Hambur Balik Total Padatan Tersuspensi menggunakan metode akustik di Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau
HAMBUR BALIK TOTAL PADATAN TERSUSPENSI
MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN
ROKAN HILIR BENGKALIS, RIAU.
MARCEL EDWARD KARAMS
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hambur Balik Total
Padatan Tersuspensi Menggunakan Metode Akustik Di Perairan Rokan Hilir
Bengkalis, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Marcel Edward Karams
NIM C54100098
ABSTRAK
MARCEL KARAMS. Hambur Balik Total Padatan Tersuspensi Menggunakan
Metode Akustik Di Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau. Dibimbing oleh SRI
PUJIYATI.
Total Padatan Tersuspensi (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi
(berdiameter > 1 µm) yang tertahan pada saringan miliopore dengan diameter pori
0,45 µm. Tingginya Konsentrasi TSS akan menghambat penetrasi cahaya ke
dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh nilai hambur balik (Sv) TSS dengan menggunakan
metode akustik dan dibandingkan dengan data TSS dari hasil Analisis Gravimetri
di perairan Rokan Hilir Bengkalis Riau. Data penelitian ini merupakan hasil
kerjasama dengan pemerintah kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau dengan topik
“Survei Potensi Sumberdaya Perikanan di Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau”.
Total Padatan Tersuspensi (TSS) pada Perairan Rokan Hilir Bengkalis berkisar
antara 8 – 260 mg/l menggunakan metode Gravimetri. Pendeteksian Nilai hambur
balik TSS tersebut menggunakan Biosonik memperoleh kisaran nilai Sv sebesar
(-88,2 dB hingga -75 dB). Analisis Regresi antara nilai Sv dan TSS diperoleh R2
bernilai 0,12.
Kata kunci: TSS, Metode akustik, Hambur balik TSS.
ABSTRACT
MARCEL KARAMS. Backscattering strength volume of Total Suspended Solid
using acoustics at the waters of Rokan Hilir Bengkalis, Riau. Supervised by SRI
PUJIYATI.
Total Suspended Solid is restrained substance (diameter > 1 µm) that
impeded in miliopore strainer with pore diameter 0,45 µm. High concentrate will
impede light penetration into the water and hampered the photosynthesis proses.
The aim of this research is to obtain backscattering strength of Total Suspended
Solid using acoustics method and compare with TSS data from Gravimetry
analysis result. This research data was cooperation result with Rokan hilir
government in Riau Province with topic “ The potential of fisheries resources
survey in Rokan hilir bengkalis waters, Riau”. Total Suspended Solid in Rokan
Hilir Bengkalis waters range between 8 – 260 mg/l using Gravimetry method.
Backscattering strength of TSS using Biosonic DT-X obtain Sv value between 88,2 dB up to -75 dB. Regression analyse between Sv value and TSS retrieve R2
with value 0,12.
Keywords: TSS, Acoustics Method, TSS Backscattering Strength Volume
HAMBUR BALIK TOTAL PADATAN TERSUSPENSI
MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN
ROKAN HILIR BENGKALIS, RIAU.
MARCEL EDWARD KARAMS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Hambur Balik Total Padatan Tersuspensi Menggunakan Metode
Akustik Di Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau.
Nama
: Marcel Edward Karams
NIM
: C54100098
Disetujui oleh
Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2012 di
Perairan Rokan Hilir-Bengkalis. Judul Penelitian ini adalah Nilai Hambur Balik
Total Padatan Tersuspensi dengan Menggunakan Metode Akustik di Perairan
Rokan Hilir Bengkalis, Riau.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si, selaku
dosen pembimbing dan kepada Bapak Dr. Ir. Totok Hestirianoto, M.Sc. selaku
Kepala Lab. Akustik ITK IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, seluruh keluarga, dan saudari Idha maria Fonataba atas segala doa dan
kasih sayangnya. selain itu juga kepada teman-teman Ilmu dan Teknologi kelautan
angkatan 47 atas dukungan dan bantuannya. Semoga penelitian ini dapat
memberikan manfaat.
Bogor, Oktober 2014
Marcel Edward Karams
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
iv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
METODOLOGI
2
Waktu dan Lokasi
2
Alat dan Bahan
3
Metode Pengambilan Data dan Analisis TSS
3
Metode Pengolahan Nilai Sv Linear dan Regresi Linear
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kandungan Total Padatan Tersuspensi menggunakan Metode Gravimetri
5
Estimasi Total Padatan Tersuspensi menggunakan Metode Akustik
7
Analisis Hubungan Antara Padatan Tersuspensi dan Sv linear
9
SIMPULAN DAN SARAN
11
Simpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
12
RIWAYAT HIDUP
20
DAFTAR TABEL
1 Peralatan yang digunakan dalam penelitian
2 Sebaran Horizontal Total Padatan Tersuspensi pada Perairan
3 Nilai Scattering volume pada kedalaman 3,75 hingga 5 m
4 Nilai Scattering volume pada kedalaman 5 hingga 20 m
3
6
7
8
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi pengambilan sampel pada tiap stasiun pengamatan
2 Grafik korelasi antara TSS dan Sv
3
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Lokasi Pengambilan Sampel pada tiap stasiun pengamatan
Tampilan Echogram di software echoview 3,75 hingga 5 m
Nilai Scattering volume pada kedalaman
Foto peralatan yang digunaka saat pengambilan data survey lapang
14
12
18
19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid/TSS) adalah bahanbahan tersuspensi (berdiameter > 1 µm) yang tertahan pada saringan miliopore
dengan diameter pori 0.45 µm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasadjasad renik. Kandungan TSS utama di perairan ialah kikisan tanah atau erosi tanah
yang terbawa ke badan air. Konsentrasi TSS apabila terlalu tinggi akan
menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya
proses fotosintesis. Penyebaran TSS di perairan pantai dan estuari dipengaruhi
oleh beberapa faktor fisik antara lain angin, curah hujan, gelombang, arus, dan
pasang surut (Effendi 2000). Metode konvensional yang sering digunakan dalam
pengukuran TSS ialah metode Gravimetri.
Unsur terpenting dari metode gravimetri adalah transformasi unsur yang
dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.
Kekurangan dari metode ini yaitu memerlukan waktu yang relatif lama. Adanya
pengotor pada konstituen perlu digunakan faktor-faktor koreksi. Faktor paling
penting dalam metode ini yaitu proses pemisahan harus cukup sempurna sehingga
kualitas analit yang ditimbang mendekati murni (Irha 2011). Metode terkini yang
dinilai lebih efektif dan efisien dibandingkan Gravimetri ialah Metode Akustik.
Hidroakustik merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk
mendeteksi sumberdaya hayati dan nonhayati secara lebih akurat, cepat, dalam
jangkauan yang luas, tidak mengganggu biota dan tidak merusak lingkungan
(Fauziyah dan Jaya 2010). McLennan dan Simmonds (2002) menyatakan data
hidroakustik merupakan data hasil estimasi echo counting dan echo integration
melalui proses pendeteksian bawah air. Hidroakustik dapat digunakan dalam
mengukur dan menganalisa hampir semua obyek yang terdapat di kolom dan
dasar air, aplikasi teknologi ini untuk berbagai keperluan antara lain adalah;
eksplorasi bahan tambang, minyak dan energi dasar laut (seismic survey), deteksi
lokasi bangkai kapal (shipwreck location), estimasi biota laut, mengukur laju
proses sedimentasi (sedimentation velocity), mengukur arus dalam kolom perairan
(internal wave), mengukur kecepatan arus (current speed), mengukur kekeruhan
perairan (turbidity) dan kontur dasar laut (bottom contour).
Kabupaten Bengkalis adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau dengan
ibukota Bengkalis yang berada di Pulau Bengkalis, terpisah dari Pulau Sumatera.
Luas wilayah Kabupaten Bengkalis 11.481,77 km², terdiri dari pulau-pulau dan
lautan. Kondisi wilayah Kabupaten Bengkalis karena memiliki banyak sungai
yang bermuara di wilayah pantai dan membawa lumpur mengakibatkan
perkembangan kegiatan penangkapan mengalami hambatan utama khususnya
dalam pengoperasian alat tangkap (Azim et al. 2012).
Secara umum wilayah pesisir dan laut kabupaten Rokan Hilir merupakan
dataran rendah, rawa dan daerah muara sungai dengan tingkat sedimentasi yang
relatif tinggi. Tipologi pantai yang berlumpur/berpasir dengan lereng yang landai
dan ditumbuhi tanaman khas pesisir sepeti nipah, bakau dan berbagai tanaman
pantai lainnya (Azim et al. 2012).
2
Wilayah ini menerima pemasukan sedimen dari sungai-sungai (sungai
daun, besar, kubu, penipahan, tengar dan rokan). Pada muara sungai terdapat
endapan berupa delta dengan bentuk garis pantai yang tidak teratur. Hampir di
sepanjang garis pantai terdapat pulau-pulau baru yang berasal dari pendangkalan
(shoaling) dan berkembang menjadi delta ataupun pulau (Azim et al. 2012).
Pada penelitian TSS sebelumnya diwilayah Teluk San Fransisco california,
Gartner (2004) menggunakan Acoustic Doppler current Profilers (ADCP) sebagai
instrumen untuk mendeteksi kandungan TSS. ADCP telah banyak digunakan
dalam pengambilan data TSS dan mampu menampilkan data secara kuantitatif.
untuk membandingkan hasil yang diperoleh ADCP, profil TSS di estimasi
menggunakan nilai hambur balik akustik yang direkam pada 1200 hingga 2400
kHz pada dua lokasi yang berbeda di Teluk San Fransisco. Data ADCP dikalibrasi
menggunakan data Optical Backscatterance yang diletakan dekat dengan ADCP.
Berbeda halnya dengan pendeteksian TSS pada wilayah Estuari, Yong
(2003) menggunakan ADCP dengan frekuensi 1200 kHz. Metode estimasi yang
digunakan ialah modifikasi dari persamaan sonar dan nilainya dikalibrasi
menggunakan pengukuran optik. Selain itu, Yong (2003) mengembangkan
persamaan sonar yang dapat digunakan pada wilayah tanpa kalibrasi optik.
Penelitian ini sangat penting dilakukan karena terdapat gangguan kegiatan
penangkapan terkait pengoperasian alat tangkap pada wilayah dengan kandungan
TSS yang tinggi. Selain itu penelitian ini merupakan salah satu pengaplikasian
metode hidroakustik.
Penelitian terdahulu yang dilakukan di perairan selat malaka berkaitan
dengan Makrozoobenthoz, diantaranya Riantoro (2010) dan Nugraheni (2011).
Riantoro (2010) menganalisis hubungan kepadatan antara Makrozoobenthos
dengan Sv pada substrat pasir di Perairan Selat Malaka. Kedua variabel tersebut
memiliki hubungan yang erat dengan kekasaran (E1) dan jenis substrat.
Sedangkan Nugraheni (2011) menemukan bahwa jumlah total makrozoobentos di
perairan selat malaka merupakan peubah yang lebih berpengaruh terhadap jumlah
total ikan karena perubahan tipe substrat cenderung kurang mengakibatkan perubahan
yang signifikan pada jumlah total ikan demersal.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai hambur balik TSS dengan
menggunakan metode akustik dan dibandingkan dengan data TSS dari hasil
Analisis Gravimetri di perairan Rokan Hilir Bengkalis Riau.
METODOLOGI
Waktu dan Lokasi
Pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 16-20 November 2012
di Perairan Rokan Hilir-Bengkalis, Riau. Penelitian ini merupakan kerjasama
Departemen ITK FPIK IPB dan Departemen ITK FPIK UNRI bersama
Pemerintah Daerah Riau dengan topik “Survei Potensi Sumberdaya Perikanan di
3
Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau”. Pengambilan data dilakukan pada 10
stasiun (Lampiran 1) dengan letak geografis 2o52’12”LU-100o33’36”BT dan
1o15’0”LU-102o31’12”BT. Setiap stasiun melakukan pengambilan data Akustik
dan TSS. Lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1 Lokasi pengambilan sampel pada tiap stasiun pengamatan
Alat dan Bahan
Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah data akustik dan data
TSS yang telah diolah sebelumnya (data sekunder) di lokasi penelitian. Program
pengolahan data yang digunakan ialah ArcGis 9.0 dan Echoview 4.30 (Lampiran
2) Peralatan yang digunakan dalam tahapan pengambilan data maupun
pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perlatan yang digunakan dalam penelitian
Parameter
Unit
Peralatan
Turbidity/kekeruhan
Ntu
Horriba Quality Water Checker
Arus
cm/s
Current Metter
Sampel Air
-
Vandorn
Total Suspended Solid
mg/l
Analytical Balance
Echogram
-
Laptop
Metode Pengambilan Data dan Analisis Data Akustik
Sinyal echo (backscattering) perangkat hidroakustik yang dihitung dan
dianalisis pada kegiatan ini berupa nilai Scattering Volume (Sv) dalam decibel
4
(dB) (Lampiran 3). Pemeruman (sounding) dilakukan pada setiap stasiun yang
terletak pada perairan Rokan Hilir dan Bengkalis. Pengambilan data akustik
dilakukan dengan menggunakan instrument akutik yaitu Biosonic DT-X
(Lampiran 4). Spesifikasi perangkat Scientific Echosounder Biosonics DT–X
sebagai berikut: Alat ini diciptakan dari tranducer keramik yang membutuhkan
lebih sedikit rangkaian analog dan memiliki resolusi lebih tinggi, rasio antara
maximum signal level dari system hingga noise levelnya (dynamic range) lebih
luas serta lebih sedikit pengaruh noise (sinyal yang tidak diinginkan yang
bercampur dengan sinyal yang akan dihitung). Alat ini menggunakan split beam,
frekuensi 200 kHz, sidelobe untuk -40 dB, dengan rentang kedalaman 0 – 1000 m.
