Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok

PEMELIHARAAN INDUK DAN LARVA IKAN NILA
BERBASIS TEKNOLOGI BIOFLOK

DIO RHEZA RIVANDI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemeliharaan Induk
dan Larva Ikan Nila Berbasis Teknologi Bioflok” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Dio Rheza Rivandi
NIM C14100067

4

ABSTRAK
DIO RHEZA RIVANDI. Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila Berbasis
Teknologi Bioflok dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan
JULIE EKASARI.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh pemeliharaan
induk maupun larva dengan sistem bioflok terhadap kinerja produksi dan
ketahanan larva ikan nila. Induk ikan nila dipelihara dengan dua sistem yang
berbeda yaitu teknologi bioflok (BFT) dan kontrol (non-BFT). Larva yang
dihasilkan dari masing-masing induk selanjutnya dipelihara dalam dua sistem
yang berbeda (kontrol dan BFT) untuk melihat kinerja pertumbuhannya. Dengan
demikian, uji pertumbuhan meliputi 4 perlakuan yaitu benih yang berasal dari

induk yang dipeliharan dengan sistem BFT selanjutnya dipelihara dengan sistem
BFT (BFT-BFT), benih Non-BFT dipelihara pada BFT (K-BFT), benih BFT
dipelihara pada media Non-BFT (BFT-K), dan benih Non-BFT dipelihara pada
media Non-BFT (K-K). Kisaran bobot dan panjang larva nila yang digunakan
dalam uji pertumbuhan masing-masing adalah 20-22 mg dan 8,5-11,1 mm. Larva
ikan dipelihara dalam wadah plastik yang berjumlah 16 buah dengan volume 2 L
selama 14 hari. Uji stres salinitas dilakukan dengan merendam larva yang diambil
dari masing-masing bak induk perlakuan ke dalam air laut bersalinitas 35 g/L
selama 1 jam. Hasil uji pertumbuhan menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan
induk dan metoda budidaya larva tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan
bobot akhir larva. Sistem pemeliharaan induk dengan teknologi bioflok
menghasilkan larva dengan kelangsungan hidup lebih tinggi (P 3,0 (Henley 2005)
6,0-9,0
(Popma dan Masser 1999)
> 50
(Boyd dan Zimmerman 2000)
< 1 (SNI 7550 2009)
< 1 (PP No. 82 tahun 2001)
0,1 – 0,7
(Boyd dan Zimmerman 2000)


Uji Salinitas
Wadah yang digunakan uji salinitas adalah wadah plastik dengan ukuran 2
L sebanyak 12 unit. Untuk masing-masing perlakuan induk dipakai 3 toples
(kontrol) dan 3 toples (uji salinitas). Kontrol diisi air tawar (0 g/L) sedangkan
untuk uji salinitas dipakai air laut dengan salinitas 35 g/L.
Larva yang digunakan berasal dari bak induk perlakuan yang telah
diseleksi berdasarkan ukuran. Bobot dan panjang larva yang digunakan masingmasing berkisar antara 15 - 17 mg dan 0.98 – 0.99 cm. Larva nila kemudian
dimasukkan ke dalam media bersalinitas sebanyak 20 ekor/wadah. Uji tantang
dalam media bersalinitas dilakukan dengan merendam larva ikan selama satu jam
dalam media air laut. Ikan yang masih hidup kemudian dipindahkan ke dalam air
tawar dibiarkan selama 1 jam lalu dihitung kelangsungan hidupnya. Pengamatan

5

kelangsungan hidup dilanjutkan hingga 24 jam setelah dipindahkan ke dalam air
tawar.
Parameter uji
Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup dihitung berdasarkan Zonneveld et al (1991) dengan

rumus sebagai berikut:

Keterangan:
Kelangsungan hidup = Kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah ikan pada akhir pengamatan (ekor)
No
= Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor)
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian untuk bobot dan panjang larva dihitung berdasarkan
Huisman (1987) dengan rumus sebagai berikut:
[√
Keterangan:
LPH
Wt
Wo
t

