Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pt Nnt Dalam Membangun Kemandirian Ekonomi Lokal Masyarakat Sekongkang Menyongsong Pasca Tambang.

KEBIJAKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT NNT
DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI LOKAL
MASYARAKAT SEKONGKANG MENYONGSONG
PASCA TAMBANG

ABIDIN NASAR

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kebijakan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan PT NNT dalam Membangun Kemandirian Ekonomi
Lokal Masyarakat Sekongkang Menyongsong Pasca Tambang adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Abidin Nasar

RINGKASAN
ABIDIN NASAR. Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT NNT dalam
Membangun Kemandirian Ekonomi Lokal Masyarakat Sekongkang
Menyongsong Pasca Tambang. Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING dan
SOFYAN SJAF.
PT Newmont Nusa Tenggara telah melakukan tanggung jawab sosial
perusahaan tahun 2009 sampai 2013 mengacu pada rencana strategi
pengembangan masyarakat PT NNT tahun 2009 - 2013. Kajian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat,
mengidentifikasi kebijakan TJSP PT NNT, menjelaskan implementasi kebijakan
TJSP PT NNT dan merumuskan strategi kebijakan TJSP PT NNT. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Perancangan strategi
dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT (Strenghs, Weaknesses,
Opportunities, dan Threats).

Hasil kajian menunjukkan bahwa TJSP PT NNT bidang pertanian pada
kegiatan peningkatan kapasitas petani melalui pendampingan petani,
pendampingan kelembagaan petani, pengembangan Laboratorium Lapangan
Petani, serta pengembangan nursery dan prima kultur (kebun percontohan) tidak
berkelanjutan. Program TJSP di bidang pariwisata belum optimal dilakukan.
Kemandirian ekonomi lokal masyarakat diukur dengan menggunakan
parameter sarana prasarana, pengembangan usaha ekonomi produktif, penguatan
kelembagaan, dan pengembangan pasar. Keseluruhan hasil penilaian mencapai
50,13 dengan predikat "cukup baik". Strategi kebijakan TJSP PT NNT dalam
mewujudkan kemandirian ekonomi lokal masyarakat Sekongkang menyongsong
pasca tambang meliputi: kebijakan pasca tambang Pemerintah Sumbawa Barat
berbasis pengembangan ekonomi lokal, kebijakan pasca tambang PT NNT yang
mencakup ruang lingkup TJSP, memperkuat partisipasi para pihak, penguatan
kelembagaan mitra kerja PT NNT (terutama YOP dan YPESB), dan penguatan
program sustainable development.
Kata kunci: Tanggung jawab sosial perusahaan, kemandirian, pengembangan
ekonomi lokal.

SUMMARY
ABIDIN NASAR. The Policy of Corporate Social Responsibility of PT NNT in

Building Local Economic Development for Sekongkang District in Preparation
for post-mining. Supervised by LALA M. KOLOPAKING and SOFYAN SJAF.
PT Newmont Nusa Tenggara has implemented the corporate social
responsibility in 2009 through 2013 refers to community development strategic
plan of PT NNT in 2009 - 2013. This study aims to analyze the Government
policy of the West Sumbawa Regency, analyze the policy of CSR of PT NNT,
describes the implementation of CSR of PT NNT and designing the strategy of
CSR policies of PT NNT . The study used a qualitative method and for designing
the strategy used a SWOT (Strenghs, Weaknesses, Opportunities, and Threats)
analysis.
The findings show that PT NNT's CSR programs on agriculture capacity
building through farmer assistance program, institutional assistance, and fieldlaboratory development activities are not sustainable. the CSR program on
tourism is not optimal.
The economic independence of local society is measured by using the
parameters of infrastructure, the development of productive economic activities,
institutional strengthening, and market development. The overall scored reach
50.13 chategorized as " mid expectation". The strategy for PT NNT policies on
CSR in achieving local economic independence (in agriculture and tourism) in
preparing the community at post-mining are consisted of the local government
policy on local economic development at post-mining, PT NNT policies after

post-mining including CSR policies, strengthening the stakeholders participation,
strengthening the foundations of YOP and YPESB, and strengthening of
sustainable development program.
Keywords: Corporate social responsibility, independence, local economic
development.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagaian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

KEBIJAKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT NNT
DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI LOKAL
MASYARAKAT SEKONGKANG MENYONGSONG

PASCA TAMBANG

ABIDIN NASAR

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional Pengembangan Masyarakat pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji luar pada saat Ujian Tesis: Dr Ir Juara P. Lubis MS

Judul Tesis : Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT NNT dalam
Membangun Kemandirian Ekonomi Lokal Masyarakat Sekongkang
Menyongsong Pasca Tambang
Nama

: Abidin Nasar
NIM
: I354120025

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS
Ketua

Dr Sofyan Sjaf, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta‟ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam kajian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah Kebijakan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT NNT dalam Membangun Kemandirian
Ekonomi Lokal Masyarakat Sekongkang Menyongsong Pasca Tambang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS selaku
ketua komisi pembimbing, Dr Sofyan Sjaf, MSi selaku anggota komisi
pembimbing dan Dr Ir Juara P. Lubis, MS selaku dosen penguji. Penghargaan
penulis sampaikan pula kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat,
teristimewa kepada Bapak Dr KH Zulkifli Muhadli, SH MM selaku Bupati
Sumbawa Barat, Dr Ir W Musyafirin MM selaku Sekretaris Daerah Sumbawa

Barat dan Dr Ir Amri Rahman MS selaku Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Sumbawa Barat. Penghargaan yang sama disampaikan pula
kepada manajemen PT Newmont Nusa Tenggara, khususnya kepada Ir H
Syarifuddin Jarot selaku Manager Social Responsibility PT NNT, serta staf
Program Studi Magister Pengembangan Masyarakat IPB, yang telah membantu
penyelesaian tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh
keluarga serta rekan-rekan mahasiswa MPM IPB kelas Sumbawa Barat, atas
segala dukungan, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015
Abidin Nasar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix

1
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
2
Perumusan Masalah
4
Tujuan Kajian
5
Manfaat Kajian
5
Ruang Lingkup Kajian
6
2
PENDEKATAN TEORITIS
7
Tinjauan Pustaka
7
Kerangka Pemikiran
20