Kelebihan lain dari Scientific Echosounder Biosonics DT–X yaitu satu-satunya
sistem hidroakustik yang proses digitasinya di dalam transducer. Alat ini
menggunakan prosesor yang terpasang dengan internet sampai ke operasi
komputer, selain itu juga mempunyai kisaran yang luas dari autonomous dan
wireless pada teknik penilaian yang memungkinkan untuk mendapatkan data
biologi dan fisik yang sebenarnya di suatu perairan (Biosonics 2004).
Data mentah akustik (*.dt4) diolah menggunakan software Echoview 4.0
dalam bentuk echogram (Lampiran 2), kemudian melakukan tahapan kalibrasi
dengan cara masuk ke tools menu yang ada di echoview variabel properties dan
melakukan pengaturan nilai Elementary Sampling Display Unit (ESDU) untuk
pembatasan data. Pengaturan ESDU diantaranya dilakukan pengaturan grid
jumlah ping (170 ping) serta kedalaman (5 m) dan nilai threshold (-128 dB hingga
-67 dB). Nilai Threshold ini diperoleh berdasarkan ukuran lumpur halus dan
plankton yang terambil pada sampel. Kemudian melakukan kalibrasi sesuai
dengan parameter-parameter lingkungan pada saat perekaman data akustik.
Parameter tersebut diantaranya salinitas (34 ppt), suhu (29,130C), kedalaman (5
m), pH 8 serta frekuensi (200 kHz) yang digunakan. Hasil kalkulasi dari
parameter-parameter tersebut digunakan untuk mengetahui kecepatan suara
(1542,42 m/detik) dan koefisien absorpsi (0.088986 dB/m). selanjutnya tampilan
echogram diambil beberapa variabel akustik berupa data Sv mean, Sv maximun,
Sv minimum, NASC,height mean, ping, depth mean, beam off volume, no off
sampel. Variabel yang digunakan untuk data penelitian ini yaitu Sv mean, ping,
dan posisi atau letak geografis (lintang, bujur). Pengekstrakan data ini pada satu
layer kedalaman dengan menyesuaikan pengambilan data TSS.
Nilai Sv yang diperoleh dirata-ratakan kemudian akan dipergunakan untuk
memperoleh nilai Sv linear (dB) pada rumus sebagai berikut :
Sv = 10 log sv (dB)
sv
(Linear),....................................(3)
Keterangan ;
Sv = nilai hambur balik di setiap stasiun
Pola hubungan yang terbentuk antara TSS dan nilai Sv dapat digambarkan
oleh nilai koefisien Determinasi atau yang disimbolkan dengan R2. Koefisien
Determinasi merupakan sumbangan (Share) dari X terhadap variasi atau naikturunnya Y, tingkat variasi ditunjukan oleh besarnya nilai varian Y. Terdapat dua
jenis hubungan yang sering ditemui yaitu hubungan X dan Y positif jika
kenaikan/penurunan X diikuti dengan Kenaikan/penurunan Y, sedangkan
hubungan negatif jika kenaikan/penurunan X diikuti penurunan/kenaikan Y
(Supranto 2004).
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Total Padatan Tersuspensi menggunakan Metode Gravimetri
Total Padatan Tersuspensi memberikan gambaran mengenai bahan-bahan
tersuspensi, baik organik maupun anorganik yang berupa partikel pada suatu
perairan. Nilai TSS ini dapat dijadikan sebagai indikator kualitas suatu perairan,
karena TSS berpengaruh terhadap kecerahan dan kekeruhan air sehingga akan
mempengaruhi aktivitas di perairan tersebut (Abel 1989 dalam Febriantie 2009).
Menurut Widigdo (2001), Perubahan nilai TSS tidak selalu diikuti oleh naik
turunnya nilai kekeruhan secara linier. Hal ini dapat dijelaskan karena bahanbahan yang menyebabkan kekeruhan perairan dapat terdiri atas berbagai bahan
yang sifat dan beratnya berbeda sehingga tidak terlalu tergambarkan dalam bobot
residu TSS yang sebanding.
Adapun yang termasuk bahan organik tersuspensi misalnya fitoplankton,
zooplankton, jamur, bakteri dan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati,
sedangkan bahan anorganik tersuspensi, berupa koloid lumpur dan partikel tanah
(Effendi 2003). Sebaran horizontal TSS yang diperoleh dari 10 stasiun
pengamatan (lampiran 2) dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2 Sebaran Horizontal TSS pada Perairan
(Sumber : Lab Akustik IPB, Azim et al. 2012)
Stasiun TSS (mg/l) Mean size (Ø)
4,40
1
10
4,62
2
8
4,31
3
11
4,70
4
260
4,30
5
82
4,13
6
79
4,50
7
90
4,50
8
42
5,00
9
48
4,87
10
96
Tabel 2 diatas menunjukan sebaran TSS pada perairan Rokan Hilir hingga
Bengkalis. Nilai di atas diperoleh menggunakan hasil analisis laboratorium pada
contoh air yang diambil pada 10 stasiun. Nilai TSS pada perairan ini berkisar
antara 8-260 mg/l. Pada umumnya Nilai TSS tinggi di wilayah pesisir dan
semakin rendah ke arah laut lepas. Hal ini disebabkan oleh masukkan Padatan
Tersuspensi dari Run off ke badan perairan. Debit air, arus, dan gelombang baik
secara individu maupun kombinasi ketiganya berperan penting dalam transpor
sedimen sehingga berpengaruh terhadap perubahan muara, garis pantai dan
kandungan sedimen tersuspensi pada badan perairan (Siswanto 2010).
Pada penelitian sebelumnya (Aini 2012) menunjukan bahwa arus
sepanjang pantai diduga berpengaruh terhadap sebaran TSS melalui perpindahan
sedimen yang terjadi. Sebaran TSS pada umumnya dipengaruhi oleh parameter
6
hidrooseanografi (Siswanto 2010). Keberadaan TSS pada badan perairan dapat
bersifat merugikan apabila melebihi toleransi sebaran suspensi baku mutu kualitas
perairan yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, yaitu 70 mg/l
(MENLH 2004). Nilai TSS pada beberapa stasiun yang telah melebihi baku mutu
kualitas perairan ialah Stasiun 4, 5, 6, 7, dan 10 dengan nilai TSS berturut-turut
260, 82, 79, 90 dan 96 mg/l. Beberapa stasiun pengamatan dengan kadar TSS
yang dapat ditolerir ialah Stasiun 1, 2, 3, 8, dan 9, yaitu 10, 8, 11, 42, dan 48 mg/l.
Kandungan TSS terbesar ialah Stasiun 4 dengan nilai 260 mg/l. Rifardi et
al. (2011) menemukan kandungan TSS yang sangat tinggi pada muara Sungai
Rokan yang berada dekat dengan Stasiun 4 yaitu sebesar 1.000-20.000 mg/l. Nilai
ini disebabkan oleh kekuatan arus yang mengindikasikan adanya erosi dan
pengadukan. Adanya arus sejajar pantai yang berasal dari Selat Malaka
memungkinkan perpindahan Kandungan TSS dari muara Sungai Rokan menuju
Stasiun 4 sehingga kandungan TSS pada stasiun ini bernilai sangat tinggi dan
melewati baku mutu perairan.
Kekeruhan Perairan dengan Metode Horriba
Kekeruhan adalah suatu ukuran biasan cahaya di dalam air yang
disebabkan oleh adanya partikel koloid dan suspensi yanmg terkandung dalan air
(Wardoyo, 1974). Kekeruhan air umumnya memiliki sifat-sifat yang berlawanan
dengan kecerahan air. Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yaitu
hamburan dan absorbsi cahaya yang melaluinya dan tidak dapat dihubungkan
secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua zat suspensi karena
tergantung pada ukuran dan bentuk butiran (Alaerts dan Santika, 1987).
Kekeruhan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan insang akibat
terjadinya penyumbatan struktur penyaringanya. Selanjutnya hewan akan
berkurang aktivitasnya sehingga berpotensi mengalami kematian secara langsung
ataupun sebab sekunder. Disamping itu, kekeruhan juga menyebabkan
terhambatnya penyinaran matahari ke dalam kolom air yang dapat menurunkan
produktivitas primer perairan. Selain itu, kekeruhan dapat memicu munculnya
pathogen sekaligus menurunkan daya tahan biota yang dapat mempengaruhi
vitalitas hewan terhadap tekanan mekanik, kimiawi maupun biologis (Hidayat W.J.
et al. 2004). Kekeruhan Perairan Rokan Hilir Bengkalis Riau dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut :
7
Tabel 3. Kekeruhan Perairan Rokan Hilir Bengkalis Riau
Stasiun Kekeruhan (NTU) Kedalaman
1
3,98
9
2
6,62
3
4,89
4
66,40
4,4
5
11,83
30
6
23,30
30
7
12,12
48
8
25,00
11
9
3,32
39
10
27,63
15
Ket : - (Tidak ada data)
Pada Tabel 3 diatas terlihat tingkat kekeruhan pada badan perairan Riau.
Stasiun 4 memiliki tingkat kekeruhan tertinggi dibandingkan stasiun lainnya yaitu
sebesar 66,44 NTU. Hal ini erat kaitannya dengan posisi stasiun 4 terhadap
terestrial. Stasiun 4 terletak dekat dengan daratan sehingga terjadi pengadukan
sedimen yang berpengaruh terhadap tingkat kekeruhan. Stasiun 1, 3 dan 9
merupakan stasiun dengan tingkat kekeruhan terendah. Hal ini erat kaitannya
dengan posisi stasiun-stasiun tersebut terhadap terestrial yaitu terletak jauh dari
daratan sehingga tidak terpengaruh pengadukan sedimen.
Estimasi Total Padatan Tersuspensi menggunakan Metode Akustik
Hasil deteksi menggunakan echosounder merupakan nilai Scattering
Volume (Sv) dari target. Nilai Sv adalah rasio antara intensitas yang direfleksikan
oleh suatu kelompok target yang berada pada suatu volume air tertentu (1m³) dan
diukur pada jarak 1 meter dari target dengan intensitas suara yang mengenai target
(Johanesson dan Mitson 1983). Nilai Sv pada perairan Rokan Hilir Bengkalis
Riau dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4 Nilai Scattering volume pada kedalaman 3,75 hingga 5 m.
Stasiun
Sv
Sv (e-8)
1
-75,34 ± 0
2,92
2
3
4
-79,93 ± 3,18
1,00
5
-75,01 ± 5,37
3,15
6
-74,86 ± 0,89
3,27
7
-78,41 ± 3,14
1,44
8
-77,19 ± 3,06
1,91
9
-88,55 ± 1,59
0,15
10
-82,64 ± 0
0,54
Ket : - (Tidak ada data)
8
Nilai Sv pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 tidak dapat ditampilkan karena
terjadi kesalahan penggunaan alat pada saat pengambilan data. Oleh karena itu
hasil analisis echogram yang dapat ditampilkan hanya delapan stasiun. Nilai
hambur balik yang diperoleh pada perairan ini berkisar antara -88,55 hingga 74,86 dB. Nilai tersebut telah termasuk dalam rentang nilai Sv yang pada
umumnya diperoleh dengan menggunakan ADCP. Rentang nilai tersebut sesuai
dengan penelitian Kharisma (2009) di Selat Makassar menggunakan ADCP
dengan nilai Sv yang diperoleh sebesar 120 count hingga 200 count dimana 1
count ≈ -0,43 dB atau setara dengan -86 hingga -51,6 dB.
Nilai Sv Tertinggi pada perairan ini diperoleh pada Stasiun 6 dengan nilai
sebesar -74,86 ± 0.89 dB. Nilai TSS yang diperoleh pada Stasiun 6 tidak termasuk
TSS terbesar namun memiliki nilai Sv yang tertinggi. Hal ini diduga disebabkan
oleh ukuran partikel yang terdapat pada Stasiun 6. Penelitian yang dilakukan oleh
Azim (2012) menemukan bahwa ukuran rata-rata partikel pada sekitar Stasiun 6
relatif besar dibandingkan dengan stasiun lainnya yaitu sebesar 4,13 Ø. Menurut
Yong (2003) sensor akustik lebih peka terhadap partikel besar sehingga pada
penilitiannya, Yong (2003) membagi periode pengambilan data berdasarkan ukuran
rata-rata pertikel dimana periode dengan ukuran partikel lebih besar dari 62,5 µm dan
periode dengan ukuran partikel lebih kecil dari 62,5 µm. ukuran rata-rata partikel
tersebut dipilih berdasarkan kriteria pasir halus dan lumpur. Oleh Karena itu Ukuran
partikel diduga berpengaruh terhadap nilai Sv pada TSS.
