Hubungan Nilai Volume Backscattering Strength (SV) Plankton dengan Parameter Lingkungan di Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau

HUBUNGAN NILAI VOLUME BACKSCATTERING STRENGTH
(SV) PLANKTON DENGAN PARAMETER LINGKUNGAN
DI PERAIRAN ROKAN HILIR
BENGKALIS, RIAU

RESTI WINASTI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan
Volume Backscattering Strength (SV) Plankton dengan Parameter
Lingkungan Nilai di Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Resti Winasti
NIM C54080063

ABSTRAK
RESTI WINASTI. Hubungan Nilai Volume Backscattering Strength (SV)
Plankton dengan Parameter Lingkungan di Perairan Rokan Hilir Bengkalis,
Riau. Dibimbing oleh SRI PUJIYATI.
Kelimpahan sumber daya ikan pada suatu perairan berhubungan erat
dengan keberadaan sumber makanan di perairan tersebut, salah satu sumber
makanan tersebut yaitu organisme plankton. Plankton merupakan salah satu
organisme diperairan yang daur hidupnya tergantung dari kondisi fisik
perairan. Pengukuran kelimpahan plankton secara konvensional dapat
menggunakan alat yang bernama plankton-net. Akan tetapi metode tersebut

memiliki kelemahan dalam memberikan informasi spasial pada wilayah
yang luas, karena akan ada beberapa areal yang tidak terambil. Pengambilan
data secara akustik akan memberikan informasi lebih baik dalam spasial dan
temporal dari plankton tersebut. Informasi dari metode akustik memberikan
informasi yang berbeda karena dengan metode ini dapat dilakukan metode
secara langsung pada lapisan perairan yang akan kita analisis. Tujuan
dilakukannya penelitian ini untuk melihat distribusi plankton secara
temporal dan spasial berdasarkan nilai hambur balik, kelimpahan dari
plankton net, parameter fisik di Perairan Rokan Hilir Bengkalis Riau. Nilai
SV cenderung lebih tinggi baik secara temporal pada hari kedua dan secara
spasial pada stasiun 4. Nilai SV yang tinggi dan banyak mendominasi yaitu
-67 dan -68, dimana terdapat paling banyak secara spasial pada Stasiun 4
dan pada hari kedua pukul 07.00 samapai 08.00. Hal ini sesuai dengan nilai
kelimpahan plankton menggunakan plankton-net cenderung lebih tinggi
Stasiun 4. Kelimpahan plankton yang tinggi ini di dukung oleh parameter
lingkungan memberikan cukup pengaruh di setiap stasiun pada lokasi
penelitian. Hal ini sesuai dengan informasi dari sumbu 1 (F1) dan sumbu 2
(F2) sebesar 70,29%, selain itu kolerasi matriks antar parameter masingmasing memberikan kontribusi positif dan negatif.

Kata kunci: Plankton, Metode Akustik, Volume Backscattering Strangeth

(SV) Plankton.

2

ABSTRACT
RESTI WINASTI. Hubungan Nilai Volume Backscattering Strength (SV)
Plankton dengan Parameter Lingkungan di Perairan Rokan Hilir Bengkalis,
Riau. Supervised by SRI PUJIYATI.
The abundance of fish resource of a water area closely related to the
existence of the food resource of the waters. One of the food resources here
is plankton organism. The life cycle of plankton, as one of waters
organisms, depends on the physical condition of the waters. Measuring the
plankton abundance conventionally can use an instrument named planktonnet. However, that method has a weakness in giving spatial information of a
wide area, because there will be some areas that is not taken. Better
information in spatial and temporal of the Plankton can be given by taking
the data acousticly. Acoustic method gives different information, because it
can apply directly on the layer waters that will be analyzed. The aim of this
research is to see the distribution of Plankton temporally and spatially based
on the spread return value, the abundance of plankton net, physical
parameter in Rokan Hilir Bengkalis Riau waters. The value of SV tends

higher both temporally in the second day and spatially in station 4. The high
SV values which dominate are -67,00 and -68,00 dB, that is found the most
spatially in Station 4 on the second day at 7 until 8 a.m. It is proper with the
abundance of plankton value by using plankton-net, the Station 4 tends
higher. The higher plankton abundance is supported by environment
parameter, which gives enough influence at every station on the research
location. It is proved by the information of axis 1 (F1) and axis 2 (F2) that is
70,29%, moreover the matrix correlation between each parameter gives both
positive and negative contribution
Keywords: Plankton, Methods Acoustic, Volume Backscattering Strangeth
(SV) Plankton.

HUBUNGAN NILAI VOLUME BACKSCATTERING STRENGTH
(SV) PLANKTON DENGAN PARAMETER LINGKUNGAN
DI PERAIRAN ROKAN HILIR
BENGKALIS, RIAU

RESTI WINASTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

]Udlll Skripsi : Hublmgan Nilai Volume Backscottering Strength (SV)
Plankton dengan Pnrmnctcr L ingkllngan di Perairan Rokan
Hilir Bengkalis, Riau
Nama
: Resti Winasti
: C54080063
N1M


Disetujui oleh

Dr. Ir. Sri Pujiyati, M. Si
Pembimbing

Tanggal Lulu:> :

| セ セ@

iii

Judul Skripsi : Hubungan Nilai Volume Backscattering Strength (SV)
Plankton dengan Parameter Lingkungan di Perairan Rokan
Hilir Bengkalis, Riau
Nama
: Resti Winasti
NIM
: C54080063


Disetujui oleh

Dr. Ir. Sri Pujiyati, M. Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

iv

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi
yang berjudul “Hubungan Nilai Volume Backscattering Strength (SV)
Plankton dengan Parameter Lingkungan di Perairan Rokan Hilir Bengkalis,
Riau” diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Kelautan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih dengan tulus dan penghargaan
setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada :
1 Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si. selaku dosen pembimbing dan pembimbing
akademik atas bimbingan, pengetahuan, dan nasehat yang telah
diberikan;
2 Kedua orang tua saya, Papah Setia dan Mama Wiwin adik-adik, beserta
keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan doanya;
3 Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. selaku dosen yang telah membimbing
dan memberikan semangat, dan perhatian selama proses pembelajaran
selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir.
4 Asep Ma’mun S.Pi, Acta Withamana S.Pi, Sri Ratih Deswati S.Pi,
Willy Setiawan S.Pi yang telah membantu dan membimbing penulis
dalam menyelesaikan pengolahan data penelitian;
5 Seluruh teman seperjuangan ITK 45 khususnya Nurlaela, Niki, Akbar,
Vero, Mei, Wahida, Afwan, Ririn, Anta, Kokom, Hendra, Kadek, dan
Ade serta seluruh warga ITK yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
terima kasih telah membantu memberikan motivasi, semangat, doa serta
atas segala kebersamaannya;

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan penulis sendiri sehingga kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapan. Namun penulis berharap skripsi
ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Oktober 2013

