Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crant) di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crant) DI DESA PETUARAN HILIR KECAMATAN PEGAJAHAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

S K R I P S I

OLEH : Antonius Juswanto

080303018 ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crant) DI DESA PETUARAN HILIR KECAMATAN PEGAJAHAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

S K R I P S I

OLEH

ANTONIUS JUSWANTO 080303018

Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Melakukan Penelitian dalam Penyusunan Skripsi pada Program Studi Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Penelitian : Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Ubi Kayu

(Manihot esculenta Crant) di Desa Petuaran Hilir Kecamatan

Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Nama : Antonius Juswanto

NIM : 080303018 Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir.Bintang Sitorus ,MP.) (Ir. M. M. B. Damanik, MSc)

NIP:19600703198601 2 001 NIP: 19520725 197603 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agroekoteknlogi Fakultas Pertanian

(Ir. T. Sabrina, MSc., Ph.D.) NIP:19640620 199803 2 001


(4)

ABSTRAK

ANTONIUS JUSWANTO. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh Ir. Bintang Sitorus,MP dan Ir.M.M.B. Damanik, Msc.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan di di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai untuk tanaman ubi kayu. Diperoleh 2 (dua) SPT (satuan peta tanah) yang ditentukan berdasarkan peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan tempat yang dihasilkan dari peta topografi dengan skala 1 : 5.000, kemudian dilakukan overlay. Penilaian kelas kesesuaian lahan berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor Tahun 1993 dan metode evaluasi lahan adalah metode limit berdasarkan Djaenuddin, dkk., 2003.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan aktual SPT (Satuan Peta Tanah) 1 adalah S3(nr) dan kelas kesesuaian lahan potensial S2(rc). Kelas kesesuaian lahan aktual SPT (Satuan Peta Tanah) 2 adalah S3(wa,rc,nr,eh) dan kelas kesesuaian lahan potensial S2(rc)


(5)

ABSTRACT

ANTONIUS JUSWANTO. Evaluation of Land Suitability for Crop Cassava ( Manihot esculenta Crantz ) in the village of Lower District of Pegajahan Petuaran Serdang regency . Guided by Ir . Stars Sitorus , MP and Ir.M.M.B. Damanik , MSc .

This study aimed to evaluate the suitability of land in the District in Lower Village Petuaran Pegajahan Serdang Regency to plant cassava . Obtained two (2 ) SPT ( soil map units ) were determined based on soil type maps , slope maps and places resulting from topographic maps with a scale of 1 : 5,000 , then be overlaid . Assessment criteria land suitability classes based Land Research Center staff of Bogor in 1993 and land evaluation method is a method of limits by Djaenuddin , et al . , 2003.

The results showed that the actual land suitability class SPT ( Soil Map Unit ) 1 is S3 ( nr ) and potential land suitability class S2 ( rc ) . SPT actual land suitability classes ( Soil Map Unit ) 2 is S3 ( wa , rc , nr , er ) and potential land suitability class S2 ( rc )


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 16 November 1989 dari Bapak Stefanus Samino dan Ibu Juliana Supinah. Penulis merupakan putra keempat dari 4 bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dai SMA SULTAN AGUNG PEMATANG SIANTAR dan pada tahun 2008 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur UMB-PTN. Penulis memilih minat studi Konservasi Tanah dan Air Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, aktivitas yang pernah diikuti oleh penulis yaitu sebagai Ketua Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah periode 2011 – 2013,

Fakultas Pertanian. Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Dusun Hulu pada tahun 2011. Penulis melaksanakan penelitian di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crant) di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Depertemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ir. Bintang Sitorus, MP., selaku ketua komisi pembimbing dan

Ir. M. M. B. Damanik, MSc, selaku anggota komisi pembimbing.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini, Akhir kata penulis ucapkan terimah kasih kepada semua pihak.

Medan, September 2013


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah ... 5

Evaluasi Lahan ... 6

Karakteristik Lahan... 9

Sifat Fisik Tanah... 12

Drainase Tanah... 12

Kedalaman Tanah... 14

Tekstur Tanah... 14

Bahaya Banjir... 15

Bahan Kasar... 16

Sifat Kimia Tanah... 16

Kapasitas Tukar Kation (KTK)... 16

Kejenuhan Basa (KB)... 17


(9)

C-Organik Tanah... 18

Erosi... 19

Metode Vegetatif... .. 20

Cara Mekanik... 20

Metode Kimia... 20

Perhitungan (Prediksi) Laju Erosi Metode USLE……….. .21

a. Faktor Erosivitas Hujan (R)………... .22

b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)……… .23

c. Faktor Topografi (LS)……… .24

d. Faktor Penutup dan Konservasi Tanah (CP)……….. .24

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)...27

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

Bahan dan Alat ... 32

Metodologi Penelitian ... 32

Pelaksanaan Penelitian ... 33

Tahap Persiapan ... 33

Tahap Kegiatan di Lapangan...33

Tahap Analisis di Laboratorium...34

Analisis Kesesuaian Lahan ...34

Parameter Yang Diukur...34

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil……….. . 36

Pembahasan ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan………. 43

Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Kelas Struktur Tanah………... 21 2. Kelas Permeabilitas Tanah……… 22 3. Nilai Faktor Penutup Vegetasi (C) Untuk Berbagai Tipe

Pengelolaan Tanaman……….... 23

.

4. Nilai Faktor P Untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah…….... 23 5. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi……….. 24 6. Kesesuaian Lahan SPT (Satuan Peta Tanah) 1 untuk Tanaman

Ubi Kayu (manihot esculenta crantt)……….…… 32 7. Kesesuaian Lahan SPT (Satuan Peta Tanah) 2 untuk Tanaman Ubi Kayu (manihot esculenta crantt)……… 33


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(12)

ABSTRAK

ANTONIUS JUSWANTO. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh Ir. Bintang Sitorus,MP dan Ir.M.M.B. Damanik, Msc.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan di di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai untuk tanaman ubi kayu. Diperoleh 2 (dua) SPT (satuan peta tanah) yang ditentukan berdasarkan peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan tempat yang dihasilkan dari peta topografi dengan skala 1 : 5.000, kemudian dilakukan overlay. Penilaian kelas kesesuaian lahan berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor Tahun 1993 dan metode evaluasi lahan adalah metode limit berdasarkan Djaenuddin, dkk., 2003.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan aktual SPT (Satuan Peta Tanah) 1 adalah S3(nr) dan kelas kesesuaian lahan potensial S2(rc). Kelas kesesuaian lahan aktual SPT (Satuan Peta Tanah) 2 adalah S3(wa,rc,nr,eh) dan kelas kesesuaian lahan potensial S2(rc)


(13)

ABSTRACT

ANTONIUS JUSWANTO. Evaluation of Land Suitability for Crop Cassava ( Manihot esculenta Crantz ) in the village of Lower District of Pegajahan Petuaran Serdang regency . Guided by Ir . Stars Sitorus , MP and Ir.M.M.B. Damanik , MSc .