3
METODE KAJIAN
23
Lokasi dan Waktu Kajian
23
Metode Kajian
23
Perancangan Strategis
26
4
PROFIL KOMUNITAS SEKONGKANG
29
Letak Geografis
29
Kependudukan
31
Struktur Sosial
32
Kelembagaan Ekonomi
35

Pola-pola Kebudayaan
38
Pola-pola Adaptasi Ekologi
39
Masalah-masalah Sosial
42
5
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PT NNT
47
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat
47
Kebijakan TJSP PT NNT
50
6
IMPLEMENTASI TJSP PT NNT DAN KEMANDIRIAN EKONOMI
LOKAL MASYARAKAT SEKONGKANG
59
Implementasi TJSP PT NNT
59
Capaian Program TJSP PT NNT
69
Kemandirian Ekonomi Lokal Masyarakat Sekongkang
81
7
PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM
85
Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
85
Menentukan Alternatif Strategi
87
Menentukan Strategi Inti
88
Menentukan Rencana Program
90
8
SIMPULAN DAN SARAN
93
Simpulan
93
Saran
95
DAFTAR PUSTAKA
97
LAMPIRAN
97

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial
Fokus, kelebihan dan kelemahan PEL berdasarkan pembuat devenisi
Unsur dan jumlah informan
Jenis, teknik pengumpulan dan sumber data
Unsur dan jumlah partisipan perancangan
Matriks penyajian faktor-faktor SWOT
Matriks penyajian formulasi alternatif strategi
Matriks penyajian rencana program
Jarak desa-desa di Kecamatan Sekongkang dengan ibukota kecamatan
dan ibukota kabupaten
Luas wilayah Kecamatan Sekongkang dirinci per desa
Luas Wilayah menurut penggunaan lahan tahun 2012 di Kecamatan
Sekongkang
Penduduk Kecamatan Sekongkang berdasarkan desa dan jenis
kelamin tahun 2012
Kepadatan geografis berdasarkan desa di Kecamatan Sekongkang
tahun 2012
Daftar jenis kelompok usaha produktif berdasarkan desa di Kecamatan
Sekongkang tahun 2012
Matapencaharian utama kepala keluarga di Kecamatan Sekongkang
tahun 2012
Unsur yang terlibat dalam PRA
Komposisi SDM TJSP PT NNT menurut pengalaman kerja
Komposisi pendidikan formal SDM TJSP PT NNT
Perbandingan dana TJSP PT NNT dengan laba tahun 2009-2013
Program TJSP PT NNT bidang pertanian dan pariwisata di Kecamatan
Sekongkang tahun 2009-2013

8
18
24
25
26
27
27
28
29
30
30
31
32
36
41
55
62
62
63
68

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

7
8
9
10
11

12

13
14
15
16
17

Makna partisipasi dalam CSR atau TJSP perusahaan
Keterkaitan integratif triple bottom line
Pergeseran paradigma pembangunan dari production center
development ke people center development
Aksi pengembangan dalam CSR atau TJSP
Tujuh isu utama CSR atau TJSP dalam ISO 26000
Kerangka pemikiran kajian kebijakan tanggung jawab sosial
perusahaan PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal
dan masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang
Struktur TJSP PT NNT tahun 2000 sampai Maret 2013
Struktur TJSP PT NNT sejak April 2014 sampai sekarang
Total anggaran TJSP PT NNT tahun 2009 sampai 2013
Anggaran TJSP PT NNT untuk Kecamatan Sekongkang tahun 2009
sampai 2013
Total anggaran TJSP PT NNT untuk program pengembangan
masyarakat bidang pertanian, YOP dan YPESB, serta program
infrastruktur bidang pertanian tahun 2009 sampai 2013
Anggaran TJSP PT NNT khusus Kecamatan Sekongkang untuk
program pengembangan masyarakat bidang pertanian, YOP dan
YPESB, serta program infrastruktur bidang pertanian tahun 2009
sampai 2013
Skema kemitraan program TJSP PT NNT dengan stakeholder
Jumlah anggaran yang dikelolah YOP dan YPESB sejak tahun 2009
sampai 2013
Potensi wisata Kecamatan Sekongkang
Hubungan waktu kegiatan pertambangan dan kemandirian
Parameter kemandirian ekonomi lokal

9
9
10
11
13

20
60
61
63
64

65

65
67
76
81
82
83

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

8

9

Peta Kecamatan Sekongkang
Misi, sasaran dan tujuan pengembangan masyarakat PT NNT tahun
2009 sampai 2014
Misi, sasaran dan tujuan TJSP PT NNT bidang pertanian dan
pariwisata
Anggaran TJSP PT NNT tahun 2009-2013
Anggaran TJSP PT NNT di Kecamatan Sekongkang tahun 2009-2013
Hasil penilaian indikator parameter kemandirian ekonomi lokal
Matrik identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempegaruhi kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun
kemandirian ekonomi lokal masyarakat Sekongkang menyongsong
pasca tambang
Matrik formulasi alternatif strategi kebijakan TJSP PT NNT dalam
membangun kemandirian ekonomi lokal masyarakat Sekongkang
menyongsong pasca tambang
Matrik rancangan program dan kegiatan kebijakan TJSP PT NNT
dalam membangun kemandirian ekonomi lokal masyarakat
Sekongkang menyongsong pasca tambang

