Model Habitat Trenggiling Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

MODEL HABITAT TRENGGILING DI TAMAN NASIONAL
GUNUNG HALIMUN SALAK

AFROH MANSHUR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Model Habitat Trenggiling
di Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Afroh Manshur
NIM E351120041

RINGKASAN
AFROH MANSHUR. Model Habitat Trenggiling di Taman Nasional Gunung
Halimun Salak. Dibimbing oleh AGUS PRIYONO KARTONO dan
BURHANUDDIN MASYUD.
Trenggiling (Manis javanica) merupakan salah satu mamalia terancam punah
berdasarkan kategori International Union for Conservation of Nature. Hal ini
disebabkan oleh 3 hal, yakni: (1) keterbatasan dalam proses evolusi, (2)
kemampuan reproduksi yang rendah, serta (3) tingginya perdagangan ilegal
terhadap jenis ini. Upaya konservasi M. javanica masih sangat terbatas mengingat
kajian ekologi jenis ini belum banyak diungkap. Salah satu aspek kajian yang
penting diketahui adalah habitat M. javanica. Hal ini karena habitat merupakan
dasar dalam ekosistem fungsional sehingga informasi terkait hal ini berguna dalam
mendukung strategi pelestarian satwa dan upaya mengelola populasinya. Oleh
karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) karakteristik habitat
M. javanica , (2) komponen lingkungan yang berpengaruh terhadap kehadiran M.
javanica, (3) pola seleksi habitat M. javanica dan (4) model kehadirannya
berdasarkan komponen lingkungan tersebut.

Identifikasi kehadiran M. javanica diketahui dengan metode eksplorasi
dengan penelusuran jejak. Guna efektivitas waktu dan biaya dalam pengamatan,
maka digunakan teknik open grid. Lokasi yang diketahui merupakan habitat M.
javanica kemudian diukur seluruh komponen habitatnya dengan plot pengamatan
berbentuk plot tunggal seluas 1 ha. Adapun komponen tersebut secara umum terdiri
dari: komposisi vegetasi, pakan, kompetisi, predasi, tutupan vegetasi, suhu,
kelembaban udara, ketinggian tempat, tekstur tanah dan kelerengan lahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa M. javanica menggunakan 9 komponen
habitat dengan karakteristik khusus berdasarkan uji runs. Penggunaan areal sebagai
habitat oleh jenis ini dipengaruhi oleh kehadiran kompetitornya, yakni jika terdapat
kompetitor maka M. javanica tidak akan menggunakan habitat tersebut meskipun
memiliki karakteristik yang sesuai. Kehadiran M. javanica pada suatu lokasi
ditentukan oleh 8 komponen habitat yang terdiri dari 3 komponen biotik dan 5
komponen abiotik. Sifat selektif M. javanica diketahui dari 3 fungsi habitat, yakni:
(1) habitat makan yang berkorelasi positif dengan jumlah jenis tumbuhan sarang
mangsanya; (2) habitat istirahat yang berkorelasi negatif dengan persentase fraksi
debu, ketinggian tempat dan keberadaan kompetitornya serta (3) habitat reproduksi
dan mengasuh anak yang berkorelasi positif dengan suhu udaranya. Adapun model
terbaik yang terbentuk dalam pendugaan kehadiran M. javanica disuatu lokasi lebih
dipengaruhi oleh komponen biotiknya dengan model regresi y= 1.467 - 0.093

*ZJumlah jenis tumbuhan sebagai sarang mangsa - 0.091Z*Dominasi tumbuhan sarang mangsa pada tingkat pohon 0.089*ZJarak terhadap kompetitor (r =0.472, sig.= 0.076).
Kata kunci: Pholidota, strategi hidup, kompetisi, anti predator, termoregulasi.

SUMMARY
AFROH MANSHUR. Habitat models of Pangolin (Manis javanica) in Mount
Halimun Salak National Park. Supervised by AGUS PRIYONO KARTONO and
BURHANUDDIN MASYUD.
Pangolin (Manis javanica) is one of the threatened mammals based on the
category of the International Union for Conservation of Nature. This is caused by 3
reason, i.e.: (1) the limitations in the evolutionary process, (2) a low reproductive
ability, and (3) high illegal trade in this species. M. javanica’s conservation efforts
is still limited considering the ecological study of this species hasn’t been revealed.
One of the important aspects which should be known is M. javanica’s habitat. This
is because the habitat is basic in the ecosystem functional so that this information
related to this useful in supporting wildlife conservation strategies and efforts to
manage the population.Therefore, the objectives of this study was to determine: (1)
the characteristics of M. javanica habitat, (2) environmental components that
influence the presence of M. javanica, (3) habitat selection patterns of M. javanica
and (4) a model based on the presence of the environmental component.
Identification of the presence of M. javanica known by the exploration

methods based by traces. To the effectiveness time and cost of the observation, then
used open grid method. The location is to be the M. javanica’s habitat then
measured of all components habitat with a single plot covering an area of 1 ha. The
components are generally consists of: the vegetation composition, feed, competition,
predation, vegetation cover, temperature, humidity, altitude, soil texture and slope
steepness.
The results showed that M. javanica using the 9 components habitats with
special characteristics based on runs test. The area that used by this species is
affected by the presence of it’s competitors, which is if there are competitors then
M. javanica will not use these habitats despite having the appropriate characteristics.
The presence of M. javanica at a location determined by the 8 habitat components,
consists of 3 biotic components and 5 abiotic components. selectivity M. javanica
can detect by 3 functions of the habitat, are: (1) eating habitat that positively
correlated with the number of plant species used as his prey digs; (2) resting habitat
that negatively correlated with the percentage fraction of dust; altitude and the
presence of his competitors, and (3) reproduction and parenting habitat that
positively correlated with environment temperature. The best model is formed to
estimation the presence of M. javanica in a location more influenced by biotik
component with regression model are y = 1467-0093 * ZNumber of plant species that used as
his prey den - 0.091ZDominance of plant species used as his prey den on tree level - 0089 * ZDistance from his

competitors (r = 0.472, sig. = 0.076).
Keywords: Pholidota, life strategies, competition, anti-predator, thermoregulation.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

