Pemberian Tepung Daun Saga Rambat dan Kemuning terhadap Kecacingan pada Kambing Peranakan Etawah Laktasi

PEMBERIAN TEPUNG DAUN SAGA RAMBAT DAN KEMUNING
TERHADAP KECACINGAN PADA KAMBING
PERANAKAN ETAWAH LAKTASI

ASTRI WINARNI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Tepung
Daun Saga Rambat dan Kemuning terhadap Kecacingan pada Kambing Peranakan
Etawah Laktasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Astri Winarni
NIM D24100017

ABSTRAK
ASTRI WINARNI. Pemberian Tepung Daun Saga Rambat dan Kemuning terhadap
Kecacingan pada Kambing Peranakan Etawah Laktasi. Dibimbing oleh DWIERRA
EVVYERNIE dan EVA HARLINA.
Penyakit kecacingan merupakan penyakit yang dapat mengganggu kesehatan
ternak. Penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh pemberian tepung daun saga
rambat (Abrus precatorius) dan kemuning (Murraya paniculata) terhadap penyakit
kecacingan pada kambing Peranakan Etawah laktasi. Dua belas ekor kambing PE
dengan rataan bobot badan 49.4±8.5 kg, kali beranak 2-4 kali dan rataan produksi
susu 940±310 mL ekor-1hari-1, dikelompokkan secara acak ke dalam 3 kelompok.
Penelitian terdiri atas 4 perlakuan, P0 (kontrol), P1 (tepung daun saga 4.3%), P2
(tepung daun kemuning 0.7%), dan P3 (kombinasi tepung daun saga dan kemuning).
Setiap perlakuan terdiri dari 3 ekor kambing. Data dianalisis menggunakan analisis

sidik ragam (ANOVA). Hasil pengamatan menunjukkan perlakuan tidak memberikan
pengaruh terhadap konsumsi dan profil darah, namun ada indikasi penurunan jumlah
telur cacing setelah dua minggu perlakuan. Kesimpulan penelitian ini adalah
pemberian tepung daun saga 4.3%, daun kemuning 0.7%, maupun kombinasi
keduanya belum mampu membasmi penyakit kecacingan pada kambing PE laktasi,
namun ada indikasi perlakuan tepung daun kemuning lebih potensial dibandingkan
perlakuan lainnya dalam menurunkan jumlah telur cacing.
Kata kunci :

daun saga, daun kemuning, infeksi parasit, kambing peranakan etawah
laktasi

ABSTRACT
ASTRI WINARNI. Addition of Saga and Kemuning Leaves Meal on Parasites
Infection of Lactating Etawah Crossbred Goat. Supervised by DWIERRA
EVVYERNIE and EVA HARLINA.
Parasites infection is a disease that disturb animal health. The aim of this
research was to study the effect of saga (Abrus precatorius) and kemuning leaves
meal (Murraya paniculata) on parasites infection of lactating Etawah crossbred goat.
Twelve lactating Etawah crossbred goats of 49.4±8.5 kg body weight, number of

calving of 2-4 times and average of milk production of 940±310 mL day-1 were
divided into three groups. This research conducted into four treatments, P0 (control),
P1 (feed contained 4.3% saga leaves meal), group P2 (feed contained 0.7% kemuning
leaves meal) and P3 (feed contained combination of saga and kemuning leaves meal).
Data were analysis using ANOVA. The result showed that saga and kemuning leaves
meal were not affected on the consumption and blood profile, but there was indication
of decreasing EPG after two weeks of treatments. As conclusion, addition of saga
4.3%, kemuning leaves meal 0.7%, and combination were not able yet to eliminate
the parasites infection on lactating Etawah crossbred goat, but there was indication
that kemuning leaves meal was more potential in reduce of egg worm than the others.
Keywords: kemuning leaf, lactating Etawah crossbred goat, parasites infection, saga
leaf

PEMBERIAN TEPUNG DAUN SAGA RAMBAT DAN KEMUNING
TERHADAP KECACINGAN PADA KAMBING
PERANAKAN ETAWAH LAKTASI

ASTRI WINARNI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pemberian Tepung Daun Saga Rambat dan Kemuning terhadap
Kecacingan pada Kambing Peranakan Etawah Laktasi
Nama
: Astri Winarni
NIM
: D24100017

Disetujui oleh

Dr Ir Dwierra Evvyernie, MS MSc
Pembimbing I


Dr drh Eva Harlina, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHKS, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wata’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September hingga
November 2013 ini ialah Pemberian Tepung Daun Saga Rambat dan Kemuning
terhadap Kecacingan pada Kambing Peranakan Etawah Laktasi.
Salah satu penyakit yang dapat mengganggu kesehatan ternak adalah
kecacingan, dan salah satu upaya untuk penanggulangan penyakit ini adalah
melalui pemanfaatan herbal lokal yang diduga dapat berfungsi mengatasi

kecacingan pada ternak. Penulis memilih daun saga dan kemuning, karena daun
tersebut terbukti bermanfaat bagi kesehatan ternak dalam menekan bakteri
patogen dan antiinflamasi secara in vitro, dan diharapkan juga dapat mengurangi
kecacingan pada ternak.
Karya ilmiah ini telah dipresentasikan dalam seminar “International
Symposium on Medical Plant and Traditional Medicine” yang diselenggarakan di
Tawangmangu, 4 Juni 2014 dengan judul “Effect of Saga and Kemuning Leaves
Meal on Parasites Infection of Lactating Etawah Crossbred Goat”. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skipsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik,
saran, dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan dimasa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis khususnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Astri Winarni