99
100
103
105
105
106

107

108

109

1 PENDAHULUAN
Pengembangan masyarakat atau community development (disingkat CD),
merupakan suatu proses swadaya masyarakat yang diintegrasikan dengan usahausaha pemerintah setempat. Tujuan dari pengembangan masyarakat adalah
meningkatkan kondisi masyarakat di bidang ekonomi, sosial, politik, kultural,
serta untuk mensinergikan gerakan untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa.
Sebagai suatu metode atau pendekatan, pengembangan masyarakat menekankan
adanya proses pemberdayaan, partisipasi, dan peranan langsung warga komunitas
dalam proses pembangunan di tingkat komunitas dan antar komunitas.
Konsep CD 1 digunakan secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat,
seperti: pembuat kebijakan, kalangan praktisi, pelaksana program atau proyek,
perusahaan, petugas sosial, dan kelompok profesional. Dalam pelaksanaan CD,
terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas,
adanya partisispasi, produktivitas dan keberlanjutan. Kontribusi dunia usaha untuk
turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami
metamorphosis, dari aktivitas yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih
menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program
pemberdayaan (Ambadar 2008).
Secara konseptual, CD merupakan konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru
pembangunan yang bersifat "people centered, participatory, empowering and
sustainable" (Tahajuddin 2009). Dengan demikian perusahaan dituntut untuk
tidak hanya bertanggung jawab pada pemilik perusahaan atau pemegang saham,
tetapi perusahaan memiliki kontrak sosial yang efektif dengan para pemangku
kepentingan (stakeholder).
Community development merupakan bagian dari ruang lingkup corporate
social responsibility (disingkat CSR) 2 atau tanggung jawab sosial perusahaan
(disingkat TJSP). Selain CD, ruang lingkup TJSP mencakup organisasi
pemerintahan (organizational govermance), hak asasi manusia (human rights),
praktek tenaga kerja (labour practices), lingkungan (the environment), praktek
yang adil (fair operating practices) dan issu konsumen (consumer issues) (Ife dan
Tesoriero 2008).
Tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi perhatian berbagai
kalangan, seperti masyarakat, pemerintah dan perusahaan. Bagi masyarakat, TJSP
merupakan hak warga sekitar perusahaan untuk memperoleh manfaat dari
1

Istilah CD dipergunakan secara resmi di Inggris pada tahun 1948 untuk mengganti istilah
mass education (pendidikan massal). Tetapi sejarah perkembangannya dimulai pada tahun 1925,
ketika pemerintah Inggris mengahadapi masalah yang terkait dengan tatanan hukum mereka.
Kantor Pemerintah Kolonial (The Colonial Office) mengeluarkan satu memoranda yang antara lain
bertujuan “untuk mengembangkan komunitas secara utuh (to promote the advancement of
community as a whole)”, yang pada akhirnya dikenal dengan nama community development
(Tonny, 2013).
2
Defenisi CSR menurut Word Buisiness Council on Sustainable Development dalam
Rachman et al. (2011) adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berprilaku etis dan
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas
hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.

2

kehadiran perusahaan dalam meningkatkan taraf hidupnya. Bagi pemerintah, CSR
dapat dilihat sebagai bagian dari partisipasi perusahaan dalam sumber pembiayaan
pembangunan daerah. Sedangkang bagi perusahaan, TJSP merupakan proses
internalisasi faktor-faktor eksternal yang merujuk pada triple bottom line, yaitu
people, planet dan profit. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan
ekonomi belaka (profit), tetapi memiliki kepedulian terhadap kelestarian
lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (Nasdian 2014).
Program TJSP umumnya meliputi: pengurangan kemiskinan, pelestarian
lingkungan, dan pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah bagian dari upaya
pengembangan perusahaan secara berkelanjutan. Pemahaman atas TJSP atau CSR
tidak hanya sebatas charity, philantropy, dan community development, tetapi
merupakan suatu keputusan strategis yang melibatkan semua sumber daya
perusahaan atau suatu keputusan strategis yang menyeluruh (Rachman et al.
2011). Menurut Nasdian (2014), proses pemberdayaan dalam CSR atau TJSP
menggunakan pola-pola partisipasi terkini, bahwa tatakelola yang baik (good
governance) dalam program pembangunan menunjukkan pergeseran tipe
partisipasi dari "community participation" ke "stakeholders participation".

Latar Belakang
Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR diamanahkan oleh UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Peraturan teknisnya tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Hal penting dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tersebut tercantum dalam pasal 4 ayat (2) yang
menyebutkan bahwa: “Rencana kerja tahunan Perseroan memuat rencana kegiatan
dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan”. Pasal 6 dijelaskan bahwa: “Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan dimuat dalam laporan Perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)”.
Kelemahan dari peraturan perundang-undangan tersebut di atas, tidak
merincikan bentuk-bentuk pelanggaran dan tingkatan sanksi bagi perusahaan yang
tidak melaksanakan TJSP. Selain itu, tidak secara tegas menyebutkan besaran
kewajiban perusahaan menyisihkan dananya untuk kegiatan TJSP, tetapi hanya
berdasarkan kepatutan dan kewajaran. Hal yang lebih mengecewakan adalah,
tidak dijelaskannya peran atau partisipasi pemerintah dan masyarakat sebagai
pemangku kepentingan (stakeholders).
Mewajibkan TJSP bagi perusahaan yang berbasis usaha di bidang sumber
daya alam merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan dan
memperluas nilai tambah pengelolaan sumber daya alam untuk kesejahteraan
masyarakat. Pelaksanaan TJSP oleh perusahaan yang berorientasi keuntungan
(profit oriented) menjadi mutlak, karena pada dasarnya perusahaan telah
melakukan eksploitasi sumber daya alam yang sebelumnya dikuasi oleh
komunitas lokal. Keberadaan perusahaan di tengah komunitas lokal, dapat
menciptakan kecemburuan sosial karena ketimpangan antara fasilitas dan akses
yang dimiliki oleh perusahaan dengan warga komunitas.