Resti Winasti

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan
Metode Pengumpulan Data
Pengukuran Kelimpahan Plankton dengan Metode Akustik
Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia
Pengukuran Parameter Biologi
Metode Pengolahan Data
Pengolahan Data Akustik
Pengolahan Data Parameter Fisik dan Kimia
Pengolahan Data Paramter Biologi
Analisis PCA (Principal Component Analysis)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelimpahan Plankton dengan Metode Akustik
Sebaran Spasial Kelimpahan Plankton dengan Metode Akustik
Sebaran Temporal Kelimpahan Plankton dengan Metode Akustik
Kondisi Lingkungan Perairan di Lokasi Penelitian
Parameter Fisika dan Kimia Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau
Kelimpahan Plankton di Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau
(Parameter Biologi)
Hubungan Volume Backscattering Strength (SV) Plankton Dengan
Parameter Lingkungan Menggunakan Metode PCA (Prinsipicial

Component Analys)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
5
5
6
7
7
7
9
11
11
14

15
16
16
16
17
31

vi

DAFTAR TABEL
1 Alat yang digunakan dalam penelitian
2 Nilai parameter fisika-kimia perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau

3
11

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Peta lokasi stasiun pengambilan data penelitian
Diagram alir pengolahan data akustik
Diagram Alir Analisis Komponen Utama
Sebaran Spasial SV plankton diolah dari Lampiran 3
Sebaran Temporal SV Plankton diolah dari Lampiran 3
Diagram jumlah jenis dan kelimpahan plankton setiap stasiun
diolah dari Lampiran 5.
7 Hasil Analisis PCA Parameter Fisik-Kimia Perairan Rokan Hilir
Bengkalis dengan nilai SV pada Sumbu 1 (F1) dan Sumbu 2 (F2)
diolah dari Lampiran 6

2
5
7
8
10
14

16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Foto peralatan yang digunakan pada saat penelitian
Tampilan echogram di software echoview
Nilai SV pada kedalaman integrasi akustik
Jenis plankton di setiap stasiun
Jumlah dan kelimpahan plankton pada setiap stasiun.
Kolerasi matriks antar parameter sumbu 1 (F1) dan sumbu 2 (F2)

21
22
22
28
29
30

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelimpahan sumber daya ikan pada suatu perairan berhubungan erat
dengan keberadaan sumber makanan di perairan tersebut, salah satu sumber
makanan tersebut yaitu organisme plankton. Plankton merupakan salah satu
organisme di perairan yang daur hidupnya tergantung dari kondisi fisik
perairan. Plankton di perairan jumlahnya relatif banyak akan tetapi
kemampuan pergerakan plankton sangat terbatas karena pergerakannya
sangat dipengaruhi oleh arus (Kaswadji, 2001). Selain itu plankton sangat
rentan dengan perubahan suhu di perairan, sehingga jumlahnya sangat
mempengaruhi kelimpahan organisme tingakatan trofik lebih tinggi
misalnya ikan.
Penelitian mengenai plankton menggunakan metode hidroakustik
sudah banyak dilakukan. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh
Martin et al.1996 mengenai klasifikasi zooplankton secara akustik. Hasil
penelitian didapatkan bahwa karakteristik zooplankton dengan metode
akustik akurat jika dilihat dari estimasi biomassa zooplankton hasil
pengukuran backscatter akustik dari kolom perairan. Pada tahun 2001 Alex
De Robert meneliti tentang validasi perhitungan ekoakustik terhadap studi
kebiasaan zooplankton dengan menggunakan oasis. Penelitian ini
memperoleh hasil metode akustik dapat digunakan untuk sampling
zooplankton pada volume besar dengan cepat tetapi interpretasi secara
ekologi yang merupakan identitas nilai hambur balik, mengindikasikan
taksonomi zooplankton (euphausiids dan gammarid amphipods) tidak dapat
dibedakan dengan basis nilai Target Strengh (TS).
Pengukuran kelimpahan plankton secara konvensional dapat
menggunakan alat yang bernama plankton-net. Akan tetapi metode tersebut
memiliki kelemahan dalam memberikan informasi spasial pada wilayah
yang luas, karena akan ada beberapa areal yang tidak terambil. Pengambilan
data secara akustik akan memberikan informasi lebih baik dalam spasial dan
temporal dari plankton tersebut. Metode akustik memberikan informasi
secara langsung pada lapisan perairan yang akan kita analisis. Pada
penelitian ini akan di pelajari mengenai sebaran plankton diperairan Rokan
hilir hingga Bengkalis, Provinsi Riau.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat distribusi plankton secara
temporal dan spasial berdasarkan nilai hambur balik, menghitung
kelimpahan dari plankton net, mengkaji parameter fisik kimia di perairan
Rokan Hilir Bengkalis, Riau.

2

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengambilan data lapangan dilaksanakan pada tanggal 16-20
November 2012 di Perairan Rokan Hilir-Bengkalis, Riau. Penelitian ini
merupakan kerjasama dengan pemerintah kabupaten Rokan Hilir Provinsi
Riau dengan topik “Survei Potensi Sumberdaya Perikanan di Perairan
Rokan Hilir Bengkalis, Riau”. Pengambilan data dilakukan di lokasi dengan
letak astronomis 2o52’12”LU-100o33’36”BT dan 1o15’0”LU-102o31’12”BT.
Panjang lintasan pengambilan data sejauh 360-400 km, dengan
menggunakan kecepatan perahu 5-6 knot, dan stasiun yang dihasilkan
sebanyak 10 stasiun. Setiap stasiun melakukan pengambilan data untuk
parameter biologi, fisik, kimia. Peta lokasi penelitian perekaman data
akustik dan pengambilan data menggunakan Plankton-net ditampilkan pada
Gambar 1.

Gambar 1 Peta lokasi stasiun pengambilan data penelitian
Pengolahan dan analisis data dilakukan pada bulan Desember 2012
sampai bulan Maret 2013 bertempat di Laboratorium Akustik Kelautan dan
Laboratorium Oseanografi Kimia, Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini, meliputi
peralatan dalam pengambilan data dan peralatan dalam pengolahan data.
Berikut adalah daftar alat yang digunakan dalam peneltian ( Tabel 1).

