INVENTARISASI TANAMAN MENTIGI GUNUNG (Vaccinium varingiaefolium (Bl.) Miq) DI BLOK ARGOWULAN KAWASAN TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
INVENTARISASI TANAMAN MENTIGI GUNUNG (Vaccinium varingiaefolium(Bl.) Miq) DI BLOK ARGOWULAN KAWASAN TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
SKRIPSI
Oleh:
Citra Kusumaning Ayu 201210320312034
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(2)
i
INVENTARISASI TANAMAN MENTIGI GUNUNG (Vaccinium varingiaefolium(Bl.) Miq) DI BLOK ARGOWULAN KAWASAN TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Kehutanan Fakultas Pertanian–Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang
OLEH :
CITRA KUSUMANING AYU NIM 201210320312034
PROGRAM STUDI KEHUTANAN JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(3)
(4)
(5)
(6)
Penul kota seder Siti merupa dari diajar agar pendirian yang kuat dan ilmun telah menyelesaikan pendidika 1997 dan lulus pada tahun 2003, tahun 2003 dan lulus pada tahun yaitu SMAN 3 Madiun deng tahun 2009. Pada tahun 2009 Pengelolaan Hutan di salah Gadjah Mada dan lulus pada untuk jenjang Strata Satu (S1) dengan Jurusan Kehutanan Malang melalui jalur Alih-Jenj perkuliahan di kampus yang b di semester akhir, penulis menj Pengabdian Masyarakat) Unive kepada DPPM karena telah m selama ini.Mulai dari mengurus seluruh dosen di lingkunga universitas. Begitu banyak pe Universitas Muhammadiyah Ma selama 2 tahun ini dapat mem dari Universitas Muhammadiy
v
RIWAYAT HIDUP
nulis lahir di kota kecil yang saat ini sedang a Madiun pada tanggal 06 Juli 1991. La derhana dari seorang bapak yang bernama Edi i Fatimah sebagai anak pertama dari e rupakan kebahagiaan tersendiri yang dapat di i orang tua yang keduanya adalah guru, s jarkan agar selalu rajin belajar dan mandiri da
r nantinya ketika dewasa menjadi orang munya selalu berguna bagi masyarakat. Sampa dikan dimulai dari SD MI ISLAMIYAH 01 Ma un 2003, selanjutnya meneruskan pendidikan di
ahun 2006. Awal tahun 2006 penulis melanjutk ngan kelas internasional dan lulus dari SMA 2009 penulis melanjutkan kuliah jenjang Diplom h satu Universitas kota pelajar Yogyakarta da tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis mela 1) dan diterima di salah satu Perguruan Tinggi n Fakultas Pertanian Peternakan Universita Jenjang. Selama awal kuliah penulis hanya fo ng baru dan dengan teman-teman yang baru. Pa enjadi mahasiswa partime di DPPM (Departem niversitas Muhammadiyah Malang. Penulis sang h memberikan begitu banyak pengalaman kerja
urus seluruh mahasiswa peserta kkn sampai ber ungan kampus yang mengikuti penelitian jug
pengalaman berharga yang penulis dapat Malang. Semoga dengan bekal yang diberika embantu penulis untuk memasuki dunia peke diyah Malang.
g berkembang, yaitu Lahir dari keluarga di Supriyono dan ibu empat bersaudara, t dirasakan. Terlahir , sejak kecil penulis i dalam berbagai hal g yang mempunyai pai saat ini penulis 01 Madiun pada tahun di SMPN 4 Madiun utkan kejenjang SMA MAN 3 Madiun pada oma III progam studi ta yaitu Universitas elanjutkan kuliahnya nggi Swasta di Malang sitas Muhammadiyah fokus pada kegiatan Pada 6 (enam) bulan temen Penelitian dan sangat berterimakasih ja di luar perkuliahan berkoordinasi dengan juga pengabdian di at ketika masuk di ikan oleh Universitas kerjaan setelah lulus
(7)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Allah SWT yang telah memberi jalan di setiap kesulitan yang saya hadapi..
Buat Papa dan Mama yang telah membesarkan juga mendidik dan menemani juga memberi support di setiap hariku dan adik-adikku (Bima, Sasa, dan Akbar) yang selalu menghiburku disaat sedih..
buat mourist garscia, makasih selalu menemani dan tak henti-hentinya memberi support
buat sahabat kos E3 dan sahabat malang (Dhera Cantik, Ana, Sukma, Vio, Mas Wisnu, Mas Diczki, Surya, Risqi) yang selalu memberi semangat juga motivasi.
buat Saudara seperjuangan angkatan 2010, 2011, dan 2012 khususnya Viki, Bimantoro, Azis, Gani, Adlan, Deni, Hendra, Febri, Yosi, Maup, Dani (Mbahe), Mbak Win (Lab) dan seluruh teman Kehutanan UMM, yang memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
buat keluarga jogja, mbak Yuli, putri khaerani, fathur, diafan, makasih buat supportnya, dan selalu menemani di jogja.
buat Keluarga baru di Resort Penanjakan TNBTS yang telah membantu pengambilan data di lapangan.