3

Tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh PT Newmont
Nusa Tenggara (disingkat PT NNT) dilakukan dalam bentuk Program CD. PT
NNT merupakan perusahaan pertambangan emas dan tembaga multi nasional
yang beroperasi di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Keberadaan PT NNT yang melakukan penambangan
tembaga dan emas di Kecamatan Sekongkang, dan terbentuknya Kabupaten
Sumbawa Barat tanggal 20 November 2004 banyak mempengaruhi sendi
kehidupan masyarakat. Pembangunan di segala bidang, terutama di bidang
transportasi dan komunikasi mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya
interaksi sosial masyarakat Kecamatan Sekongkang.
PT Newmont Nusa Tenggara telah melaksanakan TJSP melalui program CD
sejak tahun 2000. Berdasarkan Dokumen Rencana Strategis Pengembangan
Masyarakat di Kecamatan Maluk, Jereweh dan Sekongkang Tahun 2009 – 2013,
program pengembangan masyarakat PT NNT difokuskan pada lima bidang utama:
(1) pendidikan; (2) kesehatan; (3) usaha ekonomi masyarakat; (4) pertanian,
kelautan dan pariwisata; dan (5) sosial budaya dan agama (Markum dan Setiawan
2009).
Mengingat pertambangan merupakan kekayaan alam yang akan habis dan
tidak dapat diperbaharui, dan kesadaran yang kuat bahwa operasional PT NNT
akan berakhir pada tahun 2037 3 , serta tingginya ketergantungan Kabupaten
Sumbawa Barat pada sektor pertambangan maka perlu pemikiran dan aksi sejak
dini untuk menjadikan sektor pertambangan sebagai “daya ungkit” bagi
pengembangan sektor ekonomi lokal dalam mendorong kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat pasca tambang.
Mengacu pada Dokumen Rencana Strategis Pengembangan Masyarakat di
Kecamatan Maluk, Jereweh dan Sekongkang Tahun 2009 – 2013; Peraturan
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 - 2029 yang
dalam pasal 36 ayat 1 huruf g menetapkan Lingkar Tambang Batu Hijau dan
Dodo Rinti sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dengan sektor unggulan
pertambangan, pertanian dan pariwisata; dan Peraturan Daerah Kabupaten
Sumbawa Barat Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011 - 2031 yang dalam pasal 32 ayat
2 menyebutkan Kecamatan Sekongkang sebagai bagian dari Kawasan Strategis
Kabupaten (KSK) dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, pertambangan
dan pariwisata, maka pengembangan ekonomi lokal yang potensial untuk
dikembangkan di Kecamatan Sekongkang adalah sektor pertanian dan pariwisata.
Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah, adanya konflik antara
komunitas lokal dengan perusahaan sebagai mana yang telah terjadi di Buyat,
Sulawesi Utara (perusahaan pertambang emas PT Newmont Minahasa Raya);
Abepura, Papua (perusahaan pertambang emas PT Freeport Indonesia);
Lokseumawe, Aceh (perusahaan pertambangan gas oleh PT Exon Mobil); dan
Porong, Siduarjo, Jawa Timur (perusahaan pertambangan gas oleh PT Lapindo
Berantas Inc), menjadi pelajaran berharga dalam meminimalisir dampak negatif
dari kegiatan pertambangan PT NNT di Kabupaten Sumbawa Barat. Disisi lain,
data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2010
3

Berdasarkan adendum dokumen AMDAL PT NNT.

4

menunjukan bahwa, masih ada 1.030 keluarga pra sejahtera (setara dengan
21,96%) di Kecamatan Sekongkang, Maluk dan Jereweh; yang terletak di
kawasan lingkar tambang PT NNT.
Oleh karena itu, menjadi perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis
sejauhmana strategi kebijakan tanggung jawab sosial perusahaan PT NNT dalam
membangun kemandirian ekonomi lokal (sektor pertanian dan pariwisata)
masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang?

Perumusan Masalah
Pemerintah merupakan salah satu stakeholder utama TJSP. Berdasarkan
ISO26000, stakeholder diartikan sebagai individu atau kelompok yang memiliki
kepentingan akan tindakan atau keputusan perusahaan. Rachman et al. (2011)
menjelaskan bahwa, posisi pemerintah terhadap TJSP berkaitan erat dengan
kedudukan pemerintah, yaitu: pertama, sebagai pemilik kewenangan mengatur
(regulator). Pemerintah memiliki kewenangan mengeluarkan izin operasional dan
kewenangan memonitor pelaksanaan izin tersebut, serta berwenang mengeluarkan
sertifikat kelayakan atau kompetensi dan sertifikat level ketundukan (complay)
pada regulasi. Kedua, sebagai penanggung jawab pembangunan, leader, inisiator
atau dinamisator pembangunan. Pemerintah memiliki kapasitas untuk
memobilisasi sumber daya dalam pembangunan. Oleh karena itu, posisi
pemerintah menjadi sangat strategis terutama yang berhubungan dengan
pengembangan kebijakan yang menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya,
dukungan politik bagi pelaku TJSP, serta penciptaan insentif dan peningkatan
kemampuan organisasi. Oleh karena itu menjadi perlu untuk diketahui bagaimana
strategi kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam membangun
kemandirian masyarakat menyongsong pasca tambang?
Memperoleh CSR atau TJSP yang dapat memberi manfaat maksimal bagi
perusahaan, pemerintah dan masyarakat, dibutuhkan kebijakan yang dijadikan
sebagai kunci agar proses transformasi sosial ekonomi masyarakat terarah,
realistis, sistematis, dan hasil akhirnya mengakomodir kepentingan semua pihak.
Tahajuddin (2009) menjelaskan, kebijakan merupakan bagain dari pedoman
dalam memberi arah pelaksanaan program. Penting harus diperhatikan dalam
menetapkan kebijakan adalah mekanisme penyusunan kebijakan tersebut dan
kesesuaiannya dengan aturan (regulasi) yang ada. Sehingga perlu untuk diketahui
kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal (sektor
pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang?
Siklus kegiatan TJSP mencakup perencanaan, analisis, perancangan,
implementasi dan evaluasi. Bagi PT NNT, instrumen untuk panduan dalam
penyusunan perencanaan program dan kegiatan yang terpadu dalam mendorong
pemberdayaan masyarakat mengacu pada Rencana Strategis Pengembangan
Masyarakat PT NNT tahun 2009 - 2013 (Markum dan Setiawan 2009).
Keberhasilan TJSP tidak hanya diukur dari ketersediaan instrumen kebijakan,
melainkan ditentukan pula oleh implementasi kebijakan tersebut. Untuk itu,
menjadi penting untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan TJSP PT
NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal (sektor pertanian dan
pariwisata) masyarakat Sekongkang menyongsong pasca tambang?

5

Karakteristik program TJSP dibedakan menjadi tiga: charity, yaitu program
TJSP yang misinya diarahkan untuk mengatasi masalah sesaat; philantrophy,
yaitu program TJSP yang misinya mencari dan mengatasi akar masalah, dan
corporate citizenship, yang misinya memberikan kontribusi kepada masyarakat
melalui partisipasi semua stakeholders (Rachman et al. 2011). Dalam laporan
hasil evaluasi dan perencanaan strategis kerja sama PT NNT dengan Mitra
Samaya dijelaskan bahwa, pelaksanaan program pengembangan masyarakat oleh
PT NNT, bukan sekedar menggugurkan kewajiban, namun menjadi kebutuhan
bagi perusahaan, yang diharapkan menjadi investasi sosial jangka panjang yang
berguna dalam meningkatkan citra perusahaan di mata publik dan investor, serta
sebagai strategi bisnis dan pengendalian resiko sosial (sosial risk managemen)
perusahan. Hal yang lebih penting adalah terwujudnya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat di sekitar perusahaan. Untuk itu, perlu diketahui
sejauhmana hasil TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal
(sektor pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang menyongsong pasca
tambang?

