Rancang Bangun Sistem Informasi Geografi (Sig) Kesesuaian Lahan Untuk Ubi Jalar Di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)
KESESUAIAN LAHAN UNTUK UBI JALAR DI KABUPATEN
KUNINGAN, JAWA BARAT

RIZAL EDWIN SAPUTRA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun
Sistem Informasi Geografi (SIG) Kesesuaian Lahan untuk Ubi Jalar di Kabupaten
Kuningan, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari Dr Liyantono
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Rizal Edwin Saputra
NIM F14110044

ABSTRAK
RIZAL EDWIN SAPUTRA. Rancang Bangun Sistem Informasi Geografi (SIG)
Kesesuaian Lahan untuk Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Dibimbing oleh LIYANTONO.
SIG kesesuaian lahan ubi jalar adalah sistem informasi spasial lahan yang
menyajikan informasi kesesuaian lahan untuk tumbuh tanaman ubi jalar
berdasarkan karakteristik agro klimat, lahan, dan penggunaan lahan. Sistem ini
diperlukan para petani dan pemerintah dalam pemilihan lahan yang sesuai untuk
tanaman ubi jalar secara cepat serta lokasi lahan yang akurat. Tujuan dari
penelitian ini yaitu rancang bangun SIG kesesuaian lahan untuk ubi jalar berbasis
website. Metode yang digunakan adalah mengacu pada system development life
cycle (SDLC) yang terdiri dari investigasi sistem, analisis sistem, desain sistem,
implementasi dan perawatan sistem. Hasil penelitian ini yaitu peta kelas
kesesuaian lahan berbasis website. Kelas kesesuaian lahan untuk ubi jalar adalah

cukup sesuai (S2) dengan luas 13.498 ha (11,6%), sesuai marginal (S3) seluas
42.980 ha (36,8%), tidak sesuai aktual (N1) memiliki luas 16.732 ha (14,3%) dan
tidak sesuai permanen (N2) dengan luas 43.504 ha (37,3%). Berdasakan hasil
kuesioner kepada pengguna, 90% responden menyatakan sistem informasi
geografi sudah berjalan dengan baik sesuai fungsinya.
Kata kunci: Kesesuaian lahan, Sistem informasi geografi, Ubi jalar
ABSTRACT
RIZAL EDWIN SAPUTRA. Design of geographic information systems (GIS) of
the land suitability for sweet potato in Kuningan Regency, West Java. Supervised
by LIYANTONO.
GIS of land suitability for sweet potato is spatial information system of
suitability of land suitable for growing sweet potato plants based on characteristics
of the land, agro climate, and land use. This system required the farmers and the
Government in the selection of the appropriate land to plant sweet potatoes in a
fast and accurate land location. The purpose of this research is to design
geographic information system (GIS) of the suitability of land for sweet potato.
The method used is system development life cycle (SDLC) which consist of
investigations system, system analysis, system design, implementation and
maintenance of the system. Results of this research is to make geographic
information systems analysis of land suitability classification map based website.

Land suitability class for sweet potatoes is the class is simply fit (S2) with
extensive 13.498 ha (11,6%), the appropriate marginal (S3) with an area 42.980
ha (36,8%), doesn’t match the actual (N1) has an area of 16.732 ha (14,3%) and
not appropriate permanent (N2) with extensive 43.504 ha (37,3%). Based on the
results of the questionnaire to users, 90% of respondents declaired geographic
information system design has been running well according its function.
Keyword: Geographic information system, Land suitability, Sweet potato

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
KESESUAIAN LAHAN UNTUK UBI JALAR DI
KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT

RIZAL EDWIN SAPUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret-Juni 2015 dengan
judul Rancang Bangun Sistem Informasi Geografi Kesesuaian Lahan untuk Ubi
Jalar di Kabupaten Kuningan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Liyantono, STP, M.Agr
selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Mohamad Solahudin dan Bapak Dr M. Faiz
Syuaib yang telah banyak memberi saran. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada seluruh dosen dan staf Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan ilmu kepada
penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada (alm) ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya, terutama untuk ibu yang

selalu memberikan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, juga kepada
keluarga besar Teknik Mesin dan Biosistem khususnya angkatan 48, Immas Yuli
Andani, Danang Aria, Dwi Setiyaningsih, Siska Erma Lia, Radha Santunnia, Fitri
Rabbani, Nanda Karlita, Muhammad Haqi, Husnul Khatim, Aldi Kartawirya,
Ilman Pangeran, Ilham Fajar Setyaji yang lebih dari sekedar teman berbagi,
mengeluh, tawa canda, dan direpotkan selama menjadi mahasiswa tingkat akhir,
teman-teman Badan Ekseskutif Mahasiswa Kabinet Rumah Kita Kementerian
Apresiasi Olahraga, teman-teman jejak sepatu yang telah memberikan saran dan
motivasi selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2015
Rizal Edwin Saputra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Lahan

2

Evaluasi Lahan


3

Ubi Jalar

4

Sistem Informasi

5

Sistem Informasi Geografi

6

ArcGIS

7

Pendekatan System Development Life Cycle (SDLC)


7

Penelitian Terdahulu

8

METODE

8

Alat dan Bahan

8

Tempat dan Waktu

9

Metode Penelitian


9

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Investigasi Sistem

10

Analisis Sistem

12

Desain Sistem

15

Implementasi Sistem


19

Perawatan Sistem

28

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

29
29

Saran

29

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

44

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Luas panen, produksi, dan produktivitas Ubi Jalar di Jawa Barat
Produksi dan produktivitas Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan
Kebutuhan informasi berdasarkan kuesioner
Daftar kebutuhan fungsional sistem
Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar
Luas kesesuaian lahan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