=
=

=
=

]

Laju pertumbuhan harian (%)
Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g/ekor)
Bobotrata-rata pada awal pemeliharaan (g/ekor)
Periode pemeliharaan (hari)

Pertumbuhan panjang mutlak
Pertumbuhan pada larva ikan nila dihitung berdasarkan pertumbuhan panjang
mutlak dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1997):
Pm = Lt – L0
Keterangan:
Pm
= Pertumbuhan panjang mutlak (mm)
Lt
= Panjang rata-rata larva nila akhir (mm)
L0

= Panjang rata-rata larva nila awal (mm)
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft
Excel 2007 dan program statistik SPSS 17 portable. Normalitas dan homogenitas
ragam diuji dengan Kolmogorov-Smirnovdan Levene’s. Setelah asumsi
normalitas dan homogenitas ragam terpenuhi, seluruh data dianalisa dengan
menggunakan analisis ragam ANOVA dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey (P <
0,05).

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Bobot rata-rata akhir (mg/ekor)

Pertambahan panjang dan pertambahan bobot serta pertumbuhan larva
untuk semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Gambar 2 5) (P < 0,05).
150


a

a

a

BFTxBFT

BFTxKontrol

a

120
90
60
30
0
KontrolxBFT

KontrolxKontrol


Gambar 2 Bobot akhir rata-rata larva ikan nila (Oreochromis sp.) yang berasal
dari induk dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada
media bioflok dan media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang
menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)

Panjang rata-rata akhir
(mm/ekor)

2

a

a

BFTxBFT

BFTxKontrol

a


a

1,6
1,2
0,8
0,4
0
KontrolxBFT KontrolxKontrol

Gambar 3 Panjang akhir rata-rata larva ikan nila yang berasal dari induk dengan
sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan
media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan
perbedaan nyata (P < 0,05)

Laju Pertumbuhan Harian Bobot
(%)

7


16
14

a

a

a

a

12
10
8
6
4
2
0
BFTxBFT


BFTxKontrol

KontrolxBFT KontrolxKontrol

Gambar 4 Laju pertumbuhan harian bobot larva ikan nila yang berasal dari induk
dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media
bioflok dan media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang
menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)
Pertambahan Panjang Mutlak
(mm)

60

a

a

a
a

50
40
30
20
10
0
BFTxBFT

BFTxKontrol

KontrolxBFT KontrolxKontrol

Gambar 5 Pertambahan panjang mutlak larva ikan nila yang berasal dari induk
dengan sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media
bioflok dan media kontrol. Huruf yang sama di atas diagram batang menunjukkan
tidak berbeda nyata (P < 0,05)
Kelangsungan hidup larva yang dihasilkan dari induk yang dipelihara dengan
sistem bioflok menunjukkan nilai yang lebih tinggi secara signifikan.
Kelangsungan hidup terendah didapat pada kombinasi perlakuan benih kontrol
yang dipelihara pada media kontrol (P < 0,05) (Gambar 6), sedangkan
kelangsungan hidup tertinggi didapat pada perlakuan kombinasi benih BFT yang
dipelihara pada media BFT.

8

a

ab

100
Kelangsungan hidup (%)

b

b

80
60
40
20
0
BFTxBFT

BFTxKontrol

KontrolxBFT

KontrolxKontrol

Gambar 6 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan
sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol yang dipelihara pada media bioflok dan
media kontrol. Huruf yang berbeda di atas diagram batang menunjukkan
perbedaan nyata (P < 0,05)
Hasil uji salinitas menunjukkan bahwa larva yang berasal dari induk bioflok lebih
tahan terhadap perubahan salinitas daripada larva yang berasal dari induk kontrol
(Gambar 7).