buat Keluarga baru DPPM yang setiap harinya memberi pengalaman dan warna dalam hidup
Motivation word:
“titik awal semuaKEBERHASILANadalahKEINGINANdan menjadi apa yang mampu kita capai adalah satu-satumyaTUJUAN HIDUP”
(8)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi Dengan Judul Inventarisasi Tanaman Mentigi Gunung (Vaccinium varingiaefolium (Bl.) Miq) di Blok Argowulan Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru . Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam melaksanakan penelitian skripsi di Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan, motivasi, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Damat, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang
2. Bapak Tatag Muttaqin, S.Hut, M.Sc selaku ketua jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang 3. Bapak Drs. Amir Syarifuddin, MP selaku dosen pembimbing utama yang telah
meluangkan waktunya dan membimbing dengan sabar sampai terselesaikannya skripsi ini
4. Bapak Dr. Ir. Nugroho Triwaskito, MP selaku dosen pembimbing pendamping yang telah membimbing dan memberikan saran serta motivasinya kepada penulis sehingga dapat terselesaikan skripsi ini. 5. Orang tua dan adik-adik yang selalu memberikan suport sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan
6. Pihak TNBTS dan Resort Penanjakan yang membantu penelitiian ini sampai selesai.
7. Seluruh staf di UMM yang telah membantu terselesaikan skripsi ini
Skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih baiknya untuk penelitian nantinya. Penulis juga berharap semoga hasil dari penelitian ini bermanfaat bagi
(9)
viii
seluruh pembaca khususnya mahasiswa kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang.
Demikianlah, mudah-mudahan semua ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis untuk jalan meretas kehidupan dan masa depan yang lebih baik dan penuh harapan atas ridho Allah SWT. Amin.
Malang, Januari 2015
(10)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
LAMPIRAN GAMBAR... xv
LAMPIRAN TEKS ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Inventarisasi Hutan ... 5
2.2 Mentigi Gunung (Vaccinium varingiaefolium(Bl.) Miq)... 7
2.2.1. Klasifikasi... 8
2.2.2. Karakteristik ... 8
2.2.3. Tempat Tumbuh ... 9
(11)
xii
2.3 Penyebaran Tumbuhan dan Daerah Persebarannya ... 12
2.4 Pola Penyebaran Tumbuhan... 17
2.4.1. Bentuk Penyebaran atau Distribusi Tumbuhan ... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
3.2 Alat Dan Bahan ... 19
3.3 Jenis Data ... 19
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 22
3.5 Analisis Data ... 23
3.5.1 MenaksirStanding StockTegakan Mentigi G. ... 23
3.5.2 Pola Penyebarab Spesies Tanaman Mentigi G. ... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 27
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27
4.1.1 Deskripsi Umum Wilayah ... 27
4.1.2 Flora dan Fauna ... 28
4.1.3 Topografi ... 29
4.1.4 Iklim ... 30
4.1.5 Jenis Tanah ... 31
4.2 Hasil dan Pembahasan ... 32
4.2.1 PenaksiranStanding StockMentigi Gunung ... 32
4.2.2 Pola Penyebaran Spesies Tanaman Mentigi Gunung... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
5.1 Kesimpulan ... 41
5.2 Saran... 41
DAFTAR PUSTAKA... 43
(12)
xiii
DAFTAR TABEL
No Teks hal
1. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian... 20 2. Jumlah petak ukur dalam tiap jalur ... 31 3. Rekapitulasi tegakan menurut kelas diameter... 32
(13)
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Teks hal
(14)
xv
LAMPIRAN GAMBAR
No Teks hal
1. Deskripsi mentigi gunung (Vaccinium varingiaefolium(Bl.) Miq) ... 45
2. Peta lokasi kegiatan jifro ... 46
3. Lay out plan sarana edu resto tourism ... 47
4. Peta desain tapak sarpras di argowulan ... 48
5. Peta sebaran mentigi gunung di blok argowulan... 49
6. Plang tahun kedua kegiatan revitalisasi oleh jifro ... 50
7. Pondok kerja jifro tahun keempat (Blok IV)... 50
8. Plang project jifro kawasan argowulan ... 51
9. Jalan masuk blok argowulan ... 51
10.Akses jalan menuju blok argowulan ... 52
11.Profil tanah di bawah tegakan mentigi gunung ... 52
12.Pohon mentigi gunung (V.varingiaefolium(Bl.) Miq)... 53
13.Penentuan arah dan sudut untuk pembentukan petak ukur ... 53
14.Penarikan pita meter dari tepi blok... 54
15.Pengukuran jarak dengan pita meter untuk PU ... 54
16.Pengukuran dan pencatatan diameter pohon ... 55
17.Pengukuran tinggi pohon dengan Hagameter ... 55
18.Penandaan tegakan dengan GPS ... 56
19.Pengukuran tinggi semai dengan pita meter... 56
20.Patok batas wilayah Argowulan ... 57
21.Persiapan pengambilan sampel tanah... 57
22.Pengukuran dengan GPS ketinggian tempat sampel ... 58
23.Trubusan yang tumbuh pada tonggak mentigi gunung ... 58
24.Lumut jenggot yang tumbuh pada batang mentigi gunung ... 59
25.Daun mentigi gunung ... 59
26.Buah mentigi gunung ... 60
27.Bunga mentigi gunung ... 60
(15)
xvi
(16)
xvii
LAMPIRAN TEKS
No Teks hal
1. Data pengukuran tanaman mentigi gunung... 62
2. Data pengukuran semai mentigi gunung ... 66
3. Data pengukuran sapihan mentigi gunung ... 67
4. Data pengukuran tiang mentigi gunung ... 69
5. Data pengukuran pohon mentigi gunung ... 70
6. Perhitungan LBD dan Volume Pohon... 72
7. Volume pohon/petak ukur (m³) keseluruhan... 73
8. Perhitungan Morishita ... 74
9. Hasil analisis tanah ... 76
(17)
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. (online). http://floranegeriku.blogspot.com/2011/06/cantigi-gunung-vaccinium.html. Diakses pada tanggal 1 Juli 2014 Pukul 09.00 WIB.
