Optimasi Pertumbuhan Vegetatif dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima)

OPTIMASI PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN KERAGAAN
TANAMAN JERUK KEPROK BORNEO PRIMA (Citrus reticulata cv.
Borneo Prima) MELALUI PEMANGKASAN DAN PEMUPUKAN

RESA SRI RAHAYU

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Pertumbuhan
Vegetatif dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv.
Borneo Prima) melalui Pemangkasan dan Pemupukan adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Resa Sri Rahayu
NIM A24100128

ABSTRAK
RESA SRI RAHAYU. Optimasi Pertumbuhan Vegetatif dan Keragaan Tanaman
Jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) melalui
Pemangkasan dan Pemupukan. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO.
Jeruk keprok Borneo Prima merupakan komoditas lokal unggulan yang
perlu dikembangkan sebagai upaya untuk mengurangi impor jeruk. Teknik budi
daya yang baik diperlukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan. Tujuan penelitian
ini adalah mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman jeruk
keprok Borneo Prima melalui berbagai dosis pupuk nitrogen dan bentuk
pemangkasan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktorial 2 faktor. Faktor pertama adalah dosis pupuk nitrogen yang terdiri
atas 4 taraf: 0, 10, 20, dan 30 g per tanaman. Faktor kedua adalah bentuk
pemangkasan yang terdiri atas 3 taraf: tanpa pemangkasan, pangkas terbuka tengah,
dan pangkas pagar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk nitrogen tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan keragaan
tanaman kecuali Indeks Luas Daun (ILD). Bentuk pemangkasan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman.
Perlakuan pangkas pagar dan pangkas terbuka tengah dapat mengoptimalkan
pertumbuhan vegetatif dan bentuk keragaan tanaman dengan tujuan yang berbeda.
Tidak ada interaksi antara dosis pupuk nitrogen dan bentuk pemangkasan.
Kata kunci: jeruk keprok Borneo Prima, pangkas pagar, periode tunas

ABSTRACT
RESA SRI RAHAYU. Optimizing Vegetatif Growth and Trees Architecture of
Mandarin Citrus cv. Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) by Pruning
and Fertilization. Supervised by ROEDHY POERWANTO.
Mandarin citrus cv. Borneo Prima is superior local variety that needs to be
developed as effort to decrease citrus import. Good agricultural practice is needed
to optimize growth. The objectives of this research were optimize vegetatif growth
and plant architecture of mandarin citrus cv. Borneo Prima by various dosages of
nitrogen fertilizer and pruning types. This research use Randomize Complete Block
Design (RCBD) factorial 2 factors. The First factor was various dosage of nitrogen
fertilizer that consist of 4 levels: 0, 10, 20, and 30 g each plant . The second factor
was pruning type that consist of 3 levels: no pruning, open center pruning, and

hedge pruning. The results showed that dosages of nitrogen fertilizer did not have
significant effect on vegetatif growth and plant architecture except on Leaf Area
Index (LAI). Pruning shapes had significant effect to vegetatif growth and plant
architecture. Hedge pruning and open center pruning can optimaze vegetatif growth
and plant architecture in different aim. Nitrogen fertilizer dosages and pruning
shapes interaction were not significant.
Keywords: hegde pruning, mandarin citrus cv. Borneo Prima, shoot period

OPTIMASI PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN KERAGAAN
TANAMAN JERUK KEPROK BORNEO PRIMA (Citrus reticulata cv.
Borneo Prima) MELALUI PEMANGKASAN DAN PEMUPUKAN

RESA SRI RAHAYU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberi
kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Judul dari
penelitian yang dilaksanakan sejak Desember 2013 sampai Mei 2014 ini adalah
‘Optimasi Pertumbuhan Vegetatif dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo
Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) melalui Pemangkasan dan Pemupukan’.
Penelitian ini dibiayai dengan dana dari Hibah Riset Insentif dengan judul
‘Pengembangan Jeruk Unggulan Indonesia Guna Pemenuhan Kebutuhan Gizi
Masyarakat dan Penghematan Devisa Negara tahun II’ dan SPK Nomor Kontrak
Nomor 25/SEK/INSINAS/PPK/I/2014 tanggal 27 Januari 2014, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc selaku pembimbing yang telah membimbing
penulis dalam pemilihan ide dan arahan teknis penelitian, kepada Bapak Baisuni,
Bapak Agus, dan Bapak Ma’mun dari Kebun percobaan IPB Sindangbarang yang

telah membantu teknis penelitian di lapangan, kepada Ati Cahya Indrawati yang
telah membantu dalam pembuatan ilustrasi bentuk keragaan tanaman jeruk keprok
Borneo Prima pada perlakuan pemangkasan, serta kepada semua pihak terutama
rekan-rekan Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB yang
telah memberi banyak masukan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian. Di
samping itu, penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapa,
mamah, dan semua keluarga yang telah memberi banyak dukungan dalam
pelaksanaan penelitian dan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan karya ilmiah ini
terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf
atas segala kekurangannya dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Resa Sri Rahayu

