Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

(1)

Oleh:

SEPTAMI PUTRI HAJATI 120100328

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

SEPTAMI PUTRI HAJATI 120100328

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

(4)

ABSTRAK

Pendahuluan Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan tanaman yang memiliki berbagai macam manfaat. Salah satunya sebagai antibakteri. Perbedaan konsentrasi air perasan jeruk nipis diduga berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcu pyogenes secara in vitro.

Metode Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes secara in vitro. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dengan desain Posttest Only Control Group Design. Sampel penelitian berasal dari biakan specimen klinis yang telah diidentifikasi sebagai bakteri Streptococcus pyogenes di Laboratorium Mikrobiologi FK USU dengan empat kali pengulangan yang diambil dengan menggunakan rumus Federer. Data hasil penelitian diolah dengan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Regresi Linier.

Hasil Berdasarkan uji Kruskal-Wallis didapati nilai p sebesar 0,000 (CI 95%). Hal ini menunjukkan bahwa varians zona hambat yang terbentuk pada lima konsentrasi yang berbeda memiliki perbedaan yang bermakna. Sedangkan pada uji Regresi Liner didapatkan nilai p sebesar ,000 (CI 95%) yang membuktikan bahwa terdapat pengaruh konsentrasi dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes secara in vitro.

Diskusi Dari hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi air perasan jeruk nipis, maka daya hambat terhadap bakteri

Streptococcus pyogenes secara in vitro semakin besar. Untuk ke depannya diharapkan akan ada penelitian-penelitian lain mengenai pengaruh konsentrasi air jeruk nipis terhadap bakteri lainnya.

Kata Kunci: Air Perasan Jeruk Nipis, Streptococcus pyogenes, Konsentrasi, Daya Hambat


(5)

ABSTRACT

Introduction Lime (Citrus aurantifolia) is a plant which has many benefits. One of them is as an antibacteria. The differences of concentration of lime fruit squeeze was assumed to take impact in inhibit the growth of the bacteria Streptococcus pyogenes in vitro condition.

Methods The purpose of this research was to determine the effect of concentration of lime fruit (Citrus aurantifolia) squeeze towards the growth of the bacteria Streptococcus pyogenes in vitro condition. This research was conducted with experimental methods with Post Only Control Group Design.

relationship between the history of asthma and atopic dermatitis for the event of allergic rhinitis by the 13-14 years old school students in Pasaman regency.. The population in this research were all 13-14 years old school students in Pasaman regency. Samples were 190 students, taken by cluster sampling method. Research data was analyzed with Chi Square hypothesis test.

Results Based on the Chi Square test, the p value is 0,000 (CI 95%) for both history of asthma and atopic dermatitis. It shows that there is a relationship between the history of asthma and atopic dermatitis for the event of allergic rhinitis. The prevalence ratio for history of asthma and atopic dermatitis are 2,079 and 2,381, respectively, so it can be assumed that the history of asthma and atopic dermatitis are the risk factors for allergic rhinitis.

Discussion The conclusion of this research is there is a relationship between the history of asthma and atopic dermatitis and the event of allergic rhinitis by the 13-14 years old school students in Pasaman regency. The limitations of this research are: a limited amount of time in doing this research, some weaknesses of the design of the research and sampling method, the data collection was only based on the questionnaire, and also the competency of school students in answering the questions from the questionnaire. For the future, hoped that there will another researches about the history of asthma, atopic dermatitis and other factors as the risk factors for allergic rhinitis.

Key words: Allergic Rhinitis, Asthma, Atopic Dermatitis, Risk Factor, School Students, 13-14 years old


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala nikmat dan karunia-Nya, Karya Tulis Ilmiah berjudul Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro ini dapat diselesaikan.

Penelitian ini bisa diselesaikan akhirnya atas dukungan dari banyak pihak, kepada mereka penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya, di antaranya:

1. Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, atas izin penelitian yang telah diberikan

2. dr. Sri Amelia, M.Kes selaku Dosen Pembimbing, atas kesabaran dalam proses bimbingan dan segala ilmu pengetahuan bermanfaat yang telah diberikan

3. Prof. dr. Aznan Lelo, PhD, Sp.FK dan dr. Rosmayanti, Sp.A selaku Dosen Penguji, atas segala kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini

4. dr. Sufitni, M.Kes, Sp.PA selaku Dosen Penasihat Akademik, atas segala dukungan dan bimbingan yang diberikan selama masa perkuliahan.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, atas bimbingan dan ilmu pengetahuan bermanfaat yang diberikan selama masa perkuliahan

6. Kepala Departemen Mikrobiologi atas izin penelitian yang telah diberikan

7. Keluarga besar penulis, terutama kedua orang tua tercinta, Ayahanda Hajidin Hidayat, S.E dan Ibunda Atikawati, S.E, atas segenap kasih sayang, nasihat, motivasi, dan doa yang tak pernah putus. Terima kasih juga kepada adik-adik penulis M. Dian Arifin Haka, Tri Putri Mardinati, dan M. Hadi Marwan Haka atas canda tawa dan semangat


(7)

yang selalu diberikan, semoga kita tetap kompak dan menjadi anak-anak yang membanggakan

8. Sahabat-sahabat penulis yang selalu setia dalam persahabatan bertahun-tahun, dan saling menyemangati dengan semangat yang tinggi, termasuk dalam penulisan tugas akhir. Selamat berjuang dan sukses untuk kita semua

9. Sahabat-sahabat sejawat penulis, Laila Purnama Pasaribu, Maya Diana Sikumbang, Nahria Husna Chaniago, Maisya Najelina, Hennytia Ridha Fadhila, Nindi Intan Apriandi, Sofya Azharni, Renno Junia Hawan, Amellia Sefti Lestari, dan Dyan Riza Indah Tami yang selalu ada untuk penulis dan saling menyemangati dengan semangat yang tak pernah padam, termasuk dalam penulisan proposal penelitian ini. Selamat berjuang dan sukses untuk kita semua

10.Rekan-rekan satu Dosen Pembimbing, Sarah Pangaribuan dan Samuel Reynaldo Pasaribu atas kerja sama, semangat, dan kekompakan dalam penulisan proposal penelitian hingga laporan hasil penelitian. Selamat berjuang dan sukses untuk kita semua

11.Teman-teman sejawat FK USU angkatan 2012. Selamat berjuang untuk kita semua

12.Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung demi kelancaran penelitian ini, baik dukungan moriil maupun materiil.

Penulis yakin bahwa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan laporan hasil penelitian ini.

Medan, Desember 2015 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GRAFIK... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Jeruk Nipis... 4

2.1.1. Taksonomi... 4

2.1.2. Asal Usul... 4

2.1.3. Jeruk Nipis Indonesia... 5

2.1.4. Kandungan dan Manfaat Jeruk Nipis... 6

2.2. Streptococcus pyogenes... 7

2.2.1. Morfologi dan Identifikasi... 8

2.2.2. Struktur Antigen... 10

2.2.3. Toksin dan Enzim... 10

2.3. Penyakit Akibat Streptococcus pyogenes... 12

2.3.1 Penyakit Akibat Invasi Streptococcus pyogenes... 12

2.3.2 Penyakit Akibat Infeksi Lokal Streptococcus Pyogenes... 12

2.3.3. Penyakit Paska Infeksi Streptokokus... 13

2.4. Pengaruh Jeruk Nipis Terhadap Bakteri... 14

BAB 3. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS... 16

3.1. Kerangka Konsep... 16


(9)

3.3. Hipotesis... 17

BAB 4. METODE PENELITIAN... 18

4.1. Jenis Penelitian... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 18

4.2.1. Lokasi Penelitian... 18

4.2.2. Waktu Penelitian... 18

4.3. Sampel Penelitian... 18

4.4. Variabel Penelitian... 19

4.4.1. Variabel Bebas... 19

4.4.2. Variabel Terikat... 19

4.5. Teknik Pengumpulan Data... 19

4.5.1. Jenis Data Penelitian... 19

4.5.2. Alat dan Bahan... 19

4.5.3. Prosedur dan Teknik Penelitian... 20

4.6. Pengolahan dan Analisa Data... 22

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 23

5.1. Hasil Penelitian... 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian... 23

5.1.3. Hasil Uji Laboratorium... 23

5.1.4. Hasil Analisa Statistik... 25

5.2. Pembahasan... 27

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 30

6.1. Kesimpulan... 30

6.2. Saran... 30

DAFTAR PUSTAKA... 31 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 1. Zona Hambat Air Perasan Jeruk Nipis terhadap Pertumbuhan


(11)

DAFTAR GRAFIK

Nomor Judul Halaman Grafik 1. Zona Hambat Air Perasan Jeruk Nipis terhadap Pertumbuhan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 1. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)... 6 Gambar 2. Pohon Jeruk Nipis... 6 Gambar 3. Streptokokus yang Tersusun dalam Bentuk Rantai... 8 Gambar 4. Streptococcus pyogenes yang Dikelilingi oleh Zona

Hemolisis β... 8 Gambar 5. Kerangka Konsep Penelitian... 16 Gambar 6. Daya Hambat yang Ditandai dengan Zona Bening Disekitar Disk.. 24


(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Selesai Melakukan Penelitian Lampiran 5 Hasil Uji Statistik


(14)

ABSTRAK

Pendahuluan Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan tanaman yang memiliki berbagai macam manfaat. Salah satunya sebagai antibakteri. Perbedaan konsentrasi air perasan jeruk nipis diduga berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcu pyogenes secara in vitro.