3

Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian
Parameter

Unit

Turbidity/kekeruhan
Temperature
Arus
Salinity
Dissolved Oxygen (DO)

NTU
o
C
cm/s

mg/l

Kelimpahan plankton (SV)
Plankton (phyto and zoo)
Laptop
Microsoft excel

dB
Mg/l
2007

Dongle
Echoview
ArcGis
Vandorn
Matlab

4.8
4.8
9.0
10.0

Peralatan
Horriba Quality Water Checker
Horriba Quality Water Checker
Current Meter
Horriba Quality Water Checker
Horriba Quality Water Checker
Scientific echosounder Biosonic
DT-X
Plankton Net
Pengolahan dan analisis data
Software untuk analisi data
Ekstrak data echogram menjadi
variabel-variabel akustik
Pengolahan data dari echosounder
dan sonar
Software untuk visualisasi data
Pengambilan sampel air untuk
nutrient (Fospat dan Nitrat)
Software untuk visualisasi data

Metode Pengumpulan Data
Pengukuran Kelimpahan Plankton dengan Metode Akustik
Pengambilan data akustik dilakukan dengan menggunakan instrument
akutik yaitu
scientific echosounder biosonic DT-X. Instrumen ini
digunakan dengan parameter yang telah diatur dengan sedemikian rupa dan
sistem hidroakustik yang proses digitasinya di dalam transducer (Lampiran
1).
Spesifikasi perangkat Scientific Echosounder Biosonics DT–X sebagai
berikut: Alat ini diciptakannya tranducer keramik yang membutuhkan lebih
sedikit rangkaian analog. Lebih sedikit rangkaian analog dan memiliki
resolusi lebih tinggi, rasio antara maximum signal level dari system hingga
noise levelnya (dynamic range) lebih luas serta lebih sedikit pengaruh noise
(sinyal yang tidak diinginkan yang bercampur dengan sinyal yang akan
dihitung). Alat ini menggunakan split beam, frekuensi 200kHz, sidelobe
untuk -40 dB, dengan rentang kedalaman 0-1000m. Kelebihan lain dari
Scientific Echosounder Biosonics DT–X yaitu satu–satunya sistem
hidroakustik yang proses digitasinya di dalam transducer. Alat ini
menggunakan prosesor yang terpasang dengan internet sampai ke operasi
komputer, selain itu juga mempunyai kisaran yang luas dari autonomous
dan wireless pada teknik penilaian yang memungkinkan untuk mendapatkan
data biologi dan fisik yang sebenarnya di suatu perairan (Biosonics, 2004).

4

Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia
Pengukuran parameter fisik ini dilakukan secara langsung
menggunakan alat Horriba Quality Water Checker, Current Meter, dan
Vandron. Pengukuran secara fisik langsung dilapangan meliputi suhu,
kekeruhan, arus. Pengukuran kimia di lapangan meliputi salinitas, oksigen
teralut, dan nutrient (fospat dan nitrat).
Pengukuran Parameter Biologi
Pengambilan data mengenai kelimpahan plankton dilakukan pada
setiap titik stasiun hasil desain survei yang sudah diatur dengan alat global
positioning system (GPS). Contoh diambil menggunakan plankton net
ukuran mata jaring no. 25 dengan memasukkan air yang diambil dari
kedalaman 1,5 meter dari permukaan sebanyak 20 kali ulangan
menggunakan ember bervolume 10 L. Contoh air dimasukkan ke dalam
botol sampel 60 ml yang telah diberi label (stasiun dan waktu pengambilan)
dan langsung diawetkan menggunakan larutan lugol 5% sebanyak empat
sampai lima tetes. Kemudian setiap contoh dimasukkan ke dalam cool box
yang diberi es batu.

Metode Pengolahan Data
Pengolahan Data Akustik
Pengolahan data akustik menggunakan data mentah yang diterima
dalam bentuk format *.dt4 dan diolah menggunakan software Echoview 4.0
dalam bentuk echogram (Lampiran 2), kemudian melakukan tahapan
kalibrasi dengan cara masuk ke tools menu yang ada di echoview variabel
properties dan melakukan pengaturan nilai (ESDU) Elementary Sampling
Display Unit untuk pembatasan data, diantaranya dilakukan pengaturan grid
jumlah ping (100 ping) yang digunakan serta kedalaman (5 m) dan nilai
threshold (-92 dB sampai -62 dB). Penentuan nilai threshold yang
digunakan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan metode progressive
threshold. Progressive Threshold merupakan metode yang digunakan untuk
menapis atau menyaring nilai hambur balik yang ditampilkan pada
echogram sehingga dapat diperoleh kisaran kanal hambur balik yang sesuai
dengan jenis target yang diinginkan. Kemudian melakukan kalibrasi sesuai
dengan parameter-parameter lingkungan pada saat perekaman data akustik.
Parameter tersebut diantaranya salinitas (34 ppt), suhu (29.13C),
kedalaman (3 m), pH 8 serta frekuensi (201 kHz) yang digunakan. Hasil
kalkulasi dari parameter-parameter tersebut digunakan untuk mengetahui
kecepatan suara (1542,42 m/detik) dan koefisien absorpsi (0.088986 dB/m).
selanjutnya data mentah diekstrak menggunakan dongel menjadi nilai
variabel akustik berupa data Sv mean, Sv maximun, Sv minimum, NASC,
height mean, ping, depth mean, beam off volume, no off sampel. Variabel
yang digunakan untuk data penelitian ini yaitu Sv mean, ping, dan posisi
atau letak geografis (lintang, bujur). Pengekstrakan data ini pada satu layer
kedalaman dengan menyesuaikan pengambilan data kelimpahan plankton-

5

didapatkan nilai 0,378
net dan hasil dari perhitungan dengan rumus
meter. Hal ini sesuai dengan kedalaman yang untuk pengambilan data
parameter fisik, kimia, dan biologi. Integrasi cell dilakukan dengan
menggunakan dongel kemudian diperoleh ekstrak data dalam format *.csv,
data dalam bentuk *.csv kemudian di konversi ke bentuk *.txt. Data dalam
*txt ini selanjutnya data divisualisasikan dengan menggunakan software
ArcGis 9.0 dan MatLab 2010. Visualisasi perlu sortir data sesuai nilai
variabel akustik hasil sesuai yang dibutuhkan Sv mean (SV). Matlab 2010
digunakan untuk visualisasi secara temporal, sedangkan ArcGis 9.0
digunakan untuk visualisasi secara spasial (Gambar 2).

Gambar 2 Diagram alir pengolahan data akustik

Pengolahan Data Parameter Lingkungan
Pengolahan Data Parameter Fisik dan Kimia
Analisis parameter fisik dan kimia diantaranya arus, suhu, oksigen
terlarut (DO), Salinitas, kekeruhan, fospat, dan nitrat. Data parameter –
parameter ini didapatkan dari hasil perekaman alat horiba dan current meter.
Data nutrient didapatkan setelah melakukan analisis di laboratorium,
menggunakan prinsip analisis untuk pengolahan kualitas air standar baku
yang biasa digunakan lingkungan perairan laut. Data parameter ini akan di
analisis menggunakan software Excel 2007 untuk parameter fisik, kimia,
biologi. Software- software yang digunakan ini membantu visualisasi hasil
yang sudah kita dapat, dan mempermudah untuk menganalisisnya.
Pengolahan Data Paramter Biologi
Pengamatan di laboraturium untuk contoh plankton dilakukan dengan
cara mengambil contoh air yang telah diawetkan diambil sebanyak 0,01 ml
dan diteteskan di object glass, lalu ditutup dengan cover glass dan dicegah
agar tidak ada gelembung udara, kemudian diamati di bawah mikroskop
dengan pembesaran 40x dan 100x. Pengamatan dilakukan tiga kali
pengulangan untuk mendapatkan data yang representatif dari setiap titik

