur pada sebuah komputer, kondisi yang menjelaskan


(30)

16

c. Komputer digital, perkembangan komputer sejalan dengan perkembangan

kemampuan metode sistem untuk mengakomodasi permasalahan pada

berbagai bidang. Perangkat komputer dapat mengatasi kompleksitas sistem

yang dipelajari serta efisiensi waktu dan biaya.

d. Proses pengambilan keputusan, kemampuan pengambil keputusan dan

informasi yang tersedia menentukan kualitas keputusan yang dihasilkan.

Kegiatan pengambilan keputusan banyak terjadi diberbagai kegiatan,

termasuk pada kegiatan rantai pasok terjadi pada berbagai entitas dan

berbagai level misalnya keputusan untuk peningkatan kapasitas pabrik,

pembukaan pabrik baru, pemilihan lokasi, pemilihan peralatan dan mesin dan

sebagainya.

2.5Pemodelan

Model didefinisikan sebagai suatu penggambaran dari suatu sistem yang

telah dibatasi. Sistem yang dibatasi ini merupakan sistem yang meliputi semua

konsep dan variabel yang saling berhubungan dengan permasalahan dinamik

(dynamic problem) yang ditentukan. Model merupakan sebuah tiruan dan bentuk

sederhana dari sistem yang merepresentasikan karakteristik dari sistem yang

sesungguhnya. Model digunakan untuk memudahkan dalam mempelajari perilaku

sistem nyata. Model yang dikembangkan dengan sistem dinamik mempunyai

karakteristik sebagai berikut :

a. Menggambarkan hubungan sebab akibat (kausal) dari sistem.

b. Persamaan matematika sederhana.

c. Sinonim dengan terminologi dunia industri, ekonomi, dan sosial dalam tata


(31)

17

d. Dapat melibatkan banyak variabel.

e. Dapat menghasilkan perubahan yang tidak kontinyu jika dalam keputusan

memang dibutuhkan.

Pada umumnya model dibangun untuk tujuan peramalan (forecasting) atau

perancangan kebijaksanaan. Berbeda dengan model statis, pendekatan model

dinamik bersifat deduktif dan mampu menghilangkan kelemahan-kelemahan

dalam asumsi-asumsi yang dibuat sehingga kesepakatan atas asumsi-asumsi dapat

diperoleh. Model dinamik menekankan pada proses perubahan dari satu kondisi

ke kondisi lainnya. Waktu tunda menjadi hal penting dalam pemodelan dinamik

karena perubahan memakan waktu. Model statis tingkat variabel keadaan dan

perilaku sistem yang lalu menentukan tingkat stok dan perilaku sistem sekarang,

maka dalam model sistem dinamik hubungan temporal hanya berlaku untuk

tingkat stok saja dan tidak untuk kelakuan sistem. Kelakuan sistem pada saat

sekarang tidak dapat diterangkan oleh kelakuannya pada waktu yang lalu,

melainkan oleh mekanisme interaksi struktur mikro dalam sistem (Tasrif, 1993

dalam Noorsaman dan Wahid, 1998).

Terdapat tiga bentuk alternatif yang dapat digunakan dalam menyusun

model dinamik (Muhammadi et al., 2001), yaitu :

a. Verbal

Model verbal adalah model sistem yang dinyatakan dalam bentuk


(32)

18

b. Visual (analog model kualitatif)

Deskripsi visual dinyatakan secara diagram dan menunjukkan hubungan

sebab akibat banyak variabel dalam keadaan sederhana dan jelas. Analisis

deskripsi visual dilakukan secara kualitatif.

c. Matematis

Model visual dapat direpresentasikan ke dalam bentuk matematis yang

merupakan perhitungan-perhitungan terhadap suatu sistem. Semua bentuk

perhitungannya bersifat ekuivalen, dimana setiap bentuk berperan sebagai

alat bantu untuk dimengerti bagi yang awam.

Permasalahan dalam sistem dinamik tidak disebabkan oleh pengaruh dari

luar, namun oleh struktur internal sistem. Tujuan metodologi sistem dinamik

berdasarkan filosofi kausal (sebab akibat) adalah mendapatkan pemahaman yang

mendalam tentang tata cara kerja suatu sistem (Asyiawati, 2002).

2.6Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang ketahanan pangan dengan menggunakan model sistem dinamis rantai pasok telah dilakukan oleh peneliti lain dimana

penelitian-penelitian tersebut dijadikan acuan peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian-penelitian

tentang ketahanan pangan berbasis kentang. Penelitian pertama oleh Buntuan (2010) dengan judul penelitian “Simulasi Model dinamik pada sistem deteksi dini untuk manajemen krisis pangan”. Metode yang digunakan dengan simulasi sistem dinamik melihat parameter-parameter yang mempengaruhi krisis pangan

kemudian disimulasikan dengan model dinamik menggunakan alat bantu software


(33)

19

disimulasikan termasuk wilayah aman pangan, dengan nilai rasio konsumsi

kurang dari 1 yang artinya persediaan pangan masih tercukupi. Uji coba yang

dilakukan dengan data riil menunjukkan sensitivitas rasio kunsumsi normatif

meningkat dengan meningkatnya peringkat parameter kerawanan pangan.

Penelitian yang kedua Widodo (2010) dengan judul penelitian “Sistem Dinamis Industri Furniture Indonesia dari Perspektif Supply Chain Management yang Berkelanjutan”. Metode yang digunakan dengan kombinasi antara riset eksplanatori dan riset kausal, Analisis SWOT, formulasi causal loop Pemodelan

dan simulasi menggunakan program Powersim dan uji validasi menggunakan

microsoft excel. Hasil penelitian menyatakan setiap tahun terjadi kekurangan

pasokan rata-rata sebesar 3.386.282 m3 dibandingkan kebutuhannya.

Pengembangan industri furniture masih kurang memperhatikan aspek

keberlanjutan. Kerusakan hutan menjadi salah satu parameter keberlanjutan aspek

lingkungan dimana tingkat penurunan luas hutan produksi alam dari aspek

ekonomi yang bisa dicapai cenderung tidak mengalami peningkatan. Disisi lain,

industri furniture Indonesia cukup baik dalam memenuhi kebutuhan konsumen,

sebagai indikator aspek sosial.