MODEL HABITAT TRENGGILING (Manis javanica)
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

AFROH MANSHUR

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains

pada
Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar pada Ujian Sidang Tesis: Prof. (RIS) Dr. Ir. Ibnu Maryanto M.Si.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
berjudul Model Habitat Trenggiling di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
yang dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2014. Adapun karya ilmiah
yang memuat salah satu sub bagian dari tulisan ini diterbitkan pada Jurnal Media
Konservasi (ISSN: 0215-1677) Volume 10 No 1 Bulan April 2015 dengan judul
Karakteristik Habitat Trenggiling Jawa (Manis javanica) di Taman Nasional
Gunung Halimun Salak.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Priyono Kartono,

MSi dan Bapak Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS selaku pembimbing serta
Prof.(RIS) Dr. Ir. Ibnu Maryanto M.Si. selaku penguji luar pada sidang tesis.
Penghargaan penulis juga disampaikan kepada Romi Prasetyo, S. Hut yang telah
membantu dalam analisis data serta pemetaan dan kepada Balai Taman Nasional
Gunung Halimun Salak yang telah memberikan saran mengenai lokasi penelitian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri, bapak, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Afroh Manshur

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii


DAFTAR LAMPIRAN

vii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
3
3
3
5


2 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Objek dan Alat Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Prosedur Analisis Data

5
5
6
6
11

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

14
14
24


4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

36
36
37

DAFTAR PUSTAKA

37

LAMPIRAN

47

RIWAYAT HIDUP

64


DAFTAR TABEL
1. Variabel karakteristik habitat yang diukur dan asumsi pengaruhnya
terhadap hidup strategi hidup M. javanica
2. Variabel komponen habitat yang diukur dalam pendugaan kebutuhan
hidup M. javanica
3. Karakteristik habitat yang digunakan M. javanica sesuai dengan
kebutuhan hidupnya
4. Hasil uji statistik non parametrik terhadap komponen habitat M. javanica
5. Hasil uji analisis faktor pada komponen biotik dan abiotik habitat yang
digunakan oleh M. javanica
6. Ringkasan nilai akar ciri, persentase variasi data dan korelasi fungsi
habitat dan komponen lingkungan
7. Vektor ciri dan bobot setiap variabel penyusun PCA
8. Hasil analisis regresi terhadap ketiga faktor baru yang terbentuk untuk
menduga kehadiran M. javanica
9. Hasil perbandingan nilai temuan dengan nilai prediksi dari model regresi
yang terbentuk

8
10
12
18
19
20
23
23
24

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kerangka pikir penelitian model pendugaan habitat M. javanica
Peta lokasi penelitian M. javanica di TNGHS
Sketsa plot ukur pengambilan data variabel habitat M. javanica
Dua pola berjalan pada M. javanica ketika bersifat terestrial
Pola berjalan M. javanica ketika bersifat arboreal
Cetakan yang terbentuk pada bidang pijakan daun dan kayu
Posisi ekor M. javanica ketika berjalan sebagai penyebab arah rebah yang
seragam pada tumbuhan bawah yang dilaluinya
8. Tipe sarang aktif M. javanica yang teridentifikasi di TNGHS
9. Diagram ordinasi seleksi habitat dan komponen habitat M. javanica
berdasarkan sumbu 1 dan sumbu 2
10. Diagram ordinasi seleksi habitat dan komponen habitat M. javanica
berdasarkan sumbu 1 dan sumbu 3
11. Ekor sebagai alat pertahanan diri pada M. javanica
12. Besaran persentase temuan M. javanica pada masing-masing kelas
13. Sebaran M. javanica berdasarkan kelas penutupan lahan di TNGHS

4
5
7
14
15
15
16
17
21
22
26
33
36

DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar jenis tumbuhan kayu yang teridentifikasi di lokasi penelitian
2. Hasil uji normalitas data pada komponen habitat M. javanica
3. Hasil uji korelasi pearson komponen biotik untuk mengetahui autokorelasi
antar variabel.
4. Hasil uji korelasi pearson komponen abiotik untuk mengetahui adanya
autokorelasi antar variabel
5. Hasil uji toleransi dan VIF data komponen biotik untuk mengetahui
adanya multikolinearitas antar variabel
6. Hasil uji toleransi dan VIF data komponen biotik untuk mengetahui
adanya multikolinearitas antar variabel
7. Hasil uji reduksi faktor untuk mengetahui komponen habitat biotik yang
berpengaruh terhadap kehadiran M. javanica
8. Analisis komponen PCA untuk mengetahui komponen baru pada habitat
biotik yang berpengaruh terhadap kehadiran M. javanica
9. Hasil uji reduksi faktor untuk mengetahui komponen habitat abiotik yang
berpengaruh terhadap kehadiran M. javanica
10. Hasil analisis regresi terhadap variabel komponen biotik habitat untuk
menduga kehadiran kehadiran M. javanica
11. Hasil analisis regresi terhadap variabel komponen abiotik habitat untuk
menduga kehadiran kehadiran M. javanica