5
5
11
14
17
24

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Tahap-tahap metode penelitian
Diagram alur proses overlay peta kesesuaian lahan
Desain basis data
Rancangan halaman depan website
Tampilan menu utama website
Halaman depan website
Tampilan halaman depan kesesuaian lahan
Tampilan menu kondisi umum
Tampilan menu peta kelas kesesuaian
Tampilan menu budidaya
Tampilan menu diversifikasi pangan
Tampilan menu kontak
Peta kelas kesesuaian kelas cukup sesuai (S2)
Peta kelas kesesuaian kelas sesuai marginal (S3)
Peta kelas kesesuaian kelas tidak sesuai saat ini (N1)
Peta kelas kesesuaian kelas tidak sesuai permanen (N2)
Uji kompabilitas dengan Mozilla Firefox
Uji kompabilitas dengan Google Chrome
Uji kompabilitas dengan Baidu Browser
Hasil evaluasi sistem informasi geografi

10
16
16
18
19
20
20
21
21
22
22
23
25
25
26
26
27
27
28
28

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Kualitas dan karakteristik lahan untuk pertimbangan dalam evaluasi lahan
Kriteria kesesuaian lahan untuk ubi jalar (Ipomoea batatas L)
Kuesioner tahap investigasi SIG
Sebaran potensi agribisnis
Luas lahan tanaman pangan
Rancangan halaman budidaya dan diversifikasi pangan
Rincian pengujian fungsionalitas dari sistem
Kuesioner tahap evaluasi dan hasil evaluasi SIG

31
33
35
37
38
39
40
41

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan pangan di Indonesia dapat dikembangkan dengan baik,
akan tetapi sebagian besar petani yang kurang mendapatkan informasi pangan
yang terdapat di beberapa daerah. Ubi jalar adalah tanaman pangan yang memiliki
nutrisi tinggi, mudah untuk dibudidayakan, cepat menghasilkan, mudah disimpan
dan tahan lama serta mempunyai produktivitas tinggi. Ubi jalar masih digunakan
sebagai bahan pangan pendukung dalam kehidupan sehari-hari, kecuali bagi
penduduk Indonesia bagian timur (Papua) yang menjadikan ubi jalar sebagai
makanan pokok. Masyarakat saat ini sering kali beranggapan bahwa
mengkonsumsi makanan pokok selain beras diidentikkan sebagai masyarakat
golongan rendah. Namun demikian ubi jalar itu sudah merupakan produk
komersial yang cukup diminati (Dewi 2013). Negara-negara maju telah lama
memanfaatkan ubi jalar sebagai produk olahan bernilai gizi tinggi dan secara
ekonomis memiliki peluang pasar yang besar. Ubi jalar dimaksudkan untuk
mengurangi konsumsi beras tetapi mengubah pola konsumsi masyarakat sehingga
masyarakat akan mengkonsumsi lebih banyak jenis pangan dan lebih baik gizinya.
Pertumbuhan ubi jalar yang ideal memiliki suhu 21º-27º C, adapun jenis
tanah yang baik dalam pertumbuhan ubi jalar adalah pasir yang berlempung,
banyak yang mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik dan
mempunyai derajat kemasaman tanah (pH) 5,5-7,5 (Rukmana 1997). Kesesuaian
lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu.
Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan
aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Evaluasi
lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu
dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi
lahan akan memberikan informasi atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan
keperluan (Hardjowigeno 2007).
Kabupaten Kuningan merupakan penghasil ubi jalar terbesar di Jawa
Barat, hal ini dapat dilihat dari produksi ubi jalar di Kuningan pada tahun 2010
dan 2011. Kuningan memproduksi 96.610 ton ubi jalar dengan luas panen 4.496
hektar (Badan Pusat Statistik 2015). Peranan dalam pengembangan ubi jalar
memiliki prospek yang baik sebagai komoditas pertanian unggulan tanaman
palawija. Potensi produksi bisa mencapai ± 25-40 ton per hektar dan saat ini ubi
jalar merupakan tanaman ubi-ubian yang paling produktif. Menurut data BPS
Indonesia (2015), luas panen dan produksi ubi jalar Jawa Barat mencapai 27.931
ha dengan produksi 429.397 ton dan produktivitas mencapai 153,73 kuintal/ha
yang merupakan penyumbang produksi terbesar di Indonesia. Produktivitas ubi
jalar Kabupaten Kuningan sudah mengungguli Kabupaten lain di Provinsi Jawa
Barat. Pengembangan komoditas unggulan ubi jalar berorientasi agribisnis guna
meningkatkan pendapatan masyarakat dan petani. Oleh karena itu, sistem
informasi geografi (SIG) berbasis website diperlukan para petani dan pemerintah
dalam pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman ubi jalar secara cepat serta
lokasi lahan yang akurat dan informasi spasial secara terpadu untuk perencanaan
dan pengambilan keputusan dalam pemilihan lahan.

2

Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil wawancara terhadap petani dan data yang didapatkan,
informasi yang dibutuhkan adalah sistem informasi geografis mengenai
kesesuaian lahan ubi jalar. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat
dan dinamis membuat hal ini yang dilakukan penulis membuat rancang bangun
sistem informasi geografis selama empat bulan untuk penelitian sebagai untuk
memberikan informasi yang objektif dan lengkap sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan dalam pemilihan lahan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu rancang bangun SIG kesesuaian lahan
untuk ubi jalar di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat berbasis website.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya penelitian ini
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan lahan yang sesuai untuk
ubi jalar yang ditanam dan memberikan informasi secara lebih jelas tentang
manfaat yang bisa diperoleh jika petani mendapatkan informasi yang jelas
mengenai lahan ubi jalar.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membangun SIG berbasis website mengenai kesesuaian
lahan untuk budidaya ubi jalar. SIG yang dibangun untuk petani dan Pemerintah
Kabupaten Kuningan dikarenakan lokasi tersebut memiliki produktivitas ubi jalar
yang tinggi di daerah Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA

Lahan
Lahan merupakan sumber daya alam yang sifatnya terbatas yang dapat
dimanfaatkan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk melakukan segala
macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Klasifikasi lahan
pertanian pada suatu daerah memberi pengetahuan tingkat kesesuaian lahan
dengan komoditi yang akan dikembangkan di daerah tersebut. Kualitas dan daya
dukung lahan diketahui dari hasil evaluasi lahan yaitu dengan mempertimbangkan