Penelitan berikutnya oleh Sulaksono (2006) dengan judul penelitian “Penentuan Kebijakan Produksi Padi untuk Pemenuhan Kecukupan Pangan di Kabupaten Mojokerto dengan Pendekatan Sistem dinamis”. Metode yang digunakan dengan pendekatan sistem dinamis menggunakan software ventana

simulasi (vensim). Hasil running simulasi dapat diketahui bahwa faktor besar dan


(34)

20

perekonomian menjadi faktor yang paling sensitif dalam sistem kecukupan

pangan.

2.7Kerangka Konseptual

Sistem rantai pasok kentang merupakan suatu pendekatan untuk melihat

peluang tercapainya program ketahanan pangan berbasis kentang secara terus

menerus dimulai dari analisis situasi dan kondisi industri kentang nasional,

kemudian mengidentifikasi sistem dasar rantai pasok kentang dengan melihat

diagram sub-sistem hulu hingga hilir dan diagram sebab-akibat (causal loop)

rantai pasok kentang. Diagram alir dengan persamaan matematis, simulasi dan uji

validasi menjadi model rantai pasok dengan memperhatikan aspek ekonomi,

sosial dan lingkungan bahan analisis kebijakan atau keputusan dan pembangunan

skenario sehingga menghasilkan perbaikan dan implementasi kebijakan atau

keputusan.

Gambar 2. Kerangka Konseptual Industri Kentang Analisis Situasi Sistem Dasar Supply Chain Kentang Diagram Sub-sistem

Diagram struktur kebijakan

Diagram Sebab-akibat Kondisi Permasalahan

Diagram Alir

Persamaan Matematis

Simulasi dan Validasi

Analisis kebijakan/keputusan dan pembangunan skenario

Perbaikankebijakan / keputusan Implementasi kebijakan/keputusan Model supply chain Kentang Supply Chain Kentang Ketahanan Pangan


(35)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di bulan September sampai Desember 2013.

Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan simulasi sistem dinamik untuk

mengetahui kondisi rantai pasok kentang dalam kurun waktu 10 tahun mendatang

serta berorientasi pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Penelitian ini

merupakan kombinasi antara riset eksplanatori dan riset kausal yaitu kombinasi

analisis data sekunder dan eksperimen. Riset ekploratori dengan analisis data

sekunder untuk mengetahui situasi dan permasalahan kentang nasional, sedangkan

riset kausal dengan eksperimen untuk mengetahui hubungan antar

fenomena.dalam model

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan simulasi sistem dinamik

untuk mengetahui rantai pasok kentang dalam kurun waktu 10 tahun mendatang

serta berorientasi pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu 10

tahun dari tahun 2003 sampai tahun 2012 produksi kentang, Luas lahan kentang,

luas panen, produksi kentang, produktivitas kentang, konversi lahan,

ekstensifikasi, penggunaan pestisida, harga kentang, konsumsi kentang, jumlah

tenaga kerja (hari orang kerja), populasi penduduk Indonesia, pendapatan

masyarakat Indonesia. Sumber data penelitian ini adalah instansi terkait, meliputi


(36)

22

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis sistem menggunakan pemodelan sebagai alat bantu, karena

berbagai alasan dan keuntungan yang bisa yang diperoleh dari penggunaan model

sebagai representasi sistem. Dalam analisis dengan pendekatan sistem dinamis,

pemodelan menjadi hal yang sangat penting dalam tahapan pemecahan masalah.

Tahapan yang harus dilakukan dalam menyelesaikan masalah dengan pendekatan

sistem dinamis tidak terlalu berbeda dengan tahapan pada pemodelan dan simulasi

yang lain pada umumnya. Pemodelan dan simulasi menggunakan program

powersim dan uji validasi menggunakan microsoft excel. Garis besar tahapan

penyelesaian permasalahan dengan pendekatan sistem dinamis adalah sebagai

berikut.

3.3.1 Perumusan dan Pendefinisian Masalah

Tahap awal yang sangat penting untuk dilakukan terlebih dahulu sebelum

sampai pada tahap perumusan dan pendefinisian masalah adalah memahami

sistem yang akan dianalisis. Tanpa memahami sistem dengan benar, perumusan

dan pendefinisian masalah bisa menjadi tidak representatif, bias, dan menyimpang

dari tujuan analisis. Melalui perumusan dan pendefinisian masalah dapat

ditetapkan tujuan akhir yang ingin dicapai. Tujuan akhir menjadi pedoman dalam

melakukan analisis sebagai target keluaran yang dihasilkan, sehingga analisis

tidak menyimpang dan terlalu meluas

3.3.2 Penyusunan Sistem Konseptual

Penyusunan sistem konseptual meliputi pengidentifikasian pelaku-pelaku

yang terlibat dalam sistem, yaitu siapa saja yang menjadi anggota sistem. Setiap


(37)

23

dengan yang lain. Hal itu biasanya dipengaruhi oleh struktur sistem dan peran dan

fungsi pelaku dalam sistem. Pada tahap ini selain mengidentifikasi pelaku, juga

dilakukan identifikasi hubungan yang terjadi antar pelaku. Identifikasi hubungan

tersebut dapat dijadikan dasar untuk menyusun hubungan sebab-akibat. Hubungan

tersebut menunjukkan bagaimana aliran informasi dan cara kerja yang terjadi

dalam sistem. Pada tahap penyusunan sistem konseptual selain mengidentifikasi

pelaku-pelaku sistem, juga dilakukan pembatasan sistem yang dianalisis, karena

sebuah sistem bisa sangat luas dan rumit. Dugaan model rantai pasok kentang

sebagai berikut :

Gambar 3. Dugaan Model Rantai Pasok Kentang

3.3.3 Formulasi Model

Formulasi model dilakukan untuk menerjemahkan model konseptual ke

dalam media komputer untuk mempelajarinya, karena berkaitan dengan komputer

tentunya ada perangkat lunak komputer yang memfasilitasi untuk melakukan

formulasi sistem menjadi model. Formulasi model adalah menerjemahkan

hubungan antar elemen atau antar pelaku dalam sistem kedalam bahasa

pemograman. Bahasa pemograman yang sering digunakan biasanya mengikuti

Produksi Konsumsi Kentang + + + + + + Luas Tanaman kentang Ekstensifikasi + Pembukaan Lahan Kentang Kebutuhan Kentang Lapangan pekerjaan Pendapatan Masyarakat Populasi Penduduk Penjualan Kentang + + + + + + Produktivitas Kentang Jumlah rumah tangga

petani kentang

Konversi

Luas panen

R

+


(38)

24

persamaan matematis, mulai dari yang sederhana hingga yang sangat kompleks.

