BAHAN DAN METODE Pemeliharaan Induk Ikan Tuna

  Jurnal Riset Akuakult ur, 12 (1), 2017, 49-56

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

PERFORM A PEM IJAHAN IKAN TUNA SIRIP KUNING

  Thunnus albacares

DI KERAM BA JARING APUNG

  

Jhon Harianto Hutapea, Ananto Setiadi, Gunawan, dan I Gusti Ngurah Perm ana

Balai Besar Rise t Bu didaya Laut dan Penyuluhan Pe rikanan

  

(Naskah dit erima: 21 M aret 2016; Revisi final: 21 M ar et 2017; Diset uj ui publikasi: 21 M aret 2017)

ABSTRAK

Ikan t una sirip kuning meru pakan komo ditas e kspo r yang bern ilai ekono mis tin ggi yan g po pulasin ya

semakin menurun di alam. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya

Laut, Gondol dan bertujuan untuk mengetahui performa pemijahan ikan tuna sirip kuning yang dipelihara

di dalam keramba jaring apung. Sebanyak 100 ekor induk ikan tuna dengan ukuran bobot sekitar 15-30 kg

dipelihara dalam keramba sejak tahun 2014. Induk ikan diberi pakan berupa ikan layang dan cumi-cumi

dengan rasio 2:1 dua kali sehari (pagi dan sore hari). Pengamatan yang dilakukan meliputi tingkah laku

induk, pemijahan, dan keragaan telur yang dihasilkan, serta kualitas air terutama suhu dan oksigen dilakukan

setiap hari. Induk ikan memijah untuk pertama kalinya terjadi pada tahun 2015. Selanjutnya pemijahan

terjadi hampir setiap malam hari dengan jumlah telur yang dapat dikumpulkan berkisar 30.000-3.600.000

b ut ir. Daya te t as t elu r yang dipe ro leh b erkisar 26%-96%, de ngan ke tah an an h idu p lar va t an p a pakan

  • ( survival act ivit y index SAI ) berkisar 0,1-3,8. Berdasarkan hasil pengamatan ini dapat disimpu lkan bahwa

    induk ikan tuna sirip kuning umur dua tahun dapat memijah di keramba jaring apung dan menghasilkan

    performa pemijahan yang baik.

  KATA KUNCI: ikan tuna sirip kuning; keramba jaring apung; performa pemijahan ABSTRACT: Spawning performance of yellowfin tuna,

  Thunnus albacares reared in floating net cage. By: Jhon Harianto Hutapea, Ananto Setiadi, Gunawan, and I Gusti Ngurah Permana

  

Yellowfin t una is an export commodit y and high economic value but it s populat ion t end t o decrease. The research was

conduct ed at Inst it ut e for M aricult ure Research and Development of Indonesia. The purpose of t his st udy was t o

observe t he spawning performance of yellowfin t una in float ing net cage. The st udy was st art ed in 2014 using 100

broodst ock wit h est imat ed weight range of 15-30 kg. Feed supplied for broodst ock were scad mackerel and squid wit h

2:1 rat io and was given t wice a day in t he morning and aft ernoon. The obser vat ions included broodst ock behavior,

spawning, egg performance, and daily morning of wat er quality (t emperat ure and dissolve oxygen). First spawning was

obser ved in Januar y, 2015, where eggs were found in float ing net collect or deployed in float ing net cage. Spawning

occured nearly every day at night t ime. The number of eggs collected was ranged from 30,000 to 3,600,000 eggs wit h

varied hat ching of 26%-96% and survival act ivit y index of 0.1-3.8. Based on t hese result s, it can be concluded t hat

yellowfin t una broodst ock can spawn in float ing net cage near shore at t he age of t wo year wit h good spawning

performance.

  KEYW ORDS: floating net cage; yellowfin tuna; spawning performance

PENDAHULUAN berko nt ribusi sebanyak 12% yait u sebanyak 1,1 jut a

t o n (Jusuf, 2014).

  Dat a st at ist ik FAO menunjukkan bahwa ko ntribusi

  Thunnus Bluefin

  hasil penangkapan ikan t una sirip kuning ( Mengacu pada ko ndisi perikanan t una di

  albacares

  ) t erhadap t o t al t o nase perdagangan dunia t ahun 1960 yang pro duksinya mencapai 80.000 t o n m e n capai 2 7 % (An o n ym o u s, 2 01 4 ) d an In do n e sia dan di t ahun 2012 t urun menjadi kurang dari 10.000 # t o n (Kennedy, 2 014), bukan t idak mungkin ko ndisi

  Ko r esp o n d e n si: Balai Be sar Rise t Bu d id aya Lau t d an

  yang sama akan t erjadi pada ikan t una sirip kuning Pe n yu lu h an Pe r ikan an . Jl. Br. Go n d o l, Ke c. Ge ro kg ak Kab . sehingga diperlukan unt uk melakukan usaha budidaya.

  Bu le le n g , Ko t ak Po s 1 4 0 , Sin g ar aja, Bali 8 11 0 1 , In d o ne sia.

  Usaha budidaya ikan tuna saat ini masih mengandalkan

  Te l. + (0 3 6 2 ) 9 2 2 7 8 baby hut apeahar i ant o@ gmail .com benih alam yang berupa t una hasil t angkapan

  E-m ail: Co p yright @ 201 7, Jurn al Rise t Akuakult ur, e-ISSN 25 02-6534

  49 Co p yright @ 2 017 , Jurnal Riset Akuakultu r, e-ISSN 250 2-65 34 Performa pemijahan ikan t una sirip kuning, Thunnus albacares ..... (Jhon Harianto Hutapea)

  n elayan. Hal ini t e nt un ya ju ga akan m em pe rce pat t erjadinya penurunan po pulasinya di alam (De St efano & Van Der Heijden, 2007).