Kelangsungan hidup (%)

1 jam setelah uji salinitas
a
100

24 jam setelah uji salinitas

80
60

x
b

40
20

y

0
Benih BFT

Benih Kontrol

Gambar 7 Kelangsungan hidup larva ikan nila yang berasal dari induk dengan
sistem pemeliharaan bioflok dan kontrol pada perendaman dengan salinitas 35 g/L
selama 1 jam dan 24 jam setelah perendaman. Huruf yang berbeda di atas diagram
batang dengan pola yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)
Pembahasan
Laju pertumbuhan harian bobot dan pertambahan panjang mutlak
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini
menunjukkan bahwa media pemeliharaan induk dan metode pemeliharaan larva
tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan. Pada penelitian kali ini
diduga pertumbuhan yang tidak nyata diakibatkan oleh kebutuhan nutrien yang
dibutuhkan oleh larva yang sudah maksimal, sehingga kontribusi bioflok dalam
hal ini tidak signifikan. Hal ini didukung oleh laju pertumbuhan larva yang
diperoleh dalam penelitian ini yang setara dengan hasil penelitian El Sayed

9

(2002) dan El-Sayed dan Kawanna (2004) yang menggunakan larva ikan nila
dengan ukuran awal yang sama dengan kepadatan yang 3 kali lebih rendah.
Berdasarkan uji statistik terhadap nilai kelangsungan hidup larva ikan nila
yang berasal dari induk yang dipelihara pada media bioflok berbeda nyata jika
dibandingkan larva yang berasal dari kontrol. Sementara media pemeliharaan
larva tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan
hidup larva. Hal ini sesuai dengan pernyataan Emerenciano et al. (2011) bahwa
bioflok dapat berkontribusi sebagai sumber nutrien bagi induk yang dapat
meningkatkan jumlah maupun kualitas telur. Menurut penelitian yang dilakukan
McIntosh et al. (2000) kandungan protein pada media bioflok dapat mencapai
43%, lemak 12,5% dan kadar abu dapat mencapai 26,5%. Lemak diketahui sangat
berpengaruh sebagai sumber energi untuk aktifitasreproduksi dan sebagai
komponen sintesis membran (Kanazawa et al. 1979; Teshima dan Kanazawa
1983; Teshima et al. 1988). Kondisi nutrisi induk berpengaruh pada cadangan
nutrisi dan energi yang tersedia bagi larva terutama pada stadia awal ketika larva
belum dapat makan sendiri (Mokoginta 1992). Cadangan nutrisi dan energi yang
tersedia bagi larva berperan penting terhadap daya tahan larva pada fase awal
kehidupannya. Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa
kontribusi bioflok pada nutrien induk juga berperan dalam peningkatan ketahanan
larva sehingga tingkat kelangsungan hidup larva lebih tinggi daripada kontrol.
Kelangsungan hidup larva salah satunya ditentukan oleh daya tahan larva
terhadap perubahan lingkungan. Salah satu metode yang digunakan untuk
mengevaluasi daya tahan larva terhadap perubahan lingkungan adalah dengan uji
salinitas (Lin et al. 2000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelangsungan
hidup pada uji salinitas larva menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar
perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pada induk yang dipelihara dengan sistem
bioflok menghasilkan larva yang lebih tahan terhadap perubahan salinitas.
Pemanfaatan bioflok oleh induk nila diduga mampu meningkatkan kualitas dan
kemampuan larva dalam menghadapi perubahan lingkungan. Gunasekera et al.
(1995) yang menyatakan bahwa nutrisi induk, salah satunya tingkat protein, dapat
mempengaruhi pertumbuhan oosit, kualitas telur dan larva pada ikan nila.
Kontribusi nutrisi bioflok terutama lemak diduga mampu meningkatkan
kemampuan sel dalam menghadapi perubahan lingkungan terutama perubahan
salinitas yang drastis.
Selain itu bioflok juga berpotensi sebagai pakan alami bagi larva. Selain
mengandung beberapa nutrisi esensial (Tacon 2000), bioflok juga diketahui
memberikan kontribusi enzim-enzim pencernaan yang dapat membantu proses
pencernaan pakan baik pakan buatan maupun bioflok oleh larva. Pada tahap awal
kehidupan ikan, enzim pankreas seperti tripsin, amilase dan lipase, sangat penting
untuk pencernaan larva, karena pada tahap ini saluran pencernaan masih belum
berfungsi penuh (Zamboino-Infante dan Cahu 2001). Menurut penelitian Xu dan
Pan (2012) terdapat beberapa enzim yang mengalami peningkatan aktivitas pada
udang yang dipelihara dengan sistem bioflok diantaranya enzim protease dan
enzim amilase. Kontribusi enzim pencernaan serta nutrien penting seperti
senyawa-senyawa bioaktif seperti vitamin, enzim, fitosterol dan fotopigmen
(Linan-Cabello et al. 2002; Burford et al. 2004) diduga dapat berperan dalam
penyempurnaan organ tubuh termasuk yang berperan dalam osmoregulasi pada
larva. Salze et al. (2008) menyatakan kontribusi nutrien dari mikroflora usus pada

