Evaluasi Pemanfaatan Daun Saga, Daun Kemuning dan Biji Saga Terhadap Performa Kambing PE

EVALUASI PEMANFAATAN DAUN SAGA, DAUN
KEMUNING DAN BIJI SAGA TERHADAP
PERFORMA KAMBING PE

URAY NURJANNAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Evaluasi Pemanfaatan
Daun Saga, Daun Kemuning dan Biji Saga Terhadap Performa Kambing PE
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Uray Nurjannah
NIM D251120171

RINGKASAN
URAY NURJANNAH. Evaluasi Pemanfaatan Daun Saga, Daun Kemuning dan
Biji Saga Terhadap Performa Kambing PE. Dibimbing oleh DWIERRA
EVVYERNIE dan HERI AHMAD SUKRIA.
Penggunaan tanaman obat dalam penelitian telah sering dilakukan untuk
peningkatan performa dan kesehatan ternak. Kandungan fitokimia pada tanaman
tersebut mampu menggantikan fungsi antibiotik yang telah dilarang
penggunaannya oleh beberapa negara karena menghasilkan residu didalam
jaringan tubuh ternak dan menjadikan mikroorganisme yang pathogen. Tanaman
obat yang berpotensi digunakan diantaranya adalah saga (Abrus precatorius) dan
kemuning (Murraya paniculata J). Untuk menghindari persaingan dengan
manusia, pada penelitian daun saga dan daun kemuning juga menambahkan biji
saga Adenanthera pavonina L (saga pohon) didalam ransum. Tujuan dari
penelitian ini untuk mempelajari manfaat daun saga, daun kemuning dan biji saga
dalam meningkatkan performa kambing PE laktasi serta mendapatkan data awal

dari sifat fisik dan kimia dari ketiga bahan tersebut.
Percobaan pertama menggunakan 15 kambing PE yang dibagi tiga
kelompok berdasarkan produksi susu (rataan 940 ml/ekor/hari). Percobaan ini
menggunakan RAK dengan perlakuan terdiri dari R0 sebagai kontrol (hijauan dan
konsentrat dengan rasio perbandingan 40:60), R1(R0+tepung daun saga 4.3%), R2
(R0+tepung daun kemuning 0.7%), R3(R0+tepung biji saga 4.3%)
R4(R0+kombinasi tepung daun saga 4.3%+tepung daun kemuning 0.7%) yang
dilakukan selama periode 30 hari dengan masa preliminary 20 hari dan 10 hari
masa koleksi dengan parameter berupa konsumsi, produksi susu, eficiensi dan
IOFC. Hasil penelitian invivo menunjukkan secara berturut- turut untuk
konsumsi, produksi susu dan IOFC tertinggi pada R2 yaitu konsumsi BK
(1840±47 g ekor-1hari-1) dan BO (1672±43 g ekor-1hari-1), produksi susu
(860.22±286 ml ekor-1hari-1) dan IOFC (Rp 25,492.63), efisiensi produksi
tertinggi pada R1 (62.25±19.2%). Kecenderungan peningkatan susu terlihat pada
perlakuan R2 dibanding kontrol sebesar 5.65% atau adanya peningkatan
pendapatan petani sebesar Rp. 1417.33 atau sebesar 18.07%. Percobaan kedua
dilakukan dengan menggunakan daun saga (P1), daun kemuning (P2) dan biji
saga (P3) dengan menggunakan RAL. Pengukuran sifat fisik meliputi berat jenis,
kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan, dan
ukuran partikel, pengukuran sifat kimia meliputi derajat keasaman (pH) dan

kelarutan total. Hasil percobaan menunjukkan bahwa, P3 mempunyai berat jenis
(1.429±0.00g/ml), kerapatan tumpukan (452.8±0.02 kg/m3), kerapatan pemadatan
tumpukan (536.1±0.01 kg/m3) dan kelarutan (37.24±2.03%) yang tinggi namun
memiliki sudut tumpukan yang rendah (46.56±2.79º). P1 memiliki ukuran partikel
yang halus (163.62±2.28) dan P2 memiliki pH yang tinggi (5.72±0.01). Simpulan
dari penelitian ini adalah tanaman obat yang menunjukkan potensi yang lebih baik
dalam meningkatkan performa kambing PE laktasi adalah daun kemuning. Untuk
informasi sifat fisik adalah biji saga dan daun kemuning, namun dilihat dari
ketersediaan bahan baku yang ada, potensi pengembangan lebih lanjut adalah
daun kemuning.

Kata kunci : daun saga, daun kemuning, biji saga, kambing perah, karakteristik
fisik-kimia.