  BAHAN DAN M ETODE Pem eliharaan Induk Ikan Tuna

  Pemijahan Induk dan Penanganan Telur Ikan Tuna

  yait u Vit amin C dan E, sert a vit am in m ix de ngan jum lah 1 % dari e st im asi bo bo t kering pakan se gar yang diberikan. Vit am in dimasukkan ke dalam kapsul (0,3 g vit amin/kapsul) lalu kapsul ini disisipkan ke dalam ikan layang dan cumi- cumi sebelum diberikan ke induk ikan.

  immunost imulant agent

  Pakan d ip ind ah kan ke dalam ruang dingin ( chiller ) dengan suhu 0°C-5°C sehari sebelum diberikan pada induk ikan agar es pada pakan meleleh dan mudah d ib e r sih ka n . Ju m lah p a ka n s e ga r yan g d ib e rik an disesuaikan set iap 2-3 hari. Jika pemanfaat an pakan o leh indu k ikan t u na me ningkat , maka pem be rian ju m lah p a ka n ju ga d it in gk a t k an . De m ik ia n ju g a sebaliknya jumlah pakan dit urunkan jika nafsu makan ikan berkurang. Penambahan vit amin juga dilakukan sebagai

  cold st orage ) dengan suhu minus 20°C-30°C.

  Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah pakan segar berupa ikan layang dan cumi-cumi dengan perbandingan 2:1. Persentase pemberian sebanyak 3%- 5% dari est imasi bio massa ikan t una yang dipelihara per hari sehingga dipero leh t ingkat kekenyangan induk yang o pt im um d an p em be rian p akan d it in gkat kan sampai 7% per hari terut ama pada musim ikan liar yang melimpah. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan so re hari. St o k pakan segar disimpan dalam ruangan pendingin (

  et al . (2010).

  Calo n induk ikan t una dengan bo bo t 0,3-0,4 kg d it angkap d i se kit ar rum p o n yan g t e rle t ak 1 2 -1 5 neut icalmile lepas pant ai Ut ara Bali pada pertengahan t ahun 2013 dengan mengikut i met o de penangkapan dan t ran sp o rt asi ke KJA yang t elah dike mb an gkan sebelumnya (Hut apea et al ., 2010). Pemeliharaan ikan dilakukan hingga mencapai induk dengan memberikan pakan dan o b ser vasi kesehat an ikan sesuai dengan met o de yang dikembangkan Hut apea

  (HDPE) de ngan mat a jarring 3,5 inci; yang d ip asan g b e rjarak 3 0 0 -40 0 m d ari p an t ai d e n gan kedalaman perairan 20-30 m.

  Et hylene

  Pemeliharaan induk ikan tuna sirip kuning dilakukan di KJA milik BBPPBL yang t erlet ak di Dusun Go ndo l Desa Penyabangan Kecamat an Gero kgak Kabupat en Bu le le n g , Ba li. KJA b e r b e n t u k b u n d a r d e n g a n diam et er 5 0 m dan ke dalaman jaring 8 m d en gan menggunakan jaring dengan bahan High Densit y Poly

  Me m p e r h a t ik a n b e b e r a p a fa k t o r ya n g memengaruhi pemat angan dan pemijahan ikan t una sirip kuning baik berdasarkan ukuran, umur, maupun lo kasi pemijahannya, maka perlu dilakukan penelit ian untuk mengetahui performa pemijahan induk ikan tuna sirip ku ning yan g d ipe lih ara d alam keramb a jaring apung (KJA) di laut .

  Balai Besar Penelit ian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL), Gondo l-Bali telah berpengalaman dalam t ransport asi ikan t una hidup dan pemeliharaan hingga pemijahan induk ikan t una dalam bak bet o n (Hut apea

  et al ., 2010).

  ., 2 0 0 7 ). Se b a lik n ya , d i d a e r a h khat ulist iwa dengan po sisi lint ang 10°LU-15°LU dan bujur 120°BT-180°BT di Samudera Pasifik, ikan t una sirip kuning dapat memijah sepanjang t ahun dengan puncak pemijahan pada bulan Juli-No vember. Induk ikan tuna sirip kuning dengan ukuran bo bo t lebih dari 9 kg at au panjang cagak lebih dari 82,2 cm; dengan p erkiraan um ur se kit ar d ua t ahu n yan g dip elih ara dalam bak t erko nt ro l dapat memijah sepanjang t ahun (Hut apea

  et al

  d i Panama m ulai m em ijah k e t ika su h u a ir m e n ca p ai se k it a r 2 3 ,3 °C-2 9 ,7 °C (Me r g u lie s

  T. albacares

  Ho rie (2015) menemukan bahwa s u h u p e r a ir a n m e r u p a k a n fa k t o r ya n g s a n g a t berpengaruh terhadap pemijahan ikan t una. Ikan t una sirip kuning

  &

  Info rmasi yang t ersedia menyat akan bahwa ikan t u n a sirip ku n in g b e t ina m e m ijah u n t u k p e rt am a kalin ya pada um ur 1,6 -2 ,0 t ah un (Mergulies et al ., 2007 ). Pene lit ian lain m enggunakan panjang cagak sebagai st andar dan dipero leh info rmasi bahwa ikan t u na bet ina me mijah unt u k p ert ama kalin ya pada ukuran panjang cagak 52,5-56,7 cm di perairan Filipina, yan g b e rbe d a d en gan di Sam u de ra Pasifik Te n gah bagian kh at ulist iwa p ada panjang cagak 70-80 cm, bahkan di Samudera Hindia umumnya pada panjang cagak d i at as 9 0 cm (Sum ad h ih arga, 2 00 9 ). Hasil penelit ian Ashida

  et al ., 2015).