47
51
53
54
54
55
55
57
58
62
62

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manis javanica merupakan satu-satunya Pholidota yang terdapat di
Indonesia, yakni di Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan (Corbet & Hill 1992).
Jenis lain yang telah punah dan pernah teridentifikasi di Pulau Jawa dan Kalimantan
adalah M. palaeojavanica (Dubois 1926; Cranbrook 2010). Laju penurunan
populasi pada genus Manis mencapai 9.12% selama 45 tahun terakhir (Wu et al.
2004a). Hal ini menunjukkan tingginya tingkat ancaman kepunahan pada jenis ini.
Terdapat empat faktor utama yang menyebabkan tingginya laju penurunan populasi
pada genus Manis, yakni: perdagangan ilegal, pakan terbatas dan spesifik, daya
reproduksi yang rendah dan kemampuan anti predator yang rendah (Challender
2011; Wu et al. 2004b). Kondisi ini menyebabkan status konservasi M. javanica
yang meningkat pada tahun 2013 menjadi kritis (critically endangered) berdasarkan
International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Perdagangan satwa merupakan salah satu faktor eksternal yang perlu menjadi
perhatian penting dalam upaya konservasi M. javanica. Hal ini dikarenakan teknik
budidaya satwa ini belum sepenuhnya dikuasai oleh para praktisi. Kasus
perdagangan ilegal M. javanica di Indonesia merupakan yang terbesar kedua setelah
Vietnam dengan jumlah temuan hingga 15.7 ton dalam kurun waktu 2008-2011
(Challender 2011). Besarnya jumlah perdagangan ilegal ini disebabkan oleh
tingginya permintaan pasar dan nilai ekonomi M. javanica. Hal ini dikarenakan
beragamnya manfaat M. javanica terutama sebagai bahan obat-obatan yang mampu
menyembuhkan berbagai penyakit seperti seperti: asma, reumatik, kanker,
memperlancar sistem peredaran darah, dan afrodisiak (Douglas 1957; Huang et al.
2004). Khusus pada sisik M. javanica diketahui memiliki kekuatan magis (de
Heusch et al. 1993) bahkan sisik M. javanica juga diketahui memiliki kandungan
Tramdol HCL (Farida 2012; Maryanto et al. 2013) yang merupakan kimia utama
menyusun anestesi seperti shabu-shabu.
Upaya pemenuhan permintaan pasar terhadap M. javanica secara legal
merupakan strategi terbaik yang perlu dilaksanakan. Adapun upaya tersebut adalah
budidaya M. javanica di penangkaran atau pemanfaatan secara langsung jenis ini di
alam dengan memperhatikan kaidah konservasi. Dalam pencapaian ke dua upaya
tersebut, dibutuhkan berbagai kajian habitat sebagai dasar dalam upaya
menajemennya. Manipulasi habitat penangkaran berguna dalam rangka
meningkatkan peluang jenis ini untuk dapat bertahan hidup dan berkembang biak.
Begitupula dengan upaya pemanfaatan langsung di alam yang membutuhkan data
parameter demografi M. javanica dimana pada proses inventarisasi satwanya
dibutuhkan data habitat dalam rangka upaya stratifikasi lokasi. Hal ini bertujuan
untuk memastikan aspek kelestarian M. javanica dan keberlanjutan
pemanfaatannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Morrison et al. (2006) bahwa
keberhasilan konservasi suatu satwaliar bergantung pada upaya mengumpulkan,
menganalisis, dan menafsirkan informasi terpercaya mengenai habitat satwa
tersebut. Lebih lanjut, Morris (2003) menyatakan bahwa habitat merupakan dasar
dalam ekosistem fungsional yang memuat informasi penting dalam rangka
justifikasi pemanfaatan satwaliar secara langsung. Oleh karena itu, pengetahuan