SUMMARY
URAY NURJANNAH. Utilization Evaluation Saga Leaves, Kemuning
leaves and Saga Seed PE Goat Performance Against. Supervised by DWIERRA
EVVYERNIE and HERI AHMAD SUKRIA.

The use of medicinal plants in the study had often done to improve the

performance and health of livestock. Phytochemical content in the plant is able to
replace the function of antibiotics that have been banned in some countries
because it produces a residue in the body tissues of cattle and make pathogenic
microorganisms. potential medicinal plants used include the saga (Abrus
precatorius) and kemuning (Murraya paniculata J). To avoid competition with
humans, the research sage leaves and kemuning leaves also add saga seeds
(Adenanthera pavonina L) in the ration. The purpose of this research is to study
the benefits of sage leaves, kemuning leaves and seed saga in improving the
performance of goat lactation and obtain preliminary data on the physical and
chemical properties of the three materials.
The first experiment using 15 goat which divided into three groups based on
milk production (average of 940 ml / head / day). This experiment uses RAK with
treatment consists of R0 as a control (forage and concentrates with a ratio of
40:60), R1 (R0 + sage leaves powder 4.3%), R2 (R0 + kemuning leaves powder
0.7%), R3 (R0 + seed saga powder 4.3%) R4 (R0 + combination sage leaves
powder 4.3% + 0.7% kemuning leaves powder) were conducted over a period of
30 days with a preliminary period of 20 days and 10 days of collection of the
parameters in the form of consumption, milk production, eficiensi and IOFC. The
results of in vivo studies indicate respectively for consumption, milk production
and the highest IOFC on R2: consumption BK (1840 ± 47 g head-1 day-1) and

BO (1672 ± 43 g head-1 day-1), milk production (860.22 ± 286 ml of tail-1 day-1)
and IOFC (Rp 25,492.63), the highest production efficiency at the R1 (62.25 ±
19.2%). The trend of increased milk seen in treatment R2 of 5.65% compared to
the control or an increase in farmers' income of Rp. 1417.33 or at 18:07%. The
second experiment performed using sage leaves (P1), kemuning leaves (P2) and
seed saga (P3) using RAL. Measurement of physical properties include specific
gravity, specific density, compacted specific density, angle of response, and
particle size, measurement of chemical properties consist of pH and total
solubility. The results showed that, P3 has a specific gravity (1.429 ± 0.00 g ml-1),
specific density (452.8 ± 0:02 kg m3), compacted specific density (536.1 ± 0:01
kg m3) and solubility (2:03 ± 37.24%) were high but has angle of response (46.56
± 2.79º). P1 has a fine particle size (163.62 ± 2:28) and P2 has a high pH (5.72 ±
0.01) in. The conclusion of this study is a medicinal plant that shows a better
potential in improving the performance of goat lactation is yellow leaves. as
information about the physical properties of the saga seed and kemuning leaves,
but seen from the availability of raw materials available, the potential for further
development is the kemuning leaves.

Keywords: sage leaves, kemuning leaves, saga seeds, dairy goats, physicalchemical characteristics.


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EVALUASI PEMANFAATAN DAUN SAGA, DAUN
KEMUNING DAN BIJI SAGA TERHADAP
PERFORMA KAMBING PE

URAY NURJANNAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada

Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada ujian tesis: Dr Despal, SPt MSc

Judul Tesis
Nama
NIM

:

Evaluasi Pemanfaatan Daun Saga, Daun Kemuning dan Biji
Saga Terhadap Performa Kambing PE
: Uray Nurjannah
: D251120171


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Dwierra Evvyernie, MS MSc
Ketua

Dr Ir Heri Ahmad Sukria, MScAgr
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Nutrisi dan Pakan

Dr Ir Dwierra Evvyernie, MS MSc

Tanggal Ujian: 27 Maret 2015

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah
ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013
dengan tema yang dipilih adalah pemanfaatan tanaman obat pada kambing PE,
dengan judul Evaluasi Pemanfaatan Daun Saga, Daun Kemuning dan Biji Saga
Terhadap Performa Kambing PE.
Tanaman obat memiliki potensi dalam meningkatkan performa kambing PE.
Penggunaan tanaman obat yaitu daun saga, daun kemuning dan biji saga telah
diujicobakan secara invitro dan penelitian yang telah dilakukan ini merupakan
tahap lanjutan dari penelitian invitro. Sebagian hasil penelitian ini dalam proses
publikasi jurnal ilmiah Media Peternakan dengan judul Evaluation of PhysicalChemical Abrus precatorius leaves and Murraya peniculata J Leaves and Effect
on Performance of Dairy Goat Lactation.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dwiera Evvyernie, MS MSc dan
Dr Heri Ahmad Sukria MScAgr selaku pembimbing yang telah banyak memberi
bimbingan, saran, dan motivasi sehingga penelitian dan tesis ini dapat

