Ex situ Conservation of Mangifera casturi Kosterm. based on community in Indragiri Hilir Regency of Riau Province

KONSERVASI EX SITU Mangifera casturi Kosterm.
BERBASIS MASYARAKAT
DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU

IRZAL FAKHROZI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Konservasi Ex Situ Mangifera
casturi Kosterm. Berbasis Masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau
adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor,

Juni 2013

Irzal Fakhrozi
NIM E351100061

RINGKASAN
IRZAL FAKHROZI. Konservasi Ex Situ Mangifera casturi Kosterm. Berbasis
Masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Dibimbing oleh AGUS
HIKMAT dan DIDIK WIDYATMOKO
Konservasi ex situ Mangifera casturi Kosterm. menjadi penting karena
keberadaannya di habitat alami sudah dinyatakan punah. Kegiatan ini dilakukan
dalam rangka mengkonservasi keanekaragaman sumberdaya genetik M. casturi
yang masih ada. Koleksi organisme hidup yang dikonservasikan secara ex situ
bisa dimanfaatkan untuk penelitian, pendidikan dan peningkatan kesadaran
masyarakat serta re-introduksi ke alam liar. Selain itu, melalui kegiatan konservasi
ex situ memungkinkan spesies ini menjadi sumber pendapatan ekonomi

masyarakat.
Kajian terhadap konservasi ex situ M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir
selain untuk mengidentifikasi stimulus-stimulus kegiatan konservasi ex situ M.
casturi oleh masyarakat, juga bertujuan untuk memetakan penyebaran M. casturi,
mengidentifikasi faktor-faktor bio-ekologi, dan menginventarisasi struktur
populasi dari M. casturi. Data yang didapat akan sangat berguna untuk
merumuskan strategi konservasi ex situ M. casturi berbasis peran serta
masyarakat.
Penyebaran M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir tidak terlepas dari
masuknya masyarakat suku Banjar dari Kalimantan Selatan pada tahun 1860an.
Saat ini, populasi M. casturi telah menyebar pada beberapa kecamatan yang ada di
Indragiri Hilir, diantaranya Kecamatan Tembilahan Kota, Kecamatan Gaung,
Kecamatan Gaung Anak Serka (GAS), Kecamatan Batang Tuaka, dan Kecamatan
Kuindra. Dari data yang didapat diketahui bahwa populasi M. casturi terbanyak
ditemukan di Kecamatan GAS dan Kecamatan Gaung. Inventarisasi yang
dilakukan di dua kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir menemukan sebanyak
1315 individu M. casturi (1085 ind. di Kecamatan GAS dan 230 ind. di
Kecamatan Gaung).
Keberhasilan konservasi ex situ M. casturi di daerah ini setidaknya
dipengaruhi oleh tiga stimulus. Tiga stimulus tersebut adalah stimulus alami,

manfaat, dan stimulus religius. Selain itu, faktor internal dan eksternal yang ada di
masyarakat juga mempengaruhi kegiatan konservasi ex situ di masyarakat. Di
Kecamatan GAS, konservasi ex situ M. casturi didukung oleh stimulus manfaat
sementara di Kecamatan Gaung konservasi ex situ didukung oleh stimulus
religius.
Analisis komponen utama dilakukan untuk menentukan kemungkinan
hubungan antara konservasi ex situ M. casturi dan variabel-variabel pendukung
dalam masyarakat. Di kecamatan GAS, upaya konservasi ex situ M. casturi secara
signifikan didukung oleh ukuran populasi spesies, kegiatan panen dan pemasaran
serta kegiatan pra-tanam. Di kecamatan Gaung, konservasi ex situ spesies ini tidak
hanya didukung oleh ukuran populasi, panen dan kegiatan pasar, tetapi juga oleh
kegiatan pra tanam, status dan ukuran lahan. M. casturi memiliki nilai ekonomi
dan potensi pasar yang menjanjikan untuk dikembangkan sebagai komoditi
pertanian yang penting di Indonesia, khususnya di Kabupaten Indragiri Hilir.
Kata kunci: Gaung, GAS, konservasi ex situ, Mangifera casturi

SUMMARY
IRZAL FAKHROZI. Ex situ Conservation of Mangifera casturi Kosterm. based
on community in Indragiri Hilir Regency of Riau Province. Supervised by AGUS
HIKMAT and DIDIK WIDYATMOKO.

The ex situ conservation of Mangifera casturi Kosterm. is very important
because this is an extinct species in the wild. This study is conducted to conserve
the diversity of M. casturi genetic resources. The collections of living organisms
that are conserved ex situ can be used for many purposes, including research,
education and public awareness. In addition, through an ex situ conservation it is
possible to use species as a source of economic income for the community.
The study of M. casturi in Indragiri Hilir Regency, was to map the
distribution of this species, identify its bio-ecological factors, elucidate the
population structure and identify stimulus factors in community. The data
obtained will be useful to formulate the ex situ conservation strategy of M. casturi
based the community participation.
The spread of M. casturi in the Indragiri Hilir Regency cannot be
separated from the migration of Banjar ethnic of South Kalimantan in the 1860’s.
Currently, the population of M. casturi has spread to several districts in Indragiri
Hilir Regency, including Tembilahan City district, Gaung district, Gaung Anak
Serka district (GAS), Batang Tuaka district, and Kuindra district. The results
showed that the populations of M. casturi were mostly found in Gaung and GAS
districts. The inventory conducted in the two districts found a total of 1315
individuals of M. casturi. This amount represents the total of 1085 individuals in
the GAS district and 230 individuals in the Gaung district.

The successful ex situ conservation of this species in this area seemed to
be supported by at least three stimulus: natural, benefit, and religious stimulus.
However both internal and external factors belonging to the local community
values also influenced significantly. In the GAS district, ex situ conservation of
M. casturi was mainly supported by benefit stimulus while in the Gaung district
the ex situ conservation effort was supported by mainly religious stimulus.
The principle component analysis (PCA) was performed to determine
possible relationships between the ex situ conservation of M. casturi and the
supporting variables within the community. In the GAS district, the ex situ
conservation effort of M. casturi was significantly supported by the species
population size, harvest and market activites. However pre-planting activities
were also important. In the Gaung district, ex situ conservation of the valuable
mango was supported not only by the population size, harvest and market
activites, but also by pre-planting activites as well as land status and size. Indeed
M. casturi has a promising economic value and market potential to be developed
as an important agro-commodity in Indragiri Hilir Regency.
Keywords: ex situ conservation, extinct in the wild, Indragiri Hilir, Mangifera
casturi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KONSERVASI EX SITU Mangifera casturi Kosterm.
BERBASIS MASYARAKAT
DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU

IRZAL FAKHROZI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

: Dr Ir Iwan Hilwan, MS

Judul Tesis : Konservasi Ex Situ Mangifera casturi Kosterm. Berbasis
Masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau
Nama
: Irzal Fakhrozi
NIM
: E351100061