Metode Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes secara in vitro. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dengan desain Posttest Only Control Group Design. Sampel penelitian berasal dari biakan specimen klinis yang telah diidentifikasi sebagai bakteri Streptococcus pyogenes di Laboratorium Mikrobiologi FK USU dengan empat kali pengulangan yang diambil dengan menggunakan rumus Federer. Data hasil penelitian diolah dengan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Regresi Linier.

Hasil Berdasarkan uji Kruskal-Wallis didapati nilai p sebesar 0,000 (CI 95%). Hal ini menunjukkan bahwa varians zona hambat yang terbentuk pada lima konsentrasi yang berbeda memiliki perbedaan yang bermakna. Sedangkan pada uji Regresi Liner didapatkan nilai p sebesar ,000 (CI 95%) yang membuktikan bahwa terdapat pengaruh konsentrasi dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus pyogenes secara in vitro.

Diskusi Dari hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi air perasan jeruk nipis, maka daya hambat terhadap bakteri

Streptococcus pyogenes secara in vitro semakin besar. Untuk ke depannya diharapkan akan ada penelitian-penelitian lain mengenai pengaruh konsentrasi air jeruk nipis terhadap bakteri lainnya.

Kata Kunci: Air Perasan Jeruk Nipis, Streptococcus pyogenes, Konsentrasi, Daya Hambat


(15)

ABSTRACT

Introduction Lime (Citrus aurantifolia) is a plant which has many benefits. One of them is as an antibacteria. The differences of concentration of lime fruit squeeze was assumed to take impact in inhibit the growth of the bacteria Streptococcus pyogenes in vitro condition.

Methods The purpose of this research was to determine the effect of concentration of lime fruit (Citrus aurantifolia) squeeze towards the growth of the bacteria Streptococcus pyogenes in vitro condition. This research was conducted with experimental methods with Post Only Control Group Design.

relationship between the history of asthma and atopic dermatitis for the event of allergic rhinitis by the 13-14 years old school students in Pasaman regency.. The population in this research were all 13-14 years old school students in Pasaman regency. Samples were 190 students, taken by cluster sampling method. Research data was analyzed with Chi Square hypothesis test.

Results Based on the Chi Square test, the p value is 0,000 (CI 95%) for both history of asthma and atopic dermatitis. It shows that there is a relationship between the history of asthma and atopic dermatitis for the event of allergic rhinitis. The prevalence ratio for history of asthma and atopic dermatitis are 2,079 and 2,381, respectively, so it can be assumed that the history of asthma and atopic dermatitis are the risk factors for allergic rhinitis.

Discussion The conclusion of this research is there is a relationship between the history of asthma and atopic dermatitis and the event of allergic rhinitis by the 13-14 years old school students in Pasaman regency. The limitations of this research are: a limited amount of time in doing this research, some weaknesses of the design of the research and sampling method, the data collection was only based on the questionnaire, and also the competency of school students in answering the questions from the questionnaire. For the future, hoped that there will another researches about the history of asthma, atopic dermatitis and other factors as the risk factors for allergic rhinitis.

Key words: Allergic Rhinitis, Asthma, Atopic Dermatitis, Risk Factor, School Students, 13-14 years old


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Di Indonesia, jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang juga dikenal dengan sinonim Limonia aurantifolia, Citrus javanica, Citrus notissima merupakan tanaman yang tidak sulit untuk ditemukan karena penyebarannya yang sangat luas. Penyebaran yang sangat luas ini disebabkan pohonnya dapat tumbuh hampir di semua tipe tanah. Ia dapat tumbuh di tanah yang miskin hara dan cukup toleran terhadap tanah berat (liat) asalkan drainasenya baik dan terhindar dari genangan air. Selain itu, secara ekologis jeruk nipis sangat cocok tumbuh di dataran rendah tropik dan masih dapat hidup sampai pada ketinggian 1.000 m dpl atau lebih (Sarwono, 2001).

Buah jeruk nipis memiliki berbagai manfaat. Menurut Dalimartha (2000), air buahnya digunakan sebagai penyedap makanan, bahan pembuat asam sitrat, membersihkan karat pada logam atau kulit yang kotor. Selain itu, jeruk nipis juga banyak digunakan sebagai obat-obatan melalui air perasannya. Untuk obat, menurut Hariana (2006), jeruk nipis memiliki efek farmakologis sebagai antidemam, mengurangi batuk, antiinflamasi, dan anti-bakteri. Sebagai antibakteri, air jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat kumur pada penderita sakit tenggorokan atau abses tenggorokan.

Berdasarkan CDC (2013), Streptococcus pyogenes merupakan penyebab utama dari infeksi saluran nafas bagian atas contohnya radang tenggorokan. Terdapat 1 sampai 2,6 juta kasus radang tenggorokan terjadi di USA per tahun. Bakteri ini juga merupakan penyebab utama dari necrotizing fascitis, penyakit invasif yang dapat berakibat fatal pada 25% - 35% kasus. Manusia termasuk salah satu makhluk yang paling rentan terhadap infeksi bakteri ini dan tidak ada alat tubuh atau jaringan dalam tubuhnya yang betul-betul kebal. Kuman ini juga dapat menyebabkan penyakit epidemik antara lain scarlet fever, erisipelas, radang tenggorokan, rheumatic fever, dan bermacam-macam penyakit lainnya (Warsa, 1994).


(17)

Menurut Jacobs (2005) seperti dikutip W, Mardiastuti H. et al. (2007), penisilin sebelumnya masih merupakan drug of choice dari infeksi Streptococcus pyogenes. Namun, akhir-akhir ini telah diidentifikasi galur Streptococcus pyogenes yang resisten terhadap penisilin. Berdasarkan penelitian di Taiwan pada tahun 2001 dijumpai resistensi pada bakteri ini terhadap makrolid sebesar 78%.

Akibat timbulnya resistensi dari antibiotik, maka saat ini telah banyak dilakukan pengujian efek tanaman obat sebagai antibakteri, salah satunya jeruk nipis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri daun jeruk nipis mempunyai aktivitas hambatan terhadap pertumbuhan S. aureus pada kadar 20%, 40%, dan 80% serta Escherichia coli pada kadar 40% dan 80% (Dalimartha, 2000). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011), dari rata-rata zona hambat ekstrak etanol buah jeruk nipis terhadap Streptococcus pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, Corynebacterium diphtheriae, Klebsiella

pneumoniae, Staphylococcus aureus adalah resisten sampai intermediate.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ambarwati (2012), pemberian ekstrak jeruk nipis 65% dapat menghambat pembentukan plak pada gigi. Pemberian larutan ekstrak jeruk nipis tersebut diberikan per oral pada subjek dengan rentang usia 12 – 18 tahun.

Sejauh ini belum ditemukan literatur yang melaporkan tentang aktivitas antibakteri dari air perasan jeruk nipis terhadap bakteri Streptococcus pyogenes, maka peneliti ingin menguji pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes

secara in vitro.

2.1. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes


(18)

3.1. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes

secara invitro.

4.1. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Masyarakat Umum

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai efektivitas air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam membunuh bakteri

Streptococcus pyogenes.

2. Di Bidang Akademik/ Ilmiah

Dapat memperkokoh landasan teoritis ilmu kedokteran terutama di bidang mikrobiologi, khususnya mengenai pengaruh air perasan jeruk nipis (Citrus

aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes

secara in vitro. 3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui bagaimana cara meneliti pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Jeruk Nipis 2.1.1. Taksonomi

Secara taksonomi, tanaman Citrus aurantifolia termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rutales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantifolia

Jeruk nipis memiliki beberapa nama yang berbeda, antara lain jeruk pecel (Jawa), jeruk durga (Madura), jeruk alit, kaputungan, dan lemo (Bali), mudutelong (Flores), lemo ape, lemo kapasa (Bugis), usinepese (Ambon), lemau nepis (Kalimantan), limau nipis (Malaysia), summa nao atau manao (Thailand),

acid lime (Inggris), limmece, limah (Arab), zhi qiao (Cina) (Hariana, 2006). 2.1.2. Asal Usul

Asal usul dan penyebaran geografis jeruk nipis diduga berasal dari India Utara yang berbatasan dengan Myanmar, atau di Malaysia bagian utara. Namun menurut Swingle, jeruk nipis berasal dari kepulauan di Asia Tenggara.

Jeruk nipis tiba di Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Kolumbia, Ekuador) melalui Kepulauan Pasifik. Ia dibawa bangsa Polynesia yang berlayar sampai ke pantai barat Amerika.