diselesaikan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Barat yang telah memberikan bantuan dana beasiswa
dan penelitian melalui program beasiswa Pemda tahun 2012-2014, Ir Anang
Ikhsan Nafiri MM selaku Kabid Ketersediaan dan Kerawanan Pangan dan Ir
Iskandar Mirza selaku Kasi Ketersediaan Pangan di Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat yang telah banyak memberikan dorongan
dan motivasi untuk menyelesaikan thesis, kepada Bapak Syauqi yang telah
mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di CV Cordero Farm dan kepada
Bapak Eko yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian
di lapangan, teman-teman satu tim penelitian (Eka dan Astri) , dan seluruh pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian tugas akhir ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen, staf, teknisi dan rekan-rekan
pascasarjana INP angkatan 2012 dan 2013 yang telah memberikan dukungan dan
membantu penulis selama menempuh studi di Sekolah Pascasarjana IPB.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan sebesar-besarnya kepada Yefi
Pebriandi, ST sebagai suami penulis atas segala kepercayaan, keikhlasan, kasih
sayang dan doa yang tiada henti selalu menguatkan dan memotivasi penulis
selama menuntut ilmu. Bapak (Alm) Uray Adnan dan Ibu (Alm) Uray Zainab
orangtua penulis yang semasa hidupnya tiada henti berdoa agar penulis selalu
sukses. Keluarga besar (alm) Uray Adnan, dan semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah selalu membalasa amal baiknya dan
semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Aamiin.
Bogor, Maret 2015
Uray Nurjannah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

1
1
2

METODE PENELITIAN

2

Evaluasi Efektivitas Daun Saga,Daun Kemuning dan Biji Saga Terhadap
Performa Kambing PE

2

Waktu dan Tempat
Materi
Metode
Percobaan Sifat Fisik untuk Data Awal
Waktu dan Tempat
Materi
Metode

2
3
3
5
5
5
5

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Evaluasi Efektivitas Daun Saga,Daun Kemuning dan Biji Saga Terhadap
Performa Kambing PE

8

Konsumsi Ransum
Produksi Susu
Efisiensi Prduksi Susu
Percobaan Sifat Fisik untuk Data Awal
Berat Jenis
Ukuran Partikel
Kerapatan Tumpukan
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Sudut Tumpukan
Derajad Keasaman (pH)
Kelarutan

8
9
10
11
11
12
13
13
13
14
14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

15
15
15

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Komposisi ransum penelitian
Kandungan nutrien ransum penelitian
Rataan konsumsi kambing PE yang diberi perlakuan
Rataan produksi susu dan efisiensi produksi
Rataan income over feed cost (IOFC)
Rataan Sifat Fisik dan kimia penelitian

3
3
9
9
11
12

DAFTAR GAMBAR
1 Daun Saga
2 Daun Kemuning
3 Biji Saga
4 Tepung Daun Saga
5 Tepung Daun Kemuning
6 Tepung Biji Saga
7 Kambing PE
8 Kandang Individu
9 Konsentrat
10 Rumput gajah
11 Pengukuran Kerapatan Pemadatan Tumpukan
12 Pengukuran Berat Jenis
13 Sieve pengukukuran partikel
14 Pengukuran Partikel
15 Pengukuran Kelarutan
16 Pengukuran sudut tumpukan
17 Pengukuran sudut tumpukan
18. Pengukuran sudut tumpukan

24

24
24
24
24
24
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Komposisi kandungan fitokimia
Komposisi kimia bahan penelitian
Hasil analisis ragam konsumsi bahan kering
Hasil analisis ragam konsumsi bahan organic
Hasil analisis ragam produksi susu harian
Hasil analisis ragam efisiensi produksi susu
Hasil uji nyata duncan efisiensi produksi susu
Hasil analisis ragam konsumsi IOFC
Hasil analisis ragam berat jenis
Hasil uji nyata duncan berat jenis
Hasil analisis ragam kerapatan tumpukan

Hasil uji nyata duncan kerapatan tumpukan
Hasil analisis ragam kerapatan pemadatan tumpukan

20
20
20
20
21
21
21
21
22
22
22
22
22

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Hasil uji nyata duncan kerapatan pemadatan tumpukan
Hasil analisis ragam sudut tumpukan
Hasil uji nyata duncan sudut tumpukan
Hasil analisis ragam ukuran partikel
Hasil uji nyata duncan ukuran partikel
Hasil analisis ragam pH
Hasil uji nyata duncan pH
Hasil analisis ragam kelarutan
Hasil uji nyata duncan kelarutan
Gambar selama penelitian