  ., 2010). Namun selama pemeliharaan induk dalam bak bet o n dit emukan beberapa permasalahan sepert i t in ggin ya m o rt alit as in d u k akib at ikan m e n ab rak dinding, pemijahan hampir setiap hari sehingga ketika ada infeksi endo parasit dalam telur, siklus endo parasit t ersebut t idak bisa diput us maka seluruh t elur yang dihasilkan pada hari selanjutnya t idak dapat digunakan dan pro dukt ivit as induk pada t ahun ket iga pemijahan sangat rendah. Unt uk menanggulangi permasalahan t ersebut maka sejak t ahun 2013, pemeliharaan induk ikan t una mulai dialihkan dalam karamba jaring apung (KJA) di laut (Hut apea

  et al

  Pengamat an pemijahan induk ikan t una dilakukan set iap malam selama seminggu setelah t erlihat adanya tanda-t anda pemijahan, antara lain induk ikan berenang Co p yright @ 201 7, Jurn al Rise t Akuakult ur, e-ISSN 25 02-6534

  51 Jurnal Riset Akuakult ur, 12 (1), 2017, 49-56 beriringan dengan kecepat an yang lebih t inggi dari biasanya. Un t uk menget ahui adanya pe mijahan, air la p is a n p e r m u k a a n d a la m KJA d is a r in g d e n g a n menggunakan saringan seser b ert angkai ( scope net )

  Gambar 1. Skema pengamat an pemijahan induk ikan t una sirip kuning (

  St erilize t he eggs using formaldehyde Tebar t elur dalam inkubator

  Harvest the eggs using scoop net Suci-ham akan dengan formalin

  Put t he eggs int o t he bucket Panen t elur me nggunakan se rok bert angkai

  Sieve t he eggs using double sieve Tampung t elur dalam ember

  Sort out bet ween eggs and copepods Saring dengan saringan bert ingkat

  Set t he net circling t he inner side of float ing net cage Pisahkan te lur dan copepod

  Eggs found Pasang jaring keliling dalam keramba jaring apung

  Day aft er: Collect or checked Ada te lur

  Deploy floating eggs collect or Hari be rikut nya: Pengecekan kolekt or

  

Figure 1. Schemat ic on spawning observat ion of yellowfin t una (Thunnus albacares), harvest ing and han-

dling of eggs Pemasangan kole kto r te rapung

  ), pemanenan dan penanganan t elur

  Thunnus albacares

  t erbuang dan dipero leh t elur yang lebih bersih. Hasil saringan ini dimasukkan ke dalam bak penampungan b e r u p a e m b e r p la s t ik vo lu m e 1 5 L ya n g t e la h dilengkapi dengan aerasi. Set elah panen selesai, t elur- t e lu r dalam e mb er dit ran sp o rt asikan ke d arat d an dimasukkan dalam bak fiber kerucut vo lume 100 L untuk dilakukan pemisahan antara telur dan organisme lain (co p epo d) yang masih t ercampur dengan t elur. Met o de p em isah an me m an faat kan sifat p ho t aksis po sit if co p ep o d sed angkan t e lur de ngan perfo rma yang baik akan mengapung di permukaan air. Unt uk it u, bak fiber yang t elah berisi t elur dit utup kain hit am dari bagian at as hingga dasar, t anpa aerasi dan pada bagian dasar bak diberi cahaya (lampu sent er). Telur yang b aik akan me ngap ung ke lapisan p ermu kaan sement ara co pepod dan o rganisme lainnya mendekat i cahaya dan t elur rusak berkumpul di dasar bak. Setelah o rgan isme t arget t e rkum pu l, air bagian dasar bak dibuang dengan cara membuka keran secara perlahan- lahan sampai semua t elur yang rusak, co pepo d, dan o rgan isme lain t erbu ang. Se lan ju t n ya t elu r disu ci- hamakan melalui perendaman dalam larut an fo rmalin 25 mg/L selama 10 menit dengan t et ap diaerasi dengan kecepat an yang cukup unt uk mengaduk t elur secara merat a. Sekit ar 100 but ir t elur diambil secara acak u n t u k k e p e r lu a n p e n g a m a t a n d a n p e n g u k u r a n d ia m e t e r t e lu r d a n b u t ir a n m in ya k , s t a d ia perkembangan embrio , dan ko ndisi t elur (st eril at au fe r t ile ), s e r t a a d a t id a k n ya in fe ks i e n d o p a r a sit . Pe ngamat an dilakukan di bawah mikro sko p Niko n SMZ1000 dan Niko n EclipseE600 yang dihubungkan d en gan kam e ra Niko n Digit al DXM12 0 0F-TV Len s C-0.6X Japan dan ko mput er yang dilengkapi pro gram Win ROOF v 5.0 u n t u k p e n yim pan an gam b ar dan pro gram ACT-Minat i Co rpo rat io n unt uk pengukuran.

  dengan ukuran mata jaring 400 µm, dan hasilnya

  400 µm , agar sampah dan o rganisme hidup yang halus

  t una disaring lagi dengan saringan ukuran mesh size

  lebih dari 1.000 µm tidak lolos. Selanjutnya, telur ikan

  1.000 µm . Telur ikan t una dapat m e le w at i s ar in g an t e rs e b u t , s e d an g ka n p ar t ike l sampah dan o rganisme hidup lainnya yang berukuran

  mesh size

  Hasil pemanenan telur yang t erkumpul dalam serok a t a u se s e r, d isa r in g d e n ga n sa r in ga n b e r t in g ka t berukuran

  1,5 m di bawah permukaan air. Agar jaring t et ap dalam po sisi yang baik, maka bagian at asnya diikat ke jaring KJA sement ara bagian bawahnya dipasang pemberat .