Bahasa pemograman yang digunakan juga menyesuaikan dengan jenis perangkat

lunak yang digunakan karena masing-masing perangkat lunak memiliki karakter

bahasa pemograman yang berbeda.

Perhitungan persamaan dilakukan setahap demi setahap terhadap waktu.

Pertambahan waktu yang kontinyu, dipecah-pecah dalam interval waktu yang

pendek dan sama besar. Tasrif (2004) mengemukakan persamaan model sistem

dinamik merupakan persamaan diskrit diferensial. Sistem persamaan tersebut

memiliki bentuk umum sebagai berikut :

Lsk = Lsb + PLsbPsk...(1)

PLsbPsk = f (Lsb) ...(2)

Persamaan (1) menyatakan nilai variabel level (L) pada saat sekarang

(Lsk) adalah sama dengan nilai variabel L pada saat sebelumnya (Lsb) ditambah

dengan perubahan nilai variabel L dari sebelumnya sampai sekarang (PLsbPsk).

Persamaan (2) menyatakan bahwa perubahan nilai variabel L dari sebelumnya

(sb) sampai sekarang (sk), PLsbPsk, merupakan suatu fungsi dari nilai variabel

sebelumnya (Lsb). Apabila interval waktu antara sbPsk dinyatakan sebagai _t, dan

dipilih cukup kecil, maka perilaku L terhadap waktu mendekati perilaku suatu

sistem kontinyu. Digunakan operasi aritmatika dalam formulasi pemodelan sistem

dinamik sebagai barikut :

+ Penjumlahan * Perkalian ^ Pangkat

- Pengurangan / Pembagian ( ) Pengelompokan

Urutan komputasi simulasi dalam simulasi sistem dinamik, digambarkan


(39)

25

Gambar 4. Urutan komputasi simulasi sistem dinamik (Tasrif, 2004)

Sb : Sebelumnya

Sk : Sekarang

Ya : Yang akan datang

Dt : Interval waktu simulasi (_t)

Sesuai dengan banyaknya jenis variabel dan konstanta, dikenal beberapa

macam persamaan yaitu : 1. Persamaan ”level”

Persamaan ”level” merupakan persamaan yang menghitung akumulasi aliran masuk dan aliran keluar pada selang waktu tertentu. Harga baru suatu level dihitung dengan menambah atau mengurangi harga ”level” suatu interval waktu sebelumnya dengan ”rate” yang bersangkutan dikalikan dengan interval waktu yang digunakan. Harga variabel ”level” dapat diubah oleh beberapa buah variabel ”rate”.

Contoh : Lsk = Lsb + DT * (RMsbPsk – RKsbPsk) dimana,

L : ”level” (unit)

Lsk : harga baru dari ”level” yang akan dihitung pada saat sekarang (sk) Lsb : harga ”level” pada saat sebelumnya (sb)

DT : interval waktu (satuan waktu)

RM : “rate” yang akan menambah “level” L (“rate” masuk) LYa

DT DT

Lsk Lsb


(40)

26

RK : ”rate” yang akan mengurangi ”level” L (“rate” keluar)

RMsbPsk : harga ”rate” yang akan menambah ”level” L selama interval waktu sbPsk (unit/satuan waktu)

RKsbPsk : harga ”rate” yang akan mengurangi ”level” L selama interval waktu sbPsk (unit/satuan waktu)

2. Persamaan ”rate”

Persamaan ”rate” menyatakan bagaimana aliran di dalam sistem diatur. Harga variabel ”rate” dalam suatu interval waktu sering dipengaruhi oleh variabel -variabel ”level”, ”auxiliary”, atau ”konstanta dan tidak dipengaruhi oleh panjangnya waktu. Persamaan ”rate”dihitung pada saat sk, dengan menggunakan informasi dari ”level”atau ”auxiliary” pada saat sk untuk mendapatkan ”rate” aliran selama interval waktu selanjutnya (skPya). Asumsi yang diambil dalam perhitungan ”rate” ini adalah bahwa selama interval waktu DT, harga ”rate” konstan. Hal ini merupakan pendekatan dari keadaan sebenarnya dimana ”rate” berubah terhadap waktu secara kontinyu. Bentuk persamaan ”rate” adalah :

RMskPya = f (”level”, ”auxiliary”, dan ”konstanta”)

3. Persamaan ”auxiliary”

Persamaan ”auxiliary” berfungsi untuk menyederhanakan persamaan ”rate” yang rumit. Harga ”auxiliary”dipengaruhi oleh variabel ”level”, variabel ”auxiliary” lain dan konstanta yang telah diketahui (Shintasari, 1988).

Contoh : Ask = Lsk / C

dimana,


(41)

27

Ask : harga variabel ”auxiliary” A yang akan dihitung pada saat sk Lsk : harga variabel ”level” L pada saat sk

C : harga konstanta

4. Persamaan ”konstanta” / parameter

Suatu konstanta mempunyai harga yang tetap sepanjang selang waktu simulasi,

sehingga tidak memerlukan notasi waktu dibelakangnya. Persamaan konstanta menunjukkan nilai parameter yang selalu mengikuti persamaan variabel ”level”, ”rate”, atau ”auxiliary”.