22
23
23
23
23
23
24
24
24
24

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia kaya akan tanaman obat-obatan. Tercatat 28.000 spesies
tanaman obat tumbuh di Indonesia atau 80 persen tanaman obat yang ada di dunia
dan baru 1000 spesies yang digunakan sebagai tanaman obat (Pribadi 2009).
Berdasarkan catatan dari Badan POM (2006) baru 283 tanaman obat yang telah
diregistrasi untuk penggunaan obat tradisional/jamu di Indonesia. Tanaman obat
adalah tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat sebagai obat dan
dipergunakan untuk penyembuhan ataupun maupun mencegah berbagai penyakit,
berkhasiat obat sendiri mempunyai arti mengandung zat aktif yang bisa mengobati
penyakit tertentu atau jika tidak memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi
memiliki kandungan efek resultan/sinergi dari berbagai zat yang mempunyai efek
mengobati.
Penggunaan tanaman obat-obatan tersebut tidak saja untuk kesehatan
manusia, tetapi bisa juga untuk ternak. Beberapa penelitian yang menggunakan
tanaman obat untuk kesehatan ternak telah banyak dilakukan. Berdasarkan
kandungan fitokimia yang ada pada tanaman tersebut, beberapa tanaman obat bisa
menggantikan fungsi antibiotik yang telah dilarang penggunaannya oleh beberapa
negara karena menghasilkan residu didalam jaringan tubuh ternak dan
menciptakan mikroorganisme yang pathogen, dengan zat bioaktif yang
terkandung didalam tanaman obat tersebut, mampu memperbaiki metabolisme,
meningkatkan daya tahan tubuh dan performa ternak (Zhang et al. 2005).
Tanaman obat yang berpotensi digunakan adalah saga atau rosary pea (Abrus
precatorius) dan kemuning atau orange jasmine (Murraya paniculata J).
Daun saga mengandung flavanoid, steroid, tirtepenoid, tannin dan saponin.
Daun saga berpotensi sebagai imunomodulator serta tidak bersifat toksit
(Ramnath et al. 2006) anti mikroba (Adelowaton et al 2008), anti tumor (Ghosh
et al 2007), anti inflamasi (Georgewill et al 2009), aktivitas imunostimulan
(Bhutia et al 2009), pengobatan asma (Taur & Patil 2012), preparasi pada kanker
kulit (Adedapo et al, 2007) dan untuk pengobatan berbagai penyakit termasuk
malaria, typhoid, batuk, infeksi saluran pernafasan dan hepatitis (Saganuwan &
Onyeyili, 2010). Daun kemuning mengandung flavanoid, tirtepenoid, tannin dan
saponin. Daun kemuning berpotensi sebagai anti-diabetes dan antioksidan
(Gautam et al 2012a), anti-nociceptive dan anti inflamasi (Wu et al 2010), antidiare (Rahman et al 2010) dan tidak bersifat toksit (Gautam et al 2012b).
Rahminiwati et al. (2010) menyatakan bahwa ekstrak daun saga (Abrus
precatorius) dan ekstrak daun kemuning (Murraya peniculata J) dapat dijadikan
prebiotik, anti inflamasi dan anti mastitis pada level berbeda.
Hasil penelitian invtro (Evvyernie et al 2013) didapat bahwa penambahan
ekstrak daun saga dan daun kemuning mempengaruhi dinamika fermentasi
didalam rumen antara lain penurunan pH yang sangat cepat akibat produk VFA
tidak dapat diserap melalui dinding rumen. Selain itu kecernaan keduanya tidak
berbeda nyata (63.93 dan 58.37). Namun penggunaan ekstrak pada penelitian
invitro memerlukan biaya yang cukup tinggi dan aplikasi dilapangan yang tidak

2
mudah sehingga pada penelitian in vivo penggunaan ekstrak tersebut diganti
dengan tepung.
Daun saga jenis Abrus precatorius sekarang ini masih terbatas dan bersaing
dengan kebutuhan manusia, untuk itu perlu diupayakan tumbuhan dari jenis saga
lainnya yaitu Adenanthera pavonina L (saga pohon). Saga pohon termasuk
leguminosa yang dapat dimanfaatkan daunnya sebagai pakan. Daun saga pohon
tidak aktif sebagai anti bakteri Stapylococcus aerus namun aktif sebagai anti
bakteri Campylobacter jejuni (Dholvitayakhun et al 2012). Produksi biji dalam
satu pohon cukup besar yaitu 100 kg (muchtadi 1982) sampai 150 kg (Lukman
1982) dan sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Menurut Olajide et
al (2004) ektrak biji saga menunjukkan efek anti-inflamasi dan analgesik. Biji
saga pohon yang telah dikukus mengandung bahan aktif yang terdiri dari
alkaloid, flavanoid, steroid, triterpenoid dan saponin. Penelitian invitro yang telah
dilakukan dengan penambahan biji saga (Adenanthera pavonina L.) yang dikukus
sampai taraf 8% dalam konsentrat tidak mengganggu metabolisme rumen in vitro
dengan kadar N-NH3 dan VFA berada dalam kisaran normal, mempertahankan
populasi bakteri rumen dan menurunkan populasi protozoa sampai 5 %.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sifat fisik
dan kimia ketiga bahan pakan (daun saga rambat, daun kemuning dan biji saga
pohon) untuk melihat kualitas bahan tersebut sehingga diharapkan kedepannya dapat
digunakan pada proses produksi dan pengembangan produk pada skala industri.
Pemanfaatan tepung daun saga dan daun kemuning yang diberikan pada ransum
kambing perah diharapkan dapat meningkatkan performa kambing PE