  500-600 µm. Jaring dipasang 50 cm di atas air hingga

  Jika d it e m u kan t e lu r, m aka p e n gam b ilan t e lo r dilakukan secara manual dengan menggunakan sero k mengitari KJA atau dengan menggunakan sampan kecil (ka t a m a r an ) b e r m e s in ya n g d i b ag ia n d e p a n n ya dilengkapi dengan seser. Agar t elur t idak keluar dari KJA se b e lu m d ip an e n , p a d a so re h a ri b e riku t n ya d ilaku kan p e m asan gan jaring m e n ge lilingi b agian dalam KJA dengan lebar jaring 2 m dan mat a jaring

  unt uk diamat i ada t idaknya t elur. Pro ses pengamat an, pemanenan, dan penanganan t elur ikan t una disajikan pada Gambar 1.

  beaker

  dimasukkan ke dalam gelas

  Put t he eggs int o t he incubat or Co p yright @ 2 017 , Jurnal Riset Akuakultu r, e-ISSN 250 2-65 34 Performa pemijahan ikan t una sirip kuning, Thunnus albacares ..... (Jhon Harianto Hutapea)

  Se t e lah su ci-h am a se le sai, t e lu r d is arin g d e n g an

  ., 2010) sebagai t anda induk sudah kenyang. Ikan t un a se bagai ikan pe re nan g ce pat de ngan jumlah kebut uhan pakan yang t inggi akan berusaha menangkap ikan liar, yait u ikan lain yang ada di dalam maupun di luar KJA, jika pakan yang diberikan t idak mencukupi. Hal ini dapat menyebabkan induk ikan tuna m e nab rak jaring d an b ah kan d apat m en ye b abkan kemat ian ind uk. Oleh karena it u, pem berian pakan dit ingkat kan dari 3%-5% bio massa per hari menjadi 7% per hari (85-102 kg/hari) t erutama pada musim di mana ikan liar di se kit ar KJA melim pah . Den gan cara ini diharapkan dapat mengurangi agresivit as induk dan ju ga d ap at m e n st im u las i ke m at an gan go n a d d an pemijahan.

  et al

  . (2015) yang melakukan pengamat an kualit as air di perairan pant ai Go ndo l, t erm asuk di sekit ar KJA ikan t una sirip kuning. Ket ika kandungan o ksigen men in gkat d an men cap ai t ert inggi (> 5 ,0 mg/L) pada bulan Agust us dan suhu air juga meningkat mencapai t ert inggi pada bulan Sept ember-No vember sebesar 29,5°C (Sut armat

  et al

  Pad a b u lan Jan u ari h in gga Mare t , p e n gu ku ran kualit as air dilakukan di sekit ar KJA dan mulai bulan April, pengukuran dilakukan o leh bagian penelit ian kualit as air di perairan sekit ar Go ndo l, sepert i t ert era p a d a Tab e l 1 . Se lan ju t n ya d a t a ku alit a s air ya n g d igu n a ka n ad alah d a t a s e k u n d e r d ar i p e n e lit ian Sut armat

  ., 2015), pro duksi t elur ikan t una lebih rendah dibandingkan dengan pro duksi t elur di bulan Agust us.

  et al

  ., 2008). Jika dihubungkan dengan kualit as air, kemungkinan ada hubungan linier po sit if ant ara ju m la h t e lu r ya n g d ih a s ilk a n d e n g a n s u h u d a n kan dungan o ksigen . Ke t ika o ksigen t erend ah p ada bulan April yait u sekit ar 3,6 mg/L dan suhu permukaan air t ere n d ah t e rjad i p ad a b u lan Ju n i yait u 2 7 ,0 °C (Sut armat

  et al

  Selama Januari hingga Maret 2015 jumlah telur yang dihasilkan masih sedikit . Hal ini dapat t erjadi karena p e rse n t a si ju m lah in d u k ya n g b ar u p e rt am a ka li m e m ija h m a s ih s e d ik it (Ma s u m a , 2 0 0 6 ). La ju pemat angan go nad dan pemijahan induk dalam kolam at au jaring lebih rendah dibandingkan di alam bebas (Seo ka

  ., 2010) karena pert umbuhan ikan t una dalam KJA jauh lebih cepat dibandingkan dengan yang dipelihara dalam bak bet o n.

  et al

  Pe mijahan ind uk ikan t un a di KJA pe rt am a kali diamat i pada Januari 2015 dengan est imasi umur induk 2 -3 t a h u n d an b o b o t b ad an 2 0 -3 0 k g. Pe rfo r m a pemijahan induk di KJA selama tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 2. Tidak ada perbedaaan est imasi umur in d u k p e r t a m a k ali m e m ija h an t a r a in d u k ya n g dipelihara dalam bak bet on maupun dalam KJA, t et api berb eda dalam est imasi ukurannya (Hut ape a

  et al

  saringan bermata jaring 600 µm, dibilas, lalu

  Be r d a s a r k a n p e n g a m a t a n h a r ia n p a d a s a a t pemberian pakan, pemberian pakan sebesar 3%-5% dari bio massa induk, yait u 35-60 kg pakan yang diberikan, hanya dalam wakt u 1-2 menit sudah habis dimakan o leh induk ikan t una. Hasil pengamat an sebelumnya pada pemeliharaaan induk t una dalam bak bet o n dan diberi pakan hingga kenyang menunjukkan penurunan t ingkat p emangsaan set elah t iga men it pe mbe rian pakan (Hut apea

  HASIL DAN BAHASAN

  t e rsebut dit em pat kan dalam bak yang berfungsi sebagai wat er bat h . Set elah t elur menet as, dilakukan penghit ungan t elur yang t idak menet as dan lar va yan g mat i. Se t iap h ari b e riku t n ya dilakukan penghitungan lar va yang mat i dan demikian seterusnya h in g g a s e m u a la r va m a t i. Da t a ya n g d ip e r o le h d it am pilkan d alam be nt uk gam bar d an t ab el yan g selanjut nya dianalisis secara deskript if.