Tujuan Kajian
Tujuan umum kajian ini adalah untuk merumuskan strategi kebijakan TJSP
PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal (sektor pertanian dan
pariwisata) masyarakat Sekongkang pada era pasca tambang. Adapun tujuan
khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam
membangun kemandirian masyarakat menyongsong pasca tambang;
2. Mengidentifikasi kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian
ekonomi lokal (sektor pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang
menyongsong pasca tambang;
3. Mengkaji implementasi kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun
kemandirian ekonomi lokal (sektor pertanian dan pariwisata) masyarakat
Sekongkang menyongsong pasca tambang; dan
4. Mengkaji hasil TJSP PT NNT dalam membangun kemandirian ekonomi lokal
(sektor pertanian dan pariwisata) masyarakat Sekongkang menyongsong
pasca tambang.

Manfaat Kajian
Hasil kajian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan sumbangsih
pemikiran bagi para pihak, khususnya kepada:
1. Kalangan PT NNT. Kajian ini sebagai bahan pertimbangan dalam
penyusunan kebijakan TJSP yang berbasis pengembangan ekonomi lokal
menyongsong pasca tambang.
2. Kalangan pemerintah. Kajian ini sebagai bahan pertimbangan dalam
mendorong PT NNT dan perusahaan lainnya untuk menerapkan kebijakan
TJSP yang berbasis pengembangan ekonomi lokal menyongsong pasca
tambang.

6

3. Kalangan akademisi dan peneliti. Kajian ini memberikan khasanah keilmuan
yang terkait dengan konsep TJSP, pemberdayaan masyarakat dan ekonomi
lokal.
4. Kalangan masyarakat. Kajian ini sebagai solusi dalam mewujudkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat, sebagai hak dari program TJSP
yang berbasis ekonomi lokal.

Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup kajian strategi kebijakan TJSP PT NNT dalam membangun
kemandirian ekonomi lokal (sektor pertanian dan pariwisata) masyarakat
Sekongkang menyongsong pasca tambang difokuskan pada: (1) kebijakan
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat; (2) kebijakan TJSP PT NNT; (3)
implementasi TJSP PT NNT; (4) hasil TJSP PT NNT; dan (5) strategi kebijakan
pengembangan ekonomi lokal (program pertanian dan pariwisata) masyarakat
Sekongkang menyongsong pasca tambang.

2 PENDEKATAN TEORITIS
Pada bab ini memuat tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. Tinjauan
pustaka yang digunakan memuat telaah singkat, jelas, dan sistematis tentang TJSP
atau CSR dalam bingkai pengembangan masyarakat atau CD, kebijakan TJSP atau
CSR, praktek TJSP atau CSR di Indonesia, dan ekonomi lokal. Sedangkan
kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang
menjadi objek permasalahan kajian dan merupakan argumentasi dalam
merumuskan masalah kajian.

Tinjauan Pustaka
TJSP dalam Bingkai Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat (community developmen) merupakan suatu
metode yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta
mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi
kehidupannya. Secara khusus pengembangan masyarakat berkenaan dengan upaya
pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang
disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial,
suku, gender, jenis kelamin, usia dan kecacatan. Pengembangan masyarakat
memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memilki
kesamaan minat bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian
melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Suharto 2005).
Kartasasmita (1996) mengemukakan bahwa memberdayakan masyarakat
adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan demikian memberdayakan masyarakat adalah
memampukan dan memandirikan masyarakat. Keberdayaan masyarakat adalah
unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat untuk bertahan, dan
mengembangkan diri untuk mencapai kemajuan. Konsep pemberdayaan tidak
mempertentangkan pertumbuhan dengan pemerataan, tetapi konsep ini
berpandangan bahwa dengan pemerataan, tercipta landasan yang lebih luas untuk
pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan. Konsep
ini juga mencoba untuk melepaskan diri dari perangkap “zero-sum game” dan
“trade-off”.
Pengembangan masyarakat menggambarkan makna yang penting dari dua
konsep: community bermakna kualitas hubungan sosial dan development
bermakna perubahan ke arah kemajuan yang terencana dan bersifat gradual.
Community development digunakan sebagai cara untuk memperbaiki pelayanan
dan fasilitas publik, menciptakan tanggung jawab pemerintah lokal, meningkatkan
partisipasi masyarakat, memperbaiki kepemimpinan, membangun kelembagaan
baru, melaksanakan pembangunan ekonomi dan fisik, serta mengembangkan
perencanaan fisik dan lingkungan (Nasdian 2014).
Menurut Sanders (1958) seperti dikutip Nasdian (2014), pengembangan
masyarakat dapat dipandang sebagai suatu proses, metode, program, atau gerakan,
yaitu .

8

1. Sebagai suatu “proses”, menggambarkan bahwa pengembangan
masyarakat sebagai suatu proses bergerak dalam tahapan-tahapan, dari
suatu kondisi atau keadaan tertentu ke tahap-tahap berikutnya, yakni
mencakup kemajuan dan perubahan dalam arti kriteria terspesifikasi.
2. Sebagai suatu “metode”, menggambarkan bahwa pengembangan
masyarakat sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan dengan cara
sedemikian rupa sehingga beberapa tujuan dapat dicapai.
3. Sebagai suatu “program”, menggambarkan
bahwa pengembangan
masyarakat dinyatakan sebagai suatu gugus prosedur dan isinya
dinyatakan sebagai suatu daftar kegiatan. Sebagai suatu program,
pengembangan masyarakat berhubungan dengan bidang-bidang subjek
yang khas, seperti kesehatan, kesejahteraan, pertanian, industri, dan
rekreasi. Dengan demikian fokusnya adalah pada kegiatan-kegiatan.
4. Sebagai suatu “gerakan”, menggambarkan bahwa pengembangan
masyarakat merupakan suatu perjuangan, sehingga ini menjadi alasan
yang membuat orang-orang mengabdi.
Ife dan Tesoriero (2008) menjelaskan bahwa pengembangan masyarakat
sebagai suatu perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas: (1)
komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan; (2)
mensinergikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait (related
parties), dan partisipasi warga; (3) membuka akses warga atas bantuan profesional,
teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga; dan
(4) mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan
gagasan warga komunitas.
Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial yang pernah diungkapkan
oleh Zaidi (2003) seperti dikutip Nasdian (2014) tersaji dalam Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial
Paradigma

