Studi Pemanfaatan Kawasan Laut Pasir Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
STUDI PEMANFAATAN KAWASAN LAUT PASIR DI
TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
IKA KASUARINA SAMIASIH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Pemanfaatan
Kawasan Laut Pasir di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Ika Kasuarina Samiasih
NIM E34100022
ABSTRAK
IKA KASUARINA SAMIASIH. Studi Pemanfaatan Kawasan Laut Pasir di
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dibimbing oleh TUTUT
SUNARMINTO dan HARNIOS ARIEF.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan
konservasi yang mempunyai keunikan berupa laut pasir. Metode yang digunakan
untuk melihat persepsi pengunjung dan masyarakat menggunakan kuesioner
dalam bentuk close ended dan menggunakan teknik skala likert . Analisis data
dilakukan secara deskriptif dan menggunakan uji statistik chi square. Persepsi
dari responden mendapatkan skor 5 (agak setuju) untuk jenis kegiatan yang
dilakukan dan kondisi kawasan. Responden memberikan skor 3 (kurang setuju)
untuk sumberdaya alam yang dimanfaatkan. Uji chi square untuk aspek persepsi
menunjukkan bahwa nilai X2 hitung < X2tabel sebesar 0,95 < 12,59 hal ini
menyatakan bahwa jawaban dari responden tidak memiliki perbedaan/ hubungan
terhadap pertanyaan yang diberikan. Responden memberikan skor 5 (agak setuju)
terhadap dampak ekonomi dan dampak ekologi yang ditimbulkan dari kegiatan
pemanfaatan. Uji chi square untuk aspek dampak menunjukkan bahwa nilai X2
2
hitung > X tabel sebesar 13,83 > 7,81 hal ini menyatakan bahwa jawaban dari
responden memiliki perbedaan/ hubungan terhadap pertanyaan yang diberikan.
Kata kunci: dampak kegiatan pemanfaatan, laut pasir, pemanfaatan kawasan
ABSTRACT
IKA KASUARINA SAMIASIH. Study of Laut Pasir Utilization in Bromo
Tengger Semeru National Park. Supervised by TUTUT SUNARMINTO and
HARNIOS ARIEF.
Bromo Tengger Semeru national park is the only conservation area which
has a unique form laut pasir. The method used to perceptions of visitors and
public use in the form of close-ended questionnaire and use Likert scale
technique. Data were analyzed using descriptive and chi-square statistical test.
Perceptions of respondents earn a score of 5 (somewhat agree) to the type of
activities performed and the condition of the area. Respondents gave a score of 3
(disagree) to natural resources exploited. Chi square test for aspects of perception
indicates that the value of X2count < X2 tabel at 0,95 < 12,59 it is stated that the
answers of the respondents do not have a difference / relationship to a given
question. Respondents gave a score of 5 (somewhat agree) to the impact of the
economic and ecological impacts arising from use activities. Chi square test for
aspects of the impact showed that value of X2count > X2 tabel at 13,83 > 7,81 it is
stated that the answers of the respondents have a difference / relationship to a
given question.
Key words: impact of the utilization, laut pasir, utilization of area
STUDI PEMANFAATAN KAWASAN LAUT PASIR DI
TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
IKA KASUARINA SAMIASIH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari-Maret 2014 ini ialah
pemanfaatan kawasan, dengan judul Studi Pemanfaatan Kawasan Laut Pasir di
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi dan Dr
Ir Harnios Arief, MSc selaku pembimbing. Penghargaan penulis sampaikan
kepada Ibu Fariana Prabandari selaku Kepala Bidang Teknis Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru, Ibu Chomsatun selaku staf Seksi Pemanfaatan dan
Pelayanan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Bapak Sarmin selaku Kepala
SPTN 1 Cemoro Lawang beserta staf ( Bapak Mohammad Azam, Bapak Timbul
dan Bapak Arnomo) SPTN 1 Cemoro Lawang, Bapak Basuki Agus Priyanto
selaku Kepala Resort Tengger Laut Pasir beserta staf (Bapak Senewo dan Bapak
Susianto) Resort Tengger Laut Pasir yang telah membantu selama pengumpulan
data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, seluruh
keluarga, kelompok Pratek Kerja Lapang Profesi (Branindityo Nugroho, Asep
Badru Tamam, Aruni Nurrahim dan Meyliana Astriyantika), Muhamad Sugeng
Wahyudi dan teman-teman Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata angkatan 47 (Nephentes rafflesiana) atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Ika Kasuarina Samiasih
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
Manfaat
1
Kerangka Pemikiran
2
METODE
3
Lokasi dan Waktu Penelitian
3
Alat dan Subjek Penelitian
3
Jenis Data yang Dikumpulkan
4
Metode Pengumpulan Data
5
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Aspek Persepsi
6
Aspek Dampak
11
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
19
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
Alat dan subjek yang digunakan dalam penelitian
Data primer penelitian
Data sekunder penelitian
Rekapitulasi karcis pengunjung dan transportasi TNBTS
Nilai persepsi pelaku wisata terhadap kegiatan yang dilakukan di
kawasan laut pasir
6 Nilai persepsi pelaku wisata terhadap kondisi kawasan laut pasir
7 Nilai persepsi terkait sumberdaya alam yang dimanfaatkan di kawasan
laut pasir
8 Nilai dampak ekonomi kegiatan pemanfaatan di kawasan laut pasir
9 Nilai dampak ekologi kegiatan pemanfaatan di kawasan laut pasir
10 Nilai sarana yang disarankan oleh pengunjung dan masyarakat
4
4
5
7
8
9
10
13
14
15
DAFTAR GAMBAR
1 Bagan kerangka pemikiran
2 Lokasi penelitian
3 (a) Kotoran kuda dan sampah yang tajuh di kawasan laut pasir
(b) Rumput yang tumbuh di kawasan laut pasir
2
3
14
14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisa chi-square aspek persepsi
2 Analisa chi-square aspek dampak
3 Rekapitulasi karcis pengunjung dan transportasi
19
20
21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya, Pasal (1) ayat (14) menyatakan bahwa taman nasional
adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, yang dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Pemanfaatan sumberdaya dalam kawasan taman nasional baik sebagai obyek
wisata maupun sebagai penyeimbang sistem kehidupan harus dikembangkan dan
dijaga kelestariannya. Unsur biotik yang terkandung di dalamnya bersifat mudah
punah terhadap pengaruh campur tangan manusia, khususnya dalam kegiatan
pemanfaatan.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 278/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997
dengan luas kawasan 50.276,3 hektar, yang terdiri dari 50.266,5 hektar daratan
dan 10,25 hektar perairan (danau). TNBTS merupakan satu-satunya kawasan
konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250
hektar yang berada pada pengelolaan Seksi 1, Resort Tengger Laut Pasir.
Kondisi saat ini, pada kawasan laut pasir telah dilakukan berbagai kegiatan
seperti wisata menuju Gunung Bromo yang ditunjang dengan kegiatan berjualan,
penyewaan kendaraan dan kuda yang akan digunakan oleh pengunjung dalam
kegiatan wisata, ibadah oleh suku tengger serta pembangunan prasarana berupa
toilet bawah tanah ( Indraswari 2007). Khususnya kegiatan wisata Gunung Bromo
sangat berkaitan erat dengan kawasan laut pasir, karena untuk mencapai Gunung
Bromo pengunjung harus melewati kawasan, sehingga dari kegiatan tersebut
timbul berbagai dampak. Penelitan ini perlu dilakukan untuk mengetahui dampak
yang ditimbulkan khususnya terhadap ekonomi masyarakat dan ekologi kawasan.
Tujuan
1.
2.
Tujuan penelitian adalah :
Mengidentifikasi bentuk pemanfaatan dan persepsi pengunjung serta
masyarakat terhadap kawasan laut pasir.
Mengidentifikasi dampak ekonomi dan ekologi yang ditimbulkan dari
kegiatan pemanfaatan.
Manfaat
Manfaat dari penelitian adalah terwujudnya kelestarian kawasan dan
kelestarian kegiatan wisata di dalamnya. Manfaat bagi pengunjung adalah
kenyamanan dalam berwisata, sedangkan manfaat bagi masyarakat adalah
peningkatan pendapatan. Pihak TNBTS sebagai pengelola dapat menjadikan
penelitian ini sebagai acuan dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan
kawasan.
2
Kerangka Pemikiran
Kegiatan yang dilakukan dalam kawasan laut pasir berkaitan dengan 3
(tiga) fungsi utama yang dimiliki yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.
Kegiatan yang menjadi fokus utama penelitian adalah wisata yang ditunjang oleh
3 (tiga) kegiatan lain yaitu berkuda, penyewaan jeep dan berjualan. Kegiatan
wisata ini akan menimbulkan dampak bagi ekologi kawasan dan ekonomi
masyarakat. Pada aspek sosial budaya tidak dikaji lebih dalam karena penelitian
ini dibatasi untuk fungsi ekologi dan fungsi ekonomi. Berikut adalah bagan
kerangka pemikiran.
.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Laut Pasir
Fungsi
Ekologi
Fungsi
Ekonomi
Fungsi
Sosial
Budaya
Penyangga
zona inti
Penunjang
Kegiatan
Wisata
Kegiatan
Ritual
Masyarakat
Berkuda
Berjualan
Jeep
Dampak Ekologi
Dampak Ekonomi
Pengelolaan Kawasan
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran
3
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian terletak di kawasan laut pasir yang berada di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang berada pada wilayah Seksi
Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) I, Resort Pengelolaan Taman Nasional
(RPTN) Tengger Laut Pasir. Penelitian ini tidak dipengaruhi oleh waktu tertentu,
sehingga peneliti menentukan alokasi waktu pada bulan Februari-Maret 2014.
Gambar 2 Lokasi penelitian
Alat dan Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa alat penelitian yang akan mendukung
dalam pelaksanaan di lapang. Penelitian ini bersifat sosial sehingga menggunakan
subyek penelitian yang diperlukan oleh peneliti sebagai sumber data di lapang.
Pada Tabel 1 diterangkan alat dan subyek yang digunakan oleh peneliti di lapang.
4
Tabel 1 Alat dan subjek yang digunakan dalam penelitian
No
Komponen
Alat
1
Kuesioner
2
Kamera
Subjek
1
Pengunjung
2
Pedagang
3
Penyedia jasa kuda
4
Penyedia jasa jeep
5
Pengelola
Kegunaan
Mendapatkan data primer dari responden
Mendapatkan dokumentasi
Sumber data dan informasi
Sumber data dan informasi
Sumber data dan informasi
Sumber data dan informasi
Sumber data dan informasi kawasan TNBTS
Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya dan diolah oleh
peneliti. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti, namun
sudah diolah dan dipublikasikan oleh pihak lain.
Data primer
Data yang diperoleh dari pengunjung dan masyarakat meliputi identitas
responden, persepsinya terhadap kawasan laut pasir dan kegiatannya, dampak
yang dirasakan oleh responden mengenai kegiatan yang dilakukan pada kawasan
laut pasir, serta saran responden mengenai pengelolaan kawasan laut pasir.
Informasi yang yang dikumpulkan dapat di lihat pada tabel 2.
Jenis data
Identitas
Persepsi
terhadap Laut
Pasir
Dampak
Saran
Tabel 2 Data primer penelitian
Metode pengumpulan Informasi yang dikumpulkan
data
Kuesioner
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan terakhir
Kuesioner
Kegiatan yang dilakukan
Kondisi kawasan
Sumberdaya
yang
dimanfaatkan
Kuesioner
Dampak Ekonomi
Dampak Ekologi
Kuesioner
Sarana dan prasarana
dapat
5
Data sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi kondisi umum kawasan laut pasir
dan pengelolaan kawasan laut pasir. Data sekunder digunakan untuk mendukung
data primer.
No Parameter
1 Kondisi
umum
kawasan
2
Jumlah
Pengunjung
Tabel 3 Data sekunder penelitian
Variabel
Sumber
Letak dan luas, sejarah Kantor
dan status, iklim dan
pengelola
curah hujan, bahan
penyusun, topografi,
ketinggian.
Jumlah pengunjung
Kantor
laut pasir dari pintu
pengelola
Cemoro Lawang,
Penanjakan, Ngadas
dan Ranupani
Metode
a. Wawancara
b. Studi
literatur
a.
Studi
literatur
Metode Pengumpulan Data
Kuesioner
Penyebaran kuesioner kepada pengunjung dan masyarakat dilakukan dengan
menggunakan metode Cluster Random Sampling, yaitu cara mengelompokkan
populasi ke dalam kategori (Ridwan 2011). Jumlah masing-masing kategori
adalah 30 orang dengan asumsi jumlah tersebut dapat mewakili jumlah populasi
yang ada. Kategori yang diambil adalah pengunjung, pedagang, penyedia jasa
kuda, dan penyedia jasa jeep.
Kuesioner yang diberikan disajikan dalam bentuk close ended, dimana
setiap pertanyaan yang ada disediakan pilihan jawaban. Hal ini didasarkan agar
jawaban yang diberikan oleh responden tidak meluas dan dapat fokus terhadap
tujuan penelitian. Penilaian yang dilakukan pada kuisioner menggunakan skala
likert 1-7 (1. Sangat tidak setuju, 2.Tidak setuju. 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa
saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat setuju) (Avenzora 2008).
Analisis Data
Penilaian persepsi dari responden terhadap kawasan dapat dilihat dari aspek
kegiatan yang dilakukan, kondisi kawasan, dan sumberdaya pada kawasan laut
pasir yang dapat dimanfaatkan serta dampak yang ditimbulkan dari kegiatan.
Penilaian persepsi responden dilakukan dengan menggunakan skala likert,
sehingga setiap pertanyaan memiliki skor 1 sampai 7. Setiap indikator dari aspek
yang dikaji memiliki nilai rataan dan akan dianalisis secara deskriptif. Tujuannya
untuk menjelaskan arti dari persepsi responden akan setiap indikator dari elemen
yang diberikan.
Persepsi responden akan diperbandingkan dari satu kategori dengan
kategori yang lain yaitu pengunjung, pemilik jeep, pedagang dan pemilik kuda.