  beaker

  1 L yang t elah berisi air laut bersih hingga mencapai jumlah 100 butir dan kemudian gelas

  100 mL, lalu dengan menggunakan pipet g e la s 5 m L, t e lu r d ip ilih d a n d ih it u n g u n t u k dimasukkan dalam beaker

  beaker

  Pa r a m e t e r ya n g d ia m a t i m e lip u t i fr e k u e n s i p e m ija h an , ju m lah t e lu r, d an ku alit a s t e lu r ya n g m e lip u t i d ia m e t e r t e lu r, ras io b u t ir m in yak, d an diamet er t elur, jumlah but iran minyak, dan analisis keakt ifan lar va (SAI). Unt uk menentukan SAI, air berisi t elur dari bak inkubat o r diambil dengan menggunakan gelas

  , dengan mengambil 100 mL air penampungan t elur secara acak sebanyak tiga kali. Jumlah t elur dalam set iap sampel dihit ung lalu diko nversi ke dalam vo l- ume bak unt uk mempero leh jumlah t elur ikan t una dalam bak inkubasi.

  sam- pling

  sist em aerasi dan air laut mengalir ko nt inu (600 mL/ det .). Penghitungan jumlah telur dilakukan secara

  fiber glass kerucut ber vo lume 200 L. Bak dilengkapi dengan

  dimasukkan ke dalam bak inkubasi berupa bak

  ., 2015) pro duksi t elur- t elur ikan t una juga berada pada puncaknya. Se t e la h d iya k in i in d u k m e m a s u k i m u s im pemijahan, dilakukan pemasangan jaring kolekto r telur ya n g m e n e m p e l p a d a b a g ia n d a la m d a r i ja r in g pemeliharaan induk ikan. Dalam hal ini digunakan jaring ko lekt o r t elur b er warna h it am kare na lebih efekt if diband ingkan den gan yan g b er warna put ih. Warna put ih diduga t erlalu ko nt ras sehingga menghambat in duk ikan t u na unt uk me mijah ke permu kaan. Di samping pemasangan jaring ko lekt or t elur keliling KJA, juga dilakukan pemasangan jaring ko lekt o r di t engah KJA. Jarin g in i d apat bergerak me ngikut i arah arus dan berguna sebagai ko lekt o r t erapung. Pengamat an pemijahan t et ap dilakukan dengan cara mengambil air Co p yright @ 201 7, Jurn al Rise t Akuakult ur, e-ISSN 25 02-6534

  53 Jurnal Riset Akuakult ur, 12 (1), 2017, 49-56 dan mengecek ada t idaknya t elur. Telur yang dipanen hanyalah t elur yang sudah dibuahi, yait u t elur yang mengapung di lapisan permukaan air. Pemanenan t elur dilakukan selama 1-3 jam, t ergant ung jumlah telur yang t elah diperoleh. Diperkirakan hanya sebagian kecil dari t e lur yan g dip ijah kan yan g d ap at d ip an e n kare n a luasnya permukaan KJA, sert a ket erbat asan alat dan wakt u. Telur dit ampung dalam ember selama 1-2 jam dengan jumlah ant ara 100.000-4.000.000 but ir. Hasil penelit ian Andamari et al . (2012) menunjukkan bahwa induk ikan t una sirip kuning di alam dengan bo bo t b ad an an t ara 46 ,2-71 ,5 kg me mp u nyai fe ku n dit as ant ara 2,7-6,7 jut a but ir at au sekit ar 58.000-93.000 but ir/kg induk. Berdasarkan info rmasi fekundit as ini maka diperkirakan bahwa jumlah telur yang dihasilkan per pemijahan mungkin jauh lebih banyak dari jumlah yang dapat dipanen. To t al t elur yang dipro duksi juga t idak dapat diest imasi karena pemanenan t elur t idak dilakukan set iap malam dan lama pemanenan yang t idak ko n sist en . Ket ika jum lah t elur yang d ip an en sudah banyak walaupun wakt unya hanya sebentar, telur h aru s se gera d it ran spo rt asikan agar t e t ap t e rjaga ku alit asn ya. Oleh kare na it u, ke de pan agar d ap at me lakukan e st imasi pro d uksi t elur p er hari, h arus d it e t a p k an p e rio d e p e m an e n an d an la m a w ak t u pemanenan yang t et ap.

  80 100 120

  Eggs number

  ) Jumlah t elur (

  Broodst ock feed

  Pakan induk (

  

Rearing period (mont hs)

  Wakt u p em eliharaan (bulan)

  F ee d a m o u n th (k g )

  Ju m la h p a k a n

  E g g s n u m b er ( p cs )

  Ju m la h te lu r (b u ti r)

  Pakan induk/Bro odst ock fe ed Jum lah t elur/Eggs Num ber

  10000000 12000000 14000000

  2000000 4000000 6000000 8000000

  60

  Frekuensi pemijahan induk ikan t una dalam KJA dapat dilihat dari hasil pengecekan telur pada ko lekto r t erapung. Hasil pengecekan ini menunjukkan bahwa induk ikan t una memijah hampir set iap malam. Secara umu m diket ahui bahwa masa p emijahan ikan t u na

  40

  20

  Nilai kisaran ( Value range )

  Bulan M onths

  Januari 2 8,7-3 0,4 31 -3 3 5,4-8 ,7 (85 %-11 6%) Febru ari 2 8,5-3 1,6 33 -3 4 7,2-9 ,5 (93 %-13 2%) Maret ( M arch ) 2 7,9-3 1,1 33 -3 4 6,6-9 ,2 (86 %-12 4%)