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Agus Hikmat, MScF

Ketua

Dr Ir Didik Widyatmoko, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Konservasi Biodiversitas Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Ervizal A M Zuhud, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya dapat menyelesaikan penyusunan tesis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Konservasi
Biodiversitas Tropika Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Dr Ir Agus Hikmat, MScF dan Dr Ir Didik Widyatmoko, MSc selaku dosen
pembimbing atas curahan pemikiran, waktu, kesabaran, saran dan arahan
serta petunjuk yang diberikan selama bimbingan sehingga penyusunan tesis
ini dapat diselesaikan.
2. Dr Ir Iwan Hilwan, MS selaku dosen penguji atas saran yang membangun
demi perbaikan tesis ini.
3. Dosen-dosen Pascasarjana Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika
atas ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang telah diberikan.
4. Pemerintah Provinsi Riau atas bantuan dana beasiswa pendidikan yang
diberikan serta seluruh warga masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir selama
penelitian dilakukan.
5. Ayahanda Drs Darman, MM dan IbundaRaja Yurida, Kakakku Engla
Syafrida, Abangku Rudy Ariansyah, adik-adikku Metti Handayani dan Dara

Arubi serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan doanya
setiap waktu sampai saat ini.
6. Teman-teman Pascasarjana Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika
dan Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan angkatan 2010 atas diskusi
dan motivasi-motivasinya.
7. Sekretariat Pascasarjana Program Studi Konservasi BiodiversitasTropika atas
bantuan dan dukungan administratif yang telah diberikan.
8. Gina Amalia, SHut atas semangat, dukungan, do’a dan bantuan yang
diberikan selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Irzal Fakhrozi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix


DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

1.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran

1
1
2
3
3
3

2.

TINJAUAN PUSTAKA
Bio-ekologi Mangifera casturi Kosterm
Nilai Manfaat M. casturi
Konservasi Ex situ
Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Konservasi

5
5
7
8
9

3.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Bahan dan Alat
Data yang Diperlukan
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data

11
11
11
11
12
13

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Penyebaran M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir
Struktur Populasi M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir
Bio-ekologi M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir
Faktor Stimulus Konservasi Ex Situ M. casturi
Strategi Konservasi Ex Situ M. casturi Berbasis Masyarakat

15
15
16
17
19
21
25

5.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

40
40
40

DAFTAR PUSTAKA

41

LAMPIRAN

44

RIWAYAT HIDUP

81

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Karakteristik fisik dan kimia beberapa spesies Mangifera
Jenis data dan variabel yang diukur
Skor dan sikap masyarakat pada stimulus ekologi
Skor dan sikap masyarakat pada stimulus manfaat
Skor dan sikap masyarakat pada stimulus religius
Nilai pengaruh dari faktor internal dalam konservasi ex situ M.
casturi masyarakat Indragiri Hilir
Nilai pengaruh dari faktor eksternal dalam konservasi ex situ M.
casturi masyarakat Indragiri Hilir
Uji korelasi antar variabel di Kecamatan Gaung
Uji korelasi antar variabel di Kecamatan GAS
Nilai eigenvalue dan nilai faktor masing-masing variabel konservasi
M. casturi di Kecamatan Gaung
Nilai eigenvalue dan nilai faktor masing-masing variabel konservasi
M. casturi di Kecamatan GAS
Penduduk usia 15 tahun keatas menurut jenis kegiatan utama dan jenis
kelamin di Kabupaten Indragiri Hilir, 2010

8
11
23
24
24
26
28
30
31
31
33
36

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Kerangka pemikiaran strategi konservasi ex situ Mangifera casturi di
Kabupaten Indragiri Hilir
Bunga dan buah M. casturi
Koleksi herbarium M. casturi di Herbarium Bogoriensis-LIPI
Proses pembentukan persepsi berdasarkan model Litterer
Peta Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau
Formasi Nipah dan formasi Bakau di sepanjang aliran sungai Indragiri
Peta sebaran M. casturi di Kecamatan Gaung dan Gaung Anak Serka
Grafik jumlah individu M. casturi pada tingkat semai, pancang, tiang,
dan pohon
Grafik populasi M. casturi berdasarkan kelas diameter
Peta sebaran M. casturi berdasarkan tipe tanah
Pohon M. casturi di ladang dan kebun kelapa masyarakat
Anak dan pohon M. casturi di depan Kantor Camat Kec. Gaung, Kab.
Indragiri Hilir
Buah M. casturi yang dimakan tupai dan pohon M. casturi yang
berukuran besar
Pohon M. casturi yang ditebang dan pohon M. casturi yang sengaja di
teres
Biplot analisis komponen utama konservasi M.casturi di Kec.Gaung,
Kab. Indragiri Hilir
Biplot analisis komponen utama konservasi M.casturi di Kec. Gaung
Anak Serka, Kab. Indragiri Hilir
Diagram alir konservasi M. casturi berbasis peran serta masyarakat di
Kabupaten Indragiri Hilir

4
5
6
9
15
16
17
18
18
20
21
27
28
29
32
34
37

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13
14
15
16

Rekapitulasi Inventarisasi Penyebaran Mangifera casturi di Kec.
Gaung Anak Serka, Kab. Indragiri Hilir
Rekapitulasi Inventarisasi Penyebaran Mangifera casturi di
Kec.Gaung, Kab. Indragiri Hilir
Rekapitulasi jawaban responden terhadap Faktor Strategi Internal
(IFAS) dan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) di Kecamatan Gaung
Rekapitulasi jawaban responden terhadap Tri-Stimulus Amar
Konservasi di Kecamatan Gaung
Persentase jawaban pertanyaan IFAS dan EFAS di Kec.Gaung
Uji validitas, reliabilitas dan uji likert Tri-Stimulus Amar di Kec.
Gaung
Rekapitulasi jawaban responden terhadap Faktor Strategi Internal
(IFAS) dan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) di Kecamatan Gaung
Anak Serka
Rekapitulasi jawaban responden terhadap Tri-Stimulus Amar
Konservasi di Kec. Gaung Anak Serka
Persentase jawaban pertanyaan IFAS dan EFAS di Kec. Gaung Anak
Serka
Uji validitas, reliabilitas dan uji likert Tri-Stimulus Amar di Kec.
Gaung Anak Serka
Variabel analisis komponen utama pada Kecamatan Gaung
Variabel analisis komponen utama pada Kecamatan Gaung Anak
Serka
Analisis komponen utama di Kecamatan Gaung
Analisis komponen utama di Kecamatan Gaung Anak Serka
Analisis regresi Kecamatan Gaung
Analisis regresi Kecamatan Gaung Anak Serka

44
56
61
63
65
66

67
69
71
72
73
75
77
78
79
80

ii

 