This study aimed to evaluate the suitability of land in the District in Lower Village Petuaran Pegajahan Serdang Regency to plant cassava . Obtained two (2 ) SPT ( soil map units ) were determined based on soil type maps , slope maps and places resulting from topographic maps with a scale of 1 : 5,000 , then be overlaid . Assessment criteria land suitability classes based Land Research Center staff of Bogor in 1993 and land evaluation method is a method of limits by Djaenuddin , et al . , 2003.

The results showed that the actual land suitability class SPT ( Soil Map Unit ) 1 is S3 ( nr ) and potential land suitability class S2 ( rc ) . SPT actual land suitability classes ( Soil Map Unit ) 2 is S3 ( wa , rc , nr , er ) and potential land suitability class S2 ( rc )


(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanah merupakan tubuh alam sebagai tempat tumbuh semua makhluk hidup. Tanah dimanfaatkan oleh manusia dengan cara mengelolahnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Tanah dapat bermanfaat dengan baik apabila manusia dapat juga memeliharanya dan memahami keadaan tanah tersebut dengan baik. Namun karena kurangnya kemapuan manusia dalam memelihara dan memahami khususnya kesesuaian lahan tersebut sehingga manusia tidak dapat memperoleh kebutuhan yang cukup bagi kehidupannya (Foth, 1998).

Tanah terbentuk dari bahan induk dan dipengaruhi oleh faktor fakor lainnya. Ada 5 faktor pembentuk tanah yaitu iklim (climate), bahan induk (parent material), organisme (organism), topografi (relief), dan waktu (time). Faktor tersebut tidak berjalan atau bekerja sendiri tetapi bekerja secara simultan atau saling bekerjasama. Pembentukan dan perkembangan tanah membutuhkan waktu sehingga menghasilkan jenis tanah tertentu yang berbeda sesuai dengan kondisi faktor pembentuknya (Hasibuan, 2006)

Evaluasi lahan adalah suatu penilaian terhadap karakteristik suatu lahan untuk mengetahui potensi lahan tersebut, sehingga penggunan lahan tersebut dapat maksimal. Pengunanan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menyebabkan terjadinya degradasi lahan, oleh sebab itu evaluasi lahan merupakan hal yang penting untuk dilakukan agar penggunanan lahan sesuai dengan kemampuannya.


(15)

Ubi kayu (Manihot esculenta Crant) merupakan salah satu bahan pangan yang utama, tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Di Indonesia, ubi kayu merupakan makanan pokok ke tiga setelah padi-padian dan jagung. Sedangkan untuk konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis, tiap tahun diproduksi sekitar 300 juta ton ubi kayu (Simanjuntak, 2002).

Berdasarkan data BPS, produksi ubi kayu nasional pada tahun 2012 sekitar 23,71 juta ton dengan sebaran di 26 propinsi cukup bervariasi, yaitu antara 12.000 – 4.992.000 ton. Di provinsi Sumatera Utara dengan luas areal 39.467 ha yang menghasilkan produksi 1.202.094 ton, dengan produksi ubi kayu tertinggi 30 ton/ha pada Kabupaten Simalungun. Sebagian besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah Alluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran, Grumusol dan Andosol.

Desa Petuaran Hilir memiliki ketingian ±25 m di atas permukaan laut Kecamatan Pegajahan terletak di Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki luas lahan 93.120 km2 atau 4,90 % dari luas Kabupaten Serdang Bedagai. Produksi optimal ubi kayu didesa Petuaran Hilir hanya mencapai 25ton/ha sedangkan produksi rata rata ubi kayu dapat mencapai 30ton/ha (BPS, 2012).

Produksi ubi kayu di Desa Petuaran Hilir belum mencapai produksi rata rata produksi ubi kayu nasional sehingga, Peneliti sangat berkeinginan untuk mengembangkan dan memajukan pertanian di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pengajahan dan dalam meningkatkan hasil dari sektor non basis menjadi sektor basis dan juga dalam mengusahakan perbaikannya serta meningkatkan hasil


(16)

produksi tanaman ubi kayu di desa tersebut. Dimana data kesuburan tanah dan iklim pada daerah penelitian akan dimatchingkan (dicocokkan) dengan persyaratan tumbuh tanaman dan dilihat apakah tanaman ini sesuai dikembangkan di Desa Petuaran Hilir.

Dengan adanya kegiatan penelitian ini, diharapkan petani di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pengajahaan Kabupaten Serdang Bedagai dapat mengembangkan komoditi tersebut sesuai dengan potensi lahan yang telah dievaluasi, sehingga produksi yang akan diperoleh dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahtraan masyarakatnya di desa tersebut.

Tujuan Penelitian

- Untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan.

- Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah serta pengelolaan yang akan dilakukan untuk memperbaiki lahan pertanian, sehingga menjadi dasar bagi petani untuk meningkatkan produksi hasil pertanian untuk tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crant)

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan - Sebagai bahan informasi bagi pengambil keputusan dalam penentuan tanaman

ubi kayu yang sesuai di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar tergantung dengan pelaksanaan survei yang dilakukan (Hakim dkk, 1986).

Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan umum maupun khusus. Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993).

Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi maanfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujaun survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi (Sutanto, 2005).

Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah atas


(18)

warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat kimia dan lain-lain (Hardjowigeno, 1995).

Interpretasi hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini meliputi : 1. Pendugaan potensi produksi jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah di

bawah tingkat pengelolaan tertentu.

2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah tertentu.

3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi. 4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan.

5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah (Hakim dkk, 1986).

Tanah harus ditentukan sifatnya di lapangan dalam keadaan yang sewajarnya dengan melihat ciri morfologi yang merupakan hasil genesis tanah yang dipengaruhi oleh : iklim, vegetasi, topografi, bahan induk dan waktu. Jadi jenis tanah sebagai bagian dari permukaan bumi harus diketahui tempat dan penyebarannya (Darmawijaya, 1997).

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk macam–macam alternatif penggunaannya. Evaluasi lahan melibatkan

pelaksanaan survei atau penelitian bentuk bentang alam, sifat dan distribusi tanah, macam dan distribusi vegetasi dan aspek–aspek lahan yag lain. Keseluruhan evaluasi lahan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membuat


(19)

perbandingan dari macam–macam penggunaan lahan yang memberikan harapan positif (Abdullah, 1993).

Kesesuaian lahan suatu wilayah untuk satu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat kimia dan fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, topografi, batuan dipermukaan dan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman. Jika sifat fisik potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut, maka penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi akan mampu memberi hasil sesuai dengan yang diinginkan (Djaenudin dkk, 2003).

Tujuan dari evaluasi lahan (land evaluation and land assessment) adalah menentukan nilai potensi suatu lahan untuk tujuan tertentu. Usaha ini dapat

dilakukan melakukan usaha klasifikasi teknis bagi suatu daerah (Hardjowigeno, 1995).

Menurut FAO (1976) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah sebagai berikut :

1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi yang akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan skala survei. 2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan

persyaratan-persyaratan yang diperlukan.

3. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe lahan yang ada. Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data penggunaan lahan serta informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama.


(20)

4. Hasil dari tiga butir tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan. 5. Penyajian dari hasil evaluasi.

Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Husein (1980), digolongkan atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut :

1. Kelas S1 : Sangat Sesuai (highly suitable), lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti secara nyata terhadap produksinya dan tidak akan menaikkan masukan atas apa yang telah biasa dilakukan.

2. Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable), lahan mempunyai pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.

3. Kelas S3 : Kurang Sesuai (marginally suitable), lahan mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannnya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

4. Kelas N : Tidak Sesuai (not suitable), lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.

Dalam kesesuaian lahan dikenal kesesuaian lahan aktual yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan sekarang tanpa masukan perbaikan dan kesesuaian lahan potensial yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan seperti : penambahan pupuk, pengairan atau terasering; tergantung dari jenis faktor pembatasnya. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan mencocokkan (matching) antara kualitas


(21)

lahan dan karakteristik lahan (sifat fisik dan kimia lahan) sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas pertanian yang dievaluasi (Djaenudin dkk, 2003).

Penilaian kesesuaian lahan bertujuan untuk menduga tingkat kesesuaian suatu lahan untuk berbagai kemungkinan penggunaan lahan. Penilaian ini berdasarkan beberapa sifat lahan (land characteristic) yang dihubungkan dengan persyaratan tumbuh tanaman yangakan dikembangkan. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan pada kondisi aktual (current suitability) dan kondisipotensial (potentially suitability). Kondisi aktual berdasarkan penilaian parameter pada saat survey dilakukan, sedangkan kondisi potensial berdasarkan perkiraan kondisi lahan setelah adanya usaha perbaikan (land improvement) dilakukan. Usaha perbaikan dapat dilakukan oleh petani (Muslihat, 2001).

Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Karakteristik lahan yang digunakan adalah : temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH H2O, C-organik,

salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan singkapan batuan (FAO, 1983).

Interpretasi karakteristik dan evaluasi lahan bagi pengembang sampai saat ini meliputi:


(22)

1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan (oC) 2. Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan (mm)

3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan < 60 mm.

4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan (%.) Kriteria Iklim Oldeman

1. Bulan Basah : Bila rata rata (30 tahun) curah hujan lebih dari 200mm/bulan.

2. Bualn Kering : Bila rata rata (30 tahun) curah hujan kurang dari 100mm/bulan.

3. Bulan Lembab : Bila rata rata (30 tahun) curah hujan antara 100mm/bulan-200mm/bulan.

b. Fisika Tanah

1. Drainase : merupakan laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah.

2. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm.

3. Bahan kasar : menyatakan volume dalam persen dan adanya bahan kasar dengan ukuran > 2 mm.

4. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai dalam perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi.

c. Kimia Tanah


(23)

2. Kejenuhan basa : jumlah basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh

tanah.

3. Reaksi tanah : nilai pH tanah; pada lahan kering yang dinyatakan dengan data laboratorium, sedangkan pada lahan basah diukur di lapangan.

4. C-organik : kandungan karbon organik tanah (%)

5. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (dS/m)

6. Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar (%)

7. Kedalaman sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik (cm)

d. Fisiografi Tanah

1. Lereng : menyatakan kemiringan lereng (%)

2. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun.

3. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun. 4. Batuan di permukaan : volume batuan (%) yang ada di permukaan

tanah/lapisan olah.

5. Singkapan batuan : volume batuan (%) yang ada dalam solum tanah. Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut


(24)

digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu.

Sifat Fisik Tanah Drainase tanah

Drainase itu suatu proses menghilangnya air yang berkelebihan secepat mungkin dari profil tanah, terutama dari lapisan permukaan dan subsoil bagian atas. Kalau drainase dari rawa dan daerah yang tergenang air merupakan suatu hal yang penting, drainase tanah yang sudah diolah kerap kali jauh lebih penting.Boleh dikatakan, bahwa drainase tanah pertanian ialah yang paling penting dalam setiap masyarakat, bahkan di daerah kering, terutama dimana irigasi dilaksanakan (Buckman dan Brady, 1982).

Tujuan utama drainase pada pertanian dan kehutanan adalah menurunkan dataran air untuk meningkatkan kedalaman perakaran. Drainase menurunkan kandungan air pada musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dan lebih cepat (Foth, 1998).

Kelas drainase tanah dibedakan dalam tujuh kelas sebagai berikut :

1. Cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminum serta warna gley (reduksi).

2. Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa


(25)

irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi). 3. Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air

sedang, lembab, tapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm.

4. Agak baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm.

5. Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.

6. Terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan atau mangan seikit pada lapisan sampai permukaan.


(26)

7. Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan (Djaenudin dkk, 2003).

Kedalaman tanah

Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar–akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1995).

Kedalaman tanah dibedakan menjadi (Djaenudin dkk, 2003) : - Sangat dangkal : < 20 cm

- Dangkal : 20 – 50 cm - Sedang : 50 – 75 cm - Dalam : > 75 cm

Tekstur tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel tanah primer berupa fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu massa tanah. partikel primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda dan dapat digolongkan kedalam tiga fraksi tersebut. Ada yang berdiameter besar sehingga dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang sedemikian halusnya, seperti koloidal, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (Sarief, 1986).


(27)

Partikel tanah yang telah dikelompokkan berdasarkan atas ukuran tertentu dapat disebut fraksi tanah, fraksi ini dapat menjadi kasar ataupun halus. Menurut sistem MOHR fraksi tanah pasir yang mempunyai ukuran 2.00-0.05mm, debu 0.05-0.005mm dan liat 0.005mm (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).

Pengelompokkan kelas tekstur yang digunakan adalah : - Halus (h) : liat berpasir, liat, liat berdebu.

- Agak halus (ah) : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu.

- Sedang (s) : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu lempung berpasir.

- Agak kasar (ak) : pasir berlempung. - Kasar (k) : pasir.

- Sangat halus (sh) : liat (tipe mineral 2 : 1) (Djaenudin, dkk, 2003).

Bahaya banjir

Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. (Hardjowigeno, 1995) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut :

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

f1 = ringan yaitu periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak.

f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir.

f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir.


(28)

Batuan permukaan

Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah dan berdiameter lebih besar dari 25 cm berbentuk bulat atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm berbentuk gepeng. (Arsyad, 1989) mengelompokkan penyebaran batuan diatas permukaan tanah sebagai berikut : - b0 = Tidak ada : kurang dari 0,01 % dari luas areal.

- b1 = Sedikit : 0,01% sampai 3 % permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dengan mesin agak tergangu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.

- b2 = Sedang : 3% sampai 15 % permukaan tanah tertutup ; pengolahan tanah mulai agak sulit dan luas areal produktif agak berkurang.

- b3 = banyak : 15 sampai 90 % permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit.

- b4 = Sangat banyak : lebih dari 90 % permukaan tanah tertutup ; tanah sama sekali tidak dapat digunakan untuk produksi pertaniaan.

Terdapatnya batu-batuan baik dipermukaan maupun di dalam tanah dapat mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah untuk berbagai penggunaan. Oleh karena itu jumlah dan ukuran batuan yang ditemukan perlu dicatat dengan baik (Hardjowigeno, 1995).