__________. 2013a. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Cantigi_ungu. Diakses pada tanggal 1 Juli 2014 Pukul 08.00 WIB.
__________. 2013b. (online). http://catperku.info/mengenal-cantigi-dari-gunung-papandayan/. Diakses pada tanggal 1 Juli 2014 Pukul 09.30 WIB.
Agus, Asrul. 2013.Santigi.[Terhubung Berkala].
http://asrulagus.blogspot.com/2013/07/santigi.html. (Diakses tanggal 2 Juli 2014)
Andersen, O. M. dan Markham K. R. 2006.Flavonoids; Chemistry, Biochemistry, and Appications.United States of America; Taylor and Francis Group. Backer, C. A. & van Den Brink R. C. H, 1965.Flora of Java (Spermatophytes
Only) Volume II. Groningen-Netherland; N.V.P. Noordhoff.
Durbani, M. 1993.Bahan Asistensi Praktikum Inventarisasi Hutan. Bagian Penerbitan Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Esti dan Reza. 2012.Studi Awal Kandungan Antosianin Pada Buah Cantigi Ungu (Vaccinium varingiaefolia(BL.) MIQ.) yang Berpotensi Sebagai Suplemen Antioksidan(Makalah). Program Studi Farmasi. Universitas Islam Bandung. Hasanu, Simon. 1996.Metode Inventore Hutan. Aditya Medya. Yogyakarta. Hidayat, Estiti B. 1995.Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB. Indriyanto, Ir. 2005.Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Bandar Lampung.
Kusmana, C.1995. Ekologi Hutan. Laboratorium Ekologi Hutan.Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Kusmana, C. 1997.Ekologi dan Sumberdaya Ekosistem Mangrove. Bogor: Jurusan Managemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB
Malamassam, Daud, Prof.Dr. 2009.Modul Pembelajaran Inventarisasi Hutan. Program Studi Kehutanan. Fakultas Kehutanan.Universitas Hasanuddin. Makassar.
Rahmi, Mulyanis. 2007.Penetapan Metode Analisis P Tersedia Tanah Entisol. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
(18)
44
Soerianegara I, Indrawan A. 1998.Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sunarno, Bambang & Ruqayah. (Eds.) 1992.Flora Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Bogor. Herbarium Bogoriense, Puslitbang Biologi–LIPI. Tjitrosoepomo, Gembong. 2009.Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
(19)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inventarisasi Hutan
Inventarisasi hutan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang kekayaan hutan, menguraikan kuantitas dan
kualitas pohon-pohon hutan serta berbagai karakteristik areal tanah tempat
tumbuhnya. Istilah lain dari inventarisasi hutan adalah perisalahan lahan, risalah
hutan, daninventorehutan. Menurut Simon (1996) istilahinventorehutan dipakai
pengelola hutan jati di Jawa, khususnya pada waktu inventore hutan masih
menggunakan metode okuler. Dalam bahasa inggris, istilah yang sama dengan
inventarisasi hutan, tetapi memiliki ruang lingkup yang lebih terbatas adalah
timber cruising, cruising, timber estimation. Secara konseptual inventarisasi hutan berarti menyajikan data secara menyeluruh mengenai hutan, meliputi
pertumbuhan pepohonan di dalamnya, berbagai arti ekonomi, lingkungan, fungsi,
serta nilai sumber dayanya. Sedangkan secara operasional, inventarisasi hutan
berarti mencari dan menyajikan data potensi produksi hutan, meliputi luasan,
volume kayu standing-stock, growing-stock, dan struktur tegakan yang ada di
dalamnya (Durbani, 1993).
Dalam inventarisasi hutan penaksiran volume tegakan diminimalkan pada
salah satu variabel penting. Volume tegakan selalu ditaksir dengan mengukur
sejumlah pohon dalam petak ukur sebagai sampel. Pendugaan suatu komunitas
salah satunya dilakukan dengan melakukan pengukuran pada diameter pohon dari
(20)
6
yang sangat penting dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Data diameter
bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang dasar suatu tegakan
melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan tegakan,
berguna dalam pengaturan penebangan dengan batas diameter tertentu serta dapat
digunakan untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan. Dalam pengukuran
luas bidang dasar, diameter setinggi dada 1.3 m atau dalam satuan
internasionalnya 4.3 feet (kaki) diatas pangkal batang dimana untuk pohon yang
berdiri pada lereng, titik pengukuran harus ditentukan pada bagian atas
pengukuran sederhana. Alat ini merupakan alat pengukur koreksi secara otomatis
seperti tingkat Biltmore stick dan relaskop bitterlich.
Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat
mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas
tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat
merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi keotentikan data yang
diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil
pengukuran yang akan didapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan
pengamat dalam pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka
semakin baik pula data yang dikumpulkan.
Volume merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam
inventore secara obyektif. Sayangnya terlalu banyak dokumen inventore dimana
itu tidak ditetapkan secara jelas beberapa diameter setinggi dada minimum,
beberapa bagian dari pohon yang diperhitungkan, apakah volume dengan kulit
(21)
7
yang cacat, yang kriterianya adalah untuk tidak menyertakan bagian-bagian yang
cacat.
Penaksiran volume kayu yang masih berdiri hanya merupakan langkah
awal untuk menghitung hasil akhir dalam inventore hutan. Target yang lebih
penting adalah menaksir volume tegakan merupakan jumlah volume pohon yang
terdapat disuatu areal hutan. Konsep ini berlaku bila sampel yang diambil
merupakan individu pohon. Untuk kepentingan pengelolaan hutan yang perlu
diketahui bukan hanya volume tegakan yang ada sekarang saja, tetapi juga
pertimbangan tegakan tersebut dimasa yang akan datang khususnya selama
jangka waktu perencanaan.
2.2 Mentigi Gunung (Vaccinium varingiaefolium(Bl.) Miq)
Mentigi gunung (V. varingiaefolium (Bl.) Miq) memiliki beberapa nama
lain/julukan seperti seperti Manis Rejo (Jawa ), Cantigi (Sunda), Delima Montak
(Kaltim). Tanaman ini merupakan tanaman endemik yang hidup di pulau jawa
secara alami. Mentigi gunung memiliki daya tahan tumbuh yang hebat. Mampu
tumbuh di media yang sedikit makanan dan nutrisi. Akarnya kuat dan mampu
tumbuh di segala keadaan. Bahkan tanaman ini mampu tumbuh dan tahan
terhadap asap belerang dan tanah kawah beracun. Status tanaman ini masuk ke
dalam salah satu tanaman yang dilindungi keberadaannya karena semakin hari
(22)
8
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi tanaman mentigi gunung (V. varingiaefolium (Bl.) Miq)
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tanaman)
Subkingdom : Tracheobionta (Tanaman berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tanaman berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Ericales
Famili : Ericaceae
Genus : Vaccinium
Spesies :Vaccinium varingiaefolium(Bl.) Miq
(Sumber : Sunarno, Bambang dan Rugayah. (Eds.) 1992)
2.2.2 Karakteristik
Mentigi gunung / cantigi ungu (V. varingiaefolium(Bl.) Miq) (Ericaceae)
adalah flora Indonesia yang masih berkerabat dengan bilberry, huckelberry,
blueberry, cranberry, dan berbagai buah beri utama lainnya di dunia selain yang berasal dari genus Rubusspp. danRibesspp. Bersama dengan beberapa
anggotaVacciniumlainnya, sepertiV. bancanum, Mentigi Gunung tumbuh
di Pulau Jawa secara alami (Anonim, 2013a).
Tanaman dengan nama daerah brenganyi dari suku Ericaceae ini
(23)
9
batang dapat mencapai panjang 50 m sebelum pada akhirnya bercabang banyak
dan membentuk tajuk yang bagus. Kayunya sangat keras (lignosus). Daunnya
agak tebal, bentuk jorong (ovalis) sampai lanset (lanceolatus). Daun mudanya
berwarna kemerahan, kemudian akan berubah menjadi orange, kekuningan dan
akhirnya hijau. Tangkai daun berwarna merah, daun muda berwarna ungu
kemerahan, daun tua berwarna hijau. Perbungaannya (flos) di ujung, berbentuk
malai (terminalis). Bunganya kecil, berwarna ungu gelap, berbentuk lonceng dan
berbau seperti almond. Buahnya bulat, dapat dimakan (Backer and Bakhuizen,
1965dalamEsti dan Reza, 2012).
Tanaman ini memiliki bunga dan buah yang dapat dijumpai sepanjang
tahun (Backer & Bakhuizen van den Brink, 1965). Daun, buah, dan batangnya
digunakan oleh masyarakat yang tinggal sekitar tempat hidup mentigi gunung.
Daun tanaman ini dapat dimakan sebagai lalapan. Buah mentigi gunung yang
berwarna kehitaman memiliki rasa manis dan juga bisa dimakan. Batang mentigi
gunung biasa digunakan untuk dibuat arang (Heyne, 1987; Ogata, 1986).
2.2.3 Tempat Tumbuh
Tidak banyak informasi yang didapat mengenai tanaman ini. Sebagian
besar informasi terkait dengan keberadaannya yang khas mendominasi sekitar
kawah di pegunungan. Suatu pemandangan yang khas muncul ketika mendekati
daerah kawah adalah dominasi pepohonan kecil yang selalu hijau sepanjang
(24)
10
den Brink (1965) mengungkapkan bahwa tanaman ini dapat di temui di seluruh
pulau Jawa pada ketinggian antara 1500-3300 m dpl.