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari manfaat daun saga, daun
kemuning dan biji saga dalam meningkatkan performa kambing PE laktasi serta
mendapatkan data awal dari sifat fisik dan kimia dari ketiga bahan tersebut.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai Evaluasi
efektivitas daun saga, daun kemuning dan biji saga terhadap performa kambing PE
dan 2) Percobaan sifat fisik dan kimia untuk data awal.
Evaluasi Efektivitas Daun Saga, Daun Kemuning dan Biji Saga terhadap
Performa Kambing PE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013
diperternakan Cordero, Ciapus, Kabupaten Bogor.

3
Materi
Penelitian ini menggunakan 15 ekor kambing peranakan etawah laktasi
yang telah mengalami 1-4 kali laktasi dan pada posisi bulan laktasi 3 - 5. Bobot
badan ±49 kg dan rataan produksi susu 940 ml/ekor/hari. Peralatan yang
digunakan adalah kandang individu yang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat
air minum, timbangan untuk menimbang pakan dan gelas takar susu.
Bahan yang digunakan adalah tepung daun saga rambat, tepung daun
kemuning dan biji saga pohon. Ransum penelitian terdiri dari hijauan dan
konsentrat dengan rasio perbandingan 40:60 sebagai kontrol. Hijauan yang
diberikan berupa rumput gajah. Konsentrat terdiri dari ampas tempe, pollard,
bungkil kelapa, dedak, garam, premix dan Caco3. Formulasi konsentrat dan
analisis kimia ransum disajikan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Komposisi ransum penelitian
Komposisi ransum
Jumlah (%)
Rumput Gajah
40
Ampas tempe
18
Pollard
17.5
Bungkil Kelapa
11.83
Dedak
11.83
Garam
0.35
Premix
0.23
CaCo3
0.25
Total
100

Nutrien
(%BK)
Crude Protein
Crude Fiber
TDN

Tabel 2. Kandungan nutrien ransum penelitian
Ransum
R0
R1
R2
R3
13.92
13.72
13.31
12.67
23.11
22.87
24.20
22.26
60.12
60.10
59.29
60.02

R4
13.12
24.04
59.74

Keterangan : Hasil Analisa Lab Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati & Bioteknologi (2013)
Rumus perhitungan TDN (Hartadi et al 1980) =37.937-1.018(SK)-4.886(LK)+0.173(Beta N)+
1.042 (P)+0.015(SK)2-0.058(L)2+0.008(SK)(BetaN)+0.119(L)(BetaN +0.038(L) (P) + 0.003
(L)2(P)

Metode
Pemeliharaan ternak
Sebanyak 15 ekor kambing PE dipelihara didalam kandang individu yang
dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Kambing diberi makan tiga kali
yaitu konsentrat pada jam 06.30 WIB dan 11.00 WIB sedangkan hijauan pada jam
16.00 WIB. Pemberian tanaman obat dicampur bersamaan dengan konsentrat
yang dihitung berdasarkan BK ransum.
Percobaan dilakukan selama tiga puluh (30) hari dengan masa preliminary
selama dua puluh hari (20) dan masa koleksi sepuluh (10) hari. Pencatatan
konsumsi dilakukan setiap hari dengan menimbang pemberian dan sisa pakan.