6

pengambilan data, kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui
kelimpahannya perlu tahapan analisis.
Analisis data pertama yaitu untuk parameter biologi mengenai
kelimpahan plankton. Tahapan pertama yaitu pengidentifikasian plankton
yang merujuk pada buku identifikasi Newell (1977) dan Yamaji (1976).
Perhitungan kelimpahan plankton pada setiap contoh dilakukan dengan
merujuk pada rumus Lakey Drop Macrotransec Counting (LDMC) dari
APHA (1992) dengan rumus:

Jumlah sel L-1

dimana :
N
T
L
V0
V1
P
W

:

: Jumlah individu diatom yang ditemukan tiap preparat
: Luas cover glass (625 mm2)
: Luas lapang pandang mikroskop (1, 1882 mm2)
: Volume air sampel dalam botol sampel (50 ml)
: Volume air sampel di bawah cover glass (0,01 ml)
: Jumlah lapang pandang yang diamati
: Volume air yang disaring

Analisis PCA (Principal Component Analysis)
Principal component analysis adalah metode statistika deskriptif yang
bertujuan menyajikan informasi maksimum suatu matriks data ke dalam
bentuk grafik. Matriks data tersebut terdiri dari titik/koordinat lokasi
penelitian sebagai matriks baris dan karakter fisika-kimia perairan sebagai
variabel kuantitatif (matriks kolom). Data tersebut tidak mempunyai unit
pengukuran dan ragam yang sama, oleh karena itu data tersebut
dinormalisasikan lebih dahulu dengan pemusatan dan pereduksian
(Setyobudiandi et al.2009) Gambar 3.

7

Gambar 3 Diagram Alir Analisis Komponen Utama

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelimpahan Plankton dengan Metode Akustik
Sebaran Spasial Kelimpahan Plankton dengan Metode Akustik
SV merupakan rasio antara intensitas yang direfleksikan dengan
intensitas yang mengenai target, dimana target berada pada suatu volume air
(Lurton, 2002). Hal ini hampir mirip dengan TS dimana nilai TS merupakan
hasil deteksi dari deteksi organisme tunggal sedangkan SV merupakan nilai
untuk mendeteksi organisme kelompok. Nilai SV (dB) merupakan salah
satu indikator dari densitas sehingga nilai SV mampu mewakili data akustik
dalam memberikan informasi kelimpahan plankton.
Gambar 4 menunjukkan distribusi secara spasial SV plankton pada
setiap stasiun di Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau. Secara umum
distribusi SV secara spasial antara -62,00 sampai -92,00 dB (Lampiran 3).
Hasil analisis Stasiun 4 (Gambar 4) mempunyai warna yang mencolok
dibandingkan dengan stasiun lainnya dengan dominasi nilai berkisar -66,00
sampai -69,00 dB dengan dicirikan warna pink. Nilai SV plankton paling
tinggi di perairan Rokan Hilir Bengkalis sebesar -67,00 dB. Hal ini sesuai
dengan pernyataan McLennan tahun 2002 nilai kisaran volume
backscattering strength -62,64 dB sampai -86,5 dB merupakan organisme
plankton yang terdeteksi di kedalam perairam yang berkisar 5 sampai 200
meter. Kelimpahan plankton di Stasiun 4 didominasi oleh jenis plankton
Thalassiosira gravid sebesar 18.612 individu L-1 (Lampiran 4). Jenis
plankton tersebut merupakan kelompok fitoplankton yang hidupnya
bergantung pada ketersedian makanan atau nutrient, ketersedian nutrient
tersebut di dapat dari adanya masukan dari sungai dekat perairan tersebut.
Hal ini dimungkinkan oleh pencampuran massa air yang terbawa oleh arus.
Arus tersebut membawa unsur hara dari daratan ke perairan. Hal ini terjadi
pada saat pengambilan data dilakukan setelah hujan, sehingga air hujan
yang terbawa arus dari sungai masuk ke perairan laut dan mengaduk
perairan. Menurut Effendi, 2003 kebradaan organism plankton di perairan
tergantung dari suhu, salinitas, dan intensitas cahaya yang cukup tinggi di
perairan tersebut, hal ini dikarenakan organisme melakukan metabolisme di
perairan di pengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
Nilai SV plankton di Stasiun 9 dan 10 dilihat dari Gambar 4 memiliki
nilai SV paling kecil dibandingkan dengan stasiun lainnya. Kisaran nilai SV
yang ada di Stasiun 9 dan 10 berkisar -91,00 sampai -74,00 dB. Kelimpahan
spesies yang mendominasi di Stasiun 9 yaitu spesies Thalassiosira gravid
sebanyak 52.601 individu L-1 dan Rhizosolenia alata forma gracillima
70.808 indvidu L-, sedangkan di Stasiun 10 spesies Thalassiosira gravid
99.132 individu L-1 dan spesies Rhizosolenia alata forma gracillima sebesar
82.947 individu L-1 (Lampiran 4). Kelimpahan plankton di sepanjang
lintasan berbeda, hal tersebut disebabkan adanya perbedaan parameter fisik
dan kimia pada masing-masing lokasi yang secara langsung dapat
mempengaruhi
SV
plankton
di
perairan
tersebut.

8

Gambar 4 Sebaran Spasial SV plankton (diolah dari Lampiran 3)