Mentigi gunung (V. varingiaefolium(Bl.) Miq) tumbuh tersebar di seluruh
Jawa di atas 1.350 m dpl, namun umum ditemukan pada 1.800-3.340 m dpl. Dan
mendominasi hutan sub alpin. Di Kersik Luway jenis ini tumbuh dengan sangat
subur meski ketinggian tempatnya hanya sekitar 60 m dpl. Di kawasan CA/TWA
Kawah Ijen hanya ditemukan pada ketinggian di atas 2.000 m dpl. Di Gunung
Papandayan, Tangkuban Perahu, Gede Pangrango mentigi tumbuh mendominasi
tanaman lainnya di sekitar kawah. Di Gunung Bromo tanaman ini ditemukan
pada ketinggian diatan 2.400 m dpl (Anonim, 2011).
Tanaman ini mampu hidup di berbagai kondisi. Tanah yang miskin akan
unsur hara maupun sedikit nutrisi, mentigi gunung (V. varingiaefolium(Bl.) Miq)
pun tetap mampu bertahan hidup dan tumbuh subur. Mentigi gunung merupakan
tanaman yang tahan terhadap asap belerang dan tanah kawah beracun (Anonim,
2013b).
2.2.4 Budidaya
Mentigi gunung dapat dibudidayakan dengan berbagai macam cara yang
salah satunya adalah dengan pembenihan dari biji mentigi gunung. Mentigi
gunung hasil budidaya ternyata dapat tumbuh dan berkembang dengan cukup
baik hingga dalam waktu beberapa tahun sudah mencapai besar batang tertentu
hingga layak untuk dijadikan bonsai ukuran sedang, kecil maupun mamme/sangat
(25)
11
nilai lebih bonsai adalah pada bentuk dan karakter yang mampu ditampilkan oleh
penghobinya.
Di alam biasanya mentigi gunung berbunga setahun sekali sehingga
penyebaran tanaman ini menjadi relatif tidak begitu pesat. Mentigi gunung
kira-kira berbunga di bulan-bulan April hingga Juli. Bunga yang sudah tua akan
menghasilkan biji yang akan secara alami jatuh ke media di bawahnya. Bila
beruntung maka biji itu akan tumbuh bersemi menjadi mentigi baru pada sekitar
bulan September. Bila mengharapkan cara perkembangiakan mentigi gunung
secara alami dengan biji seperti itu, tentu budidaya mentigi juga akan kurang
maksimal sehingga perlu dilakukan upaya-upaya rekayasa botani sehingga
perkembangbiakannya dapat dikendalikan sesuai keinginan.
Batang mentigi yang memiliki banyak ranting dan perdaunan yang subur
dikupas kulit serta dibersihkan kambiumnya (seperti mau mencangkok). Batang
yang telah bersih dari kulit dan kambium ini dibiarkan terus terbuka dan kering.
Indukan mentigi gunung ditempatkan di lokasi yang memperoleh sinar matahari,
angin yang cukup banyak dan sistem drainase yang baik pula. Kemudian indukan
secara rutin diberi pupuk NPK dan TSP yang sangat dibutuhkan oleh indukan
mentigi gunung untuk menghasilkan bunga dan buah. Kandungan unsur P
(Phospat) merupakan unsur hara yang dibutuhkan untuk proses menghasilkan
bunga dan biji. Hasilnya indukan-indukan mentigi gunung ini akan tumbuh sehat,
berbunga dan menghasilkan biji terus sepanjang tahun. Indukan mentigi gunung
yang diproses untuk menghasilkan biji guna budidaya memiliki batang yang tidak
(26)
12
untuk menebalkan lapisan kayu akan tetapi difokuskan untuk menghasilkan
bunga (Asrul, 2013).
Buah cantigi ungu/mentigi gunung berwarna hitam kebiruan. Menurut
Andersen and Markham (2006), warna merah, ungu, biru, biru-hitam/ungu-hitam
merupakan ciri yang mudah diamati dari tanaman yang mengandung antosianin.
Kemungkinan adanya antosianin pada tanaman ini didukung data hasil
wawancara terhadap masyarakat sekitar gunung Papandayan tentang buah
mentigi gunung dapat berperan pada kesehatan penglihatan. Hal ini didukung
oleh berbagai data penelitian mengenai efek antosianin pada kesehatan mata
(Lila, 2004).
2.3 Penyebaran Tumbuhan dan Daerah Persebarannya
Dunia tumbuhan selalu mengalami proses perubahan, perkembangan dan
penyebaran. Perubahan, perkembangan dan penyebaran tumbuhan di muka bumi
ini “seirama” dengan perubahan dan perkembangan faktor intern dan ekstern. Faktor-faktor biologik sebagai faktor dalam (intern) meliputi perkawinan silang,
mutasi, dan modifikasi genetika dari tumbuhan tersebut. Faktor geografik sebagai
faktor luar (ekstern) meliputi perubahan iklim, tanah, aktivitas vulkan, dan kerak
bumi. Secara garis besar penyebaran tumbuhan di muka bumi ini dapat
digolongkan menjadi 8 kelompok yaitu berdaun lebar hijau sepanjang tahun,
berdaun lebar disertai masa gugur daun, berdaun jarum hijau sepanjang tahun,
rerumputan, bangsa lumut, campuran tumbuhan berdaun lebar dan jarum hijau
sepanjang tahun, berdaun jarum mengalami musim gugur, dan campuran
(27)
13
Flora di Indonesia sangatlah banyak. Hal ini pasti dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang mendukung persebaran tersebut. Diantaranya adalah tinggi
rendah dari permukaan laut, jenis tanah, jenis hutan, iklim, pengaruh manusia,
keadaan air dan lain-lain. Berikut ini adalah pembagian wilayah persebaran flora
di Indonesia.