Kandungan organik pada partikel TSS terdiri dari kandungan organik dan
anorganik dimana kandungan organiknya terdiri dari Plankton, Jamur, Bakteri dan
Jasad-jasad renik (Effendi 2003). Oleh karena itu kandungan serta jenis plankton
yang terdapat pada TSS turut mempengaruhi nilai Sv pada stasiun tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Winasti (2013) pada perairan Rokan Hilir yaitu
Stasiun 6 diperoleh jenis plankton Rhizosolenia alata dengan ukuran diameter
mencapai 170 µm dan memiliki kelimpahan yang sangat tinggi yaitu 32.370 ind/L
sehingga ini diduga menyebabkan nilai Sv yang sangat tinggi. Jenis plankton
tersebut ditemukan pula pada Stasiun 1 namun dalam kelimpahan yang kecil yaitu
18.208 ind/L sehingga Stasiun 1 memiliki nilai Sv yang relatif tinggi.
Nilai Sv terendah pada perairan ini diperoleh pada Stasiun 9 dengan nilai
sebesar -88,55 ± 1.59 dB. Nilai TSS pada stasiun ini tidak termasuk nilai terkecil
namun memiliki nilai Sv terendah. Hal ini diduga disebabkan oleh ukuran partikel
dan jumlah plankton pada Stasiun 9. Ukuran rata-rata partikel TSS pada stasiun
ini relatif kecil dibandingkan dengan stasiun lainnya yaitu sebesar 5 Ø (Azim
2012). Selain ukuran partikel, kandungan serta jenis plankton yang terdapat pada
TSS turut mempengaruhi nilai Sv pada stasiun tersebut.
Plankton yang ditemukan pada Stasiun 9 yaitu Thalassiosira gravida
dengan ukuran diameter mencapai 40 µm dan kelimpahan yang tinggi yaitu
52.601 ind/L (Winasti 2013). Meskipun kelimpahannya tinggi namun plankton ini
memiliki ukuran yang kecil sehingga Sv yang tercipta sangat kecil. Tabel 4
berikut merupakan nilai Sv perairan yang diambil pada kedalaman 5-10, 10-15,
dan 15-20 yang dapat dijadikan perbandingan dengan kedalaman sebelumnya.
Selain ukuran partikel dan jenis plankon, tingkat kekasaran dan kekerasan partikel
TSS turut mempengaruhi nilai hambur balik (Pujiyati et al. 2010). Tabel 5 berikut
merupakan nilai Sv pada kedalaman 5 hingga 20 M.
9
Tabel 5. Nilai Scattering volume pada kedalaman 5 hingga 20 m
Sv
Stasiun
5 - 10 m
10 - 15 m
15 - 20 m
1
2
3
4
5
-75,12 ± 6,16
-75,52 ± 5,24
-75,48 ± 3,68
6
-75,33 ± 1,12
-74,81 ± 0.71
-74,21 ± 1,01
7
-77,83 ± 4,22
-79,36 ± 3,85
-77,90 ± 3,02
8
-76,35 ± 4,49
9
-93,70 ± 8,25
-90,04 ± 6,01
-88,17 ± 4,61
10
-96,05 ± 12,85
Ket : - (Tidak ada data)
Pada tabel 5 terdapat beberapa stasiun yang tidak memiliki nilai Sv, hal ini
disebabkan oleh kedalaman pada stasiun tersebut relatif dangkal. Selain itu,
terlihat perbedaan nilai Sv pada stasiun yang sama meskipun perbedaan
kedalaman tidak terlalu signifikan. Penelitian mengenai kandungan TSS pada
kedalaman diatas tidak memiliki referensi pustaka dikarenakan belum terdapat
penelitian terdahulu pada wilayah dan kedalaman tersebut.
Pada Stasiun 5 perubahan nilai Sv tidak terlalu signifikan namun mengalami
penurunan nilai Sv hingga kedalaman 20 m. Hal ini diduga disebabkan adanya
migrasi vertikal oleh zooplankton. Nontji (2006) dalam Kharisma (2009)
menguraikan mengenai faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi
migrasi vertikal zooplankton. Faktor internal meliputi adanya jam biologis yang
mengatur irama kegiatan harian individu secara otomatis. Faktor eksternal
ditentukan oleh cahaya, suhu, salinitas, kandungan oksigen, tekanan hidrostatis
dan ketersediaan pakan. Faktor yang paling berpengaruh ialah faktor cahaya.
Beberapa stasiun yang mengalami penurunan nilai Sv dengan bertambahnya
kedalaman ialah Stasiun 5, 6, 9, dan 10. Stasiun yang mengalamai kenaikan nilai
Sv dengan bertambahnya kedalaman ialah Stasiun 7, 8, dan 9. Kenaikan nilai Sv
pada ketiga stasiun ini diduga diakibatkan adanya proses sedimentasi yang tengah
berlangsung. Selain itu migrasi Nokturnal pada zooplankton turut mempengaruhi
pertambahan nilai Sv pada stasiun tersebut.
Analisis Hubungan Antara Padatan Tersuspensi dan Kekeruhan
Terdapatnya bahan tersuspensi di perairan dapat meningkatkan nilai
kekeruhan perairan tersebut. kekeruhan dan TSS berperan sebagai penentu nilai
kecerahan yang memberikan gambaran kedalaman eufotik yang secara tidak
langsung akan menentukan produktivitas perairan. TSS dapat menghambat
penetrasi cahaya ke perairan sehingga akan menurunkan aktivitas fotosintesis.
Besarnya penetrasi cahaya matahari yang masuk perairan dinyatakan sebagai
10
kecerahan yang digambarkan melalui nilai kedalaman secchi (Pratiwi M.T. et al.
2007). Grafik berikut merupakan grafik korelasi antara TSS dan Kekeruhan.
TSS vs Kekeruhan
Total Suspended Solid
300
y = 3.3685x + 15.284
R² = 0.8281
250
200
150
100
50
0
0
10
20
30
40
50
60
70
Kekeruhan
Gambar 2. Grafik korelasi antara TSS dan Kekeruhan
Pada grafik diatas terlihat persamaan Y=3,3685x+15,284 dan nilai R2
sebesar 0,83. Berdasarkan nilai R2 tersebut, kedua variabel memiliki hubungan
linear yang kuat positif dimana mendekati nilai 1.
Analisis Hubungan Antara Padatan Tersuspensi dan Sv linear
Nilai TSS pada Perairan Rokan Hilir Bengkalis dapat dikaitkan dengan nilai
Hambur Balik pada kedalaman 3,75 – 5 m yang diperoleh oleh instrumen
biosonik. Variasi nilai kedua variabel tersebut dapat terlihat pada tabel dibawah
ini. Nilai Sv linear yang diperoleh pada tiap stasiun bernilai hingga tujuh desimal
dibelakang koma sehingga nilai Sv (e-8).
Teori yang digunakan pada integrasi echogram pada umumnya didasarkan
pada proses linear. Namun terdapat beberapa kasus dimana asumsi linear gagal
pada lapisan densitas yang sangat tinggi (very dense layer). Hal ini disebabkan
adanya Multiple scattering yang terjadi akibat energi akustik yang dipancarkan
tertahan pada lapisan perairan sehingga menyebabkan pantulan berganda pada
echogram. Multiple echo yang terjadi menyebabkan pantulan echo yang diterima
melebihi prediksi linear (Maclennan N. and Simmonds J. 1992). Sehingga analisis
hubungan keduanya menggunakan analisis Logarithmic.
Hasil Regresi Logarithmic antara TSS dan Sv bernilai positif namun bernilai
sangat kecil. Hal ini terlihat dari nilai R2>0. Analisis regresi keduanya dapat
dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.
11
TSS vs Sv
3.5
3
Sv Mean (e^(-8)
2.5
2
1.5
1
y = -0.457ln(x) + 3.7006
R² = 0.1222
0.5
0
0
50
100
150
200
Total Suspended Solid
250
300
Gambar 3. Grafik Korelasi antara TSS dan Sv
Pada grafik diatas terlihat persamaan Y = -0.457ln(x) + 3.7006 dan nilai
R2 sebesar 0,12. Menurut Supranto (2004) jika nilai R2 bernilai kurang dari 0,5
maka hubungan antara variabel X dan Y bersifat Lemah positif. Hubungan regresi
TSS dan Sv bersifat lemah positif dimana Perubahan nilai TSS mempengaruhi Sv
mean pada Biosonic DT-X namun terdapat beberapa variabel lain yang
mempengaruhi perubahan nilai Sv namun tidak dimasukkan pada persamaan
tersebut, diantaranya ukuran rata-rata partikel, kandungan TSS, tipe plankton dan
variabel lainnya. Variabel-variabel tersebut disebut Epsilon (Ɛ).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
TSS (TSS) pada Perairan Rokan Hilir Bengkalis berkisar antara 8 – 260
mg/l menggunakan metode Gravimetri. Pendeteksian Nilai hambur balik TSS
tersebut menggunakan Biosonoc DT-X memperoleh kisaran nilai Sv sebesar -75
dB hingga -88,2 dB. Analisis Regresi antara nilai Sv dan TSS diperoleh R2
bernilai 0,12 dimana keduanya memiliki hubungan yang bersifat lemah positif
dengan tambahan nilai epsilon.
Saran
Perlu dilakukan penilitian lanjutan mengenai kandungan Total Padatan
Tersupensi pada musim yang berbeda dan pengaruh karakteristik kimia-fisika
perairan terhadap sensor akustik dalam pengambilan data TSS.
12
DAFTAR PUSTAKA
Aini K. 2012. Studi Pengaruh Gelombang dan Arus Sejajar Pantai (Longshore
current) terhadap Konsentrasi TSS di sepanjang tiang Pancang Jembatan
Suramadu [Skripsi]. Madura (ID). Universitas Trunojoyo Madura.
Alaerts G. dan Santika SS. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional,
Surabaya
Azim Z. 2012. Analisis Karakteristik Sedimen Permukaan Dasar di Perairan
Rokan Hilir dan Bengkalis Provinsi Riau [Skripsi]. Riau (ID): Universitas
Riau.
Biosonic. 2004. Scientific Echosounder Biosonic DT-X. http: www.biosonic.com.
[09 Oktober 2014].
Effendi H. 2000. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta [ID]: Kanisius.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Fauziyah, Jaya A. 2010. Densitas Ikan Pelagis Kecil Secara Akustik di Laut
Arafura. Jurnal Penelitian Sains. 13(1D): 21-25.
Febriantie I. 2009. Perubahan Total Suspended Solid (Tss) pada Umur Budidaya
yang Berbeda dalam Sistem Perairan Tambak Udang Intensif [Skipsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Foote K. G. 1987. Fish Target Strength for Use in Echo Integrator Surveys.
Journal Acoustic of Cost Soe of America (JASA). Page 981-987
Gartner W. 2004. Estimating suspended solids concentrations from backscatter
intensity measured by acoustic Doppler current profiler in San Francisco
Bay, California. Geological Survey. USA.
Hidayat W. J., Baskoro K., Sopiany R., 2004. Struktur Komunitas Mollusca
Bentik Berbasis Kekeruhan Di Perairan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Jurnal BIOMA. 6(2): 53-56.
Irha.
2011.
Penentuan
Kadar
Menggunakan
Gravimetri.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2157090-penentuan-kadardengan-metode-gravimetri/. diakses 27 Maret 2014
Johannesson K. A., and R. B. Mitson, 1983. Fisheries acoustics. A practical
manual for aquatic biomass estimation. FAO Fish. Tech. Pap., (240), Rome,
Italy. 249 pp.
Kharisma E. R. 2009. Perbandingan Pola Migrasi Deep Scattering Layer di Selat
Makkassar dan Selat Lombok menggunakan Nilai Acoustic volume
backsccatering strength Hasil Pengukuran ADCP[Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Kim Y. H. and Voulgaris G., 2003. Estimation Of Suspended Sediment
Concentration In Estuarine Environments Using Acoustic Backscatter From
An Adcp. The journal of Coastal sediment. 3: 141-144
[MENLH] Menteri Lingkungan Hidup. 2004. Surat Keputusan MENLH No. Kep.
51/MEN-LH/I/2004, Tentang Baku Mutu Air Laut, Sekretariat Menteri
Negara dan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta.
MacLennan D. N., Simmonds E. J., 1992. Fisheries Acoustics. 1st Edition.
Cornwall: Blackwell Science Ltd.
MacLennan D. N., Simmonds E. J., 2002. Fisheries Acoustics. 2nd Edition.
Cornwall: Blackwell Science Ltd.
13
Nugraheni D. A. 2010. Hubungan Antara Distribusi Ikan Demersal,
Makrozoobenthos, Dan Substrat Di Perairan Selat Malaka [Skripi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Rifardi, Ruflii E., Rangga A., Lubis M., Roza Y., Nilam Sari P., 2011.
Lingkungan Pengendapan Perairan Selatan Estuaria Bagan dan Sekitarnya
Pantai Timur Sumatera Indonesia. Jurnal Ilmu Lingkungan. 5(1):66-81.
Pratiwi M. T., Enen M., Adiwilaga, Basmi J., Krisanti M., Hadijah O., Wulandari
K. P., 2007. Status Limnologi Situ Cilala Mengacu pada kondisi parameter
Fisika, Kimia dan Biologi Perairan. Jurnal Perikanan. IX (1) : 82-94.
Pujiyati S., Sri H., dan Wijo P., 2010. Efek Ukuran Butiran, Kekasaran, Dan
Kekerasan Dasar Perairan Terhadap Nilai Hambur Balik Hasil Deteksi
Hydroakustik. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 2(1):59-67.