Analisis dilakukan melalui uji Chi-Square yang berguna untuk menguji hubungan
6
atau pengaruh dua variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara
variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya. Uji Chi-Square dapat
dilakukan melalui program komputer Microsoft Excell 2013 dengan rumus
sebagai berikut.
dimana
X2 tabel = X2(0,05 :df)
Hipotesis : H0 = independen (X dan Y tidak ada perbedaan/hubungan antara dua
variabel)
H1 = tidak independen (X dan Y ada perbedaan/hubungan antara dua
variabel)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Persepsi
Karakteristik Responden
Responden adalah orang yang dapat merespon dan memberikan informasi
mengenai data penelitian. Pada penelitian ini jumlah responden yang diambil ada
120 respoden, yang meliputi pengunjung, pedagang, penyedia jasa kuda dan
penyedia jasa jeep. Karektistik dari masing-masing responden adalah untuk
pengunjung yang mendominasi adalah kalangan dewasa, dengan pendidikan
terakhir sebagian besar adalah lulusan SMA. Jumlah pengunjung berjenis kelamin
laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Pedagang yang mendominasi adalah
pada usia dewasa dengan sebagian besar adalah lulsan SD. Responden dari
penyedia jasa kuda dan penyedia jasa jeep adalah berjenis kelamin laki-laki yang
umumnya berusia dewasa dengan pendidikan akhir umumnya adalah lulusan
SMP dan SMA, mereka lebih memilih untuk mencari nafkah di lautan pasir dari
pada meneruskan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Bentuk Pemanfaatan Kawasan Laut Pasir
Menurut Pasal 1, ayat 1 Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang
Kepariwisataan menyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalan atau sebagian
dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara
untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Pengertian wisata alam menurut
Pasal 1, ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam di Suaka Marga Satwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya,
dan Taman Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan suaka margasatwa, taman
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
Wisata alam dapat diartikan sebagai suatu bentuk rekreasi dan pariwisata
yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan ekosistemnya, baik dalam
bentuk asli maupun setelah adanya perpaduan dengan daya cipta manusia
(Hardiwinoto 2001). Umumnya wisatawan melakukan kegiatan wisata tergantung
7
dengan kondisi atraksi dan obyek wisatanya. Kegiatan wisata alam dapat
digolongkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kegiatan wisata alam aktif dan
kegiatan wisata alam pasif. Kegiatan wisata alam aktif merupakan kegiatan yang
membutuhkan banyak tenaga fisik, penuh tantangan dan berbahaya. Kegiatan
wisata alam pasif merupakan kegiatan santai tidak diperlukan tenaga banyak
(Fandeli 2001).
Sebagai suatu aktivitas manusia,wisata adalah fenomena pergerakan
manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Kegiatan wisata berhubungan
erat dengan organisasi, hubungan-hubungan dan kelembagaan dan individu,
kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan dan sebagainya. Ketika
seseorang melakukan kegiatan wisata, maka harus membutuhkan layanan
akomodasi yang sering kali harus diberikan oleh pihak lain dalam hal ini adalah
jasa penyedia layanan wisata. Semua ini merupakan rangkaian elemen yang saling
mempengaruhi atau menjalankan fungsi-fungsi tertentu agar kegiatan wisata dapat
tetap berjalan dengan lancar (Ardika 2006).
Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.329 meter dpl yang merupakan salah
satu gunung yang masih aktif di dunia. Daya tarik kawasan wisata Gunung
Bromo, khususnya kawasan laut pasir tidak saja skala nasional melainkan telah
menjadi obyek yang memiliki skala jangkauan internasional. Daya tarik ini
disebabkan oleh adanya keunikan berupa kawah di tengah kawah dengan lautan
pasirnya yang membentang luas di sekeliling kawah Gunung Bromo. Setiap
tahunnya kegiatan wisata Gunung Bromo mengalami fluktuasi terkait jumlah
kunjungan dari wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Wisatawan
yang mengunjungi Gunung Bromo dapat melalui empat pintu yaitu Cemoro
Lawang, Wonokitri, Tumpang dan Ranupani. Beberapa hal yang menyebabkan
terjadinya fluktuasi ini salah satunya adalah akibat dari Gunung Bromo meletus.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 yang merupakan jumlah wisatawan Gunung
Bromo 5 tahun terakhir.
No
1
2
3
4
5
Tabel 4 Rekapitulasi karcis pengunjung dan transportasi TNBTS
Pengunjung
Transportasi
Tahun
Domestik Mancanegara Roda 4
Roda 2
2009
128.854
22.686
13.314
13.973
2010
186.044
25.869
20.671
18.924
2011
95.289
22.377
10.275
19.602
2012
245.647
26.297
18.581
53.945
2013
516.706
32.832
35.278
106.076
Kuda
32
4.109
891
11.101
15.106
Sumber: Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (2014).
Kegiatan wisata Gunung Bromo dapat berjalan dengan baik apabila
ditunjang dengan kegiatan-kegiatan lain seperti berkuda, menggunakan
transportasi jeep dan berdagang. Persepsi dari pelaku wisata (pengunjung,
penyedia jasa kuda, penyedia jasa Jeep dan pedagang) menyatakan bahwa
kegiatan yang dilakukan pada kawasan laut pasir tergolong agak setuju (skor 5)
terlihat pada Tabel 5. Artinya bahwa beberapa kegiatan lain seperti berkuda,
menggunakan transportasi jeep dan berdagang sangat dibutuhkan guna menunjang
kegiatan wisata.
8
Perjalanan menuju puncak Gunung Bromo, para pengunjung harus
melewati lautan pasir sepanjang ± 3 kilometer dan menaiki 255 anak tangga.
Pengunjung dapat mencapai puncak Gunung Bromo dapat dilakukan dengan
beberapa hal, yaitu dapat berjalan kaki dari Cemoro Lawang melewati laut pasir,
selain itu pengunjung dapat menggunakan jasa dari penyedia jasa wisata berupa
penyewaan jeep dan penyewaan kuda. Sebagai informasi bahwa untuk
menggunakan jasa jeep pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp 300.000,00
dengan rute perjalanan wisata mengelilingi kawasan laut pasir yang terdiri dari
Gunung Bromo, savana telutubies, watu kuto dan pasir berbisik. Apabila
pengunjung memilih menggunakan jas kuda maka pengunjung di kenakan tarif Rp
100.000,00 dengan rute perjalanan pulang-pergi dari Cemoro Lawang sampai kaki
tangga Gunung Bromo. Hal ini dijelaskan oleh Wibowo (2006) bahwa
pengunjung yang ingin menuju tangga Gunung Bromo dapat menggunakan kudakuda yang ditawarkan oleh penyedia jasa kuda. Pengunjung yang memilih
berkuda alasannya karena dapat menikmati keindahan laut pasir dengan cara yang
lebih tradisional dan alami.
Tabel 5 Nilai persepsi pelaku wisata terhadap kegiatan yang dilakukan pada
kawasan laut pasir
No
1
2
3
4
Responden
Pengunjung
Pedagang
Jasa kuda
Jasa jeep
Total
Rata-rata
Nilai Kriteria Kegiatan yang Dilakukan
A
5,8
6,1
5,4
5,0
22,3
5,6
B
C
D
E
F
4,4 3,3 4,7
4,7 5,6
6,0 3,4 4,7
4,9 5,8
5,4 3,4 4,9
5,2 5,7
5,2 3,1 5,0
5,3 5,9
21 13,2 19,3 20,1 23
5,3 3,3 4,8
5,0 5,8
G
6,0
5,7
5,6
5,9
23,2
5,8
Total
Rata
-rata
34,5
36,6
35,5
35,4
122,1
35,5
4,9
5,2
5,1
5,1
20,3
5,1
Keterangan: a. A=Wisata; B=Berdagang; C=Berkemah; D=Berkuda; E=Berjeep
F=Ibadah; G=Penelitian
b. 1=Sangat tidak setuju; 2=Tidak setuju; 3=Agak tidak setuju; 4=Biasa
saja; 5=agak setuju; 6=Setuju; 7=Sangat setuju.
c. n= 30 orang pada setiap responden
Peraturan Pemerintah tahun 59 tahun 1998 mengenai tarif atas penerimaan
negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Kehutan dan Perkebunan
bahwa untuk transportasi jeep yang memasuki kawasan laut pasir dikenakan tarif
Rp 6.000 per sekali masuk. Bagi penyedia jasa kuda tarif yang dikeluarkan oleh
pihak TNBTS adalah Rp 2.000 per sekali masuk. Kegiatan berdagang yang
diperbolehkan hanya pada wilayah Cemoro Lawang, akan tetapi banyak pedagang
yang melanggar aturan tersebut dan berjualan di kawasan laut pasir. Tercatat 1620 pedagang yang terdaftar berjualan di kawasan laut pasir, akan tetapi mereka
diizinkan berjualan dengan ketentuan (1) mau ditempatkan, (2) bongkar pasang,
(3) tidak bermalam, dan (4) menjaga lingkungan sekitar. Kegiatan penelitian dan
keagamaan juga dapat dilakukan di kawasan laut pasir. Menurut Wibowo (2006)
kegiatan berkemah bertujuan untuk menyatu dengan alam dan mendapatkan
kepuasan batin sendiri dalam menikmati panorama Gunung Bromo. Pengunjung
9
dapat melakukan kegiatan berkemah tidak pada kawasan laut pasir, melainkan
pada areal camping ground yang telah disediakan pengelola.
Kondisi Kawasan Laut Pasir
Gunung Bromo (2.329 mdpl) adalah salah satu gunung dari beberapa
gunung lainnya yang terhampar di kawasan Kompleks Pegunungan Tengger,
berdiri diareal kaldera berdiameter 8-10 km yang dinding kalderanya mengelilingi
laut pasir sangat terjal dengan kemiringan A ± 60-80 derajat dan tinggi berkisar
antara 200-600 meter. Daya tarik Gunung Bromo yang istimewa adalah kawah di
tengah kawah dengan lautan pasirnya yang membentang luas di sekeliling kawah
Bromo yang samapai saat ini masih terlihat mengepulkan asap putih setiap saat
(Damanik 2006).
Kondisi kawasan menurut hasil persepsi dari para pelaku wisata tergolong
dalam kriteria agak setuju (skor 5) Tabel 6. Artinya bahwa kawasan laut pasir
merupakan kawasan yang indah, nyaman, tidak bahaya dan dapat berfungsi
dengan baik. Faktor kenyamanan dan keamanan sangat menentukan keinginan
orang untuk melakukan perjalanan wisata. Wisata utuk bersenang-senang bukan
untuk mencari bahaya atau susah (Yoeti 2006). Namun demikian, kawasan laut
pasir tidak sepenuhnya merupakan kawasan yang bebas dari sampah dan masih
terjaga kealamiannya. Banyak sampah- sampah kecil yang berserakan di dalam
kawasan laut pasir, selain itu kotoran kuda yang jatuh dapat mencemari pasir
yang merupakan penyusun dasar kawasan ini.
Tabel 6 Nilai persepsi pelaku wisata terhadap kondisi kawasan laut pasir
Nilai Kriteria Kondisi Kawasan
RataNo
Responden
Total
rata
A
B
C
D
E
F
G
1 Pengunjung
4,4 5,7 5,2 5,0 3,8 4,5 5,6 34,2
4,8
2 Pedagang
5,7 5,8 5,7 5,9 5,2 4,4 5,9 38,6
5,5
3 Jasa kuda
5,7 5,2 6,1 5,1 5,1 4,3 5,7 37,2
5,3
4 Jasa jeep
5,9 5,1 6,0 5,9 4,2 4,2 5,6 36,9
5,3
Total
21,7 21,8 23 21,9 18,3 17,4 22,8 146,9 21,6
Rata-rata
5,4 5,5 5,0 5,5 4,6 4,4 5,7 36,7
5,2
Keterangan: a. A=Bersih; B=Indah; C=Alami; D=Nyaman; E=Panas; F=Aman;
G=Berfungsi
b. 1=Sangat tidak setuju; 2=Tidak setuju; 3=Agak tidak setuju; 4=Biasa
saja; 5=agak setuju; 6=Setuju; 7=Sangat setuju.
c. n= 30 orang pada setiap responden
Sumberdaya Alam yang Dimanfaatkan pada Kawasan Laut Pasir
Bentuk pemanfaatan yang boleh dilakukan pada kawasan konservasi
khususnya taman nasional sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun
1990 Pasal (26) yang menyatakan bahwa pemanfaatan secara lestari sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan kondisi
lingkungan kawasan pelestarian alam dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa
liar. Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 Pasal (31) menjelaskan bahwa kegiatan
lain yang boleh dilkukan di taman nasional yaitu kegiatan untuk kepentingan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya dan
10
wisata alam dan harus dilakukan tanpa mengurangi fungsi pokok masing-masing
kawasan.
Masyarakat boleh melakukan aktivitas di dalam kawasan konservasi
khususnya taman nasional sepanjang sesuai dengan tujuan umum yang dijelaskan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 1998 Pasal (3), yaitu mengusahakan
terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan mutu kehidupan. Kegiatan pemanfaatan dalam kawasan
konservasi akan menimbulkan dampak yang positif dan negatif terhadap aspek
ekonomi masyarakat dan aspek ekologi kawasan konservasi.
Terdapat kegiatan-kegiatan yang tidak boleh dilakukan di dalam kawasan
taman nasional , seperti disebutkan dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1990
Pasal (33), yaitu :
1.
Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional.
2.
Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (1) meliput mengurangi, menghilangkan fungsi
dan luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan
satwa lan yang tidak asli.
3.
Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi
zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional.
Sumberdaya yang dapat dimanfaatkan pada kawasan laut pasir menurut
hasil persepsi pelaku wisata tergolong dalam kategori kurang setuju (skor 3)
Tabel 7. Artinya dalam kawasan laut pasir yang boleh dimanfaatkan hanya air
saja, dengan syarat membuat Memorandum of Understanding (MoU) dengan
pengelola. Sumberdaya yang ada seperti pasir, belerang, flora dan fauna yang
berada dalam kawasan laut pasir tidak diperkenankan untuk digunakan. Hal ini
sesuai dengan PP No 68 tahun 1998 pasal 3, yaitu mengusahakan terwujudnya
kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya.