Charity

Philanthropy

Motivasi

Agama, tradisi
dan adaptasi

Norma, etika dan
hukum universal

Misi

Mengatasi
masalah setempat

Mencari dan
mengatasi akar
masalah
Terencana,
terorganisir dan
terprogram
Yayasan/dana
abadi/profesionalitas

Pengelolaan

Jangka pendek
dan mengatasi
masalah sesaat
Pengorganisasian Kepanitiaan

Penerima
Manfaat
Kontribusi

Orang miskin

Masyarakat luas

Hibah sosial

Hibah pembangunan

Inspirasi

Kewajiban

Kepentingan bersama

Sumber: Zaidi (2003) seperti dikutip Nasdian (2014)

Good Corporate
Citizenship (GCC)
Pencerahan diri dan
reaksional dengan
ketertiban sosial
Memberi kontribusi
kepada masyarakat
Terinternalisasi dalam
kebijakan perusahaan
Keterlibatan baik dana
maupun sumber daya
lain
Masyarakat luas dan
perusahaan
Hibah (sosial dan
pembangunan), serta
keterlibatan sosial

9

Nasdian (2014) menjelaskan, pengembangan masyarakat sebagai salah satu
bentuk tanggung jawab sosial yang diimplementasikan perusahaan dalam
prespektif pemberdayaan, didesain berlandaskan pada "the empowerment is road
to participation". Kebijakan ini merupakan suatu upaya pemberdayaan yang
diharapkan mampu menumbuhkan dan meningkatkan tidak hanya partisipasi
masyarakat (community participation), tetapi juga menumbuhkan dan
meningkatkan partisipasi multipihak (stakeholders participation) (Lihat Gambar
1)
Program CSR

1

Kebijakan CSR

Partisipasi

2

Partisipasi

Partisipasi
Perusahaan

Respon
Masyarakat

Swadaya
Masyarakat

2

1

Masyarakat

Pemerintah

Gambar 1. Makna partisipasi dalam CSR atau TJSP perusahaan
Rachman et al. (2011) menjelaskan, CSR atau TJSP sangat erat
hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development),
yang diartikan sebagai proses pembangunan (lahan kota, bisnis, masyarakat, dan
sebagainya) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang dengan tidak
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Pembangunan
berkelanjutan mencakup tiga kebijakan mendasar, yaitu pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan yang digambarkan oleh Jhon
Elkington dalam bagan triple bottom line sebagai pertemuan dari tiga pilar
pembangunan, yaitu orang, planet, dan keuntungan yang merupakan tujuan
pembangunan (Lihat Gambar 2).

Sustainable
Development

Ekonomi
Profit

Sosial
People

Lingkungan
Planet

Pengembangan berkelanjutan harus didukung oleh
komitmen yang seimbang antara ekonomi, sosial, dan
lingkungan
Bentuk tanggung jawab perusahaan pada pemegang
saham, yaitu profit

Tanggung jawab perusahaan agar menjaga
kemampuan lingkungan dalam mendukung
keberlanjutan kehidupan bagi generasi berikutnya
Kehadiran perusahaan harus memberikan manfaat
pada stakeholder dan masyarakat secara luas

Gambar 2. Keterkaitan integratif triple bottom line
Dalam konteks pembangunan, CSR atau TJSP tidak hanya berorientasi pada
produksi, tetapi CSR atau TJSP harus berorientasi pada pemberdayaan masyarakat
dan meningkatkan taraf hidup warga komunitas. Oleh karena itu, CSR atau TJSP
perusahan perlu dikonstruksikan dalam suatu kerangka pergeseran paradigma dari

10

"production center development" ke "people center development". Dengan
demikian, aksi CSR atau TJSP yang sebelumnya dirincikan dengan implementasi
prinsip-prinsip sentralisasi, mobilisasi, penaklukan, eksploitasi, hubungan
fungsional, nasional, ekonomi konvensional, dan unsustainable; menjadi prinsipprinsip desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring sosial,
teritorial, ekonomi lokal, dan sustainable (Nasdian 2014) (Lihat Gambar 3).
Production
Center









Sentralisasi
Mobilisasi
Penaklukan
Eksploitasi
Hubungan Fungsional
Nasional
Ekonomi Konvensional
Unsustainable

People Center
Development









Desentralisasi
Partisipasi
Pemberdayaan
Pelestarian
Jejaring Sosial
Teritorial
Keswadayaan Lokal
Sustainable

Gambar 3. Pergeseran paradigma pembangunan dari production center
development ke people center development.
Syarat utama untuk menjalankan program CSR atau TJSP sebagai bagian
dari tatakelola CSR atau TJSP yang lebih baik adalah dengan menerapkan prinsip
transparansi, partisipatif dan akuntabilitas. Secara garis besar, transparansi bisa
didefenisikan sebagai upaya mendorong keterbukaan dalam berbagai hal melalui
keterlibatan dari para pemangku kepentingan untuk merencanakan, menjalankan
dan mengevaluasi suatu aktivitas atau kegiatan secara transparan. Sementara itu,
partisipatif merupakan upaya untuk melibatkan masyarakat atau seluruh
komponen untuk menentukan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
bersama-sama suatu program CSR atau TJSP yang akan dilaksanakan. Adapun
akuntabilitas dalam konsep CSR atau TJSP merujuk pada pertanggungjawaban
vertikal melalui rantai komando tertentu dan pertanggungjawaban kepada pihak
eksternal seperti masyarakat, konsumen atau kelompok tertentu. Jika kondisi ini
tercipta, maka kepercayaan sebagai modal sosial dapat ditumbuhkan dan akan
terjalin antar dan inter para pemangku kepentingan (Ambadar 2008).
Menurut Lubis (2012) seperti dikutip dalam Nasdian (2014) menjelaskan
bahwa proses-proses pemberdayaan dalam CSR atau TJSP diimplementasikan
dalam lima komponen aksi sebagai berikut (Lihat Gambar 4): (1) advokasi
(advocacy), yaitu upaya mengubah atau mempengaruhi prilaku penentu
kebijaksanaan agar berpihak pada kepentingan publik melalui penyampaian
pesan-pesan yang didasarkan pada argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, legal, dan moral; (2) pengorganisasian komunitas (community
organizing), agar masyarakat mempunyai arena untuk mendiskusikan dan
mengambil keputusan atas masalah di sekitarnya, sehingga masyarakat mampu
menemukan sumberdaya yang dapat mereka manfaatkan; (3) pengembangan
jaringan (networking atau alliance building), artinya menjalin kerjasama dengan
pihak lain (individu, kelompok, dan atau organisasi) agar bersama-sama saling