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Bahan
Alat
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur
Pemeliharaan
Konsumsi Bahan Kering Ransum
Konsumsi Bahan Organik Ransum
Pengambilan Sampel Feses
Perhitungan Jumlah Telur Cacing
Pengambilan Sampel Darah
Pemeriksaan Darah
Kadar Hemoglobin
Nilai Hematokrit
Jumlah Eosinofil
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Rancangan Percobaan

Peubah yang Diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Tepung Daun Saga Rambat dan Kemuning
terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum
Pengaruh Pemberian Tepung Daun Saga Rambat dan Kemuning
terhadap Jumlah Telur Cacing
Pengaruh Pemberian Tepung Daun Saga Rambat dan Kemuning terhadap
Profil Darah
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH

xi
xi
1
1

1
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5

6
8
9
9
9
9
12
14
14

DAFTAR TABEL
1 Susunan ransum basal(%BK)
2 Komposisi nutrien ransum (%BK)
3 Konsumsi bahan kering dan bahan organik ransum
4 Fecal Egg Count Reduction (%)
5 Profil darah kambing

2
2
6

7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Hasil analisis ragam jumlah telur cacing minggu ke-0
Hasil analisis ragam jumlah telur cacing minggu ke-1
Hasil analisis ragam jumlah telur cacing minggu ke-2
Hasil analisis ragam jumlah telur cacing minggu ke-3
Hasil analisis ragam jumlah telur cacing minggu ke-4
Hasil analisis ragam konsumsi bahan kering
Hasil analisis ragam konsumsi bahan kering
Hasil analisis ragam konsumsi bahan organik
Hasil analisis ragam konsumsi bahan organik
Hasil analisis ragam hemoglobin
Hasil analisis ragam PCV
Hasil analisis ragam eosinofil

12
12
12
12
12
12
12
13
13
13
13
13

1

PENDAHULUAN
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan
kambing Kacang dengan kambing Etawah. Jenis kambing ini memiliki fungsi
sebagai ternak tipe dwiguna, yaitu penghasil susu dan daging (Sodiq dan Abidin
2002). Kambing Peranakan Etawah laktasi di beberapa peternakan menghasilkan
susu berkisar antara 0.99-1.5 liter ekor-1 hari-1 (Atabany 2001). Berbagai cara
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kambing ini, namun banyak pula
faktor yang menggangu produktivitasnya, diantaranya adalah kehadiran penyakit.
Salah satu penyakit yang sering ditemukan pada kambing adalah penyakit
akibat infeksi parasit (Darmono dan Hardiman 2011). Parasit utama yang biasa
ditemukan adalah cacing saluran pencernaan, dan cacing ini sangat mengganggu
kesehatan ternak. Kondisi iklim tropis Indonesia sangat menunjang kelangsungan
hidup parasit ini sehingga memudahkan terjadinya infestasi pada ternak.
Pendugaan derajat kecacingan pada ternak dapat dilihat melalui pendekatan
jumlah telur tiap gram tinja (TTGT). Kusumamihardja (1992) menyebutkan
jumlah telur tiap gram tinja (TTGT) dapat digunakan untuk memperkirakan
derajat kecacingan, karena cacing dewasa yang lebih banyak akan menghasilkan
telur lebih banyak.
Salah satu upaya untuk penanggulangan penyakit kecacingan pada ternak
adalah dengan memanfaatkan herbal lokal yang diduga dapat mengurangi
infestasinya. Daun saga rambat (Abrus precatorius) dan kemuning (Murraya
paniculata) merupakan tanaman herbal lokal yang biasa digunakan di kalangan
masyarakat sebagai obat sariawan maupun radang, namun potensi daun tersebut
pada ternak belum banyak dipelajari. Berdasarkan hasil uji in vitro, penggunaan
ekstrak daun saga rambat dibawah 12% dan ekstrak kemuning dibawah 4% masih
aman bagi ekologi rumen (Evvyernie et al. 2013). Hal ini yang menjadi dasar
penggunaan taraf perlakuan penelitian ini, dan diharapkan dapat mengatasi
kecacingan pada ternak. Daun saga rambat dan kemuning dapat menekan bakteri
patogen dan antiinflamasi secara in vitro. Hasil uji fitokimia menunjukkan daun
saga mengandung saponin, flavonoid, tanin, steroid dan triterpenoid, sedangkan
daun kemuning mengandung saponin, tanin, flavonoid, dan triterpenoid
(Rahminiwati 2010). Kandungan fitokimia kedua tanaman tersebut diharapkan
dapat mengatasi kecacingan pada ternak, namun belum dibuktikan secara ilmiah.
Oleh karena itu dalam penelitian ini dipelajari kemampuan kedua jenis daun
tersebut dalam mengatasi kecacingan khususnya pada kambing peranakan Etawah.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran pemberian tepung daun saga dan
kemuning terhadap penyakit kecacingan pada kambing Peranakan Etawah laktasi.

METODE
Bahan
Bahan-bahan penelitian ini adalah kambing Peranakan Etawah (PE) laktasi
sebanyak 12 ekor dengan kali beranak 2-4, rataan berat badan 49.4±8.5 kg dan
rataan produksi susu 940±310 mL ekor-1 hari-1.