Tabel 7 Nilai persepsi terkait sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan di
kawasan laut pasir
No
1
2
3
4
Responden
Pengunjung
Pedagang
Jasa kuda
Jasa jeep
Total
Rata-rata
Nilai Kriteria Sumberdaya Alam yang
Dapat Dimanfaatkan
A
2,7
2,4
2,5
2,1
9,7
2,4
B
C
D
E
F
G
3,7 3,2 2,6 2,6 3,1 5,1
2,2 3,1 2,8 4,7 5,7 5,8
2,2 4,6 3,1 5,2 4,9 3,7
1,3 2,2 2,2 4,7 5,7 5,0
9,4 13,1 10,7 17,2 19,3 19,6
2,4 3,3 2,7 4,3 4,8 4,9
Total
23
26,7
26,2
23,1
99
24,7
Keterangan: a. A=Pasir; B=Belerang; C=Tumbuhan; D=Hewan; E=Bentang alam;
F=Kawasan laut pasir; G=Air
b. 1=Sangat tidak setuju; 2=Tidak setuju; 3=Agak tidak setuju; 4=Biasa
saja; 5=agak setuju; 6=Setuju; 7=Sangat setuju.
c. n= 30 orang pada setiap responden
Ratarata
3,3
3,8
3,7
3,3
14,1
3,5
11
Berdasarkan analisa chi-square yang dilakukn pada aspek persepsi nila
x hitung < x2tabel dengan nilai x2hitung sebesar 0,95 dan x2tabel sebesar 12,59 maka
pernyataan yang didapat adalah terima H0 (X dan Y tidak ada
perbedaan/hubungan antara dua variabel ). Persepsi dari responden yang
dibedakan menurut kegiatan wisata yang dilakukan yaitu pengunjung, pedagang,
penyedia jasa kuda dan penyedia jasa jeep di kawasan laut pasir. tidak memiliki
perbedaan.. Pada umumnya responden menjawab hampir sama atas nilai dari
aspek persespi yang diberikan. Bentuk pemanfaatan yang dilakukan di kawasan
laut pasir berupa wisata yang ditunjang oleh kegiatan berdagang, penyedia jasa
kuda dan penyedia jasa jeep. Perlu diperhatikan mengenai kondisi kawasan laut
pasir terutama kebersihannya agar tidak mengganggu kegiatan wisata di
dalamnya.
2
Aspek Dampak
Kawasan laut pasir berada pada ketinggian 2.000 m.dpl yang termasuk
dalam zona montana, oleh karena itu pada kawasan ini hanya ditumbuhi oleh
vegetasi tertentu seperti cemara (Casuarina junghuniana) yang tahan terhadap
kondisi alam pegunungan serta pengaruh asap belerang yang keluar dari Gunung
Bromo (Kuncorowati 2006). Menurut Hendratno (2003), suhu udara dikawasan
laut pasir berkisar anatara 5-22° C. Suhu terendah terjadi pada saat malam hari di
puncak musim kemarau antara 3-5°C. Curah hujan yang terjadi di kawasan laut
pasir ini adalah rata-rata 6604,4 mm/tahun dengan permukaan dasar yang datar
berpasir dan gersang mencirikan sebuah gurun pasir atau stepa. Kelembaban udara
di sekitar laut pasir cukup tinggi yaitu maksimal mencapai 90–97% dan minimal
42–45 % dengan tekanan udara 1007–1015,7 mm Hg.
Laut pasir memiliki drainase di bawah tanah. Airnya muncul kembali
berupa mata air yang kerap dijumpai jauh di kaki gunung, sering kali dekat laut.
Mata air yang berasal dari Pegunungan Tengger antara lain ditemukan di pantai
utara. Selain curah hujan yang lebih banyak, permukaan dasar yang datar dan
gersang dan berpasir ditandai ombak-ombak peninggalan gosong pasir yang
berpindah, mencirikan sebuah gurun pasir tau stepa. Siang hari yang panas, udara
naik dalam gerakan kuat menyebabkan penguapan yang kuat pula. Pada malam
hari radiasi sangat kuat sehingga awan hanya terjadi sedikt, menimbulkan embun
beku di permukaan tanah (Stennis 1992).
Porositas endapan vulkanik di dasar laut pasir umumnya sangat tinggi,
karena terdiri dari endapan pasir berukuran butir pasir kasar-kerakal, dengan
konsolidasi lemah. Batuan vulkanik yang menyusun lautan pasir di kawasan
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terdiri dari : pasir vulkanik Tengger
yang berukuran butir pasir kasar-kerikil, bom vulkanik, dan juga batu apung.
Substratum kawasan laut pasir mudah ditembus air, walaupun setelah hujan lebat
genangan air segera menghilang (Indrawasri 2007). Kawasan laut pasir
merupakan daerah air tanah bebas yang dalam. Kemunculan mata air dapat terjadi
akibat penorehan lapisan mengandung air ataupun adanya kontak bagian ujung
aliran lava dari Gunung Bromo. Mata air di laut pasir muncul dari arah retakkan
batuan dari ujung aliran lava ke kaki gunung yaitu Gunung Bromo (Anwar dan
Ariyanto 1997).
12
Masyarakat dan pengunjung di kawasan wisata Gunung Bromo terdiri dari
berbagai tingkatan usia, akan tetapi masyarakat dan pengunjung tersebut masih
belum menyadari akan pentingnya perlindungan dan pelestarian alam. Sebagian
besar masyarakat dan pengunjung tidak mengetahui secara jelas fungsi dari
taman nasional, sehingga tidak jarang kegiatan yang dilakukan baik oleh
masyarakat maupun pengunjung menimbulkan kerusakan pada lingkungan .
Bentuk kerusakan tersebut berupa vandalisme (corat-coret) pada sarana prasarana
yang telah ada.
Kawasan wisata Gunung Bromo, selain memberikan dampak ekologi
terhadap kawasan juga menimbulkan dampak ekonomi bagi pendapatan
masyarakat di sekitar. Sebagian besar masyarakat yang hidup di desa sekitar
Gunung Bromo bermata pencaharian yang bergantung pada kegiatan wisata
Gunung Bromo seperti berdagang dan sebagai penyedia jasa transportasi. Sarana
transportasi yang biasa digunakan masyarakat maupun pengunjung untuk menuju
Gunung Bromo yang melewati laut pasir untuk sekedar berkeliling menikmati
keindahan alam Gunung Bromo adalah jeep dan kuda (Wiryawan 2006). Pendit
(2006) menyatakan bahwa transportasi atau pengangkutan sangat menentukan
antara jarak dan waktu dalam perjalanan.
Dampak Ekonomi
Mayoritas (95%) warga masyarakat suku Tengger hidup dari bercocok
tanam di kebun, ladang dan lahan pertanian yang terdapat di lereng pegunungan
Bromo-Semeru. Sebagian kecil dari masyarakat Suku Tengger (5%) berprofesi
sebagai pegawai negeri, buruh dan dan supir angkutan pedesaan . Pada umumnya
perempuan Suku Tengger biasanya mencari kayu di hutan lereng Pegunungan
Bromo, di samping bekerja di lahan pertanian. Hasil pertanian dari masyarakat
Suku Tengger berupa tanaman yang lazim tumbuh pada daerah berhawa dingin
yaitu kentang, kol dan bawang prei atau bawang daun. Cara bercocok tanam
masyarakat Suku Tengger masih tergolong tradisional dan ekstensif. Produksi
hanyalah sekedar untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bukan untuk tujuan
komersil. Masyarakat tidak hanya dapat bergantung dari kegiatan pertanian saja
untuk mencukupi kebutuhannya. Maka, banyak masayarakat Suku Tengger yang
bekerja sebagai pelaku penyedia jasa wisata untuk menambah penghasilan (Widya
prakosa 1994).
Hasil penilaian dari pengunjung dan masyarakat mengenai dampak
ekonomi yang diberikan dengan adanya kegiatan wisata di kawasan laut pasir
tergolong agak setuju skor 5 (Tabel 8). Artinya dampak ekonomi terhadap
kegiatan pemanfaatan di kawasan laut pasir memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar yang dapat dijadikan sumber penghasilan, sehingga terciptanya
kemandirian masyarakat. Bagi sebagian masyarakat yang mencari nafkah di
kawasan laut pasir, dari 30 pedagang yang merupakan responden 21 pedagang
mengaku bahwa pekerjaan itu merupakan pekerjaan sampingan dimana
masyarakat hanya bekerja pada hari Sabtu dan Minggu serta hari libur. Selain ada
yang menggunakan kegiatan berjualan di kawasan laut pasir merupakan kegiatan
sampingan, tetapi terdapat pula yang menggunakan kegiatan berdagang di
kawasan laut pasir merupakan kegiatan utama. Pekerjaan utama dari masyarakat
umumnya sebagai petani di ladang.
13
Tabel 8 Nilai Dampak ekonomi kegiatan pemanfaatan di kawasan laut pasir
Nilai Kriteria Dampak Ekonomi
RataNo
Responden
Total
rata
A
B
C
D
E
F
G
1 Pengunjung
5,9 5,2 5,8 5,3 5,9 5,9 5,7 39,7
5,7
2 Pedagang
4,8 4,2 5,1 5,1 5,1 5,1 5,8 35,2
5,0
3 Jasa kuda
5,0 5,0 5,8 4,2 5,0 4,2 5,9 35,1
5,0
4 Jasa jeep
5,2 4,9 6,1 5,9 5,8 5,0 5,9 38,8
5,5
Total
20,9 19,3 22,8 20,5 21,8 20,2 23,3 148,8 21,3
Rata-rata
5,2 4,8 5,7 5,1 5,5 5,1 5,8 37,2
5,3
Keterangan: a. A=Memberikan lapangan pekerjan; B=Sumber penghasilan;
C=Meningkatkan permintaan; D=Meningkatkan kesejahteraan;
E=Sumber penghasilan tambahan; F=Memberikan manfaat ekonomi;
G=Kemandirian masyarakat
b. 1=Sangat tidak setuju; 2=Tidak setuju; 3=Agak tidak setuju;
4=Biasasaja; 5=agak setuju; 6=Setuju;7=Sangat setuju.
c. n= 30 orang pada setiap responden
Kegiatan wisata Gunung Bromo sangat dibutuhkan oleh sebagian besar
masyarakat Suku Tengger. Masyarakat mendapatkan penghasilan tambahan dari
kegiatan wisata tersebut yang dapat dijadikan untuk menghidupi keluarga dan
menyekolahkan anak. Selain itu, dari kegiatan wisata Gunung Bromo, masyarakat
dapat membeli beberapa barang yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga kegiatan pemanfaatan ini mencipkatakan kemandirian masyarakat
khususnya bagi masyarakat Suku Tengger yang bermukim di sekitar kawasan laut
pasir.
Dampak Ekologi
Endapan vulkanik di sekitar kaldera Bromo yang terdiri dari stratifikasi dari
aliran lava endesit, endapan feromagnetik, lava basalt endesit berselang-seling
dengan endapan piroklasik yang terbentuk pada 2 kali periode letusanya yaitu
130.00-144.00tahun yang lau pada kelompok endapan vulkanik bagian bawah.
Susunan vertikal endapan di kaldera Bromo Tengger tersebut merupakan
fenomena kegunungan yang sangat menarik, eksotik dan spesifik pada suatu tipe
pegunungan yang membentuk kerucut silinder dalam kaldera. Susunan vertikal
endapan vulkanik tersebut merupakan jalur wisata yang dilewati (Zaenudin 1990).
Ekosistem laut pasir memiliki massa tanah yang terdiri dari pasir yang telah
mengalami pelapukan dan saat ini sudah dapat ditumbuhi vegetasi. Massa tanah
disini selalu bergerak karena pengaruh angin dan air serta getaran dari ledakan
dalam Gunung Bromo (TNBTS 1995). Vegetasi yang terdapat di kawasan laut
pasir adalah Imperata, Paspalum dan paku-pakuan .Vegetasi yang terdapat pada
kawasan laut pasir ini akan terus berkembang sejalan dengan proses pelapukan
massive Laut pasir (Stennis 1992).
Pada dampak ekologi kawasan sebagian besar responden memberikan
pernyataan bahwa adanya kegiatan pemanfaatan berpengaruh terhadap kondisi
kawasan. Sampah dan kotoran kuda (Gambar 3) merupakan salah satu faktor
yang merusak ekologi kawasan. Sampah pengunjung ini tergolong dalam salah
satu tipe ganggauan wisata tidak langsung. Gangguan tidak langsung ini
merupakan efek lanjutan dari penggunaan lingkungan untuk wisata (Hammit dan
Cole 1987).
14
(a)
(b)
Gambar 3 (a)Kotoran kuda dan sampah yang jatuh di kawasan laut pasir
(b)Rumput yang tumbuh di kawasan laut pasir
Kegiatan yang dilakukan pada kawasan laut pasir memberikan dampak
yang positif dan negatif terhadap kawasan. Kegiatan yang dilakukan pada
kawasan laut pasir umumnya memiliki dampak terhadap kawasan dan pendapatan
masyarakat. Kegiatan wisata dapat mengakibatkan vandalisme pada sarana yang
tersedia serta kebersihan kawasan yang kurang terjaga akibat dengan banyaknya
pengunjung. Kotoran kuda merupakan salah satu pupuk kandang yang mudah
mengalami penguraian, dimana susunan kimianya yang terdiri dari 78 % H 2O;
0,70 % N; 0,25 % P2O2 dan 0,55 % K2O yang memungkinkan bakteri-bakteri
berkembang dengan aktif.
Tabel 9 Nilai Dampak ekologi kegiatan pemanfaatan di kawasan laut pasir
Nilai Kriteria Dampak Ekologi
RataNo
Responden
Total
rata
A
B
C
D
E
F
G
1 Pengunjung
5,2 5,3 4,4 5,7 5,2 5,9 5,7 37,4
5,4
2 Pedagang
5,1 5,4 4,5 4,6 4,5 5,9 5,8 35,8
5,1
3 Jasa kuda
5,2 4,0 3,3 3,7 4,1 5,7 5,9 31,9
4,6
4 Jasa jeep
3,0 2,8 3,1 2,8 2,6 3,9 3,8 22,0
3,1
Total
18,5 17,5 15,3 16,8 16,4 21,4 21,2 27,1
18,2
Rata-rata
4,6 4,4 3,8 4,2 4,1 5,4 5,3 31,8
4,6
Keterangan: a. A=Vandalisme; B=Merusak kawasan; C=Rusaknya vegetasi;
D=Pencemaran; E=Polusi; F=Banyaknya kotoran kuda; G=Sampah
b. 1=Sangat tidak setuju; 2=Tidak setuju; 3=Agak tidak setuju; 4=Biasa
saja; 5=agak setuju; 6=Setuju; 7=Sangat setuju.
c. n= 30 orang pada setiap responden
Kawasan laut pasir mampu melestarikan sebagian ekotipe di kawasan
dataran tinggi. Kawasan laut pasir merupakan sebuah akawasan lindung dari
produk suatu proses vulkanisme. Intervensi pengembangan fisik ke dalam
kawasan laut pasir seperti : transportasi jeep dan kuda hanya dibatasi pada lokasilokasi tertentu. Jalur jeep maupun kuda tersebut telah ditentukan pada lintasan
15
maupun lokasi tertentu. Hal ini untuk menjaga kealamian kawasan, agar
komposisi dari penyusun laut pasir berupa pasir yang telah mengalami pelapukan
tidak hilang dan mengeras (Riley 1994).