9

Sebaran Temporal Kelimpahan Plankton dengan Metode Akustik
Distribusi SV secara temporal dilihat dari SV plankton dengan waktu.
SV plankton secara harian dipengaruhi oleh pergerakan matahri atau
distribusi matahari di perairan (Gross, 1990). Plankton melakukan
pergerakan atau migrasi kearah permukaan pada saat matahari terbit.
Hubungan antara sebaran SV dengan waktu dapat dilihat dari Gambar 5.
Survei perekaman data akustik dilakukan mulai dari pukul 06.0018.00, perekaman ini didasarkan perhitungan pada saat matahari mulai terbit
sampai matahari terbenam. Secara keseluruhan, kelimpahan plankton
dipermukaan relatif lebih banyak dengan nilai SV yang beragam. Secara
umum terlihat kecendrungan hamburan SV yang kuat terjadi pada pagi hari
kemudian pada siang sampai sore muncul hamburan SV dengan nilai yang
lemah atau lebih kecil.
Hari pertama warna hitam mendominasi dengan nilai SV paling -67,00
dB dimana nilai SV tersebut pada pukul 13.00 sampai 14.00 siang hari.
Jenis plankton yang berada pada hari pertama didominasi oleh Cerataulina
dentate sebanyak 2.023 individu L-1 (Lampiran 4). Hari kedua warna merah
mendominasi dengan nilai SV -68,00 dB dan -67,00 dB, dimana nilai
tersebut banyak muncul pada pada pukul 07.00 sampai 08.00 pagi.
Perekaman data akustik hari kedua didominasi oleh jenis plankton
Rhizosolenia alata forma gracillima sebesar 285.257 individu L-1 dan
Thalassiosira gravid sebesar 186.125 individu L-1 (Lampiran 4). Kelompok
jenis plankton yang ada pada hari pertama dan kedua merupakan
fitoplankton yang menyukai intensitas cahaya yang tinggi, dimana pada
waktu tersebut fitoplankton melakukan proses fotosintesis (Nontji, 2008).
Perekaman data akustik hari ketiga warna kuning dengan nilai SV menyebar
dari kisaran nilai SV paling kecil -91,00dB pada pukul 09.00 pagi,
kemudian pada pukul 11.00 nilai SV meningkat menajdi -71,00 dB, dan
pada pukul 14.00 mengalami penurunan nilai SV menjadi -90,00 dB. Jenis
plankton yang mendominasi di hari ketiga yaitu dengan didominasi oleh
jenis plankton Rhizosolenia alata forma gracillima sebanyak 331.789
individu L-1. Menurut nontji tahun 2008 jenis fitoplankton Rhizosolenia
alata forma gracillima merupakan jenis dari ukuran 0-5 µm, dimana ukuran
terbesar dari jenis ini melakukan fotosintesis saat intensitas cahaya tinggi
dan suhu perairan yang tidak terlalu tinggi atau berkisar dari 25 oC sampai
29oC, hal ini sesuai dengan kisaran suhu pada saat pengambilan data (Tabel
2). Ukuran jenis plankton kecil melakukan fotosintesis dengan konidsi
lingkungan intensitas cahaya tinggi dan suhu permukaan cukup tinggi. Hari
keempat warna hijau nilai SV plankton menyebar setiap waktu dan
mendominasi pada pukul 10.00-11.00 siang dengan nilai SV cukup tinggi
sebesar -71,00 dB, kemudian mengalami penurunan nilai SV pada pukul
12.00 samapi 14.00 siang dengan nilai SV -82,00 dB sampai -91,00 dB.
Fitoplankton yang ada diperairan melakukan migrasi sesuai dengan
rangsangan cahaya matahari. Beberapa kelompok fitoplankton bergerak
menjauhi permukaan bila cahaya dipermukaan meningkat, dan akan
bergerak menjauhi permukaan bila intensitas cahaya berkurang atau
menurun.

10

Gambar 5 Sebaran Temporal SV Plankton (diolah dari Lampiran 3)

11

Hal ini menyatakan bahwa sekelompok jenis plankton yang ada di
perairan tersebut masih melakukan fotosintesis sampai matahari terbenam.
Biasanya kelompok fitoplankton dari jenis Pleurosigma salinatum, dimana
jenis tersebut melakukan fotosintesis dengan laju produksi yang bergantung
pada besarnya cahaya matahari masuk ke dalam perairan (Schwoerbel,
1987). Hari kelima warna biru mendominasi nilai SV relative lebih kecil
dibandingkan dengan hari yang lainnya dengan nilai SV plankton berkisar
kurang dari -80,00 dB dan mendominasi pada pukul 09.00 sampai 11.00.
jenis fitoplankton yang mendominasi perairan tersebut yaitu Thalassiosira
gravid dan Rhizosolenia alata forma gracillima, dengan kelimpahan jenis
individu fitoplankton lebih kecil dibandingkan dengan hari lainnya.
Berdasarkan hasil analisa kemunculan nilai SV, bisa dipastikan bahwa
ikan – ikan akan muncul pada pagi hari di saat gerombolan plankton cukup
banyak yang diindentifikasi dengan nilai SV yang besar. Pada malam hari
plankton cenderung berasa di bawah perairan.

Kondisi Lingkungan Perairan di Lokasi Penelitian
Parameter Fisika dan Kimia Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau
Pergerakan organisme plankton dipeairan terjadi secara spasial dan
temporal dipengaruhi oleh parameter lingkungan (fisika, kimia, dan
biologi). Tabel 2 merupakan hasil pengukuran beberapa parameter air di
perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau.
Tabel 2 Nilai parameter fisika-kimia perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau

Kelimpahan plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh parameter
lingkungan, salah satunya adalah suhu permukaan. Suhu permukaan yang
terukur berkisar antara 28,7oC - 29,28oC (Tabel 2). Kisaran suhu ini
merupakan nilai optimum untuk daur hidup organisme plankton diperairan.
Menurut Effendi tahun 2003 kisaran suhu optimum untuk daur hidup
organism plankton di perairan 20 o C – 30 oC. Berdasarkan hasil pengukuran

12

suhu di lapangan Stasiun 6 dan 10 merupakan stasiun yang memiliki nilai
paling tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. Stasiun 6 dan 10
merupakan perairan dengan letak geografis dekat dengan daratan, dimana
daratan tidak mempunyai kapasitas untuk menyimpan panas, akibatnya
perairan yang dekat akan lebih cepat menerima panas dibandingkan dengan
perairan laut lepas. Menurut Soegiarto tahun 1982 menyebutkan bahwa
selain panas matahari, faktor lain yang mempengaruhi suhu perairan adalah
arus permukaan, keadaan cuaca, aktivitas organisme, letak geografi perairan
tersebut. Pada saat suhu tinggi maka metabolism plankton juga tinggi
sehingga membutuhkan oksigen yang tinggi pula sehingga aktifitas makan
juga meningkat.
Organisme plankton memiliki kepekaan yang tinggi terhadap tingkat
salinitas perairan. Tingkat toleransi pada tiap-tiap jenis plankton sangat
bervariasi (Nontji, 2008). Kisaran nilai salinitas perairan Rokan Hilir
Bengkalis yaitu 27,1 – 29,5 ‰, nilai kisaran salinitas ini sesuai dengan
kadar optimum diperairan. Menurut Nybakken (1992), plankton mempunyai
toleransi terhadap perubahan salinitas sampai dengan 34 – 37 ‰ untuk
perairan laut. Berdasarkan hasil pengukuran Stasiun 9 memiliki nilai
salinitas lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi stasiun lainnya. Hal ini
dapat terjadi karena pada saat pengambilan kondisi cuaca habis hujan,
dimana curah hujan akan mempengaruhi menaikan kadar salinitas
diperairan, selain itu adanya limpasan (run off) maka akan terjadi
pengadukan yang berdampak pada pengenceran sehingga konsentrasi garam
di perairan bertambah. Hal tersebut terkait adanya limpasan air tawar yang
masuk ke perairan yang didorong oleh arus.
Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh besar terhadap
kehidupan organisme perairan, sehingga sering dipakai untuk menyatakan
baik buruknya suatu perairan. Menurut Effendi (2003), pH dapat
mempengaruhi plankton dalam proses perubahan dalam reaksi fisiologis
dari berbagai jaringan maupun pada reaksi enzim, kisaran pH optimum bagi
daur hidup organism plankton diperairan laut 5,6 - 9,4. Nilai kisaran pH di
setiap stasiun lokasi penelitian yaitu 7,17 – 7,72, dimana kisaran ini masih
berada pada kisaran pH optimum untuk daur hidup organism plankton di
perairan. Stasiun 9 memiliki nilai pH relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan stasiun lainnya. Hal ini dapat terjadi karena aktivitas organisme
yang ada diperairan tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan stasiun
lainnya. Berdasarkan analisis kelimpahan plankton yang mendominasi
Stasiun 9 pada umumnya lebih sedikit. Menurut Hutabarat (2008) sedikitnya
kandungan karbon dioksida dalam ekosistem perairan akan meningkatkan
pH perairan, dimana karbon dioksida dalam ekosistem perairan dihasilkan
melalui proses respirasi oleh semua organisme dan proses perombakan
bahan organik dan anorganik oleh bakteri. Oksigen terlarut dalah gas untuk
respirasi yang sering menjadi faktor pembatas dalam lingkungan perairan.
Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut menentukan kecepatan
metabolisme dan respirasi serta sangat penting bagi kelangsungan dan
pertumbuhan organisme air. Kadar oksigen terlarut yang berkisar di setiap
stasiun yaitu 4,15 mg L-1 - 8,29 mg L-1., hal ini sesuai dengan kadar
optimum oksigen terlarut untuk organisme plankton yaitu 6 – 9 mg L-1.