2
Ransum perlakuan terdiri atas hijauan dan konsentrat dengan rasio 40:60
dan penambahan perlakuan tepung daun saga rambat dan kemuning. Susunan
ransum basal dicantumkan pada Tabel 1.
Bahan Pakan
Rumput gajah
Ampas tempe
Pollard
Bungkil kelapa
Dedak
Garam
Premix
CaCO3

Tabel 1 Susunan ransum basal (%BK)
Komposisi (%)
40
18
17.50
11.83
11.83
0.35
0.23
0.25

Ransum yang digunakan merupakan ransum yang biasa diberikan di
Peternakan Cordero Farm, Ciapus-Bogor, kemudian ditambahkan perlakuan
tepung daun saga rambat, daun kemuning, maupun kombinasi keduanya.
Persentase perlakuan dihitung dengan konversi rendemen ekstrak dari bahan
tepung. Komposisi nutrien ransum penelitian dicantumkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi nutrien ransum (%BK)
Kandungan nutrien
1

Bahan Kering
Protein Kasar1
Lemak Kasar1
Serat Kasar1
Abu1
BETN1
TDN2

P0
91.14
13.92
4.54
23.11
10.22
48.21
60.12

Perlakuan
P1
P2
91.09
90.86
13.72
13.31
4.57
4.55
22.87
24.20
10.39
9.87
48.46
48.07
60.10
59.29

P3
90.68
13.12
4.09
24.04
9.23
49.51
59.74

1

Hasil Analisis Laboratorium Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, Institut
Pertanian Bogor (2013); 2Rumus perhitungan TDN (Hartadi et al.1980) = 37.937 1.018 (SK) 4.886 (LK) + 0.173 (Beta-N) + 1.042 (PK) + 0.015 (SK)2- 0.058 (LK)2+ 0.008 (SK) (beta-N) +
0.119 (LK) (Beta-N) + 0.038 (LK) (PK) + 0.003 (LK) 2(PK); P0: kontrol, P1: tepung daun saga
rambat 4.3%, P2: tepung daun kemuning 0.7%, P3: kombinasi tepung daun saga rambat 4.3%
dan daun kemuning 0.7%

Alat
Kandang individu sistem panggung dan tiap kandang dilengkapi dengan
tempat pakan dan minum. Peralatan lain yang digunakan diantaranya seperangkat
alat untuk pengambilan sampel, uji perhitungan jumlah telur cacing, dan
pengamatan profil darah.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Peternakan “Cordero Farm”, Ciapus-Bogor.
Pengamatan telur cacing dilakukan di Laboratorium Helmintologi, Departemen
Ilmu dan Penyakit Hewan, FKH-IPB. Pemeriksaan profil darah dilakukan di

3
Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi dan Fisiologi, FKH-IPB. Penelitian
dilaksanakan pada bulan September-November 2013.

Prosedur
Pemeliharaan
Kambing PE dipelihara dalam kandang individu dengan pemberian pakan
sebanyak 3 kali, pagi hari pukul 06.00 - 07.00, siang hari pukul 12.00 - 13.00, dan
sore hari pukul 16.00 - 17.00. Konsentrat dan perlakuan diberikan pada pagi dan
siang hari, sedangkan rumput gajah diberikan pada sore hari.
Perlakuan pakan terdiri atas ransum basal (rumput gajah dan konsentrat)
yang ditambah tepung daun saga rambat 4.3%, kemuning 0.7%, dan kombinasi
tepung daun saga rambat 4.3% dan kemuning 0.7% kedalam ransum. Ransum
basal yang diberikan sebanyak 1800 gram BK ekor-1hari-1.
Konsumsi Bahan Kering Ransum
Konsumsi bahan kering ransum diperoleh dengan cara mengurangi jumlah
bahan kering ransum yang diberikan dengan sisanya pada setiap harinya.
Konsumsi Bahan Organik Ransum
Konsumsi bahan organik ransum diperoleh dengan cara mengurangi
jumlah bahan organik ransum yang diberikan dengan sisanya pada setiap harinya.
Pengambilan Sampel Feses
Sampel feses diambil sebelum perlakuan dan setelah perlakuan setiap 7 hari
sekali selama 4 minggu. Sampel feses diambil langsung dari anus sebanyak ± 5 g
individu-1 dan disimpan dalam ice box untuk diperiksa di laboratorium.
Penghitungan Jumlah Telur Cacing
Telur tiap gram tinja (TTGT) dihitung dengan menggunakan metode
McMaster (Permin dan Hansen 1998). Dua gram tinja kambing dilarutkan dalam
58 mL larutan gula garam jenuh, dihomogenkan, disaring, dan dihomogenkan
kembali. Larutan yang telah dihomogenkan dimasukkan ke dalam kamar hitung
McMaster menggunakan pipet. Satu kamar hitung McMaster memiliki volume
0.15 mL. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop setelah dibiarkan selama 5
menit.
Rumus perhitungan jumlah telur tiap gram tinja (TTGT):
�� � =

� ��
×
�� ��

Keterangan:
n= jumlah telur cacing dalam kamar hitung
Bt = berat tinja (gram)
Vt = volume sampel total (mL)
Vk= volume kamar hitung (mL)