3
karakteristik lahan seperti iklim, topografi, sifat-sifat fisik dan kimia tanah.
Evaluasi lahan yang umumnya dilakukan dengan evaluasi kemampuan dan
kesesuaian lahan. Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan
evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi,
tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah)
merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah. Lahan bukan hanya merupakan
tempat dari berbagai ekosistem tetapi juga merupakan bagian dari ekosistemekosistem tersebut. Lahan juga merupakan konsep geografis karena dalam
pemanfaatannya selalu terkait dengan ruang atau lokasi tertentu, sehingga
karakteristiknya juga akan sangat berbeda tergantung dari lokasinya. Dengan
demikian kemampuan atau daya dukung lahan untuk suatu penggunaan tertentu
juga akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya (Djaenudin et al. 2003).
Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk
tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah
teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan arahan penggunaan
lahan sesuai dengan keperluan (Hardjowigeno 2007).
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk
penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini
(kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan
potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat
biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut. Data biofisik
tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan
persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial
menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usahausaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan
terlantar atau tidak produktif, serta lahan pertanian yang produktivitasnya kurang
memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila
komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Hardjowigeno 2007).
Kualitas dan karateristik lahan yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan
disajikan pada Lampiran 1 dan kriteria kesesuaian lahan untuk ubi jalar di sajikan
pada Lampiran 2.
Berdasarkan metode FAO (1976), sistem klasifikasi kesesuaian lahan
menggunakan 4 kategori, yaitu:
1. Ordo, menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak untuk penggunaan
tertentu. Dikenal dua macam ordo, yaitu:
a. Ordo S (sesuai): lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat
digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang
dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan itu akan
memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan, tanpa atau
sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lainnya.
b. Ordo N (tidak sesuai): lahan ini memiliki kesulitan sedemikian rupa,
sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu tujuan yang telah
direncanakan. Lahan dapat digolongkan sebagai tidak sesuai digunakan untuk
suatu pertanian karena berbagai penghambat.

4
2. Kelas, menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan. Tingkat kelas terdapat tiga
kelas dalam ordo S dan dua kelas dalam ordo N, yaitu:
a. Kelas S1 : sangat sesuai (highly suitable). Lahan ini tidak mempunyai
pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya
mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi
dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.
b. Kelas S2 : cukup sesuai (moderately suitable). Lahan yang mempunyai
pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat
pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau
keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
c. Kelas S3 : sesuai marginal (marginally suitable). Lahan yang mempunyai
pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan
yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau keuntungan
dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
d. Kelas N1 : tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable). Lahan yang
mempunyai pembatas yang lebih besar, tetapi masih memungkinkan diatasi,
walaupun tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan normal. Keadaan
pembatas sedemikian besarnya sehingga mencegah penggunaan dalam jangka
panjang.
e. Kelas N2 : tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable). Lahan
yang mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan
penggunaan jangka panjang.
3. Sub kelas, menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus
dijalankan dalam masing-masing kelas. Tingkat subkelas menunjukkan jenis
faktor penghambat pada masing-masing kelas, satu subkelas dapat mempunyai
lebih dari satu faktor penghambat.
4. Unit, menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam
pengelolaan sub kelas.

Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomomea batatas L) adalah tanaman bahan pangan yang
memiliki nutrisi tinggi dan mudah untuk dibudidayakan, tahan terhadap
kekeringan dan air, cepat menghasilkan, mudah disimpan dan tahan lama. Ubi
jalar merupakan sumber karbohidrat yang penting disamping padi, jagung, sagu,
dan ubi-ubi lainnya. Tanaman biasanya dilakukan dengan setek batang mudanya
yang ditanam pada guludan yang cukup tinggi. Hasil ubi jalar yang tinggi
ditentukan oleh dua faktor, yaitu penggunaan bibit ubi jalar varietas unggul dan
teknik budidaya yang baik. Pada pengolahan tanah tanaman menjalar ini
menghendaki tanah yang gembur. Semakin bagus tanah yang diolah dan
dikerjakan maka semakin bagus pula kuantitas dan kualitas hasilnya (Juanda et al.
2000).
Secara umum ubi jalar dimanfaatkan sebagai bahan pangan untuk
konsumsi rumah tangga. Pemasaran menjadi kendala utamanya karena daya
simpan ubi jalar segar relatif singkat. Perkiraan tingkat kerusakan ubi jalar terjadi
ketika tiba di kota tujuan pemasaran adalah berkisar 43-93%. Beberapa tipe
kerusakan diantaranya pecah, terpotong, terinfeksi cylas spp. (boleng atau lanas)

5
dan berakar. Kerusakan yang terjadi terutama diakibatkan karena buruknya cara
menangani panen dan pasca panen. Buruknya kualitas komoditas ubi jalar yang
dihasilkan selain akan menyebabkan memperpendek shelf-life ubi jalar juga akan
menurunkan nilai komoditas ubi jalar di pasaran, bahkan dapat menghilangkan
kesempatan mendapatkan keuntungan ekonomi yang lebih besar. Ubi jalar
memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan pertanian dan prospek
ubi jalar pun sangat cerah jika dikelola baik dengan sistem agribisnis yang
terintegrasi dari subsistem hulu hingga hilir (Krishna 2008). Ubi jalar mudah
dibudidayakan di seluruh wilayah Indonesia hal ini menunjukkan bahwa
komoditas ubi jalar dikenal dan diterima masyarakat sebagai bahan pangan yang
digunakan untuk substitusi pangan pokok. Sebaran potensi agribisnis menurut
Badan Pusat Statistik dapat dilihat pada Lampiran 4 dan luas lahan tanaman
pangan di Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada Lampiran 5. Pengolahan ubi
jalar juga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan diversifikasi
pangan (Zuraida 2009). Luas panen, produktivitas dan produksi disajikan pada
Tabel 1 sedangkan produksi dan produktivitas ubi jalar di Kabupaten Kuningan
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1 Luas panen, produksi dan produktivitas Ubi Jalar di Jawa Barat
Data Ubi Jalar
Luas Panen (ha)
Produktivitas (ku/ha)
Produksi(ton)