4
Produksi susu dicatat pada setiap pemerahan yaitu setiap pagi dan sore pada hari
yang sama.
Peubah yang diukur adalah :
1. Konsumsi Bahan Kering
Konsumsi bahan kering merupakan total bahan kering pakan yang dikonsumsi
yakni hijauan dan konsentrat. Jumlah bahan kering yang dikonsumsi
didapatkan dengan cara persentase BK dikalikan dengan bahan pakan yang
dikonsumsi. Konsumsi bahan kering diperoleh dengan cara mengurangi
jumlah bahan kering yang diberikan dengan bahan kering sisa yang diberikan
setiap harinya. Konsumsi BK dihitung berdasarkan rumus:
Konsumsi BK (g) = (pemberian x %BK) – (sisa x %BK)

2. Konsumsi Bahan Organik
Konsumsi bahan organik merupakan total bahan organik pakan yang
dikonsumsi yakni hijauan dan konsentrat. Jumlah bahan organik yang
dikonsumsi didapatkan dengan cara persentase BK dikalikan dengan bahan
pakan yang dikonsumsi. Konsumsi bahan organik diperoleh dengan cara
mengurangi jumlah bahan kering yang diberikan dengan bahan organik sisa
yang diberikan setiap harinya. Konsumsi BO dihitung berdasarkan rumus:
Konsumsi BO (g) = (pemberian x %BO) – (sisa x %BO)

3. Produksi Susu
Pengukuran produksi susu dilakukan setiap hari selama penelitian. Susu
diperah pada setiap puting dipagi hari pada pukul 06.00 WIB dan sore pukul
14.30 WIB, dan diukur dengan gelas ukur dan dicatat.
4. Efisiensi Produksi Susu
Merupakan persentase pemanfaatan bahan kering pakan yang dikonsumsi
ternak dibanding dengan susu yang dihasilkan. Efisiensi produksi susu
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Efisieinsi Produksi susu (%)=

Produksi susu (ml)
X 100 %
Konsumsi BK(g)

5. Incom Over Feed Cost (IOFC)
Nilai ekonomi pakan dihitung dari selisih antara pendapatan (harga jual susu
dikalikan dengan jumlah produksi susu) terhadap biaya pakan yang
dikeluarkan selama penelitian. IOFC dihitung berdasarkan rumus:
IOFC = Pendapatan (harga jual susu x produksi susu) – Pengeluaran
Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK). Pengelompokan induk kambing PE berdasarkan produksi susu

5
harian yaitu produksi susu tinggi sedang dan rendah, dengan 5 (lima) perlakuan
dan 3 (tiga) kelompok sebagai berikut:
Perlakuan yang diberikan adalah :
R0 = Ransum basal
R1 = Ransum basal + tepung daun saga rambat 4.3 %
R2 = Ransum basal + tepung daun kemuning 0.7 %
R3 = Ransum basal + tepung biji saga 4.3 %
R4 = Ransum basal + tepung daun saga rambat 4.3 % + tepung kemuning 0.7 %
Model linier analisis ragam pada penelitian ini adalah :

Yij = µ + αi + βj + εij
Yij
µ
αi
βj
εij

= Pengamatan pada perlakuan ke –i dan ulangan ke -j
= Rataan umum
= Pengaruh perlakuan ke -i
= Pengaruh kelompok ke -j
= Galat perlakuan ke -i dan kelompok ke –j

Percobaan Sifat Fisik dan Kimia Untuk Data awal

Waktu dan Tempat
Uji fisik dan kimia dilaksanakan pada bulan Maret-April 2014. Uji fisik
dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, IPB dan
Laboratorium Nutrisi Perah, Fakultas Peternakan, IPB sedangkan uji kimia
dilakukan di Laboratorium Nutrisi Perah, Fakultas Peternakan, IPB.
Materi
Bahan yang digunakan adalah tepung daun saga rambat yang diperoleh dari
Laboratorium Biologi Farmasi UGM, tepung daun kemuning dari Yogyakarta, biji
saga pohon yang didapat dari Salatiga, Jawa Tengah. Perlengkapan yang
digunakan adalah timbangan analitik, gelas ukur, corong, penggaris, statif,
sendok, ph meter, shaker bath, erlenmeyer, plastic, dandang kukus, oven, cawan
porselin dan vibrator ball mill.
Metode
Pengukuran sifat fisik meliputi berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan
pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan dengan mengikuti metode Khalil
(1999) dan ukuran partikel dengan ASAE (2003) sedangkan pengukuran sifat
kimia meliputi derajat keasaman (pH) menggunakan metode Apriyantono (2000)
dan kelarutan total menggunakan metode Stefanon (1996).
Pembuatan Tepung biji saga pohon
Biji saga pohon sebanyak 2500 g yang telah dicuci dan bersihkan dari
kotoran dikeringanginkan sampai kering, dikukus selama 30 menit kemudian