Contoh : Const = 0,04

dimana,

Const : nama dari suatu konstanta

5. Persamaan ”Fungsi Tabel” (Graph)

Persamaan fungsi tabel nilainya ditentukan melalui sebuah tabel sebagai fungsi

dari besaran tertentu. Dalam Powersim, tabel ini dinyatakan dalam fungsi ”GRAPH” yang dapat memberikan solusi hubungan antara dua variabel dalam bentuk grafik. Fungsi ”GRAPH” digunakan bila data berupa tabel atau data menunjukkan hubungan yang nonlinier. Disamping fungsi ”GRAPH” sendiri, terdapat beberapa bentuk fungsi ”GRAPH” antara lain GRAPH CURVE, GRAPHLINAS, dan GRAPH STEP. Perbedaan keempat fungsi GRAPH tersebut

adalah terletak pada output yang dimunculkan (Muhammadi et al, 2001).

Contoh : GR = GRAPH [X, X1, Dx, Y(N)]

dimana,


(42)

28

X1 : Nilai pertama dari variabel X

Dx : Pertambahan nilai (increment) dari variabel bebas X, nilainya selalu

positif

Y(N) : Vektor (sumbu Y, disebut juga output)

6. Persamaan Fungsi Waktu Tunda (Delay)

Waktu tunda merupakan suatu bentuk kelambatan (waktu) yang terjadi pada aliran

material, informasi, ataupun aliran lainnya dan merupakan aspek yang penting

dalam sistem dinamik. Waktu tunda sering terjadi dalam sistem riil, misalnya

dalam pengambilan keputusan, dalam transportasi, penyebaran informasi, dan

lain-lain (Muhammadi et al, 2001). Terdapat tiga bentuk persamaan dalam

Powersim yang dapat digunakan untuk menyatakan "waktu tunda". waktu tunda

aliran material dinyatakan oleh fungsi DELAYMTR, waktu tunda aliran informasi

dinyatakan oleh fungsi DELAYINF, dan delay aliran material dengan

pemanggilan permintaan (infinite order) dinyatakan dengan fungsi DELAYPPL.

Contoh bentuk fungsi delay adalah :

DELAYMTR (Input, Delay_Time, n, “Initial”) DELAYINF (Input, Delay_Time, n, “Initial”) DELAY PPL (Input, Delay_Time, “Initial”) dimana,

Input : Variabel yang menjadi input bagi variabel yang mengalami delay

Delay_Time : Rata-rata waktu delay

N : Orde delay


(43)

29

7. Persamaan Fungsi Logika

Beberapa fungsi logika yang terdapat dalam Powersim adalah fungsi IF,

IMECYCLE, MAX, dan MIN (Tasrif, 2004).

a. IF

Digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi (conditional function).

IF (Condition, Val1, Val2)

dimana,

Condition : Suatu logical value (true or false)

Val1 : Angka sembarang (computational parameter)

Val2 : Angka sembarang (computational parameter)

b. TIMECYCLE

Digunakan untuk menguji siklus waktu atau interval waktu

TIMECYCLE (First, Interval)

dimana,

First : Waktu pertama untuk pengecekan

Interval : Waktu diantara pengecekan satu ke pengecekan berikutnya

c. MAX

Digunakan untuk memilih nilai yang paling besar dari beberapa nilai.

MAX (X1, X2, X3,...., Xn)

d. MIN

Digunakan untuk memilih nilai yang paling kecil dari beberapa nilai.


(44)

30

8. Persamaan Fungsi Bilangan Acak (random number)

Beberapa fungsi bilangan acak antara lain fungsi RANDOM, dan fungsi

NORMAL (Tasrif, 2004).

a. RANDOM

Digunakan untuk membangkitkan sejumlah bilangan acak yang berdistribusi

uniform.

RANDOM (0.5,1.5)

b. NORMAL

Digunakan untuk memberikan bilangan acak yang sebarannya sesuai dengan

sebaran normal.

NORMAL (mean, StdDev)

dimana,

Mean : Mean nilai yang ditentukan

StdDev : Nilai standar deviasinya

Setiap persamaan yang telah disebutkan di atas dalam Powersim diberi

simbol sesuai dengan jenis persamaan yang diwakilinya, yaitu :

: Persamaan ”level” : Persamaan ”auxiliary” : Persamaan ”rate” : Persamaan ”konstanta”

Persamaan ”level” merupakan penjumlahan/akumulasi, atau persamaan integral. Persamaan ”rate” dan ”auxiliary” adalah perhitungan aritmatik. Sedangkan persamaan ”konstanta” merupakan masukan nilai untuk parameter yang harganya konstan selama simulasi.


(45)

31

3.3.4 Simulasi dan Validasi Model

Model yang sudah dibuat selanjutnya dijalankan pada perangkat lunak

dimana proses menjalankan model tersebut disebut dengan simulasi, model

disimulasikan untuk melihat bagaimana perilaku model tersebut yang merupakan

gambaran perilaku sistem nyata, oleh karena itu, model yang sudah dibuat untuk

disimulisasikan harus diuji untuk melihat apakah model benar-benar mewakili

sistem yang sebenarnya sebagai sarana untuk mempelajari sistem nyata tersebut.

Terdapat 2 macam pengujian yang harus dilakukan terhadap model untuk

mengukur kehandalan model sebagai alat untuk penelitian yaitu verifikasi dan

validasi. Verifikasi adalah suatu cara untuk menetukan apakah implementasi

model konseptual ke dalam komputer sudah benar. Proses verifikasi meliputi

pengujian terhadap pemrograman dan model untuk menjamin bahwa model

beroperasi dengan akurat menggambarkan model konseptual. Beberapa cara bisa

digunakan dalam melakukan verifikasi adalah sebagai berikut:

1. Mengikuti prinsip dari pemograman yang terstruktur, yang mencakup

penyusunan rencana simulasi dengan detail sebelum pengkodean, termasuk

membuat diagram alir langkah pemodelan dan simulasi dengan jelas, dan

membagi model kedalam beberapa submodel untuk lebih mudah dalam

menganalisis model.

2. Membuat model dapat melakukan dokumentasi terhadap dirinya sendiri,

artinya jika memungkinkan hasil dari menjalankan simulasi langsung dapat

memberikan informasi, misalkan dalam bentuk grafik, animasi atau tabel.

Pada beberapa perangkat lunak simulasi sudah dilengkapi dengan fasilitas


(46)

32

3. Memeriksa kode dalam pemodelan oleh lebih dari satu orang, terutama

melibatkan pihak yang sudah berpengalaman

4. Memeriksa data input apakah sudah memiliki nilai yang sesuai, sebagai

contoh apakah sudah menggunakan satuan yang tepat .