Berdasarkan analisa chi-square yang dilakukn pada aspek dampak nila
x2hitung > x2tabel dengan nilai x2hitung sebesar 13,83 dan x2tabel sebesar 7,81 maka
pernyataan yang didapat adalah tolak H0 (X dan Y ada perbedaan). Kegiatan
pemanfaatan yang dilakukan pada kawasan laut pasir mempunyai pengaruh yang
besar terutama pada aspek ekonomi dan aspek ekologi. Wisata yang dilakukan
pada kawasan laut pasir digunakan sebagai pemasukan yang tergolong dalam
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) TNBTS. Sebagian masyarakat yang
bermukim di sekitar kawasan laut pasir terlibat dalam kegiatan wisata yang
dilakukan, sehingga dapat menjadikan pendapatan tambahan.
Saran berupa Penambahan Sarana dan Prasarana
Kondisi kawasan laut pasir sebelum adanya kegiatan wisata dapat dikatakan
masih tertinggal karena sikap masyarakat yang masih tertutup. Belum ada sarana
dan prasarana modern di kawasan ini. Sarana ibadah utama masyarakat Tengger
yaitu Pura Agung Poten kondisinya sederhana belum ada perluasan serta
perombakan (Sutarto 2001). Sarana prasarana yang sesuai dan menunjang
kegiatan pemanfaatan adalah toilet, tempat sampah, pal (patok), papan petunjuk,
pusat informasi, papan peringatan dan pos siaga untuk gunung berapi. Penilaian
dari pengunjung dan masyarakat menunjukkan skor 5 yaitu agak setuju (Tabel
10). Pembangunan sarana dan prasarana pada kawasan laut pasir yang merupakan
zona rimba TNBTS harus dilakukan secara terbatas yang diatur pada PP No. 56
tahun yang menyatakan bahwa pembangunan sarana dan prasarana diperuntukkan
untuk kepentingan penelitian, pembangunan dan wisata alam terbatas.
Tabel 10 Nilai sarana yang disarankan oleh pengunjung dan masyarakat
Nilai Kriteria Sarana dan Prasarana
RataNo
Responden
Total
rata
A
B
C
D
E
F
G
1 Pengunjung
6,1 5,0 5,8 5,2 5,3 5,6 4,3 37,5
5,4
2 Pedagang
5,2 5,7 5,2 5,0 5,3 5,1 5,9 37,4
5,3
3 Jasa kuda
4,9 5,1 4,2 4,4 5,7 5,6 5,8 35,7
5,1
4 Jasa jeep
5,1 5,3 6,0 6,0 6,0 5,1 6,0 39,4
5,6
Total
21,3 21,1 21,2 20,6 22,3 21,4 22 149,9 21,4
Rata-rata
5,3 21,1 5,3 5,2 5,6 5,4 5,5 37,5
5,4
Keterangan: a. A=Toilet; B=Tempat sampah; C=Pal Batas; D=Papan petunjuk; E=Pusat
informasi; F=Papan peringatan; G=Pos siaga
b. 1=Sangat tidak setuju; 2=Tidak setuju; 3=Agak tidak setuju; 4=Biasa saja;
5=agak setuju; 6=Setuju; 7=Sangat setuju.
c. n= 30 orang pada setiap responden
16
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.
2.
1.
2.
Pemanfaatan yang dilakukan berupa kegiatan wisata yang ditunjang oleh
berdagang, jasa jeep dan jasa kuda. Penilain dari responden bentuk kegiatan
lain yang agak setuju dilakukan selain kegiatan wisata tersebut adalah
penelitian. Secara umum kondisi laut pasir indah, nyaman dan aman, tetapi
masalah kebersihan kurang diperhatikan. Sumberdaya alam yang berada di
kawasan laut pasir tidak dapat dimanfaatkan secara bebas harus mematuhi
aturan yang ada. Uji chi-square untuk aspek persepsi menunjukkan bahwa
nilai X2 hitung < X2tabel sebesar 0,95 < 12,59 hal ini menyatakan bahwa
jawaban dari responden tidak memiliki perbedaan/ hubungan terhadap
pertanyaan yang diberikan.
Kegiatan pemanfaatan berupa wisata memberikan dampak ekonomi
terhadap pendapatan masyarakat dan dampak ekologi terhadap kawasan
khususnya kebersihan kawasan . Dampak ekonomi dari kegiatan wisata ini
adalah adanya penghasilan tambahan bagi masyarakat sekitar yang
mendiami kawasan lereng Pegunungan Tengger.Timbulnya sampah dan
banyak kotoran kuda yang jatuh ke laut pasir merupakan dampak yang
paling dirasakan. Uji chi-square untuk aspek dampak menunjukkan bahwa
nilai X2 hitung > X2tabel sebesar 13,83 > 7,81 hal ini menyatakan bahwa
jawaban dari responden memiliki perbedaan/ hubungan terhadap pertanyaan
yang diberikan.
Saran
Salah satu penunjang dalam kegiatan wisata adalah berdagang, tetapi
sebaiknya para pedagang ini ditempatkan pada tempat khusus untuk
menjaga kealamian kawasan. Masalah kebersihan lebih diperhatikan untuk
memberikan kenyamanan pada pengunjung, selain itu dipertahankannya
aturan yang berlaku mengenai pemanfaatan sumberdaya di kawasan laut
pasir.
Upaya meningkatan dampak ekonomi dari kegiatan wisata adalah
dibentuknya koperasi untuk pedagang yang berjualan di kawasan laut pasir,
agar kesejahteraannya meningkat dan terkesan teratur. Sedangkan untuk
menekan dampak ekologi, maka dibuatlah aturan untuk penyedia jasa kuda
menggunakan kantong kuda demi kebersihan kawasan dari kotoran kuda.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar A dan H Ariyanto. 1997. Pemetaan Geologi Lingkungan Daerah
Probolinggo
dan Sekitarnya, Jawa Timur. Bandung (ID): Direktorat
Jenderal Geologi Tata Lingkungan.
Ardika IG. 2006. Perencanaan Perkembangan Destinasi Wisata. Jakarta (ID):
Universitas Indonesia Press.
17
Avenzora R. 2008. Ekoturisme-Teori dan Praktek. Banda Aceh (ID): BRR NADNias.
Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 1995. Rencana Kerja Tahunan
Taman Nasional BromoTengger Semeru: 1 April 1994-31 Maret 1996.
Malang (ID): Departemen Kehutanan.
Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 2014. Rencana Kerja 5 Tahunan
Taman Nasional BromoTengger Semeru. Malang (ID): Departemen
Kehutanan.
Bronto S. 2001. Vulkanologi. Yogyakarta (ID): Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta.
Damanik. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta (ID): Andi Yogyakarta
Fandeli C. 2001. Berbagai Kegiatan Wisata Alam. Dasar-dasar Managemen
Kepariwisataan
Alam. Yogyakarta (ID): Liberty.
Hammit WE dan DN Cole. 1987. Wildland Recreation. New York (US): John
Wiley and
Sons Inc.
Hardiwinoto S. 2001. Sumberdaya Hutan untuk Kepariwisataan Alam.DasarDasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta (ID): Liberty.
Hendratno A. 2003. Kegiatan Alam Terbuka dan Geowisata. Jurnal Pariwisata
3(2) :1117. Bandung (ID): Stipar Yapari-Aktripa.
Indraswari F. 2007. Identifikasi gangguan dan kerusakan Flora dan Fauna di
Kawasan Wisata Gunung Bromo, Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Ridwan 2011. Pengantar statistika untuk penelitian, pendidikan,sosial, ekonomi,
komunikasi dan bisnis. Bandung (ID): Alfabeta.
Kuncorowati T. 2006. Identifikasi Vegetasi di Blok Adasan Laut Pasir Tengger.
Laporan Kegiatan Magang CPNS 2005. Malang (ID): Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru.
Pendit NS. 2006. Ilmu Pariwisata. Jakarta(ID): PT. Pradnya Paramita
Riley. 1994. The Natural Heritage of Southern Ontario’s Landscapes : A Review
of Conservation dan Restoration Ecology for Landuse and Landscape
Planning: Ontario (UK): Ministry of Natural Resources Southtern Region,
Aurora.
Steenis CGGJ. 1992. The Mountain Flora of Java. Bogor (ID): Pusat Penelitian
Biologi LIPI.
Sutarto .2001. Di Balik Mitos Gunung Bromo. Surabaya (ID): Dinas Pariwisata
Propinsi Jawa Timur.
Widyaprakosa S. 1994. Masyarakat Tengger : Latar Belakang Daerah Taman
Nasional Bromo.
Yogyakarta (ID): Kanisus.
Wibowo JS . 2006. Kajian Interpretasi Budaya Tengger di Resort Tengger Laut
Pasir
Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Laporan
Kegiatan Magang CPNS 2005.Malang (ID): Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru.
Wiryaman. 2006. Kajian Ekonomi Masyarakat Desa Ngadisari untuk Mendukung
Penetapan Desa Model di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Laporan Kegiatan Mmagang CPNS 2005. Malang (ID): Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru.
18
Yoeti OA. 2006. Tours dan Travel Marketing. Jakarta (ID): PT. Pradnya
Paramita.
Zaenudin A. 1990. Stratigrafi dan Genesis Kerucut Cemoro Lawang di Kaldera
Bromo Tengger Jawa Timur. Bandung (ID) :Agi.
19
Lampiran 1 Analisis chi-square aspek persepsi
Aspek
Indikator
Pengunjung
Pedagang
Penyedia Jasa
Kuda
Penyedia Jasa
Jeep
Total
X-BAR
Aspek
Indikator
Pengunjung
Pedagang
Penyedia Jasa
Kuda
Penyedia Jasa
Jeep
X-2
Aspek
Indikator
Pengunjung
Pedagang
Penyedia Jasa
Kuda
Penyedia Jasa
Jeep
chi-square
Tabel
Kegiatan yang
dilakukan
147
157
152
Persepsi
Kondisi
kawasan
146
165
159
SDA yg
dimanfaatkan
99
114
113
Total
152
158
99
409
609
629
425
1663
Kegiatan yang
dilakukan
143,9188214
159,6656645
155,6374023
Persepsi
Kondisi
kawasan
148,6452195
164,9092002
160,748647
SDA yg
dimanfaatkan
101,4359591
111,4251353
108,6139507
149,7781118
154,6969333
105,5249549
Kegiatan yang
dilakukan
0,12
0,04
0,09
Persepsi
Kondisi
kawasan
0,05
0,00
0,00
SDA yg
dimanfaatkan
0,02
0,06
0,18
0,03
0,07
0,29
0,95 TERIMA H0
12,59
393
436
424
20
Lampiran 2 Analisis chi-square aspek dampak
Aspek
Indikator
Pengunjung
Pedagang
Penyedia Jasa Kuda
Penyedia Jasa Jeep
Total
Dampak
Dampak Ekonomi
Dampak Ekologi
170
161
151
154
151
137
166
94
638
546
X-BAR
Aspek
Indikator
Pengunjung
Pedagang
Penyedia Jasa Kuda
Penyedia Jasa Jeep
Dampak
Dampak Ekonomi
Dampak Ekologi
178,3597973
152,6402027
164,3496622
140,6503378
155,1891892
132,8108108
140,1013514
119,8986486
X-2
Aspek
Indikator
Pengunjung
Pedagang
Penyedia Jasa Kuda
Penyedia Jasa Jeep
Dampak
Dampak Ekonomi
Dampak Ekologi
0,39
0,46
1,08
1,27
0,11
0,13
4,79
5,59
chi-square
tabel
13,83 TOLAK H0
7,81
Total
331
305
288
260
1184
Lampiran 3 Rekapitulasi karcis pengunjung dan kendaraan
NO
1.
2.
3
Lokasi Pungutan/
Jenis Karcis
CEMOROLAWANG
Pengunjung Biasa
Pengunjung Pelajar
Kendaraan Roda 4
Kendaraan Roda 2
Sepeda / Kuda
WONOKITRI
Pengunjung Biasa
Pengunjung Pelajar
Kendaraan Roda 4
Kendaraan Roda 2
Sepeda / Kuda
TUMPANG
Pengunjung Biasa
Pengunjung Pelajar
Kendaraan Roda 4
Kendaraan Roda 2
Sepeda / Kuda
Tahun 2009
Domestik Manca
97.684
11.411
59.644
11.411
24.796
5.751
7.493
50.636
10.126
35.788
10.126
1.373
7.220
6.226
29
5.225
902
3.964
902
661
343
254
3
-
Tahun 2010
Domestik Manca
112.167
14.551
82.166
14.551
6.541
7.507
11.844
4.109
52.138
10.273
35.751
10.273
2.905
6.844
6.638
7.539
741
5.417
741
1.226
454
442
-
Tahun 2011
Domestik
Manca
77.133
13.397
60.608
13.397
5.316
10.318
891
41.917
7.712
28.500
7.712
54
4.534
8.829
6.645
906
4.237
906
1.528
425
455
-
Tahun 2012
Domestik
Manca
211.939
16.803
156.434
16.803
2.405
10.361
29.233
11.101
66.398
7.448
66.398
7.448
640
7.352
23.799
6.566
1.552
6.566
1.552
3.505
868
913
-
Tahun 2013
Domestik
Manca
288.137
21.265
22.308
40.335
14.467
128.986
7.727
860
10.921
47.031
638
45.192
2.992
2.739
2.049
18.710
-
21
22
Lampiran 3 Rekapitulasi karcis pengunjung dan kendaraan (Lanjutan)
NO
4.