2010
30.073
143,320
430.998

2011
27.931
153,730
429.378

2012
26.531
164,550
436.577

2013
26.635
182,120
485.065

2014
24.695
181,860
449.100

Sumber : Badan Pusat Statistik Nasional 2015

Tabel 2 Produksi dan produktivitas Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan
Data Ubi Jalar
Produksi (ton)
Produktivitas (ku/ha)

2009
109.225
209,850

2010
96.862
186,100

2011
96.610
185,600

2012
119.626
229,820

2013
118.267
227,210

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 2015

Sistem Informasi (SI)
Sistem informasi (SI) merupakan interaksi terpadu antar komponen
(sumberdaya) manusia (brainware), perangkat lunak (software), perangkat keras
(hardware), perangkat jaringan (netware) dan data (dataware) untuk mendukung
aktivitas mulai dari pengumpulan data (data collecting), pengolahan data (data
processing), penyimpanan data (data storing), penyebaran informasi
(dissemination of information), serta kontrol terhadap keseluruhan aktivitas
tersebut (overall performance control). Sistem Informasi (SI) adalah industri
informasi yang mengolah data menjadi informasi. Kualitas produk berupa
informasi menjadi ukuran akan keberhasilan dari suatu industri informasi. Jika
kualitas informasinya prima, berarti industri atau sistem informasinya prima
(O’Brien 2011).
Informasi merupakan data yang disimpan dalam konteks yang berguna dan
bermanfaat, hal ini memberikan nilai informasi untuk orang tertentu dan

6
menemukan kebutuhan informasi utama mereka dan informasi merupakan sumber
dasar dimana perseorangan atau organisasi dapat bertahan dan sukses dalam
menjalankan kegiatannya.
Sistem Informasi Geografis
Sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang digunakan untuk
mendapatkan data spasial dan analisis terhadap permukaan geografi bumi. Fungsi
SIG adalah meningkatkan kemampuan menganalisis informasi spasial secara
terpadu untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. SIG dapat memberikan
informasi kepada pengambil keputusan untuk analisis dan penerapan database
keruangan (Prahasta 2009). Sistem ini dapat mendukung pengambilan keputusan
spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan fenomena
yang ditemukan di suatu lokasi. Menurut Robinson et al. (1995), komponen pada
sistem informasi geografis ada empat, yaitu:
1. Perangkat keras
SIG membutuhkan komputer untuk menyimpan dan mengolah data.
Ukuran dari sistem komputerisasi tergantung pada tipe SIG itu sendiri. SIG
memiliki spesifikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem informasi
lainnya. Hal tersebut disebabkan data yang digunakan dalam SIG membutuhkan
ruang yang besar dan dalam proses analisisnya membutuhkan memori besar dan
prosesor yang cepat.
2. Software
Software atau perangkat lunak SIG harus menyediakan fungsi dan tool
yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis, dan menampilkan informasi
geografis. Elemen yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah :
 Tool untuk melakukan input dan transformasi data geografis.
 Database management system (DBMS).
 Tool yang mendukung kueri geografis, analisis, dan visualisasi.
 Graphical user interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool
geografis.
3. Data
Data dalam SIG dibagi menjadi dua bentuk, yaitu data spasial dan data
atribut. Data spasial adalah data yang terdiri atas lokasi eksplisit suatu geografi
yang disatukan ke dalam bentuk koordinat. Data atribut adalah gambaran data
yang terdiri atas informasi yang relevan terhadap suatu lokasi, seperti kedalaman,
ketinggian, lokasi penjualan, dan lain-lain.
4. Organisasi Pengelola dan Pengguna Sistem Informasi Geografi
Organisasi yang dibentuk harus sesuai dengan prinsip yang dikembangkan
karena bentuk organisasi merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu proyek
sistem informasi geografi.
Sistem informasi geografis berbasis website merupakan aplikasi yang
berjalan pada media jaringan LAN dan internet, khususnya dengan layanan
website. Setiap pengguna yang memanfaatkan aplikasi browser internet dapat
mengirimkan beberapa request terhadap server untuk memperoleh informasi yang
pada umumnya tersedia dalam bentuk teks dan file gambar dengan format HTML
(Prahasta 2009).

7
ArcGIS
ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh Environment
Science & Research Institute (ESRI) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi
dari berbagai macam software SIG yang berbeda seperti SIG desktop, server, dan
GIS berbasis website. ArcGIS meliputi perangkat lunak berbasis Windows seperti
ArcGIS Desktop yang memiliki lima tingkat lisensi:

ArcView, yang memungkinkan pengguna menampilkan data spasial,
membuat peta berlapis, serta melakukan analisis spasial dasar.

ArcMap adalah aplikasi utama untuk kebanyakan proses SIG dan
pemetaan dengan komputer. ArcMap memiliki kemampuan utama untuk
visualisasi, membangun database spasial yang baru, memilih (query), editing,
menciptakan desain-desain peta, analisis dan pembuatan tampilan akhir dalam
laporan-laporan kegiatan. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh ArcMap
diantaranya yaitu penjelajahan data (exploring), analisa SIG (analyzing),
presenting result, customizing data dan programming.

ArcEditor adalah memiliki kemampuan sebagaimana ArcView dengan
tambahan peralatan untuk memanipulasi berkas shapefile dan geodatabase.

ArcInfo, memiliki kemampuan sebagaimana ArcEditor dengan tambahan
fungsi manipulasi data, penyuntingan, dan analisis.