2
ekologi habitat M. javanica perlu diketahui secara rinci dalam rangka konservasi
jenis ini. Terlebih lagi M. javanica juga dikategorikan sebagai 100 mamalia EDGE
(Evolutionarily Distinct and Globally Endangered) oleh ZSL (Zoological Society
of London). Hal ini mengindikasikan bahwa spesifikasi habitat merupakan strategi
utama M. javanica dalam bertahan hidup.
Berbagai tinjauan studi terkait M. javanica yang telah dilaporkan diantaranya
terfokus pada analisis anatomi dan morfometri (Wu et al. 2004c; Nisa’ et al. 2010;
Zhou et al. 2012), histologi (Pongchairerk et al. 2008; Meyer et al. 2010) serta
pembuktian kemampuannya sebagai obat melalui analisis struktur dan kandungan
bioaktif di dalam tubuhnya (Huang et al. 2004). Penelitian ekologi M. javanica yang
dilaporkan hanya terkait dengan luas wilayah jelajah dan perilaku hariannya (Lim
& Ng 2007). Kondisi ini berbeda dengan ordo Pholidota lain yang telah banyak
dilakukan kajian ekologinya, sebagai contoh adalah M. pentadactyla yang sudah
diketahui pola penggunaan habitat (Wu et al. 2003), perilaku harian, pakan (Wu et
al. 2004a) dan perilaku reproduksinya termasuk perilaku mengasuh anak (Heath &
Vanderlip 1988; Chao et al. 1993; Wu 1998). Kajian ekologi juga dilakukan pada
spesies M. temminckii terkait luas wilayah jelajah (Heath & Coulson 1997a),
aktivitas harian, pakan dan perilaku makannya (Jacobsen et al. 1991; Richer et al.
1997; Swart et al. 1999). Berdasarkan tinjauan ini, maka dapat disimpulkan bahwa
informasi habitat yang merupakan kunci dalam pemanfaatan M. javanica yang
sesuai dengan peraturan perundangan di Indonesia belum diketahui.
Salah satu lokasi yang merupakan bagian habitat M. javanica di Jawa Barat
dan Banten adalah kawasan hutan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
(TNGHS) yang terletak di Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak. Belum adanya
informasi dan pengetahuan mengenai ekologi M. javanica di kawasan ini
menyebabkan konservasi pada jenis ini hanya mengandalkan efektivitas
pengelolaan secara umum pada kawasan di TNGHS meskipun secara individual
jenis ini juga dilindungi berdasarkan peraturan perundangan di Indonesia maupun
konvensi internasional. Oleh karena itu, mengacu pada lokasi dan kondisi di atas,
informasi detail mengenai penggunaan habitat M. javanica perlu diteliti.
Perumusan Masalah
Geldmann et al. (2013) menunjukkan bahwa kawasan konservasi yang ada
belum mampu melindungi seluruh spesies di dalamnya meskipun cukup efektif
dalam penurunan laju kerusakan habitat di kawasan tersebut. Penelitian sebelumnya
dari Catullo et al. (2008) menunjukkan bahwa hanya sebanyak 32.7% jenis mamalia
di kawasan Asia Tenggara yang memiliki kesesuaian habitat di dalam kawasan
konservasi. Hal ini dikarenakan dalam penetapan kawasan konservasi, pada
umumnya memiliki tujuan yang beragam, tidak terkecuali di TNGHS. Informasi
yang sedikit terkait ekologi habitat M. javanica menyebabkan belum adanya
lembaga konservasi yang berhasil dalam upaya penangkaran jenis ini. Beberapa
aspek penting ekologi habitat yang perlu di jawab dalam kaitannya konservasi jenis
ini baik secara in situ maupun ex situ adalah:
1. Bagaimana karakteristik habitat yang digunakan oleh M. javanica?
2. Faktor komponen habitat apa yang mempengaruhi kehadiran M. javanica di
habitat alaminya?

3
3. Bagaimana M. javanica menyeleksi habitat yang akan digunakan sesuai dengan
kebutuhan hidupnya?
4. Bagaimana hubungan antara M. javanica di alam dan komponen habitatnya?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Tujuan penelitian ini adalah:
Mengidentifikasi karakteristik habitat M. javanica berdasarkan pemanfaatan
ruang.
Mengidentifikasi komponen habitat yang mempengaruhi kehadiran M. javanica
pada suatu lokasi.
Mengidentifikasi pola seleksi habitat oleh M. javanica.
Menentukan model kehadiran M. javanica di alam berdasarkan komponen
habitatnya.
Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan bagi ilmu pengetahuan terutama informasi mengenai ekologi habitat M.
javanica di Indonesia. Secara teknis praktis, informasi dari hasil penelitian ini dapat
menjadi rujukan dalam dasar penentuan strategi konservasi M. javanica baik di in
situ maupun ex situ. Pengetahuan terkait habitat M. javanica dapat digunakan
sebagai dasar penentuan metode inventarisasi populasi dan parameter demografi
lainnya yang cocok bagi jenis ini. Informasi tersebut selanjutnya dapat digunakan
sebagai dasar penentuan kebijakan pemanfaatan langsung di alam sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Pada strategi konservasi ex situ,
informasi terkait karakteristik habitat dan komponen habitatnya yang berpengaruh
terhadap kehadiran M. javanica dengan dapat digunakan sebagai dasar manipulasi
kondisi lingkungan di lembaga konservasi sehingga peluang keberhasilan dalam
pemeliharaan M. javanica akan lebih tinggi.
Kerangka Pemikiran
Sedikitnya informasi terkait perilaku dan kebutuhan hidup M. javanica
menyebabkan perlunya asumsi-asumsi pembangun dan pendekatan dalam
penelitian ini. Informasi pembangun diperoleh dari hasil kajian ekologi terhadap
satwa lain yang memiliki kedekatan kekerabatan secara genetik atau memiliki
kesamaan cara hidup dengan M. javanica. Hal ini bertujuan untuk menentukan
variabel biotik dan abiotik habitat yang benar-benar cocok bagi M. javanica. Hal
ini dikarenakan tidak semua komponen habitat yang ada dimanfaatkan oleh
satwaliar (Loehle 2012). Pemilihan variabel pengamatan setidaknya memenuhi
empat kriteria (Deuser & Shugart 1978), yakni: (1) terukur dan memiliki pengaruh
terhadap distribusi dan kelimpahan satwa, (2) dapat diukur secara cepat dan tepat
pada setiap petak ukur dengan prosedur non-destruktif, (3) memiliki variasi yang
relatif kecil dan (4) harus mampu menjelaskan kondisi lingkungan disekitar areal
ditemukannya satwa. Secara umum, kerangka pikir dalam penelitian ini disajikan
dalam Gambar 1.