13

Stasiun 3 memiliki kandungan oksigen terlarut paling tinggi
dibandingkan dengan stasiun lainnya yaitu sebesar 8,29 mg L-1, dimana nilai
tersebut masih termasuk kadar optimum untuk daur hidup organism
plankton. Kadar oksigen tinggi di perairan dipengaruhi oleh faktor aktivitas
organisme diperairan tersebut lebih sedikit menggunakan oksigen untuk
proses dekomposisi tubuhnya. Biota di perairan tersebut menggunakan
senyawa lain untuk proses dekomposisi atau aktivitas metabolisme di dalam
tubuhnya yaitu menggunakan unsur hara atau nutrient. Selain itu
pengambilan data parameter pada pagi hari dimana aktivitas biota pada pagi
masih sedikit, kebanyakan biota dilaut cenderung banyak menggunakan
cahaya matahari untuk membantu proses metabolisme di dalam tubuhnya
(Dugan, 1972).
Komponen nutrien utama yang sangat diperlukan dalam proses
metabolisme organism yaitu nitrat dan fosfat. Nitrat (NO3) adalah
komponen nitrogen yang paling melimpah keberadaannya di laut. Nitrogen
merupakan bagian esensial dari seluruh kehidupan karena berfungsi sebagai
pembentuk protein dalam jaringan sehingga aktifitas yang utama seperti
fotosintesis dan respirasi tidak dapat berlangsung tanpa tersedianya nitrogen
yang cukup (Jeffries, 199).
Fitoplankton menggunakan nitrat untuk perkembangannya, dan proses
metabolisme di dalam tubuhnya. Kisaran nitrat hasil pengukuran pada setiap
stasiun penelitian berkisar dari nilai 0,24 – 0,36 mg L-1. Menurut Effendi
2003 perairan laut memiliki kadar nitrat antara 0-1 mg L-1, sedangkan
organism plankton sangat menyukai perairan yang mempunyai kadar nitrat
optimum berkisar dari 0 – 5 mg L-1. Stasiun 4 memiliki kadar nitrat yang
paling tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. Hal ini dikarenakan pada
Stasiun 4 kelimpahan plankton paling tinggi atau aktivitas biologi
organisme di perairan tersebut banyak. Aktivitas biologi ini akan
menghasilkan proses nitrifikasi (proses oksida ammonia menjadi nitrit dan
nitrat) yang dilakukan oleh bantuan bakteri Nitrosomonas (Wetzel, 1975).
Selain itu pada saat pengambilan data di Stasiun 4 kondisi cuaca di lokasi
tersebut setelah terjadi hujan, dimana sumber nitrat di perairan salah satunya
berasal dari atmosfer. Air hujan jatuh ke perairan membawa nutrien primer
yang menjadikan perairan kaya unsure hara (Effendi, 2003).
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan biasanya digunakan oleh organism plankton sebagai faktor
pembatas bagi produktifitas suatu perairan. Pada tabel 2 dapat dilihat kadar
fospat hasil pengukuran pada setiap stasiun penelitian. Kadar fospat yang
ada dilokasi penelitiam berkisar -0,02 – 0,24 mg L-1, dengan nilai paling
tinggi pada Stasiun 4 yaitu sebesar 0,24 mg L-1. Keberadaan fospat di
perairan biasanya digunakan untuk proses fotosintesis, perkembangan,
metabolisme, dan reproduksi organisme, organisme plankton salah satunya.
Kisaran nilai fospat yang cocok untuk daur hidup organisme plankton yait
tidak lebih dar 1 mg L-1 (Boyd, 2008).

14

Kelimpahan Plankton di Perairan Rokan Hilir Bengkalis, Riau
(Parameter Biologi)
Kata plankton berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengembara
(Wardhana, 2003). Plankton merupakan seluruh kumpulan organisme yang
hidup terapung atau melayang di air, tidak dapat bergerak atau dapat
bergerak sedikit dan tidak dapat melawan arus. Gambar 6 merupakan
diagram batang jumlah dan kelimpahan jenis plankton yang terdapat pada
setiap stasiun.
Gambar 6 dapat diketahui bahwa Stasiun 1 dan 3 memiliki jumlah
jenis yang paling banyak, yaitu 11 dan 10 jenis plankton (Lampiran 5). Jenis
plankton yang mendominasi stasiun 3 yaitu Rhizosolenia alata forma
curvirostris dan Stephanopyxis palmeriana. Stasiun 7, 9 dan 10 memiliki
jumlah jenis yang paling rendah yaitu 2 jenis plankton, dengan jenis
plankton Thalassiosira gravida, Rhizosolenia alata forma gracillima,
Cerataulina smithii, Pleurosigma salinatum (Lampiran 4). Jumlah total
individu yang paling banyak terdapat pada Stasiun 2 dengan jumlah total
366.181 individu, yang didominasi oleh jenis plankton Rhizosolenia alata
forma gracillima. Jumlah individu terendah terdapat pada Stasiun 1 dan 9
yaitu 59 individu. Tujuan untuk mengetahui jumlah jenis plankton untuk
mengetahui kelimpahan, keanekaragaman, dominansi serta keseragaman
pada masing-stasiun.
Kelimpahan suatu organisme dalam suatu perairan dapat dinyatakan
sebagai jumlah individu persatuan luas atau volume. Kelimpahan plankton
pada masing-masing stasiun berbeda, dari Gambar 6 dapat dilihat
kelimpahan plankton paling banyak terdapat pada stasiun 2, 3, dan 4
(Lampiran 5). Stasiun 3 memiliki kesamaan antara jumlah individu
pkankton dengan kelimpahan plankton. Jumlah jenis individu berbanding
lurus dengan kelimpahan plankton, semakin banyak jumlah invidu untuk
satu jenis plankton maka semakin tinggi pula kelimpahan plankton tersebut.
40
35
30
25

jumlah jenis

20
15

kelimpahan
plankton (10ᶟ)