3

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Mangifera casturi Kosterm. merupakan salah satu spesies pohon penghasil
buah-buahan yang termasuk ke dalam famili Anacardiaceae. Menurut Kostermans
(1993), terdapat sedikitnya 69 spesies Mangifera di dunia. M. casturi memiliki
nilai konservasi yang tinggi karena merupakan salah satu spesies Mangifera yang
telah punah di alam liar (WCMC 1998).
M. casturi merupakan spesies endemik pulau Kalimantan. Berdasarkan
keputusan Menteri Dalam Negeri No. 48 Tahun 1989 tentang Identitas Flora
Provinsi, M. casturi ditetapkan menjadi identitas flora Provinsi Kalimantan
Selatan. Masyarakat suku Banjar yang menjadi suku mayoritas di Kalimantan
Selatan mengenal M. casturi dengan nama daerah pelipisan, kasturi dan cuban.
Berdasarkan spesimen herbarium yang dimiliki Herbarium Bogoriense, diketahui
bahwa M. casturi terdapat di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan
Kalimantan Tengah.
Konservasi ex situ spesies M. casturi menjadi penting karena keberadaannya
di habitat aslinya (konservasi in situ) sudah dinyatakan punah. Konservasi ex situ
yang dilakukan bertujuan untuk mengkonservasi keanekaragaman sumber daya
genetik yang ada. Konservasi ex situ memungkinkan re-introduksi ke alam liar
bisa dilakukan dan koleksi hidup di kebun botani dapat digunakan untuk
penelitian, pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat (Guerrant et al.
2004). Selain itu, aksi konservasi ex situ juga memungkinkan untuk memberi nilai
tambah atau sebagai sumber pendapatan ekonomi bagi masyarakat.
Konservasi ex situ dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan. Di
Indonesia, konservasi ex situ tumbuhan telah dilakukan di beberapa tempat di
antaranya adalah kebun raya, arboretum, Balitro, CIFOR, taman buah, taman
anggrek, taman bunga, taman obat, Taman Mini Indonesia Indah, dan tempattempat lainnya. Spesies tumbuhan terancam kepunahan dapat dibudidayakan di
kebun botani (namun biasanya terlalu kecil skalanya dan terlalu mahal untuk
negara berkembang), dalam bank genetik (namun sering tidak layak
keragamannya), atau dipindahkan ke negara atau daerah lain yang ekonominya
berkembang dengan lebih baik (Kostermans 1993). Bentuk lain konservasi ex situ
yang ada dan telah berjalan adalah konservasi spesies dengan melibatkan
masyarakat, misalnya konservasi kedawung (Parkia timoriana) oleh masyarakat
di Taman Nasional Meru Betiri (Zuhud 2007), pengelolaan hutan kemiri
(Aleurites moluccana) di Kabupaten Maros (Suprayitno 2011) dan konservasi ex
situ damar mata kucing (Shorea javanica) dalam bentuk hutan rakyat di Pesisir
Krui Lampung Barat (Pramono 2000). Bentuk konservasi seperti ini dapat
memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat yang melakukannya.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya pasal 4 menyatakan bahwa konservasi sumber daya
alam merupakan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah dan masyarakat.
Namun, kenyataannya sebagian besar pasal dalam undang-undang ini hanya
mengatur tentang peran pemerintah dan cenderung mengabaikan peran
masyarakat. Pada Bab IX pasal 37 UU No. 5/1990 disebutkan bahwa peran

2

masyarakat dalam pengelolaan konservasi sumberdaya hayati diarahkan dan
digerakkan oleh pemerintah melalui kegiatan yang berdaya guna dan berhasil
guna.
Peran serta masyarakat dalam kegiatan konservasi baik yang dilakukan
secara in situ maupun ex situ sangat diperlukan. Paradigma baru pengelolaan
konservasi yang bertumpu pada pendekatan ekosistem dengan basis pelibatan
masyarakat telah menjadi model pengembangan konservasi ke depan. Model
pengembangan yang menghargai dan mempertimbangkan prakarsa dan kekhasan
masyarakat setempat sangat sesuai untuk dikembangkan di Indonesia.
Prasyarat terwujudnya konservasi yang berhasil menurut Zuhud (2007)
adalah terciptanya sikap dan perilaku masyarakat dan pengelola (pemerintah)
yang didorong kuat oleh tri-stimulus amar konservasi, yaitu kristalisasi atau
kesatuan utuh dari stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus religius.
Dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan konservasi, diharapkan
memunculkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap sumberdaya yang
dimiliki.
Konservasi ex situ M. casturi yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten
Indragiri Hilir (Provinsi Riau) merupakan contoh keterlibatan masyarakat dalam
konservasi spesies terancam kepunahan. Spesies M. casturi diduga ikut masuk ke
Kabupaten Indragiri Hilir melalui migrasi yang dilakukan oleh masyarakat Suku
Banjar, Kalimantan Selatan pada tahun 1859 ke daerah ini (Ishak 2003). Selain
dapat dikonsumsi, M. casturi juga bernilai ekonomi bagi masyarakat yang
membudidayakannya. Budidaya M. casturi sudah lama dilakukan oleh masyarakat
di Kabupaten Indragiri Hilir dan diperkirakan telah berlangsung dari generasi-ke
generasi, walaupun spesies ini bukan merupakan komoditas budidaya unggulan
yang menjadi sumber pendapatan utama masyarakat seperti kelapa.
Inisiatif konservasi ex situ M. casturi yang dilakukan oleh masyarakat tentu
tidak muncul dengan sendirinya. Kajian terhadap konservasi ex situ M. casturi di
Kabupaten Indragiri Hilir yang dilakukan ini bertujuan memetakan penyebaran,
inventarisasi struktur populasi, identifikasi faktor-faktor bio-ekologi M. casturi di
Kabupaten Indragiri Hilir, identifikasi faktor-faktor pendorong konservasi ex situ
M. casturi oleh masyarakat. Data-data tersebut kemudian digunakan untuk
menyusun strategi konservasi ex situ M. casturi berbasis peran serta masyarakat.

Perumusan Masalah
Salah satu spesies tumbuhan Indonesia yang memerlukan upaya pelestarian
dan pendayagunaan adalah M. casturi Kosterm. WCMC (1998) mencantumkan
M. casturi sebagai salah satu spesies tumbuhan dengan status Extinct in the Wild
(punah di alam liar). Saat ini, spesies ini hanya terdapat pada kawasan-kawasan
budidaya masyarakat dan kawasan konservasi ex situ seperti kebun raya.
Manajemen ex situ di lembaga-lembaga konservasi telah diatur dalam
Kepmenhutbun No. 479/Kpts-II/1994 tentang Lembaga Konservasi Tumbuhan
dan Satwa Liar. Bahkan untuk pembangunan kebun raya telah diatur secara
khusus dalam Peraturan Presiden No. 93 Tahun 2011. Pengelolaan oleh
masyarakat baik berupa hutan rakyat maupun bentuk lain, saat ini belum menjadi
bagian yang penting dalam pengelolaan keanekaragaman hayati tumbuhan.