4

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian model pendugaan habitat M. javanica.
Perilaku satwa merupakan dasar dalam penelitian ekologi habitat karena
merepresentasikan pola pemanfaatan habitat oleh suatu spesies (Hall et al. 1997).
Karakteristik habitat merupakan ciri dari komponen habitat yang dapat
menunjukkan fungsi habitat bagi satwa yang memanfaatkannya (Morrison et al.
2006). Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam mengidentifikasi
karakteristik habitat M. javanica sebaiknya didasarkan pada perilakunya. Skala
informasi yang lebih detail mengenai karakteristik habitat dapat digunakan sebagai
dasar dalam mempelajari adanya seleksi habitat oleh suatu spesies (Morrison et al.
2006). Seleksi habitat didefinisikan sebagai proses satwaliar memilih komponen
habitat yang digunakan sesuai dengan perilaku alami dan pengalamannya (Johnson
1980). Dalam konteks pemilihan habitat, satwa cenderung dinamis akibat adanya

5
kebutuhan dalam pencarian habitat optimal (Stamps & Davis 2006). Oleh karena
itu, diperlukan informasi detail mengenai komponen habitat yang benar-benar
digunakan oleh M. javanica untuk menunjang keberlangsungan hidupnya. Pada
akhirnya ketika informasi ini diperoleh, maka akan diperoleh suatu pola terkait
kehadiran M. javanica di alam berdasarkan komponen habitat tersebut.
Ruang Lingkup Penelitian
Ditinjau dari aspek kewilayahan, ruang lingkup penelitian berada di
kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Oleh karenanya, hasil
penelitian ini hanya mampu menunjukkan dugaan pola pemanfaatan habitat M.
javanica pada kondisi ekosistem yang serupa dengan lokasi penelitian. Ruang
lingkup penelitian secara substansial tertuju pada pemahaman karakteristik
penggunaan habitat, penentuan komponen habitat yang mempengaruhi kehadiran
M. javanica, pola seleksi habitat, serta pada perumusan model kehadiran M.
javanica berdasarkan komponen habitat yang diukur.

2 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di tiga Resort TNGHS, yaitu Gunung Butak, Gunung
Botol (SPTN Wilayah II Bogor) dan Gunung Kendeng (SPTN Wilayah III
Sukabumi). Gambar 2 menunjukkan letak wilayah pengamatan M. javanica yang
termasuk dalam areal pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian M. javanica di TNGHS.

6
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, yakni survey pendahuluan yang
dilaksanakan selama seminggu pada akhir bulan Februari 2014 dan pengambilan
data lapangan yang dilakukan pada tanggal 20 Maret - 7 Juni 2014.
Objek dan Alat Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah M. javanica dan struktur
komunitas habitat alaminya. Alat yang digunakan antara lain: alat tulis, headlamp
dengan mode infrared, timbangan, meteran, jangka sorong, busur, thermometer
dry-wet, GPS model Garmin 76CSXi, Suunto clinometers, kamera, lensa mode fish
eye, tabung spesimen, detergen non busa dan akuades. Terkait analisis data,
digunakan komputer dengan softwere ArcGIS 10.3, Global Mapper ver 13.0,
Canoco 4.56, HemiView Canopy Analysis 2.1 SR1 dan IBM SPSS Statistic 20.0.0.
Metode Pengumpulan Data
Penentuan Plot Pengukuran
Penentuan petak pengukuran mengacu pada kehadiran M. javanica pada suatu
lokasi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kehadiran jenis ini adalah metode
eksploratif. Efektivitas metode tersebut dapat dilakukan menggunakan teknik open
grid pada Explorer Search and Rescue (ESAR). Metode ini dilakukan dengan
membagi dua kelompok pengamat dengan titik awal berupa jejak terjauh yang
dijumpai. Masing-masing kelompok pengamat kemudian berjalan memotong
kontur dengan jalur pengamatan berbentuk semi radial pada lokasi penelitian
hingga diketahui arah pergerakan yang menunjukkan ke satu titik lokasi yang
diyakini merupakan sarang M. javanica. Kehadiran M. javanica pada suatu habitat
berdasarkan hasil penelitian setidaknya dapat dilihat dari 3 hal, yakni: jejak kaki,
jejak ekor dan bekas lokasi makan.
Guna keseragaman dalam pendugaan pemanfaatan habitat oleh M. javanica,
digunakan asumsi dalam penelitian ini, yaitu: (1) lokasi makan dicirikan dengan
adanya sarang pakan yang rusak akibat cakaran M. javanica; (2) lokasi istirahat
dicirikan dengan keberadaan sarang aktif yang dibuktikan dengan kehadiran
individu M. javanica; (3) lokasi interaksi sosial dicirikan dengan keberadaan
individu lain baik sejenis maupun tidak dalam radius 100 m (Taylor & Knight
2003); dan (4) lokasi reproduksi dan mengasuh anak dicirikan dengan keberadaan
dua individu M. javanica dewasa berbeda jenis kelamin atau keberadaan anak dan
induk betinanya dalam habitat dan waktu yang sama. Asumsi ini digunakan sebagai
dasar dalam penentuan fungsi habitat. Pencatatan lokasi dengan GPS dan
pembuatan plot pengukuran komponen habitatnya seluas 1 hektar dilakukan setelah
fungsi habitat teridentifikasi. Sketsa lokasi pengamatan dibuat dengan mengacu
pada Deuser & Shugart (1978) dengan beberapa modifikasi (Gambar 3).
Karakteristik Habitat
Variabel yang diukur merupakan variabel yang berpengaruh langsung
maupun tidak langsung terhadap kebutuhan hidup dan kebugaran M. javanica.
Sebanyak 20 variabel komponen habitat diukur untuk mengetahui karakteristik
habitat M. javanica (Tabel 1).