Semua jeruk nipis yang berkembang di Eropa dibawa orang dari India ke Persia, Palestina, Mesir, dan Eropa oleh bangsa Arab. Saatnya bersamaan dengan jeruk lemon. Hal ini diutarakan dalam pustaka bangsa Arab pada abad ke-13 (Sarwono, 2001).


(20)

2.1.3. Jeruk Nipis Indonesia

Jeruk nipis yang dibudidayakan di Indonesia tidak jelas varietasnya. Namun di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Tlekung, Malang, telah dikoleksi kultivar jeruk nipis komersial yang disebut jeruk nipis wajak. Bibit yang dikembangkan adalah bibit jeruk bebas penyakit.

Ciri-ciri karakter jeruk nipis lokal yaitu: pohonnya tumbuh sebagai pohon kecil bercabang lebat, tetapi tak beraturan. Tajuknya selalu hijau. Tinggi pohon berkisar antara 1,5 sampai 5 m. Ranting-rantinngnya berduri pendek, kaku, dan tajam. Daunnya tunggal, selang-seling, berbentuk jorong sampai bundar, dan berukuran (4-8) cm x (2-5) cm. Pada bagian pinggir daun bergerigi kecil dan tangkai daunnya bersayap sempit.

Bunga jeruk nipis berbentuk tandan pendek, berada di ketiak daun pada pucuk yang baru merekah. Banyaknya bunga per tandan sekitar 1-10 kuntum. Bunga putih terlihat sewaktu masih kuncup. Daun kelopaknya berbentuk cawan, dan bercuping sekitar 8-12 cm. Benang sarinya berjumlah antara 20 sampai 25 utas. Tangkai putiknya mudah dibedakan dengan bakal buah.

Daging buah jeruk nipis bersegmen. Segmen buahnya berdaging hijau kekuning-kuningan dan mengandung banyak sari buah yang beraroma harum. Sari buahnya asam sekali. Sari buahnya yang sangat asam berisi asam sitrat berkadar 7-8% dari berat daging buah. Ekstrak sari buahnya sekitar 41% dari bobot buah yang sudah masak.

Produktivitas jeruk nipis sangat tergantung dari umur, kondisi tanaman, keadaan iklim, kesuburan tanah, dan pemeliharaan tanaman. Di Indonesia jeruk nipis bisa berbunga dan berbuah secara serentak, dan bisa berlangsung sepanjang tahun. Untuk berkembang, buah jeruk nipis memerlukan waktu 5-6 bulan, sejak muncul bunga sampai buah siap dipanen. Buah masak pohon akan berubah warna: dari hijau menjadi kuning. Setelah mencapai tahap masak penuh, jeruk akan jatuh ke tanah.

Jeruk nipis dipasarkan dalam bentuk buah segar. Buah dipetik pada saat umurnya sudah cukup tua, saat warna kulitnya masih hijau, tetapi kondisinya menjelang proses pemasakan penuh.


(21)

Buah yang masih hijau menandakan belum masak penuh. Buah yang djual di pasar, umumnya masih berwarna hijau. Buah seperti ini cocok untuk pengiriman jarak jauh atau dipasarkan di daerah lain, sebab yang hijau itu akan berubah menjadi kuning setelah terperam selama dalam proses pengiriman. Ketika sampai di tangan konsumen, buah sudah masak penuh (Sarwono, 2001).

Gambar 1. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) (Sarwono, 2001)

Gambar 2. Pohon Jeruk Nipis (Sarwono, 2001)

2.1.4. Kandungan dan Manfaat Jeruk Nipis

Menurut hasil analisis di Thailand, per 100 gram bagian buah yang dapat dimakan, komposisinya sebagai berikut: 91 gram kandungan air, 0,5 gram protein, 2,4 gram lemak, 5,9 gram karbohidrat, 0,3 gram serat, 17 Si vitamin A, 46 mg vitamin C, dan sekitar 150 kj nilai energi (Sarwono, 2001).


(22)

Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam jeruk nipis diantaranya asam sitrat sebanyak 7-7,6%, damar lemak, mineral, minyak terbang, sitral limonen, fellandren, lemon kamfer, geranil asetat, cadinen, dan linalin asetat. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung vitamin C sebanyak 27 mg/100 g jeruk, Ca sebanyak 40 mg/100 g jeruk, dan P sebanyak 22 mg (Hariana, 2006).

Berdasarkan Daftar Komposisi Baban Makanan, yang dikeluarkan Lembaga Makanan Rakyat Departemen Kesehatan, setiap 100 gram jeruk nipis mengandung 86 gram air, 0,8 gram protein, 0,3 gram lemak, 12,3 gram karbohidrat, 40 mg kalsium, 22 gram fosfor, 0,6 mg zat besi, 0,04 mg vitamin B1, 27 mg vitamin C, dan 37 kalori energi. Bagian yang dapat dimakan sekitar 76% dari bobot keseluruhan (Sarwono, 2001).

Jeruk nipis memiliki berbagai macam manfaat. Daun jeruk dan bunga jeruk nipis dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi, batuk, lendir tenggorokan, demam, panas pada malaria, jerawat, ketombe, dan lain-lain. Air buahnya digunakan sebagai penyedap masakan, minuman penyegar, bahan pembuat asam sitrat, membersihkan karat pada logam atau kulit yang kotor. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat tradisional maupun campuran jamu (Dalimarta, 2000). Efek farmakologis yang dimiliki oleh jeruk nipis di antaranya antidemam, mengurangi batuk, antiinflamasi, dan antibakteri (Hariana, 2006). Manfaat lain yang dimiliki oleh jeruk nipis adalah sebagai antifungi. Berdasarkan penelitian Anggrahini (2014), ekstrak jeruk nipis berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans dimana semakin besar konsentrasi, maka diameter zona hambat yang terbentuk juga semakin besar.

2.2.Streptococcus pyogenes Famili : Streptococcaceae Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus pyogenes

Sebagian besar streptokokus yang mempunyai antigen grup A adalah S.

pyogenes. S. pyogenes merupakan patogen utama pada manusia yang


(23)

pascainfeksi-streptokokus. S. pyogenes secara khas menghasilkan zona-zona hemolisis β yang besar (diameter 1 cm) di sekitar koloni yang berdiameter lebih dari 0,5 mm. S. pyogenes bersifat PYR-positif (menghidrolisis I-pyrrolidonyl-2-naphthylamide) dan biasanya sensitif terhadap basitrasin (Brooks et al., 2012).

Gambar 3. Streptokokus yang Tersusun dalam Bentuk Rantai (Sturm, 2011)

Gambar 4. Streptococcus pyogenesyang Dikelilingi oleh Zona Hemolisis β

(Buxton, 2010) 2.2.1. Morfologi dan Identifikasi

1. Organisme topikal

Masing-masing kokus berbentuk bulat atau ovoid dan tersusun menyerupai rantai. Kokus membelah diri pada bidang yang tegak lurus terhadap sumbu panjang rantai. Anggota kokus yang tersusun dalam rantai sering memiliki gambaran diplokokus yang nyata dan sesekali tidak menyerupai batang. Panjang rantai sangat bervariasi dan dipengaruhi faktor lingkungan. Streptokokus bersifat


(24)

gram positif, tetapi seiring bertambahnya usia kultur dan kematian bakteri, streptokokus kehilangan sifat gram positifnya dan dapat tampak sebagai gram-negatif; untuk sebagian streptokokus, hal ini dapat terjadi setelah inkubasi selama satu malam (Brooks et al., 2012).

2. Kultur

Sebagian besar streptokokus tumbuh pada medium solid sebagai koloni doskoid, biasanya berdiameter 1 – 2 mm. S. pyogenes merupakan tipe hemolitik β. Hemolisis tipe β, membentuk zona bening di sekeliling koloninya, tidak ada sel darah merah yang masih utuh, zona tidak bertambah lebar setelah disimpan dalam peti es (Brooks et al., 2012; Warsa, 1994).

3. Karakteristik pertumbuhan

Pada perbenihan biasa, pertumbuhannya kurang subur jika kedalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH 7,4-7,6, suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 37°C, pertumbuhannya cepat berkurang pada suhu 40°C. Streptococcus hemolyticus meragi glukosa dengan membentuk asam laktat yang dapat menghambat pertumbuhannya. Tumbuhnya akan subur bila diberi glukosa berlebih dan diberikan bahan yang dapat menetralkan asam laktat yang terbentuk (Warsa, 1994).

Kebanyakan streptokokus merupakan organisme anaerob fakultatif, serta tumbuh pada kondisi aerobik dan anaerobik. Streptococcus pyogenes dan

Streptococcus faecalis bersifat anaerob fakultatif, sedangkan Peptostreptococcus

bersifat anaerob mutlak (Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003).

Streptococcus terdiri dari kokus yang berdiameter 0,5-1 µm. Dalam bentuk rantai yang khas, kokus agak memanjang pada arah sumbu rantai. Tidak membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnya saprofilik. Geraknya negatif (Warsa, 1994).