3

Kajian ilmiah mengenai konservasi ex situ tumbuhan oleh masyarakat sangat
dibutuhkan untuk mendukung kegiatan konservasi tumbuhan yang terintegrasi di
Indonesia. Konservasi ex situ yang dilaksanakan di lembaga-lembaga konservasi
yang ada telah diatur dengan peraturan-peraturan yang ada. Namun, kegiatan
konservasi ex situ yang dilakukan oleh masyarakat di lahan-lahan yang mereka
miliki belum dianggap penting, padahal secara kumulatif (keseluruhan) peran dan
dampak kegiatan mereka sangat signifikan.
Konservasi ex situ M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir (Riau) merupakan
salah satu contoh kegiatan konservasi ex situ melalui pelibatan masyarakat yang
dapat dikatakan berhasil. Terkait konservasi ex situ M. casturi yang dilakukan
oleh masyarakat tersebut ada beberapa pertanyaan yang akan dijawab dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana penyebaran M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir?
2. Bagaimana populasi M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir?
3. Bagaimana kondisi bio-ekologi M. casturi di daerah ini?
4. Mengapa masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir membudidayakan M.
casturi?
5. Bagaimana strategi konservasi ex situ M.casturi di Kabupaten Indragiri Hilir
agar tetap berlangsung dan berkembang serta menjadi contoh aksi konservasi
ex situ di daerah lain?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memetakan penyebaran M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir.
2. Menginventarisasi struktur populasi M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor bio-ekologi M. casturi.
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menstimulus masyarakat melakukan
konservasi ex situ M. casturi.
5. Merumuskan strategi konservasi ex situ M. casturi berbasis peran serta
masyarakat.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk membangun
strategi konservasi ex situ M. casturi dan konservasi spesies-spesies tumbuhan
terancam kepunahan yang ada di Indonesia pada umumnya dengan berpedoman
pada paradigma baru pengelolaan konservasi berbasis pelibatan masyarakat.

Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pada latar belakang dan kondisi permasalahan terkait
konservasi ex situ M. casturi di Kabupaten Indragiri Hilir maka disusunlah
kerangka pemikiran sebagai basis ilmiah untuk melakukan kegiatan penelitian ini
(Gambar 1).

2
4

Extinct in the wild
Endemik Kalimantan

Konservasi
Insitu

Mangifera casturi
Konservasi
Ex situ

Ekologi
- Faktor iklim
- Faktor geografis
- Faktor edafis
- Faktor biotik
- Inventarisasi (kerapatan, struktur populasi)
- Distribusi (sebaran)

Peta Sebaran M. casturi di
Kab. Indragiri Hilir

Konservasi Ex situ
Mangifera casturi
Di Kab. Indragiri Hilir (Riau)
(Kelestarian manfaat
ekonomi, ekologis, dan sosial)

Stimulus Alamiah
- Kemampuan teknis
masyarakat dalam hal
budidaya
- Pengetahuan masyarakat
tentang M. casturi

Ekonomi
- Harga pasar M. casturi
- Tingkat produksi
M. casturi
- Tingkat
ketergantungan
terhadap sumberdaya
- Luas lahan yang dimiliki

-

Sosial Budaya
- Karekteristik masyarakat
- Jumlah penduduk
- Tingkat pendidikan
- Struktur sosial
- Pola demografi lahan
- Norma dan aturan yang berlaku
- Sejarah penyebaran M.casturi
- Kepedulian dan pengetahuan petani

Tristimulus Amar Pro Konservasi Mangifera casturi
Stimulus Manfaat
Stimulus Rela-religus
Peningkatan pendapatan masyarakat
- Kerelaan menjaga dan membudidayakan M.
Tingkat ketergantungan masyarakat
casturi sebagai salah satu organisme ciptaan
Peningkatan kesehatan masyarakat
Tuhan
(sumber nutrisi dan vitamin)
- Aspek budaya (peninggalan leluhur)
Status sosial di masyarakat
- Kebutuhan keberlanjutan SDAH sesuai dengan
karakter bio-ekologinya

Cognitive
Persepsi, pengetahuan,
pengalaman, pandangan,
keyakinan

Sikap Konservasi
Affective
Emosi, senang, benci, dendam,
sayang, cinta, dan lain-lain

Gambar 1 Kerangka pemikiran strategi konservasi ex situ Mangifera casturi di Kabupaten Indragiri Hilir

Initiative
Kecenderungan
bertindak

2 TINJAUAN PUSTAKA
Bio-ekologi Mangifera casturi Kosterm.
Taksonomi dan Morfologi
M. casturi termasuk kedalam famili Anacardiaceae. Menurut Kostermans
(1993), terdapat sedikitnya 69 spesies Mangifera di dunia. Taksonomi M.casturi
seperti yang tercantum dalam WCMC (1998) adalah sebagai berikut:
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Tracheophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Sapindales
Famili
: Anacardiaceae
Genus
: Mangifera
Spesies
: Mangifera casturi Kosterm.
M. casturi merupakan pohon, tinggi lebih dari 25 m dengan tinggi bebas
cabang 3-15 m, diameter batang 40-115 cm, kulit batang bagian luar putih abuabu-kecokelatan, tipis, tampak seperti M. indica, merekah, lebar rekahan kulit
batang 1-2,5 cm, kulit bagian dalam dan gubal berwarna kuning pucat, kayu cerah
berwarna kuning lemon, serta menghasilkan getah (kering berwarna cokelat
pucat). Tangkai perbungaan hijau, bunga 4–5 dengan kelopak putih, dan
berbentuk piramida. Ranting tidak terlalu menyudut, halus, tidak berbulu. Daun
tersebar, tidak berbulu, berbentuk ujung meruncing dengan runcing pendek
(Kostermans 1993).