Lokasi Pungutan /
Jenis Karcis
RANUPANI
Pengunjung Biasa
Pengunjung Pelajar
Kendaraan Roda 4
Kendaraan Roda 2
Sepeda / Kuda
Tahun 2009
Domestik Manca
2.628
247
950
247
1.678
-
Tahun 2010
Domestik Manca
2.805
304
1.276
304
1.529
-
Tahun 2011
Domestik
Manca
3.843
362
1.606
362
2.237
-
Tahun 2012
Domestik
Manca
3.588
494
3.588
494
6.111
-
Tahun 2013
Domestik
Manca
46.929
848
4.723
-
23
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 11 April 1992 dari bapak Sarkubi dan
ibu Mi’ayah. Penulis adalah putri pertama dari 2 bersaudara. Riwayat pendidikan
penulis yaitu t
TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
IKA KASUARINA SAMIASIH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Pemanfaatan
Kawasan Laut Pasir di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Ika Kasuarina Samiasih
NIM E34100022
ABSTRAK
IKA KASUARINA SAMIASIH. Studi Pemanfaatan Kawasan Laut Pasir di
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dibimbing oleh TUTUT
SUNARMINTO dan HARNIOS ARIEF.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan
konservasi yang mempunyai keunikan berupa laut pasir. Metode yang digunakan
untuk melihat persepsi pengunjung dan masyarakat menggunakan kuesioner
dalam bentuk close ended dan menggunakan teknik skala likert . Analisis data
dilakukan secara deskriptif dan menggunakan uji statistik chi square. Persepsi
dari responden mendapatkan skor 5 (agak setuju) untuk jenis kegiatan yang
dilakukan dan kondisi kawasan. Responden memberikan skor 3 (kurang setuju)
untuk sumberdaya alam yang dimanfaatkan. Uji chi square untuk aspek persepsi
menunjukkan bahwa nilai X2 hitung < X2tabel sebesar 0,95 < 12,59 hal ini
menyatakan bahwa jawaban dari responden tidak memiliki perbedaan/ hubungan
terhadap pertanyaan yang diberikan. Responden memberikan skor 5 (agak setuju)
terhadap dampak ekonomi dan dampak ekologi yang ditimbulkan dari kegiatan
pemanfaatan. Uji chi square untuk aspek dampak menunjukkan bahwa nilai X2
2
hitung > X tabel sebesar 13,83 > 7,81 hal ini menyatakan bahwa jawaban dari
responden memiliki perbedaan/ hubungan terhadap pertanyaan yang diberikan.
Kata kunci: dampak kegiatan pemanfaatan, laut pasir, pemanfaatan kawasan
ABSTRACT
IKA KASUARINA SAMIASIH. Study of Laut Pasir Utilization in Bromo
Tengger Semeru National Park. Supervised by TUTUT SUNARMINTO and
HARNIOS ARIEF.
Bromo Tengger Semeru national park is the only conservation area which
has a unique form laut pasir. The method used to perceptions of visitors and
public use in the form of close-ended questionnaire and use Likert scale
technique. Data were analyzed using descriptive and chi-square statistical test.
Perceptions of respondents earn a score of 5 (somewhat agree) to the type of
activities performed and the condition of the area. Respondents gave a score of 3
(disagree) to natural resources exploited. Chi square test for aspects of perception
indicates that the value of X2count < X2 tabel at 0,95 < 12,59 it is stated that the
answers of the respondents do not have a difference / relationship to a given
question. Respondents gave a score of 5 (somewhat agree) to the impact of the
economic and ecological impacts arising from use activities. Chi square test for
aspects of the impact showed that value of X2count > X2 tabel at 13,83 > 7,81 it is
stated that the answers of the respondents have a difference / relationship to a
given question.
Key words: impact of the utilization, laut pasir, utilization of area
STUDI PEMANFAATAN KAWASAN LAUT PASIR DI
TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
IKA KASUARINA SAMIASIH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari-Maret 2014 ini ialah
pemanfaatan kawasan, dengan judul Studi Pemanfaatan Kawasan Laut Pasir di
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi dan Dr
Ir Harnios Arief, MSc selaku pembimbing. Penghargaan penulis sampaikan
kepada Ibu Fariana Prabandari selaku Kepala Bidang Teknis Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru, Ibu Chomsatun selaku staf Seksi Pemanfaatan dan
Pelayanan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Bapak Sarmin selaku Kepala
SPTN 1 Cemoro Lawang beserta staf ( Bapak Mohammad Azam, Bapak Timbul
dan Bapak Arnomo) SPTN 1 Cemoro Lawang, Bapak Basuki Agus Priyanto
selaku Kepala Resort Tengger Laut Pasir beserta staf (Bapak Senewo dan Bapak
Susianto) Resort Tengger Laut Pasir yang telah membantu selama pengumpulan
data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, seluruh
keluarga, kelompok Pratek Kerja Lapang Profesi (Branindityo Nugroho, Asep
Badru Tamam, Aruni Nurrahim dan Meyliana Astriyantika), Muhamad Sugeng
Wahyudi dan teman-teman Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata angkatan 47 (Nephentes rafflesiana) atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Ika Kasuarina Samiasih
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
Manfaat
1
Kerangka Pemikiran
2
METODE
3
Lokasi dan Waktu Penelitian
3
Alat dan Subjek Penelitian
3
Jenis Data yang Dikumpulkan
4
Metode Pengumpulan Data
5
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Aspek Persepsi
6
Aspek Dampak
11
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
19
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
Alat dan subjek yang digunakan dalam penelitian
Data primer penelitian
Data sekunder penelitian
Rekapitulasi karcis pengunjung dan transportasi TNBTS
Nilai persepsi pelaku wisata terhadap kegiatan yang dilakukan di
kawasan laut pasir
6 Nilai persepsi pelaku wisata terhadap kondisi kawasan laut pasir
7 Nilai persepsi terkait sumberdaya alam yang dimanfaatkan di kawasan
laut pasir
8 Nilai dampak ekonomi kegiatan pemanfaatan di kawasan laut pasir
9 Nilai dampak ekologi kegiatan pemanfaatan di kawasan laut pasir
10 Nilai sarana yang disarankan oleh pengunjung dan masyarakat
4
4
5
7
8
9
10
13
14
15
DAFTAR GAMBAR
1 Bagan kerangka pemikiran
2 Lokasi penelitian
3 (a) Kotoran kuda dan sampah yang tajuh di kawasan laut pasir
(b) Rumput yang tumbuh di kawasan laut pasir
2
3
14
14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisa chi-square aspek persepsi
2 Analisa chi-square aspek dampak
3 Rekapitulasi karcis pengunjung dan transportasi
19
20
21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya, Pasal (1) ayat (14) menyatakan bahwa taman nasional
adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, yang dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Pemanfaatan sumberdaya dalam kawasan taman nasional baik sebagai obyek
wisata maupun sebagai penyeimbang sistem kehidupan harus dikembangkan dan
dijaga kelestariannya. Unsur biotik yang terkandung di dalamnya bersifat mudah
punah terhadap pengaruh campur tangan manusia, khususnya dalam kegiatan
pemanfaatan.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 278/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997
dengan luas kawasan 50.276,3 hektar, yang terdiri dari 50.266,5 hektar daratan
dan 10,25 hektar perairan (danau). TNBTS merupakan satu-satunya kawasan
konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250
hektar yang berada pada pengelolaan Seksi 1, Resort Tengger Laut Pasir.
Kondisi saat ini, pada kawasan laut pasir telah dilakukan berbagai kegiatan
seperti wisata menuju Gunung Bromo yang ditunjang dengan kegiatan berjualan,
penyewaan kendaraan dan kuda yang akan digunakan oleh pengunjung dalam
kegiatan wisata, ibadah oleh suku tengger serta pembangunan prasarana berupa
toilet bawah tanah ( Indraswari 2007). Khususnya kegiatan wisata Gunung Bromo
sangat berkaitan erat dengan kawasan laut pasir, karena untuk mencapai Gunung
Bromo pengunjung harus melewati kawasan, sehingga dari kegiatan tersebut
timbul berbagai dampak. Penelitan ini perlu dilakukan untuk mengetahui dampak
yang ditimbulkan khususnya terhadap ekonomi masyarakat dan ekologi kawasan.
Tujuan
1.
2.
Tujuan penelitian adalah :
Mengidentifikasi bentuk pemanfaatan dan persepsi pengunjung serta
masyarakat terhadap kawasan laut pasir.
Mengidentifikasi dampak ekonomi dan ekologi yang ditimbulkan dari
kegiatan pemanfaatan.
Manfaat
Manfaat dari penelitian adalah terwujudnya kelestarian kawasan dan
kelestarian kegiatan wisata di dalamnya. Manfaat bagi pengunjung adalah
kenyamanan dalam berwisata, sedangkan manfaat bagi masyarakat adalah
peningkatan pendapatan. Pihak TNBTS sebagai pengelola dapat menjadikan
penelitian ini sebagai acuan dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan
kawasan.
2
Kerangka Pemikiran
Kegiatan yang dilakukan dalam kawasan laut pasir berkaitan dengan 3
(tiga) fungsi utama yang dimiliki yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.
Kegiatan yang menjadi fokus utama penelitian adalah wisata yang ditunjang oleh
3 (tiga) kegiatan lain yaitu berkuda, penyewaan jeep dan berjualan. Kegiatan
wisata ini akan menimbulkan dampak bagi ekologi kawasan dan ekonomi
masyarakat. Pada aspek sosial budaya tidak dikaji lebih dalam karena penelitian
ini dibatasi untuk fungsi ekologi dan fungsi ekonomi. Berikut adalah bagan
kerangka pemikiran.
.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Laut Pasir
Fungsi
Ekologi
Fungsi
Ekonomi
Fungsi
Sosial
Budaya
Penyangga
zona inti
Penunjang
Kegiatan
Wisata
Kegiatan
Ritual
Masyarakat
Berkuda
Berjualan
Jeep
Dampak Ekologi
Dampak Ekonomi
Pengelolaan Kawasan
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran
3
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian terletak di kawasan laut pasir yang berada di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang berada pada wilayah Seksi
Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) I, Resort Pengelolaan Taman Nasional
(RPTN) Tengger Laut Pasir. Penelitian ini tidak dipengaruhi oleh waktu tertentu,
sehingga peneliti menentukan alokasi waktu pada bulan Februari-Maret 2014.
Gambar 2 Lokasi penelitian
Alat dan Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa alat penelitian yang akan mendukung
dalam pelaksanaan di lapang. Penelitian ini bersifat sosial sehingga menggunakan
subyek penelitian yang diperlukan oleh peneliti sebagai sumber data di lapang.
Pada Tabel 1 diterangkan alat dan subyek yang digunakan oleh peneliti di lapang.
4
Tabel 1 Alat dan subjek yang digunakan dalam penelitian
No
Komponen
Alat
1
Kuesioner
2
Kamera
Subjek
1
Pengunjung
2
Pedagang
3
Penyedia jasa kuda
4
Penyedia jasa jeep
5
Pengelola
Kegunaan
Mendapatkan data primer dari responden
Mendapatkan dokumentasi
Sumber data dan informasi
Sumber data dan informasi
Sumber data dan informasi
Sumber data dan informasi
Sumber data dan informasi kawasan TNBTS
Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya dan diolah oleh
peneliti. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti, namun
sudah diolah dan dipublikasikan oleh pihak lain.
Data primer
Data yang diperoleh dari pengunjung dan masyarakat meliputi identitas
responden, persepsinya terhadap kawasan laut pasir dan kegiatannya, dampak
yang dirasakan oleh responden mengenai kegiatan yang dilakukan pada kawasan
laut pasir, serta saran responden mengenai pengelolaan kawasan laut pasir.
Informasi yang yang dikumpulkan dapat di lihat pada tabel 2.
Jenis data
Identitas
Persepsi
terhadap Laut
Pasir
Dampak
Saran
Tabel 2 Data primer penelitian
Metode pengumpulan Informasi yang dikumpulkan
data
Kuesioner
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan terakhir
Kuesioner
Kegiatan yang dilakukan
Kondisi kawasan
Sumberdaya
yang
dimanfaatkan
Kuesioner
Dampak Ekonomi
Dampak Ekologi
Kuesioner
Sarana dan prasarana
dapat
5
Data sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi kondisi umum kawasan laut pasir
dan pengelolaan kawasan laut pasir. Data sekunder digunakan untuk mendukung
data primer.
No Parameter
1 Kondisi
umum
kawasan
2
Jumlah
Pengunjung
Tabel 3 Data sekunder penelitian
Variabel
Sumber
Letak dan luas, sejarah Kantor
dan status, iklim dan
pengelola
curah hujan, bahan
penyusun, topografi,
ketinggian.
Jumlah pengunjung
Kantor
laut pasir dari pintu
pengelola
Cemoro Lawang,
Penanjakan, Ngadas
dan Ranupani
Metode
a. Wawancara
b. Studi
literatur
a.
Studi
literatur
Metode Pengumpulan Data
Kuesioner
Penyebaran kuesioner kepada pengunjung dan masyarakat dilakukan dengan
menggunakan metode Cluster Random Sampling, yaitu cara mengelompokkan
populasi ke dalam kategori (Ridwan 2011). Jumlah masing-masing kategori
adalah 30 orang dengan asumsi jumlah tersebut dapat mewakili jumlah populasi
yang ada. Kategori yang diambil adalah pengunjung, pedagang, penyedia jasa
kuda, dan penyedia jasa jeep.
Kuesioner yang diberikan disajikan dalam bentuk close ended, dimana
setiap pertanyaan yang ada disediakan pilihan jawaban. Hal ini didasarkan agar
jawaban yang diberikan oleh responden tidak meluas dan dapat fokus terhadap
tujuan penelitian. Penilaian yang dilakukan pada kuisioner menggunakan skala
likert 1-7 (1. Sangat tidak setuju, 2.Tidak setuju. 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa
saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat setuju) (Avenzora 2008).
Analisis Data
Penilaian persepsi dari responden terhadap kawasan dapat dilihat dari aspek
kegiatan yang dilakukan, kondisi kawasan, dan sumberdaya pada kawasan laut
pasir yang dapat dimanfaatkan serta dampak yang ditimbulkan dari kegiatan.
Penilaian persepsi responden dilakukan dengan menggunakan skala likert,
sehingga setiap pertanyaan memiliki skor 1 sampai 7. Setiap indikator dari aspek
yang dikaji memiliki nilai rataan dan akan dianalisis secara deskriptif. Tujuannya
untuk menjelaskan arti dari persepsi responden akan setiap indikator dari elemen
yang diberikan.
Persepsi responden akan diperbandingkan dari satu kategori dengan
kategori yang lain yaitu pengunjung, pemilik jeep, pedagang dan pemilik kuda.