4
Respon perlakuan terhadap jumlah telur cacing dievaluasi terhadap
penurunan jumlah telur cacing (Faecal Eggs Counts Reduction/FECR). Penurunan
jumlah telur cacing dihitung dengan rumus sebagai berikut :
�� % = [ − (



× )] ×



%

Keterangan:
T1= Rataan jumlah TTGT perlakuan sebelum pemberian saga dan kemuning
T2= Rataan jumlah TTGT perlakuan setelah pemberian saga dan kemuning
K1= Rataan jumlah TTGT kontrol sebelum perlakuan
K2= Rataan jumlah TTGT kontrol setelah perlakuan
Pengambilan Sampel Darah
Sampel darah diambil melalui vena jugularis. Sampel darah diambil
sebanyak 3 mL dengan disposible syringe lalu segera dipindahkan ke dalam
tabung berheparin. Sampel dibawa ke laboratorium menggunakan ice box.
Pemeriksaan Darah
Kadar Hemoglobin. Kadar hemoglobin diperiksa dengan metode Sahli. Larutan
HCl 0.1 N dihisap ke dalam tabung Sahli sampai tanda angka 10 pada garis batas
bawah, kemudian sampel darah dihisap menggunakan pipet Sahli hingga
mencapai tanda tera atas (0.02 mL). Sampel darah segera dimasukkan kedalam
tabung dan ditunggu selama 3 menit atau hingga berubah menjadi warna coklat
kehitaman karena reaksi antara HCl dengan hemoglobin membentuk asam
hematid. Setelah itu larutan ditambah aquades, diteteskan sedikit demi sedikit
sambil diaduk. Larutan aquades ditambah hingga warna larutan sama dengan
warna standar hemoglobinometer. Nilai hemoglobin dilihat pada kolom gram %
yang tertera pada tabung hemoglobin (Sastradipraja et al. 1989).
Nilai Hematokrit. Penentuan PCV dilakukan dengan cara tabung
mikrohematokrit diisi darah yang mengandung antikoagulan sebanyak 4/5 bagian
dan ujung masuknya darah ditutup dengan sumbat gabus. Tabung kemudian
disentrifus dengan kecepatan 10000 rpm selama 5 menit. Nilai hematokrit dibaca
dengan microhematocrit reader (Sastradipraja et al. 1989).
Jumlah Eosinofil. Preparat ulas darah yang telah dikeringkan di udara, difiksasi
dengan metanol 95% selama 5 menit dan diwarnai dengan larutan Giemsa selama
30 menit. Preparat kemudian dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan.
Pemeriksaan preparat dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif
100x dan bantuan minyak emersi (Sastradipraja et al. 1989). Persen eosinofil
diperoleh dengan menghitung eosinofil dalam 100 buah leukosit.

5
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan adalah :
P0 = Ransum kontrol
P1 = Ransum kontrol + tepung daun saga rambat 4.3%
P2 = Ransum kontrol + tepung daun kemuning 0.7%
P3 = Ransum kontrol + kombinasi tepung daun saga rambat 4.3% dan kemuning
0.7%
Rancangan Percobaan
Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan empat
perlakuan dan tiga kelompok (ulangan). Pengelompokan berdasarkan produksi
susu awal dengan coefisien of variance 33.19%. Data analisis ttgt
ditransformasikan ke ln(x+1) untuk mendapatkan sebaran normal. Data
selanjutnya dianalisis dengan sidik ragam (Analysis of Variance) dan bila terdapat
perbedaan nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie 1993) untuk
mengetahui pengaruh perlakuan. Model linier analisis ragam pada penelitian ini
adalah:
Yij = µ + τi + βj + εij
Keterangan:
Yij
: Nilai pengamatan pada ulangan ke-j dan perlakuan ke-i
µ
: Nilai rataan umum
τi
: Pengaruh perlakuan ke-i (i=1,2,3,4)
β
: Pengaruh kelompok ke-j (j=1,2,3)
εij
: Eror perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Peubah yang Diamati
Peubah penelitian ini adalah konsumsi bahan kering dan bahan organik
ransum, jumlah telur cacing tiap gram tinja (TTGT), dan profil darah yang
meliputi hemoglobin, hematokrit (PCV), dan eosinophil.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Tepung Daun Saga Rambat dan Kemuning
terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum
Konsumsi merupakan faktor esensial dasar kebutuhan hidup pokok dan
produksi. Konsumsi berkaitan erat dengan beberapa faktor diantaranya status
fisiologis, tingkat produksi dan bobot badan (Mertens 1987). Konsumsi ransum
kambing disajikan pada Tabel 2.

6
Tabel 3 Rataan konsumsi ransum kambing PE laktasi
Perlakuan
P0
P1
P2
Konsumsi bahan kering
1672±156
1409±264
1840±47
(g ekor-1hari-1)
Parameter

P3
1585±240

Konsumsi bahan kering
(g kg-1BB0.75)

96.44±12.85

85.51±24.83

95.98±10.54

76.89±11.38

Konsumsi bahan
organik (g ekor-1hari-1)
Konsumsi bahan
organik (g kg-1BB0.75)

1519±143

1289±249

1672±43

1440±218

87.62±11.68

77.68±22.58

87.19±9.58

69.86±10.34

P0: kontrol, P1: tepung daun saga rambat 4.3%, P2: tepung daun kemuning 0.7%, P3:
kombinasi tepung daun saga rambat 4.3% dan daun kemuning 0.7%