5. Memastikan bahwa dengan memasukan berbagai input menghasilkan output

yang beralasan dan masuk akal.

Validasi adalah menentukan apakah model dapat digunakan sebagai

pengganti dari sistem nyata apabila digunakan untuk tujuan percobaan.Validasi

model dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan suatu model yang

dibangun, apakah sudah merupakan perwakilan dari relitas yang dikaji, yang

dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan.Validasi model dapat

menggunakan t-test.

Validasi dalam pemodelan sistem dinamik dapat dilakukan dengan

beberapa cara meliputi uji struktur secara langsung (direct structure tests) tanpa

memproses model, uji struktur tingkah laku model (structure oriented behaviour

test) dengan proses model, dan pembandingan tingkah laku model dengan sistem

nyata (quantitative behaviour pattern comparison) (Daalen dan Thissen, 2001),

yaitu dengan uji nilai tengah persentase kesalahan absolut (mean absolute

percentage error) adalah salah satu ukuran relatif yang menyangkut kesalahan

persentase. Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian data hasil


(47)

33

Keterangan :

Xm = Data hasil simulasi

Xd = Data aktual

n = Periode/banyaknya data

Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE (Lomauro dan Bakshi, 1985 dalam

Soemantri, 2005) adalah :

MAPE < 5% : Sangat tepat

5% < MAPE < 10% : Tepat

MAPE > 10% : Tidak tepat

3.3.5 Analisis Kebijakan atau Keputusan dan Perbaikan

Model yang sudah diuji kehandalannya dengan diverifikasi dan divalidasi

dapat selanjutnya untuk keperluan penelitian atau pengujian tentang kondisi yang

dianalisis. Dengan menggunakan model, dapat diketahui dan dipelajari kondisi

dan perilaku sistem dalam menghadapi kondisi yang saat ini dihadapi. Selain itu,

melalui model juga dapat dilihat bagaimana respon sistem terhadap kebijakan

yang berkaitan dengan sistem. Dengan begitu dapat dilihat apakah merespon

sistem positif terhadap penerapan kebijakan, artinya sistem masih tetap berjalan

dengan baik dan bahkan lebih baik, ataukah sebaliknya. Karena respon model

yang merupakan representasi dari respon sistem dapat segera diketahui, maka

segera dapat dilakukan peyesuaian kebijakan dan juga struktur sistem sebagai

perbaikan apabila dibutuhkan.

Salah satu keuntungan studi melalui pemodelan dan simulasi adalah dapat

melihat bagaimana kemungkinan yang dapat terjadi pada penerapan berbagai


(48)

34

mana yang paling tepat dan sesuai untuk diterapkan. Setelah melalui berbagai

tahap pemodelan sistem dan menguji berbagai kebijakan yang akan

diimplementasikan pada model, tahap terakhir adalah pengimplementasian

kebijakan yang paling tepat dan sesuai untuk model atau sistem.

Gambar 5. Tahapan Pengolahan Data

Tahap

Analisis Situasi

Diagram Sub-sistem

Diagram struktur kebijakan

Diagram Sebab-akibat Kondisi Permasalahan

Diagram Alir

Persamaan Matematis

Simulasi dan Validasi

Analisis kebijakan/keputusan dan pembangunan skenario

Perbaikan kebijakan/keputusan

Implementasi kebijakan/keputusan Kualitatif

Kuantitatif

Kualitatif & Kuantitatif

I. Identifikasi & definisi Permasalahan

II. Konseptual Sistem

III. Formulasi Model

IV. Simulasi & validasi

V. Analisis

kebijakan/keputusan dan perbaikan


(49)

35

BAB IV

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KENTANG NASIONAL

Kentang (solanum tuberosum l) adalah tanaman dari suku Solanaceae

yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang". Umbi

kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa

walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan. Itulah mengapa

tumbuhan ini konon baru masuk ke Indonesia akhir abad ke-18 dan berkembang

di daerah-daerah dataran tinggi mulai abad ke-19. Hingga kini, kentang yang

bernama ilmiah Solanum tuberosum sudah menjadi bahan makanan yang tak

terpisahkan dari tradisi kuliner Indonesia. Kentang memang bukan makanan

pokok orang Indonesia. Kebutuhan akan kentang meningkat sejalan dengan

pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan perubahan pola

konsumsi masyarakat.

Kentang termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan

berbentuk perdu/semak, serta hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur

tanaman kentang antara 90-180 hari. Beberapa varietas kentang yang di Indonesia

adalah kentang kuning varietas granola, atlantis, cipanas dan segunung. Melihat

kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Kentang

menjadi makanan pokok di banyak negara barat. Zat-zat gizi makanan yang

terkandung dalam 100 gram bahan adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak

0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi

(Fe) 0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg. (Kementerian Pertanian, 2013)

Kentang merupakan tanaman pangan utama keempat dunia, setelah


(50)

36

dengan pesat menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil terbesar Asia

Tenggara. Dari tahun ke tahun, luas panen, hasil produksi dan produktivitas

kentang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2003 luas

panen kentang di Indonesia adalah sebesar 65.923 ha dengan produksi 1.009.979

ton dengan produktivitas 15,32 ton/ha. Produksi kentang menurun menjadi

1.003.732 ton pada tahun 2007 namun produktivitas naik menjadi 16,09 ton/ha

pada luas panen 62.375 ha. Dibanding dengan produktivitas kentang di Eropa

yang mencapai rata-rata 25,5 ton/ha, produktivitas kentang di Indonesia masih

cukup rendah. Rendahnya hasil tersebut terkait dengan pemakaian bibit yang

rendah mutunya, teknik budidaya belum sesuai standar, penanganan pasca panen

yang kurang baik, serta iklim dan cuaca yang mudah mengalami perubahan.

Kentang mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap keadaan tanah dan iklim,

mempunyai tanggapan yang cepat terhadap cara bercocok tanam. Lokasi budidaya

kentang menjadi faktor yang penting dalam menentukan produktivitasnya.