Flora daerah Indonesia bagian barat memiliki banyak kesamaan dengan
Benua Asia, karena daerah ini pernah bersatu dengan daratan Asia, sehingga
disebut sebagaiflora asiatis. Flora Indonesia bagian barat terdiri dari :
a. Hutan hujan tropik yang ditandai oleh rimba belantara dengan tumbuhan
yang beraneka ragam. Hutan hujan tropik yang masih lengkap memiliki ciri
– ciri berdaun lebar, pohon tinggi besar, belukar – belukar tropik, serta
cendawan. Wilayah ini terdapat di Sumatra, Jawa dan Kalimantan.
b. Hutan musim yang merupakan daerah yang ditumbuhi flora yang
menggugurkan daunnya di musim kemarau. Wilayah ini terdapat di wilayah
utara Jawa.
c. Hutan bakau yang merupakan daerah yang terdiri dari flora khas pantai,
seperti rumbia, nipah dan bakau.
d. Sabana tropik yang merupakan padang rumput yang diselingi pohon tegakan
tinggi. Sabana tropik ini dapat ditemui di Gayo, wilayah timur Jawa Timur,
dan Bali.
Wilayah ini memiliki berbagai jenis vegetasi, antara lain :
(28)
14
b. Steppa yang merupakan padang rumput yang diselingi pohon tegakan tinggi.
Steppa banyak terdapat di Nusa Tenggara Timur.
c. Hutan bakau yang terdiri dari nipah dan bakau.
d. Hutan pegunungan yang terdiri dari cemara dan pinus.
Wilayah ini memiliki berbagai flora yang disebut sebagai flora Australis,
karena kesamaan flora antara wilayah Indonesia bagian timur dengan Australia.
Kesamaan tersebut karena daratan ini pernah bersatu dengan daratan Australia.
Flora bagian timur ini banyak terdapat di Papua. Jenis vegetasinya adalah hutan
hujan tropik, hutan pegunungan, dll
Persebaran flora di Indonesia terbentuk karena adanya peristiwa geologis
yang terjadi pada jutaan tahun yang lalu, yaitu pada masa pencairan es (zaman
glasial). Pada saat itu terjadi pencairan es secara besar-besaran yang menyebabkan naiknya permukaan air laut di bumi, hal ini menyebabkan beberapa
wilayah yang dangkal kemudian menjadi tenggelam oleh air laut dan membentuk
wilayah perairan yang baru.
Beberapa wilayah perairan baru di sekitar Indonesia yang terbentuk pada
masa berakhirnya zaman glasial itu adalah Laut Jawa yang terdapat di daerah
Dangkalan Sunda dan Laut Arafuru yang terdapat di daerah Dangkalan Sahul.
Terbentuknya perairan baru di daerah dangkalan tersebut menyebakan flora yang
semula dapat dengan bebas bermigrasi akhirnya terhambat oleh perubahan
kondisi geologis.
Jenis tumbuhan yang tersebar di wilayah Indonesia meliputi hutan tropis,
(29)
15
flora di wilayah Indonesia itu sendiri terbagi ke dalam 4 kelompok besar wilayah
flora Indonesia, yaitu :
a. Wilayah Flora Sumatra-Kalimantan
Tersebar di pulau Sumatra dan Kalimantan serta pulau-pulau kecil di
sekitarnya (Nias, Enggano, Bangka, Belitung, Kep. Riau, Natuna, Batam, Buton
dll). Contoh flora khas yang tumbuh adalah Bunga Bangkai (Raflesia arnoldi)
b. Wilayah Flora Jawa-bali
Tersebar di pulau Jawa, Madura, Bali dan kepulauan-kepulauan kecil
disekitarnya (Kepulauan Seribu, Kep. Karimunjawa). Contoh flora khas yang
tumbuh adalah pohon Burohal (Kepel)
c. Wilayah Flora Kepulauan Wallacea
Tersebar di pulau Sulawesi, Timor, Kepulauan Maluku dan Nusa
Tenggara. Contoh flora yang tumbuh adalah pohon Sagu.
d. Wilayah Flora Papua
Meliputi wilayah pulau Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Contoh
Flora Khas tumbuh adalah Eucalyptus, sama dengan jenis tumbuhan yang
tumbuh di daerah Queensland Australia Utara.
Apabila dilihat melalui ruang lingkup dunia maka persebaran tumbuhan
dibagi menjadi beberapa wilayah penyebaran, yaitu:
a. Wilayah Ethiopian
Wilayah persebarannya meliputi benua Afrika, dari sebelah Selatan Gurun
Sahara, Madagaskar dan Selatan Saudi Arabia. Tumbuhan yang khas dari daerah
(30)
16
b. Wilayah Paleartik
Wilayah persebarannya sangat luas meliputi hampir seluruh benua Eropa,
Uni Sovyet, daerah dekat Kutub Utara sampai Pegunungan Himalaya, Kepulauan
Inggris di Eropa Barat sampai Jepang, Selat Bering di pantai Pasifik, dan benua
Afrika paling Utara. Kondisi lingkungan wilayah ini bervariasi, baik perbedaan
suhu, curah hujan maupun kondisi permukaan tanahnya, menyebabkan jenis
floranya juga bervariasi, seperti bunga sakura dari Jepang.