10

larva dapat mempercepat penyempurnaan organ-organ yang berperan dalam
osmoregulasi sehingga lebih tahan terhadap perubahan salinitas.
KESIMPULAN
Pemeliharaan induk dengan sistem bioflok dapat meningkatkan kuantitas
dan kualitas larva ikan nila.

11

DAFTAR PUSTAKA
Avnimelech Y. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal
discharge bio-flocs technology ponds. Aquaculture 264: 140-147.
Avnimelech Y. 1999. Carbon nitrogen ratio as a control element in aquaculture
systems. Aquaculture 176: 227–235.
Asaduzzaman M, Wahab MA, Verdegem MCJ, Huque S, Salam MA, Azim ME,
2008. C/N ratio control and substrate addition for periphyton development
jointly enhance freshwater prawn Macrobrachium rosenbergii production in
ponds. Aquaculture 280: 117–123.
Ballester ELC, Abreu PC, Cavalli RO, Emerenciano M, Abreu L, Wasielesky W
2010. Effect of practical diets with different protein levels on the
performance of Farfantepenaeus paulensis juveniles nursed in a zero
exchange suspended microbial flocs intensive sistem. Aquaculture Nutrition
16: 163–172.
Boyd C, Zimmerman S. 2000. Grow-out systems –Water Quality and Soil
Management. Freshwater Prawn Culture: The Farming of Macrobrachium
rosenbergii. Oxford (UK): Blackwell Publishing Ltd.
Burford MA, Sellars MJ, Arnold SJ, Crocos PJ, Preston NP. 2004. Contribution
of the natural biota associated with substrates to nutritional requirements of
the post-larval shrim, Penaeus esculentus (Haswell), in high-density rearing
sistems. Aquaculture Research 35: 508-515.
Crab R, Avnimelech Y, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete W. 2007. Nitrogen
removal techniques in aquaculture for a sustainable production. Aquaculture
270: 1-14.
Crab R, Defoirdt T, Bossier P, Verstraete W. 2012. Biofloc technology in
aquaculture beneficial effects and future challenges. Aquaculture 357: 351356.
Dabrowski K, Cierszko A. 2001. Ascorbic acid and reproduction in fish:
endocrine regulation and gamete quality. Aquaculture Research 32: 623638.
De Schryver P, Verstraete W. 2009. Nitrogen removal from aquaculture pond
water by heterotrophic nitrogen assimilation in lab-scale sequencing batch
reactors. Bioresource Technology 100: 1162-1167.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusantara.
Ekasari J, Crab R, Verstraete W. 2010. Primary nutritional content of bio-flocs
cultured with different organic carbon source and salinitiy. Hayati journal
of Bioscience 17: 125-130.
Ekasari J, Zairin M, Putri DU, Sari NP, Surawidjaja EH,Bossier P. 2013. Bioflocbased reproductive performance of Nile tilapia Oreochromis niloticus L.
broodstock. Aquaculture Research: 1-4
El-Sayed AFM. 2002. Effects of stocking density and feeding levels on growth
and feed efficiency of Nile tilapia (Oreochromis sp. L.) fry. Aquaculture
Research 33: 621-626.