Riantoro Y. 2011. Hubungan Nilai Volume Backscattering Strength (SV) Dasar
Perairan Dengan Kandungan Makrozoobenthos Di Selat Malaka Dan Gugus
Pulau Pari [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Siswanto A.D. 2010. Analisa Sebaran Total suspended Solid (TSS) di Perairan
Pantai Kabupaten Bangkalan Pasca Jembatan Suramadu. Jurnal Kelautan.
2(2):16-20.
Supranto M. A. 2004. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. Jakarta (ID): PT
Rineka Cipta.
Wardoyo S. T. H., 1974. Manajemen kualitas air bagi perikanan. Fakultas
Perikanan IPB, Bogor. 78 halaman.
Widigdo B. 2001. Manajemen Sumberdaya Perairan. Bahan Kuliah. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Winasti R. 2013. Hubungan Nilai Volume Backscattering Strength (Sv) Plankton
Dengan Parameter Lingkungan Di Perairan Rokan Hilir Bengkalis,
Riau[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
14
Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel pada tiap stasiun pengamatan
Stasiun Latitude Longitude
ST1
2.90806 100.557
ST2
2.58736 100.404
ST3
2.36844 100.709
ST4
2.30467 100.965
ST5
2.11853 101.317
ST6
2.13447 101.632
ST7
1.77531 101.846
ST8
1.64047
102.11
ST9
1.53325 102.622
ST10 1.25247 102.519
Lampiran 2. Tampilan Echogram di software echoview
Lampiran 3. Nilai Scattering volume pada kedalaman 3,75 hingga 5 m
Stasiun 1
0-170
Sv Mean
-75.34
Sv Min
-91.17
Sv Max
-67.12
Stasiun 4
0-170
171-340
341-510
511-680
681-850
851-1020
1021-1190
1191-1360
1361-1530
1531-1700
Sv Mean
-75.53
-75.09
-76.06
-77.95
-79.44
-78.43
-77.95
-78.84
-77.45
-77.44
Sv Min
-89.83
-89.73
-89.8
-88.17
-87.15
-87.21
-88.18
-87.83
-89.35
-89
Sv Max
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67.01
-67
-67
15
1701-1870
-80.28
-89.58
1871-2040
-79.37
-89.58
2041-2210
-78.28
-88.92
2211-2380
-80.85
-88.96
2381-2550
-80.62
-88.52
2551-2720
-80.98
-88.57
2721-2890
-82.56
-87.52
2891-3060
-83.18
-84.01
3061-3230
-82.31
-87.74
3231-3400
-82.08
-88.05
3401-3570
-82.38
-87.81
3571-3740
-83.15
-87.49
Lampiran 3 Lanjutan
3741-3910
-83.25
-87.48
4421-4590
-86.64
-87.56
4591-4760
-86.19
-87.87
4761-4930
-86.89
-87.61
4931-5100
-85.91
-87.88
5101-5270
-82.72
-85.29
5271-5440
-79.21
-87.57
5441-5610
-79.44
-88.95
5611-5780
-79.33
-88.05
Stasiun 5
0-170
171-340
341-510
511-680
681-850
851-1020
1021-1190
1191-1360
1361-1530
1531-1700
1701-1870
1871-2040
2041-2210
2211-2380
2381-2550
2551-2720
2721-2890
2891-3060
3061-3230
Sv Mean
-72.33
-72.44
-72.35
-72.45
-72.46
-72.54
-73.34
-90.4
-92.73
-83.83
-75.89
-90.42
-89.58
-89.27
-79.99
-78.7
-78.25
-76.72
-78.59
-67.02
-67.01
-67.01
-67.02
-67.02
-67
-67.01
-67.02
-67.01
-67.03
-67.01
-67.03
-67.01
-67.04
-67.03
-67.01
-67.04
-67
-67
-67
-67
Sv Min Sv Max
-89.19
-67
-87.99
-67
-89.12
-67
-89.46
-67
-89.97
-67
-89.82
-67
-90.44
-67
-90.51 -69.55
-90.47 -77.69
-90.4
-67.08
-90.44 -67.01
-90.43
-75.8
-90.47 -74.15
-90.51 -67.54
-90.51 -67.05
-90.4
-67.1
-90.4
-67
-90.51 -67.01
-90.51 -67.01
16
3231-3400
-77.32
-90.44
3401-3570
-76.67
-90.25
3571-3740
-75.83
-90.36
3741-3910
-77.36
-90.44
3911-4080
-79.03
-90.51
4081-4250
-79.02
-90.44
4251-4420
-76.35
-90.51
4421-4590
-75.94
-90.51
4591-4760
-74.44
-90.04
4761-4930
-74.65
-90.4
4931-5100
-75.16
-90.22
5101-5270
-74.23
-89.84
Lampiran 3 Lanjutan
5271-5440
-73.47
-90.29
5441-5610
-73.45
-89.74
5611-5780
-72.87
-90.4
5781-5950
-73.24
-89.63
5951-6120
-73.67
-90.33
6121-6290
-74.18
-90.04
6291-6460
-73.75
-90.05
6461-6630
-73.75
-89.74
6631-6800
-73.36
-89.94
6801-6970
-73.86
-90.33
6971-7140
-74.32
-90.43
7141-7310
-73.9
-90.01
7311-7480
-75.05
-90.25
7481-7650
-73.41
-90.01
7651-7820
-73.54
-90.22
7821-7990
-73.32
-90.43
Stasiun 6
0-170
171-340
341-510
511-680
681-850
851-1020
1021-1190
1191-1360
1361-1530
1531-1700
1701-1870
1871-2040
Sv Mean
-74.79
-74.44
-73.9
-73.57
-73.88
-74.97
-79.94
-75.16
-74.54
-74.01
-74.64
-75.1
Sv Min
-90.44
-89.9
-90.36
-90.08
-90.18
-90.4
-90.05
-90.15
-90.12
-90.22
-90.47
-90.25
-67.03
-67.01
-67.01
-67.03
-67.06
-67.1
-67.01
-67
-67
-67
-67.01
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67.02
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67
Sv Max
-67
-67
-67
-67
-67
-67.01
-67
-67.01
-67
-67
-67
-67.01
17
2041-2210
2211-2380
2381-2550
2551-2720
2721-2890
2891-3060
3061-3230
3231-3400
3401-3570
3571-3740
3741-3910
3911-4080
-74.05
-90.36
-75.07
-90.51
-74.99
-90.47
-75.44
-90.33
-75.1
-90.15
-75.24
-90.47
-74.61
-90.04
-74.57
-89.83
-75.34
-90.44
-74.91
-90.33
-74.36
-90.47
-73.61
-89.63
Lampiran 3 Lanjutan
4081-4250
-74.3
-90.4
4251-4420
-74.77
-89.86
4421-4590
-74.47
-89.66
4591-4760
-74.57
-90.44
4761-4930
-75.17
-90.18
4931-5100
-75.2
-90.15
5101-5270
-75.22
-90.33
5271-5440
-75.6
-90.25
5441-5610
-75.45
-90.36
5611-5780
-74.88
-90.01
5781-5950
-74.84
-90.4
5951-6120
-75.02
-90.29
6121-6290
-75.09
-90.25
6291-6460
-75.12
-90.51
6461-6630
-75.16
-90.22
6631-6800
-74.82
-90.47
6801-6970
-74.87
-89.97
6971-7140
-75.15
-90.47
7141-7310
-75.01
-89.97
7311-7480
-74.96
-90.08
7481-7650
-74.83
-90.51
7651-7820
-75.73
-90.44
7821-7990
-75.23
-90.25
Stasiun 7
0-170
171-340
341-510
511-680
681-850
Sv Mean
-76.48
-77.7
-83.72
-83.35
-85.1
Sv Min
-90.51
-90.47
-90.4
-90.47
-90.51
-67.01
-67
-67.07
-67.01
-67.03
-67
-67.01
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67.01
-67
-67.02
-67
-67.01
-67.02
-67.02
-67
-67.01
-67.05
-67.02
-67.02
-67
-67.01
-67
-67.03
-67.04
-67
-67.01
-67.01
-67.01
-67
Sv Max
-67.01
-67
-67.21
-67.72
-67.26
18
851-1020
1021-1190
1191-1360
1361-1530
1531-1700
1701-1870
1871-2040
2041-2210
2211-2380
2381-2550
2551-2720
2721-2890
-81.23
-90.51
-77.52
-90.4
-77.38
-90.51
-78.51
-90.47
-81.05
-90.51
-80.49
-90.51
-79.48
-90.51
-77.36
-90.43
-75.43
-90.44
-75.59
-90.29
-75.48
-90.25
-77.01
-90.4
Lampiran 3 Lanjutan
2891-3060
-76.75
-90.51
3061-3230
-76.92
-90.44
3231-3400
-76.9
-90.43
3401-3570
-79.18
-90.47
3571-3740
-76.92
-90.51
3741-3910
-76.19
-90.33
3911-4080
-75.35
-90.4
4081-4250
-75.98
-90.44
4251-4420
-75.85
-90.44
4421-4590
-76.27
-90.51
4591-4760
-77.31
-90.51
4761-4930
-78.27
-90.51
4931-5100
-77.55
-90.51
5101-5270
-77.85
-90.44
5271-5440
-77.85
-90.4
5441-5610
-77.44
-90.51
5611-5780
-78.05
-90.51
5781-5950
-80.72
-90.47
5951-6120
-82.23
-90.51
6121-6290
-77.8
-90.36
6291-6460
-81.89
-90.47
6461-6630
-81.52
-90.44
6631-6800
-81.54
-90.4
6801-6970
-83.63
-90.47
6971-7140
-82.52
-90.51
7141-7310
-84.04
-90.43
7311-7480
-84.15
-90.51
7481-7650
-85.4
-90.47
7651-7820
-85.89
-90.51
7821-7990
-84.05
-90.44
-67.51
-67.02
-67
-67
-67.06
-67.7
-67.15
-67
-67.01
-67
-67
-67.01
-67.02
-67
-67
-67.05
-67
-67
-67
-67.01
-67.01
-67.02
-67.03
-67.04
-67.1
-67.02
-67.03
-67
-67
-67.61
-67.5
-67.05
-67.2
-67.05
-67.46
-70.26
-67.55
-69.69
-67.25
-67.23
-69.38
-67.1
19
Stasiun 8
0-170
171-340
341-510
511-680
681-850
851-1020
1021-1190
1191-1360
1361-1530
1531-1700
Sv Mean Sv Min
-76.69
-90.51
-79.76
-90.4
-78.23
-90.47
-76.19
-90.36
-78.44
-90.51
-78.17
-90.4
-77.73
-90.44
-78.12
-90.25
-78.17
-90.51
-78.01
-90.47
Lampiran 3 Lanjutan
1701-1870
-76.74
-90.18
1871-2040
-77.02
90.47
2041-2210
-78.74
-90.47
2211-2380
-80.36
-90.44
2381-2550
-77.27
-90.51
2551-2720
-78.13
-90.47
2721-2890
-78.14
-90.29
2891-3060
-78.71
-90.51
3061-3230
-81.23
-90.51
3231-3400
-82.85
-90.47
3401-3570
-80.48
-90.4
3571-3740
-80.49
-90.47
3741-3910
-80.9
-90.36
3911-4080
-76.42
-90.43
4081-4250
-74.76
-90.47
4251-4420
-76.91
-90.33
4421-4590
-79.28
-90.4
4591-4760
-85.84
-90.51
4761-4930
-83.18
-90.47
4931-5100
-83.5
-90.51
5101-5270
-82.09
-90.51
5271-5440
-76.85
-90.51
5441-5610
-78.62
-90.47
5611-5780
-78.93
-90.47
5781-5950
-79.44
-90.44
5951-6120
-78.73
-90.51
6121-6290
-72.6
-89.2
6291-6460
-72.49
-90.09
6461-6630
-72.47
-89.68
6631-6800
-72.55
-89.9
Sv Max
-67.98
-67.53
-67.1
-67.02
-67.03
-67.01
-67.04
-67
-67.12
-67.01
-67.01
-67
-67.35
-67.95
-67.04
-67
-67.09
-67.03
-67.39
-71.13
-67.01
-67.42
-67.08
-67.01
-67.02
-67.01
-67.11
-69.97
-69.95
-69.93
-70.1
-67
-67.91
-67.42
-67.01
-67
-67
-67
-67
-67
20
6801-6923
Stasiun 9
0-170
341-510
511-680
681-850
851-1020
1021-1190
2551-2720
2721-2890
3231-3400
3401-3570
3571-3740
3741-3910
4251-4420
5271-5440
Stasiun 10
4421-4590
-72.78
-89.38
Sv Mean Sv Min
-89.85
-90.44
-90.51
-90.51
-89.14
-90.51
-87.75
-90.51
-89.59
-90.51
-90.2
-90.51
-88.35
-90.44
-90.08
-90.47
Lampiran 3 Lanjutan
-89
-90.51
-87.78
-90.47
-87.13
-90.47
-86
-90.47
-85.32
-90.43
-89.24
-90.4
Sv Mean
-82.64
Sv Min
-90.18
-67.01
Sv Max
-72.48
-69.3
-67.03
-67.04
-71.96
-67.05
-67.19
-73.51
-67.16
-67.01
-67.03
-67.01
-67
-67.08
Sv Max
-67.02
Lampiran 4. Foto peralatan yang digunakan saat pengambilan data survey lapang
21
MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN
ROKAN HILIR BENGKALIS, RIAU.