Gambar 6. Pohon Industri Kentang di Indonesia

Kentang di Indonesia tidak hanya dikonsumsi sebagai sayur lauk pauk

rumah tangga tetapi juga dikonsumsi sebagai bahan makanan industri pengolahan

berbahan dasar kentang seperti keripik kentang, kentang goreng ataupun tepung Potato Table

Kentang Sayur

Processing Potato

KentangIndustri

Kentang

Strarch Pati Kentang

Potato String french fries Potato Chips Keripik Kentang Lauk Pauk Rumah Tangga


(51)

37

kentang. Peningkatan produksi kentang terus diupayakan pemerintanh untuk

memenuhi kebutuhan nasional kentang seperti dengan memperluas area tanam

kentang. Kebutuhan kentang cenderung mengalami peningkatan seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk dan kesadaran mayarakat terhadap pentingnya gizi

bagi kesehatan.

4.1 Produksi Kentang

Budidaya tanaman kentang di Indonesia pada umumnya dilakukan di

dataran tinggi. Daerah yang cocok untuk penanaman kentang adalah dataran

tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 - 3.000 m dpl. Ketinggian

tempat yang ideal berkisar 1.000 - 1.300 m dpl dan untuk dataran medium pada

dataran 300-700 m dpl. Indonesia memiliki daerah-daerah sentra produksi

kentang. Sentra produksi kentang terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat dengan

kontribusi rata-rata sebesar 33,99 persen dari total produksi kentang Indonesia

diikuti Provinsi Jawa Tengah sebesar 21,07 persen, Sulawesi Utara 11,73 persen,

Sumatera Utara 11,18 persen dan Jawa Timur 9,20 persen (Kementerian Pertanian, 2009).

Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi penghasil kentang terbesar kedua

setelah Jawa Barat kemudian diikuti oleh Sulawesi Utara, Sumatera Utara, dan

Jawa Timur. Penyebaran dan pengembangan kentang di Indonesia tergantung

pada daerah dan kondisi agroklimatnya, lahan dataran tinggi atau pegunungan,

serta iklim sangat mendukung baik untuk pengembangan kentang (Sunaryono,

2007). Hal ini juga dapat dilihat dari besarnya produksi kentang provinsi Jawa

Tengah pada tahun 2009 dan tahun 2010 masing-masing sebesar 288,654 ton dan


(52)

38

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang Berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2009-2010

Provinsi

Tahun 2009 Tahun 2010 Luas Panen (ton) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) Luas Panen (ton) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

Sumut 8,013 129,587 16,17 7,972 126,203 15,83

Jambi 5,296 94,368 17.82 4,860 84,794 17.45

Jabar 94,368 320,542 20,89 13,553 275,101 20,3

Jateng 18,655 288,654 15,47 17,499 265,123 15,15

Jatim 9,529 125,886 13,21 8,561 115,423 13,48

Sulut 8,740 142,109 16,26 8,555 126,210 14,75 Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)

Usaha budidaya kentang di Indonesia dilakukan berdasarkan pada musim

tanam, dimana per tahun maksimal terdapat 3 musim tanam dengan asumsi lahan

yang digunakan sebelumnya tidak ditanami kentang atau tanaman sejenisnya. Satu

musim tanam kentang berlangsung selama 4 bulan atau sekitar 150 hari.

Penanaman kentang perlu waktu 90 - 100 hari sampai panen, sementara itu padi

baru selesai panen setelah 120 - 140 hari. Penanaman kentang juga memerlukan

air dan lahan yang lebih sedikit dibanding padi. Per satuan luas dan per unit

waktu, kentang menghasilkan bahan makanan/pangan yang lebih banyak

dibanding padi. Komparasi dengan bahan pangan utama ini menunjukkan bahwa

kentang memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung program

diversifikasi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan.

Beberapa kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya budidaya

kentang adalah rendahnya kualitas bibit kentang yang digunakan dan teknologi

bercocok tanam yang kurang baik. Permasalahan kualitas bibit disebabkan oleh


(53)

39

dan penyakit yang kurang intensif serta tingginya biaya produksi, terutama untuk

bibit, juga menjdai kendala dalam usaha budidaya kentang.

Diperlukan upaya produksi sesuai dengan norma budidaya yang baik dan

benar untuk menghasilkan kentang berkualitas dengan produktivitas yang optimal.

Oleh sebab itu, pelaksanaan prosedur operasional standar (POS) harus konsisten

dan terdokumentasi dengan baik oleh setiap pelaku usaha. Pelaksanaa prosedur

operasional standar dengan baik dapat menghasilkan produktivitas lebih dari 20

ton/hektar (tergantung varietas kentang), dengan tingkat kehilangan hasil lebih

kecil 10 % dan kualitas umbi sesuai standar pasar yang mencapai 90%. Untuk

dapat melaksanakan prosedur operasional standar tersebut diperlukan fasilitas dan

peralatan produksi yang sesuai aktivitasnya.

4.2 Pasokan Kentang

Rantai pemasaran kentang pada umumnya petani menjual hasil produksi

kentangnya kepada pedagang pengumpul (dibeberapa tempat disebut sebagai

bandar). Pedagang pengumpul yang biasanya datang ke petani, bukan petani yang

membawa hasil produksinya ke pedagang. Petani biasanya berhubungan dengan

pedagang tertentu dan hubungan itu lebih didasarkan atas saling kepercayaan.

Tidak semua petani menjual kepada pedagang, beberapa petani memiliki kontrak

dengan industri pengolahan. Petani ada yang menjual kepada petani besar (titip

jual) yang umumnya sudah memiliki jaringan pemasaran yang baik. Ada juga

petani yang langsung menjual ke pasar tradisional namun jumlahnya relatif

sedikit.

Pedagang pengumpul menjual kentang kepada pedagang-pedagang besar


(54)

40

kota-kota besar. Pedagang pengumpul biasanya sudah memiliki pelanggan

tertentu di pasar-pasar besar tersebut. Pedagang besar di pasar induk ini menjual

kepada sesama pedagang di pasar induk dan kepada pedagang-pedagang di pasar

tradisional lain. Di pasar tradisional kentang ini masih mungkin didistribusikan

oleh pedagang-pedagang kecil seperti pedagang keliling dan pedagang di

kampung. Supermarket memperoleh kentang dari pemasok yang telah ditunjuk

berdasarkan kontrak.