7

Gambar 3 Sketsa plot ukur pengambilan data variabel habitat M. javanica.
Komposisi Vegetasi
Data komposisi vegetasi diperoleh dengan metode plot tunggal. Plot ukur
awal berada di titik perjumpaan dengan M. javanica kemudian dibuat 4 plot lain
mengikuti penjuru mata angin (Gambar 3). Notasi-notasi yang digunakan sesuai
pada Gambar 3 adalah : A = inventarisasi untuk tingkat semai (4 m2), B =
inventarisasi untuk tingkat pancang (25 m2), C = inventarisasi untuk tingkat tiang
(100 m2), D = inventarisasi untuk tingkat pohon (400 m2). Data yang dikumpulkan
adalah nama jenis, jumlah individu, diameter tumbuhan pada tingkat tiang dan
pohon serta identifikasi jenis tumbuhan yang digunakan oleh semut (Hymnoptera)
atau rayap (Isoptera) sebagai sarangnya. Nilai tersebut digunakan untuk
memperoleh nilai kerapatan tumbuhan pada tiap tingkat jenis, dominansi tumbuhan
dan jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatakan sebagai sarang pakan.
Pakan
Pakan M. javanica yang diukur hanyalah pakan yang teridentifikasi di dalam
plot ukur (1 ha). Pakan yang teridentifkasi kemudian dilakukan pencatatan lokasi
berdasarkan sarang koloni terbesarnya dengan GPS untuk selanjutnya dianalisis
jaraknya terhadap lokasi M. javanica dengan Global Mapper ver 13.0. Adapun
variabel yang dicatat meliputi jumlah koloni dan jenis ordo (Isoptera atau
Hymnoptera).
Kompetitor dan Predator
Keberadaan satwa kompetitor dan predator dilakukan menggunakan metode
eksplorasi dan pengamatan tidak langsung berdasarkan feses, jejak kaki dan cakaran
(Wilson et al. 1996). Kompetitor M. javanica setidaknya dapat dikategorikan pada
dua hal, yakni kesamaan pola pemanfaatan ruang dan kesamaan jenis pakan. Jenis
satwa yang memiliki kesamaan pemanfaatan ruang adalah: Leporidae, Tupaiidae
(Nakagawa et al. 2007), Muridae (Buckle et al. 1997), Hystricidae (Morin et al.
2005), dan Paradoxurus hermaproditus (Mudappa et al. 2010). Jenis satwaliar yang
memiliki kesamaan pemanfaatan pakan antara lain: Agamidae (Abensperg-Traun
& Steven 1997), Scincidae (James 1991), Tropiduridae (Faria & Araujo 2004),
Lorisidae (Weins et al. 2006), dan Suidae (Herrero et al. 2006). Predator potensial
bagi M. javanica di Jawa Barat adalah Panthera pardus (Kawanishi & Sunquist
2004) dan Python reticulatus (Shine et al. 1999). Khusus untuk kompetitor mamalia

8
Tabel 1 Variabel karakteristik habitat yang diukur dan asumsi pengaruhnya
terhadap hidup strategi hidup M. javanica
Variabel
Karakteristik
Komposisi vegetasi

Jenis pakan
Ukuran tubuh
pakan
Kuantitas pakan

Kompetitor
Predator
Suhu dan
Kelembaban
Ketinggian Tempat

Tekstur tanah

Kelerengan

Asumsi Korelasi
1. Strategi anti predator.
2. Keanekaragaman jenis
pakan.
3. Efisiensi energi.
Kandungan gizi pakan dan
kemampuan mencernanya.
Kemampuan mencerna
pakan.
1. Efisiensi energi.
2. Kompetisi satwa.
3. Peluang perkawinan.
Besarnya usaha dalam
mengamankan sumberdaya
Resiko predasi
Mempercepat proses
termoregulasi
1. Suhu dan kandungan
oksigen lingkungan
2. Keanekaragaman hayati
1. Efisiensi energi
2. Kemudahan membuat
sarang
Strategi anti predator