MARCEL EDWARD KARAMS
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hambur Balik Total
Padatan Tersuspensi Menggunakan Metode Akustik Di Perairan Rokan Hilir
Bengkalis, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Marcel Edward Karams
NIM C54100098
ABSTRAK
MARCEL KARAMS. Hambur Balik Total Padatan Tersuspensi Menggunakan
Metode Akustik Di Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau. Dibimbing oleh SRI
PUJIYATI.
Total Padatan Tersuspensi (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi
(berdiameter > 1 µm) yang tertahan pada saringan miliopore dengan diameter pori
0,45 µm. Tingginya Konsentrasi TSS akan menghambat penetrasi cahaya ke
dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh nilai hambur balik (Sv) TSS dengan menggunakan
metode akustik dan dibandingkan dengan data TSS dari hasil Analisis Gravimetri
di perairan Rokan Hilir Bengkalis Riau. Data penelitian ini merupakan hasil
kerjasama dengan pemerintah kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau dengan topik
“Survei Potensi Sumberdaya Perikanan di Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau”.
Total Padatan Tersuspensi (TSS) pada Perairan Rokan Hilir Bengkalis berkisar
antara 8 – 260 mg/l menggunakan metode Gravimetri. Pendeteksian Nilai hambur
balik TSS tersebut menggunakan Biosonik memperoleh kisaran nilai Sv sebesar
(-88,2 dB hingga -75 dB). Analisis Regresi antara nilai Sv dan TSS diperoleh R2
bernilai 0,12.
Kata kunci: TSS, Metode akustik, Hambur balik TSS.
ABSTRACT
MARCEL KARAMS. Backscattering strength volume of Total Suspended Solid
using acoustics at the waters of Rokan Hilir Bengkalis, Riau. Supervised by SRI
PUJIYATI.
Total Suspended Solid is restrained substance (diameter > 1 µm) that
impeded in miliopore strainer with pore diameter 0,45 µm. High concentrate will
impede light penetration into the water and hampered the photosynthesis proses.
The aim of this research is to obtain backscattering strength of Total Suspended
Solid using acoustics method and compare with TSS data from Gravimetry
analysis result. This research data was cooperation result with Rokan hilir
government in Riau Province with topic “ The potential of fisheries resources
survey in Rokan hilir bengkalis waters, Riau”. Total Suspended Solid in Rokan
Hilir Bengkalis waters range between 8 – 260 mg/l using Gravimetry method.
Backscattering strength of TSS using Biosonic DT-X obtain Sv value between 88,2 dB up to -75 dB. Regression analyse between Sv value and TSS retrieve R2
with value 0,12.
Keywords: TSS, Acoustics Method, TSS Backscattering Strength Volume
HAMBUR BALIK TOTAL PADATAN TERSUSPENSI
MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN
ROKAN HILIR BENGKALIS, RIAU.
MARCEL EDWARD KARAMS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Hambur Balik Total Padatan Tersuspensi Menggunakan Metode
Akustik Di Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau.
Nama
: Marcel Edward Karams
NIM
: C54100098
Disetujui oleh
Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2012 di
Perairan Rokan Hilir-Bengkalis. Judul Penelitian ini adalah Nilai Hambur Balik
Total Padatan Tersuspensi dengan Menggunakan Metode Akustik di Perairan
Rokan Hilir Bengkalis, Riau.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si, selaku
dosen pembimbing dan kepada Bapak Dr. Ir. Totok Hestirianoto, M.Sc. selaku
Kepala Lab. Akustik ITK IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, seluruh keluarga, dan saudari Idha maria Fonataba atas segala doa dan
kasih sayangnya. selain itu juga kepada teman-teman Ilmu dan Teknologi kelautan
angkatan 47 atas dukungan dan bantuannya. Semoga penelitian ini dapat
memberikan manfaat.
Bogor, Oktober 2014
Marcel Edward Karams
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
iv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
METODOLOGI
2
Waktu dan Lokasi
2
Alat dan Bahan
3
Metode Pengambilan Data dan Analisis TSS
3
Metode Pengolahan Nilai Sv Linear dan Regresi Linear
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kandungan Total Padatan Tersuspensi menggunakan Metode Gravimetri
5
Estimasi Total Padatan Tersuspensi menggunakan Metode Akustik
7
Analisis Hubungan Antara Padatan Tersuspensi dan Sv linear
9
SIMPULAN DAN SARAN
11
Simpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
12
RIWAYAT HIDUP
20
DAFTAR TABEL
1 Peralatan yang digunakan dalam penelitian
2 Sebaran Horizontal Total Padatan Tersuspensi pada Perairan
3 Nilai Scattering volume pada kedalaman 3,75 hingga 5 m
4 Nilai Scattering volume pada kedalaman 5 hingga 20 m
3
6
7
8
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi pengambilan sampel pada tiap stasiun pengamatan
2 Grafik korelasi antara TSS dan Sv
3
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Lokasi Pengambilan Sampel pada tiap stasiun pengamatan
Tampilan Echogram di software echoview 3,75 hingga 5 m
Nilai Scattering volume pada kedalaman
Foto peralatan yang digunaka saat pengambilan data survey lapang
14
12
18
19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid/TSS) adalah bahanbahan tersuspensi (berdiameter > 1 µm) yang tertahan pada saringan miliopore
dengan diameter pori 0.45 µm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasadjasad renik. Kandungan TSS utama di perairan ialah kikisan tanah atau erosi tanah
yang terbawa ke badan air. Konsentrasi TSS apabila terlalu tinggi akan
menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya
proses fotosintesis. Penyebaran TSS di perairan pantai dan estuari dipengaruhi
oleh beberapa faktor fisik antara lain angin, curah hujan, gelombang, arus, dan
pasang surut (Effendi 2000). Metode konvensional yang sering digunakan dalam
pengukuran TSS ialah metode Gravimetri.
Unsur terpenting dari metode gravimetri adalah transformasi unsur yang
dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.
Kekurangan dari metode ini yaitu memerlukan waktu yang relatif lama. Adanya
pengotor pada konstituen perlu digunakan faktor-faktor koreksi. Faktor paling
penting dalam metode ini yaitu proses pemisahan harus cukup sempurna sehingga
kualitas analit yang ditimbang mendekati murni (Irha 2011). Metode terkini yang
dinilai lebih efektif dan efisien dibandingkan Gravimetri ialah Metode Akustik.
Hidroakustik merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk
mendeteksi sumberdaya hayati dan nonhayati secara lebih akurat, cepat, dalam
jangkauan yang luas, tidak mengganggu biota dan tidak merusak lingkungan
(Fauziyah dan Jaya 2010). McLennan dan Simmonds (2002) menyatakan data
hidroakustik merupakan data hasil estimasi echo counting dan echo integration
melalui proses pendeteksian bawah air. Hidroakustik dapat digunakan dalam
mengukur dan menganalisa hampir semua obyek yang terdapat di kolom dan
dasar air, aplikasi teknologi ini untuk berbagai keperluan antara lain adalah;
eksplorasi bahan tambang, minyak dan energi dasar laut (seismic survey), deteksi
lokasi bangkai kapal (shipwreck location), estimasi biota laut, mengukur laju
proses sedimentasi (sedimentation velocity), mengukur arus dalam kolom perairan
(internal wave), mengukur kecepatan arus (current speed), mengukur kekeruhan
perairan (turbidity) dan kontur dasar laut (bottom contour).
Kabupaten Bengkalis adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau dengan
ibukota Bengkalis yang berada di Pulau Bengkalis, terpisah dari Pulau Sumatera.
Luas wilayah Kabupaten Bengkalis 11.481,77 km², terdiri dari pulau-pulau dan
lautan. Kondisi wilayah Kabupaten Bengkalis karena memiliki banyak sungai
yang bermuara di wilayah pantai dan membawa lumpur mengakibatkan
perkembangan kegiatan penangkapan mengalami hambatan utama khususnya
dalam pengoperasian alat tangkap (Azim et al. 2012).
Secara umum wilayah pesisir dan laut kabupaten Rokan Hilir merupakan
dataran rendah, rawa dan daerah muara sungai dengan tingkat sedimentasi yang
relatif tinggi. Tipologi pantai yang berlumpur/berpasir dengan lereng yang landai
dan ditumbuhi tanaman khas pesisir sepeti nipah, bakau dan berbagai tanaman
pantai lainnya (Azim et al. 2012).
2
Wilayah ini menerima pemasukan sedimen dari sungai-sungai (sungai
daun, besar, kubu, penipahan, tengar dan rokan). Pada muara sungai terdapat
endapan berupa delta dengan bentuk garis pantai yang tidak teratur. Hampir di
sepanjang garis pantai terdapat pulau-pulau baru yang berasal dari pendangkalan
(shoaling) dan berkembang menjadi delta ataupun pulau (Azim et al. 2012).
Pada penelitian TSS sebelumnya diwilayah Teluk San Fransisco california,
Gartner (2004) menggunakan Acoustic Doppler current Profilers (ADCP) sebagai
instrumen untuk mendeteksi kandungan TSS. ADCP telah banyak digunakan
dalam pengambilan data TSS dan mampu menampilkan data secara kuantitatif.
untuk membandingkan hasil yang diperoleh ADCP, profil TSS di estimasi
menggunakan nilai hambur balik akustik yang direkam pada 1200 hingga 2400
kHz pada dua lokasi yang berbeda di Teluk San Fransisco. Data ADCP dikalibrasi
menggunakan data Optical Backscatterance yang diletakan dekat dengan ADCP.
Berbeda halnya dengan pendeteksian TSS pada wilayah Estuari, Yong
(2003) menggunakan ADCP dengan frekuensi 1200 kHz. Metode estimasi yang
digunakan ialah modifikasi dari persamaan sonar dan nilainya dikalibrasi
menggunakan pengukuran optik. Selain itu, Yong (2003) mengembangkan
persamaan sonar yang dapat digunakan pada wilayah tanpa kalibrasi optik.
Penelitian ini sangat penting dilakukan karena terdapat gangguan kegiatan
penangkapan terkait pengoperasian alat tangkap pada wilayah dengan kandungan
TSS yang tinggi. Selain itu penelitian ini merupakan salah satu pengaplikasian
metode hidroakustik.
Penelitian terdahulu yang dilakukan di perairan selat malaka berkaitan
dengan Makrozoobenthoz, diantaranya Riantoro (2010) dan Nugraheni (2011).
Riantoro (2010) menganalisis hubungan kepadatan antara Makrozoobenthos
dengan Sv pada substrat pasir di Perairan Selat Malaka. Kedua variabel tersebut
memiliki hubungan yang erat dengan kekasaran (E1) dan jenis substrat.
Sedangkan Nugraheni (2011) menemukan bahwa jumlah total makrozoobentos di
perairan selat malaka merupakan peubah yang lebih berpengaruh terhadap jumlah
total ikan karena perubahan tipe substrat cenderung kurang mengakibatkan perubahan
yang signifikan pada jumlah total ikan demersal.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai hambur balik TSS dengan
menggunakan metode akustik dan dibandingkan dengan data TSS dari hasil
Analisis Gravimetri di perairan Rokan Hilir Bengkalis Riau.
METODOLOGI
Waktu dan Lokasi
Pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 16-20 November 2012
di Perairan Rokan Hilir-Bengkalis, Riau. Penelitian ini merupakan kerjasama
Departemen ITK FPIK IPB dan Departemen ITK FPIK UNRI bersama
Pemerintah Daerah Riau dengan topik “Survei Potensi Sumberdaya Perikanan di
3
Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau”. Pengambilan data dilakukan pada 10
stasiun (Lampiran 1) dengan letak geografis 2o52’12”LU-100o33’36”BT dan
1o15’0”LU-102o31’12”BT. Setiap stasiun melakukan pengambilan data Akustik
dan TSS. Lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1 Lokasi pengambilan sampel pada tiap stasiun pengamatan
Alat dan Bahan
Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah data akustik dan data
TSS yang telah diolah sebelumnya (data sekunder) di lokasi penelitian. Program
pengolahan data yang digunakan ialah ArcGis 9.0 dan Echoview 4.30 (Lampiran
2) Peralatan yang digunakan dalam tahapan pengambilan data maupun
pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perlatan yang digunakan dalam penelitian
Parameter
Unit
Peralatan
Turbidity/kekeruhan
Ntu
Horriba Quality Water Checker
Arus
cm/s
Current Metter
Sampel Air
-
Vandorn
Total Suspended Solid
mg/l
Analytical Balance
Echogram
-
Laptop
Metode Pengambilan Data dan Analisis Data Akustik
Sinyal echo (backscattering) perangkat hidroakustik yang dihitung dan
dianalisis pada kegiatan ini berupa nilai Scattering Volume (Sv) dalam decibel
4
(dB) (Lampiran 3). Pemeruman (sounding) dilakukan pada setiap stasiun yang
terletak pada perairan Rokan Hilir dan Bengkalis. Pengambilan data akustik
dilakukan dengan menggunakan instrument akutik yaitu Biosonic DT-X
(Lampiran 4). Spesifikasi perangkat Scientific Echosounder Biosonics DT–X
sebagai berikut: Alat ini diciptakan dari tranducer keramik yang membutuhkan
lebih sedikit rangkaian analog dan memiliki resolusi lebih tinggi, rasio antara
maximum signal level dari system hingga noise levelnya (dynamic range) lebih
luas serta lebih sedikit pengaruh noise (sinyal yang tidak diinginkan yang
bercampur dengan sinyal yang akan dihitung). Alat ini menggunakan split beam,
frekuensi 200 kHz, sidelobe untuk -40 dB, dengan rentang kedalaman 0 – 1000 m.