4. Variasi

Varian pada galur streptokokus yang sama dapat memperlihatkan bentuk koloni yang berbeda. Hal ini khususnya terdapat pada galur S. pyogenes yang membentuk koloni yang mengkilap ataupun buram. Koloni yang tampak buram, terdiri atas organisme yang menghasilkan banyak protein M dan biasanya bersifat


(25)

virulen. S. pyogenes pada koloni yang mengkilap cenderung menghasilkan sedikit protein M dan seringkali tidak virulen (Brooks et al., 2012).

2.2.2. Struktur Antigen 1. Protein M

Substansi ini merupakan faktor virulensi pada S. pyogenes grup A, kerjanya menghambat fagositosis. Terutama dihasilkan oleh kuman dengan koloni tipe mukoid. Pembentukannya kurang jika kuman telah mengalami penanaman berulang-ulang dan akan pulih kembali jika kuman disuntikkan pada binatang percobaan berulang kali. Protein ini dapat ditemukan dalam ekstrak Streptococcus

grup A yang dibuat dengan asam hidrokhlorida panas (Warsa, 1994). 2. Substansi T

Antigen ini tidak ada hubungannya dengan virulensi kuman. Rusak pada ekstraksi dengan asam atau dengan pemanasan. Atigen ini diperoleh dari kuman melalui pencernaan proteolitik yang dengan cepat menghancurkan protein M (Brooks et al., 2012).

3. Nukleoprotein

Ekstraksi Streptokokus dengan basa lemah, menghasilkan suatu campuran yang terdiri dari protein dan substansi P yang mungkin merupakan bagian dari badan sel kuman (Warsa, 1994).

2.2.3. Toksin dan Enzim 1. Streptokinase

Enzim ini juga disebut fibrinolisis, kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi plasmin, yaitu suatu enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein lainnya. Proses pencernaan ini dapat dihambat oleh inhibitor nonspesifik dalam serum dan oleh antibodi spesifik, antistreptokinase. Streptokinase dimiliki oleh Streptokokus grup A, G, dan C (Brooks et al., 2012). 2. Streptodornase

Streptokokus grup A juga dapat memecah DNA. Bila enzim ini belum masuk ke dalam membran plasma sel hidup, sifatnya masih inaktif. Berperan dalam depolimerisasi dari penumpukan DNA yang tertimbun pada pus yang


(26)

disebabkan oleh pecahnya PMN. Streptokinase dan streptodornase bekerja sebagai enzimatic debridement (Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003).

3. Hialuronidase

Enzim ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen penting dari bahan dasar jaringan ikat. Hialuronidase membantu dalam penyebaran kuman. Enzim yang telah dimurnikan dipergunakan dalam pengobatan, yaitu membantu dalam penyebaran dan penyerapan obat yang disuntikkan ke dalam jaringan tubuh (Warsa, 1994).

Selain itu, enzim ini bersifat antigenik dan bersifat spesifik untuk tiap sumber bakteri atau sumber jaringan. Setelah infeksi oleh organisme penghasil hialuronidase, antibodi spesifik akan ditemukan dalam serum (Brooks et al., 2012).

4. Eksotoksin pirogenik (Toksik eritogenik)

S. pyogenes menghasilkan eksotoksin A yang memiliki fage lisogenik. Eksotoksin pirogenik bekerja sebagai superantigen yang memicu sel T dengan cara berikatan dengan kompleks histokompabilitas mayor kelas II di daerah Vβ pada reseptor sel T. Sel T yang teraktivasi melepaskan sitokin yang menyebabkan syok dan cedera jaringan (Brooks et al., 2012).

5. Hemolisin

In vitro Streptokokus dapat menyebabkan terjadinya hemolisis pada sel darah merah dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi secara lengkap dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta hemolisis. Jika penghancuran sel darah merah tidak terjadi secara lengkap dengan disertai pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis. Gamma hemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukkan kuman yang nonhemolitik. Streptococcus grup A beta-haemolyticus membentuk 2 macam hemolisin, yaitu sreptolisin-O dan Strepptolisin-S. Streptolisin-O aktif dalam suasana anaerob dan melisiskan sel darah merah. Sedangkan streptolisin-S menyebabkan terbentuknya zona bening di sekeliling koloni kuman yang ditanam pada lempeng agar darah dalam suasana aerob. (Warsa, 1993).


(27)

2.3.Penyakit Akibat Streptococcus pyogenes 2.3.1 Penyakit Akibat Invasi S. pyogenes

Port d’entre sangat memengaruhi gambaran klinik. Pada setiap kasus dapat terjadi infeksi yang cepat meluas secara difus ke jaringan sekitarnya dan saluran getah bening, tetapi peradangan setempatnya sendiri hanya terjadi secara ringan. Dari saluran getah bening infeksi cepat meluas ke dalam peredaran darah, sehingga terjadi bakteremia.

1. Erisipelas

Jika port d’entre-nya kulit atau selaput lendir dapat terjadi erisipelas -suatu selulitis superfisialis dengan batas lesi yang tegas, edematous, berwarna merah terang dan sangat nyeri- disertai pembengkakan edema masif yang keras dan tepi infeksi yang cepat meluas (Warsa, 1994).

2. Selulitis

Selulitis adalah suatu infeksi akut pada kulit dan jaringan subkutan yang menyebar dengan cepat. Selulitis terjadi akibat infeksi yang berkaitan dengan luka bakar, insisi bedah, trauma ringan, ataupun luka lainnya (Brooks et al., 2012). 3. Sepsis puerpuralis

Sepsis puerpuralis terjadi pada masa puerpereum. Jalan masuk kuman streptokokus adalah uterus. Penyakit ini disertai dengan septikemia yang dimulai dari luka yang terinfeksi (endometritis) (Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003). 4. Sepsis

Sepsis terjadi karena luka bekas operasi atau karena trauma, terkena infeksi oleh kuman Streptokokus. Ada yang menyebut penyakit ini sebagai surgical scarlet fever. Bakteremia S.pyogenes juga dapat terjadi setelah infeksi kulit, misalnya selulitis, dan yang lebih jarang, faringitis. (Warsa, 1994; Brooks et al., 2012).

2.3.2 Penyakit Akibat Infeksi Lokal S. pyogenes 1. Nyeri tenggorok akibat streptokokus

Nyeri tenggorok streptokokus merupakan bentuk yang paling sering dari infeksi streptokokus hemolitik. S. pyogenes melekat ke epitel faring. Pada bayi dan anak kecil timbul sebagai nasofaringitis subakut dengan sekret serosa dan


(28)

sedikit demam; dan infeksinya cenderung untuk meluas ke telinga tengah, prosesus mastoideus dan selaput otak. Kelenjar getah bening cervical biasanya membesar. Penyakitnya dapat berlangsung berminggu-minggu. Pada anak-anak yang lebih besar dan pada orang dewasa, penyakitnya berlangsung lebih akut dengan nasofaringitis dan tonsilitis yang hebat, selaput lendir hiperemis dan membegkak dengan eksudat yang purulen. Kelenjar getah bening cervical

membesar dan nyeri, biasanya disertai demam tinggi. Dua puluh persen dari infeksi ini tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) (Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003; Brooks et al., 2012).

2. Impetigo

Pada impetigo lokalisasi nyeri sangat superfisial, dengan pembentukan

vesicopustula di bawah stratum korneum. Bagian kulit yang mengelupas diliputi oleh crusta yang berwarna kuning. Penyakit ini sangat menular pada anak-anak dan biasanya disebabkan oleh Streptokokus dan bermacam-macam Stafilokokus (Warsa, 1994).

2.3.3 Penyakit Paska Infeksi Streptokokus

Setelah suatu infeksi S. pyogenes terutama radang tenggorokan dapat disusul suatu masa laten selama 1 – 4 minggu, kemudian dapat timbul nefritis atau demam rheuma. Adanya masa laten ini menunjukkan bahwa penyakit yang timbul setelah infeksi Streptokokus bukan merupakan akibat langsung dari penyebaran bakteri, melainkan merupakan reaksi hipersensitif daripada organ yang terkena terhadap zat anti Streptokokus (Brooks et al., 2012).

Berikut ini adalah penyakit paska infeksi streptokokus: 1. Glomerulonefritis akut

Penyakit ini dapat timbul 1 – 4 minggu setelah infeksi kulit S. pyogenes.

Beberapa galur yang nyata bersifat nefritogenik, terutama dari tipe M 2, 42, 49, 56, 57, dan 60. Glomerulonefritis dapat dipicu oleh kompleks antigen-antibodi pada membran basal glomerulus (Brooks et al., 2012).

2. Demam rematik

Menurut Taranta dan Markowitz (1981) dan Stollerman (1990) dalam Leman (2009), demam rematik dapat ditemukan di seluruh dunia, dan mengenai


(29)

semua umur, tetapi 90% dari serangan pertama terdapat pada umur 5-15 tahun. Pada umur dibawah 5 tahun, jarang terjadi.