Industri pengolahan kentang tidak menunjukkan pola khusus, namun ada

beberapa menerapkan pola kemitraan kredit benih. Terutama pengolah skala besar

memiliki kontrak dengan petani. Pengolah yang lebih kecil atau menengah yang

memiliki pemasok khusus, atau membeli dari pasar induk. Pengolah-pengolah

berskala kecil seperti restoran dan ketering yang kecil membeli dari pasar

tradisional terdekat. Konsumen rumah tangga dapat membeli kentang dari

berbagai macam pasar yang tersedia. Sebagian besar bisa membeli dari pasar

tradisional ataupun pasar modern (supermarket). Konsumen juga mungkin

membeli dari pasar induk apabila membutuhkan kentang dalam jumlah besar

seperti untuk pesta atau selamatan, meskipun demikian konsumen juga masih

mungkin membeli dalam jumlah kecil di pasar induk melalui pedagang-pedagang

pengecer kecil.

4.3 Konsumsi Kentang

Kentang mempunyai kandungan zat karbohidrat yang tinggi, lebih tinggi

dari berbagai sumber karbohidrat yang lain seperti jagung, padi atau gandum. Hal

tersebut menjadikan kentang sebagai prioritas alternatif yang mampu


(1)

81 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kentang memiliki peranan penting dalam pengembangan diversifikasi pangan. Umbi kentang memiliki manfaat yang sama dengan jenis-jenis sayuran lainnya serta kandungan gizinya sebagai sumber utama karbohidrat yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan energi dalam tubuh. selain untuk dikonsumsi, kentang dapat dijadikan bahan baku untuk industri olahan makanan. Model sistem dinamis rantai pasok kentang adalah tepat dan dapat diterima sehingga hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sistem rantai pasok kentang nasional terdiri dari beberapa sub-sistem, antara lain sub sistem produksi, pasokan, dan konsumsi. Masing-masing sub-sistem terdiri dari unsur-unsur atau elemen-elemen yang lebih spesifik dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan waktu, sehingga sistem industri kentang nasional bersifat dinamis. Sistem industri kentang nasional juga lintas sektoral karena meliputi berbagai institusi yang terkait, seperti sub sistem konsumsi kentang terkait dengan masalah kependudukan dan pendapatan masyarakat sedangkan sub-sistem pasokan terkait dengan masalah luas lahan dan budidaya pertanian.

2. Sub sistem produsen, dipengaruhi oleh variabel-variabel antara lain luas areal tanam, alih fungsi lahan (konversi), perluasan areal tanam (ekstensifikasi), agroekosistem, jumlah hari orang kerja, luas panen, dan pendapatan rumah tangga. Disamping variabel-variabel tersebut, dibutuhkan pula konstanta sebagai input bagi model sehingga memudahkan dalam modifikasi model


(2)

82 apabila terjadi perubahan-perubahan yang sesuai dengan kondisi nyata. Konstanta tersebut antara lain pendapatan rumah tangga petani kentang, pestisida, hari orang kerja per hektar, pendapatan usahatani, persen ekstensifikasi, persen konversi dan produktivitas kentang. Sub sistem pemasok, dipengaruhi oleh variabel-variabel antara lain produksi kentang, konsumsi rumah tangga, konsumsi industri, pendapatan industri, pendapatan rumah tangga dan total konsumsi. Sub sistem konsumen, konsumsi kentang sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi kentang. Pada sub model kebutuhan konsumsi dapat dilihat dinamika perkembangan penduduk yang sangat berpengaruh terhadap permintaan kentang untuk konsumsi. Aktivitas yang dilakukan oleh agroindustri kentang meliputi kegiatan produksi kentang menjadi makanan olahan berbahan dasar kentang dan menyalurkannya kepada konsumen. Formulasi model dengan diagram alir dan perumusan matematis melibatkan 15 persamaan matematis.

3. Perilaku sistem rantai pasok kentang untuk 10 tahun ke depan dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan adalah menggunakan skenario peningkatan produktivitas kentang dari 16,56 ton/ha menjadi 17,56 ton/ha. 6.2. Saran

1. Pemerintah perlu mendorong peningkatan produktivitas kentang antara lain melalui pengembangan metode budidaya kentang dan ketersediaan benih yang berkualitas


(3)

83 DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2005, Info Kentang. http://www. hortikultura.go.id/horti/page/berita/info kentang. asp online 15 juli 2013.

Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Kompas. Jakarta.

Asyiawati, Y. 2002. Pendekatan Sistem Dinamik dalam Penataan Ruang Wilayah Pesisir (Studi Kasus Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul, Propinsi DIY).Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas kentang tahun 2003-2012. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. 2004. Budidaya Kentang di Lahan Sawah Dataran Medium. Yogyakarta.

Buntuan. I.F. 2010. Simulais Model Dinamik pada Sistem Deteksi Dini untuk Manajemen Krisis Pangan. Skripsi S1 IPB.

Daalen, V., and W.A.H. Thissen. 2001. Dynimics Systems Modelling Continuous Models. Faculteit Techniek, Bestuur en Management (TBM). Technische Universiteit Delft.

Departemen Pertanian. 2007.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Statistik Hortikultura Tahun 2013 (Angka Tetap), Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Perbenihan Hortikultura. 2007. Sertifikasi Benih Sayuran. Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. Direktorat Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian.

Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. (2003). Konsep Manajemen Supply Chain : Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern di Indonesia. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

“Kebijakan Pangan. Terlalu. Propasar”. Kompas,11 Oktober 2011.

Kementrian Pertanian. 2012. Laporan Kinerja Kementrian Pertanian Tahun 2011. Kementrian Pertanian. Jakarta.

Kementerian Pertanian 2009. Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian. Direktorat Pemasaran Domestik Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Direktorat Perbenihan Hortikultura. Jakarta


(4)

84 Muhammadi, E. Aminullah, dan B. Soesilo. 2001. Analisis Sistem Dinamis Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, dan Manajemen. UMJ Press, Jakarta. Mahendrawathi, ER. 2010. Supply Chain Management edisi kedua. Institut

Teknologi Sepuluh Nopember. Guna widya. Surabaya.