10
5
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

stasiun
Gambar 6 Diagram jumlah jenis dan kelimpahan plankton setiap stasiun
(diolah dari Lampiran 5)

15

Hubungan Volume Backscattering Strength (SV) Plankton Dengan
Parameter Lingkungan Menggunakan Metode PCA (Prinsipicial
Component Analys)
Hasil PCA di Perairan Rokan Hilir Bengkalis (Gambar 7) diperoleh 2
sumbu utama yaitu Sumbu 1 (F1) memberikan informasi kontribusi 53,91%,
sumbu 2 (F2) sebesar 16,38%. Menurut Matjik dan Sumertajaya (2011)
biplot yang mampu memberikan informasi sebesar 70% dari seluruh
informasi dianggap cukup. Sumbu 1 (F1) dan sumbu 2 (F2) memberikan
informasi hanya sebesar 70,29% sehinnga cukup untuk menjelaskan
hubungan antara parameter. Parameter yang termasuk sumbu 1 (F1)
dicirikan oleh pH, kelimpahan plankton, stasiun, arus, fospat, salinitas,
kekeruhan, suhu, dan nitrat. Sumbu 2 (F2) dicirkan oleh parameter DO, SV
plankton (Gambar 7).
Hasil analsis PCA yang disajikan dalam diagram biplot ini
membuktikan bahwa adanya hubungan kolerasi positif dan negatif dengan
parameter fisik dan kimia Kolerasi antara parameter juga dapat dilihat dari
kedekatan garis parameter tersebut di sumbu utama. Gambar 7 menunjukan
SV plankton memiliki kedekatan hubungan dengan nitrat, fospat,
kelimpahan plankton, dan arus, hal ini dikarenakan kedekatan garis antara
kedua parameter tersebut berada pada sumbu negatif atau kuadran III di
sumbu utama. Berdasarkan matrik kolerasi anatar parameter dapat dilihat
adanya kolerasi positif antar nilai SV dengan fospat, nitrat, arus, kekeruhan,
arus, kelimpahan plankton, dan suhu (Lampiran 6). Nilai masing-masing
parameter adalah 0,402; 0,317; 0,295; 0,077 dan 0,242. Hubungan antara
SV terhadap DO, pH, salinitas, dan stasiun berhubungan negatif atau
berbanding terbalik yakni -0,331; -0,195, -0,485 dan -0,595 (Lampiran 6).
Menurut Legendre (1983) dalam Yulianda (2009) menyatakan bahwa
matriks korelasi menjelaskan hubungan antar parameter yang ada. Suatu
korelasi dinyatakan berhubungan positif atau berbanding lurus jika nilainya
0,50 sampai 1,00. Parameter yang dinyatakan berhubungan negatif atau
berbanding terbalik jika nilainya berada pada kisaran -0,50 sampai -1,00 dan
jika nilainya berada kisaran antara -0,50 sampai 0,50 tidak mempunyai
pengaruh nyata baik positif ataupun negatif.
Berdasarkan hasil analisis PCA yang ditampilkan dalam diagram
biplot (Gambar 7) nilai SV plankton mempunyai hubungan kedekatan atau
kolerasi postif yang paling tinggi dengan nitrat, fospat, dan arus dilihat dari
kedekatan garis yang terdapat kuadran III (Gambar 7), dan tabel kolerasi
matriks (Lampiran 6). Hasil kolerasi matriks antar parameter nilai positif
paling tinggi yang mempunyai hubungan positif dengan SV plankton yaitu
nutrient (fospat). Hal ini sesuai dengan hasil analisis secara akustik yaitu
sebaran spasial paling tinggi di stasiun 4, dan temporal pada hari kedua.
Pengambilan data Stasiun 4 yaitu pada hari kedua dengan SV plankton
paling tinggi dibandingkan stasiun lainnya. Hal ini didukung oleh hasil
pengukuran parameter lingkungan yaitu kandungan fospat, dan nitrat yang
paling tinggi di stasiun tersebut, sedangkan nilai kekeruhan di stasiun
tersebut sangat kecil atau intensitas cahaya yang tinggi sehingga organisme
plankton sangat menyukai perairan tersebut untuk melakukan proses

16

metabolism di dalam tubuhnya. Menurut Boyd tahun 1998 kelimpahan
organisme plankton dalam perairan disebabkan oleh nutrient atau unsur
hara yang melimpah, selain itu nilai intensitas cahaya yang tinggi dapat
membantu proses metabolisme dan reproduksi plankton diperairan.

Gambar 7 Hasil Analisis PCA Parameter Fisik-Kimia Perairan Rokan
Hilir Bengkalis dengan nilai SV pada Sumbu 1 (F1) dan Sumbu
2 (F2) (diolah dari Lampiran 6)

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Nilai SV cenderung lebih tinggi baik secara temporal pada hari kedua
dan secara spasial pada stasiun 4. Nilai SV yang tinggi dan banyak
mendominasi yaitu -67 dan -68, dimana terdapat paling banyak secara
spasial pada Stasiun 4 dan pada hari kedua pukul 07.00 samapai 08.00. Hal
ini sesuai dengan nilai kelimpahan plankton menggunakan plankton-net
cenderung lebih tinggi Stasiun 4.
Kelimpahan plankton yang tinggi ini di dukung oleh parameter
lingkungan memberikan cukup pengaruh di setiap stasiun pada lokasi
penelitian. Hal ini sesuai dengan informasi dari sumbu 1 (F1) dan sumbu 2
(F2) sebesar 70,29%, selain itu kolerasi matriks antar parameter masingmasing memberikan kontribusi positif dan negatif.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai integrasi cell pada
kedalaman berbeda yang disesuaikan dengan pengambilan data parameter
fisik dan kimia untuk mengkaji lebih lanjut pengaruh parameter lingkungan
yang meliputi parameter fisik dan kimia terhadap sebaran temporal serta
spasial dari plankton.