  Disolved oxygen (m g/L (%))

  

Salinity

(ppt ) Oksigen t erlarut

  Tem perature (°C) Salinit as

  

Table 1. Wat er qualit y paramet ers in float ing net cage of yellow fin t una (Thunnus albacares)

broodst ock rearing in year 2015 Suhu

  ) t ahun 2015

  Thunnus albacares

  Tabel 1. Paramet er kualit as air di dalam keramba jaring apung pemeliharaan induk ikan t una sirip kuning (

  

Figure 2. Number of eggs produced and feed given in t he rearing of yellowfin t una (Thunnus

albacares ) broodst ock in float ing net cage in year 2015

  Gambar 2. Jumlah t elur yang dihasilkan dan jumlah pakan yang diberikan dalam pemeliharaan induk ikan t una sirip kuning ( Thunnus albacares ) di KJA selama t ahun 2015

  )

  

Figure 3. Egg diamet er, oil globule diamet er and its rat io of yellowfin tuna, Thunnus albacares from broodstock

spawned in float ing net cage during year 2015

  20.5

  16.5

  17

  17.5

  18

  18.5

  19

  19.5

  20

  21

  hasil pemijahan di KJA selama t ahun 2015

  21.5 100 200 300 400 500 600 700 800 900

  1000 Diam et er t elur/Egg Dia. Oil globule Rasio d ia. oil globul-t elur/oil globule-egg dia. Rat io

  • -e g g s ra ti o

  D ia m e te r te lu r d a n o il g lo b u l

  E g g s a n d o il g lo b u le d ia m et er (µ m )

  Wakt u p em eliharaan (bulan)

  

Rearing period (mont hs)

R a si o t e lu r/ o il g lo b u l

  O il g lo b u le

  Diameter telur Egg diamet er

  Butiran minyak Oil gl obule

  Thunnus albacares

  Co p yright @ 2 017 , Jurnal Riset Akuakultu r, e-ISSN 250 2-65 34 Performa pemijahan ikan t una sirip kuning, Thunnus albacares ..... (Jhon Harianto Hutapea)

  ) yang sedang dit arik dari daerah penangkapan ke d ae rah t e m p at p e m e lih ara an (p e n g ge m u kan ), memijah, dan bertepatan dengan munculnya larva ubur- ubur. Hal ini juga penting diamat i mengingat pada saat ubu r-ub ur m elimp ah d i sekit ar KJA ikan t un a, juga dit emukan jumlah t elur induk ikan t una sirip kuning ya n g b an ya k. Did u ga u b u r u b u r se b a ga i p e m icu p e m ijah an at au se b e n arn ya b e rh u b un gan d e n gan kesuburan perairan sehingga ketersediaan pakan alami melimpah dan ini menjadi trigger bagi induk-induk ikan laut pada umumnya unt uk melakukan pemijahan.

  d ap at b e rlan ju t t e ru s se lam a ke t e rse d iaan p akan memadai. Hal ini terbukti dari hasil penelit ian Hut apea

  et al

  . (2 0 1 0 ) b ah wa ikan t u n a sirip ku n in g d ap at memijah sepanjang t ahun selama ket ersediaan pakan ko nt inu.

  Jumlah t elur yang dipro duksi t idak menunjukkan ad an ya ko r e la si d e n ga n fase b u la n , se p e rt i ju ga dilapo rkan Mergulies

  et al

  . (2007). Namun ada hal lain yang m e n arik yan g d it e m u kan o le h Go rd o a

  et al .

  (2 00 9), bahwa ind uk ikan t un a sirip b iru ( Thunnus

  t hynnus

  Uku ran d iam e t e r t e lu r d an b u t iran m in yakn ya disajikan pada Gamb ar 3. Ju mlah t e lu r yan g d ap at dipanen pada bulan Maret -Mei sangat sedikit sehingga t idak d ilaku kan p engukuran. Tidak ada pe rbe daan ukuran diamet er t elur yang nyat a pada set iap bulan walaupun t erlihat bahwa pada bulan No vember dan

  ., 2013). Ket ika lingkungan hidup dalam ko ndisi o pt imal, maka energi lebih banyak yang dapat Gambar 3. Diamet er t elur, diamet er but iran minyak dan rasio but iran minyak, dan diamet er t elur ikan t una sirip kuning,

  Desember t elur cenderung lebih kecil dibandingkan bulan-bulan lainnya, di daerah sub t ro pis ukuran t elur sa n gat d ip e n ga ru h i o le h s u h u p e r aira n , d i m a n a semakin t inggi suhu air pada saat pe mijahan maka d ia m e t e r t e lu r aka n le b ih ke cil (Masu m a , 2 0 0 9 ). Ternyat a ukuran diamet er t elur ikan t una sirip biru relat if lebih besar yait u sekit ar 1 mm dengan but iran

  minyak 250 µm atau dengan rasio 25% (Mylonas et al

  ., 2007). Sement ara hasil penelit ian pada ikan t una sirip kuning ini menunjukkan rasio ant ara but iran minyak dengan diamet er t elur hanya 18%-21%.