Kelebihan lain dari Scientific Echosounder Biosonics DT–X yaitu satu-satunya
sistem hidroakustik yang proses digitasinya di dalam transducer. Alat ini
menggunakan prosesor yang terpasang dengan internet sampai ke operasi
komputer, selain itu juga mempunyai kisaran yang luas dari autonomous dan
wireless pada teknik penilaian yang memungkinkan untuk mendapatkan data
biologi dan fisik yang sebenarnya di suatu perairan (Biosonics 2004).
Data mentah akustik (*.dt4) diolah menggunakan software Echoview 4.0
dalam bentuk echogram (Lampiran 2), kemudian melakukan tahapan kalibrasi
dengan cara masuk ke tools menu yang ada di echoview variabel properties dan
melakukan pengaturan nilai Elementary Sampling Display Unit (ESDU) untuk
pembatasan data. Pengaturan ESDU diantaranya dilakukan pengaturan grid
jumlah ping (170 ping) serta kedalaman (5 m) dan nilai threshold (-128 dB hingga
-67 dB). Nilai Threshold ini diperoleh berdasarkan ukuran lumpur halus dan
plankton yang terambil pada sampel. Kemudian melakukan kalibrasi sesuai
dengan parameter-parameter lingkungan pada saat perekaman data akustik.
Parameter tersebut diantaranya salinitas (34 ppt), suhu (29,130C), kedalaman (5
m), pH 8 serta frekuensi (200 kHz) yang digunakan. Hasil kalkulasi dari
parameter-parameter tersebut digunakan untuk mengetahui kecepatan suara
(1542,42 m/detik) dan koefisien absorpsi (0.088986 dB/m). selanjutnya tampilan
echogram diambil beberapa variabel akustik berupa data Sv mean, Sv maximun,
Sv minimum, NASC,height mean, ping, depth mean, beam off volume, no off
sampel. Variabel yang digunakan untuk data penelitian ini yaitu Sv mean, ping,
dan posisi atau letak geografis (lintang, bujur). Pengekstrakan data ini pada satu
layer kedalaman dengan menyesuaikan pengambilan data TSS.
Nilai Sv yang diperoleh dirata-ratakan kemudian akan dipergunakan untuk
memperoleh nilai Sv linear (dB) pada rumus sebagai berikut :
Sv = 10 log sv (dB)
sv
(Linear),....................................(3)
Keterangan ;
Sv = nilai hambur balik di setiap stasiun
Pola hubungan yang terbentuk antara TSS dan nilai Sv dapat digambarkan
oleh nilai koefisien Determinasi atau yang disimbolkan dengan R2. Koefisien
Determinasi merupakan sumbangan (Share) dari X terhadap variasi atau naikturunnya Y, tingkat variasi ditunjukan oleh besarnya nilai varian Y. Terdapat dua
jenis hubungan yang sering ditemui yaitu hubungan X dan Y positif jika
kenaikan/penurunan X diikuti dengan Kenaikan/penurunan Y, sedangkan
hubungan negatif jika kenaikan/penurunan X diikuti penurunan/kenaikan Y
(Supranto 2004).
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Total Padatan Tersuspensi menggunakan Metode Gravimetri
Total Padatan Tersuspensi memberikan gambaran mengenai bahan-bahan
tersuspensi, baik organik maupun anorganik yang berupa partikel pada suatu
perairan. Nilai TSS ini dapat dijadikan sebagai indikator kualitas suatu perairan,
karena TSS berpengaruh terhadap kecerahan dan kekeruhan air sehingga akan
mempengaruhi aktivitas di perairan tersebut (Abel 1989 dalam Febriantie 2009).
Menurut Widigdo (2001), Perubahan nilai TSS tidak selalu diikuti oleh naik
turunnya nilai kekeruhan secara linier. Hal ini dapat dijelaskan karena bahanbahan yang menyebabkan kekeruhan perairan dapat terdiri atas berbagai bahan
yang sifat dan beratnya berbeda sehingga tidak terlalu tergambarkan dalam bobot
residu TSS yang sebanding.
Adapun yang termasuk bahan organik tersuspensi misalnya fitoplankton,
zooplankton, jamur, bakteri dan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati,
sedangkan bahan anorganik tersuspensi, berupa koloid lumpur dan partikel tanah
(Effendi 2003). Sebaran horizontal TSS yang diperoleh dari 10 stasiun
pengamatan (lampiran 2) dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2 Sebaran Horizontal TSS pada Perairan
(Sumber : Lab Akustik IPB, Azim et al. 2012)
Stasiun TSS (mg/l) Mean size (Ø)
4,40
1
10
4,62
2
8
4,31
3
11
4,70
4
260
4,30
5
82
4,13
6
79
4,50
7
90
4,50
8
42
5,00
9
48
4,87
10
96
Tabel 2 diatas menunjukan sebaran TSS pada perairan Rokan Hilir hingga
Bengkalis. Nilai di atas diperoleh menggunakan hasil analisis laboratorium pada
contoh air yang diambil pada 10 stasiun. Nilai TSS pada perairan ini berkisar
antara 8-260 mg/l. Pada umumnya Nilai TSS tinggi di wilayah pesisir dan
semakin rendah ke arah laut lepas. Hal ini disebabkan oleh masukkan Padatan
Tersuspensi dari Run off ke badan perairan. Debit air, arus, dan gelombang baik
secara individu maupun kombinasi ketiganya berperan penting dalam transpor
sedimen sehingga berpengaruh terhadap perubahan muara, garis pantai dan
kandungan sedimen tersuspensi pada badan perairan (Siswanto 2010).
Pada penelitian sebelumnya (Aini 2012) menunjukan bahwa arus
sepanjang pantai diduga berpengaruh terhadap sebaran TSS melalui perpindahan
sedimen yang terjadi. Sebaran TSS pada umumnya dipengaruhi oleh parameter
6
hidrooseanografi (Siswanto 2010). Keberadaan TSS pada badan perairan dapat
bersifat merugikan apabila melebihi toleransi sebaran suspensi baku mutu kualitas
perairan yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, yaitu 70 mg/l
(MENLH 2004). Nilai TSS pada beberapa stasiun yang telah melebihi baku mutu
kualitas perairan ialah Stasiun 4, 5, 6, 7, dan 10 dengan nilai TSS berturut-turut
260, 82, 79, 90 dan 96 mg/l. Beberapa stasiun pengamatan dengan kadar TSS
yang dapat ditolerir ialah Stasiun 1, 2, 3, 8, dan 9, yaitu 10, 8, 11, 42, dan 48 mg/l.
Kandungan TSS terbesar ialah Stasiun 4 dengan nilai 260 mg/l. Rifardi et
al. (2011) menemukan kandungan TSS yang sangat tinggi pada muara Sungai
Rokan yang berada dekat dengan Stasiun 4 yaitu sebesar 1.000-20.000 mg/l. Nilai
ini disebabkan oleh kekuatan arus yang mengindikasikan adanya erosi dan
pengadukan. Adanya arus sejajar pantai yang berasal dari Selat Malaka
memungkinkan perpindahan Kandungan TSS dari muara Sungai Rokan menuju
Stasiun 4 sehingga kandungan TSS pada stasiun ini bernilai sangat tinggi dan
melewati baku mutu perairan.
Kekeruhan Perairan dengan Metode Horriba
Kekeruhan adalah suatu ukuran biasan cahaya di dalam air yang
disebabkan oleh adanya partikel koloid dan suspensi yanmg terkandung dalan air
(Wardoyo, 1974). Kekeruhan air umumnya memiliki sifat-sifat yang berlawanan
dengan kecerahan air. Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yaitu
hamburan dan absorbsi cahaya yang melaluinya dan tidak dapat dihubungkan
secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua zat suspensi karena
tergantung pada ukuran dan bentuk butiran (Alaerts dan Santika, 1987).
Kekeruhan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan insang akibat
terjadinya penyumbatan struktur penyaringanya. Selanjutnya hewan akan
berkurang aktivitasnya sehingga berpotensi mengalami kematian secara langsung
ataupun sebab sekunder. Disamping itu, kekeruhan juga menyebabkan
terhambatnya penyinaran matahari ke dalam kolom air yang dapat menurunkan
produktivitas primer perairan. Selain itu, kekeruhan dapat memicu munculnya
pathogen sekaligus menurunkan daya tahan biota yang dapat mempengaruhi
vitalitas hewan terhadap tekanan mekanik, kimiawi maupun biologis (Hidayat W.J.
et al. 2004). Kekeruhan Perairan Rokan Hilir Bengkalis Riau dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut :
7
Tabel 3. Kekeruhan Perairan Rokan Hilir Bengkalis Riau
Stasiun Kekeruhan (NTU) Kedalaman
1
3,98
9
2
6,62
3
4,89
4
66,40
4,4
5
11,83
30
6
23,30
30
7
12,12
48
8
25,00
11
9
3,32
39
10
27,63
15
Ket : - (Tidak ada data)
Pada Tabel 3 diatas terlihat tingkat kekeruhan pada badan perairan Riau.
Stasiun 4 memiliki tingkat kekeruhan tertinggi dibandingkan stasiun lainnya yaitu
sebesar 66,44 NTU. Hal ini erat kaitannya dengan posisi stasiun 4 terhadap
terestrial. Stasiun 4 terletak dekat dengan daratan sehingga terjadi pengadukan
sedimen yang berpengaruh terhadap tingkat kekeruhan. Stasiun 1, 3 dan 9
merupakan stasiun dengan tingkat kekeruhan terendah. Hal ini erat kaitannya
dengan posisi stasiun-stasiun tersebut terhadap terestrial yaitu terletak jauh dari
daratan sehingga tidak terpengaruh pengadukan sedimen.
Estimasi Total Padatan Tersuspensi menggunakan Metode Akustik
Hasil deteksi menggunakan echosounder merupakan nilai Scattering
Volume (Sv) dari target. Nilai Sv adalah rasio antara intensitas yang direfleksikan
oleh suatu kelompok target yang berada pada suatu volume air tertentu (1m³) dan
diukur pada jarak 1 meter dari target dengan intensitas suara yang mengenai target
(Johanesson dan Mitson 1983). Nilai Sv pada perairan Rokan Hilir Bengkalis
Riau dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4 Nilai Scattering volume pada kedalaman 3,75 hingga 5 m.
Stasiun
Sv
Sv (e-8)
1
-75,34 ± 0
2,92
2
3
4
-79,93 ± 3,18
1,00
5
-75,01 ± 5,37
3,15
6
-74,86 ± 0,89
3,27
7
-78,41 ± 3,14
1,44
8
-77,19 ± 3,06
1,91
9
-88,55 ± 1,59
0,15
10
-82,64 ± 0
0,54
Ket : - (Tidak ada data)
8
Nilai Sv pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 tidak dapat ditampilkan karena
terjadi kesalahan penggunaan alat pada saat pengambilan data. Oleh karena itu
hasil analisis echogram yang dapat ditampilkan hanya delapan stasiun. Nilai
hambur balik yang diperoleh pada perairan ini berkisar antara -88,55 hingga 74,86 dB. Nilai tersebut telah termasuk dalam rentang nilai Sv yang pada
umumnya diperoleh dengan menggunakan ADCP. Rentang nilai tersebut sesuai
dengan penelitian Kharisma (2009) di Selat Makassar menggunakan ADCP
dengan nilai Sv yang diperoleh sebesar 120 count hingga 200 count dimana 1
count ≈ -0,43 dB atau setara dengan -86 hingga -51,6 dB.
Nilai Sv Tertinggi pada perairan ini diperoleh pada Stasiun 6 dengan nilai
sebesar -74,86 ± 0.89 dB. Nilai TSS yang diperoleh pada Stasiun 6 tidak termasuk
TSS terbesar namun memiliki nilai Sv yang tertinggi. Hal ini diduga disebabkan
oleh ukuran partikel yang terdapat pada Stasiun 6. Penelitian yang dilakukan oleh
Azim (2012) menemukan bahwa ukuran rata-rata partikel pada sekitar Stasiun 6
relatif besar dibandingkan dengan stasiun lainnya yaitu sebesar 4,13 Ø. Menurut
Yong (2003) sensor akustik lebih peka terhadap partikel besar sehingga pada
penilitiannya, Yong (2003) membagi periode pengambilan data berdasarkan ukuran
rata-rata pertikel dimana periode dengan ukuran partikel lebih besar dari 62,5 µm dan
periode dengan ukuran partikel lebih kecil dari 62,5 µm. ukuran rata-rata partikel
tersebut dipilih berdasarkan kriteria pasir halus dan lumpur. Oleh Karena itu Ukuran
partikel diduga berpengaruh terhadap nilai Sv pada TSS.