Demam rematik atau rheumatic fever merupakan gejala sisa (sequale) yang terberat dari infeksi Streptococcus hemolyticus. Timbul kerusakan pada otot dan katup jantung. Kemungkinan terjadi reaksi silang antara otot jantung dengan antibodi terhadap streptokokus (Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003).

Timbulnya demam rematik biasanya didahului oleh infeksi S. pyogenes 1 – 4 minggu sebelumnya. Infeksinya mungkin hanya ringan tanpa memberikan gejala. Namun, pada umumnya, pasien dengan nyeri tenggorok streptokokus yang berat memiliki resiko lebih besar untuk berkembang menjadi demam rematik (Brooks et al., 2012).

2.4.Pengaruh Jeruk Nipis Terhadap Bakteri

Minyak atsiri dan flavonoid merupakan kandungan pada jeruk nipis yang memiliki efek hambatan terhadap pertumbuhan bakteri. Daya antibakteri minyak atsiri jeruk nipis yang berasal dari senyawa fenol dan turunannya dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Salah satu senyawa turunan itu adalah klavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan fenol. Fenol merupakan senyawa toksik, mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen. Hal ini menyebabkan bakteri terdenaturasi. Fenol dan beberapa senyawa fenolik mempunyai kegunaan sebagai antiseptik, desinfektan, atau bahan pengawet (Brooks et al., 2005).

Senyawa flavonoid bersifat antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiseptik, dan antiinflamasi. Sifat antibakteri flavonoid secara umum disebabkan senyawa ini mempunyai kemampuan mengikat protein ekstraseluler dan protein integral yang bergabung dinding sel bakteri (Murphy, 1999). Akibat mekanisme tersebut, permeabilitas dinding sel pecah karena tidak mampu menahan tekanan sitoplasma (Lasmayanty, 2007). Kandungan flavonoid dapat menekan sitokin, yakni penyebab peradangan dalam saluran pencernaan serta bertindak sebagai antioksidan dan antikarsinogenik dalam lambung (Utami dan Puspaningtyas, 2013).


(30)

Menurut Poedjiadi (1994) dalam Ambarwati (2012), selain mengandung minyak atsiri dan flavonoid, jeruk nipis juga mempunyai kandungan asam sebesar 7-7,6%. Asam dapat mendenaturasi protein sel bakteri dengan cara mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik. Denaturasi ditandai dengan adanya kekeruhan yang meningkat dan timbulnya gumpalan.

Pengaruh jeruk nipis sebagai antibakteri telah dibuktikan oleh banyak penelitian, terutama terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri daun jeruk nipis mempunyai aktivitas hambatan terhadap pertumbuhan S. aureus pada kadar 20%, 40%, dan 80% serta

Escherichia coli pada kadar 40% dan 80% (Dalimartha, 2000). Penelitian terhadap S. aureus juga dilakukan oleh Pradani (2012) dan Razak dkk. (2013). Pada penelitian Pradani (2012), terbentuk zona hambat dimulai pada konsentrasi 6,25% hingga konsentrasi 100%. Pada penelitian Razak dkk. (2013), air perasan jeruk nipis memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100% dan terdapat pengaruh lama kontak terhadap pertumbuhan bakteri. Pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi air perasan jeruk nipis, maka daya hambatnya semakin baik.

Selain Staphylococcus aureus, air perasan jeruk nipis juga berpengaruh terhadap bakteri-bakteri lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011), dari rata-rata zona hambat ekstrak etanol buah jeruk nipis terhadap

Streptococcus pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, Corynebacterium

diphtheriae, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus adalah resisten sampai intermediate. Pemberian ekstrak jeruk nipis pada S. dysenteriae yang diteliti oleh Mukhitasari (2012) menunjukkan zona hambat pertumbuhan S. dysenteriae mulai terbentuk pada konsentrasi 6,25% hingga 100%. Hal ini menunjukkan bahwa perasan jeruk nipis mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

S. dysenteriae. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ambarwati (2010), pemberian ekstrak jeruk nipis 65% dapat menghambat pembentukan plak pada gigi. Pemberian larutan ekstrak jeruk nipis diberikan per oral pada subjek dengan rentang usia 12 – 18 tahun.


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 5. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Konsentrasi air perasan jeruk nipis

a. Definisi operasional: Konsentrasi air perasan jeruk nipis merupakan perbandingan massa atau volume air perasan jeruk nipis terhadap massa atau volume larutan atau pelarut.

b. Kategori : 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, dan 100% c. Skala pengukuran: Ordinal

2. Pertumbuhan Streptococcus pyogenes

a. Definisi operasional: Pertumbuhan Streptococcus pyogenes dilihat

dengan menghitung zona hambat. Zona hambat adalah zona atau daerah jernih yang terbentuk disekitar cakram antimikroba yang tidak ditumbuhi oleh koloni bakteri (daerah bebas koloni).

b. Alat ukur: Jangka sorong c. Cara ukur: Difusi cakram

Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus

Aurantifolia)

Pertumbuhan

Streptococcus Pyogenes


(32)

d. Kategori:

- Ada, jika terdapat zona hambat dan dibandingkan dengan levofloxacin dan sesuaikan dengan tabel CLSI M100-S22 yang memuat zona hambat Streptococcus pyogenes terhadap levofloxacin. - Tidak ada, jika tidak terdapat zona hambat.

e. Skala pengukuran: Nominal

3.3. Hipotesis

Semakin tinggi konsentrasi air perasan jeruk nipis maka daya hambatnya terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes semakin baik.


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan

Posttest Only Control Group Design dengan alasan untuk mengetahui pengaruh lama kontak dan konsentrasi air perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan

Streptococcus pyogenes. Dalam rancangan ini perlakuan atau intervensi telah dilakukan, kemudian dilakukan pengukuran (observasi) atau posttest (Notoatmodjo, 2010).

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan September 2015 sampai dengan bulan November 2015.

4.3.Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah biakan spesimen-spesimen yang telah diidentifikasi sebagai bakteri Streptococcus pyogenes yang diambil dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Federer, yaitu:

Keterangan:

t = banyak perlakuan r = jumlah replikasi

Dalam penelitian ini dilakukan 7 perlakuan (kelompok), yaitu pemberian air perasan jeruk nipis konsentrasi 6,25%; 12,5%; 25%; 50%; dan 100% dan perlakuan terhadap kontrol, yaitu kontrol negatif berupa aquades steril dan kontrol


(34)

positif berupa suspensi levofloxacin. Perlakuan terhadap kontrol hanya dilakukan 1 kali. Berdasarkan rumus tersebut, didapatkan:

(7 – 1) (r – 1) 6 (r – 1)

6 r – 6 r 3,5

Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 3,5 sampel bakteri Streptococcus pyogenes. Jika dibulatkan maka jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 4 sampel bakteri Streptococcus pyogenes.

4.4.Variabel Penelitian 4.4.1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 6,25%; 12,5%; 25%; 50%; dan 100%.

4.4.2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah diameter zona hambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes pada media Mueller Hinton di sekitar cakram setelah kontak selama 24 jam (inkubasi) dengan air perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 6,25%; 12,5%; 25%; 50%; dan 100%.

4.5.Teknik Pengumpulan Data 4.5.1. Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diambil selama pengujian daya hambat air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap S. pyogenes di Laboratorium Mikrobiologi FK USU.

4.5.2. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

- Ose - Kapas lidi


(35)

- Inkubator - Pisau

- Hot air oven - Pelubang kertas steril

- Tabung reaksi - Pinset

- Jangka sorong - Spidol

- Rak tabung reaksi - Kertas saring

- Cawan petri - Mikropipet

- Labu Erlenmeyer - Biological Safety Cabinet (BSC) - Botol steril tertutup

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: - Mueller Hinton Agar (MHA)

- Air Perasan Jeruk nipis (Citrus Aurantifolia) - Biakan bakteri Streptococcus pyogenes

- Aquabides

- Levofloxacin disc

4.5.3. Prosedur dan Teknik Penelitian 1. Persiapan bakteri

Koloni bakteri Streptococcus pyogenes diperoleh dari hasil biakan spesimen-spesimen yang telah diidentifikasikan dengan metode standar di Laboratorium Mikrobiologi FK USU.