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiii


DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Tanaman Jeruk

2

Jeruk Keprok Borneo Prima

3

Pemupukan dan Pemangkasan Tanaman Jeruk

3


METODE

6

Waktu dan Tempat Penelitian

6

Bahan

6

Alat

6

Rancangan Percobaan

6


Prosedur Penelitian

7

Analisis Data

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Tunas dan Daun

9
9

Pertumbuhan Pohon

18

Keragaan Tanaman


25

KESIMPULAN DAN SARAN

29

Kesimpulan

29

Saran

29

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN


32

RIWAYAT HIDUP

35

DAFTAR TABEL
1 Rekomendasi pemupukan jeruk berdasarkan umur tanaman
2 Waktu muncul dan berhenti tunas (mulai dorman) tanaman jeruk
keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas
3 Lama periode tumbuh dan masa dorman tunas tanaman jeruk
keprok Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas
4 Panjang tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua
periode pertumbuhan tunas
5 Jumlah daun tiap tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima
pada dua periode pertumbuhan tunas
6 Kehijauan daun dan luas daun jeruk keprok Borneo Prima pada
tiga bulan setelah perlakuan
7 Tinggi tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada tiga bulan
setelah perlakuan
8 Jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada
dua periode pertumbuhan tunas
9 Panjang tunas total tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada
dua periode pertumbuhan tunas
10 Jumlah daun total tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada
dua periode pertumbuhan tunas
11 Luas daun total tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada
tiga bulan setelah perlakuan
12 Indeks luas daun tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada
dua periode pertumbuhan tunas
13 Panjang tajuk tanaman jeruk keprok Borneo Prima menurut
arah mata angin (timur-barat dan utara-selatan) pada tiga bulan
setelah perlakuan
14 Pertambahan panjang tajuk arah utara-selatan dan timur-barat
tanaman jeruk keprok Borneo Prima

4
10
11
12
15
17
19
20
22
23
24
25

26
27

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Bentuk tajuk tanaman jeruk keprok Borneo Prima
(tampak samping)
Bentuk tajuk tanaman jeruk keprok Borneo Prima
(tampak atas)
Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan
panjang tunas jeruk keprok Borneo Prima
Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan
panjang tunas jeruk keprok Borneo Prima
Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan
jumlah daun tiap tunas jeruk keprok Borneo Prima
Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan
jumlah daun tiap tunas jeruk keprok Borneo Prima
Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan
jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima

5
5
13
14
16
16
21

8
9

Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan
jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima
Pertambahan lebar tajuk dilihat dari tingkat kerimbunan
pada saat pemangkasan, akhir periode tunas pertama, dan
akhir periode tunas kedua

21

28

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

Bentuk keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Pima setelah
pemangkasan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) jeruk keprok Borneo
Prima selama penelitian
Hasil analisis contoh tanah Kebun Percobaan IPB
Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat

32
33

34

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jeruk merupakan salah satu buah yang banyak dikonsumsi masyarakat
Indonesia dalam bentuk segar. Produksi jeruk lokal telah memenuhi permintaan
jeruk nasional, namun impor jeruk tetap dilakukan karena beberapa golongan
masyarakat menginginkan kualitas jeruk seperti jeruk impor yang salah satunya
adalah berwarna kulit kuning-jingga. Pada tahun 2012, produksi jeruk nasional
adalah sebanyak 1 611 784 ton (BPS 2014) dengan konsumsi sebanyak 635 720 ton
(Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2013), namun Indonesia masih
mengimpor jeruk sebanyak 179 000 ton (BPS 2013). Jeruk dengan warna kulit
kuning-jingga sebagian besar dihasilkan pada daerah dataran tinggi. Hal tersebut
menjadi kendala karena luas lahan dataran tinggi di Indonesia sangat terbatas dan
penggunaanya bersaing dengan tanaman hortikultura lain. Keadaan tersebut perlu
diatasi dengan mengintroduksi varietas jeruk dataran rendah yang berwarna kulit
kuning-jingga. Tahun 2007, Departemen Pertanian melepas varietas baru jeruk
keprok dengan nama jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo
Prima) yang merupakan varietas jeruk dataran rendah dengan karakteristik unggul
yaitu buahnya berwarna jingga seperti varietas jeruk dataran tinggi (Warta Prima
2007).
Menurut Badan Perumahan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD)
Provinsi Kalimantan Timur (2009), jeruk keprok Borneo Prima mulai
dikembangkan sejak tahun 2006. Tindakan budi daya yang tepat perlu dilakukan
untuk mengoptimalkan pertumbuhan jeruk keprok Borneo Prima. Salah satu
tindakan budi daya yang sangat penting adalah pemupukan tanaman yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan umur tanaman. Tanaman jeruk belum
menghasilkan memerlukan pertumbuhan vegetatif yang optimal sehingga
pemupukan lebih difokuskan untuk mengoptimalkan petumbuhan vegetatif.
Menurut Gardner et al. (2008), berlangsungnya pertumbuhan vegetatif terutama
ditentukan oleh air dan nitrogen sehingga pemupukan difokuskan pada nitrogen.
Selain itu, Liferdi (2010) mengemukakan bahwa nitrogen merupakan unsur hara
yang mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Oleh karena itu, nitrogen yang tersedia dalam tanah dan
nitrogen yang ditambahkan pada tanaman harus dikelola dengan baik karena
menurut Zaman et al. (2005), manajemen nitrogen yang baik perlu dilakukan untuk
mengurangi resiko kehilangan nitrogen dan kontamiansi dari pencucian nitrat
dalam tanah. Kondisi kekurangan dan kelebihan nitrogen akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman.
Optimasi bentuk keragaan tanaman atau bentuk arsitektur pohon juga perlu
diperhatikan untuk menjamin penangkapan cahaya matahari yang optimal sehingga
pertumbuhan tanaman jeruk juga optimal. Bentuk pemeliharaan yang dilakukan
untuk pembentukan keragaan tanaman adalah pemangkasan bentuk. Pemangkasan
bentuk dilakukan pada tanaman yang belum berproduksi (0-3 tahun) dan bertujuan
untuk membentuk kerangka atau struktur percabangan (arsitektura pohon) yang
diinginkan (Susanto dan Supriyanto 2005). Pemangkasan bentuk dapat meliputi
pemangkasan batang utama, cabang primer, sekunder, dan tersier. Pemangkasan

2
batang utama meningkatkan jumlah cabang primer, begitu pula pemangkasan
cabang primer akan meningkatkan jumlah cabang sekunder dan tersier (Raden et al.
2009) . Cabang-cabang yang muncul pada tanaman jeruk harus dikelola dengan
baik agar tajuk tanaman tidak saling menaungi satu sama lain. Selain itu, salah satu
aspek pada program Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) adalah
sanitasi kebun yang baik dan pemeliharaan tanaman secara optimal. Pemeliharaan
tanaman secara optimal tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan
pembentukan arsitektur pohon pada awal pertumbuhan jeruk, namun menurut
Ridwan et al. (2008), teknologi pemangkasan arsitetur ini termasuk ke dalam
teknologi yang tidak diadopsi oleh petani. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
tentang arsitektur pohon yang dapat meningkatkan produksi jeruk sehingga petani
akan tertarik menjalankannya.
Pertumbuhan cabang-cabang baru sangat ditentukan oleh nutrisi yang tersedia
dan faktor pendukung lain seperti air dan cahaya (Gardner et al. 2008). Kombinasi
bentuk pemangkasan dengan dosis nitrogen perlu dilakukan untuk memaksimalkan
pertumbuhan vegetatif tanaman setelah dipangkas dan efisiensi penggunaan
nitrogen (Zaman et al. 2005). Oleh karena itu, pemupukan nitrogen dan
pemangkasan bentuk yang efektif dan efisien pada tanaman belum menghasilkan
sangat diperlukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan keragaan
tanaman.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mencari kombinasi yang ideal antara dosis pupuk
nitogen dengan bentuk pemangkasan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
vegetatif dan keragaan tanaman serta menerangkan pengaruh perbedaan dosis
pupuk nitrogen dan bentuk pemangkasan terhadap pertumbuhan vegetatif dan
keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima.
Hipotesis
Dosis pupuk nitrogen dan jenis pemangkasan bentuk berpengaruh terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman jeruk keprok Borneo Prima.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jeruk
Jeruk (Citrus sp.) merupakan salah satu tanaman tahunan yang berasal dari
Asia. Daerah tempat pertama kali ditemukannya adalah Cina (Spiegel-Roy and
Goldschmidt 1996). Di Indonesia, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
Subtropik (Balitjestro) dan Badan Litbang Pertanian di Malang telah berhasil
mengumpulkan sekitar 160 jenis jeruk yang dieksplorasi dari Sabang sampai
Merauke serta beberapa jenis jeruk impor. Jeruk-jeruk yang berhasil dieksplorasi
tersebut diantaranya adalah keprok Tejakula, Sipirok, Kacang, Siam Banjar,
Siompu, Simadu, Bali Merah, Crifta 01, Jemari Taji, Pamelo Ratu, Raja, Magetan,
Sri Nyonya, Nambangan, dan jeruk manis Pacitan. Jeruk-jeruk tersebut dapat dibudi