11

mendukung untuk mencapai tujuan; (4) pengembangan kapasitas (capacity
building), yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat di segala bidang; dan (5)
komunikasi, informasi dan edukasi, menyangkut proses pengelolaan informasi,
pendidikan masyarakat, dan penyebaran informasi untuk mendukung komponen
lainnya.
Advokasi

Komunikasi,
Informasi, Edukasi

Pengembangan
Kapasitas

Pengorganisasian
Komunitas

Pengembangan
Jaringan

Gambar 4. Aksi pengembangan dalam CSR atau TJSP

Rachman et al. (2011) menjelaskan ada empat motif perusahaan melakukan
CSR atau TJSP: (1) kewajiban moral, artinya meraih keberhasilan komersial
dengan tetap menghormati nilai-nilai etika; (2) keberlanjutan, artinya memenuhi
kebutuhan saat ini dengan tidak mengabaikan kebutuhan masa datang; (3) izin
operasi, artinya membangun "citra" untuk menjamin persetujuan pemerintah dan
pemangku kepentingan; dan (4) reputasi, artinya agenda CSR atau TJSP
didasarkan pada motif menaikan brand dan reputasi kepada konsumen, investor
dan karyawan. Berdasarkan motif CSR atau TJSP tersebut, maka perilaku
pelaksanaan CSR atau TJSP memiliki empat corak, yaitu: (1) tidak fokus, (2)
reaktif, (3) berorientasi pada pemeringkatan (rangking oriented), dan (4)
meningkatkan citra untuk kehumasan.
Kebijakan TJSP
Dasar hukum pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan
perusahaan bagi perusahaan diatur dalam Undang-Undang nomor 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas yang berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. Pada
Bab V yang memuat tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dalam
Pasal 74 menyebutkan bahwa: (1) perseroan terbatas yang menjalankan usaha di
bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan
tanggung jawab sosial dan lingkungan; (2) tanggung jawab sosial dan lingkungan
sebagai mana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran; (3) Perseroan yang
tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan; dan (4) ketentuan lebih lanjut
mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan

12

pemerintah. Dalam penjelasan pasal 74 ayat (1) tersebut ditegaskan bahwa
kewajiban TJSP ini bertujuan untuk menciptakan hubungan perseroan yang serasi,
seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat
setempat.
Kewajiban TJSP bagi perusahaan diatur pula dalam Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang disahkan pada tanggal 26 April
207. Pada pasal 15 disebutkan bahwa, “setiap penanam modal berkewajiban: (a)
menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; (b) melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan; (c) membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal
dan menyampaikan kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; dan (d)
mematuhi semua peraturan perundang-undangan. Dalam Penjelasan pasal 15
huruf (b) menegaskan bahwa, “yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial
perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan
penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan
sesuai dengan lingkung, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat”.
Sedangkan pasal 34 menjelaskan tentang sanksi bagi perusahaan yang tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana disebutkan dalam pasal 15. Sanksi tersebut
berupa: (a) peringatan tertulis; (b) pembatasan kegiatan usaha; (c) pembekuan
kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau (d) pencabutan kegiatan
usaha dan atau fasilitas penanaman modal.
Peraturan teknis yang diamanahkan oleh pasal 74 ayat (4) Undang-Undang
Nomor 40 tahun 2007, telah pula ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 4 April 2012 dalam bentuk Peraturan Pemerintah Nomor
47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Terbatas. Hal penting yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2012 tersebut tercantum dalam pasal 4 ayat (2) yang menyebutkan bahwa:
“Rencana kerja tahunan Perseroan memuat rencana kegiatan dan anggaran yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan”.
Sedangkan dalam pasal 6 dijeaskan bahwa: “Pelaksanaan tanggung jawab sosial
dan lingkungan dimuat dalam laporan Perseroan dan dipertanggungjawabkan
kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)”.
Rachman et al. (2011) menjelaskan bahwa, CSR atau TJSP saat ini ditandai
dengan adanya inisiatif standar secara internasional dalam benuk ISO, yaitu ISO
26000; yang menyatakan bahwa CSR atau TJSP adalah bentuk kepedulian sosial
perusahaan yang menjadi aspek penting dalam rangka meningkatkan kinerja
perusahaan disamping isu kualitas (ISO 9000) dan lingkungan (ISO 14000). Isuisu utama dalam ISO 26000 dalam merencanakan CSR atau TJSP adalah (Lihat
Gambar 5):
1. Tata kelola organisasi, meliputi kepatuhan pada hukum, akuntabilitas,
transparansi, kode etik, pengenalan profil, dan minat stakeholder.
2. Hak asasi manusia, meliputi hak sipil dan politik, hak sosial, ekonomi,
budaya, dan kelompok rentan, serta hak dasar dalam bekerja.
3. Aktivitas tenaga kerja, meliputi pekerja dan hubungan antar-pekerja, kondisi
kerja dan perlindungan sosial, dialog sosial, kesehatan dan keamanan kerja,
serta sumber daya manusia.
4. Lingkungan, meliputi preventif polusi, konsumsi berkelanjutan, adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim, serta proteksi dan restorasi lingkungan alam.