Gambar 2 Bunga dan buah M. casturi
M. casturi memiliki batang yang besar dan kekar serta mempunyai banyak
cabang. Daun muda berwarna ungu kecoklatan, rangkaian buah dapat mencapai
10 buah. Buah mangga ini berukuran kecil, bila masak berwarna ungu kecoklatan
dengan warna daging buah kuning jingga. Tumbuh dengan baik di iklim yang
basah. Tahan terhadap Anthracnose dan buahnya jarang di serang kumbang/ulat
buah (Kostermans 1993). Terdapat 3 varietas M.casturi yang ada di Indonesia
yakni:
1. Kasturi: Masak buah seperti mangga kecil, sedikit pipih, 6 x 4,5-5 x 3,5 – 4,2
cm dengan ujung buah sedikit lengkung, kulit tipis, halus, hijau glossy dengan
bintik-bintik gelap ketika buah matang sepenuhnya atau sebagian kulit
menghitam,daging buah gelap oranye, sangat manis. Biji batu 5 x 4,5 x 3 cm,
endocarp terlihat agak keras, serat tipis pendek (di atas 2 cm), polyembryonic

6

2. Cuban: buah bulat telur atau ellips, 6 - 6.3 x 5 - 5.2 x 4.2 - 4.4 cm, kemerahmerahan, tidak menghitam ketika matang; tebal kulit 2-3 mm, mudah dilepas
dari daging buah, daging buah oranye-kuning, berair, berserat, biji batu 4.6 x 3
x 1.4 cm, poly embryonic.
3. Asem pelipisan: buah ellips, pipih, 6–7,2 x 3-5 x 3-4.4 cm, hijau pucat dengan
bercak coklat, ada dua varietas asam pelipisan ketika masak berwarna hijau:
buah yang tersisa sebagian hijau pada saat matang, dan asam pelipisan masak
irang: hitam ketika matang). Daging buah kuning-oranye, berserat, biji batu,
5-7 x 2.5-3 x 1.5-3.4 cm, poly embryonic.
Ekologi dan Penyebaran
Berdasarkan data herbarium yang dikoleksi pada Herbarium Bogoriensis
(LIPI), penyebaran M. casturi (Gambar 3) meliputi Kalimantan Selatan
(Banjarmasin, Martapura, Banjar baru Utara, Cempaka, Kampung Bangkal,
Kampung Lokahas, Tabalon, Tanjung, Wayau, Haruay, Kampung Sardan,
Kandangan, Kampung Padang Batu, Teluk Selong Ulu, Pagar Dalam, Long
Selong, Simpur, Pemujahang, Binuang Utara, Karangan Putih), dan juga di
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur (Kutai, Tenggarong Sebrang,
Kampung Loa Raya). Koleksi yang diambil pada tahun 1986 – 1987 melalui
kegiatan Kalimantan Mango Survey
yang dilakukan oleh WWF-IBPGR
menyebutkan bahwa koleksi tersebut ditemukan pada area hutan sekunder, kebun
masyarakat, kebun desa, tepi sungai, pekarangan rumah, dan pinggir sawah.
Hingga sekarang, belum di temukan adanya spesies M. casturi di habitat
alaminya. M. casturi yang ada saat ini ditemukan di lahan budidaya masyarakat.
M. casturi sangat populer di Kalimantan Selatan, terutama di sekitar
Banjarmasin dan Kabupaten Martapura. M. casturi merupakan maskot provinsi
ini, buahnya lezat, tetapi kurang populer di Pulau Jawa. Satu pohon yang di tanam
dari benih dan menjadi koleksi diKebun Raya Bogor telah menghasilkan buah
setelah 10 Tahun dan sekarang secara rutin berbuah dua kali setahun (Kostermans
1993). Saat ini, telah di tanam 5 bibit lagi dan telah dikoleksikan di Kebun Raya
tertua di Indonesia ini.

Gambar 3 Koleksi M. casturi herbarium bogoriensis

7

Prioritas Konservasi
Berdasarkan kriteria IUCN (2010), spesies tumbuhan di bagi kedalam
sembilan kelompok, didasarkan pada tingkat penurunan dan ukuran populasi,
wilayah distribusi geografis, dan derajat fragmentasi populasi. Sembilan kriteria
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Punah (EX) – tidak ada individu yang tersisa.
2. Punah di alam (EW) – dikenal hanya bertahan hidup di penangkaran, atau
sebagai populasi naturalisasi di luar area geografisnya.
3. Kritis (CR) – risiko kepunahan ekstrim di alam liar dalam waktu dekat.
4. Genting (EN) – risiko kepunahan sangat tinggi di alam liar.
5. Rawan (VU) – risiko kepunahan tinggi di alam liar.
6. Hampir terancam (NT) – kemungkinan menjadi langka dalam waktu dekat.
7. Risiko rendah (LC) – tidak memenuhi syarat untuk kategori resiko punah.
Taksa menyebar luas dan melimpah termasuk dalam kategori ini.
8. Data belum mencukupi (DD) – tidak cukup data untuk membuat penilaian
risiko kepunahan.
9. Belum dievaluasi (NE) – belum dievaluasi terhadap kriteria.
WCMC (1998) mencantumkan M.casturi sebagai salah satu spesies
tumbuhan dengan kategori EW/ Extinct in the wild (punah di alam liar). Suatu
spesies dikatakan punah di alam liar ketika diketahui hanya ada/bertahan hidup
dalam budidaya, di penangkaran atau sebagai populasi naturalisasi di luar area
distribusi alaminya. Penentuan status ini, memerlukan survei detail di habitat
aslinya dan di habitat – habitat yang diduga spesies tersebut terdapat. Survei
dilakukan pada saat yang tepat (diurnal, berkembang biak atau pada tahapan
kehidupan penting lainnya, musim, tahunan).
Selain M. casturi, spesies Mangifera yang juga tergolong EW adalah M.
rubropetala. Di Indonesia terdapat 21 spesies Mangifera yang termasuk kedalam
redlist IUCN versi 2.3 tahun 1998, yakni: M. altissima, M. dewildei, M.
macrocarpa, M. pajang, M. pedicellata, M. rufocostata, M. similis, M.
sumbawaensis , dan M. transversalis dengan status rawan (VU) ; M.
blommesteiniidan M. paludosa dengan status genting (EN); M. bullatadan M.
lalijiwa dengan status data belum mencukupi (DD); M. caesia, M. foetida, M.
gracilipes, M. magnifica, dan M. parvifolia dengan status risiko rendah (LC); M.
campnospermoides dengan status kritis (CR); sertaM. casturi dan M. rubropetala
dengan status punah di alam liar (EW).

Nilai Manfaat M. casturi
Salah satu komoditas buah lokal yang dimiliki Indonesia dan belum
dikembangkan secara optimal adalah M. casturi. Spesies ini memiliki kandungan
nutrisi yang tinggi, terutama vitamin A dan C. Buah ini sangat disukai oleh
masyarakat lokal di daerah Kalimantan. Program pemerintah tentang
pengembangan pangan lokal untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi masyarakat
menjadi peluang dan pendorong untuk mengenalkan produk-produk unggulan
buah lokal agar lebih dikenal secara luas di Indonesia (Antarlina et al 2005).