6
ditiriskan selama 1 hari lalu dikering oven 600 C selama 2 hari kemudian digiling
menjadi tepung dengan saringan 0.2 mm.
Peubah yang Diukur :
Berat Jenis
Berat jenis merupakan perbandingan antara berat dengan volume bahan. Bahan
ditimbang sebanyak 10 g, kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml.
Sebanyak 50 mL aquades dimasukkan ke dalam gelas ukur tersebut secara
perlahan dan diaduk dengan pengaduk kaca, pengaduk dibilas dengan sisa
aquades hingga tidak ada yang menempel. Diamkan ± 10 menit agar terbaca
antara padatan dan perubahan volume (ΔV). Adapun rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Berat Jenis =

Bobot bahan pakan (g)
(ΔV / Perubahan volume aquades (mL)

Kerapatan Tumpukan
Kerapatan Tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume
ruang yang ditempatinya. Bahan ditimbang masing-masing 10 g, kemudian
dicurahkan ke dalam gelas ukur 100 ml dengan menggunakan corong.
Pembacaan dilakukan dengan merata-ratakan padatan yang tertinggi dengan
padatan yang rendah.
Kerapatan Tumpukan =

Bobot bahan pakan (g)
Rataan ΔV (mL)

Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Besarnya kerapatan pemadatan tumpukan ditentukan dengan cara yang sama seperti
penentuan kerapatan tumpukan, pembacaan dilakukan setelah dilakukan pemadatan
dengan cara menggoyangkan gelas ukur dengan tangan selama 10 menit agar
padat.
Sudut Tumpukan
Sudut tumpukan (tg α) bahan ditentukan dengan mengukur diameter dasar (d) dan
tinggi (t) tumpukan. Masing-masing bahan ditimbang sebanyak 100 g. kemudian
bahan tersebut dijatuhkan pada ketinggian 35 cm melalui corong pada bidang
datar. Ketinggian tumpukan bahan harus selalu berada dibawah corong. Bahan
tersebut dicurahkan perlahan-lahan pada dinding corong dengan bantuan sendok
teh pada posisi corong tetap sehingga diusahakan jatuhnya bahan selalu konstan.
Besarnya sudut tumpukan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Tg α =

t
0.5d

=

2t
d

Ukuran Partikel
Ukuran partikel bahan diukur dengan menggunakan metode dry-sieving
menggunakan alat vibrator ball mill. Ukuran sieve dan mesh yang digunakan

7
adalah 4 (4750 µm), 8 (2360 µm), 16 (1180 µm), 30 (600 µm), 50 (300 µm) dan
100 (150 µm). Sampel yang digunakan sebanyak 50 g untuk tepung saga dan tepung
kemuning, 100 g untuk tepung biji saga. Bahan yang telah ditimbang, diletakkan
pada bagian paling atas ayakan (sieve), dan digetarkan dari sisi yang satu ke sisi
yang lainnya sehingga semua bahan jatuh sempurna pada masing-masing sieve.
Ukuran partikel dihitung dengan menggunakan metode American Society of
Agricultural Engneers (ASAE) 2003, dengan rumus :
Diameter geometris dapat dihitung sebagai berikut :
Dgw =

Log-1

Σ (Wi log di)
Σ Wi

Standar deviasi dapat dihitung sebagai berikut:
Sgw = Log-1

[

Σ (Wi (log di – log Dgw)2
Σ Wi

]

0.5

Dimana :
di = diameter bukaan saringan pada saringan pertama
di+1= diameter bukaan saringan berikutnya lebih besar dari saringan
sebelumnya (tepat di atas set)
dgw = rata-rata diameter geometris
đi = rata-rata diameter partikel geometris pada saringan (di x di+1)1/2
Sgw = standar deviasi geometrik
Wi = Berat fraction pada saringan
Pengukuran Tingkat Keasaman (pH)
Pengukuran tingkat keasaman menggunakan ph meter dengan merk Senso Direct
Lovibond. Sebanyak 5 g bahan dilarutkan pada aquades 50 ml dengan
perbandingan 1:10 (w/v). Sebelum ph meter digunakan terlebih dahulu dilakukan
kalibrasi dengan larutan buffer 4 dan 7. Selanjutnya ph meter siap digunakan
dengan cara mencelupkan ujung ph meter kedalam larutan yang berisi sampel
tersebut. Pembacaan angka ph dilakukan setelah nilai konstan.
Kelarutan Total
Labu Erlenmeyer ditimbang dalam timbangan digital lalu diisi bahan sebanyak 1
g, kemudian ditambahkan aquades panas sebanyak 40 ml. Setelah itu diaduk
menggunakan pengaduk magnetik selama 15 menit lalu disaring dengan
menggunakan kertas whiteman 41 dan dibantu dengan pompa vacuum yang
dihubungkan dengan corong Buchner. Hasil saringan dikeringkan dalam oven
105° selama 24 jam. Setelah itu sampel ditimbang.
Kelarutan Total =

Berat awal bahan – Berat setelah dioven (g)
Berat awal bahan (g)