12

El-Sayed AFM, Kawanna M. 2004. Effects of photoperiod on the performance of
farmed Nile tilapia (Oreochromis sp.): I. Growth, feed utilization efficiency
and survival of fry and fingerlings. Aquaculture 231: 393-402.
Emerenciano M, Cuzon G, Goguenheim J, Gaxiola G. 2011.Floc contribution on
spawning performance of blue shrimp Litopenaeus stylirostris. Aquaculture
Research 19: 891-901
Fitzsimmons K, Gonzalez P. 2005. Over view of global trade and markets for
tilapia – 2005. World Aquaculture 2005 Book of Abstracts, Bali, Indonesia.
Gunasekera RM, Shim KF, Lam TJ. 1995. Effect of dietary protein level on
puberty, oosit growth and egg chemical composition in the tilapia,
Oreochromis sp. (L.). Aquaculture 134: 169-183.
Hargreaves JA. 2006. Photosynthetic suspended-growth sistems in aquaculture.
Aquacultural Engineering 34: 344–363.
Hepher B, PrugininY. 1981. Commercial fish farming: with special reference to fish
culture in Israel.John Wiley and Son. New York. 261 pp.
Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Departement of Fish
Cultureand Fisheries. Wageningen Agricultural University.Wageningen.
Netherlands.57-122 pp.
Kanazawa A, Teshima S, Ono K. 1979. Relationship between essential fatty acid
requirements of aquatic animals and the capacity for bioconversion of
linolnic acid to highly unsaturated fatty acids. Comparative
Biochemistryand Physiology 63B: 295-298.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Rencana srategis kementrian
kelautan dan perikanan 2010-2014. Jakarta.
Lawson TB. 1995. Fundamentals of Aquacultural Engineering. New York (US):
Chapman & Hall.
Lin LY, Weng CF, Hwang PP. 2000. Effects of cortisol and salinity challenge on
water balance in developing larvae of Tilapia (Oreochromis mossambicus).
Chicago Journals 73: 8-10
Linan-Cabello MA, Paniagua-Michel J, Hopkins PM. 2002. Bioactive roles of
caratenoids and retinoids in crustaceans. Aquaculture Nutrition 8: 299-309.
Little DC, Azim ME. 2008. The biofloc technology (BFT) in indoor tanks: water
quality, biofloc composition, and growth and welfare of Nile tilapia
(Oreochromis sp.). Aquaculture 283: 29-35.
McIntosh D, Samocha TM, Jones ER, Lawrenc AL, McKee DA, Horowitz S,
Horowitz A. 2000. The effect of a bacterial supplement on the high-density
culturing of Litopenaeus vannamei with low-protein diet in outdoor tank
system and no water exchange. Aquculture Engineering 21: 215-227.
Mokoginta I. 1992. Essential fatty acid requirements of catfish (Clarias batracus
Linn.) for broodstock development [Desertasi]. Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Popma TJ, Masser M. 1999. Tilapia: life history and biology. Southern Regional
Aquaculture Center (USA): United States Department of Agriculture.
Rocha MJ. 2008. Fish Reproduction. California (USA): Science Publisher.
Salze G, McLean E, Schwarz MH, Craig SR. 2008. Dietary mannan
oligosaccharide enhances salinity tolerance and gut development of larval
cobia. Aquaculture 274: 148-152