2. Pembuatan perasan jeruk nipis

Jeruk nipis yang segar di cuci dengan menggunakan air yang bersih. Kemudian, jeruk nipis dipotong dengan menggunakan pisau yang steril, diperas dan disaring airnya menggunakan kain steril ke dalam labu Erlenmeyer steril, lalu ditutup dengan aluminium foil steril dan disimpan pada suhu 4ºC sampai saat digunakan. Kemudian, blank disc direndam pada setiap konsentrasi yang telah ditentukan selama 10-15 menit (Taiwo et al., 2007). 3. Pembuatan konsentrasi air jeruk nipis

Menurut Suswanti dan Nurfida (2009) dalam Pradani (2012), cara pembuatan perasan jeruk nipis dengan konsentrasi 100% didapatkan dari perasan


(36)

jeruk nipis sebanyak 4 ml tanpa menambahkan bahan apapun yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi I. Kemudian dilakukan pengenceran bertingkat dengan kelipatan setengahnya sampai didapatkan larutan konsentrasi 6,25% dan divortex selama 60 detik. Dari larutan konsentrasi 100% diambil sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi II yang sudah diisi dengan 1 ml aquades steril kemudian divortex selama 60 detik sehingga didapatkan konsentrasi 50%. Dari larutan konsentrasi 50 % diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi III yang sudah diisi dengan 1 ml aquades steril kemudian divortex selama 60 detik sehingga didapatkan konsentrasi 25%. Dari larutan konsentrasi 25% diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi IV yang sudah diisi dengan 1 ml aquades steril kemudian divortex selama 60 detik sehingga didapatkan konsentrasi 12,5%. Dari larutan konsentrasi 12,5% diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi V yang sudah diisi dengan 1 ml aquades steril kemudian divortex selama 60 detik sehingga didapatkan konsentrasi 6,25%. Beri label pada tabung untuk setiap kali pengenceran sesuai dengan konsentrasinya.

4. Uji kepekaan dengan cara difusi

- Siapkan lempeng agar dalam cawan petri yang mengandung koloni bakteri yang telah diidentifikasikan sebagai Streptococcus pyogenes.

- Ambil koloni bakteri yang akan diuji kepekaannya dan dimasukkan ke medium cair dalam tabung reaksi, eramkan 2-5 jam pada suhu 36-37ºC.

- Buat suspensi bakteri dengan kekeruhan sesuai dengan Nephelometer Mcfarland 0,5

- Celupkan swab kapas steril ke dalam suspensi yang terdapat dalam tabung reaksi.

- Dengan gerakan menekan dan memutar kapas lidi steril tersebut pada dinding tabung.

- Kemudian swab tersebut diusapkan pada permukaan lempeng agar Mueller Hinton dan sebarkan secara merata pada permukaan agar tersebut. Diamkan selama 3-5 menit sampai mengering.

- Letakkan cakram yang telah diberi air perasan jeruk nipis pada permukaan agar dengan bantuan pinset steril.


(37)

- Inkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.

- Periksa Zona Hambat di sekitar cakram antimikroba dan kertas cakram jeruk nipis tersebut yang tidak ditumbuhi oleh koloni bakteri dan diukur diameternya dengan jangka sorong (caliper) atau penggaris dan disesuaikan pembacaannya berpedoman pada tabel CLSI M100-S22 untuk

Streptococcus pyogenes (Kumala, 2006).

4.6.Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah di kumpulkan dari setiap pengukuran disajikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah pengolahan dan pembahasan. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis regeresi linier. Sebelumnya dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas Levene.

Kemudian dilakukan uji Post Hoc multiple comparisons dengan metode Mann-Whitney untuk melihat ada perbedaan atau tidak pada masing-masing perlakuan terhadap perlakuan yang lain maupun terhadap kontrol yang ada.


(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

Proses pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 – 22 Oktober 2015 di Laboratorium Mikrobiologi FK USU. Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 4 sampel bakteri Streptococcus pyogenes.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Lokasinya berada di Jalan Universitas No. 1, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan, Sumatera Utara. 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah biakan spesimen yang telah diidentifikasi sebagai bakteri Streptococcus pyogenes yang diambil dari Laboratorium Mikrobiologi FK USU. Sampel penelitian dibagi menjadi 7 kelompok. Pada tiap kelompok dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali sehingga jumlah total sampel yaitu 28 sampel Streptococcus pyogenes. Setiap pengulangan memerlukan 1 buah media Mueller Hinton. Dengan demikian, media Mueller Hinton yang dibutuhkan berjumlah 4 buah.

5.1.3. Hasil Uji Laboratorium

Sifat antibakteri pada air perasan jeruk nipis dapat dilihat dengan adanya zona hambat di sekitar area disk yang telah berisi air perasan jeruk nipis dalam berbagai konsentrasi pada media Mueller Hinton yang telah ditumbuhi bakteri

Streptococcus pyogenes. Pengukuran zona hambat dilakukan dengan

menggunakan jangka sorong.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap aktivitas antibakteri air perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes, didapatkan zona hambat seperti yang ada pada gambar 6 dan tabel 1.


(39)

Gambar 6. Daya hambat yang ditandai dengan zona bening di sekitar disk Keterangan:

1. Kontrol positif (levofloxacin) 2. Kontrol negatif (aquabides)

3. Air perasan jeruk nipis konsentrasi 6,25% 4. Air perasan jeruk nipis konsentrasi 12,5% 5. Air perasan jeruk nipis konsentrasi 25% 6. Air perasan jeruk nipis konsentrasi 50% 7. Air perasan jeruk nipis konsentrasi 100%

Tabel 1. Zona hambat air perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan S. pyogenes

Diameter Zona Hambat (mm)

Replikasi K (-) 6,25% 12,5% 25% 50% 100% K (+)

I 0 0 9 11 13 15 35

II 0 0 9 11 13 15 35

III 0 0 9 11 13 15 35

IV 0 0 10 12 14 16 36

Rata-rata 0 0 9,25 11,25 13,25 15,25 35,25 Keterangan:

K (-) : aquabides K (+) : levofloxacin


(40)

Grafik 1. Zona hambat air perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan S. pyogenes

Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, diketahui bahwa rata-rata diameter zona hambat air jeruk nipis terhadap pertumbuhan bakteri S. pyogenes pada konsentrasi 6,25% adalah 0 mm, konsentrasi 12,5% adalah 9,25 mm, konsentrasi 25% adalah 11,25 mm, konsentrasi 50% adalah 13,25 mm, dan konsentrasi 100% adalah 15,25 mm. Sedangkan pada kelompok kontrol yang diberi levofloxacin, rata – rata diameter zona hambat yang terbentuk adalah 35,25 mm.

Zona hambat yang terbentuk berdasarkan tabel tersebut dimulai dari konsentrasi 12,5% hingga konsentrasi 100%. Sedangkan pada konsentrasi 6,25% tidak terbentuk zona hambat. Semakin meningkat konsentrasi, maka diameter zona hambat yang terbentuk semakin luas.

5.1.4. Hasil Analisa Statistik

Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dalam menghambat pertumbuhan

Streptococcus pyogenes secara iv vitro, maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji anova satu arah. Uji anova dilakukan untuk membandingkan data lebih dari 2 kelompok. Uji anova termasuk ke dalam statistik parametrik. Dengan demikian, syarat yang diperlukan untuk menggunakan uji anova adalah data berdistribusi normal dan varians data homogen (Wahyuni,2007). 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Kontrol (-)

6,25% 12,50% 25% 50% 100% Kontrol (+) Dia mete r z ona ha mbat ( mm )

Konsentrasi air perasan jeruk nipis

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Replikasi 4


(41)

Uji normalitas data yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Kriteria sebuah data berdistribusi normal adalah apabila didapatkan nilai p (signifikansi) > α . Berdasarkan uji tersebut, didapatkan nilai p = 0,007 dari data keseluruhan. Dengan nilai p (signifikansi) < α dimana α = 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data pada penelitian ini tidak berdistribusi normal.

Selanjutnya, analisis data dilanjutkan dengan uji homogenitas Levene. Uji ini dilakukan untuk mengetahui data tersebut memiliki varians data yang homogen atau tidak. Hasil uji didapatkan nilai p (signifikansi) sebesar 0,000. Dengan nilai p < 0,05 berarti varians data tidak homogen. Hal ini menunjukkan bahwa analisis data menggunakan anova satu arah tidak dapat dilakukan karena data tidak berdistribusi normal dan varians data tidak homogen.

Uji alternatif yang dapat digunakan yaitu uji non parametrik dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Metode ini penerapannya analog dengan uji parametrik anova (Wahyuni, 2007). Dari perhitungan Uji Kruskal-Wallis,

didapatkan nilai p (signifikansi) sebesar 0,000. Dengan nilai p < 0,05 maka varians zona hambat yang terbentuk pada lima konsentrasi yang berbeda memiliki perbedaan bermakna. Dengan nilai tersebut, maka dilakukan uji selanjutnya, yaitu

uji Post Hoc multiple comparisons dengan metode Mann-Whitney. Uji ini

dilakukan untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan dan tidak. Prinsipnya adalah membandingkan media peringkat dari sampel I dan sampel II. Bila nilai p (signifikansi) < 0,05 maka data tersebut memiliki perbedaan yang bermakna. Namun, ketika nilai p > 0,05 maka data tersebut tidak memiliki perbedaan yang bermakna.

Selanjutnya, untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes,

dilakukan uji regresi linier. Dengan uji regresi linier, dapat dilihat bagaimana nilai suatu variabel bebas berhubungan dengan variabel terikat (Wahyuni, 2007). Dari hasil uji regersi linier nilai signifikan yang didapatkan sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikan kurang dari 0,05, maka nilai tersebut signifikan. Signifikan berarti


(42)

terdapat pengaruh antara varabel bebas (air perasan jeruk nipis) terhadap variabel terikat (diameter zona hambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes).