Sifat Kimia Tanah

Kapasitas tukar kation (KTK)

Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didefenisikan sebagai suatu kemampuan koloidal tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Kemampuan atau daya jerap unsur hara dari suatu koloid tanah dapat ditentukan


(29)

dengan mudah. Jumlah unsur hara yang terjerap dapat ditukar dengan barium (Ba+) atau ammonium (NH4+), kemudian jumlah Ba dan NH4 yang terjerap ini

ditentukan kembali melalui penyulingan, jumlah Ba dan NH4 yang disuling akan

sama banyak dengan jumlahnya dengan unsur hara yang ditukar oleh koloid tanah tadi (Hakim, dkk, 1986).

Kejenuhan basa (KB)

Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK. Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya, terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi. Kejenuhan basa sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika

kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤ 50% + (Tan, 1998).

pH Tanah

pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir (Mukhlis, 2007).

Peranan pH tanah :

a. Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman

b. Memepengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa (KB) suatu tanah


(30)

d. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme

e. Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau humus

(Sarief, 1986).

Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut : pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 – 7,5 (netral) pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis) pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH > 8,5 (alkalis)

(Arsyad, 1989)

C-organik Tanah

Bahan organik memainkan banyak peran penting di dalam tanah. Karena bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa tumbuhan, bahan organik tanah pada mulanya mengandung semua hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik itu sendiri mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menaikkan kondisi fisik yang dikehendaki (Foth, 1994).

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah (Hardjowigeno, 1995) :

- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah - Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya

- Manambah kemampuan tanah untuk menahan unsur hara (kapasitas tukar kation menjadi tinggi)

- Sumber energi bagi mikroorganisme - Menambah kemampuan tanah


(31)

Erosi

Menurut Hardjomidjojo dan Sukartaatmadja (2008) Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah suatu persamaan untuk memperkirakan kehilangan tanah yang telah dikembangkan oleh Smith dan Wichmeier tahun 1978. Apabila dibandingkan dengan persamaan kehilangan tanah lainnya, USLE mempunyai kelebihan yatu variable-variabel yang berpengaruh terhadap besarnya kehilangan tanah dapat diperhitungkan secara terperinci dan terpisah. Sampai saat ini USLE masih dianggap rumus yang paling mendekati kenyataan, sehingga labih banyak digunakan daripada rumus lainnya. Persamaan kehilangan tanah tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

A=R x K x Lx S x C x P

dimana: A= Jumlah kehilangan tanah maksimum (ton/ha/tahun) R= Faktor Erosivitas hujan

K= Faktor erodibilitas tanah L= Faktor panjang lereng S= Faktor kemiringan lereng C= Faktor pengelolaan tanaman P= Faktor praktik konservasi tanah

Metode vegetatif

Termasuk metode vegetatif adalah : 1. penghutanan / penghijauan kembali

2. penanaman dengan rumput makanan ternak 3. penutup tanah permanen


(32)

5. pergiliran tanaman dengan pupuk hijau atau penutup tanah 6. penggunaan sisa-sisa tanaman

7. penanaman saluran-saluran pembuangan dengan rumput

Cara mekanik

Termasuk cara mekanik : - Pengolahan tanah

- Pengolahan tanah menurut kontur - Teras

- Perbaikan drainase dan irigasi

- Waduk, dam penghambat, rorak, tanggul, dan sebagainya.

Metode Kimia

Metode ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimia (soil conditioner) untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan antara lain bitumen dan krilium.(Hardjowigeno, 2007).

Perhitungan (Prediksi) Laju Erosi Metode USLE

Prediksi erosi pada sebidang tanah dapat dilakukan menggunakan model yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (Hallsworth, 1987; Arsyad, 2006) yang diberi nama Universal Soil Loss Equation (USLE) dengan persamaan sebagai berikut:

A = R x K x LS x C x P……….. (1) dimana :

A = banyaknya tanah yang tereosi (ton/ha/thn)


(33)

K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu tanah yang di dapat dari petak percobaan standar

LS= faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng ditentukan terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22,1 meter) dibawah keadaan yang identik. Faktor kecuraman lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% dibawah keadaan yang identik.

C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengolahan tanaman yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap erosi dari tanah yang identik tanpa tanah.

P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan penanaman menurut kontur,penanaman dalam strip, guludan, teras menurut kontur), yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah diberi perlakuan tindakan konservasi khusus tersebut terhadap erosi dari tanah yang di olah searah lereng, dalam kedaan yang identik.

a. Faktor Erosivitas Hujan (R)

Erosivitas hujan diperoleh dari data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan lokasi penelitian, selama 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan untuk mengetahui faktor erosivitas hujan (R) dengan rumus:


(34)

R = ∑

(EI30)i………..(2)

i=l Dimana :

EI30 = -8,79 + (7,01 x R) RM = 2,21 (Rain)m1,36

EI30 = erosivitas hujan

RM = hujan rata-rata bulanan (cm) RM = hujan rata-rata bulanan (cm) Rainm = hujan bulanan (cm)

(Herawati, 2010).

b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Faktor erodibilitas tanah (K) atau faktor kepekaan erosi tanah dihitung dengan persamaan Wischmeier dan Smith (1978) :

(2,713M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)) K=

100 Dimana :

K = Faktor erodibilitas tanah

M = Parameter ukuran partikel yaitu (% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat) jika data tekstur yang tersedia hanya data % debu, pasir, dan %liat, maka %liat sangat halus dapat diperoleh dengan sepertiga dari persentase pasir (Hammer, 1978 dalam Hardoamidjojo dan Sukartaatmadja, 2008) a = bahan organik tanah (% C x 1,724)


(35)

c = kelas permeabilitas profil tanah (Tabel 2) Tabel 1. Kelas Struktur Tanah (Arsyad, 1989)

Struktur Tanah (Ukuran diameter) Kelas

Granular sangat halus Granular halus

Granular sedang sampai kasar Gumpal, lempeng, pejal

1 2 3 4

Tabel 2. Kelas Permeabilitas Tanah (Arsyad, 1989)

Kecepatan Permeabilitas Tanah Kelas

Sangat lambat (<0,5 cm/jam) Lambat (0,5-2,0 cm/jam)

Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/jam) Sedang (6,3-12,7 cm/jam)

Sedang sampai cepat (12,7-25,4 cm/jam) Cepat (>25,4 cm/jam)

6 5 4 3 2 1

c. Faktor Topografi (LS)

Faktor ini merupakan gabungan antara pengaruh panjang dan kemiringan lereng. Faktor S adalah rasio kehilangan tanah per satuan luas di lapangan terhadap kehilangan tanah pada lereng eksperimental sepanjang 22,1 m (72,6 ft) dengan kemiringan lereng 9%. Persamaan yang diusulkan oleh Wischmeier dan

Smith (1978) dapat digunakan untuk menghitung LS :

LS= L1/2(0,00138S2+0,00965S+0.0318)……….(3) Dengan : S = Kemiringan lereng (%)

L = Panjang lereng (m)

d. Faktor Penutup dan Konservasi Tanah (CP)

Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang tererosi pada suatu jenis pengelolaan tanaman terhadap tanah yang tererosi pada kondisi permukaan lahan yang sama, tetapi tanpa pengelolaan tanaman. Untuk jenis


(36)

tanaman dengan rotasi tanaman tertentu atau dengan cara pengelolaan pertanian dapat menggunakan Tabel 3 dan 4 karena faktor pengelolaan tanah dan tanaman penutup tanah (C) serta faktor teknik konservasi tanah (P) diprediksi berdasarkan hasil pengamatan lapangan dengan mengacu pustaka hasil penelitian tentang nilai C dan nilai P pada kondisi yang identik

Tabel 3. Nilai Faktor Penutup Vegetasi (C) Untuk Berbagai Tipe Pengelolaan Tanaman (Arsyad, 1989)

No. Tindakan Khusus Konservasi Tanah Nilai P 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 12. 13. 14. 15. 16.