c. Wilayah Nearktik
Wilayah persebarannya meliputi kawasan Amerika Serikat, Amerika
Utara dekat Kutub Utara, dan Greenland. Flora yang yang khas meliputi
tumbuhan pada daerah-daerah dingin seperti cemara yang biasa tumbuh di daerah
bersalju.
d. Wilayah Neotropikal
Wilayah persebarannya meliputi Amerika Tengah, Amerika .Selatan, dan
sebagian besar Meksiko. Iklim di wilayah ini sebagian besar beriklim tropik dan
bagian Selatan beriklim sedang. Misalnya: Pohon eboni.
e. Wilayah Oriental
Untuk daerah oriental, daerah penyebaran biotiknya meliputi daerah Asia
bagian selatan pegunungan Himalaya, India, Sri Langka, Semenanjung Melayu,
Sumatera, Jawa, Kalirnantan, Sulawesi, dan Filipina. Flora yang ada misalnya:
Bunga Bangkai.
(31)
17
Wilayah ini mencakup kawasan Australia, Selandia Baru, Irian, Maluku,
pulau-pulau di sekitarnya, dan kepulauan di Samudera Pasifik. Contohnya adalah:
Eukaliptus.
2.4 Pola Penyebaran Tumbuhan
Distribusi semua tumbuhan di alam dapat disusun dalam tiga pola dasar,
yaitu acak, merata (teratur), dan mengelompok. Pola distribusi demikian erat
hubungannya dengan kondisi lingkungan. Kusmana (1995) menyatakan bahwa
pola acak mencerminkan homogenitas habitat dan pola behavior yang tidak
selektif. Sedangkan pola mengelompok mencerminkan habitat heterogen, mode
reproduktif, behavior mengelompok dan lain-lain. Pola beraturan mencerminkan
adanya interaksi negatif antara individu seperti persaingan untuk ruang dan
unsure hara dan cahaya.
2.4.1 Bentuk Penyebaran atau Distribusi Tumbuhan
Penyebaran atau distribusi tumbuhan dalam suatu populasi bisa
bermacam-macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu:
a. Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya
terjadi apabila faktor lingkungan sangat beragam untuk seluruh daerah
dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok
dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-bentuk organ tertentu
yang menunjang untuk terjadinya pengelompkan tumbuhan.
b. Penyebaran secara merata, umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran
(32)
18
dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk
mendapatkan nutrisi dan ruang.
c. Penyebaran secara berkelompok adalah yang paling umum di alam, terutama
untuk hewan. Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal:
a. Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal.
b. Respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari
(1)
Flora di Indonesia sangatlah banyak. Hal ini pasti dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendukung persebaran tersebut. Diantaranya adalah tinggi rendah dari permukaan laut, jenis tanah, jenis hutan, iklim, pengaruh manusia, keadaan air dan lain-lain. Berikut ini adalah pembagian wilayah persebaran flora di Indonesia.
Flora daerah Indonesia bagian barat memiliki banyak kesamaan dengan Benua Asia, karena daerah ini pernah bersatu dengan daratan Asia, sehingga disebut sebagaiflora asiatis. Flora Indonesia bagian barat terdiri dari :
a. Hutan hujan tropik yang ditandai oleh rimba belantara dengan tumbuhan yang beraneka ragam. Hutan hujan tropik yang masih lengkap memiliki ciri – ciri berdaun lebar, pohon tinggi besar, belukar – belukar tropik, serta cendawan. Wilayah ini terdapat di Sumatra, Jawa dan Kalimantan.
b. Hutan musim yang merupakan daerah yang ditumbuhi flora yang menggugurkan daunnya di musim kemarau. Wilayah ini terdapat di wilayah utara Jawa.
c. Hutan bakau yang merupakan daerah yang terdiri dari flora khas pantai, seperti rumbia, nipah dan bakau.
d. Sabana tropik yang merupakan padang rumput yang diselingi pohon tegakan tinggi. Sabana tropik ini dapat ditemui di Gayo, wilayah timur Jawa Timur, dan Bali.
Wilayah ini memiliki berbagai jenis vegetasi, antara lain : a. Sabana tropik yang berada di Nusa Tenggara Barat.
(2)
b. Steppa yang merupakan padang rumput yang diselingi pohon tegakan tinggi. Steppa banyak terdapat di Nusa Tenggara Timur.
c. Hutan bakau yang terdiri dari nipah dan bakau.
d. Hutan pegunungan yang terdiri dari cemara dan pinus.
Wilayah ini memiliki berbagai flora yang disebut sebagai flora Australis, karena kesamaan flora antara wilayah Indonesia bagian timur dengan Australia. Kesamaan tersebut karena daratan ini pernah bersatu dengan daratan Australia. Flora bagian timur ini banyak terdapat di Papua. Jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropik, hutan pegunungan, dll
Persebaran flora di Indonesia terbentuk karena adanya peristiwa geologis yang terjadi pada jutaan tahun yang lalu, yaitu pada masa pencairan es (zaman glasial). Pada saat itu terjadi pencairan es secara besar-besaran yang menyebabkan naiknya permukaan air laut di bumi, hal ini menyebabkan beberapa wilayah yang dangkal kemudian menjadi tenggelam oleh air laut dan membentuk wilayah perairan yang baru.