8

Buah M. casturi mengandung air cukup tinggi (78,54 – 87,17 %). Berbeda
dengan jenis mangga kuini dan hampalam, M. casturi mengandung kadar pati
(1,38%) dan gula (2,02%) yang rendah, sehingga mempunyai kalori yang relatif
lebih rendah pula (9,56 kal/100gr). Buah ini mengandung vitamin A dan vitamin
C cukup tinggi dibandingkan dengan buah mangga lainnya, masing-masing
sebesar 6069, 27 IU dan 238,7 mg/100g.
Tabel 1 Karekteristik sifat fisik dan kimia beberapa spesies Mangifera
Parameter
Nisbah P/L
Tebal Kulit (mm)
Bobot buah (g)
Bisa dimakan (%)
Kadar Air (%)
Pati (% bb)
Gula (% bb)
Serat kasar (% bb)
Protein (%)
Lemak (%)
Karbohidrat (%)
Asam (mgKOH/g)
Vitamin A (IU)
Vitamin C (mg/100g)
Kalori (kal/100g)

Mangifera odorata Mangifera casturi Mangifera sp
(Kuini)
(Kasturi)
(Hampalam)
1,21 - 1,52
1,1 – 4,4
162 – 470
44,62- 64,47
78,61 – 80,30
10,76
11,33 – 11, 52
2,25 – 2,33
1,02
0,15
18,59
2,72 - 3
663,36
36,36
48,41

1,25 - 1,53
1,1 - 2,4
57 - 84
45,39 - 66, 86
78,54 - 87,77
1,38
2,02
0,17 - 1,06
0,28
0,04 - 0,44
12,04
4,68 - 5,51
6069, 27
238,7
9, 56

1,18 - 1,55
0,5 - 2,5
167 - 396
61,76 - 71,09
80,30 - 85,24
11,1
11,69
0,29 - 1,15
1,47 - 1,73
0,18 - 0,22
12,78
1,96 - 4,47
667,14
72,47
51,90

Mangifera caesia
(Binjai)
1,66 - 1,94
1,0 - 2,3
192 - 316
35,20 - 60,69
78,52 - 86,5
1,4
2,15
1,4
1,0 -1,36
0,2 - 0,38
11, 9
20,36
241,18
310,89
48

Sumber Antarlina et al. (2005)
Hingga saat ini pemanfaatan M. casturi hanya dikonsumsi dalam bentuk
segar di Kabupaten Indragiri Hilir. Berbeda dengan, di Kabupaten Banjar
Provinsi Kalimantan Selatan petani telah mengolah M. casturi menjadi selai pada
saat panen raya, itupun untuk konsumsi sendiri. Pengolahan lebih lanjut M.
casturi dapat diolah menjadi pasta buah, sari buah, dodol, selai dan sebagainya
(Antarlina et al 2005).

Konservasi Ex situ
Selain konservasi in situ, konservasi keanekaragaman hayati juga dapat
dilakukan secara ex situ, yaitu di luar habitat alaminya (Glowka et al 1994).
Konservasi ex situ keanekaragaman sumber daya genetik yang masih alami/liar
dapat dilakukan dalam berbagai cara. Konservasi ex situ bisa berupa kegiatan
penangkaran atau domestifikasi. Spesies yang beragam, teknik pertumbuhan dan
fasilitas juga mempengaruhi kegiatan konservasi ex situ yang dilakukan. Kegiatan
konservasi ex situ baik hewan ataupun tumbuhan (Glowka et al 1994) diantaranya
yaitu:
- Bank genetik seperti bank benih, bank lapangan, bank sperma dan ovum
- Kultur jaringan invitro tanaman dan koleksi kultur mikroba.
- Pengembangbiakan hewan dan propagasi buatan tanaman, yang
memungkinkan re-introduksi ke alam liar, dan
- Koleksi organisme hidup untuk kebun binatang, akuarium dan
kebun botani yang dapat digunakan untuk penelitian, pendidikan dan
kesadaran masyarakat.

9

Untuk mendukung kegiatan konservasi in situ, langkah-langkah kegiatan
konservasi ex situ dapat dilakukan oleh pihak-pihak terkait (Glowka et al. 1994),
termasuk:
(a) Memberlakukan upaya-upaya untuk konservasi ex situ komponen-komponen
keanekaragaman hayati, sesuai dengan kondisi negara asal komponen tersebut;
(b) Memantapkan dan mempertahankan sarana untuk konservasi ex situ dan
penelitian pada tanaman, hewan dan mikro-organisme, terutama di negara asal
sumber daya genetik;
(c) Memberlakukan upaya-upaya untuk pemulihan, rehabilitasi spesies terancam
dan re-introduksi ke habitat alami mereka dalam kondisi yang sesuai;
(d) Mengatur dan mengelola koleksi sumber daya alam hayati dari habitat alami
untuk tujuan konservasi ex situ sehingga tidak mengancam ekosistem dan
populasi spesies in situ, kecuali untuk kegiatan ex situ yang diperlukan pada
bagian (c) di atas; dan
(e) Bekerjasama dalam menyediakan dukungan keuangan dan lainnya untuk
konservasi ex situ sebagaimana yang diuraikan pada bagian (a) sampai (d) di
atas dan dalam pembentukan dan pemeliharaan konservasi ex situ fasilitas di
negara-negara berkembang.

Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Konservasi
Menurut terminologi psikologi Lindsay dan Norman (1977) dalam
Pujiastuti (2010) menyebutkan bahwa “Perception is the process by which
organisms interpret and organize sensation to produce a meaningfull experience
of the world”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa persepsi merupakan
pandangan akhir seseorang setelah memproses semua input dan sensasi yang
diperolehnya melalui panca indera. Persepsi dikatakan sebagai proses selektif
untuk membangun kesan dan membuat penilaian.
Persepsi yang ada terhadap suatu objek pada setiap orang kadang berbeda.
Litterer (1984) dalam Susiatik (1998) membagi mekanisme pembentukan persepsi
menjadi 3 yaitu “selectivity”, “interpretation” dan “closure”. Mekanisme
tersebut digambarkan seperti pada Gambar 4. Pada akhirnya persepsi yang ada
menggiring perilaku dan sikap manusia menurut persepsinya masing-masing.

Gambar 4 Proses pembentukan persepsi berdasarkan model Litterer (1984).