Analisis dilakukan melalui uji Chi-Square yang berguna untuk menguji hubungan
6
atau pengaruh dua variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara
variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya. Uji Chi-Square dapat
dilakukan melalui program komputer Microsoft Excell 2013 dengan rumus
sebagai berikut.
dimana
X2 tabel = X2(0,05 :df)
Hipotesis : H0 = independen (X dan Y tidak ada perbedaan/hubungan antara dua
variabel)
H1 = tidak independen (X dan Y ada perbedaan/hubungan antara dua
variabel)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Persepsi
Karakteristik Responden
Responden adalah orang yang dapat merespon dan memberikan informasi
mengenai data penelitian. Pada penelitian ini jumlah responden yang diambil ada
120 respoden, yang meliputi pengunjung, pedagang, penyedia jasa kuda dan
penyedia jasa jeep. Karektistik dari masing-masing responden adalah untuk
pengunjung yang mendominasi adalah kalangan dewasa, dengan pendidikan
terakhir sebagian besar adalah lulusan SMA. Jumlah pengunjung berjenis kelamin
laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Pedagang yang mendominasi adalah
pada usia dewasa dengan sebagian besar adalah lulsan SD. Responden dari
penyedia jasa kuda dan penyedia jasa jeep adalah berjenis kelamin laki-laki yang
umumnya berusia dewasa dengan pendidikan akhir umumnya adalah lulusan
SMP dan SMA, mereka lebih memilih untuk mencari nafkah di lautan pasir dari
pada meneruskan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Bentuk Pemanfaatan Kawasan Laut Pasir
Menurut Pasal 1, ayat 1 Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang
Kepariwisataan menyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalan atau sebagian
dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara
untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Pengertian wisata alam menurut
Pasal 1, ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam di Suaka Marga Satwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya,
dan Taman Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan suaka margasatwa, taman
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
Wisata alam dapat diartikan sebagai suatu bentuk rekreasi dan pariwisata
yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan ekosistemnya, baik dalam
bentuk asli maupun setelah adanya perpaduan dengan daya cipta manusia
(Hardiwinoto 2001). Umumnya wisatawan melakukan kegiatan wisata tergantung
7
dengan kondisi atraksi dan obyek wisatanya. Kegiatan wisata alam dapat
digolongkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kegiatan wisata alam aktif dan
kegiatan wisata alam pasif. Kegiatan wisata alam aktif merupakan kegiatan yang
membutuhkan banyak tenaga fisik, penuh tantangan dan berbahaya. Kegiatan
wisata alam pasif merupakan kegiatan santai tidak diperlukan tenaga banyak
(Fandeli 2001).
Sebagai suatu aktivitas manusia,wisata adalah fenomena pergerakan
manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Kegiatan wisata berhubungan
erat dengan organisasi, hubungan-hubungan dan kelembagaan dan individu,
kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan dan sebagainya. Ketika
seseorang melakukan kegiatan wisata, maka harus membutuhkan layanan
akomodasi yang sering kali harus diberikan oleh pihak lain dalam hal ini adalah
jasa penyedia layanan wisata. Semua ini merupakan rangkaian elemen yang saling
mempengaruhi atau menjalankan fungsi-fungsi tertentu agar kegiatan wisata dapat
tetap berjalan dengan lancar (Ardika 2006).
Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.329 meter dpl yang merupakan salah
satu gunung yang masih aktif di dunia. Daya tarik kawasan wisata Gunung
Bromo, khususnya kawasan laut pasir tidak saja skala nasional melainkan telah
menjadi obyek yang memiliki skala jangkauan internasional. Daya tarik ini
disebabkan oleh adanya keunikan berupa kawah di tengah kawah dengan lautan
pasirnya yang membentang luas di sekeliling kawah Gunung Bromo. Setiap
tahunnya kegiatan wisata Gunung Bromo mengalami fluktuasi terkait jumlah
kunjungan dari wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Wisatawan
yang mengunjungi Gunung Bromo dapat melalui empat pintu yaitu Cemoro
Lawang, Wonokitri, Tumpang dan Ranupani. Beberapa hal yang menyebabkan
terjadinya fluktuasi ini salah satunya adalah akibat dari Gunung Bromo meletus.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 yang merupakan jumlah wisatawan Gunung
Bromo 5 tahun terakhir.
No
1
2
3
4
5
Tabel 4 Rekapitulasi karcis pengunjung dan transportasi TNBTS
Pengunjung
Transportasi
Tahun
Domestik Mancanegara Roda 4
Roda 2
2009
128.854
22.686
13.314
13.973
2010
186.044
25.869
20.671
18.924
2011
95.289
22.377
10.275
19.602
2012
245.647
26.297
18.581
53.945
2013
516.706
32.832
35.278
106.076
Kuda
32
4.109
891
11.101
15.106
Sumber: Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (2014).
Kegiatan wisata Gunung Bromo dapat berjalan dengan baik apabila
ditunjang dengan kegiatan-kegiatan lain seperti berkuda, menggunakan
transportasi jeep dan berdagang. Persepsi dari pelaku wisata (pengunjung,
penyedia jasa kuda, penyedia jasa Jeep dan pedagang) menyatakan bahwa
kegiatan yang dilakukan pada kawasan laut pasir tergolong agak setuju (skor 5)
terlihat pada Tabel 5. Artinya bahwa beberapa kegiatan lain seperti berkuda,
menggunakan transportasi jeep dan berdagang sangat dibutuhkan guna menunjang
kegiatan wisata.
8
Perjalanan menuju puncak Gunung Bromo, para pengunjung harus
melewati lautan pasir sepanjang ± 3 kilometer dan menaiki 255 anak tangga.
Pengunjung dapat mencapai puncak Gunung Bromo dapat dilakukan dengan
beberapa hal, yaitu dapat berjalan kaki dari Cemoro Lawang melewati laut pasir,
selain itu pengunjung dapat menggunakan jasa dari penyedia jasa wisata berupa
penyewaan jeep dan penyewaan kuda. Sebagai informasi bahwa untuk
menggunakan jasa jeep pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp 300.000,00
dengan rute perjalanan wisata mengelilingi kawasan laut pasir yang terdiri dari
Gunung Bromo, savana telutubies, watu kuto dan pasir berbisik. Apabila
pengunjung memilih menggunakan jas kuda maka pengunjung di kenakan tarif Rp
100.000,00 dengan rute perjalanan pulang-pergi dari Cemoro Lawang sampai kaki
tangga Gunung Bromo. Hal ini dijelaskan oleh Wibowo (2006) bahwa
pengunjung yang ingin menuju tangga Gunung Bromo dapat menggunakan kudakuda yang ditawarkan oleh penyedia jasa kuda. Pengunjung yang memilih
berkuda alasannya karena dapat menikmati keindahan laut pasir dengan cara yang
lebih tradisional dan alami.
Tabel 5 Nilai persepsi pelaku wisata terhadap kegiatan yang dilakukan pada
kawasan laut pasir
No
1
2
3
4
Responden
Pengunjung
Pedagang
Jasa kuda
Jasa jeep
Total
Rata-rata
Nilai Kriteria Kegiatan yang Dilakukan
A
5,8
6,1
5,4
5,0
22,3
5,6
B
C
D
E
F
4,4 3,3 4,7
4,7 5,6
6,0 3,4 4,7
4,9 5,8
5,4 3,4 4,9
5,2 5,7
5,2 3,1 5,0
5,3 5,9
21 13,2 19,3 20,1 23
5,3 3,3 4,8
5,0 5,8
G
6,0
5,7
5,6
5,9
23,2
5,8
Total
Rata
-rata
34,5
36,6
35,5
35,4
122,1
35,5
4,9
5,2
5,1
5,1
20,3
5,1
Keterangan: a. A=Wisata; B=Berdagang; C=Berkemah; D=Berkuda; E=Berjeep
F=Ibadah; G=Penelitian
b. 1=Sangat tidak setuju; 2=Tidak setuju; 3=Agak tidak setuju; 4=Biasa
saja; 5=agak setuju; 6=Setuju; 7=Sangat setuju.
c. n= 30 orang pada setiap responden
Peraturan Pemerintah tahun 59 tahun 1998 mengenai tarif atas penerimaan
negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Kehutan dan Perkebunan
bahwa untuk transportasi jeep yang memasuki kawasan laut pasir dikenakan tarif
Rp 6.000 per sekali masuk. Bagi penyedia jasa kuda tarif yang dikeluarkan oleh
pihak TNBTS adalah Rp 2.000 per sekali masuk. Kegiatan berdagang yang
diperbolehkan hanya pada wilayah Cemoro Lawang, akan tetapi banyak pedagang
yang melanggar aturan tersebut dan berjualan di kawasan laut pasir. Tercatat 1620 pedagang yang terdaftar berjualan di kawasan laut pasir, akan tetapi mereka
diizinkan berjualan dengan ketentuan (1) mau ditempatkan, (2) bongkar pasang,
(3) tidak bermalam, dan (4) menjaga lingkungan sekitar. Kegiatan penelitian dan
keagamaan juga dapat dilakukan di kawasan laut pasir. Menurut Wibowo (2006)
kegiatan berkemah bertujuan untuk menyatu dengan alam dan mendapatkan
kepuasan batin sendiri dalam menikmati panorama Gunung Bromo. Pengunjung
9
dapat melakukan kegiatan berkemah tidak pada kawasan laut pasir, melainkan
pada areal camping ground yang telah disediakan pengelola.
Kondisi Kawasan Laut Pasir
Gunung Bromo (2.329 mdpl) adalah salah satu gunung dari beberapa
gunung lainnya yang terhampar di kawasan Kompleks Pegunungan Tengger,
berdiri diareal kaldera berdiameter 8-10 km yang dinding kalderanya mengelilingi
laut pasir sangat terjal dengan kemiringan A ± 60-80 derajat dan tinggi berkisar
antara 200-600 meter. Daya tarik Gunung Bromo yang istimewa adalah kawah di
tengah kawah dengan lautan pasirnya yang membentang luas di sekeliling kawah
Bromo yang samapai saat ini masih terlihat mengepulkan asap putih setiap saat
(Damanik 2006).
Kondisi kawasan menurut hasil persepsi dari para pelaku wisata tergolong
dalam kriteria agak setuju (skor 5) Tabel 6. Artinya bahwa kawasan laut pasir
merupakan kawasan yang indah, nyaman, tidak bahaya dan dapat berfungsi
dengan baik. Faktor kenyamanan dan keamanan sangat menentukan keinginan
orang untuk melakukan perjalanan wisata. Wisata utuk bersenang-senang bukan
untuk mencari bahaya atau susah (Yoeti 2006). Namun demikian, kawasan laut
pasir tidak sepenuhnya merupakan kawasan yang bebas dari sampah dan masih
terjaga kealamiannya. Banyak sampah- sampah kecil yang berserakan di dalam
kawasan laut pasir, selain itu kotoran kuda yang jatuh dapat mencemari pasir
yang merupakan penyusun dasar kawasan ini.
Tabel 6 Nilai persepsi pelaku wisata terhadap kondisi kawasan laut pasir
Nilai Kriteria Kondisi Kawasan
RataNo
Responden
Total
rata
A
B
C
D
E
F
G
1 Pengunjung
4,4 5,7 5,2 5,0 3,8 4,5 5,6 34,2
4,8
2 Pedagang
5,7 5,8 5,7 5,9 5,2 4,4 5,9 38,6
5,5
3 Jasa kuda
5,7 5,2 6,1 5,1 5,1 4,3 5,7 37,2
5,3
4 Jasa jeep
5,9 5,1 6,0 5,9 4,2 4,2 5,6 36,9
5,3
Total
21,7 21,8 23 21,9 18,3 17,4 22,8 146,9 21,6
Rata-rata
5,4 5,5 5,0 5,5 4,6 4,4 5,7 36,7
5,2
Keterangan: a. A=Bersih; B=Indah; C=Alami; D=Nyaman; E=Panas; F=Aman;
G=Berfungsi
b. 1=Sangat tidak setuju; 2=Tidak setuju; 3=Agak tidak setuju; 4=Biasa
saja; 5=agak setuju; 6=Setuju; 7=Sangat setuju.
c. n= 30 orang pada setiap responden
Sumberdaya Alam yang Dimanfaatkan pada Kawasan Laut Pasir
Bentuk pemanfaatan yang boleh dilakukan pada kawasan konservasi
khususnya taman nasional sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun
1990 Pasal (26) yang menyatakan bahwa pemanfaatan secara lestari sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan kondisi
lingkungan kawasan pelestarian alam dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa
liar. Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 Pasal (31) menjelaskan bahwa kegiatan
lain yang boleh dilkukan di taman nasional yaitu kegiatan untuk kepentingan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya dan
10
wisata alam dan harus dilakukan tanpa mengurangi fungsi pokok masing-masing
kawasan.
Masyarakat boleh melakukan aktivitas di dalam kawasan konservasi
khususnya taman nasional sepanjang sesuai dengan tujuan umum yang dijelaskan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 1998 Pasal (3), yaitu mengusahakan
terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan mutu kehidupan. Kegiatan pemanfaatan dalam kawasan
konservasi akan menimbulkan dampak yang positif dan negatif terhadap aspek
ekonomi masyarakat dan aspek ekologi kawasan konservasi.
Terdapat kegiatan-kegiatan yang tidak boleh dilakukan di dalam kawasan
taman nasional , seperti disebutkan dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1990
Pasal (33), yaitu :
1.
Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional.
2.
Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (1) meliput mengurangi, menghilangkan fungsi
dan luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan
satwa lan yang tidak asli.
3.
Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi
zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional.
Sumberdaya yang dapat dimanfaatkan pada kawasan laut pasir menurut
hasil persepsi pelaku wisata tergolong dalam kategori kurang setuju (skor 3)
Tabel 7. Artinya dalam kawasan laut pasir yang boleh dimanfaatkan hanya air
saja, dengan syarat membuat Memorandum of Understanding (MoU) dengan
pengelola. Sumberdaya yang ada seperti pasir, belerang, flora dan fauna yang
berada dalam kawasan laut pasir tidak diperkenankan untuk digunakan. Hal ini
sesuai dengan PP No 68 tahun 1998 pasal 3, yaitu mengusahakan terwujudnya
kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya.