Tanpa tindakan pengendalian erosi Teras bangku

Konstruksi baik Konstruksi sedang Konstruksi kurang baik Teras tradisional Strip tanaman Rumput bahia Clotararia Dengan kontur Teras tradisional

Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur

Kemiringan 0-8 % Kemiringan 8-20 % Kemiringan > 20 % Penggunaan sistem kontur

Penggunaan sistem strip(2-4 m lebar) Penggunaan mulsa jerami

1 ton/ha 3 ton/ha 6 ton/ha

Penggunaan pemantap tanah(60 gr/1/m2 (CURASOL)

Padang rumput (sementara)

Strip cropping dengan clotataria(lebar 1 m, jarak antar strip 4,5 m)

Penggunaan sistem strip(lebar 2 m-4 m) Penggunaan mulsa jerami(4-6 ton/ha)

Penggunaan mulsa kadang-kadang(4-6 ton/ha)

1,00 0,04 0,15 0,35 0,40 0,40 0,64 0,20 0.40 0,50 0,75 0,90 0,10-0,020 0,10-0,30 0,8 0,5 0,3 0,20-0,50 0,10-0,50 0,64 0,20 0,06-0,20 0,20-0,40


(37)

Tabel 4. Nilai Faktor P Untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah (Suripin, 2002)

No. Tindakan Khusus Konservasi Tanah Nilai P 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 12. 13. 14. 15. 16.

Tanpa tindakan pengendalian erosi Teras bangku

Konstruksi baik Konstruksi sedang Konstruksi kurang baik Teras tradisional Strip tanaman Rumput bahia Clotararia Dengan kontur Teras tradisional

Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur

Kemiringan 0-8 % Kemiringan 8-20 % Kemiringan > 20 % Penggunaan sistem kontur

Penggunaan sistem strip(2-4 m lebar) Penggunaan mulsa jerami

1 ton/ha 3 ton/ha 6 ton/ha

Penggunaan pemantap tanah(60 gr/1/m2 (CURASOL)

Padang rumput (sementara)

Strip cropping dengan clotataria(lebar 1 m, jarak antar strip 4,5 m)

Penggunaan sistem strip(lebar 2 m-4 m) Penggunaan mulsa jerami(4-6 ton/ha)

Penggunaan mulsa kadang-kadang(4-6 ton/ha)

1,00 0,04 0,15 0,35 0,40 0,40 0,64 0,20 0.40 0,50 0,75 0,90 0,10-0,020 0,10-0,30 0,8 0,5 0,3 0,20-0,50 0,10-0,50 0,64 0,20 0,06-0,20 0,20-0,40

Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (Departemen Kehutanan, 1986) Kedalaman Solum

Tanah (cm)

Kelas Erosi


(38)

< 15 15-60 60-180 180-480 >480 Dalam >90 SR

0 R I S II B III SB IV

Sedang 60-90 R

I S II B III SB IV SB IV Dangkal 30-60 S

II B III SB IV SB IV SB IV Sangat Dangkal <30 B III SB IV SB IV SB IV SB IV SR : sangat rendah

R : rendah S : sedang B : berat

SB : sangat berat

Syarat Tumbuh Tanaman Ubi kayu (Manihot esculenta Crant ) Ubi kayu merupakan salah satu tanaman pangan yang dapat tumbuh dan berproduksi pada lingkungan dimana tanaman pangan yang lain seperti padi dan jagung tidak dapat. Meskipun demikian, untuk dapat tumbuh, berkembang dan menghasilkan umbi dengan baik, ubi kayu menghendaki kondisi lingkungan tertentu, baik kondisi lingkungan di atas permukaan tanah (iklim) maupun di bawah permukaan tanah. Ubi kayu merupakan tanaman tropis. Wilayah pengembangan ubi kayu berada pada 30o LU dan 30o LS. Namun demikian, untuk dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi, tanaman ubi kayu menghendaki persyaratan iklim tertentu (Sundari, 2010).

Iklim

a. Suhu

Tanaman ubi kayu menghendaki suhu antara 18o-35oC. Pada suhu di bawah 10oC pertumbuhan tanaman ubi kayu akan terhambat. Kelembaban udara yang dibutuhkan ubi kayu adalah 65%. Namun demikian, untuk berproduksi secara maksimum tanaman ubi kayu membutuhkan kondisi tertentu, yaitu pada dataran rendah tropis, dengan ketinggian 150 m di atas permukaan laut (dpl),


(39)

dengan suhu rata-rata antara 25-27oC, tetapi beberapa varietas dapat tumbuh pada ketinggian di atas 1500 m dpl (Anonim, 2003).

b. Curah hujan

Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik apabila curah hujan cukup, tetapi tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujan rendah (< 500 mm), ataupun tinggi (5000 mm). Curah hujan optimum untuk ubi kayu berkisar antara 760- 1015 mm per tahun. Curah hujan terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya serangan jamur dan bakteri pada batang, daun dan umbi apabila drainase kurang baik (Anonim, 2003).

Tanah

Ubi kayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Pada daerah di mana jagung dan padi tumbuh kurang baik, ubi kayu masih dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi tinggi apabila ditanam dan dipupuk tepat pada waktunya. Sebagian besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah Aluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran, Grumusol dan Andosol. Tingkat kemasaman tanah (pH) untuk tanaman ubi kayu minimum 5. Tanaman ubi kayu memerlukan struktur tanah yang gembur untuk pembentukan dan perkembangan umbi. Pada tanah yang berat, perlu ditambahkan pupuk organik (Wargijono, 1979).

Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan karbohidrat dan bahan baku industri makanan, kimia dan pakan ternak. Beberapa keunggulan lain dari ubi kayu ini adalah:


(40)

- tanaman ini sudah dikenal dan dibudidayakan secara luas oleh masyarakat pedesaan sebagai bahan pokok dan sebagai bahan cadangan pangan pada musim paceklik,

- masyarakat khususnya di pedesaan telah terbiasa mengolah dan mengkonsumsinya dalam bentuk gatot dan tiwul,

- nilai kandungan gizinya cukup tinggi dan

- mudah beradaptasi dengan lingkungan atau lahan yang marginal dan beriklim kering.

Propinsi dengan luas lahan tanaman ubi kayu, produksi umbi dan produktivitas ubi kayu tertinggi di Indonesia adalah Propinsi Lampung. Luas panen, produksi dan produktivitas ubikayu di propinsi ini pada tahun 2008 masing-masing mencapai 316.19 Ha, 7.649. 536 ton dan 242,06 kuintal/ha (Depertemen Pertanian, 2009).