  Te lu r d a n la r va ika n t u n a s ir ip k u n in g h a s il pemijahan di KJA dari set iap pemanenan t elur selalu d ilak u ka n u ji u n t u k m e n ge t a h u i d aya t e t a s d a n ket ahanan lar va t anpa diberi pakan (

  sur vival act ivit y index-SAI

  ) dit ampilkan pada Tabel 2. Ketahanan hidup lar va ikan t una sirip kuning t anpa pakan dalam penelitian ini rata-rata empat hari dengan nilai SAI 0,12 hingga 3,88 dengan rat a-rat a t ert inggi pada bulan Agust us yait u 2,58 ± 1,20. Lar va dengan nilai SAI yang tinggi menunjukkan sintasan yang secara nyat a lebih t inggi dibandingkan dengan lar va dengan SAI yang rendah (Mat suo

  et al

  ., 2006). Nilai SAI t idak h an ya b e rhu b u ngan d e n gan pe n yim p anan nu t rie n t et api juga berhubungan dengan ko ndisi lingkungan (Wang

  et al

  Rasio d iameter butiran minyak-telur Oil globule-egg diamet er rat io Co p yright @ 201 7, Jurn al Rise t Akuakult ur, e-ISSN 25 02-6534

  55 Jurnal Riset Akuakult ur, 12 (1), 2017, 49-56 digunakan u nt uk perkembangan dan pert umbu han lar va. Int eraksi ant ara suhu dan salinit as yang o pt imal juga dapat meningkatkan nilai SAI pada lar va ikan t una sirip kuning (Kim

  Range Rat a-rat a ± St andar deviasi

  Jum lah pem anenan t el ur Frequency of eggs harvesting

  Bul an M onths

  Nilai i ndeks ket ahanan hidup larva Sur vival activity index of lar vae

  Descember No d ata -- -- --

  November 6 5 .0 0 .68 -3 .4 4 2.2 9 ± 0 .96 Desember

  October 10 4 .0 0 .74 -3 .0 0 1.8 7 ± 0 .68 No vemb er

  Sept ember 6 4 .0 0 .12 -3 .1 3 1.9 0 ± 1 .02 Okto ber

  August 11 4 .5 0 .84 -3 .8 8 2.5 8 ± 1 .20 Sep temb er

  15 3 .7 1 .03 -3 .2 6 1.8 4 ± 0 .76 Mei ( M ay ) 3 4 .0 0 .78 -2 .4 0 1.5 7 ± 0 .82 Ju n i ( June ) 4 4 .0 1 .19 -2 .3 1 1.9 3 ± 0 .46 Ju li ( July ) 3 4 .0 1 .07 -3 .7 1 2.2 3 ± 1 .11 Ag u stu s

  10 4 .0 1 .46 -3 .5 2 2.0 7 ± 0 .71 Ap r il April

  8 3.7 5 1 .35 -2 .6 7 1.7 6 ± 0 .41 Mar et M arch

  6 4 .0 1 .20 -3 .2 2 2.1 8 ± 0 .69 Feb ru ari February

  M ean ± Standar d deviation Jan u ar i January

  

Table 2. Fequencies of yellowfin t una (Thunnus albacares) eggs harvest ed per mont h, mean larval survival (day aft er

hat ch), mean and st andard deviat ion of survival act ivit y index (SAI) of larvae in year 2015 Kisaran

  et al

  Tuna Co mmissio n (IOTC). Fift een Wo rking Part y Tabel 2. Frekuensi pemanenan t elur ikan t una sirip kuning ( Thunnus albacares ) per bulan, rat a-rat a ket ahanan hidup lar va, dan indeks ket ahanan hidup lar va sepanjang t ahun 2015

  , 4(1), 89-96. Ano nymous. (2014). Review o f t he st at ist ical dat a and fish er y t re nd s fo r t ro pical t unas. Ind ian Oce an

  Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelaut an Tropis

  ).

  Thunnus albacares

  Aspek repro duksi ikan t una sirip kuning (

  DAFTAR ACUAN Andamari, R., Hut apea, J.H., & Prisant o so , B.I. (2012).

  2015 yang dalam pelaksanaannya dibant u o leh teknisi. Pe n u lis m e n g u cap k an t e r im a kas ih k e p ad a Pu t u Sudarsana, Jafar Sho diq, Syahrodi, dan Muhammad Arif yang t elah membant u penelit ian ini.

  UCAPAN TERIM A KASIH Pe nelit ian ini dilaksanakan at as dana APBN T.A.

  dihasilkan berupa daya t et as ber variasi ant ara 26%- 96%, larva maksimal bertahan hidup t anpa diberi pakan hingga lima hari set elah menet as dengan nilai indeks ket ahanan larva ( Sur vival Act ivit y Index ) kualifikasi baik ant ara 0,1-3,8.

  diameter telur 870-920 µm. Kualitas telur yang

  Induk ikan t una sirip kuning yang dipelihara di KJA m e n u n ju k k a n p e r fo r m a r e p r o d u k s i ya n g b a ik . Fre ku e n si p e m ija h a n t e rja d i h am p ir s e t ia p h a ri, dengan estimasi jumlah telur yang dapat dipanen ant ara 3 0.0 0 0-3 .60 0 .00 0 b u t ir/p em ijah an d e ngan u ku ran

  ., 2015). Dengan demikian dapat dikat akan bahwa kualit as t elur yang dihasilkan dalam penelit ian ini sudah baik dan mampu mempro duksi lar va, sert a diharapkan dapat memproduksi benih ikan t una sirip kuning.

  Rat a-rat a ket ahanan hi dup larva (hari) M ean lar val sur vival (days) Co p yright @ 2 017 , Jurnal Riset Akuakultu r, e-ISSN 250 2-65 34 Performa pemijahan ikan t una sirip kuning, Thunnus albacares ..... (Jhon Harianto Hutapea)

  o n Tro pical Tunas, San Sebast ian, Sp ain, 23-28 Oct o ber 2013, 71 pp. Ashida

  Preparat io n and administ rat io n o f go nado t ro pin- realising ho rmo ne ago nist (GnRHa) implant s fo r t he art ificial co nt ro l o f repro duct ive mat urat io n in capt ive-reared At lant ic blue fin t un a (

  Fisheries Science , 81(5), 891-897.

  Masuma, S. (2006). A review o f bro o dst o ck manage- ment and lar vicult ure o f t he Pacific no rt hern blue- fin tuna in Japan.