5.2.Pembahasan

Air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) diuji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Streptococcus pyogenes secara in vitro. Pengujian dilakukan dengan metode difusi disk (cakram). Metode difusi digunakan karena metode ini merupakan metode mempunyai keuntungan ekonomis dan sederhana (mudah dibuat). Prosedur yang paling sering digunakan dan dianjurkan oleh WHO (World Health Organization) dan NCCLS (Nation Committee for Clinical Laboratory Standards) adalah metode difusi cakram modifikasi Kirby Bauer (Depkes RI, 1999).

Setelah dilakukan penelitian, terdapat hasil pembentukan zona hambat disekitar disk yang telah berisi air perasan jeruk nipis. Zona hambat kemudian diukur dengan menggunakan jangka sorong. Hasil yang didapatkan adalah ditemukannya zona hambat disekitar disk pada konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, dan 100%. Kontrol negatif dengan aquabides tidak ditemukan zona hambat sedangkan kontrol positif dengan levofloxacin didapatkan rata-rata diameter zona hambat 35,25 mm.

Pada hasil uji Kruskal-Wallis didapatkan hasil berupa terdapat perbedaan efek antibakteri air perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes. Selain itu, dilakukan perbandingan antara lima kelompok konsentrasi air perasan jeruk nipis dengan kontrol positif dan kontrol negatif dengan uji Post Hoc Multiple Comparisons dengan metode Mann Whitney. Hasilnya didapatkan pada lima kelompok konsentrasi terdapat perbedaan daya hambat yang signifikan apabila dibandingkan dengan kontrol positif maupun kontrol negatif. Hal ini membuktikan bahwa air perasan jeruk nipis memiliki daya antibakteri terhadap

Streptococcus pyogenes.

Hasil penelitian ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa salah satu efek farmakologis yang dimiliki oleh jeruk nipis yaitu sebagai antibakteri (Hariana, 2006). Menurut Dalimarta (2000), daun jeruk dan bunga


(43)

jeruk nipis dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi, batuk, lendir tenggorokan, demam, panas pada malaria, jerawat, ketombe, dan lain – lain.

Daya antibakteri pada perasan jeruk nipis telah terbukti pada berbagai penelitian. Dari penelitian yang dilakukan oleh Mukhitasari (2012), air perasan jeruk nipis dapat menghambat pertumbuhan S. dysentriae. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Taiwo dkk. (2007), air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli, Klebsiella sp., Proteus sp., Pseudomonas sp. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Razak dkk. (2013), air perasan jeruk nipis memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan

Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25% sampai dengan konsentrasi 100%.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1, zona hambat yang terbentuk dimulai pada konsentrasi 12,5% sampai dengan 100%. Rata-rata diameter yang terbentuk pada konsentrasi 12,5% adalah 9,25 mm. Pada konsentrasi yang lebih besar, yaitu 25% rata-rata diameter yang terbentuk semakin besar, yatu 11,25 mm. Peningkatan besar rata-rata diameter zona hambat terjadi sampai konsentrasi 100%. Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi air perasan jeruk nipis maka semakin besar pula diameter zona hambat yang dihasilkan. Hal ini juga didukung dengan hasil analisis regresi linier yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara variabel bebas (konsentrasi air perasan jeruk nipis) terhadap variabel terikat (diameter zona hambat pertumbuhan

Streptococcus pyogenes) berupa terbentuknya zona hambat di sekitar disk.

Pengaruh konsentrasi dalam menghambat pertumbuhan bakteri telah dibuktikan oleh berbagai penelitian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pradani (2012), air perasan jeruk nipis mempunyai potensi aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Pada penelitian ini pembentukan zona hambat pada Staphylococcus aureus mulai terbentuk pada konsentrasi 6,25% sampai 100%. Rata-rata zona hambat pada konsentrasi 6,25% adalah 0,88 cm, sedangkan pada konsentrasi 100% zona hambat yang terbentuk semakin luas, yaitu 1,89 cm. Dengan demikian, pada penelitian Pradani (2012) dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi air perasan jeruk nipis maka


(44)

semakin besar daya antibakterinya dan semakin besar pula diameter zona hambatnya.

Pada penelitian ini, digunakan kontrol positif dan kontrol negatif. Fungsi kontrol positif adalah sebagai pembanding apakah zat uji (air perasan jeruk nipis) sudah tepat dan dapat menghasilkan perubahan positif pada variabel terkontrol (diameter zona hambat). Dari kelompok kontrol negatif (aquabides) dapat dihasilkan suatu baseline sehingga perubahan pada variabel tergantung dapat terlihat. Dengan adanya kelompok kontrol, maka efek bias pada pembacaan hasil akan semakin minimal.

Secara in vitro, diameter zona hambat yang terbentuk setelah pemberian air perasan jeruk nipis lebih kecil bila dibandingkan dengan kontrol positif (levofloxacin). Hal ini dapat diakibatkan oleh jumlah kandungan bahan anti bakteri dari perasan jeruk nipis tidak sebanding dengan jumlah kandungan bahan antibakteri pada levofloxacin. Selain itu, hambatan oleh mekanisme resistensi

Streptococcus pyogenes terhadap zat anti bakteri juga berpengaruh pada diameter zona hambat yang tebentuk pada pemberian air perasan jeruk nipis.


(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan yaitu air perasan jeruk nipis memiliki daya antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes secara in vitro. Semakin tinggi konsentrasi air perasan jeruk nipis maka daya antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes semakin baik.

6.2. Saran

Setelah dilakukan penelitian, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti uji in vivo dan uji lainnya agar air perasan jeruk nipis dapat diketahui pengaruhnya dari berbagai aspek pengujian.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh air perasan jeruk nipis tidak hanya terhadap bakteri lainnya tetapi juga jamur dan parasit.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Fitrosana Enda. 2012. Pengaruh Pemberian Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Pembentukan Plak Gigi. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang. Available from:

<http://eprints.undip.ac.id/37540/1/FITAROSONA_G2A007079_LAP.KTI. ppdf>. [17 April 2015].

Anggrahini, Shinta Putri. 2014. Pengaruh Konsentrasi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Antifungi terhadap Pertumbuhan Candida albicans

Secara In Vitro. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jawa Tengah. Available from: <eprints.ums.ac.id/31192/>. [26 Mei 2015].

Brooks, G.F., Janet, S. B., & Stephen, A. M. 2007. Jawetz, Melnick, &

Adelberg’s Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25, trans. Nugroho, Aryandhito Widhi, et al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. p: 204-210.

Buxton, Rebecca. 2010. Blood Agar Plates and Hemolysis: Streptococcus and

Other Catalase Negative Gram-Positive Cocci. ASM Microbe Library.

Available from:

<http://www.microbelibrary.org/component/resource/laboratory-test/2881- blood-agar-plates-and-hemolysis-streptococcus-and-other-catalase-negative-gram-positive-cocci>. [25 Mei 2015].

Clinical Laboratory Standards Institute. 2012. Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing: Twenty-Second Informational

Supplement. CLSI document M100-S22.

Cowan, Marjorie Murphy. 1999. Plant Products as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology Reviews, vol. 12, no. 4, pp. 564-582. Available from:

<www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10515903>. [25 Mei 2015]. Dep Kes RI. 1999. Good Laboratory Practices. Dep Kes RI. Jakarta.

Dorland, W. N. 2011. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta: EGC. p: 248. Hariana, Arief. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Niaga Swadaya.

p: 149.

Lasmayanty, M. 2007. Potensi Antibakteri Propolis Lebah Madu Trigona spp. terhadap Bakteri Kariogenik (Streptococcus mutans. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Available from: <http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/33159/G07mla.pdf ?sequence=11>. [25 Mei 2015].


(47)

Leman, Saharman. 2009. Demam Reumatik dan Penyakit Jantung Reumatik. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Interna Publishing. p: 1662.

Mardiastuti, H.W., et al. Emerging Resistance Pathogen: Situasi Terkini di Asia, Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, vol. 57, no. 3, pp. 75-79. Available from:

<indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/490/491> [29 April 2015].

Mukhitasari, Dyna Ayu. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) terhadap Pertumbuhan Shigella dysenteriae Secara In Vitro. Fakultas Kedokteran. Universitas Jember. Jawa Barat. Available from:

<http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/3001/Dyna%20% Ayu%20Mukhtisari.pdf?sequence=1>. [24 Mei 2015].

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. p: 56-57.

Pradani, Ninditha Retno. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) terhadap Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Fakultas Kedokteran. Universitas Jember. Jawa Barat. Available from:

<http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/3115/Ninditha%2 0Retno%20Pradani.pdf?sequence=1> [22 Mei 2015].

Putra, Yoseph Arif. 2011. Aktivitas Antimikroba Air Perasan dan Ekstrak Etanol Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) In Vitro. Fakultas Kedokteran. Universitas Kristen Maranatha. Jawa Barat. Available from:

<http://repository.maranatha.edu/2474/1/0810122_Abstract_TOC.pdf> [18 April 2015].