Beberapa wilayah perairan baru di sekitar Indonesia yang terbentuk pada masa berakhirnya zaman glasial itu adalah Laut Jawa yang terdapat di daerah Dangkalan Sunda dan Laut Arafuru yang terdapat di daerah Dangkalan Sahul. Terbentuknya perairan baru di daerah dangkalan tersebut menyebakan flora yang semula dapat dengan bebas bermigrasi akhirnya terhambat oleh perubahan kondisi geologis.
Jenis tumbuhan yang tersebar di wilayah Indonesia meliputi hutan tropis, hutan musim, hutan pegunungan, hutan bakau dan sabana tropis. Persebaran
(3)
flora di wilayah Indonesia itu sendiri terbagi ke dalam 4 kelompok besar wilayah flora Indonesia, yaitu :
a. Wilayah Flora Sumatra-Kalimantan
Tersebar di pulau Sumatra dan Kalimantan serta pulau-pulau kecil di sekitarnya (Nias, Enggano, Bangka, Belitung, Kep. Riau, Natuna, Batam, Buton dll). Contoh flora khas yang tumbuh adalah Bunga Bangkai (Raflesia arnoldi) b. Wilayah Flora Jawa-bali
Tersebar di pulau Jawa, Madura, Bali dan kepulauan-kepulauan kecil disekitarnya (Kepulauan Seribu, Kep. Karimunjawa). Contoh flora khas yang tumbuh adalah pohon Burohal (Kepel)
c. Wilayah Flora Kepulauan Wallacea
Tersebar di pulau Sulawesi, Timor, Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara. Contoh flora yang tumbuh adalah pohon Sagu.
d. Wilayah Flora Papua
Meliputi wilayah pulau Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Contoh Flora Khas tumbuh adalah Eucalyptus, sama dengan jenis tumbuhan yang tumbuh di daerah Queensland Australia Utara.
Apabila dilihat melalui ruang lingkup dunia maka persebaran tumbuhan dibagi menjadi beberapa wilayah penyebaran, yaitu:
a. Wilayah Ethiopian
Wilayah persebarannya meliputi benua Afrika, dari sebelah Selatan Gurun Sahara, Madagaskar dan Selatan Saudi Arabia. Tumbuhan yang khas dari daerah ini meliputi kaktus.
(4)
b. Wilayah Paleartik
Wilayah persebarannya sangat luas meliputi hampir seluruh benua Eropa, Uni Sovyet, daerah dekat Kutub Utara sampai Pegunungan Himalaya, Kepulauan Inggris di Eropa Barat sampai Jepang, Selat Bering di pantai Pasifik, dan benua Afrika paling Utara. Kondisi lingkungan wilayah ini bervariasi, baik perbedaan suhu, curah hujan maupun kondisi permukaan tanahnya, menyebabkan jenis floranya juga bervariasi, seperti bunga sakura dari Jepang.
c. Wilayah Nearktik
Wilayah persebarannya meliputi kawasan Amerika Serikat, Amerika Utara dekat Kutub Utara, dan Greenland. Flora yang yang khas meliputi tumbuhan pada daerah-daerah dingin seperti cemara yang biasa tumbuh di daerah bersalju.
d. Wilayah Neotropikal
Wilayah persebarannya meliputi Amerika Tengah, Amerika .Selatan, dan sebagian besar Meksiko. Iklim di wilayah ini sebagian besar beriklim tropik dan bagian Selatan beriklim sedang. Misalnya: Pohon eboni.
e. Wilayah Oriental
Untuk daerah oriental, daerah penyebaran biotiknya meliputi daerah Asia bagian selatan pegunungan Himalaya, India, Sri Langka, Semenanjung Melayu, Sumatera, Jawa, Kalirnantan, Sulawesi, dan Filipina. Flora yang ada misalnya: Bunga Bangkai.
(5)
Wilayah ini mencakup kawasan Australia, Selandia Baru, Irian, Maluku, pulau-pulau di sekitarnya, dan kepulauan di Samudera Pasifik. Contohnya adalah: Eukaliptus.
2.4 Pola Penyebaran Tumbuhan
Distribusi semua tumbuhan di alam dapat disusun dalam tiga pola dasar, yaitu acak, merata (teratur), dan mengelompok. Pola distribusi demikian erat hubungannya dengan kondisi lingkungan. Kusmana (1995) menyatakan bahwa pola acak mencerminkan homogenitas habitat dan pola behavior yang tidak selektif. Sedangkan pola mengelompok mencerminkan habitat heterogen, mode reproduktif, behavior mengelompok dan lain-lain. Pola beraturan mencerminkan adanya interaksi negatif antara individu seperti persaingan untuk ruang dan unsure hara dan cahaya.
2.4.1 Bentuk Penyebaran atau Distribusi Tumbuhan
Penyebaran atau distribusi tumbuhan dalam suatu populasi bisa bermacam-macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu: a. Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya
terjadi apabila faktor lingkungan sangat beragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompkan tumbuhan.
b. Penyebaran secara merata, umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat antara individu-individu
(6)
dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
c. Penyebaran secara berkelompok adalah yang paling umum di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal:
a. Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal.
b. Respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari cara atau proses reproduksi atau regenerasi.