  Larvae Fish and Shellfish Larviculture Symphosium . Ghent -Belgium , 13 pp.

  Masuma, S. (2009). Bio lo gy o f Pacific Bluefin t una in- ferred fro m appro aches in capt ivit y.

  Collect . Vol. Sci. Pap. ICCAT , 63, 2007-229.

  Mat suo , Y., Kasahara, Y., Hagiwara, A., Sakakura, Y., & Arakawa, T. (2006). Evaluat io n o f lar val qualit y o f viviparo us sco rpio n fish,

  Sebast iscus marmorat us . Fisheries Science , 72(5), 948-954.

  Me rgu lie s, D., Su t e r, J.M., Hu n t , S.L., Olso n , R.J., Scho ley, V.P., Wexler J.B., & Nakazawa, A. (2007).

  Spawning and early develo pment o f capt ive yel- lo wfin t una ( Thunnus albacar es ). Fish . Bull ., 10 5, 249-265. Mylo n as, C.C., Brid ge s, C., Go rd in , H., Río s, A.B.,

  García, A., De La Gándara, F., Fauvel, C., Suquet , M., Med in a, A., Papadaki, M., Heinisch, G., De Me t r io , G., Co r r ie ro , A., Va s s a llo -Ag iu s , R., Gu zmán , J.M., Mañ ano s, E., & Zo h ar, Y. (2007 ).

  Thunnus t hynnus t hynnus

  Thunnus albacares

  ).

  Rev. Fish. Sci ., 15, 183-210.

  Seo ka, M., Ku rat a, M., Tam agawa, R., & Ku mai, H.

  (200 8). Diet ar y supplem ent at io n o f salmo n ro e pho spho lipid enhances t he gro wt h and sur vival o f Pacific bluefin t una Thunnus orient alis lar vae and juveniles.

  Aquacult ure , 275(1-4), 225-234.

  Sumadhiharga, O.K. (2009). Ikan Tuna. Pusat Penelit ian Oseano grafi, Lembaga Ilmu Penget ahuan Indo ne- sia. Jakart a, 129 hlm.

  Su t armat , T., Perman a, I G.N., Ast ut i, P.A., Jamaris, Z., Slamet , B., & Ismi, S. (2015). Analisis kualit as perairan Go ndo l dan Teluk Pegamet an berdasarkan st at us indeks t ro fik. Lapo ran Teknis. Balai Besar Pe n e lit ian d a n Pe n ge m b an gan Bu d id aya Lau t .

  Go ndo l, 24 hlm. Wang, Y., Cui, L., Li, G., & Lu, W. (2013). Ont o genis fro m embr yo t o juvenile and salinit y t o lerance o f

  Japan ese devil st in ger

  Inimicus j aponicus

  d urin g early life st age. Diunduh, dalam www. ncbi. nlm. nih.go v/pmc/art icles/PMC3706744/ pada 06 Sep- t ember 2016.

  .

  (2015). Effect of t emperat ure and salinity o n hat ch- ing and lar val sur vival o f yello wfin t una

   

  Hut apea, J.H., Set iadi, A., Gunawan, & Permana, G.N.

  , H., & Ho rie, M. (2015). Repro duct ive co ndi- t io n, spawning season, bat ch fecundit y and spawn- ing fract io n o f skipjack t una

  Kat suwonus pelamis caught aro und Amami-Oshima, Kago shima, Japan. Fisheries Science , 81(5), 861-869.

  De St efano , V., & Van Der Heijden, P.G.M. (2007). Blue- fin t una fishing and ranching: a difficult manage- ment pro blem.

  New M edit

  ,

  6 (2), 59-64.

  Go rdo a, A., Olivar, M.P., Arevalo , R., Viñas, J., Mo lí,

  B., & Illas, X. (2009 ). Det erminat io n o f At lant ic b lu e fin t u n a (

  Thunnus t hynnus

  ) sp awn in g t im e wit hin a t ranspo rt cage in t he west ern Medit er- ranean –

  ICES . Journal of M arine Science , 66, 2205- 2210.

  (2010). Perbaikan t eknik penanganan calo n induk ikan t una sirip kuning (

  , 19-21 No vember 2014. Kim , Y-S., De lgad o , D.I., Can o , I.A., & Sawad a, Y.

  Thunnus albacares

  ) pasca penangkapan dan dalam bak pengobat an.

  Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakult ur 2010 . Tekno lo gi

  Akuakult ur. Bidang Budidaya Laut . Pusat Penelit ian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta, Buku 1, hlm. 359-365. Hut apea, J.H., Set iadi, A., Gunawan, & Permana, I G.N.

  (2015). Tekno logi pembesaran dan pemijahan ikan t u n a s ir ip k u n in g d i Ke ra m b a Jar in g Ap u n g .

  Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakult ur 2015 .

  Pu sat Pen elit ian dan Pengembangan Perikanan. Jakart a, hlm. 1065-1072.

  Jusuf, G. (2014). Po sit io n and ro les o f Indo nesia t una fisheries glo bally: Challenges and breakt hro ugh t o t he develo pment o f t una fisheries management plan. Dire ct o rat e Gen eral o f Cap t u re Fishe rie s, Minist r y o f Marine Affairs and Fisheries.

  Indone- sia, Bali Tuna Conference , 19-21 No vember 2014.

  Kenne dy, R. (2014). Regio nal review o f t una fisher- ies-t he need fo r effect ive implement at io n o f t he co n se r vat io n an d m a n a ge m e n t m e a su re s fo r So ut hern Bluefin Tuna. Co mmissio n fo r t he Co n- ser vat io n o f So ut hern Bluefin Tuna.

  Bali Tuna Con- ference

  Springerplus , 2, 289.