13

Santiago CB, Aldaba MB, Reyes OS. 1987. Influence of feeding rate and diet
form on growth and survival of Nile Tilapia (Oreochromis sp.) fry.
Aquaculture 64: 277-282.
Sumantadinata K. 1981. Pengembangbiakan Ikan-ikan di Indonesia. Bogor (ID):
Sastra Huyada.
Suyanto. 1993. Nila. PT. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Tacon, A. 2000. Shrimp feeds and feeding regime in zero exchange outdoor
tanks. Global Aquaculture Advocate 3 (2): 15-16
Teshima SI, Kanazawa A, Kushio S, Horinouchi K. 1988.Lipid metabolism in
destalked prawn Penaeus japonicas I; induced maturation and accumulation
of lipids in the ovaries.Nippon Suisan Gakkaishi 54: 1115-1122.
Teshima SI, Kanazawa A. 1983.Variation in lipid composition during the ovarian
maturation of the prawn. Bull. Japan Society for the Science. Fish 49 (6):
957-962.
Xu WJ, Pan LQ. 2012. Effects of bioflocs on growth performance, digestive
enzyme activity and body composition of juvenile Litopenaeus vannamei in
zero-water exchange tanks manipulating C/N ratio in feed. Laboratory of
Mariculture, Ministry of Education, Ocean University of China.
Zambonino-Infane JL, Cahu C. 1994. Development and response to a diet change
of some digestive enzymes in sea bass (Dicetrarchus labrax) larvae. Fish
Physiology and Biochemistry 12: 399-408.
Zonneveld NZA, Huisman EA, Bonn JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama, 318 hal.

14

LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Molase
Perhitungan jumlah molase mengacu pada Avnimelech (1999).
Catatan : 1. % Nitrogen pakan
: 16%
2. % Nitrogen ekskresi nila : 75%
3. % C pakan
: 38%
Asumsi : ∑ pakan/hari = A
 ∑ Nitrogen = ∑ pakan/hari x % Nitrogen pakan/hari x % Nitrogen
ekskresi
= A x (36% x16%) x 75%
= 0,043A
 C/N
= 15
C/0,043A = 15
C
= 0,648A
 Kandungan C molase = 53%
= (100/53) x 0,645A = 1,22A
Jadi molase yang ditambahkan per hari yaitu 1,22 kali pakan.
Lampiran 2 Analisis sidik ragam tingkat kelangsungan hidup
Source

Type III Sum of Squares

Df

Mean Square

F

Sig.

a

3

818.448

8.337

.003

108900.000

1

108900.000

1109.348

.000

.000

1

.000

.000

1.000

2177.622

1

2177.622

22.183

.001

277.722

1

277.722

2.829

.118

Error

1177.989

12

98.166

Total

112533.333

16

3633.333

15

Corrected Model

2455.344

Intercept
Larva
INDUK
Larva * INDUK

Corrected Total

a. R Squared = .676 (Adjusted R Squared = .595)
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan
Tukey B

a

Duncan

a

N

1

2

3.00

4

66.6675

1.00

4

75.0000

2.00

4

4.00

4

3.00

4

66.6675

1.00

4

75.0000

2.00

4

4.00

4

Sig.

3

75.0000
90.0000

90.0000
98.3325

75.0000
90.0000

90.0000
98.3325

.257

.053

.257

15

Lampiran 3 Analisis sidik ragam laju pertumbuhan harian bobot
Type III Sum of
Squares

Source

df
a

Corrected Model
Intercept
INDUK
Larva
INDUK * Larva
Error
Total
Corrected Total

18.810
2199.610
16.810
1.000
1.000
46.140
2264.560
64.950

Mean Square
3
1
1
1
1
12
16
15

6.270
2199.610
16.810
1.000
1.000
3.845

F
1.631
572.070
4.372
.260
.260

Sig.
.234
.000
.058
.619
.619

a. R Squared = .290 (Adjusted R Squared = .112)
Subset for alpha
= 0.05
Perlakuan
Tukey B

a

Duncan

a

N

1

1.00

4

10.2000

3.00

4

11.2000

2.00

4

12.7500

4.00

4

12.7500

1.00

4

10.2000

3.00

4

11.2000

2.00

4

12.7500

4.00

4

12.7500

Sig.

.113

Lampiran 4 Analisis sidik ragam pertambahan panjang mutlak
Source
Corrected Model
Intercept
INDUK
Larva
INDUK * Larva
Error
Total
Corrected Total

Type III Sum of
Squares

df
a

.141
220.077
2.500E-5
.141
.000
3.479
223.697
3.620

Mean Square
3
1
1
1
1
12
16
15

.047
220.077
2.500E-5
.141
.000
.290

F
.162
759.083
.000
.485
.001

Sig.
.920
.000
.993
.499
.978

16

Type III Sum of
Squares

Source

df
a

Corrected Model
Intercept
INDUK
Larva
INDUK * Larva
Error
Total
Corrected Total

18.810
2199.610
16.810
1.000
1.000
46.140
2264.560
64.950

Mean Square
3
1
1
1
1
12
16
15

F

6.270
2199.610
16.810
1.000
1.000
3.845

Sig.