Razak, Abdul, Aziz Djamal, & Gusti Revilla. 2013. Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Kesehatan Andalas, vol. 5, no. 1, pp. 5-8. Available from: <http://jurnal.fk.unand.ac.id>. [27 Maret 2015].

Sarwono, B. 2001. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Jakarta: Agromedia Pustaka. p: 1-12.

Setiawan, Dalimartha. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II. Jakarta: Trubus Agriwidya. p: 85-88.


(48)

Sturm, Tasha. 2011. Streptococcus pyogenes, a Gram-Positive Coccus. ASM Microbe Library. Available from: <http://www.microbelibrary.org/library/2- associated-figure-resource/3486-streptococcus-pyogenes-a-gram-positive-coccus>. [25 Mei 2015].

Taiwo, S.S., Oyenkanmi, B.A., Adesiji, Y.O., Opaleye, O.O., & Adeyeba, O.A. 2007. In vitro Antimicrobial Activity of Crude Extracts of Citrus

aurantifolia Linn and Tithonia diversifolia Poaceae on Clinical Bacterial Isolates. International Journal of Tropical Medicine, vol. 2, no. 4, pp: 113-117. Available from:

<www.medwelljournals.com/abstract/?doi=ijtmed.2007.113.117>. [25 Mei 2015].

Tim Mikrobiologi FK Unibraw. 2003. Bakteriologi Medik. Jawa Timur: Bayumedia Publishing. p: 145-148.

Utami, P., & Puspaningtyas, D. E. 2013. The Miracle of Herbs. Jakarta: Agromedia Pustaka. p: 171.

Wahyuni, A. S., 2007. Uji Beda Mean. Dalam: Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication. p: 74-75.

Warsa, Usman Chatib. 1994. Kokus Positif Gram. In: Staff Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta Barat: Binarupa Aksara. p: 112-120.

Widyasari, Kumala. 2006. Diagnosis Laboratorium Mikrobiologi Klinik. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. p: 57-59.


(49)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Septami Putri Hajati Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat / Tanggal Lahir : Palembang / 8 September 1994 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jalan Universitas no. 48, Medan Email : septamip@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar IBA Palembang (2000-2006)

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Palembang (2006-2009) 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 17 Palembang (2009-2012) 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-sekarang) Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Kemuslimahan FULDFK Wilayah 1 tahun 2013-2014 2. Anggota Divisi NAPZA SCORA FK USU tahun 2013-2014

3. Anggota Divisi Kenaziran Panitia Hari Besar Islam (PHBI) FK USU tahun 2013-2014

4. Anggota Divisi Kenaziran Badan Kenaziran Masjid (BKM) Ar Rahmah FK USU tahun 2014-2015


(50)

(51)

(52)

(53)

HASIL UJI STATISTIK

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Uji Homogenitas Levene

Test of Homogeneity of Variances Diameter

Levene Statistic

df1 df2 Sig.

8,888 6 21 ,000

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Diameter

N 28

Normal Parametersa,b

Mean 1,5893

Std. Deviation

2,32846

Most Extreme Differences

Absolute ,320 Positive ,320 Negative -,247

Kolmogorov-Smirnov Z 1,691

Asymp. Sig. (2-tailed) ,007 a. Test distribution is Normal.


(54)

Uji Kruskal – Wallis

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank

Diameter

K (-) 4 4,50

6,25& 4 4,50

12,5% 4 10,50

25% 4 17,50

50% 4 17,50

100% 4 21,50

K (+) 4 25,50

Total 28

Test Statisticsa,b Diameter Chi-Square 24,581

Df 6

Asymp. Sig. ,000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Konsentrasi

Uji Post Hoc Multiple Comparisons dengan metode Mann-Whitney

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

K (-) 4 4,50 18,00

6,25% 4 4,50 18,00


(55)

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U 8,000

Wilcoxon W 18,000

Z ,000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties.

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

K (-) 4 2,50 10,00

12,5% 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,530

Asymp. Sig. (2-tailed) ,011 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi


(56)

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

K (-) 4 2,50 10,00

25% 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,530

Asymp. Sig. (2-tailed) ,011 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties.

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

K (-) 4 2,50 10,00

50% 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,530

Asymp. Sig. (2-tailed) ,011 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi


(57)

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

K (-) 4 2,50 10,00

100% 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,530

Asymp. Sig. (2-tailed) ,011 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties.

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

K (-) 4 2,50 10,00

K (+) 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,530

Asymp. Sig. (2-tailed) ,011 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi


(58)

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

6,25% 4 2,50 10,00

12,5% 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,530

Asymp. Sig. (2-tailed) ,011 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties.

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

6,25% 4 2,50 10,00

25% 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,530

Asymp. Sig. (2-tailed) ,011 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi


(59)

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

6,25% 4 2,50 10,00

50% 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,530

Asymp. Sig. (2-tailed) ,011 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties.

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

6,25% 4 2,50 10,00

100% 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,530

Asymp. Sig. (2-tailed) ,011 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi


(60)

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

6,25% 4 2,50 10,00

K (+) 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,530

Asymp. Sig. (2-tailed) ,011 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties. Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

12,5% 4 2,50 10,00

25% 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,428

Asymp. Sig. (2-tailed) ,015 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi


(61)

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

12,5% 4 2,50 10,00

50% 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,428

Asymp. Sig. (2-tailed) ,015 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties. Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

12,5% 4 2,50 10,00

100% 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,428

Asymp. Sig. (2-tailed) ,015 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi


(62)

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

12,5% 4 2,50 10,00

K (+) 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,428

Asymp. Sig. (2-tailed) ,015 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties. Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

25% 4 3,50 14,00

50% 4 5,50 22,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U 4,000

Wilcoxon W 14,000

Z -1,214

Asymp. Sig. (2-tailed) ,225 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,343b a. Grouping Variable: Konsentrasi


(63)

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

25% 4 3,50 14,00

100% 4 5,50 22,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U 4,000

Wilcoxon W 14,000

Z -1,214

Asymp. Sig. (2-tailed) ,225 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,343b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties. Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

25% 4 3,50 14,00

K (+) 4 5,50 22,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U 4,000

Wilcoxon W 14,000

Z -1,214

Asymp. Sig. (2-tailed) ,225 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,343b a. Grouping Variable: Konsentrasi


(1)

LAMPIRAN

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

12,5% 4 2,50 10,00

K (+) 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,428

Asymp. Sig. (2-tailed) ,015 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties.

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

25% 4 3,50 14,00

50% 4 5,50 22,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U 4,000

Wilcoxon W 14,000

Z -1,214

Asymp. Sig. (2-tailed) ,225 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,343b a. Grouping Variable: Konsentrasi


(2)

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

25% 4 3,50 14,00

100% 4 5,50 22,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U 4,000

Wilcoxon W 14,000

Z -1,214

Asymp. Sig. (2-tailed) ,225 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,343b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties.

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

25% 4 3,50 14,00

K (+) 4 5,50 22,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U 4,000

Wilcoxon W 14,000

Z -1,214

Asymp. Sig. (2-tailed) ,225 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,343b a. Grouping Variable: Konsentrasi


(3)

LAMPIRAN

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

50% 4 2,50 10,00

100% 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,428

Asymp. Sig. (2-tailed) ,015 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties.

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

50% 4 2,50 10,00

K (+) 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,428

Asymp. Sig. (2-tailed) ,015 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi


(4)

Npar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Konsentrasi N Mean Rank Sum of Ranks Diameter

100% 4 2,50 10,00

K (+) 4 6,50 26,00

Total 8

Test Statisticsa

Diameter

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 10,000

Z -2,428

Asymp. Sig. (2-tailed) ,015 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,029b a. Grouping Variable: Konsentrasi

b. Not corrected for ties. Uji Regresi Linier

Variables Entered/Removeda

Mode l

Variables Entered

Variables Removed

Method

1 Kob . Enter

a. Dependent Variable: diameter b. All requested variables entered.

Model Summary

Mode l

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,919a ,845 ,837 ,22014


(5)

LAMPIRAN

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 4,760 1 4,760 98,213 ,000b

Residual ,872 18 ,048

Total 5,632 19

a. Dependent Variable: diameter b. Predictors: (Constant), Ko

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -,620 ,169 -3,674 ,002

Ko 1,145 ,116 ,919 9,910 ,000


(6)

DOKUMENTASI

Gambar 1. Zona hambat pada replikasi I

Gambar 1. Zona hambat pada replikasi II

Gambar 1. Zona hambat pada replikasi III

Gambar 1. Zona hambat pada replikasi IV


Dokumen yang terkait

Efek Pemberian Air Perasan Jeruk Nipis Terhadap Pencegahan Pembentukan, Penghambatan Pertumbuhan, dan Penghancuran Biofilm Staphylococcus aureus Secara In Vitro

0 11 105

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

5 31 67

Pengaruh Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus viridans Secara In Vitro.

3 6 19

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

0 2 13

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

0 0 2

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

0 1 3

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

0 0 12

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

0 3 3

Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro

0 0 19

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH VARIASI KONSENTRASI PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA in vitro

0 0 14