Sitasi
Hochman & Kotler (2007);
Jensen et al. (2005)
Gillison et al. (2003)
Hof et al. (2012)
Herklots (1937);
McNab (1984)
Herklots (1937)
Brown et al. (1999)
Loehle (2012)
Matlaga (2006)
Loehle (2012)
Lima & Dill (1990)
Avila-Flores & Medellin
(2004)
Korner (2007)
Jones (2000)
McNab (1984)
Farida (2010)
Jiang et al. (1988)

kecil digunakan metode jebakan menggunakan model Tomahawk life trap (Pearson
& Ruggiero 2003). Jebakan ditempatkansecara acak sebanyak sepuluh buah dan
diambil kembali setelah 24 jam. Metode jebakan juga digunakan untuk kompetitor
jenis kadal dengan menggunakan papan berbentuk segi empat yang diberi lem
perekat (Ribeiro-Júnior et al. 2006). Setiap titik perjumpaan dengan satwa
kompetitor dan predator dilakukan penandaan menggunakan GPS untuk
selanjutnya dianalisis jarak temuan terdekat dengan lokasi kehadiran M. javanica.
Jarak dengan Aktivitas Manusia
Analisis jarak kehadiran M. javanica dengan aktivitas manusia menggunakan
bantuan ArcGIS 10.3. Definisi gangguan antropogenik yang dimaksud adalah
gangguan indikatif sebagai ancaman bagi satwaliar yang dinilai berdasarkan jarak
habitat dari lokasi budidaya dan atau pusat beraktivitas manusia seperti jalan,
sawah, ladang maupun perkebunan. Data mengenai tutupan lahan dianalisis
berdasarkan Citra Landsat Path/Row: 122/65 liputan Tanggal 8 Agustus 2013.

9
Suhu dan Kelembaban
Lokasi pengukuran terletak pada notasi E sesuai dengan Gambar 3.
Pengukuran suhu udara (°C) dan kelembaban relatifnya (%) diukur dengan jarak 15
cm dari atas tanah (Rodríguez-Calcerrada et al. 2009), dilakukan tiap 15 menit
sebanyak dua ulangan. Nilai yang digunakan adalah nilai rata-rata dari hasil dua
ulangan pengukuran tersebut.
Ketinggian Tempat
Data ketinggian tempat diperoleh dengan merata-ratakan hasil pengukuran di
lapangan dengan altimeter pada lokasi penemuan satwa (notasi E pada Gambar 3)
dan nilai ketinggian tempat pada atribut peta Citra Aster GDEM S07E106 resolusi
30 m.
Tekstur Tanah
Sampel tanah diambil pada kedalaman 20 cm (Rodríguez-Calcerrada et al.
2009) pada notasi E sesuai Gambar 3. Masing-masing plot contoh terdiri dari dua
sampel tanah. Fraksi tanah dianalisis menggunakan jar test (EPA 1991). Tekstur
tanah dapat diketahui dengan memasukkan nilai rata-rata dari persentase masingmasing sampel fraksi tanah ke dalam segitiga tekstur tanah menurut Posadas et al.
(2001). Hasil tekstur ini kemudian diklasifikasikan berdasarkan Hanafiah (2007).
Kelerengan
Data kelerengan lahan (%) diperoleh dengan menggunakan clinometer yang
dilakukan sebanyak lima ulangan pada masing-masing notasi E pada plot ukur
sesuai Gambar 3. Data yang digunakan dalam analisis adalah nilai rata-rata
kelerengan.
Komponen Utama, Seleksi dan Model Habitat
Komponen habitat yang dipilih sebagai variabel harus mampu
merepresentasikan fungsi habitat bagi M. javanica. Sebanyak 34 komponen habitat
biotik dan abiotik yang dipilih untuk menentukan komponen utama habitat dan pola
seleksi habitat M. javanica disajikan dalam Tabel 2.
Komposisi Biotik dan Abiotik
Metode pengambilan data berupa komposisi vegetasi, pakan, kompetitor,
predator dan jarak habitat dengan pusat aktivitas manusia, suhu, kelembaban serta
ketinggian tempat. telah dijelaskan pada bagian karakteristik habitat. Khusus pada
komposisi vegetasi pengukuran data juga dilakukan terhadap diameter tumbuhan
pada tingkat tiang dan pohon. Data yang digunakan dalam analisis data ditunjukkan
pada Tabel 2.
Tutupan Tajuk
Nilai tutupan tajuk didekati dengan pengukuran terhadap besaran indeks
tutupan daunnya. Nilai index ini diambil menggunakan Hemispherical
Photographs hasil lensa mode fish eye yang dianalisis dengan bantuan softwere
HemiView Canopy Analysis 2.1 SR1 (Rodríguez-Calcerrada et al. 2009) pada pusat
lokasi perjumpaan dengan M. javanica di suatu habitat. Data diambil sebayak tiga
ulangan dan nilai yang digunakan adalah nilai rata-rata dari tiga ulangan pemotretan
tajuk.

10
Tabel 2 Variabel komponen habitat yang diukur dalam pendugaan kebutuhan
hidup M. javanica
Sasaran Penelitian
Variabel
A. Komponen Biotik
1. Komposisi
a. Jumlah jenis tumbuhan (x1 - x6)
vegetasi
b. Kerapatan pada tiap tingkat
pertumbuhan (x7-x10)
c. Kerapatan jenis tumbuhan yang
menjadi sarang pakan (x11)
d. Dominansi pada tingkat pertumbuhan
tiang dan pohon (x12-x13)
e. Dominansi tumbuhan yang menjadi
sarang pakan pada tingkat tiang dan
pohon (x14-x15)
2. Pakan
a. Jumlah koloni total (x16)
b. Jumlah koloni semut (x17)
c. Jumlah koloni rayap (x18)
d. Jarak rata-rata sumber pakan dengan
sarang aktif (x19)
e. Jarak sumber pakan terdekat dengan
sarang aktif (x20)
3. Kompetitor
a. Jumlah jenis kompetitor (x21)
b. Jarak terdekat dengan kompetitor (x22)
4. Predator
a. Jarak terdekat dengan predator (x23)
5. Gangguan
a. Jarak terdekat antara habitat dengan
Antropogenik
pusat aktivitas manusia (x24)
B. Komponen Abiotik
1. Tutupan tajuk
Leaf Area Index (x25)