Mentzer, J.T., et al. 2001. “Defining Supply Chain Management”. Journal of Business Logistic. 22 (2). 1-25.

Noorsaman S., A. dan A. Wahid. 1998. Pemodelan Industri Minyak Bumi dan Gas Alam Indonesia dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Jurnal Teknologi Edisi No.1/Tahun XII/Maret/1998:27-29.

Pasandaran, E. dan P.U. Hadi. 1994. Prospek Komoditas Hortikultura di Indonesia dan Indonesia dalam Rangka Pembangunan Ekonomi. Program Rapat Kerja Pembangunan Prioritas dan Design Penelitian Hortikultura. Puslitbang TanamanHortikultura. : 66-106.\

Prawiro, R. 1988. Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi : Pragmatisme Dalam Aksi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Buletin Konsumsi Pangan 2013. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Rukmana, R. 1997. Kentang: Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. 108 hal.

Sahat, S., dan A.A. Asandhi. 1995. Percobaan. Varietas Komersial Kentang di Dataran Tinggi di Ngablak Magelang. Jurnal Hortikultura (4): 16-21. Sahin, F., Robinson, E.P. 2005. Information Sharing and Coordination in Make to

Order Supply Chain. Journal of Operations Management 23 hal 579 – 598. Shintasari, I. 1988. Dinamika Persediaan Daging Sapi: Suatu Model Dinamik

untuk DKI Jakarta. Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fateta IPB. Bogor.

Simatupang, T.M. 2000. Permodelan Sistem. Penerbit Nindika. Klaten.

Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, dan J. Brian Hasdaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit UI-Press, Jakarta.

Somantri, A.S., E.Y Purwani dan Ridwan Thahir. 2005 Simulasi Model Dinamik Ketersediaan Sagu Sebagai Sumber Karbohidrat Mendukung Ketahanan Pangan Kasus Papua. Makalah. Balai Besar Pasca Panen Bogor.


(5)

85 Subhan dan A.A. Asandhi. 1989. Pengaruh Penggunaan Pupuk Urea dan ZA Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang di Dataran Medium. J. Hort.8 (1): 983-987.

Sulaksono. A. P. 2006. Penentuan Kebijakan Produksi Padi untuk Pemenuhan Kecukupan Pangan di Kabupaten Mojokerto dengan Pendekatan Sistem Dinamis. Tesis. S2 ITS

Suryana, A. 2004. Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanin 2005 –

2009. Makalah disampaikan pada seminar “Arah, Strategi dan Program

Pembangunan Pertanin 2005 – 2009”. Bogor, 4 Agustus 2004. Badan Penilitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta Tasrif, M. 2004. Model Simulasi Untuk Analisis Kebijakan : Pendekatan

Metodologi System Dynamics. Kelompok Peneliti dan Pengembangan Energi. Institut Teknologi Bandung.

Wattimena, G. A. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Bermutu dan Kultivar Kentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Prodksi Kentang di Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Wattimena, G. A. 2005. Prospek Plasma Nutfah Kentang dalam Mendukung Swasembada Benih Kentang di Indonesia. Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB dan Jurusan Agrohort, Fakultas Pertanian IPB

Widodo,K.H., Abdullah, A., Pramudya, K., dan Pujawan, Nyoman. Prof. D.R. 2010. Supply Chain Management Agroindustri yang berkelanjutan. Lubuk Agung. Bandung.

Widodo,K.H., Abdullah, A., dan Arbita, K.P.D. (2009).”System analysis for supply chain of CPO in Indonesia with considering profit, social welfare and environmental aspect”. Industrial Engineering Journal12 (1), pp.47-55. Widjajatun, D. D. 1985. Beberapa masalah Pembibitan Kentang dan Usaha

Pemecahannya. Penelitian Hortikultura, sub Balai Penelitian Hortikultura Malang. 15 : 483-488.

www.bps.go.id/ (2013). Diunduh pada tanggal 15 September 2013 pukul 20.10 WIB. www.bps.go.id/ (2011) Diunduh pada tanggal 15 September 2013 pukul 20.12 WIB. Yamaguchi, M., dan E.V. Rubatzky. 1998 Sayuran Dunia. Jilid I. Terjemah Catur H. ITB


(6)

86 Lampiran

MAPE Luas Panen Kentang (ha)

Tahun Simulasi (Xm) Aktual (Xd) Xm-Xd I xm - xd I I xm - xd I / xd 2003 64.175 65.923 (1.748) 1.748 0,026515784 2004 64.343 65.420 (1.077) 1.077 0,016462855 2005 63.333 61.557 1.776 1.776 0,028851309 2006 64.881 59.748 5.133 5.133 0,085910825 2007 63.896 62.375 1.521 1.521 0,02438477 2008 64.753 64.151 602 602 0,009384109 2009 65.588 71.238 -5649,58 5.650 0,079305708 2010 65.141 66.531 -1390,04 1.390 0,020893117 2011 65.507 65.323 184,24 184 0,002820446 2012 65.721 64.227 1493,54 1.494 0,023254083 0,317783006 0,031778301 3,177830063 MAPE Produksi Kentang (Ton)

Tahun Simulasi (Xm) Aktual (Xd) Xm-Xd I xm - xd I I xm - xd I / xd 2003 1.032.567 1.009.979 22.588 22.588 0,022364821 2004 1.035.274 1.072.040 (36.766) 36.766 0,034295362 2005 1.019.029 1.009.600 9.429 9.429 0,009339342 2006 1.043.939 1.011.910 32.029 32.029 0,031652024 2007 1.028.089 1.003.732 24.357 24.357 0,024266438 2008 1.041.874 1.057.717 (15.843) 15.843 0,014978487 2009 1.055.317 1.176.304 -120987 120.987 0,102853514 2010 1.048.118 1.060.805 -12687 12.687 0,011959785 2011 1.054.011 955.488 98523 98.523 0,103112755 2012 1.057.443 1.068.800 -11357 11.357 0,010625936 0,365448464 0,036544846 3,654484645