10

Menurut Zuhud (2007) membangun sikap masyarakat pro-konservasi,
sepatutnya dilakukan melalui integrasi tiga pendekatan, yaitu (1) membangun
sikap “tri stimulus amar pro-konservasi”; (2) menyambungkan dan
mengembangkan pengetahuan tradisional masyarakat menjadi pengetahuan
modern, yang bersifat adaptif terhadap perkembangan terkini dan (3)
mengaktifkan nilai-nilai relegius sebagai stimulus rela dan kuat untuk membangun
sikap serta perilaku konservasi. Sikap mengandung banyak pengertian yang
disimpulkan menurut Arikunto (2009) dari beberapa pendapat ahli diantaranya
adalah:
1. Merupakan kecenderungan yang ada pada seseorang untuk bereaksi.
2. Belum dapat dikatakan mempunyai arti jika belum mewujud dalam perilaku
3. Sesuai dengan isi hati dan keyakinan pemiliknya
4. Menunjukkan arah positif atau negatif dari aspek psikologi
5. Mengandung unsur kognitif, afektif dan psikometrik dan dapat diukur
keberadaan serta derajatnya.
Unsur sikap mempunyai lima ciri menurut Arikunto (2009) yang mengacu
pada Gilbert Sax (1980) yakni : mempunyai arah (direction), mempunyai
keluasan, rentangan (pervasiveness), menunjukkan intensitas kekuatan (intensity),
bersifat konsisten ajeg (consistent), dan menunjukkan spontanitas (salience).
Sikap dan perilaku merupakan sesuatu yang “rumit” dan tidak mudah
mengukur variabelnya. Sikap merupakan sesuatu yang kompleks, sedangkan
perilaku merupakan “cermin sikap” seseorang walau kadang perilaku bisa
dimanipulasi untuk menunjukkan sikap yang baik. Hal-hal yang mempengaruhi
sikap dan perilaku masyarakat menurut Arikunto (2009) diantaranya:
1. Pengalaman lingkungan yang dibawa dari keluarga
2. Ajaran agama atau keyakinan yang dianut
3. Masyarakat dan lingkungan sekitar
4. Kepentingan pada saaat individu berprilaku
Menurut Zuhud (2007) Tri-Stimulus Amar Pro-konservasi merupakan
konsep sistem nilai yang dibagi menjadi tiga kelompok stimulus pro-konservasi,
yaitu alamiah, manfaat, dan religius-rela yang merupakan kristalisasi dari nilainilai kebenaran, kepentingan dan kebaikan. Stimulus alamiah merupakan refleksi
dari nilai-nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan sumberdaya alam
hayati sesuai dengan karakter bioekologinya. Stimulus manfaat merupakan
refleksi dari nilai-nilai kepentingan untuk manusia (manfaat ekonomi, obat,
biologis/ekologis dan lain sebagainya). Stimulus religius-rela merupakan refleksi
dari nilai kebaikan terutama ganjaran dari sang pencipta alam, nilai spiritual, nilai
agama yang universal, pahala, kebahagiaan, kepuasan batin, kearifan dan budaya/
tradisional, kepuasan batin dan lainnya. Ketiga kelompok stimulus pro-konservasi
ini nantinya akan membentuk sikap konservasi dan prilaku yang pro-konservasi
untuk mewujudkan konservasi dalam kehidupan sehari-hari.

3 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, dimulai pada bulan Maret
hingga Juni 2012 di dua kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau
yakni Kecamatan GAS dan Kecamatan Gaung. Kedua kecamatan ini dipilih
sebagai lokasi penelitian karena di lokasi ini terdapat populasi spesies M. casturi
dalam jumlah yang cukup banyak dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat dalam
kurun waktu relatif lama.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta citra Landsat
Kabupaten Indragiri Hilir, peta tematik kawasan, peta administrasi pemerintahan,
pedoman wawancara, dan kuesioner.
Peralatan yang digunakan adalah kamera, Global Positioning System
(GPS) type Garmin V, pita ukur, alat ukur tinggi pohon (suunto Instrument KB14/360 R), dan laptop. GPS digunakan untuk menentukan titik koordinat M.
casturi (untuk menentukan lokasi penyebaran dan bentuk penyebarannya),
kantong plastik, kertas koran, sasak bambu dan alkohol untuk pembuatan
herbarium. Perangkat lunak yang digunakan untuk pengolahan data antara lain
ArcView 3.2 untuk pengolahan data spasial, MS. Excel 2007 untuk pencatatan dan
tabulasi data serta SPSS 16,0 for windows untuk analisis regeresi linear berganda,
software Minitab 14 dan PAST 2.14 (Paleontological Statistics) untuk analisis
Principle Component Analysis (PCA) atau analisis komponen utama dan model
regresi linier berganda.

Data yang Diperlukan
Variabel yang diamati, metode pengumpulan dan sumber data disajikan
pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2

Jenis data, variabel yang diukur serta sumber dan metode pengambilan
data M. casturi

Data

Variabel

Sumber dan metode
pengambilan data

Data Ekologi Mangifera casturi
Wawancara
Koordinat GPS, tinggi pohon, diameter pohon,
pengambilan data
sejarah penyebaran, luas area penyebaran
lapang, analisis spasial
Jumlah semai, tiang, pancang, pohon, faktor
Pengambilan data
Ekologi
edafis, iklim, waktu berbunga dan berbuah,
lapang dan kajian
kerapatan tegakan
pustaka
Karekteristik bunga, batang, daun,
Morfologi M.casturi
Kajian pustaka
buah,ekologi, status konservasi
Data Sosial Budaya Masyarakat
Persepsi dan
Tingkat pengetahuan masyarakat
Wawancara, dan
keterlibatan
terhadap konservasi M. casturi, bentuk
pengamatan d
Penyebaran

12

Tabel 2

Jenis data, variabel yang diukur serta sumber dan metode pengambilan
data M. casturi (lanjutan)

Data
masyarakat
dalam konservasi
M.casturi
Pemanfaatan M.
casturi
Karekteristik dan
demografi penduduk

Variabel
keterlibatan masyarakat, jumlah
masyarakat yang terlibat, harapan
masyarakat, stimulus alamiah, stimulus
rela-relagius
Bentuk manfaat yang didapat, jumlah
pendapatan, stimulus manfaat
Jumlah penduduk, agama, budaya,, mata
pencaharian, tingkat penghasilan
kabupaten Indragiri Hilir