3
dayakan di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Dari semua
jeruk yang dieksplorasi, jeruk lokal yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia
adalah jeruk siam, jeruk keprok, jeruk pamelo, jeruk nipis dan jeruk purut,
sedangkan jeruk introduksi yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah
jeruk jenis Lemon dan Grapefruit. Pertanaman jeruk di Indonesia sekitar 70 - 80%
ditanami jeruk siam (Badan Litbang Pertanian 2005).
Jeruk Keprok Borneo Prima
Jeruk keprok Borneo Prima merupakan jeruk keprok dataran rendah yang
memiliki karakteristik seperti jeruk keprok dataran tinggi yaitu berkulit buah jingga.
Buah jeruk keprok Borneo Prima berbentuk bulat pendek atau agak bulat dengan
ukuran rata-rata tinggi 5.6 – 6.4 cm dan diameter 6.1 – 7.6 cm. Kulit buah matang
berwarna kuning sampai jingga dengan permukaan halus. Ujung buah berlekuk
enam dalam dan pangkal buah berkonde. Buah jeruk ini tidak memiliki pusar buah.
Ketebalan kulit rata-rata 3.5 mm. Daging buah bertekstur lunak dengan rasa manis.
Buah mengandung jus 19.79 - 26.24 %. Bobot buah antara 60 sampai 290 g per
buah. Biji berwarna krem dan berbentuk oval. Tiap buah memiliki 7 - 22 biji dengan
ukuran panjang 11 - 12 mm dan diameter 6 - 7 mm. Tanaman jeruk keprok Borneo
Prima berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi rata-rata 3.5 m. Umumnya
tanaman ini tidak berduri. Batang bulat atau setengah bulat dan memiliki tajuk
menjulang dengan percabangan yang rapat mengarah ke atas. Daun berbentuk
jorong dengan tepi beringgit dan ujung meruncing. Permukaan atas daun berwarna
hijau tua mengilat, sedangkan permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 8.2 –
9.6 cm dan lebar 3.5 – 5.0 cm. Panjang tangkai daun 1.2 – 2.5 cm dan bersayap
sangat sempit sehingga dapat dikatakan tidak bersayap (Direktorat Budidaya
Tanaman Buah 2010).
Pemupukan dan Pemangkasan Tanaman Jeruk
Pemupukan
Tumbuh kembang suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang
tersedia dalam media tanamnya, begitu pula dengan tanaman jeruk. Tanaman jeruk
memerlukan paling sedikit dua belas macam unsur esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Unsur-unsur tersebut dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
unsur makro primer, makro sekunder, dan mikro. Unsur makro primer adalah unsur
yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, meliputi nitrogen (N), fosfor (P), dan
kalium (K). Unsur makro sekunder adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam
jumlah banyak hanya dalam kondisi tertentu, meliputi kalsium (Ca), magnesium
(Mg), dan belerang (S). Unsur mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam
jumlah sedikit tetapi bila kekurangan akan memengaruhi produksi dan
kelangsungan hidup tanaman. Unsur mikro tersebut meliputi besi (Fe), seng (Zn),
mangan (Mn), tembaga (Cu), boron (B), dan molibdenum (Mo) (Balitjestro 2008).
Banyaknya tingkatan dosis N pada pohon jeruk yang masih kecil (belum
menghasilkan) dalam perkebunan jeruk skala kecil harus ditekankan pada
kebutuhan dosis per pohon (Zaman et al. 2005). Standar pemupukan nitrogen untuk
tanaman jeruk telah ditentukan oleh Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Tanaman
Subtropika (Balitjestro) yaitu sebanyak 10-20 g per pohon untuk tanaman jeruk