ArcCatalog adalah tool untuk menjelajah (browsing), mengatur (organizing),
membagi (distribution) mendokumentasikan data spasial maupun metadata dan
menyimpan (documentation) data-data SIG. ArcCatalog membantu dalam
proses eksplorasi dan pengelolaan data spasial.
Pendekatan SDLC
Pendekatan System Development Life Cycle (SDLC) merupakan suatu siklus
tahapan aktivitas yang sistematik dan berkesinambungan untuk membangun suatu
sistem, melalui tahap investigasi, tahap analisis, tahap desain, tahap implementasi
dan tahap perawatan (O’Brien 2011).
1. Tahap Investigasi
Tahap investigasi merupakan suatu tahap menentukan problem bisnis
(masalah yang dihadapi) dan melaksanakan studi kelayakan terhadap solusi
yang ditawarkan dan mengembangkan rencana manajemen pelaksanaan.
2. Tahap Analisis
Tahap analisis merupakan tahap identifikasi kebutuhan pengguna tentang
informasi dan jasa yang diperlukan dari sistem informasi (SI) yang dibangun,
kondisi lingkungan yang ada, sistem yang telah ada, serta struktur dan birokrasi
organisasi yang akan menerapkan SI. Langkah terakhir pada tahap ini adalah
mengembangkan kebutuhan fungsional (functional requirements) dari SI.
3. Tahap Desain
Tahap desain adalah mengembangkan spesifikasi brainware, software,
dataware, netware, dan hardware, mengembangkan rancangan informasi isi,
bentuk dan waktu, mengembangkan rancangan user interface, style dan format
input/output, mengembangkan rancangan proses transformasi input menjadi
output, dan sistem keamanan (security system).

8
4. Tahap Implementasi
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah pengadaan
brainware, software, dataware, netware, hardware, pengujian, dan evaluasi
sistem.
5. Tahap Perawatan (Maintenance)
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah pemeliharaan
brainware, software, dataware, netware dan hardware, dan pengembangan
sistem pengguna serta transformasi ke sistem baru.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini
antara lain, Dipayana (2007) tentang Pengembangan Sistem Informasi Klasifikasi
Kesesuaian Lahan untuk Padi Sawah di Kecamatan Jonggol Berbasis SIG (Sistem
Informasi Geografis) dan SMS (Short Message Service). Penelitian tersebut
bertujuan membangun aplikasi untuk menampilkan Sistem Informasi Geografis
(SIG) yang telah dibangun oleh Lestari (2003) dengan perangkat lunak
MapObject dan menambahkan aplikasi SMS pada Sistem Informasi Geografis
(SIG) sebagai alternatif media akses sistem. Pengembangan sistem ini dilakukan
di Laboratorium Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian, Departemen
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Agustus 2007. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada pendekatan tahap
pengembangan sistem informasi dengan metode System Development Life Cycle
(SDLC) yang memiliki 5 tahapan yaitu investigasi sistem, analisis sistem, desain
sistem, implementasi sistem dan pemeliharaan sistem.

METODE

Alat dan Bahan
Untuk penelitian yang memerlukan bahan berupa organisme, perlu diperinci
asal tumbuhan, hewan, atau mikroorganisme dengan identitas spesies atau
galurnya. Bahan kimia yang lazim terdapat di laboratorium tidak perlu diperinci.
Pada penelitian yang besifat eksperimen, nama pabrik pembuat reagen yang
digunakan ada kalanya perlu disebutkan. Sumber bahan dari perusahaan atau
individu maupun lembaga dapat dituliskan sepanjang hal itu sangat spesifik.
Penyebutan merek dagang perlu dihindari sebab karya ilmiah bukan media iklan.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah digitasi, overlay dan mengacu
pada System Development Life Cycle (SDLC). Data dilakukan pengelompokkan
menjadi kelas-kelas yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai

9
marginal), N1 (tidak sesuai saat ini) dan N2 (tidak sesuai permanen). Tahapan
penelitian yang dilakukan terdiri dari tahap perencanaan, analisis, tampilan desain
website, implementasi, dan perawatan (O’Brien 2011) yang di tunjukkan pada
Gambar 1.
1. Investigasi Sistem/Tahap Perencanaan
Tahapan ini bertujuan untuk mencari referensi baik itu jurnal, prosiding
serta mempelajari sistem informasi geografi yang sudah ada yang sangat
mendukung riset ini. Tahap ini juga perlu dirumuskan permasalahan yang
dihadapi seperti tujuan utama pembuatan sistem, pengguna dari sistem, serta
software yang akan digunakan. Analisa menyeluruh pada tahap awal dari
perumusan masalah dapat mengurangi masalah pengembangan yang akan
dilakukan untuk kesesuaian lahan. Tahap akhir ini diharapkan sudah ada
gambaran yang sangat kasar seperti sketsa dalam kertas mengenai sistem yang
akan dibuat.
2. Analisis Sistem
Tahapan ini difokuskan pada analisis kebutuhan pengguna (user
requirements) untuk kesesuaian lahan ubi jalar. Tahap identifikasi kebutuhan
pengguna tentang informasi yang diperlukan dari sistem informasi geografi
(SIG) yang akan dibangun. Langkah terakhir pada tahap ini mengembangkan
kebutuhan fungsional dari sistem informasi geografi (SIG).
3. Tampilan dan Desain Sistem
Tahapan ini dipilih perangkat-perangkat profesional yang sesuai dengan
kebutuhan fungsional dan non-fungsional. Tahap ini juga harus merencanakan
tampilan sistem yang sesuai dengan kebutuhan pengguna yaitu kesesuaian
lahan, budidaya ubi jalar dan diversifikasi pangan.
4. Implementasi Sistem
Tahapan ini adalah implementasi penuh dari prototipe sistem sehingga
dapat dieksekusi pada sistem informasi geografis. Validasi akhir dilakukan
pada sistem yang telah diimplementasikan dengan melibatkan real-user untuk
mencoba menggunakan sistem yang telah dapat diakses via internet. Salah satu
bagian dari implementasi adalah pengujian sistem. Tahapan ini dilakukan
kegiatan pengembangan dari desain yang ada dan dilakukan penerapan
terhadap sistem yang telah dibangun.
5. Perawatan (Maintenance)
Pada tahap akhir dilakukan pemantauan dan evaluasi yang menghasilkan
suatu rencana modifikasi atau pengembangan sistem yang berarti akan kembali
ke tahap awal (investigasi) untuk mengidentifikasi masalah dari hasil evaluasi.