13

5. Aktifitas operasi yang fair, meliputi anti korupsi dan anti suap, pelibatan
tanggung jawab politik, kompetisi yang fair, dan promosi tanggung jawab
sosial melalui rantai pasok.
6. Isu konsumen, meliputi marketing yang fair, praktik perjanjian, perlindungan
keamanan dan kesehatan konsumen, privasi dan pengembangan produk dan
jasa yang memberi manfaat sosial dan lingkungan, layanan konsumen,
penyelesaian perselisihan, privasi dan perlindungan data konsumen, akses
pada produk dan servis utama, konsumsi berkelanjutan, serta pendidikan dan
kepedulian.
7. Kontribusi pada komunitas dan masyarakat, meliputi melibatkan komunitas,
kontribusi pada pengembangan ekonomi, dan kontribusi pada pengembangan
sosial.

Tata Kelola
Organisasi
Kontribusi ke
Komunitas &
Masyarakat

Isu Konsumen

Hak Asasi
Manusia

CSR
Operasional
yang Fair

Aktifitas
Tenaga Kerja

Lingkungan

Gambar 5. Tujuh isu utama CSR atau TJSP dalam ISO 26000
ISO 26000 adalah standar internasional untuk tanggung jawab sosial dan
bersifat guideline (pedoman), sehingga perusahaan harus mengembangkan strategi
dan program CSR atau TJSP berdasarkan kondisi obyektif internal dan eksternal
perusahaan. Tanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari
keputusan dan aktifitasnya pada masyarakat dan lingkungan melalui perilaku etis
dan transparan dalam berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, seperti
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan ekspektasi pemangku
kepentingan, mentaati peraturan dan perundangan yang berlaku serta konsisten
dengan norma perilaku internasional, dan terintegrasi dalam organisasi dan
diimplementasikan pada seluruh aktifitas organisasi (Rachman et al. 2011)
Praktek CSR di Indonesia
Sebagai bahan rujikan untuk mengetahui praktek CSR atau TJSP di
Indonesia, berikut diuraikan praktek CSR atau TJSP di PT Indo Tambangraya
Megah (PT ITM), PT Holcim Indonesia Tbk (PT HIL) Pabrik Narogong, PT
Aneka Tambang (PT ANTAM) dan PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT).
ITM: Masyarakat sebagai Mitra Perusahaan
PT Indo Tambangraya Megah (ITM) menyadari bahwa operasional
perusahaan tidak bisa lepas dari peran
masyarakat yang diyakini akan

14

meningkatkan performa dan daya saing perusahaan. Pada awalnya, ITM
melibatkan masyarakat dalam program pengembangan masyarakat. Program yang
dalam core subject ISO 26000: guidance on social responsibility, dinamakan
dengan core community involvement and development (CID), yaitu upaya ITM
untuk menjadikan masyarakat sebagai mitra perusahaan. Program CID dirancang
agar masyarakat dapat terlibat
dalam menyampaikan gagasan mengenai
pengembangan daerahnya yang tertuang dalam community action plan (CAP).
Perpaduan antara suara masyarakat, pemerintah dan visi perusahaan terjadi dalam
Forum Konsultasi Masyarakat (FKM) (Rachman et al. 2011).
Lebih lanjut Rachman et al. (2011) menjelaskan, aksi CID ITM da FKM
diwujudkan dalam program-program yang dikelompokkan menjadi tiga kategori.
Pertama adalah program pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan bisnis lokal,
pendirian lembaga keuangan mikro, pelatihan kewirausahaan, dan perbaikan
infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi. Kedua adalah aktifitas pembangunan
sosial yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pengadaan
fasilitas kesehatan dan pendidikan maupun program-program pelestarian buadaya
dan kesenian lokal. Ketiga adalah pelestarian lingkungan, terutama dukungan
pada Taman Nasional Kutai, pendidikan lingkungan untuk anak-anak, program
kesadaran lingkungan dan program penghijauan.
Hasil kerja keras dan pelibatan masyarakat, pada tahun 2010 ITM menerima
penghargaan Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM) dari Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Corporate Forum for Community
Development (CFCD).
HIL: Komitmen sebagai mitra stakeholders
PT Holcim Indonesia Tbk (HIL) Pabrik Narogong, menjadikan CSR atau
TJSP sebagai komitmen HIL untuk bekerja sebagai mitra bagi para pemangku
kepentingan dan memelihara hubungan yang dilandasi saling menghargai dan
saling percaya. Hal ini dituangkan dalam slogan HIL yaitu “membangun
bersama”. Sebagai mitra masyarakat desa, CSR atau TJSP HIL ingin berperan
sebagai motivator yang menumbuhkan inisiatif, partisipasi dan keswadayaan dari
masyarakat dan stakeholders lainnya agar berlangsung pembangunan yang
berkelanjutan. Dalam kebijakannya HIL memiliki struktur tatakelola yang
memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan, mengelola resiko bisnis,
menjaga nama baik dan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat termasuk kesejahteraan warga sekitar dan lingkungan.
PT HIL telah melaksanakan CSR atau TJSP dengan berpedoman kepada
visi dan misi perusahaan serta “Enam Pilar CSR” yang meliputi: (1) business
conduct; (2) employment practice; (3) occupational health and safety; (4)
community involvement; (5) customer and supplier relations; dan (6) monitoring
and reporting. Sampai dengan Tahun 2010, program-program CSR HIL, yang
berada di bawah kendali Department of Community Relations antara lain program:
(1) infrastruktur; (2) pengembangan ekonomi lokal; (3) pendidikan; dan (4) sosial.
Dalam mengimplementasikan program-program tersebut, prinsip-prinsip yang
dikembangkan HIL tidak hanya sekedar kedermawanan, tetapi lebih dari itu telah
dilakukan upaya-upaya untuk menumbuhkan inisiatif, partisipasi, dan
keswadayaan.

15

Program CSR atau TJSP HIL dalam Periode 2006-2010 meliputi: (1)
infrastruktur, yang meliputi pembuatan jalan, drainase, pembangunan kantor desa,
gedung sekolah, fasilitas olahraga dan tempat ibadah; (2) pemberdayaan ekonomi,
yakni dana bergulir (revolving fund) untuk peternakan (ayam, kambing),
pertanian, persewaan traktor, paving block, usaha, jasa, warung, perdagangan,
bengkel motor, dan lain-lain; (3) pendidikan, berupa beasiswa yang diberikan
kepada anak-anak yang tergolong kurang mampu dar