Berdasarkan analisis ragam, perlakuan yang diberikan tidak memberikan
perbedaan nyata terhadap konsumsi bahan kering dan bahan organik ransum
(gram) maupun konsumsi bahan kering dan bahan organik metabolis (g kg-1BB0.75).
Hal ini mengindikasikan perlakuan tidak mengganggu konsumsi bahan kering dan
bahan organik ransum. Hasil pengamatan konsumsi bahan kering berkisar 10491840 gram BK ekor-1hari-1. Jumlah konsumsi ini jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan penelitian Zakaria (2012) di peternakan yang sama yaitu 1.01-1.20 kg
ekor-1 hari-1 dengan rataan konsumsi 1.13 kg ekor-1 hari-1 atau setara dengan 2.64%
BB. NRC (2007) menyebutkan kebutuhan bahan kering kambing laktasi berkisar
2.8%-4.6% BB. Rataan konsumsi bahan kering kambing Peranakan Etawah
laktasi selama penelitian setara 3.3% BB. Hal ini juga menunjukkan konsumsi
bahan kering dan bahan organik ransum kambing Peranakan Etawah laktasi tidak
terganggu oleh adanya penyakit kecacingan.

Pengaruh Pemberian Tepung Daun Saga Rambat
dan Kemuning terhadap Jumlah Telur Cacing
Jumlah telur tiap gram tinja (TTGT) merupakan salah satu cara untuk
memperkirakan derajat kecacingan pada ternak, karena cacing dewasa yang lebih
banyak akan menghasilkan telur lebih banyak (Kusumamihardja 1992). Jenis telur
cacing yang teridentifikasi dalam feses kambing ini termasuk dalam kelompok
Strongylid, ordo Strongylida, dan kelas Nematoda. Pengaruh pemberian tepung
daun saga dan kemuning terhadap jumlah telur tiap gram tinja (TTGT) disajikan
pada Gambar 1.

7
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
M0

M1

M2
p0

p1

p2

M3

M4

p3

P0: kontrol, P1: tepung daun saga rambat 4.3%, P2: tepung daun kemuning 0.7%, P3: kombinasi
tepung daun saga rambat 4.3% dan daun kemuning 0.7%. M0-M4: minggu ke-0 hingga minggu
ke-4.

Gambar 1

Hasil penghitungan telur tiap gram tinja (TTGT) kambing PE
setiap minggu selama 4 minggu

Berdasarkan hasil analisis ragam perlakuan tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap jumlah telur tiap gram tinja (TTGT). Jumlah TTGT setiap minggu
berfluktuasi pada setiap perlakuan, dan terdapat kecenderungan penurunan pada
minggu ke-2, namun terjadi peningkatan kembali pada minggu ke-3. Hal ini
mengindikasikan adanya respon dari cacing terhadap pemberian herbal namun
perlakuan kurang efektif dalam mengurangi jumlah telur cacing. Keadaan ini
diduga disebabkan pemberian taraf yang kurang tepat sehingga menimbulkan efek
hormesis. Hormesis merupakan efek yang ditimbulkan akibat pemberian suatu zat
sehingga memiliki fase penurunan dan peningkatan (Dewi et al. 2013). Herbal
mengandung banyak senyawa kimia yang mekanisme kerjanya kadang berlainan,
sehingga tidak dapat diperkirakan senyawa-senyawa yang dapat menghambat atau
meningkatkan aktivitas kerja herbal tersebut. Fluktuasi TTGT juga dapat
diakibatkan oleh siklus hidup cacing sendiri di dalam tubuh ternak. Nilai TTGT
juga dapat berfluktuasi yang disebabkan oleh berbagai kondisi inang yang
meliputi umur, fekunditas cacing, respon kekekebalan, dan pengalaman infeksi
(Tizard 1988).
Tabel 4 Fecal Egg Count Reduction (FECR) kambing PE laktasi setiap minggu
Perlakuan
M1
M2
M3
M4
Rataan
P1
11.36
-2.55
-4.59
23.52
6.93
P2
-6.55
56.04
-29.26
21.28
10.38
P3
-1.08
53.39
-29.87
12.72
8.79
P0: kontrol, P1: tepung daun saga rambat 4.3%, P2: tepung daun kemuning 0.7%, P3: kombinasi
tepung daun saga rambat 4.3% dan daun kemuning 0.7%. M0-M4: minggu ke-0 hingga minggu
ke-4

Fecal Egg Count Reduction (FECR) menunjukkan persentase penurunan
jumlah telur cacing. Reduksi jumlah telur cacing yang diamati setiap minggu
menggambarkan efektivitas perlakuan. Pada penelitian ini, setiap perlakuan
memberikan efek penurunan terhadap jumlah telur cacing dibandingkan dengan