10
Mulai

Investigasi Sistem dan Studi Literatur

Analisis Sistem

Tampilan dan Desain Sistem

Implementasi dan Pengujian Sistem

Tidak

Sesuai

Ya
Selesai

Gambar 1 Tahap-tahap Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Investigasi Sistem
Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner yang dilakukan terhadap 20
responden di Kabupaten Kuningan meliputi instansi pemerintah (30%), petani
(50%), dan konsumen (20%). Kebutuhan informasi yang dibutuhkan adalah
sistem informasi geografis (SIG) mengenai kesesuaian lahan, teknik budidaya dan
diversifikasi pangan ubi jalar. Fungsi SIG ini adalah memberikan informasi yang
objektif dan lengkap sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
untuk pengguna dalam memilih lahan yang sesuai untuk ubi jalar. Kebutuhan
informasi untuk SIG terdapat pada Tabel 3 dan isi kuesioner tahap investigasi
terdapat pada Lampiran 3.

11
Tabel 3 Kebutuhan informasi berdasarkan kuesioner
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kebutuhan Informasi
Kesesuaian Lahan
Budidaya Ubi Jalar
Diversifikasi Pangan
Jenis Tanah
Curah Hujan
Penggunaan Lahan

Persentase Kebutuhan (%)
100 %
100 %
100 %
40 %
20 %
60 %

Kebutuhan informasi kesesuaian lahan terdapat beberapa permasalahan
yang dihadapi, seperti faktor yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk ubi
jalar, kelerengan, suhu, jenis tanah dan curah hujan yang sesuai serta penggunaan
lahan yang terdapat di Kabupaten Kuningan. Permasalahan tersebut dapat
diselesaikan dengan membangun sistem informasi geografi kesesuaian lahan
untuk ubi jalar di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat berbasis website.
Studi Kelayakan Teknis
Studi kelayakan adalah suatu tinjauan sekilas pada faktor utama yang akan
mempengaruhi kemampuan sistem untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan hasil dari studi kelayakan teknis, aplikasi website pada sistem
informasi geografis kesesuaian lahan untuk ubi jalar baik untuk dikembangkan
dengan alasan sistem ini berbasis website dimana saat ini masyarakat Kabupaten
Kuningan yang mempergunakan internet untuk melakukan komunikasi dan
memperoleh informasi melalui website. Sistem berbasis website dapat ditangani
sendiri oleh pihak penyedia layanan SIG karena memerlukan perangkat keras dan
peralatan yang sederhana serta mudah diperoleh. Hasil dari SIG yang dibangun
dapat diakses melalui smartphone dan PC (Personal Computer) sehingga dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi yang dibangun layak secara teknis.
Perangkat lunak yang digunakan SIG ini layak untuk dikembangkan karena
dibangun dengan menggunakan software ArcGIS 10.1, xampp, ArcGIS online,
dan website browser yang relatif mudah digunakan dan menjalankan sistem.
Perangkat keras yang digunakan meliputi server dan komputer server.
Penggunaan teknologi website dipilih karena memiliki kelebihan yaitu mudahnya
mengakses kesesuaian lahan untuk ubi jalar yang ditanam di Kabupaten
Kuningan, Jawa Barat dan SIG secara teknis dengan melihat keandalan software
dan hardware serta fasilitas pendukung untuk membangunnya.
Studi Kelayakan Organisasi
SIG dapat diakses menggunakan personal computer (PC) bagi pengguna
serta admin yang melakukan input data apabila terdapat sistem yang harus
diperbaiki. Sistem informasi geografi ini layak dibangun karena organisasi sistem
yang dibangun untuk memberikan informasi yang objektif dan lengkap sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pemilihan kesesuaian lahan.
Organisasi yang membantu dalam SIG ini adalah laboratorium teknik
bioinformatika, Institut Pertanian Bogor. Apabila pemerintah Kabupaten
Kuningan membutuhkan SIG ini maka organisasi yang mengembangkannya
adalah pemerintah seperti Bappeda Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

12
Studi Kelayakan Ekonomi
Sistem Informasi geografi berbasis website tidak memerlukan biaya yang
mahal dalam pengoperasiannya. Biaya pengoperasian meliputi pemakaian
computer atau laptop, biaya jaringan internet serta biaya pembangunan sistem
meliputi biaya penggunaan peralatan, serta perlengkapan pembangunan isi sistem
menggunakan software ArcGIS 10.1, xampp, ArcGIS online, dan web browser.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada semua responden dimana untuk saat ini
banyak penduduk Kabupaten Kuningan yang menggunakan internet untuk
melakukan komunikasi, memperoleh informasi melalui website sistem informasi
geografi dan biaya untuk mengakses sistem informasi geografi tidak menjadi
suatu masalah.
Studi Kelayakan Operasional
SIG kesesuaian lahan ubi jalar ini juga layak secara operasional dengan
memperhitungkan beberapa hal yang diantaranya sebagai berikut:
1. Teknologi berbasis website merupakan teknologi yang mudah diakses
masyarakat.
2. SIG berbasis website mempunyai tampilan yang sederhana dan dapat
dioperasikan dengan mudah.
3. WebGIS mudah dalam instalasi, pengoperasian, mudah untuk diperbaharui,
dan mudah untuk dilakukan perawatan.
4. Biaya penggunaan WebGIS ini terjangkau dengan akses internet.