(41)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai, Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57’’ Lintang Utara, 30 16’’ Lintang Selatan, 980 33’’ - 990 27’’ Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan, Ibukota Kabupaten Sedang Bedagai terletak di Kecamatan Sei. Rampah yaitu Kota Sei. Rampah.

Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai berada pada ketinggian 0 sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan ketinggian tempat ini maka Kabupaten Serdang Bedagai diklasifikasikan menjadi 4 klasifikasi ketinggian lahan. Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai didominasi dengan ketinggian 7–25 meter di atas permukaan laut dan untuk ketinggian lahan yang terkecil yakni 0–7 meter di atas permukaan laut, Dan penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2013 sampai selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah yang diambil dari setiap Satuan Peta Tanah (SPT), serta bahan-bahan yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

Adapun alat yang digunakan adalah Peta Jenis Tanah skala 1 : 5000, GPS (Global Positioning System), ring sampel, bor tanah, kertas label, kantong


(42)

plastik, karet gelang, cangkul, kamera untuk mendokumentasi kegiatan, spidol, alat tulis, serta alat-alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium

Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan data iklim yang dikasifikasikan berdasarkan tipe iklim Oldeman, data kesuburan tanah meliputi sifat kimia dan fisika dievaluasi berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor Tahun 1993.

Metode evaluasi lahan yang dilakukan adalah metode pembandingan (matching) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kemampuan lahan dengan cara mencocokkan serta memperbandingkan antara karakteristik lahan dengan kriteria kelas kemampuan lahan sehingga diperoleh potensi di setiap satuan lahan tertentu.

Untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu (Manihot Eculenta crant) di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan

Kabupaten Serdang Bedagai, maka data iklim data hasil pengamatan di lapangan (kondisi fisik lingkungan) dan data hasil analisis laboratorium dicocokkan (matching) dengan kriteri kelas kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (Puslitbangtanak, 2003) sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual. Setelah melakukan usaha-usaha perbaikan pada faktor-faktor penghambatnya, maka selanjutnya diperolehlah kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman ubi kayu tersebut di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai


(43)

(44)

Gambar 2. Satuan Peta Tanah di Desa Petuaran Hilir

Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan

Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta peta yang dibutuhkan, mengadakan survey kelapangan dan persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.


(45)

- Daerah penelitian dan perolehan Satuan Peta Tanah (SPT) ditentukan berdasarkan peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta ketinggian tempat yang dihasilkan dari peta topografi dengan skala 1 : 5000, kemudian dilakukan overlay peta kemiringan lereng dengan peta dan peta jenis tanah dengan skala yang sama yaitu 1 : 5000.

- Pemboran tanah pada setiap SPT yang dianggap mewakili karakter tanah utama di daerah penelitian secara zig-zag dan setelah dikompositkan dari beberapa lokasi pada Satuan Peta Tanah (SPT) yang sama maka dimasukkan sampel tanah tersebut ke dalam plastik dengan berat tanah 1,5 kg serta diberi label lapangan .

- Data iklim untuk Kecamatan Pegajahan selama 10 tahun (tahun 2003-2012) diperoleh dari Stasiun Klimatologi Sampali meliputi

data : suhu udara rata-rata, curah hujan, kelembaban udara dan lamanya bulan kering untuk Kecamatan Pegajahan

Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu berdasarkan metode pembandingan (matching) dalam Djaenudin (2003).

Parameter yang Diukur

Berdasarkan Karakteristik Lahan yang telah disebutkan maka parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah:

• Data lapangan

1. Ketersediaan oksigen (oa)

• Drainase


(46)

• Kedalaman tanah (cm) 3. Bahaya Erosi (eh)

• Bahaya erosi dengan metode USLE 4. Temperatur (tc)

• Temperatur rata-rata (0C).

• Ketinggian tempat (m dpl) 5. Ketersediaan air (wa)

• Curah hujan (mm)

• Lamanya bulan kering (bulan)

• Kelembaban udara (%) 6. Bahaya Banjir (fh)

• Genangan

7. Penyiapan Lahan (lp)

• Batuan di Permukaan (%)

• Singkapan Batuan (%)

• Data Laboratorium 1. Retensi Hara

• KTK (me/100 g) metode ekstraksi NH4OAc pH 7

• pH H2O metode elektrometri (1 : 2,5)

• Kejenuhan basa (%) NH4 Asetat 1 N pH 7

• C-organik (%) metode Walkkey and Black 2. Media Perakaran (rc)


(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Kualitas dan Karakteristik Lahan Iklim

Data iklim selama 10 tahun (2003 - 2012) diperoleh dari Stasiun Klimatologi Kelas I Sampali Medan meliputi data : curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara rata-rata bulanan pada pos pengamatan/stasiun terdekat yaitu di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai, yang dianggap dapat mewakili data iklim di Desa Petuaran Hilir

Adapun data-data iklim yang diperoleh dengan data rata-rata sebagai berikut

• Suhu udara rata-rata tahunan : 26,86 oC

• Curah hujan rata-rata tahunan : 1528,8 mm/thn

• Kelembaban rata-rata tahunan : 84,29 %

• Lamanya bulan kering : 5,2

• Tipe Iklim : Oldeman

Karakteristik Lahan

Dari hasil pengamatan di lapangan, data iklim, analisis tanah yang dilakukan pada kedalaman 0 cm - 30 cm, dan setelah di overlaykan dengan peta administrasi kemudian didapat maka diperoleh data karakteristik lahan sebanyak 2 (dua) Satuan Peta Tanah (SPT) yang kemudian menjadi 2 (dua) daerah Kesesuaian Lahan.

Jenis tanah yang terdapat di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai adalah tanah inseptisol dengan 2 (dua) great grup


(48)

yaitu : Dystrandepts dan Dystropepts. Secara umum tingkat kesuburan tanahnya sedang sampai rendah, pH berkisar masam sampai agak masam. Tekstur tanahnya bervariasi, dimulai dari agak kasar sampai halus.

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Dari hasil pengamatan dilapangan dan analisa sifat-sifat tanah dilaboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crant.) pada SPT 1 ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crant.) pada SPT 1

Karakteristik Data Kelas

Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 26.86 S1 S1

Ketersediaan air (wa)

Curah Hujan (mm) 1528,8 S1 S1

Lama Bulan Kering (bln) 5,2 S2 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media Perakaran (rc)

Tekstur Lempung Liat

Berpasir (ah)

S1 S1

Bahan Kasar (%) >8 S2 S2

Kedalaman tanah (cm) >50 S1 S1

Retensi Hara (nr)

KTK (me/100 gr) 9,06 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 19.53 S2 S1

pH H20 4,64 S3 S1

C-organik (%) 0,81 S2 S1

Bahaya Erosi (eh)

Lereng (%) 3% S1 S1

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 50,40(r) S2 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1

Singkapan batuan (%) <5 S1 S1


(49)

Kesesuaian Lahan potensial

S2(rc)

Keterangan : ah (agak halus) r (rendah),

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman ubi kayu adalah kurang sesuai / S3(nr) dengan faktor pembatas retensi hara. Namun setelah dilakukan usaha perbaikan maka diperoleh kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah sesuai / S2 (rc) dengan faktor pembatas media perakaran.