8
kontrol. Hal ini diduga disebabkan oleh senyawa aktif saga dan kemuning. Daun
saga dan kemuning memiliki senyawa aktif saponin dan tanin yang kemungkinan
bisa lolos hingga organ pasca rumen sehingga dapat mengurangi kecacingan.
Mekanisme saponin merusak sel-sel saluran pencernaan cacing melalui
interaksi bagian aktifnya yaitu aglikon hidrofobik sehingga molekul saponin bisa
memasuki membran sel tegumen (Cheeke dan Schull 1989). Peristiwa ini
menyebabkan kebocoran pada dinding sel sehingga sel mengalami ketidak
seimbangan ion lalu lisis. Saponin mempunyai sifat deterjen yang dapat
menurunkan tegangan permukaan sel cacing sehingga merubah permeabilitas sel
dan mendegradasi lemak pada cacing (Hyene 1987).
Tanin dari berbagai tanaman dapat memutus siklus hidup cacing nematoda
di dalam saluran pencernaan dengan menghambat penetasan telur cacing dan
penghambatan larva infektif (Min dan Hart 2003). Tegumen cacing yang terdiri
atas glikoprotein dan mukopolisakarida (Smyth dan McManus 1989) mampu
dirusak oleh tanin dengan mengendapkan proteinnya. Keadaan ini menghalangi
cacing menyerap nutrisi dan akhirnya mati akibat menurunnya persediaan
glikogen dan berkurangnya pembentukan ATP. Perlu dilakukan penelitian
lanjutan yang menjamin senyawa aktif saga maupun kemuning dapat mencapai
target organ tanpa dirombak terlebih dahulu oleh mikroorganisme rumen.
Pengaruh Pemberian Tepung Daun Saga Rambat
dan Kemuning terhadap Profil Darah
Gambaran darah mampu menggambarkan kondisi fisiologis ternak karena
hewan yang mengalami gangguan fisiologis akan mengalami perubahan gambaran
darah (Guyton 1997). Hasil pemeriksaan profil darah meliputi kadar hemoglobin,
hematokrit, dan eosinofil tidak terpengaruh nyata pada pasca pemberian tepung
daun saga dan kemuning. Perubahan gambaran darah dapat disebabkan oleh faktor
internal seperti pertambahan umur, status gizi, kesehatan, stres, siklus estrus dan
suhu tubuh, sedangkan faktor eksternal diantaranya infeksi kuman dan suhu
lingkungan (Guyton 1997)
Tabel 5 Rataan profil darah kambing PE laktasi
Perlakuan
P0
P1
P2
P3

Hemoglobin (g%)
9.13 ± 1.24
9.31 ± 0.25
8.63 ± 0.81
9.13 ± 0.43

Profil Darah
Hematokrit (%)
24.47 ± 2.00
24.03 ± 1.12
22.09 ± 2.81
23.88 ± 0.99

Eosinofil (%)
6.33 ± 0.76
5.75 ± 2.78
6.83 ± 4.62
7.83 ± 4.19

P0: kontrol, P1: tepung daun saga rambat 4.3%, P2: tepung daun kemuning 0.7%, P3:
kombinasi tepung daun saga rambat 4.3% dan daun kemuning 0.7%

Hemoglobin merupakan pigmen eritrosit yang tersusun atas protein
konjugasi dan protein sederhana (Swenson 1984). Kadar hemoglobin dalam darah
umumnya berbanding lurus dengan hematokrit. Hariono (1980) melaporkan kadar
hemoglobin kambing normal adalah 8-14 g%. Rataan kadar hemoglobin kambing
PE laktasi penelitian ini 8.63-9.31 g%, sehingga masih berada dalam nilai standar
namun berada dalam batas bawah. Kambing-kambing ini mulai menunjukkan
gangguan fisiologis akibat kecacingan namun belum masuk dalam kategori

9
anemia. Anemia dapat disebabkan oleh infestasi parasit cacing sedang hingga
berat, yang ditunjukkan oleh kadar hemoglobin di bawah batas normal.
Kadar hematokrit (PCV) merupakan persentase sel darah merah dalam 100
ml darah. Kadar hematokrit kambing PE laktasi penelitian ini 22.09%-24.47%,
yang masih berada dalam selang normal kambing dewasa yaitu 22%-38% (Jain
1993). Kemampuan ternak dalam mempertahankan PCV dapat digunakan sebagai
salah satu metode untuk mengidentifikasi ternak yang toleran terhadap parasit.
PCV merupakan ukuran yang menggambarkan kemampuan ternak untuk bertahan
dari anemia akibat infeksi suatu penyakit (Murray 1990). Pada penelitian ini
keberadaan parasit masih dapat ditoleransi oleh kambing.
Eosinofil merupakan leukosit dengan ciri adanya granula berwarna merah
di dalam sitoplasmanya. Jumlah eosinofil akan meningkat apabila hewan
mengalami infestasi parasit atau reaksi alergi (Tizard 1988). Menurut Delman dan
Brown (1992), persentase eosinofil kambing 1%-8% dari total leukosit, namun
Banks (1993) menyatakan persentase eosinofil sebesar 5% dari total leukosit.
Jumlah eosinofil kambing PE laktasi penelitian ini 5.75%-7.83%, melebihi standar
Banks. Dengan demikian keberadaan cacing di saluran pencernaan kambing telah
mampu menginduksi inang untuk memproduksi eosinofil, walaupun belum masuk
dalam kategori eosinofilia berat.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penggunaan tepung daun saga 4.3%, daun kemuning 0.7%, maupun
kombinasi keduanya belum mampu mengatasi penyakit kecacingan pada kambing
Peranakan Etawah laktasi secara optimal, namun ada indikasi perlakuan tepung
daun kemuning lebih potensial dibandingkan perlakuan lainnya dalam
menurunkan jumlah telur cacing.

Saran
Pemberian obat cacing paten sebelum perlakuan dimulai dan pengujian
lanjutan dengan melindungi bahan herbal terhadap mikroorganisme rumen,
sehingga dapat mencapai target organ dan efektif untuk mengatasi infestasi parasit
pada ternak.