Analisis Sistem
Tahapan analisis sistem merupakan tahap yang kritis dan sangat penting
karena kesalahan dalam tahap ini akan menyebabkan kesalahan pada tahap
selanjutnya. Tahap analisis sistem yang dilakukan dalam pengembangan SIG
kesesuaian lahan ubi jalar seperti identifikasi pengguna dan kebutuhan informasi,
identifikasi sumber informasi, identifikasi kebutuhan fungsional sistem, dan
identifikasi kebutuhan spesifikasi perangkat yang digunakan.
Identifikasi Pengguna dan Kebutuhan Informasi
Pengguna dalam SIG ini yaitu petani dan instansi pemerintah. Informasi
yang dibutuhkan oleh user ini adalah kesesuaian lahan untuk ubi jalar, teknik
budidaya ubi jalar, dan diversifikasi pangan di Kabupaten Kuningan. Berdasarkan
hasil wawancara dan kuesioner, pengguna membutuhkan sistem yang
memudahkan dalam pemilihan kesesuaian lahan yang tepat dan akurat.
Identifikasi Sumber Informasi
Data dan informasi yang dibutuhkan pada SIG kesesuaian lahan ubi jalar
diperoleh dari hasil proses wawancara dan kuesioner kepada beberapa responden
diantaranya adalah petani dan pemerintah. Pengolahan data yang dibutuhkan
sistem adalah data spasial dengan format shapefile (*.shp) dan data atribut dengan
format database file (*.dbf) dilakukan menggunakan ArcMap 10.1. Ketersediaan
data berupa Hardcopy peta curah hujan, jenis tanah, penggunaan lahan, data
statistik iklim, suhu dan data shapefile kontur untuk mendapatkan informasi serta

13
melakukan analisis sumber informasi. Bentuk sistem yang dibangun yaitu SIG
berbasis website. SIG kesesuaian lahan ubi jalar ini dikembangkan menggunakan
software ArcGIS online dengan pendekatan system development life cycle
(SDLC). Proses pertama dalam identifikasi sumber informasi yaitu:
a. Mengidentifikasi jenis data dasar yang berkaitan dengan kebutuhan untuk peta
kesesuaian lahan ubi jalar sebagai berikut:
• DEM (Digital Elevation Model) dari peta kontur yang diambil dari CSGI.
DEM adalah suatu citra yang secara akurat memetakan ketinggian dari
permukaan bumi. DEM ini dibuat dari peta kontur.
• Peta Curah Hujan, diperoleh dari Bappeda Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Skala 1: 60.000.
• Peta Penggunaan Lahan, diperoleh dari Bappeda Kabupaten Kuningan, Jawa
Barat. Skala 1: 60.000.
• Peta Jenis Tanah, diperoleh dari Bappeda Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Skala 1: 60.000.
b. Ketersedian data yang ada kemudian kita proses menjadi data yang dapat
digunakan untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan suatu area. Proses yang
dijalankan adalah:
• Kelas kelerengan dibuat dari data dasar DEM dengan cara membuat peta
lereng, kemudian diklasifikasikan (S1: 3%, S2: 3-8%, S3: 8-15%, N1: 1625%, N2: >25%).
• Kelas suhu dibuat dari data dasar DEM dengan cara membuat peta suhu,
kemudian diklasifikasikan (S1: 22-25°C, S2: >25-30 dan 20-30-35
dan 18-35 dan 3000 mm/thn).
• Kelas jenis tanah dibuat dari peta jenis tanah (1: podsolik, regosol, latosol; 2:
regosol dan latosol; 3: asosiasi mediteran coklat; 4: grumusol dan regosol; 5:
alluvium kelabu; 6: latosol dan regosol; 7: asosiasi andosol coklat).
c. Keperluan pemodelan, kelas-kelas yang didapatkan ini kemudian dilakukan
overlay berdasarkan skema pembobotan yang dibuat berdasarkan pengalaman
pemodelan sebagai berikut:
• kelas suhu.
• kelas slope.
• kelas jenis tanah.
• kelas curah hujan.
• kelas penggunaan lahan (landuse).
Pengolahan data dilakukan karena data yang tersedia tidak dapat langsung
digunakan untuk memberikan informasi mengenai kesesuaian lahan untuk ubi
jalar di Kabupaten Kuningan. Pengolahan data terdiri atas empat tahap yaitu
konversi format data, digitasi, pengelompokan data, penambahan informasi, serta
klasifikasi data dengan overlay. Sistem informasi geografi membutuhkan semua
peta tersebut setelah itu dilakukan proses digitasi untuk mendapatkan peta dalam
format shapefile. Sistem proyeksi yang digunakan yaitu UTM Zona sedangkan

14
Datum yang digunakan yaitu WGS 1984. Proses digitasi dan overlay pada
perangkat lunak ArcMap 10.1 digunakan untuk menentukan peta kesesuaian lahan
dari beberapa data yang ada, setelah proses ini dilakukan proses membangun
sistem informasi geografi menggunakan ArcGIS online. Fungsi SIG ini adalah
menampilkan data spasial dan atribut melalui web browser yang memungkinkan
pengguna untuk berinteraksi langsung dengan sistem guna mendapatkan informasi
bagi pengguna. Daftar kebutuhan fungsi yang dibutuhkan dapat disajikan pada
Tabel 4.
Identifikasi Kebutuhan Fungsional Sistem
SIG membutuhkan identifikasi fungsional sistem untuk pengembangan
tahap berikutnya yaitu desain sistem. Daftar kebutuhan fungsional sistem
ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Daftar kebutuhan fungsional sistem
No.
1.

Nama fungsi
Zoom peta

2.

Peta kesesuaian lahan

3.

Peta kelas kesesuaian
lahan
Tabel kelas
kesesuaian lahan
Informasi budidaya dan
diversifikasi

4.
5.

Keterangan
Memperbesar dan memperkecil peta
kesesuaian lahan
Menyajikan informasi kesesuaian lahan ubi
jalar, informasi terdapat legenda dan detail
web. Legenda tersebut memberikan
informasi kelas kesesuaian lahan.
Menyajikan informasi kelas kesesuaian
lahan ubi jalar.
Menyajikan
informasi
tabel
kelas
kesesuaian lahan ubi jalar.
Melihat proses dalam budidaya tanaman
ubi jalar dan diversifikasi pangan.