(50)

Dari hasil pengamatan dilapangan dan analisa sifat-sifat tanah dilaboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crant.) pada SPT 2 ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crant.) pada SPT 2

Karakteristik Data Kelas

Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 26.86 S1 S1

Ketersediaan air (wa)

Curah Hujan (mm) 1528,8 S1 S1

Lama Bulan Kering (bln) 5,2 S2 S1

Ketersediaan oksigen(oa)

Drainase Baik S1 S1

Media Perakaran (rc)

Tekstur Lempung (s) S1 S1

Bahan Kasar (%) >8 S2 S2

Kedalaman tanah (cm) >50 S1 S1

Retensi Hara (nr)

KTK (me/100 gr) 9,49 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 13,38 S2 S1

pH H20 5,27 S2 S1

C-organik (%) 0,31 S1 S1

Bahaya Erosi (eh)

Lereng (%) 3% S1 S1

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 67,89(s) S2 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1

Singkapan batuan (%) <5 S1 S1

Kesesuaian Lahan aktual S2(wa,rc,nr,eh) Kesesuaian Lahan

potensial

S2(rc) Keterangan : s (sedang)

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial untuk tanaman ubi kayu


(51)

pada tabel adalah sesuai / S2(wa,rc,nr,eh) dengan faktor pembatas ketersediaan air, retensi hara dan bahaya erosi. Namun setelah dilakukan beberapa usaha perbaikan terhadap faktor pembatas maka kelas kesesuaian lahan potensialnya dapat berubah menjadi sesuai / S2(rc) dengan faktor pembatas media perakaran.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dan tanaman maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPT 1 adalah S3(nr) dan kelas kesesuaian lahan potensial pada SPT 1 adalah S2(rc). Permasalahan faktor pembatas pada kelas kesesuaian lahan aktual seperti retensi hara dapat diperbaiki dengan cara melakukan pemberian kapur atau dolomit. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk. (2010) yang menyatakan peningkatan pH yang diharapkan karena dilakukannya pengapuran yaitu pemberian kapur ke dalam tanah dan penambahan bahan organik.

Kesesuaian lahan sesuai / S2 Untuk parameter lainnya seperti karakteristik lahan yaitu ketersediaan air, media perakaran, retensi hara, dan bahaya erosi dapat dilakukan usaha perbaikan sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan menjadi sangat sesuai / S1. Untuk faktor pembatas ketersediaan air dapat dilakukan perbaikan dengan cara memperbaiki sistem irigasi /sistem pengairannya, hal ini didukung dengan literatur Rayes (2007) yang menyatakan kualitas / karakteristik lahan untuk ketersediaan air dapat dilakukan perbaikan dengan cara pembuatan sistem irigasi / pengairan. Untuk faktor pembatas media perakaran tidak dapat dilakukan usaha perbaikan.

kesesuaian lahan sesuai Untuk retensi hara (S2) yaitu KTK, KB, dan C-Organik dapat dilakukan usaha perbaikan yaitu dengan cara pemberian bahan


(52)

organik atau pemupukan. Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) yang menyatakan bahwa nilai KB sangat penting dalam penggunaannya untuk pertimbangan pemupukan. Makin besar nilai KB suatu tanah maka unsur hara esensial lebih tersedia. Begitu juga bila nilai KTK makin tinggi maka makin tinggi kemampuan tanah dalam menyimpan dan melepaskan kation.

Untuk kendala bahaya erosi dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara melakukan usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup tanah Hal ini sesuai dengan literatur Hardjowigeno (2003) yaitu dengan cara penggunaan tanaman penutup tanah untuk manahan daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan ; penanaman dalan strip dengan cara beberapa jenis tanaman ditanam dalam strip yang berselang-seling dan disusun memotong lereng (menurut kontur); memperlambat aliran permukaan; pengolahan tanah menurut kontur, dan teras yang berfungsi mengurangi panjang lereng dan mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menambah air infiltrasi.

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dan tanaman maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPT 2 adalah S2(wa,rc,nr,eh) dan kelas kesesuaian lahan potensial pada SPT 2 adalah S2(rc). Untuk permasalahan ketersediaan air dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara pembuatan saluran irigasi. Hal ini sesuai dengan literatur Rayes (2007) yang menyatakan bahwa untuk permasalahan ketersediaan air dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara sistem irigasi / pengairan. Untuk permasalahan media perakaran tidak dapat dilakukan usaha perbaikan. Untuk permasalahan retensi hara dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara pemberian bahan organik,


(53)

pemupukan atau pemberian kapur. Untuk permasalahan bahaya erosi dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara pengurangan laju erosi. Hal ini sesuai dengan literatur Rayes (2007) yang menyatakan bahwa untuk kendala bahaya erosi dengan cara usaha pegurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup tanah.


(54)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Lahan di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai dengan tingkat kesesuaian lahan aktual kurang sesuai / S3(nr) dengan faktor pembatas retensi hara dan kesesuaian lahan potensial sesuai / S2(rc) dengan faktor pembatas media perakaran untuk ditanami tanaman (Manihot esculenta Crant.) yaitu pada SPT 1.

2. Lahan di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai dengan tingkat kesesuaian lahan aktual S2(wa,rc,nr,eh) dengan faktor pembatas ketersediaan air, media perakaran, retensi hara dan bahaya erosi sedangkan kesesuaian lahan potensial kurang sesuai / S2(rc) dengan faktor

pembatas media perakaran untuk ditanami tanaman (Manihot esculenta Crant.) yaitu pada SPT 2.

Saran

Lahan di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai sesuai secara potensial untuk di tanami tanaman ubi kayu, tetapi tidak melupakan usaha perbaikan yaitu dengan penambahan bahan organik, pengapuran tanah, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, dan penanaman tanaman penutup tanah. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk tanaman pertanian lainnya seperti tanamana palawija dan tanaman hortikultura agar diketahui kesesuaian lahannya cocok tidaknya ditanami di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai untuk kemajuan daerat tersebut


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T.S. 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anonim, 2003. Tapioca :Nature of cassava. http:// foodmarketexchange.com/ diakses tgl 15 Aguatus 2007.

Arsyad, S, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press., Bogor

Buckman, H. O dan Brady, N. C. 1982. Ilmu Tanah. Diterjemahkan Oleh Soegiman. Bhintara Karya Aksara. Jakarta

Darmawijaya, I. 1997. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gajah Mada University Press, Yokyakarta.

Departemen Pertanian republik Indonesia. 2009. Basis Data Statistik Pertanian. http://database.deptan.go.id/bdsp/index.asp.

Djaenudin, D., Marwan., Subagjo., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak,Bogor.

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation, FOA Soil Bull. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No. 52. FAO-UNO, Rome.

,1983. Guidelines Land Evaluation for Rainfed Agriculture. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No. 52. FAO-UNO, Rome.

Foth, H. D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan : Purbayanti, E. D. Lukiowati dan R. Triwulatsih. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Baailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press, Lampung.