Kandungan organik pada partikel TSS terdiri dari kandungan organik dan
anorganik dimana kandungan organiknya terdiri dari Plankton, Jamur, Bakteri dan
Jasad-jasad renik (Effendi 2003). Oleh karena itu kandungan serta jenis plankton
yang terdapat pada TSS turut mempengaruhi nilai Sv pada stasiun tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Winasti (2013) pada perairan Rokan Hilir yaitu
Stasiun 6 diperoleh jenis plankton Rhizosolenia alata dengan ukuran diameter
mencapai 170 µm dan memiliki kelimpahan yang sangat tinggi yaitu 32.370 ind/L
sehingga ini diduga menyebabkan nilai Sv yang sangat tinggi. Jenis plankton
tersebut ditemukan pula pada Stasiun 1 namun dalam kelimpahan yang kecil yaitu
18.208 ind/L sehingga Stasiun 1 memiliki nilai Sv yang relatif tinggi.
Nilai Sv terendah pada perairan ini diperoleh pada Stasiun 9 dengan nilai
sebesar -88,55 ± 1.59 dB. Nilai TSS pada stasiun ini tidak termasuk nilai terkecil
namun memiliki nilai Sv terendah. Hal ini diduga disebabkan oleh ukuran partikel
dan jumlah plankton pada Stasiun 9. Ukuran rata-rata partikel TSS pada stasiun
ini relatif kecil dibandingkan dengan stasiun lainnya yaitu sebesar 5 Ø (Azim
2012). Selain ukuran partikel, kandungan serta jenis plankton yang terdapat pada
TSS turut mempengaruhi nilai Sv pada stasiun tersebut.
Plankton yang ditemukan pada Stasiun 9 yaitu Thalassiosira gravida
dengan ukuran diameter mencapai 40 µm dan kelimpahan yang tinggi yaitu
52.601 ind/L (Winasti 2013). Meskipun kelimpahannya tinggi namun plankton ini
memiliki ukuran yang kecil sehingga Sv yang tercipta sangat kecil. Tabel 4
berikut merupakan nilai Sv perairan yang diambil pada kedalaman 5-10, 10-15,
dan 15-20 yang dapat dijadikan perbandingan dengan kedalaman sebelumnya.
Selain ukuran partikel dan jenis plankon, tingkat kekasaran dan kekerasan partikel
TSS turut mempengaruhi nilai hambur balik (Pujiyati et al. 2010). Tabel 5 berikut
merupakan nilai Sv pada kedalaman 5 hingga 20 M.
9
Tabel 5. Nilai Scattering volume pada kedalaman 5 hingga 20 m
Sv
Stasiun
5 - 10 m
10 - 15 m
15 - 20 m
1
2
3
4
5
-75,12 ± 6,16
-75,52 ± 5,24
-75,48 ± 3,68
6
-75,33 ± 1,12
-74,81 ± 0.71
-74,21 ± 1,01
7
-77,83 ± 4,22
-79,36 ± 3,85
-77,90 ± 3,02
8
-76,35 ± 4,49
9
-93,70 ± 8,25
-90,04 ± 6,01
-88,17 ± 4,61
10
-96,05 ± 12,85
Ket : - (Tidak ada data)
Pada tabel 5 terdapat beberapa stasiun yang tidak memiliki nilai Sv, hal ini
disebabkan oleh kedalaman pada stasiun tersebut relatif dangkal. Selain itu,
terlihat perbedaan nilai Sv pada stasiun yang sama meskipun perbedaan
kedalaman tidak terlalu signifikan. Penelitian mengenai kandungan TSS pada
kedalaman diatas tidak memiliki referensi pustaka dikarenakan belum terdapat
penelitian terdahulu pada wilayah dan kedalaman tersebut.
Pada Stasiun 5 perubahan nilai Sv tidak terlalu signifikan namun mengalami
penurunan nilai Sv hingga kedalaman 20 m. Hal ini diduga disebabkan adanya
migrasi vertikal oleh zooplankton. Nontji (2006) dalam Kharisma (2009)
menguraikan mengenai faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi
migrasi vertikal zooplankton. Faktor internal meliputi adanya jam biologis yang
mengatur irama kegiatan harian individu secara otomatis. Faktor eksternal
ditentukan oleh cahaya, suhu, salinitas, kandungan oksigen, tekanan hidrostatis
dan ketersediaan pakan. Faktor yang paling berpengaruh ialah faktor cahaya.
Beberapa stasiun yang mengalami penurunan nilai Sv dengan bertambahnya
kedalaman ialah Stasiun 5, 6, 9, dan 10. Stasiun yang mengalamai kenaikan nilai
Sv dengan bertambahnya kedalaman ialah Stasiun 7, 8, dan 9. Kenaikan nilai Sv
pada ketiga stasiun ini diduga diakibatkan adanya proses sedimentasi yang tengah
berlangsung. Selain itu migrasi Nokturnal pada zooplankton turut mempengaruhi
pertambahan nilai Sv pada stasiun tersebut.
Analisis Hubungan Antara Padatan Tersuspensi dan Kekeruhan
Terdapatnya bahan tersuspensi di perairan dapat meningkatkan nilai
kekeruhan perairan tersebut. kekeruhan dan TSS berperan sebagai penentu nilai
kecerahan yang memberikan gambaran kedalaman eufotik yang secara tidak
langsung akan menentukan produktivitas perairan. TSS dapat menghambat
penetrasi cahaya ke perairan sehingga akan menurunkan aktivitas fotosintesis.
Besarnya penetrasi cahaya matahari yang masuk perairan dinyatakan sebagai
10
kecerahan yang digambarkan melalui nilai kedalaman secchi (Pratiwi M.T. et al.
2007). Grafik berikut merupakan grafik korelasi antara TSS dan Kekeruhan.
TSS vs Kekeruhan
Total Suspended Solid
300
y = 3.3685x + 15.284
R² = 0.8281
250
200
150
100
50
0
0
10
20
30
40
50
60
70
Kekeruhan
Gambar 2. Grafik korelasi antara TSS dan Kekeruhan
Pada grafik diatas terlihat persamaan Y=3,3685x+15,284 dan nilai R2
sebesar 0,83. Berdasarkan nilai R2 tersebut, kedua variabel memiliki hubungan
linear yang kuat positif dimana mendekati nilai 1.
Analisis Hubungan Antara Padatan Tersuspensi dan Sv linear
Nilai TSS pada Perairan Rokan Hilir Bengkalis dapat dikaitkan dengan nilai
Hambur Balik pada kedalaman 3,75 – 5 m yang diperoleh oleh instrumen
biosonik. Variasi nilai kedua variabel tersebut dapat terlihat pada tabel dibawah
ini. Nilai Sv linear yang diperoleh pada tiap stasiun bernilai hingga tujuh desimal
dibelakang koma sehingga nilai Sv (e-8).
Teori yang digunakan pada integrasi echogram pada umumnya didasarkan
pada proses linear. Namun terdapat beberapa kasus dimana asumsi linear gagal
pada lapisan densitas yang sangat tinggi (very dense layer). Hal ini disebabkan
adanya Multiple scattering yang terjadi akibat energi akustik yang dipancarkan
tertahan pada lapisan perairan sehingga menyebabkan pantulan berganda pada
echogram. Multiple echo yang terjadi menyebabkan pantulan echo yang diterima
melebihi prediksi linear (Maclennan N. and Simmonds J. 1992). Sehingga analisis
hubungan keduanya menggunakan analisis Logarithmic.
Hasil Regresi Logarithmic antara TSS dan Sv bernilai positif namun bernilai
sangat kecil. Hal ini terlihat dari nilai R2>0. Analisis regresi keduanya dapat
dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.
11
TSS vs Sv
3.5
3
Sv Mean (e^(-8)
2.5
2
1.5
1
y = -0.457ln(x) + 3.7006
R² = 0.1222
0.5
0
0
50
100
150
200
Total Suspended Solid
250
300
Gambar 3. Grafik Korelasi antara TSS dan Sv
Pada grafik diatas terlihat persamaan Y = -0.457ln(x) + 3.7006 dan nilai
R2 sebesar 0,12. Menurut Supranto (2004) jika nilai R2 bernilai kurang dari 0,5
maka hubungan antara variabel X dan Y bersifat Lemah positif. Hubungan regresi
TSS dan Sv bersifat lemah positif dimana Perubahan nilai TSS mempengaruhi Sv
mean pada Biosonic DT-X namun terdapat beberapa variabel lain yang
mempengaruhi perubahan nilai Sv namun tidak dimasukkan pada persamaan
tersebut, diantaranya ukuran rata-rata partikel, kandungan TSS, tipe plankton dan
variabel lainnya. Variabel-variabel tersebut disebut Epsilon (Ɛ).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
TSS (TSS) pada Perairan Rokan Hilir Bengkalis berkisar antara 8 – 260
mg/l menggunakan metode Gravimetri. Pendeteksian Nilai hambur balik TSS
tersebut menggunakan Biosonoc DT-X memperoleh kisaran nilai Sv sebesar -75
dB hingga -88,2 dB. Analisis Regresi antara nilai Sv dan TSS diperoleh R2
bernilai 0,12 dimana keduanya memiliki hubungan yang bersifat lemah positif
dengan tambahan nilai epsilon.
Saran
Perlu dilakukan penilitian lanjutan mengenai kandungan Total Padatan
Tersupensi pada musim yang berbeda dan pengaruh karakteristik kimia-fisika
perairan terhadap sensor akustik dalam pengambilan data TSS.
12
DAFTAR PUSTAKA
Aini K. 2012. Studi Pengaruh Gelombang dan Arus Sejajar Pantai (Longshore
current) terhadap Konsentrasi TSS di sepanjang tiang Pancang Jembatan
Suramadu [Skripsi]. Madura (ID). Universitas Trunojoyo Madura.
Alaerts G. dan Santika SS. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional,
Surabaya
Azim Z. 2012. Analisis Karakteristik Sedimen Permukaan Dasar di Perairan
Rokan Hilir dan Bengkalis Provinsi Riau [Skripsi]. Riau (ID): Universitas
Riau.
Biosonic. 2004. Scientific Echosounder Biosonic DT-X. http: www.biosonic.com.
[09 Oktober 2014].
Effendi H. 2000. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta [ID]: Kanisius.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Fauziyah, Jaya A. 2010. Densitas Ikan Pelagis Kecil Secara Akustik di Laut
Arafura. Jurnal Penelitian Sains. 13(1D): 21-25.
Febriantie I. 2009. Perubahan Total Suspended Solid (Tss) pada Umur Budidaya
yang Berbeda dalam Sistem Perairan Tambak Udang Intensif [Skipsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Foote K. G. 1987. Fish Target Strength for Use in Echo Integrator Surveys.
Journal Acoustic of Cost Soe of America (JASA). Page 981-987
Gartner W. 2004. Estimating suspended solids concentrations from backscatter
intensity measured by acoustic Doppler current profiler in San Francisco
Bay, California. Geological Survey. USA.
Hidayat W. J., Baskoro K., Sopiany R., 2004. Struktur Komunitas Mollusca
Bentik Berbasis Kekeruhan Di Perairan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Jurnal BIOMA. 6(2): 53-56.
Irha.
2011.
Penentuan
Kadar
Menggunakan
Gravimetri.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2157090-penentuan-kadardengan-metode-gravimetri/. diakses 27 Maret 2014
Johannesson K. A., and R. B. Mitson, 1983. Fisheries acoustics. A practical
manual for aquatic biomass estimation. FAO Fish. Tech. Pap., (240), Rome,
Italy. 249 pp.
Kharisma E. R. 2009. Perbandingan Pola Migrasi Deep Scattering Layer di Selat
Makkassar dan Selat Lombok menggunakan Nilai Acoustic volume
backsccatering strength Hasil Pengukuran ADCP[Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Kim Y. H. and Voulgaris G., 2003. Estimation Of Suspended Sediment
Concentration In Estuarine Environments Using Acoustic Backscatter From
An Adcp. The journal of Coastal sediment. 3: 141-144
[MENLH] Menteri Lingkungan Hidup. 2004. Surat Keputusan MENLH No. Kep.
51/MEN-LH/I/2004, Tentang Baku Mutu Air Laut, Sekretariat Menteri
Negara dan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta.
MacLennan D. N., Simmonds E. J., 1992. Fisheries Acoustics. 1st Edition.
Cornwall: Blackwell Science Ltd.
MacLennan D. N., Simmonds E. J., 2002. Fisheries Acoustics. 2nd Edition.
Cornwall: Blackwell Science Ltd.
13
Nugraheni D. A. 2010. Hubungan Antara Distribusi Ikan Demersal,
Makrozoobenthos, Dan Substrat Di Perairan Selat Malaka [Skripi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Rifardi, Ruflii E., Rangga A., Lubis M., Roza Y., Nilam Sari P., 2011.
Lingkungan Pengendapan Perairan Selatan Estuaria Bagan dan Sekitarnya
Pantai Timur Sumatera Indonesia. Jurnal Ilmu Lingkungan. 5(1):66-81.
Pratiwi M. T., Enen M., Adiwilaga, Basmi J., Krisanti M., Hadijah O., Wulandari
K. P., 2007. Status Limnologi Situ Cilala Mengacu pada kondisi parameter
Fisika, Kimia dan Biologi Perairan. Jurnal Perikanan. IX (1) : 82-94.
Pujiyati S., Sri H., dan Wijo P., 2010. Efek Ukuran Butiran, Kekasaran, Dan
Kekerasan Dasar Perairan Terhadap Nilai Hambur Balik Hasil Deteksi
Hydroakustik. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 2(1):59-67.