Identifikasi Kebutuhan Spesifikasi Perangkat
Analisis kebutuhan spesifikasi perangkat dibagi menjadi perangkat keras
(Hardware) dan lunak (Software). Perangkat keras dan lunak minimum yang
dibutuhkan dalam pengembangan sistem, penjelasannya sebagai berikut:
1. Perangkat keras (Hardware)
Spesifikasi hardware yang digunakan untuk server adalah:
a. Processor intel i3
b. Harddisk 500 Gb
c. RAM 2 Gb
Spesifikasi minimal hardware yang diperlukan untuk client adalah:
a. Processor intel Pentium III
b. Harddisk 10 GB
c. RAM 128 Mb
2. Perangkat lunak (Software)
Spesifikasi software yang digunakan untuk server adalah:
a. MySQL sebagai database server 5.6.16
b. ArcMap 10.1
c. Apache HTTP Server 2.4.7
d. XAMPP 1.8.3

15
e. Sistem operasi : Microsoft Windows 7
Spesifikasi minimal software yang diperlukan untuk client adalah:
a. Microsoft Windows XP, Macintosh atau Linux
b. Web browser seperti Mozilla Firefox, Google Chrome, Baidu Browser

Desain Sistem
Tahap ini menjelaskan bagaimana sistem dapat memenuhi kebutuhan
informasi bagi pengguna. Sistem ini terdiri dari desain database, desain user
interface, dan desain proses. Desain database untuk penyimpanan data peta
kesesuaian lahan dalam format shapefile. Sistem ini dikelola oleh admin untuk
perawatan sistem dan penambahan data. Desain yang baik akan sangat
menentukan kualitas aplikasi sistem yang dibangun, sehingga tahapan desain
sangat menentukan dalam pengembangan aplikasi.
Deskripsi Sistem
Sistem infomasi ini terdiri dari aplikasi utama, yaitu aplikasi WebGIS yang
terdiri dari SIG kesesuaian lahan dan data informasi mengenai lahan, teknik
budidaya, dan diversifikasi pangan ubi jalar, dimana informasi tersebut dapat
diakses melalui website. Saat ini, lahan pertanian di Kabupaten Kuningan lagi
dalam tahap pengembangan teknologi dan menuju Kabupaten Kuningan yang
agropolitan. Lahan sebagai sumber daya fisik yang tidak dapat diperbaharui dan
dengan jumlah yang sangat terbatas sehingga memerlukan perencanaan yang baik
dalam penggunaannya. Proses penilaian kelas kesesuaian lahan menggunakan
sistem membandingkan, mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan dengan
kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan kriteria kesesuaian
lahan untuk ubi jalar. Kemampuan SIG dalam analisis dan pemantauan dapat
digunakan untuk mempermudah penataan ruang sumberdaya wilayah yang sesuai
dengan daya dukungnya. SIG ini dibangun agar menjadi yang mudah dan murah
sebagai media penyampaian informasi kepada pengguna.
Desain Database
Tahap desain data dilakukan pada desain struktur database yang akan
digunakan oleh sistem. Database yang dibangun merupakan hasil pengolahan
overlay hasil dari mencocokkan peta suhu, slope, jenis tanah, curah hujan, dan
penggunaan lahan. Perancangan basis data digunakan untuk mendukung
penyimpanan data yang terdapat di dalam sistem agar terstruktur. Desain basis
data dapat ditunjukkan pada Gambar 2.

16
Peta administrasi

Id_polygon

1

Id_Kecamatan
Kecamatan
Kelas

Luas kecamatan

Id_Suhu



Id_Kesesuaian

Id_polygon



Id_Kecamatan
Kecamatan

Id_polygon
Id_Kecamatan
Kecamatan

Luas

Kelas
Luas

Id_Slope



Id_Landuse

Id_polygon
Id_Kecamatan
Id_Jenis Tanah

Id_Curah Hujan

Id_polygon

Id_polygon

Kecamatan

Luas



Id_Kecamatan



Id_Kecamatan

Kecamatan

Kecamatan

Luas

Luas



Id_polygon

Id_Kecamatan
Kecamatan
Luas

Gambar 2 Desain basis data
Pengguna dapat mengakses informasi dengan membuka website yang
berisikan informasi mengenai lahan yang sesuai untuk ditanami oleh ubi jalar.
Sebagai contoh untuk mendapatkan informasi mengenai kesesuaian lahan yang
ada di setiap Kecamatan Kabupaten Kuningan, pengguna dapat mengklik lokasi
tersebut sehingga diperoleh informasi mengenai kesesuaian lahan melalui website
tersebut. Berikut disajikan urutan proses di atas dalam bentuk diagram alur pada
Gambar 3.

Gambar 3 Diagram alur proses overlay peta kesesuaian lahan

17
Proses menyatukan parameter-parameter yang terdapat pada masingmasing peta, semua peta yang digitasi tersebut dilakukan overlay dengan perintah
intersect di ArcMap 10.1. Berdasarkan hasil overlay, kemudian dilakukan
pengkelasan kesesuaian lahan dengan rumus sebagai berikut: kelas kesesuaian
lahan = MIN [kelas suhu, kelas slope, kelas jenis tanah, kelas curah hujan, dan
kelas landuse], dimana nilai kelas tertinggi adalah S1 (sangat sesuai) dan nilai
kelas terendah adalah N2 (tidak sesuai permanen). Contoh penilaian kesesuaian
lahan untuk ubi jalar disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar
No.
1.
2.

3.

4.
5.
6.

Kualitas dan Karakteristik
lahan
Regim suhu
- Suhu
Ketersedian air
- Bulan kering
- Curah hujan
Media perakaran
- Drainase tanah
- Tekstur tanah
- Kedalaman efektif
Retensi hara
- pH tanah
Lereng
Penggunaan lahan

Nilai data

Kelas kesesuaian
lahan aktual

20-22 dan 25-30

S2

3-4 bulan
2500-4000 mm/th

S1
S3

Baik
Lempung dan pasir
>75

S1
S2
S1

5,5-7,5