Hammer, W. I. 1981. Soil Conservation Consultant Report Centre for Soil Research. LPT Bogor. Indonesia dalam Hardoamidjojo dan

Sukartaatmadja, 2008. Teknik Pengawetan Tanah dan Air. Graha Ilmu. Yogyakarta.


(56)

Hasibuan, B. E. 2009. Ilmu Tanah. USU Press. Medan

Husein, D.K. 1980. Evaluasi Kesesuaian Lahan, Pertemuan Teknis Survey Tanah danPemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Buletin Pertanian, BP3. LPT, Bogor.

Mukhlis, 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press, Medan.

Muslihat, L., 2001. Evaluasi Sumberdaya Lahan Untuk Kelayakan Pertanaian Pada Lokasi Proyek Percontohan CCFPI Di Sumatera Dan

Kalimanta

Sarief, E. S., 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. 157 Hal. Simanjuntak,P. 2002. Sistem Agribisnis dan Kemitraan Petani Ubi Kayu.

Skripsi. Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, USU. Medan

Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Offset. Yogyakarta.

Sutanto,R, 2005. Dasar-dasar ilmu tanah, Konsep dan Kenyataan, penerbit Kanisinus, Yogyakarta.

Sutedjo, M. M., dan Kartasapoetra,A. G., 1991. Pengentar Ilmu Tanah. Rinek Cipta, Jakarta. 149 Hal.

Tan , K , H , 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah , Terjemahan Didiek Hadjar Goenadi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Wargiono, J. 1979. Ubi kayu dan Cara Bercocok Tanam. Buletin Teknik No.4. 36p.Bogor: Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor


(57)

(1)

organik atau pemupukan. Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) yang menyatakan bahwa nilai KB sangat penting dalam penggunaannya untuk pertimbangan pemupukan. Makin besar nilai KB suatu tanah maka unsur hara esensial lebih tersedia. Begitu juga bila nilai KTK makin tinggi maka makin tinggi kemampuan tanah dalam menyimpan dan melepaskan kation.

Untuk kendala bahaya erosi dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara melakukan usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup tanah Hal ini sesuai dengan literatur Hardjowigeno (2003) yaitu dengan cara penggunaan tanaman penutup tanah untuk manahan daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan ; penanaman dalan strip dengan cara beberapa jenis tanaman ditanam dalam strip yang berselang-seling dan disusun memotong lereng (menurut kontur); memperlambat aliran permukaan; pengolahan tanah menurut kontur, dan teras yang berfungsi mengurangi panjang lereng dan mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menambah air infiltrasi.

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dan tanaman maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPT 2 adalah S2(wa,rc,nr,eh) dan kelas kesesuaian lahan potensial pada SPT 2 adalah S2(rc). Untuk permasalahan ketersediaan air dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara pembuatan saluran irigasi. Hal ini sesuai dengan literatur Rayes (2007) yang menyatakan bahwa untuk permasalahan ketersediaan air dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara sistem irigasi / pengairan. Untuk permasalahan media perakaran tidak dapat dilakukan usaha perbaikan. Untuk permasalahan retensi hara dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara pemberian bahan organik,


(2)

pemupukan atau pemberian kapur. Untuk permasalahan bahaya erosi dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara pengurangan laju erosi. Hal ini sesuai dengan literatur Rayes (2007) yang menyatakan bahwa untuk kendala bahaya erosi dengan cara usaha pegurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup tanah.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Lahan di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai dengan tingkat kesesuaian lahan aktual kurang sesuai / S3(nr) dengan faktor pembatas retensi hara dan kesesuaian lahan potensial sesuai / S2(rc) dengan faktor pembatas media perakaran untuk ditanami tanaman (Manihot esculenta Crant.) yaitu pada SPT 1.

2. Lahan di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai dengan tingkat kesesuaian lahan aktual S2(wa,rc,nr,eh) dengan faktor pembatas ketersediaan air, media perakaran, retensi hara dan bahaya erosi sedangkan kesesuaian lahan potensial kurang sesuai / S2(rc) dengan faktor

pembatas media perakaran untuk ditanami tanaman (Manihot esculenta Crant.) yaitu pada SPT 2.

Saran

Lahan di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai sesuai secara potensial untuk di tanami tanaman ubi kayu, tetapi tidak melupakan usaha perbaikan yaitu dengan penambahan bahan organik, pengapuran tanah, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, dan penanaman tanaman penutup tanah. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk tanaman pertanian lainnya seperti tanamana palawija dan tanaman hortikultura agar diketahui kesesuaian lahannya cocok tidaknya ditanami di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai untuk kemajuan daerat tersebut


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T.S. 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anonim, 2003. Tapioca :Nature of cassava. http:// foodmarketexchange.com/ diakses tgl 15 Aguatus 2007.

Arsyad, S, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press., Bogor

Buckman, H. O dan Brady, N. C. 1982. Ilmu Tanah. Diterjemahkan Oleh Soegiman. Bhintara Karya Aksara. Jakarta

Darmawijaya, I. 1997. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gajah Mada University Press, Yokyakarta.

Departemen Pertanian republik Indonesia. 2009. Basis Data Statistik Pertanian. http://database.deptan.go.id/bdsp/index.asp.

Djaenudin, D., Marwan., Subagjo., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak,Bogor.

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation, FOA Soil Bull. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No. 52. FAO-UNO, Rome.

,1983. Guidelines Land Evaluation for Rainfed Agriculture. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No. 52. FAO-UNO, Rome.

Foth, H. D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan : Purbayanti, E. D. Lukiowati dan R. Triwulatsih. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Baailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press, Lampung.

Hammer, W. I. 1981. Soil Conservation Consultant Report Centre for Soil Research. LPT Bogor. Indonesia dalam Hardoamidjojo dan

Sukartaatmadja, 2008. Teknik Pengawetan Tanah dan Air. Graha Ilmu. Yogyakarta.


(5)

Hasibuan, B. E. 2009. Ilmu Tanah. USU Press. Medan

Husein, D.K. 1980. Evaluasi Kesesuaian Lahan, Pertemuan Teknis Survey Tanah danPemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Buletin Pertanian, BP3. LPT, Bogor.

Mukhlis, 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press, Medan.

Muslihat, L., 2001. Evaluasi Sumberdaya Lahan Untuk Kelayakan Pertanaian Pada Lokasi Proyek Percontohan CCFPI Di Sumatera Dan

Kalimanta

Sarief, E. S., 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. 157 Hal. Simanjuntak,P. 2002. Sistem Agribisnis dan Kemitraan Petani Ubi Kayu.

Skripsi. Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, USU. Medan

Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Offset. Yogyakarta.

Sutanto,R, 2005. Dasar-dasar ilmu tanah, Konsep dan Kenyataan, penerbit Kanisinus, Yogyakarta.

Sutedjo, M. M., dan Kartasapoetra,A. G., 1991. Pengentar Ilmu Tanah. Rinek Cipta, Jakarta. 149 Hal.

Tan , K , H , 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah , Terjemahan Didiek Hadjar Goenadi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Wargiono, J. 1979. Ubi kayu dan Cara Bercocok Tanam. Buletin Teknik No.4. 36p.Bogor: Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor


(6)