DAFTAR PUSTAKA
Atabany A. 2001. Studi kasus produktivitas kambing peranakan etawah dan
kambing saanen pada Peternakan Kambing Perah Barokah dan PT Taurus
Dairy Farm [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Banks WJ. 1993. Applied Veterinary Histology. Third Edition. Missouri (US):
Mosby Inc.

10
Cheeke PR, LR Schull . 1989. Natural Toxicants in Feeds and Poisonous Plants.
California (US): AVI Publishing Company Inc.
Darmono, Hardiman. 2011. Penyakit Utama yang Sering Ditemukan pada
Ruminansia Kecil. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian Veteriner.
Dellman HD, EM Brown. 1992. Histologi Veteriner I. Terjemahan: R Hartono.
Jakarta (ID): Universitas Indonesia
Dewi IK, Joharman, Lia Yulia B. 2013. Perbandingan daya hambat ekstrak etanol
dengan sediaan sirup herbal buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
terhadap pertumbuhna Shigella dysentriae in vitro. Berkala Kedokteran.
9(2): 191-198.
Evvyernie D, HA Sukria, E Harlina, E Rahmi, A Winarni, U Nurjanah. 2013.
Effect of saga and kemuning leaves on rumen microbes and in vitro
digestibility. 3rd AINI International Seminar. 2013 Sep 24-25; Padang,
Indonesia. Padang (ID): ISBN 978-602-96934-8-5. hlm 427-432.
Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan, penerjemah.
Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran ECG. Terjemahan dari: Textbook
of Medical Physiology.
Hariono. 1980. Patologi Klinik. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada.
Hartadi H, S Reksohadiprodjo, S Lebdosukojo, AD Tillman. 1980. Tabel-tabel
dari Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. Yogyakarta (ID):
Gajah Mada University Pr.
Hyene K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Terjemahan: Irawati. Jakarta
(ID): Yayasan Sarana Wana Jaya.
Jain NC. 1993. Essentials of Veterinary Hematology. Philadelpia (US): Lea and
Febiger.
Kusumamihardja S. 1992. Parasit dan Parasitosis pada Ternak dan Hewan
Piaraan di Indonesia. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas IPB.
Min BR, SP Hart. 2003. Tannins for suppression of internal parasites. J Anim Sci.
81(2): 102-109.
Murray M, Trail JCM, D’Ieteren GDM. 1990. Trypanotolerance in cattle and
prospects for the control of trypanosomiasis by selective breeding. Rev Sci
Tech Off Epiz. 9(2): 369-386.
Mertens DR. 1987. Predicting intake and digestibility using mathematical models
of ruminant function. J Anim Sci. 64: 1548-1558.
[NRC] National Research Council. 2007. Nutrient Requirements of Small
Ruminants. Washington (US): National Academy Pr.
Permin A, Hansen JW. 1998. Epidemology, Diagnosis, and Control Poultry
Parasites. FAO Animal Health Manual. Rome (IT): FAO United Nation.
Rahminiwati M, S Sa’diah, M Poeloengan. 2010. Formulasi Anti Mastitis
Berbasis Herbal: Skrining Aktivitas Anti Bakteri dan Anti Inflamasi secara
In Vitro dan In Vivo untuk Menghasilkan Satu Kandidat Prebiotik dari
Daun Kemuning, Saga, Binahong, Herba Seledri, Rimpang Kunyit, Minyak
VCO dan Minyak Buah Merah. KKP3T. Departemen Pertanian.
Sastradipraja D, Sikar SHS, Wijayakusuma R, Ungerer T, Maad A, Nasution H,
Suriawinata R, Hamzah R. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner.
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sodiq A, Zainal A. 2002. Kambing Peranakan Etawah Penghasil Susu Berkhasiat
Obat. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.

11
Smyth JD, Mc Manus. 1989. The Phisiology and Biochemistry of Cestodes.
Cambridge (GB): Cambridge Univ Pr.
Steel RGD, JH Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Terjemahan: M Syah.
Jakarta (ID): PT Gramedia.
Swenson MJ. 1984. Duke’s Physiology of Domestic Animal. Ithaca and London
(GB): Cornell University Pr.
Tizard I. 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Surabaya (ID): Airlangga Univ Pr.
Zakaria F. 2012. Pengaruh daun torbangun dan daun katuk pada ransum kambing
PE laktasi terhadap kuantitas dan kualitas susu [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.

12
Lampiran 1 Hasil analisis ragam jumlah telur cacing minggu ke-0
SK
Perlakuan
Kelompok
Galat

db
3
2
6

JK
2.162
6.663
32.681

KT
0.721
3.331
5.447

F hit
0.132
0.612

Sig
0.937
0.573

Lampiran 2 Hasil analisis ragam jumlah telur cacing minggu ke-1
SK
db
JK
KT
F hit
Perlakuan
3
5.347
1.782
1.452
Kelompok
2
0.462
0.231
0.188
Galat
6
7.368
1.228

Sig
0.319
0.833

Lampiran 3 Hasil analisis ragam jumlah telur cacing minggu ke-2
SK
db
JK
KT
F hit
Perlakuan
3
9.810
3.270
0.343
Kelompok
2
7.638
3.819
0.401
Galat
6
57.211
9.535