Tabel 7 Nilai persepsi terkait sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan di
kawasan laut pasir
No
1
2
3
4
Responden
Pengunjung
Pedagang
Jasa kuda
Jasa jeep
Total
Rata-rata
Nilai Kriteria Sumberdaya Alam yang
Dapat Dimanfaatkan
A
2,7
2,4
2,5
2,1
9,7
2,4
B
C
D
E
F
G
3,7 3,2 2,6 2,6 3,1 5,1
2,2 3,1 2,8 4,7 5,7 5,8
2,2 4,6 3,1 5,2 4,9 3,7
1,3 2,2 2,2 4,7 5,7 5,0
9,4 13,1 10,7 17,2 19,3 19,6
2,4 3,3 2,7 4,3 4,8 4,9
Total
23
26,7
26,2
23,1
99
24,7
Keterangan: a. A=Pasir; B=Belerang; C=Tumbuhan; D=Hewan; E=Bentang alam;
F=Kawasan laut pasir; G=Air
b. 1=Sangat tidak setuju; 2=Tidak setuju; 3=Agak tidak setuju; 4=Biasa
saja; 5=agak setuju; 6=Setuju; 7=Sangat setuju.
c. n= 30 orang pada setiap responden
Ratarata
3,3
3,8
3,7
3,3
14,1
3,5
11
Berdasarkan analisa chi-square yang dilakukn pada aspek persepsi nila
x hitung < x2tabel dengan nilai x2hitung sebesar 0,95 dan x2tabel sebesar 12,59 maka
pernyataan yang didapat adalah terima H0 (X dan Y tidak ada
perbedaan/hubungan antara dua variabel ). Persepsi dari responden yang
dibedakan menurut kegiatan wisata yang dilakukan yaitu pengunjung, pedagang,
penyedia jasa kuda dan penyedia jasa jeep di kawasan laut pasir. tidak memiliki
perbedaan.. Pada umumnya responden menjawab hampir sama atas nilai dari
aspek persespi yang diberikan. Bentuk pemanfaatan yang dilakukan di kawasan
laut pasir berupa wisata yang ditunjang oleh kegiatan berdagang, penyedia jasa
kuda dan penyedia jasa jeep. Perlu diperhatikan mengenai kondisi kawasan laut
pasir terutama kebersihannya agar tidak mengganggu kegiatan wisata di
dalamnya.
2
Aspek Dampak
Kawasan laut pasir berada pada ketinggian 2.000 m.dpl yang termasuk
dalam zona montana, oleh karena itu pada kawasan ini hanya ditumbuhi oleh
vegetasi tertentu seperti cemara (Casuarina junghuniana) yang tahan terhadap
kondisi alam pegunungan serta pengaruh asap belerang yang keluar dari Gunung
Bromo (Kuncorowati 2006). Menurut Hendratno (2003), suhu udara dikawasan
laut pasir berkisar anatara 5-22° C. Suhu terendah terjadi pada saat malam hari di
puncak musim kemarau antara 3-5°C. Curah hujan yang terjadi di kawasan laut
pasir ini adalah rata-rata 6604,4 mm/tahun dengan permukaan dasar yang datar
berpasir dan gersang mencirikan sebuah gurun pasir atau stepa. Kelembaban udara
di sekitar laut pasir cukup tinggi yaitu maksimal mencapai 90–97% dan minimal
42–45 % dengan tekanan udara 1007–1015,7 mm Hg.
Laut pasir memiliki drainase di bawah tanah. Airnya muncul kembali
berupa mata air yang kerap dijumpai jauh di kaki gunung, sering kali dekat laut.
Mata air yang berasal dari Pegunungan Tengger antara lain ditemukan di pantai
utara. Selain curah hujan yang lebih banyak, permukaan dasar yang datar dan
gersang dan berpasir ditandai ombak-ombak peninggalan gosong pasir yang
berpindah, mencirikan sebuah gurun pasir tau stepa. Siang hari yang panas, udara
naik dalam gerakan kuat menyebabkan penguapan yang kuat pula. Pada malam
hari radiasi sangat kuat sehingga awan hanya terjadi sedikt, menimbulkan embun
beku di permukaan tanah (Stennis 1992).
Porositas endapan vulkanik di dasar laut pasir umumnya sangat tinggi,
karena terdiri dari endapan pasir berukuran butir pasir kasar-kerakal, dengan
konsolidasi lemah. Batuan vulkanik yang menyusun lautan pasir di kawasan
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terdiri dari : pasir vulkanik Tengger
yang berukuran butir pasir kasar-kerikil, bom vulkanik, dan juga batu apung.
Substratum kawasan laut pasir mudah ditembus air, walaupun setelah hujan lebat
genangan air segera menghilang (Indrawasri 2007). Kawasan laut pasir
merupakan daerah air tanah bebas yang dalam. Kemunculan mata air dapat terjadi
akibat penorehan lapisan mengandung air ataupun adanya kontak bagian ujung
aliran lava dari Gunung Bromo. Mata air di laut pasir muncul dari arah retakkan
batuan dari ujung aliran lava ke kaki gunung yaitu Gunung Bromo (Anwar dan
Ariyanto 1997).
12
Masyarakat dan pengunjung di kawasan wisata Gunung Bromo terdiri dari
berbagai tingkatan usia, akan tetapi masyarakat dan pengunjung tersebut masih
belum menyadari akan pentingnya perlindungan dan pelestarian alam. Sebagian
besar masyarakat dan pengunjung tidak mengetahui secara jelas fungsi dari
taman nasional, sehingga tidak jarang kegiatan yang dilakukan baik oleh
masyarakat maupun pengunjung menimbulkan kerusakan pada lingkungan .
Bentuk kerusakan tersebut berupa vandalisme (corat-coret) pada sarana prasarana
yang telah ada.
Kawasan wisata Gunung Bromo, selain memberikan dampak ekologi
terhadap kawasan juga menimbulkan dampak ekonomi bagi pendapatan
masyarakat di sekitar. Sebagian besar masyarakat yang hidup di desa sekitar
Gunung Bromo bermata pencaharian yang bergantung pada kegiatan wisata
Gunung Bromo seperti berdagang dan sebagai penyedia jasa transportasi. Sarana
transportasi yang biasa digunakan masyarakat maupun pengunjung untuk menuju
Gunung Bromo yang melewati laut pasir untuk sekedar berkeliling menikmati
keindahan alam Gunung Bromo adalah jeep dan kuda (Wiryawan 2006). Pendit
(2006) menyatakan bahwa transportasi atau pengangkutan sangat menentukan
antara jarak dan waktu dalam perjalanan.
Dampak Ekonomi
Mayoritas (95%) warga masyarakat suku Tengger hidup dari bercocok
tanam di kebun, ladang dan lahan pertanian yang terdapat di lereng pegunungan
Bromo-Semeru. Sebagian kecil dari masyarakat Suku Tengger (5%) berprofesi
sebagai pegawai negeri, buruh dan dan supir angkutan pedesaan . Pada umumnya
perempuan Suku Tengger biasanya mencari kayu di hutan lereng Pegunungan
Bromo, di samping bekerja di lahan pertanian. Hasil pertanian dari masyarakat
Suku Tengger berupa tanaman yang lazim tumbuh pada daerah berhawa dingin
yaitu kentang, kol dan bawang prei atau bawang daun. Cara bercocok tanam
masyarakat Suku Tengger masih tergolong tradisional dan ekstensif. Produksi
hanyalah sekedar untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bukan untuk tujuan
komersil. Masyarakat tidak hanya dapat bergantung dari kegiatan pertanian saja
untuk mencukupi kebutuhannya. Maka, banyak masayarakat Suku Tengger yang
bekerja sebagai pelaku penyedia jasa wisata untuk menambah penghasilan (Widya
prakosa 1994).
Hasil penilaian dari pengunjung dan masyarakat mengenai dampak
ekonomi yang diberikan dengan adanya kegiatan wisata di kawasan laut pasir
tergolong agak setuju skor 5 (Tabel 8). Artinya dampak ekonomi terhadap
kegiatan pemanfaatan di kawasan laut pasir memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar yang dapat dijadikan sumber penghasilan, sehingga terciptanya
kemandirian masyarakat. Bagi sebagian masyarakat yang mencari nafkah di
kawasan laut pasir, dari 30 pedagang yang merupakan responden 21 pedagang
mengaku bahwa pekerjaan itu merupakan pekerjaan sampingan dimana
masyarakat hanya bekerja pada hari Sabtu dan Minggu serta hari libur. Selain ada
yang menggunakan kegiatan berjualan di kawasan laut pasir merupakan kegiatan
sampingan, tetapi terdapat pula yang menggunakan kegiatan berdagang di
kawasan laut pasir merupakan kegiatan utama. Pekerjaan utama dari masyarakat
umumnya sebagai petani di ladang.
13
Tabel 8 Nilai Dampak ekonomi kegiatan pemanfaatan di kawasan laut pasir
Nilai Kriteria Dampak Ekonomi
RataNo
Responden
Total
rata
A
B
C
D
E
F
G
1 Pengunjung
5,9 5,2 5,8 5,3 5,9 5,9 5,7 39,7
5,7
2 Pedagang
4,8 4,2 5,1 5,1 5,1 5,1 5,8 35,2
5,0
3 Jasa kuda
5,0 5,0 5,8 4,2 5,0 4,2 5,9 35,1
5,0
4 Jasa jeep
5,2 4,9 6,1 5,9 5,8 5,0 5,9 38,8
5,5
Total
20,9 19,3 22,8 20,5 21,8 20,2 23,3 148,8 21,3
Rata-rata
5,2 4,8 5,7 5,1 5,5 5,1 5,8 37,2
5,3
Keterangan: a. A=Memberikan lapangan pekerjan; B=Sumber penghasilan;
C=Meningkatkan permintaan; D=Meningkatkan kesejahteraan;
E=Sumber penghasilan tambahan; F=Memberikan manfaat ekonomi;
G=Kemandirian masyarakat
b. 1=Sangat tidak setuju; 2=Tidak setuju; 3=Agak tidak setuju;
4=Biasasaja; 5=agak setuju; 6=Setuju;7=Sangat setuju.
c. n= 30 orang pada setiap responden
Kegiatan wisata Gunung Bromo sangat dibutuhkan oleh sebagian besar
masyarakat Suku Tengger. Masyarakat mendapatkan penghasilan tambahan dari
kegiatan wisata tersebut yang dapat dijadikan untuk menghidupi keluarga dan
menyekolahkan anak. Selain itu, dari kegiatan wisata Gunung Bromo, masyarakat
dapat membeli beberapa barang yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga kegiatan pemanfaatan ini mencipkatakan kemandirian masyarakat
khususnya bagi masyarakat Suku Tengger yang bermukim di sekitar kawasan laut
pasir.
Dampak Ekologi
Endapan vulkanik di sekitar kaldera Bromo yang terdiri dari stratifikasi dari
aliran lava endesit, endapan feromagnetik, lava basalt endesit berselang-seling
dengan endapan piroklasik yang terbentuk pada 2 kali periode letusanya yaitu
130.00-144.00tahun yang lau pada kelompok endapan vulkanik bagian bawah.
Susunan vertikal endapan di kaldera Bromo Tengger tersebut merupakan
fenomena kegunungan yang sangat menarik, eksotik dan spesifik pada suatu tipe
pegunungan yang membentuk kerucut silinder dalam kaldera. Susunan vertikal
endapan vulkanik tersebut merupakan jalur wisata yang dilewati (Zaenudin 1990).
Ekosistem laut pasir memiliki massa tanah yang terdiri dari pasir yang telah
mengalami pelapukan dan saat ini sudah dapat ditumbuhi vegetasi. Massa tanah
disini selalu bergerak karena pengaruh angin dan air serta getaran dari ledakan
dalam Gunung Bromo (TNBTS 1995). Vegetasi yang terdapat di kawasan laut
pasir adalah Imperata, Paspalum dan paku-pakuan .Vegetasi yang terdapat pada
kawasan laut pasir ini akan terus berkembang sejalan dengan proses pelapukan
massive Laut pasir (Stennis 1992).
Pada dampak ekologi kawasan sebagian besar responden memberikan
pernyataan bahwa adanya kegiatan pemanfaatan berpengaruh terhadap kondisi
kawasan. Sampah dan kotoran kuda (Gambar 3) merupakan salah satu faktor
yang merusak ekologi kawasan. Sampah pengunjung ini tergolong dalam salah
satu tipe ganggauan wisata tidak langsung. Gangguan tidak langsung ini
merupakan efek lanjutan dari penggunaan lingkungan untuk wisata (Hammit dan
Cole 1987).
14
(a)
(b)
Gambar 3 (a)Kotoran kuda dan sampah yang jatuh di kawasan laut pasir
(b)Rumput yang tumbuh di kawasan laut pasir
Kegiatan yang dilakukan pada kawasan laut pasir memberikan dampak
yang positif dan negatif terhadap kawasan. Kegiatan yang dilakukan pada
kawasan laut pasir umumnya memiliki dampak terhadap kawasan dan pendapatan
masyarakat. Kegiatan wisata dapat mengakibatkan vandalisme pada sarana yang
tersedia serta kebersihan kawasan yang kurang terjaga akibat dengan banyaknya
pengunjung. Kotoran kuda merupakan salah satu pupuk kandang yang mudah
mengalami penguraian, dimana susunan kimianya yang terdiri dari 78 % H 2O;
0,70 % N; 0,25 % P2O2 dan 0,55 % K2O yang memungkinkan bakteri-bakteri
berkembang dengan aktif.
Tabel 9 Nilai Dampak ekologi kegiatan pemanfaatan di kawasan laut pasir
Nilai Kriteria Dampak Ekologi
RataNo
Responden
Total
rata
A
B
C
D
E
F
G
1 Pengunjung
5,2 5,3 4,4 5,7 5,2 5,9 5,7 37,4
5,4
2 Pedagang
5,1 5,4 4,5 4,6 4,5 5,9 5,8 35,8
5,1
3 Jasa kuda
5,2 4,0 3,3 3,7 4,1 5,7 5,9 31,9
4,6
4 Jasa jeep
3,0 2,8 3,1 2,8 2,6 3,9 3,8 22,0
3,1
Total
18,5 17,5 15,3 16,8 16,4 21,4 21,2 27,1
18,2
Rata-rata
4,6 4,4 3,8 4,2 4,1 5,4 5,3 31,8
4,6
Keterangan: a. A=Vandalisme; B=Merusak kawasan; C=Rusaknya vegetasi;
D=Pencemaran; E=Polusi; F=Banyaknya kotoran kuda; G=Sampah
b. 1=Sangat tidak setuju; 2=Tidak setuju; 3=Agak tidak setuju; 4=Biasa
saja; 5=agak setuju; 6=Setuju; 7=Sangat setuju.
c. n= 30 orang pada setiap responden
Kawasan laut pasir mampu melestarikan sebagian ekotipe di kawasan
dataran tinggi. Kawasan laut pasir merupakan sebuah akawasan lindung dari
produk suatu proses vulkanisme. Intervensi pengembangan fisik ke dalam
kawasan laut pasir seperti : transportasi jeep dan kuda hanya dibatasi pada lokasilokasi tertentu. Jalur jeep maupun kuda tersebut telah ditentukan pada lintasan
15
maupun lokasi tertentu. Hal ini untuk menjaga kealamian kawasan, agar
komposisi dari penyusun laut pasir berupa pasir yang telah mengalami pelapukan
tidak hilang dan mengeras (Riley 1994).