2. Suhu

Suhu udara (x26)

3. Kelembaban

Kelembaban relatif (x27)

4. Ketinggian
tempat

Ketinggian tempat (x28)

5. Tekstur tanah

a. Fraksi pasir (x29)

6. Kelerengan

b. Fraksi liat (x30)
c. Fraksi debu (x31)
Kelerengan lahan (x32-x34)

Sitasi
Tilman (1996)
Hof et al. (2012)
Deperno et al.
(2003)
Wall & Shine
(2013)

Wu et al. (2005)
Hof & Bright
(2010)
Loehle (2012)
Lima & Dill
(1990)
Taylor & Knight
(2003)
Jensen et al.
(2005)
Bouskila (2001)
Hansen et al.
(2011)
Avila-Flores &
Medellin (2004)
Korner (2007)
Jones (2000)
Platt et al.
(2004)
Bormann (2012)
Jiang et al.
(1988)

Tekstur Tanah
Pengukuran tekstur tanah mengikuti metode pengukuran tekstur tanah pada
analisis karakteristik habitat. Perbedaannya hanya pada data yang digunakan

11
sebagai analisis data. Pada analisis seleksi habitat dan komponen utama habitat,
data yang digunakan adalah data persentase masing-masing fraksi tanah.
Kelerengan Lahan
Metode pengukuran kelerengan lahan yang digunakan sama dengan
pengukuran kelerengan pada pembahasan karakteristik habitat di atas.
Perbedaannya hanya pada data yang digunakan sebagai analisis data. Pada analisis
seleksi habitat dan komponen utama habitat, data yang digunakan adalah data
kelerengan rata-rata, kelerengan terendah dan kelerengan tertinggi pada masingmasing plot pengukuran.
Prosedur Analisis Data
Karakeristik Habitat
Seluruh komponen yang diukur dikategorisasi menjadi 5 kelas kecuali pada
kelas tekstur tanah yang hanya 3 kelas. Nilai pengelompokkan data didasarkan pada
sebaran nilai pengukuran variabel tersebut atau berdasarkan berbagai tinjuan studi
khususnya di kawasan TNGHS. Adapun klasifikasi data kategorik di TNGHS,
antara lain: kerapatan pohon (Nugroho 2012), kelas jumlah jenis tumbuhan yang
digunakan sebagai sarang pakan M. javanica (Ke et al. 1999; Wu et al. 2005; Li et
al. 2011), jarak sarang M. javanica terhadap kompetitor,predator dan lahan yang
didominasi manusia (Taylor & Knight 2003), kelembaban relatif (Hidayati et al.
2012), ketinggian tempat (Lieberman et al. 1996; Nagy & Grabherr 2009),
kelerengan lahan (SK Mentan Nomor 837/Kpts/Um/11/1980) dan tekstur tanah
(Hanafiah 2007). Adapun kelas kategorik data tersebut disajikan dalam Tabel 3.
Seluruh uji tersebut merupakan uji non parametrik dan analisisnya
menggunakan bantuan softwere IBM SPSS Statistic 20.0.0. Terdapat tiga analisis
karakteristik habitat, yaitu:
1. Analisis komponen habitat yang digunakan oleh M. javanica dengan
karaktristik khusus menggunakan uji run. Karakteristik khusus digunakan jika
nilai uji signifikansi < 0.05.
2. Analisis komponen habitat dengan karakteristik tertentu yang menunjukkan
kekhasan fungsi habitat bagi M. javanica menggunakan uji beda Kruskal –
Wallis (H-test). Variabel yang berepengaruh diketahui jika signifikansi < 0.05.
3. Analisis komponen habitat yang berpengaruh terhadap penggunaan suatu fungsi
habitat tertentu dengan uji chi-square (χ2). Variabel tersebut diketahui dengan
ketentuan hasil uji signifikansi < 0.5.
Komponen Habitat yang Mempengaruhi Kehadiran M. javanica
Penentuan komponen habitat yang berpengaruh terhadap kehadiran M.
javanica dilakukan dengan menggunakan Analisis faktor (Johnson & Wichern
2007) dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 20.0.0. Komponen
habitat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu komponen biotik (23 variabel) dan
komponen abiotik (11 variabel). Tahapan dalam analisis faktor dijelaskan oleh
Santoso (2002) pada masing-masing komponen biotik dan abiotiknya meliputi :
1. Tranformasi angular square root seluruh data yang memiliki satuan persen (%)
ke dalam nilai sebenarnya dengan rumus: ArcSin((x)1/2).
2. Standarisasi nilai dengan konversi data ke nilai Z.

12
Tabel 3

Karakteristik habitat yang digunakan M. javanica sesuai dengan
kebutuhan hidupnya

Komponen Habitata

Kelas Kategori Komponen Habitat

Kode

Satuan

I

II

III

IV

V

Kse

Individu/ Ha

< 10,000

10,000 – 19,999

20,000 - 29,999

30,000 - 39,999

≥ 40,000

Kpa

Individu/ Ha

< 1,000

1,000 – 1,999

2,000 – 2,999

3,000 – 3,999

≥ 4,000

Kti

Individu/ Ha