1.631
572.070
4.372
.260
.260

.234
.000
.058
.619
.619

a. R Squared = .039 (Adjusted R Squared = -.201)
Subset for alpha = 0.05
Larva
Tukey B

a

a

Duncan

N

1

PERLAKUAN

4

3.6125

LPH

4

3.6175

SR

4

3.7975

FCR

4

3.8075

PERLAKUAN

4

3.6125

LPH

4

3.6175

SR

4

3.7975

FCR

4

3.8075

Sig.

.643

Lampiran 5 Analisis sidik ragam bobot akhir
Type III Sum of
Squares

Source
Corrected Model
Intercept
INDUK
Larva
INDUK * Larva
Error
Total
Corrected Total

df
a

903.082
185856.048
298.331
575.508
29.244
9227.688
195986.819
10130.771

Mean Square
3
1
1
1
1
12
16
15

301.027
185856.048
298.331
575.508
29.244
768.974

a. R Squared = .089 (Adjusted R Squared = -.139)
Subset for alpha = 0.05
Larva
Tukey B

a

N

1

LPH

4

98.8140

PERLAKUA
N

4

104.7463

SR

4

108.1050

FCR

4

119.4450

F
.391
241.694
.388
.748
.038

Sig.
.761
.000
.545
.404
.849

17

Duncana

LPH

4

98.8140

PERLAKUA
N

4

104.7463

SR

4

108.1050

FCR

4

119.4450

Sig.

.348

Lampiran 6 Analisis sidik ragam panjang akhir
Type III Sum of
Squares

Source
Corrected Model
Intercept
INDUK
Larva
INDUK * Larva
Error
Total
Corrected Total

df
a

.046
43.484
.019
.027
7.656E-5
.139
43.669
.185

Mean Square

3
1
1
1
1
12
16
15

.015
43.484
.019
.027
7.656E-5
.012

F
1.337
3767.504
1.680
2.323
.007

a. R Squared = .250 (Adjusted R Squared = .063)
Subset for alpha = 0.05
Larva
Tukey B

a

Duncan

a

N

1

LPH

4

1.575

PERLAKUAN

4

1.640

SR

4

1.652

FCR

4

1.727

LPH

4

1.575

PERLAKUAN

4

1.640

SR

4

1.652

FCR

4

1.727

Sig.

.089

Sig.
.309
.000
.219
.153
.936

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surakarta tanggal 18 Agustus 1992 dari ayah Arif
Effendi dan ibu Sri Wahyuni. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan di SD Muhammadiyah I Surakarta pada tahun
1998-2001 dan dilanjutkan di SDN 2 Rawa Laut Bandar Lampung 2001-2004.
SMP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2004-2007. SMAN 2 Bandar
Lampung 2007-2010. Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi
Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Talenta Mandiri Institut Pertanian Bogor (UTMI) pada tahun 2010.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi pengurus di
Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sebagai Anggota Divisi
Kewirausahaan 2011/ 2012 dan 2012/ 2013, asisten Teknologi Produksi Plankton,
Bentos dan Alga 2013/ 2014 dan Nutrisi Ikan 2013/ 2014. Penulis pernah
mengikuti kegiatan IPB Goes to Field 2012 dan ditempatkan di Kabupaten
Brebes. Lomba yang pernah dimenangkan penulis antara lain, pendanaan PKM-P
DIKTI 2012 dan melaksanakan magang pada tahun 2011 di Balai Besar
Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Praktik Lapang pada tahun 2013 di
Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dengan judul
“Pembenihan Ikan Patin Pangasius sp. di Kolam Percobaan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor”.
Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis
dengan menyusun skripsi yang berjudul “Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan
Nila Berbasis Teknologi Bioflok”.