Sumber dan metode
pengambilan data
di lapangan

Wawancara,
Pengamatan
Kajian pustaka

Metode Pengumpulan Data
Data Ekologi M. casturi
Data ekologi M. casturi yang diperlukan dalam penelitian ini sebagian
besar dilakukan dengan pengambilan data lapangan. Selain pengambilan data
lapangan, data ekologi M. casturi juga diperoleh dengan melakukan wawancara
dengan masyarakat dan kajian pustaka.
Pengambilan data lapangan dilakukan untuk mendapatkan data penyebaran
M. casturi di lapangan. Data penyebaran M. casturi diambil pada kelas umur
pohon, tiang dan pancang dimana keberadaannya dilakukan dengan purposive
sampling dan koordinat titik keberadaannya dicatat menggunakan GPS.
Keberadaan semai, dikaji dengan menginventarisasi keberadaan anakan di bawah
tegakan induk. Inventarisasi semai dilakukan sejauh lebar tajuk pohon induk.
Data Sosial Budaya Masyarakat
Berbeda dengan pengambilan data ekologi M.casturi, pengambilan data
sosial budaya masyarakat lebih banyak dilakukan dengan metode wawancara
kepada masyarakat. Masyarakat yang dimaksud adalah individu-individu pemilik
kebun M. casturi yang memanfaatkan M. casturi baik sebagai tanaman kebun
maupun untuk dijual buahnya. Ketika wawancara dengan masyarakat, dilakukan
pengamatan lapangan juga dilakukan untuk membantu analisis deskripsi berkaitan
dengan sosial budaya masyarakat. Untuk menambah kekayaan data yang ada, data
juga diambil melalui kajian pustaka.
Wawancara (interview) dilakukan dengan menggunakan kuesioner (semi
terstruktur), dimana pertanyaan yang diajukan terarah pada masalah utama yang
ditanyakan. Pokok permasalahan yang ditanyakan ditujukan untuk mengetahui
kondisi sosial-ekonomi, tri-stimulus amar konservasi (alamiah, manfaat dan relareligius), persepsi dan keterlibatan masyarakat dalam konservasi ex situ M.
casturi. Pengambilan responden dilakukan dengan cara purposive sampling
dimana responden dipilih dengan karakteristik khusus yaitu sebagai pemilik
kebun M. casturi. Jumlah responden yang diambil sebanyak maksimal 30 orang
(tergantung pada berapa banyak KK/kepala keluarga yang menanam M. casturi di
lahan yang dimiliki) pada tiap kecamatan.
Sikap, pendapat, dan persepsi masyarakat, diukur dengan menggunakan
skala Likert (Arikunto 2009). Setiap pertanyaan atau pernyataan (variabel

13

penelitian) dihubungkan dengan alternatif jawaban yang berupa dukungan atau
pernyataan sikap yang diungkap dengan kata-kata seperti Sangat Setuju (5),
Setuju (4), Netral (3), Tidak Setuju (2), dan Sangat Tidak Setuju (1).

Metode Analisis Data
Analisis Deskriptif Kuantitatif
Analisis deskriptif
kuantitatif
merupakan suatu
teknik
untuk
menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul
dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang
diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan
menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Tujuannya adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar variabel yang diteliti.
Analisis Spasial
Analisis spasial digunakan untuk memetakan distribusi sebaran M. casturi
yang ditemukan di lapangan. Data lapangan yang berupa titik koordinat M. casturi
dari tingkat pancang, tiang, hingga pohon di-overlay dengan peta batas
administrasi kecamatan, peta sungai dan peta tanah di kabupaten Indragiri Hilir
menggunakan software ArcView version 3.2.
Analisis SWOT
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah merumuskan
strategi konservasi ex situ M. casturi berbasis peran serta masyarakat. Untuk
mencapai tujuan ini, analisis yang digunakan adalah analisis faktor strategis
(Analisis SWOT) yang meliputi analisis faktor internal dan analisis faktor
eksternal (Rangkuti 1997). Analisis faktor internal dilakukan dengan
menggunakan matrik faktor strategi internal (Internal Strategic Factors Analysis
Summary / IFAS), sedangkan analisis faktor eksternal menggunakan matrik faktor
strategi eksternal (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary / EFAS).
Tahapan penyusunan matrik IFAS dan matrik EFAS , serta analisis SWOT sebagai
berikut :
a. Penyusunan Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) :
- Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam
konservasi M. casturi berbasis masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir
dengan metode diskusi (brainstorming), menggunakan informasi lapang
yang ada atau penelaahan terhadap pustaka.
- Menentukan peringkat masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan
berdasarkan pendapat responden, dengan skala 1 – 4 (pengaruh kecil –
sedang - besar – sangat besar).
- Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari
1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), Jumlah bobot dari seluruh
faktor tidak boleh melebihi nilai 1,0.
- Menghitung nilai pengaruh masing-masing faktor dengan cara mengalikan
nilai bobot dengan nilai peringkat untuk masing-masing faktor.

14

b. Penyusunan Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS) :
- Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman dalam
konservasi ex situ M.casturi berbasis masyarakat di Kabupaten Indragiri
Hilir dengan metode diskusi (brainstorming), informasi lapang yang ada
atau penelaahan pustaka.
- Menentukan peringkat masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan
berdasarkan pendapat responden, dengan skala 1 – 4 (pengaruh kecil –
sedang - besar – sangat besar).
- Memberikan bobot terhadap masing-masing faktor tersebut dengan skala
mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Jumlah bobot
dari seluruh faktor tidak boleh melebihi nilai 1,0.
- Menghitung nilai pengaruh masing-masing faktor dengan cara mengalikan
nilai bobot dengan nilai peringkat untuk masing-masing faktor.
Analisis Korelasi dan Analisis Faktor
Analisis korelasi merupakan suatu alat analisis untuk menilai ada tidaknya
hubungan antar variabel yang terjadi (Rianse 2009). Hal ini dilakukan untuk
menyederhanakan variabel bebas yang ada. Jika terjadi korelasi antar varibel
maka dipilih salah satu varibel yang paling berpengaruh dibandingkan varibel
lain. Analisi korelasi dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.
Analisis faktor dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor strategi
internal dan strategi eksternal terhadap konservasi M. casturi yang ada di
Kecamatan GAS dan Kecamatan Gaung. Faktor yang dimaksud dalam hal ini
adalah kesadaran masyarakat, status dan luas lahan, populasi M. casturi,
pemanenan dan pemasaran, pengendalian dan pencegahan hama dan penyakit,
perawatan berkala dan kegiatan pra-tanam. Data di analisis dengan principle
component analysis (PCA) atau analisis komponen utama dan model regresi linier
berganda dengan menggunakan software Minitab 14 dan PAST 2.14
(Paleontological Statistics).
Model regresi berganda yang dibangun terdiri dari varibel terikat (Y) dan
variabel bebas (X), dimana varibel terikatnya merupakan konservasi M.casturi
yang dinilai berdasarkan banyak M.casturi yang ditanam oleh responden
(masyarakat). Sedangkan varibel bebasnya terdiri dari kesadaran masyarakat,
status dan luas lahan, populasi M. casturi, pemanenan dan pemasaran,
pengendalian dan pencegahan hama dan penyakit, perawatan berkala dan kegiatan
pra-tanam. Persamaan regresi linear yang akan dibangun adalah sebagai berikut:


…�

= � + � � + � � + � � + … + �� �� + ℇ

Keterangan:
Y (jumlah M.casturi yang ditanam), 1…n (responden ke -1,…,ke – n), �0 (koefesien regresi), ��
(Nilai koefesien regresi ke –i), ℇ (Peubah acak), X1 (Kesadaran masyarakat), X2 (Status dan luas
lahan), X3 (Populasi M. casturi), X4 ( Pemanenan dan pemasaran), X5 (Pengendalian dan
pencegahan hama dan penyakit), X6 (Perawatan berkala), dan X7 (Pra – tanam)

38

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Indragiri Hilir resmi menjadi Daerah Tingkat II berdasarkan
Undang-Undang No. 6 Tahun 1965 tanggal 14 Juni 1965 (Lembaran N