Berdasarkan analisa chi-square yang dilakukn pada aspek dampak nila
x2hitung > x2tabel dengan nilai x2hitung sebesar 13,83 dan x2tabel sebesar 7,81 maka
pernyataan yang didapat adalah tolak H0 (X dan Y ada perbedaan). Kegiatan
pemanfaatan yang dilakukan pada kawasan laut pasir mempunyai pengaruh yang
besar terutama pada aspek ekonomi dan aspek ekologi. Wisata yang dilakukan
pada kawasan laut pasir digunakan sebagai pemasukan yang tergolong dalam
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) TNBTS. Sebagian masyarakat yang
bermukim di sekitar kawasan laut pasir terlibat dalam kegiatan wisata yang
dilakukan, sehingga dapat menjadikan pendapatan tambahan.
Saran berupa Penambahan Sarana dan Prasarana
Kondisi kawasan laut pasir sebelum adanya kegiatan wisata dapat dikatakan
masih tertinggal karena sikap masyarakat yang masih tertutup. Belum ada sarana
dan prasarana modern di kawasan ini. Sarana ibadah utama masyarakat Tengger
yaitu Pura Agung Poten kondisinya sederhana belum ada perluasan serta
perombakan (Sutarto 2001). Sarana prasarana yang sesuai dan menunjang
kegiatan pemanfaatan adalah toilet, tempat sampah, pal (patok), papan petunjuk,
pusat informasi, papan peringatan dan pos siaga untuk gunung berapi. Penilaian
dari pengunjung dan masyarakat menunjukkan skor 5 yaitu agak setuju (Tabel
10). Pembangunan sarana dan prasarana pada kawasan laut pasir yang merupakan
zona rimba TNBTS harus dilakukan secara terbatas yang diatur pada PP No. 56
tahun yang menyatakan bahwa pembangunan sarana dan prasarana diperuntukkan
untuk kepentingan penelitian, pembangunan dan wisata alam terbatas.
Tabel 10 Nilai sarana yang disarankan oleh pengunjung dan masyarakat
Nilai Kriteria Sarana dan Prasarana
RataNo
Responden
Total
rata
A
B
C
D
E
F
G
1 Pengunjung
6,1 5,0 5,8 5,2 5,3 5,6 4,3 37,5
5,4
2 Pedagang
5,2 5,7 5,2 5,0 5,3 5,1 5,9 37,4
5,3
3 Jasa kuda
4,9 5,1 4,2 4,4 5,7 5,6 5,8 35,7
5,1
4 Jasa jeep
5,1 5,3 6,0 6,0 6,0 5,1 6,0 39,4
5,6
Total
21,3 21,1 21,2 20,6 22,3 21,4 22 149,9 21,4
Rata-rata
5,3 21,1 5,3 5,2 5,6 5,4 5,5 37,5
5,4
Keterangan: a. A=Toilet; B=Tempat sampah; C=Pal Batas; D=Papan petunjuk; E=Pusat
informasi; F=Papan peringatan; G=Pos siaga
b. 1=Sangat tidak setuju; 2=Tidak setuju; 3=Agak tidak setuju; 4=Biasa saja;
5=agak setuju; 6=Setuju; 7=Sangat setuju.
c. n= 30 orang pada setiap responden
16
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.
2.
1.
2.
Pemanfaatan yang dilakukan berupa kegiatan wisata yang ditunjang oleh
berdagang, jasa jeep dan jasa kuda. Penilain dari responden bentuk kegiatan
lain yang agak setuju dilakukan selain kegiatan wisata tersebut adalah
penelitian. Secara umum kondisi laut pasir indah, nyaman dan aman, tetapi
masalah kebersihan kurang diperhatikan. Sumberdaya alam yang berada di
kawasan laut pasir tidak dapat dimanfaatkan secara bebas harus mematuhi
aturan yang ada. Uji chi-square untuk aspek persepsi menunjukkan bahwa
nilai X2 hitung < X2tabel sebesar 0,95 < 12,59 hal ini menyatakan bahwa
jawaban dari responden tidak memiliki perbedaan/ hubungan terhadap
pertanyaan yang diberikan.
Kegiatan pemanfaatan berupa wisata memberikan dampak ekonomi
terhadap pendapatan masyarakat dan dampak ekologi terhadap kawasan
khususnya kebersihan kawasan . Dampak ekonomi dari kegiatan wisata ini
adalah adanya penghasilan tambahan bagi masyarakat sekitar yang
mendiami kawasan lereng Pegunungan Tengger.Timbulnya sampah dan
banyak kotoran kuda yang jatuh ke laut pasir merupakan dampak yang
paling dirasakan. Uji chi-square untuk aspek dampak menunjukkan bahwa
nilai X2 hitung > X2tabel sebesar 13,83 > 7,81 hal ini menyatakan bahwa
jawaban dari responden memiliki perbedaan/ hubungan terhadap pertanyaan
yang diberikan.
Saran
Salah satu penunjang dalam kegiatan wisata adalah berdagang, tetapi
sebaiknya para pedagang ini ditempatkan pada tempat khusus untuk
menjaga kealamian kawasan. Masalah kebersihan lebih diperhatikan untuk
memberikan kenyamanan pada pengunjung, selain itu dipertahankannya
aturan yang berlaku mengenai pemanfaatan sumberdaya di kawasan laut
pasir.
Upaya meningkatan dampak ekonomi dari kegiatan wisata adalah
dibentuknya koperasi untuk pedagang yang berjualan di kawasan laut pasir,
agar kesejahteraannya meningkat dan terkesan teratur. Sedangkan untuk
menekan dampak ekologi, maka dibuatlah aturan untuk penyedia jasa kuda
menggunakan kantong kuda demi kebersihan kawasan dari kotoran kuda.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar A dan H Ariyanto. 1997. Pemetaan Geologi Lingkungan Daerah
Probolinggo
dan Sekitarnya, Jawa Timur. Bandung (ID): Direktorat
Jenderal Geologi Tata Lingkungan.
Ardika IG. 2006. Perencanaan Perkembangan Destinasi Wisata. Jakarta (ID):
Universitas Indonesia Press.
17
Avenzora R. 2008. Ekoturisme-Teori dan Praktek. Banda Aceh (ID): BRR NADNias.
Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 1995. Rencana Kerja Tahunan
Taman Nasional BromoTengger Semeru: 1 April 1994-31 Maret 1996.
Malang (ID): Departemen Kehutanan.
Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 2014. Rencana Kerja 5 Tahunan
Taman Nasional BromoTengger Semeru. Malang (ID): Departemen
Kehutanan.
Bronto S. 2001. Vulkanologi. Yogyakarta (ID): Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta.
Damanik. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta (ID): Andi Yogyakarta
Fandeli C. 2001. Berbagai Kegiatan Wisata Alam. Dasar-dasar Managemen
Kepariwisataan
Alam. Yogyakarta (ID): Liberty.
Hammit WE dan DN Cole. 1987. Wildland Recreation. New York (US): John
Wiley and
Sons Inc.
Hardiwinoto S. 2001. Sumberdaya Hutan untuk Kepariwisataan Alam.DasarDasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta (ID): Liberty.
Hendratno A. 2003. Kegiatan Alam Terbuka dan Geowisata. Jurnal Pariwisata
3(2) :1117. Bandung (ID): Stipar Yapari-Aktripa.
Indraswari F. 2007. Identifikasi gangguan dan kerusakan Flora dan Fauna di
Kawasan Wisata Gunung Bromo, Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Ridwan 2011. Pengantar statistika untuk penelitian, pendidikan,sosial, ekonomi,
komunikasi dan bisnis. Bandung (ID): Alfabeta.
Kuncorowati T. 2006. Identifikasi Vegetasi di Blok Adasan Laut Pasir Tengger.
Laporan Kegiatan Magang CPNS 2005. Malang (ID): Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru.
Pendit NS. 2006. Ilmu Pariwisata. Jakarta(ID): PT. Pradnya Paramita
Riley. 1994. The Natural Heritage of Southern Ontario’s Landscapes : A Review
of Conservation dan Restoration Ecology for Landuse and Landscape
Planning: Ontario (UK): Ministry of Natural Resources Southtern Region,
Aurora.
Steenis CGGJ. 1992. The Mountain Flora of Java. Bogor (ID): Pusat Penelitian
Biologi LIPI.
Sutarto .2001. Di Balik Mitos Gunung Bromo. Surabaya (ID): Dinas Pariwisata
Propinsi Jawa Timur.
Widyaprakosa S. 1994. Masyarakat Tengger : Latar Belakang Daerah Taman
Nasional Bromo.
Yogyakarta (ID): Kanisus.
Wibowo JS . 2006. Kajian Interpretasi Budaya Tengger di Resort Tengger Laut
Pasir
Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Laporan
Kegiatan Magang CPNS 2005.Malang (ID): Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru.
Wiryaman. 2006. Kajian Ekonomi Masyarakat Desa Ngadisari untuk Mendukung
Penetapan Desa Model di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Laporan Kegiatan Mmagang CPNS 2005. Malang (ID): Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru.
18
Yoeti OA. 2006. Tours dan Travel Marketing. Jakarta (ID): PT. Pradnya
Paramita.
Zaenudin A. 1990. Stratigrafi dan Genesis Kerucut Cemoro Lawang di Kaldera
Bromo Tengger Jawa Timur. Bandung (ID) :Agi.
19
Lampiran 1 Analisis chi-square aspek persepsi
Aspek
Indikator
Pengunjung
Pedagang
Penyedia Jasa
Kuda
Penyedia Jasa
Jeep
Total
X-BAR
Aspek
Indikator
Pengunjung
Pedagang
Penyedia Jasa
Kuda
Penyedia Jasa
Jeep
X-2
Aspek
Indikator
Pengunjung
Pedagang
Penyedia Jasa
Kuda
Penyedia Jasa
Jeep
chi-square
Tabel
Kegiatan yang
dilakukan
147
157
152
Persepsi
Kondisi
kawasan
146
165
159
SDA yg
dimanfaatkan
99
114
113
Total
152
158
99
409
609
629
425
1663
Kegiatan yang
dilakukan
143,9188214
159,6656645
155,6374023
Persepsi
Kondisi
kawasan
148,6452195
164,9092002
160,748647
SDA yg
dimanfaatkan
101,4359591
111,4251353
108,6139507
149,7781118
154,6969333
105,5249549
Kegiatan yang
dilakukan
0,12
0,04
0,09
Persepsi
Kondisi
kawasan
0,05
0,00
0,00
SDA yg
dimanfaatkan
0,02
0,06
0,18
0,03
0,07
0,29
0,95 TERIMA H0
12,59
393
436
424
20
Lampiran 2 Analisis chi-square aspek dampak
Aspek
Indikator
Pengunjung
Pedagang
Penyedia Jasa Kuda
Penyedia Jasa Jeep
Total
Dampak
Dampak Ekonomi
Dampak Ekologi
170
161
151
154
151
137
166
94
638
546
X-BAR
Aspek
Indikator
Pengunjung
Pedagang
Penyedia Jasa Kuda
Penyedia Jasa Jeep
Dampak
Dampak Ekonomi
Dampak Ekologi
178,3597973
152,6402027
164,3496622
140,6503378
155,1891892
132,8108108
140,1013514
119,8986486
X-2
Aspek
Indikator
Pengunjung
Pedagang
Penyedia Jasa Kuda
Penyedia Jasa Jeep
Dampak
Dampak Ekonomi
Dampak Ekologi
0,39
0,46
1,08
1,27
0,11
0,13
4,79
5,59
chi-square
tabel
13,83 TOLAK H0
7,81
Total
331
305
288
260
1184
Lampiran 3 Rekapitulasi karcis pengunjung dan kendaraan
NO
1.
2.
3
Lokasi Pungutan/
Jenis Karcis
CEMOROLAWANG
Pengunjung Biasa
Pengunjung Pelajar
Kendaraan Roda 4
Kendaraan Roda 2
Sepeda / Kuda
WONOKITRI
Pengunjung Biasa
Pengunjung Pelajar
Kendaraan Roda 4
Kendaraan Roda 2
Sepeda / Kuda
TUMPANG
Pengunjung Biasa
Pengunjung Pelajar
Kendaraan Roda 4
Kendaraan Roda 2
Sepeda / Kuda
Tahun 2009
Domestik Manca
97.684
11.411
59.644
11.411
24.796
5.751
7.493
50.636
10.126
35.788
10.126
1.373
7.220
6.226
29
5.225
902
3.964
902
661
343
254
3
-
Tahun 2010
Domestik Manca
112.167
14.551
82.166
14.551
6.541
7.507
11.844
4.109
52.138
10.273
35.751
10.273
2.905
6.844
6.638
7.539
741
5.417
741
1.226
454
442
-
Tahun 2011
Domestik
Manca
77.133
13.397
60.608
13.397
5.316
10.318
891
41.917
7.712
28.500
7.712
54
4.534
8.829
6.645
906
4.237
906
1.528
425
455
-
Tahun 2012
Domestik
Manca
211.939
16.803
156.434
16.803
2.405
10.361
29.233
11.101
66.398
7.448
66.398
7.448
640
7.352
23.799
6.566
1.552
6.566
1.552
3.505
868
913
-
Tahun 2013
Domestik
Manca
288.137
21.265
22.308
40.335
14.467
128.986
7.727
860
10.921
47.031
638
45.192
2.992
2.739
2.049
18.710
-
21
22
Lampiran 3 Rekapitulasi karcis pengunjung dan kendaraan (Lanjutan)
NO
4.
Lokasi Pungutan /
Jenis Karcis
RANUPANI
Pengunjung Biasa
Pengunjung Pelajar
Kendaraan Roda 4
Kendaraan Roda 2
Sepeda / Kuda
Tahun 2009
Domestik Manca
2.628
247
950
247
1.678
-
Tahun 2010
Domestik Manca
2.805
304
1.276
304
1.529
-
Tahun 2011
Domestik
Manca
3.843
362
1.606
362
2.237
-
Tahun 2012
Domestik
Manca
3.588
494
3.588
494
6.111
-
Tahun 2013
Domestik
Manca
46.929
848
4.723
-
23
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 11 April 1992 dari bapak Sarkubi dan
ibu Mi’ayah. Penulis adalah putri pertama dari 2 bersaudara. Riwayat pendidikan
penulis yaitu t