100%

8
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam tahap penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan masingmasing dilakukan secara diplo terdiri dari :
P1 : Tepung daun saga rambat
P2 : Tepung daun kemuning
P3 : Tepung biji saga pohon kukus
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA)
menggunakan software SPSS 16 dan apabila terdapat perbedaan antar perlakuan
maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan. Model linier analisis ragam pada
penelitian ini adalah :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan :
Yij : Nilai pengamatan pada ulangan ke-j dan perlakuan ke-i
µ : Nilai rataan umum
τi :Pengaruh perlakuan ke-i
εij : Eror perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA)
menggunakan software SPSS 16 dan apabila terdapat perbedaan antar perlakuan
maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel & Torrie 1989).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Efektivitas Daun Saga, Daun Kemuning dan Biji Saga terhadap
Performa Kambing PE

Konsumsi Ransum
Konsumsi adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
produktivitas seekor ternak. Ternak hanya bisa hidup, berkembang dan
berproduksi apabila mendapat pasokan nutrient yang dibutuhkannya. Bahan baku
untuk nutrient ini adalah pakan yang dikonsumsi. Cukup tidaknya nutrient yang
tersedia untuk metabolisme jaringan secara kuantitatif dan kualitatif ditentukan
oleh jumlah pakan yang dikonsumsi. Rataan konsumsi kambing PE ditampilkan
pada Tabel 3.
Wilkinson dan Stark (1985) menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi konsumsi adalah jenis dan kualitas ransum sehingga penambahan
tanaman obat dalam ransum hingga 4.3% dari total bahan kering ransum tidak
mempengaruhi konsumsi baik konsumsi bahan kering maupun bahan organik.
Rataan konsumsi bahan kering adalah 1622 g ekor-1 hari-1 setara dengan 3.05 %
bobot badan (rataan bobot hidup 49 kg). Konsumsi bahan kering penelitian ini

9
lebih rendah dari konsumsi bahan kering kambing PE laktasi yang dilakukan
Attabany (2002) yaitu 1759 g ekor-1 hari-1, setara dengan 3.7% dari bobot badan
dengan rataan bobot badan 48.0 kg. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Badarina (2013) di Cadero farm berkisar 3.6% dari berat badan atau 1.49 kg ekor1
hari-1.Menurut NRC (2007) bahwa rataan konsumsi bahan kering kambing laktasi
berkisar 2.8-4.6% bobot badan, sehingga pada penelitian ini konsumsi bahan
kering masih termasuk kisaran standar yang ditetapkan.
Tabel 3. Rataan konsumsi kambing PE yang diberi perlakuan
Komponen
R0
Konsumsi BK
(g ekor-1 hari-1)
Konsumsi BO
(g/ ekor-1 hari-1)

R1

Ransum
R2
R3

R4

1672±156

1409±264

1840±47

1604±205

1585±240

1519±143

1289±249

1672±43

1457±186

1440±218

Keterangan: R0= Ransum basal, R1= R0+ tepung daun saga 4.3%, R2= R0+tepung daun kemuning 0.7%,
R3= R0+ tepung biji saga 4.3% R4= R0+ tepung daun saga 4.3% + tepung daun kemuning 0.7%.

Parakkasi (1999) mengatakan bahwa salah satu yang menjadi penentu
tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan palatabilitas. Hal ini
berarti bahwa penambahan tepung daun saga 4.3%, tepung daun kemuning 0.7%,
tepung biji saga 4.3% dan kombinasi tepung daun saga 4.3% + tepung daun
kemuning 0.7% dalam ransum dari total bahan kering ransum tidak
mempengaruhi palatabilitas. Oleh Wanapat et al (2013) dan Benchaar et al (2007)
menyebutkan bahwa pakan yang disuplementasi dengan tanaman herbal tidak
mempengaruhi konsumsi bahan kering dan kecernaan nutrient.
Produksi Susu
Produksi susu merupakan tujuan utama yang diharapkan dari pemeliharaan
kambing perah. Rataan produksi susu harian ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan produksi susu dan efisiensi produksi
Komponen
Produksi susu
(ml ekor-1hari-1)
Efisiensi
produksi (%)

R0

R1

Ransum
R2

R3

R4

811.6±150

790.0±182

860.2±286

765.0±257

618.9±582

53.9±12ab

62.3±19a

52.0±19ab

48.9±16ab

38.9±33b

Keterangan: R0= Ransum basal, R1= R0+ tepung daun saga 4.3%, R2= R0+tepung daun
kemuning 0.7%, R3= R3= R0+ tepung biji saga 4.3% ,R4= R0+ tepung daun saga 4.3% + tepung
daun kemuning 0.7%. Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata
(P