17

DAFTAR PUSTAKA
APHA. 1992. Standard Methods for the Examination of Water and
Wastewater.4th edition.
American Public Health Association
Washington DC.
Arinardi OH., Sutomo AB., Yusuf SA., Triaminingsih, Asnaryanti E.,
Riyono SH. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton
Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. LIPI. Jakarta (ID).
140 hal.
Badan Standarisasi Nasional. 2005. Tata Cata Pengambilan Contoh Dalam
Rangka Pemantauan Kualitas Air Pada Suatu Daerah Pengaliran
Sungai.
Biosonic. 2004. Scientific Echosounder Biosonic DT-X. http:
www.biosonic.com. [24 April 2013].
Boyd, C.E. 1998. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing.
Auburn University Agricultural Experiment Stasion, Alabama, USA.
359p.
Costello, J. H., Pieper, R. E., and Holliday, D. V. 1989. Comparison of
acoustic and pump sampling techniques for the analysis of
zooplankton distributions. Journal of Plankton Research, 11: 703–709.
Damanhuri, T.P. 1997. “Pemantauan Kualitas Air dan Udara.” Dalam :
Makalah pada Pelatihan Minimisasi Limbah. Bandung (ID) 3-13
November 1997.
Davis, 1955. The Marine And Fresh Water Plankton. Michigan State
University Press. United State Of America.
De Robertis, A. 2001. A Valifation of acoustic echo counting studies of
zooplankton behavior. ICES Journal of Marine Science. 58: 543-561.
Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintah Kabupaten Bengkalis. 2010.
Laporan Akhir Identifikasi Potensi Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Bengkalis Edisi Tahun 2008. Bengkalis.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta (ID).
Dugan, P.R. 1972. Biochemical Ecology of Water Pollution. Plenum Pr.
New York (US). 159 p.
Fredinan Y. 2009. Sampling dan Analisis Data Perikanan dan Kelautan.
Dept. Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB : Bogor (ID)
Gross MG. 1990. Oceanography: A View of the Earth, 5th edition. Prentice
Hall, London (GB), UK.
Hutabarat, S dan S.M. Evans. 2008. Pengantar Oseanografi Umum.
Universitas Indonesia (UI-Pr). Jakarta(ID).
Isdrajad S, Sulistiono. 2009. Sampling dan Analisis Data Perikanan dan
Kelautan : Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah Pesisir
dan Laut. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Bogor (ID).
Jeffries, M. and Mills, D. 1996. Frehwater Ecology, Principles, and
Aplications. Jhon Wiley and ons, Chichester, London. 285 p.

18

Kaltenberg AM. 2004. 38-KHz ADCP Investigation of Deep Scattering
Layers in Sperm Whale in the Northern Gulf of Mexico. Thesis. Texas
A&M University. Texas.
Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir.
Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor (ID).
Krebs, C.J. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distributions and
Abundance. Ed. New York: Harper and Row Publishers. 654 p.
Lockwood, J. C., and Willette, J. G. 1973. High-speed method for
computing the exact solution for the pressure variations in thnearfield
of a baffled piston. Journal of the Acoustical Society of America, 53:
735–741.
Lurton, X. 2002. An Introduction to Underwater Acoustic. Principles and
Applications. Praxis Publishing Ltd. Chincester-Pr. London
Martin, L. V., Stanton, T. K., Wiebe, P. H., and Lynch, J. F. 1996. Acoustic
classification of zooplankton. ICES Journal of Marine Science, 53:
217–224.
Mattjik, A.I.N 2011. Sidik Peubah Ganda dengan Menggunakan SAS Edisi
Pertama. Dept. Statistika FMIPA IPB : Bogor (ID).
Maclennan D dan Simmonds J. 2005. Fisheris Acoustic: Theory and
Practice. Blackwell Publishing. Hal 262-285.
Mclennan D.N., Fernandes, P.G., and Dalen, J. 2002. A consistent approach
to definitions and symbols in fisheries acoustics. ICES Journal of
marine Science, 59: 365-369.
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Jakarta (ID): LIPI Pr.
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Edisi revisi cetakan kelima. Penerbit
Djambatan. Jakarta (ID). 356 hal.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis.
Terjemahan dari Marine Biology : An Ecological Approach. Alih
Bahasa : M. Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen dan M. Hutomo.
Gramedia, Jakarta (ID). 459.
Odum, EP. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd.
Philadelphia.
Schwoerbel, J. 1987. Handbook of Limnology. Ellis Horwood John Willey
and Sons, Chichester, New York (US).
Soegiarto, A. and N, Polunin. 1982. The Marine Enviroment of Indonesia.
Departemen of Zoology : University of Cambridge. London.
Swiniarski J. 1994. Application Of Hydroacoustic Techniques To
Exploitation Of Biological Resources Of The Sea. Journal of Acta
Ichthyologica Et Piscatoria. 24 : 123-144.
Tett, P. 1990. The Photic Zone. In Light And Life In The Sea. Cambridge
University Press, Cambridge.
Wardhana, W. 2003. Penggolongan Plankton. Departemen Biologi FMIPA.
[Skripsi]. Universitas Indonesia. Jakarta (ID).
Wetzel, R.G. 1970. Recent and Postglacial Production Rates of a Mart
Lake. Limnology Oceanography. 15:491-503.
Wiadnyana. N.N. 1998. Kesuburan dan Komunitas Plankton di Perairan
Pesisir Dugul, Irian Jaya. Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang
Oseanologi – LIPI Guru-guru, Poka. Ambon (ID).

19

Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of Southeast Asian Waters. Naga
Report 2 : 1-195 p. The University of California, La Jolla, California.
Xie. J dan Jones. I. S. F. 2009. A Sounding Scattering Layer in a Freshwater
Reservoir. Marine Study Center University of Sydney. Australia (AU).

20

LAMPIRAN

21

Lampiran 1 Foto peralatan yang digunakan pada saat penelitian

22

Lampiran 2 Tampilan echogram di software echoview

Lampiran 3 Nilai SV pada kedalaman integrasi akustik
Bujur

Lintang

Tanggal

Waktu

Ping

SV (dB)

2.8698367

100.55739

20121116

14:11:26.46

0

-68.343948

2.8701805

100.55775

20121116

14:11:48.35

100

-67.926364

2.8706632

100.55807

20121116

14:12:10.52

200

-68.959672

2.8711984

100.55832

20121116

14:12:32.72

300

-68.81716

2.8717796

100.55847

20121116

14:12:54.89

400

-67.407887

2.8723737

100.55848

20121116

14:13:17.07

500

-67.483081

2.8729639

100.55853

20121116

14:13:39.26

600

-67.751751

2.8735465

100.55862

20121116

14:14:01.49

700

-67.35051

2.874135

100.55865

20121116

14:14:23.74

800

-68.405951

2.874707

100.55867

20121116

14:14:45.98

900

-68.930509

2.8752707

100.5587

20121116

14:15:08.23

1000

-69.476631

2.8758261

100.5587

20121116

14:15:30.47

1100

-68.688224

2.8763663

100.55865

20121116

14:15:52.70

1200

-67.993969

2.876905

100.55859

20121116

14:16:14.94

1300

-67.543997

2.8774472

100.55864

20121116

14:16:37.18

1400

-68.034124

2.877969

100.55863

20121116

14:16:59.41

1500

-68.653303

2.8784857

100.55859

20121116

14:17:21.65

1600

-70.526856

2.8790033

100.55864

20121116

14:17:43.89

1700

-68.554874

2.8795422

100.5587

20121116

14:18:06.12

1800

-69.585568

2.880075

100.55878

20121116

14:18:28.35

1900

-70.405406

23

Lampiran 3. Lanjutan
2.8805813

100.55889

20121116

14:18:50.59

2000

-68.827206

2.8810783

100.55906

20121116

14:19:12.83

2100

-68.803323

2.8814613

100.55921

20121116

14:19:35.07

2200

-68.96368

2.8816293

100.55931

20121116

14:19:57.30

2300

-68.60971

2.8817182

100.55936

20121116

14:20:19.54

2400

-6