Riantoro Y. 2011. Hubungan Nilai Volume Backscattering Strength (SV) Dasar
Perairan Dengan Kandungan Makrozoobenthos Di Selat Malaka Dan Gugus
Pulau Pari [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Siswanto A.D. 2010. Analisa Sebaran Total suspended Solid (TSS) di Perairan
Pantai Kabupaten Bangkalan Pasca Jembatan Suramadu. Jurnal Kelautan.
2(2):16-20.
Supranto M. A. 2004. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. Jakarta (ID): PT
Rineka Cipta.
Wardoyo S. T. H., 1974. Manajemen kualitas air bagi perikanan. Fakultas
Perikanan IPB, Bogor. 78 halaman.
Widigdo B. 2001. Manajemen Sumberdaya Perairan. Bahan Kuliah. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Winasti R. 2013. Hubungan Nilai Volume Backscattering Strength (Sv) Plankton
Dengan Parameter Lingkungan Di Perairan Rokan Hilir Bengkalis,
Riau[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
14
Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel pada tiap stasiun pengamatan
Stasiun Latitude Longitude
ST1
2.90806 100.557
ST2
2.58736 100.404
ST3
2.36844 100.709
ST4
2.30467 100.965
ST5
2.11853 101.317
ST6
2.13447 101.632
ST7
1.77531 101.846
ST8
1.64047
102.11
ST9
1.53325 102.622
ST10 1.25247 102.519
Lampiran 2. Tampilan Echogram di software echoview
Lampiran 3. Nilai Scattering volume pada kedalaman 3,75 hingga 5 m
Stasiun 1
0-170
Sv Mean
-75.34
Sv Min
-91.17
Sv Max
-67.12
Stasiun 4
0-170
171-340
341-510
511-680
681-850
851-1020
1021-1190
1191-1360
1361-1530
1531-1700
Sv Mean
-75.53
-75.09
-76.06
-77.95
-79.44
-78.43
-77.95
-78.84
-77.45
-77.44
Sv Min
-89.83
-89.73
-89.8
-88.17
-87.15
-87.21
-88.18
-87.83
-89.35
-89
Sv Max
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67.01
-67
-67
15
1701-1870
-80.28
-89.58
1871-2040
-79.37
-89.58
2041-2210
-78.28
-88.92
2211-2380
-80.85
-88.96
2381-2550
-80.62
-88.52
2551-2720
-80.98
-88.57
2721-2890
-82.56
-87.52
2891-3060
-83.18
-84.01
3061-3230
-82.31
-87.74
3231-3400
-82.08
-88.05
3401-3570
-82.38
-87.81
3571-3740
-83.15
-87.49
Lampiran 3 Lanjutan
3741-3910
-83.25
-87.48
4421-4590
-86.64
-87.56
4591-4760
-86.19
-87.87
4761-4930
-86.89
-87.61
4931-5100
-85.91
-87.88
5101-5270
-82.72
-85.29
5271-5440
-79.21
-87.57
5441-5610
-79.44
-88.95
5611-5780
-79.33
-88.05
Stasiun 5
0-170
171-340
341-510
511-680
681-850
851-1020
1021-1190
1191-1360
1361-1530
1531-1700
1701-1870
1871-2040
2041-2210
2211-2380
2381-2550
2551-2720
2721-2890
2891-3060
3061-3230
Sv Mean
-72.33
-72.44
-72.35
-72.45
-72.46
-72.54
-73.34
-90.4
-92.73
-83.83
-75.89
-90.42
-89.58
-89.27
-79.99
-78.7
-78.25
-76.72
-78.59
-67.02
-67.01
-67.01
-67.02
-67.02
-67
-67.01
-67.02
-67.01
-67.03
-67.01
-67.03
-67.01
-67.04
-67.03
-67.01
-67.04
-67
-67
-67
-67
Sv Min Sv Max
-89.19
-67
-87.99
-67
-89.12
-67
-89.46
-67
-89.97
-67
-89.82
-67
-90.44
-67
-90.51 -69.55
-90.47 -77.69
-90.4
-67.08
-90.44 -67.01
-90.43
-75.8
-90.47 -74.15
-90.51 -67.54
-90.51 -67.05
-90.4
-67.1
-90.4
-67
-90.51 -67.01
-90.51 -67.01
16
3231-3400
-77.32
-90.44
3401-3570
-76.67
-90.25
3571-3740
-75.83
-90.36
3741-3910
-77.36
-90.44
3911-4080
-79.03
-90.51
4081-4250
-79.02
-90.44
4251-4420
-76.35
-90.51
4421-4590
-75.94
-90.51
4591-4760
-74.44
-90.04
4761-4930
-74.65
-90.4
4931-5100
-75.16
-90.22
5101-5270
-74.23
-89.84
Lampiran 3 Lanjutan
5271-5440
-73.47
-90.29
5441-5610
-73.45
-89.74
5611-5780
-72.87
-90.4
5781-5950
-73.24
-89.63
5951-6120
-73.67
-90.33
6121-6290
-74.18
-90.04
6291-6460
-73.75
-90.05
6461-6630
-73.75
-89.74
6631-6800
-73.36
-89.94
6801-6970
-73.86
-90.33
6971-7140
-74.32
-90.43
7141-7310
-73.9
-90.01
7311-7480
-75.05
-90.25
7481-7650
-73.41
-90.01
7651-7820
-73.54
-90.22
7821-7990
-73.32
-90.43
Stasiun 6
0-170
171-340
341-510
511-680
681-850
851-1020
1021-1190
1191-1360
1361-1530
1531-1700
1701-1870
1871-2040
Sv Mean
-74.79
-74.44
-73.9
-73.57
-73.88
-74.97
-79.94
-75.16
-74.54
-74.01
-74.64
-75.1
Sv Min
-90.44
-89.9
-90.36
-90.08
-90.18
-90.4
-90.05
-90.15
-90.12
-90.22
-90.47
-90.25
-67.03
-67.01
-67.01
-67.03
-67.06
-67.1
-67.01
-67
-67
-67
-67.01
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67.02
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67
Sv Max
-67
-67
-67
-67
-67
-67.01
-67
-67.01
-67
-67
-67
-67.01
17
2041-2210
2211-2380
2381-2550
2551-2720
2721-2890
2891-3060
3061-3230
3231-3400
3401-3570
3571-3740
3741-3910
3911-4080
-74.05
-90.36
-75.07
-90.51
-74.99
-90.47
-75.44
-90.33
-75.1
-90.15
-75.24
-90.47
-74.61
-90.04
-74.57
-89.83
-75.34
-90.44
-74.91
-90.33
-74.36
-90.47
-73.61
-89.63
Lampiran 3 Lanjutan
4081-4250
-74.3
-90.4
4251-4420
-74.77
-89.86
4421-4590
-74.47
-89.66
4591-4760
-74.57
-90.44
4761-4930
-75.17
-90.18
4931-5100
-75.2
-90.15
5101-5270
-75.22
-90.33
5271-5440
-75.6
-90.25
5441-5610
-75.45
-90.36
5611-5780
-74.88
-90.01
5781-5950
-74.84
-90.4
5951-6120
-75.02
-90.29
6121-6290
-75.09
-90.25
6291-6460
-75.12
-90.51
6461-6630
-75.16
-90.22
6631-6800
-74.82
-90.47
6801-6970
-74.87
-89.97
6971-7140
-75.15
-90.47
7141-7310
-75.01
-89.97
7311-7480
-74.96
-90.08
7481-7650
-74.83
-90.51
7651-7820
-75.73
-90.44
7821-7990
-75.23
-90.25
Stasiun 7
0-170
171-340
341-510
511-680
681-850
Sv Mean
-76.48
-77.7
-83.72
-83.35
-85.1
Sv Min
-90.51
-90.47
-90.4
-90.47
-90.51
-67.01
-67
-67.07
-67.01
-67.03
-67
-67.01
-67
-67
-67
-67
-67
-67
-67.01
-67
-67.02
-67
-67.01
-67.02
-67.02
-67
-67.01
-67.05
-67.02
-67.02
-67
-67.01
-67
-67.03
-67.04
-67
-67.01
-67.01
-67.01
-67
Sv Max
-67.01
-67
-67.21
-67.72
-67.26
18
851-1020
1021-1190
1191-1360
1361-1530
1531-1700
1701-1870
1871-2040
2041-2210
2211-2380
2381-2550
2551-2720
2721-2890
-81.23
-90.51
-77.52
-90.4
-77.38
-90.51
-78.51
-90.47
-81.05
-90.51
-80.49
-90.51
-79.48
-90.51
-77.36
-90.43
-75.43
-90.44
-75.59
-90.29
-75.48
-90.25
-77.01
-90.4
Lampiran 3 Lanjutan
2891-3060
-76.75
-90.51
3061-3230
-76.92
-90.44
3231-3400
-76.9
-90.43
3401-3570
-79.18
-90.47
3571-3740
-76.92
-90.51
3741-3910
-76.19
-90.33
3911-4080
-75.35
-90.4
4081-4250
-75.98
-90.44
4251-4420
-75.85
-90.44
4421-4590
-76.27
-90.51
4591-4760
-77.31
-90.51
4761-4930
-78.27
-90.51
4931-5100
-77.55
-90.51
5101-5270
-77.85
-90.44
5271-5440
-77.85
-90.4
5441-5610
-77.44
-90.51
5611-5780
-78.05
-90.51
5781-5950
-80.72
-90.47
5951-6120
-82.23
-90.51
6121-6290
-77.8
-90.36
6291-6460
-81.89
-90.47
6461-6630
-81.52
-90.44
6631-6800
-81.54
-90.4
6801-6970
-83.63
-90.47
6971-7140
-82.52
-90.51
7141-7310
-84.04
-90.43
7311-7480
-84.15
-90.51
7481-7650
-85.4
-90.47
7651-7820
-85.89
-90.51
7821-7990
-84.05
-90.44
-67.51
-67.02
-67
-67
-67.06
-67.7
-67.15
-67
-67.01
-67
-67
-67.01
-67.02
-67
-67
-67.05
-67
-67
-67
-67.01
-67.01
-67.02
-67.03
-67.04
-67.1
-67.02
-67.03
-67
-67
-67.61
-67.5
-67.05
-67.2
-67.05
-67.46
-70.26
-67.55
-69.69
-67.25
-67.23
-69.38
-67.1
19
Stasiun 8
0-170
171-340
341-510
511-680
681-850
851-1020
1021-1190
1191-1360
1361-1530
1531-1700
Sv Mean Sv Min
-76.69
-90.51
-79.76
-90.4
-78.23
-90.47
-76.19
-90.36
-78.44
-90.51
-78.17
-90.4
-77.73
-90.44
-78.12
-90.25
-78.17
-90.51
-78.01
-90.47
Lampiran 3 Lanjutan
1701-1870
-76.74
-90.18
1871-2040
-77.02
90.47
2041-2210
-78.74
-90.47
2211-2380
-80.36
-90.44
2381-2550
-77.27
-90.51
2551-2720
-78.13
-90.47
2721-2890
-78.14
-90.29
2891-3060
-78.71
-90.51
3061-3230
-81.23
-90.51
3231-3400
-82.85
-90.47
3401-3570
-80.48
-90.4
3571-3740
-80.49
-90.47
3741-3910
-80.9
-90.36
3911-4080
-76.42
-90.43
4081-4250
-74.76
-90.47
4251-4420
-76.91
-90.33
4421-4590
-79.28
-90.4
4591-4760
-85.84
-90.51
4761-4930
-83.18
-90.47
4931-5100
-83.5
-90.51
5101-5270
-82.09
-90.51
5271-5440
-76.85
-90.51
5441-5610
-78.62
-90.47
5611-5780
-78.93
-90.47
5781-5950
-79.44
-90.44
5951-6120
-78.73
-90.51
6121-6290
-72.6
-89.2
6291-6460
-72.49
-90.09
6461-6630
-72.47
-89.68
6631-6800
-72.55
-89.9
Sv Max
-67.98
-67.53
-67.1
-67.02
-67.03
-67.01
-67.04
-67
-67.12
-67.01
-67.01
-67
-67.35
-67.95
-67.04
-67
-67.09
-67.03
-67.39
-71.13
-67.01
-67.42
-67.08
-67.01
-67.02
-67.01
-67.11
-69.97
-69.95
-69.93
-70.1
-67
-67.91
-67.42
-67.01
-67
-67
-67
-67
-67
20
6801-6923
Stasiun 9
0-170
341-510
511-680
681-850
851-1020
1021-1190
2551-2720
2721-2890
3231-3400
3401-3570
3571-3740
3741-3910
4251-4420
5271-5440
Stasiun 10
4421-4590
-72.78
-89.38
Sv Mean Sv Min
-89.85
-90.44
-90.51
-90.51
-89.14
-90.51
-87.75
-90.51
-89.59
-90.51
-90.2
-90.51
-88.35
-90.44
-90.08
-90.47
Lampiran 3 Lanjutan
-89
-90.51
-87.78
-90.47
-87.13
-90.47
-86
-90.47
-85.32
-90.43
-89.24
-90.4
Sv Mean
-82.64
Sv Min
-90.18
-67.01
Sv Max
-72.48
-69.3
-67.03
-67.04
-71.96
-67.05
-67.19
-73.51
-67.16
-67.01
-67.03
-67.01
-67
-67.08
Sv Max
-67.02
Lampiran 4. Foto peralatan yang digunakan saat pengambilan data survey lapang
21