Sig
0.796
0.687

Lampiran 4 Hasil analisis ragam jumlah telur cacing minggu ke-3
SK
db
JK
KT
F hit
Perlakuan
3
6.306
2.102
0.290
Kelompok
2
2.089
1.045
0.144
Galat
6
43.491
7.248

Sig
0.831
0.869

Lampiran 5 Hasil analisis ragam jumlah telur cacing minggu ke-4
SK
db
JK
KT
F hit
Perlakuan
3
0.525
0.175
0.208
Kelompok
2
3.526
1.763
2.093
Galat
6
5.054
0.842

Sig
0.887
0.204

JK : jarak kuadrat; db : derajat bebas; KT : kuadrat tengah

Lampiran 6 Hasil analisis ragam konsumsi bahan kering (g ekor-1hari-1)
SK
db
JK
KT
F hit
Sig
Perlakuan
3
290043
96681
1.931
0.226
Kelompok
2
7410.5
3705.25
0.074
0.930
Galat
6
300423.5
50070.58
Lampiran 7 Hasil analisis ragam konsumsi bahan kering (g kg-1BB0.75)
SK
db
JK
KT
F hit
Perlakuan
3
787.62
262.54
1.582
Kelompok
2
752.375
376.187
2.266
Galat
6
996.017
166.003

Sig
0.289
0.185

13
Lampiran 8 Hasil analisis ragam konsumsi bahan organik (g ekor-1hari-1)
SK
db
JK
KT
F hit
Sig
Perlakuan
3
229468.663
76489.554
1.779
0.251
Kelompok
2
5470.556
2735.278
0.064
0.939
Galat
6
258044.495
43007.416
Lampiran 9 Hasil analisis ragam konsumsi bahan organik (g kg-1BB0.75)
SK
db
JK
KT
F hit
Sig
Perlakuan
3
640.226
213.409
1.464
0.316
Kelompok
2
651.047
325.524
2.233
0.188
Galat
6
874.5
145.75
Lampiran 10 Hasil analisis ragam hemoglobin
SK
db
JK
Perlakuan
3
0.768
Kelompok
2
3.412
Galat
6
1.495

KT
0.256
1.706
0.249

F hit
1.028
6.846

Sig
0.444
0.028

Lampiran 11 Hasil analisis ragam PCV
SK
db
JK
Perlakuan
3
9.872
Kelompok
2
10.770
Galat
6
17.549

KT
3.291
5.385
2.925

F hit
1.125
1.841

Sig
0.411
0.238

Lampiran 12 Hasil analisis ragam eosinophil
SK
db
JK
Perlakuan
3
7.500
Kelompok
2
15.167
Galat
6
70.000

KT
2.500
7.583
11.667

F hit
0.214
0.65

Sig
0.883
0.555

14

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 24 September
1992. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak
Pujiono dan Ibu Yaminah. Penulis menempuh pendidikan
dasar di SDN Cibuluh 2 pada tahun 1998-2004. Pendidikan
dilanjutkan di SMPN 8 Bogor pada tahun 2004-2007.
Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 6 Bogor pada
tahun 2007-2010.
Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010 dan diterima di Program
Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Penulis
merupakan penerima beasiswa BIDIKMISI periode 2010-2014. Penulis aktif di
organisasi kemahasiswaan BEM D’Oreamnos (2011-2012). Penulis pernah
mengikuti seminar internasional Asian Australasian of Dairy Goats Conference
tahun 2014 di Bogor dan International Symposium on Medical Plant and
Traditional Medicine tahun 2014 di Tawangmangu. Penulis juga pernah
mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan berhasil lolos didanai oleh
Direktorat Pendidikan Tinggi pada tahun 2012 dengan judul “Produksi Daging
Ayam Organik Rendah Kolesterol Berbasis Pakan Silase Komersial” dan tahun
2013 dengan judul “Pengaruh Antibiotik Alami Dari Daun Torbangun (Coleus
Amboinicus L) Terhadap Daya Hidup Mikroorganisme Rumen Dan Kecernaan In
Vitro.”

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi selaku pemberi beasiswa Bidik Misi dan BOPTN Biofarmaka LPPM-IPB
(2013) yang telah mendanai penelitian ini yang diketuai oleh Ibu Dr Ir Dwierra
Evvyernie, MS, MSc. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir
Dwierra Evvyernie, MS, MSc dan Ibu Dr drh Eva Harlina, MSi selaku
pembimbing skripsi, Ibu Dilla Mairestia Fassah, MSc selaku dosen pembahas
seminar dan panitia seminar pada tanggal 20 Mei 2014, Ibu Prof Dr Ir Dewi Apri
Astuti, MS dan Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi selaku dosen penguji sidang skripsi,
dan Ibu Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku panitia sidang skripsi pada tanggal 21
Agustus 2014. Penghargaan penulis sampaikan kepada karyawan peternakan
Cordero Farm, Ciapus, Bogor serta staf Laboratorium Helmintologi dan
Laboratorium Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang telah membantu
pelaksanaan kegiatan penelitian ini.
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada kedua orang tua
serta keluarga, dan rekan sepenelitian (Ibu Uray, Sindi, dan Eka), Kanipah, Cindy,
Ambar, Yanto, Hendra, Khuluk, Kak Ardi, Kak Acho, serta sahabat seperjuangan
INTP 47 atas segala dukungan dan kekuatan yang diberikan. Semoga Allah
membalas kebaikan kalian dengan pahala. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.