4
umur satu tahun (Tabel 1). Standar tersebut dibuat secara umum berdasarkan umur
tanaman jeruk tanpa memperhatikan faktor budi daya lainnya dan faktor lingkungan.
Tabel 1 Rekomendasi Pemupukan Jeruk Berdasarkan Umur Tanamana
g/pohon/aplikasi
Umur
Aplikasi pupuk
(tahun)
Nitrogen
P2O5 (Fosfor)
K2O (Kalium)
1
10 s/d 20
5 s/d 10
5
2 – 3 kali/tahun
2
25 s/d 40
15 s/d 20
10 s/d 15
3 – 4 kali/tahun
3
40 s/d 75
25 s/d 40
20 s/d 30
3 – 4 kali/tahun
4
80 s/d 120
50 s/d 75
40 s/d 50
2 – 3 kali/tahun
5
125 s/d 150
80 s/d 100
60 s/d 80
2 kali/tahun
a

Sumber: Balitjestro (2008)

Sumber N yang banyak beredar di pasar adalah urea, ZA, dan pupuk
majemuk NPK. Sumber P yang banyak beredar di pasar adalah SP36, fospat alam,
dan pupuk majemuk NPK. Sumber K yang banyak beredar di pasaran adalah ZK,
KCl, dan pupuk majemuk NPK. Pupuk-pupuk tersebut merupakan unsur sintetis
yang sengaja dibuat dan ditambahkan pada tanah untuk membantu pemenuhan
kebutuhan unsur hara mikro primer pada tanaman jeruk. Unsur-unsur lainnya yang
merupakan unsur makro sekunder dan unsur mikro dapat diberikan dalam bentuk
sintetis dan dapat juga menggunakan pupuk organik seperti pemberian pupuk
kandang. Sebagai contoh, sumber Ca dapat diperoleh dari pupuk sintetis SP36,
fosfat alam, kapur atau dolomit yang juga sekaligus mengandung Mg. Kebutuhan
S lebih sedikit dibandingkan N dan biasanya dapat terpenuhi dari pemberian pupuk
kandang, pupuk ZA, dan pupuk ZK. Pemenuhan unsur mikro biasanya dapat
terpenuhi jika tanah diberi pupuk kandang secara teratur (Balitjestro 2008).
Pemangkasan
Bentuk keragaan tanaman saat tanaman dewasa sangat ditentukan oleh
pembentukan awal tajuk tanaman. Pembentukan tajuk tanaman tersebut dilakukan
dengan pemangkasan. Menurut Poerwanto dan Susila (2013), bentuk akhir dari
suatu pohon perlu ditetapkan sejak awal sehingga tipe pemangkasan yang tepat
perlu diperhatikan sejak tanaman mulai ditanam. Pemangkasan pertama pada suatu
tanaman dilakukan setelah tanaman menghasilkan cabang-cabang yang cukup
banyak. Pemangkasan yang dilakukan pada tanaman muda (belum menghasilkan)
adalah pemangkasan bentuk. Pemangkasan bentuk bertujuan untuk membentuk
kerangka atau struktur percabangan yang sering disebut arsitektur pohon.
Menurut Susanto et al. (2005), bentuk percabangan yang ideal adalah
percabangan yang mengikuti format 1-3-9 (Gambar 1 B, Gambar 1 B), yaitu terdiri
atas satu batang utama, tiga cabang primer, dan sembilan cabang sekunder. Bentuk
arsitektur pohon tersebut didapatkan dari pangkas terbuka tengah. Bentuk arsitektur
dengan format 1-3-9 disebut ideal karena bentuk tersebut memiliki permukaan tajuk
yang luas. Tajuk yang memiliki permukaan luas akan mendapat sinar matahari lebih
banyak sehingga produktivitas tanaman juga akan lebih tinggi. Menurut Poerwanto
dan Susila (2013), pemangkasan tipe terbuka tengah dilakukan dengan
mengendalikan dominasi apikal dari pohon sehingga pohon dibuat seperti semak,
tetapi lebih tinggi. Pohon jeruk memiliki dominasi apikal yang tidak kuat sehingga
pohon jeruk sebaiknya dipangkas dengan tipe pemangkasan terbuka tengah.

5

B

A
Gambar 1

Bentuk tajuk tanaman jeruk keprok Borneo Prima (tampak
samping). A: tanpa pemangkasan, B: pangkas terbuka tengah, C:
pangkas pagar

A
Gambar 2

C

B

C

Bentuk tajuk tanaman jeruk keprok Borneo Prima (tampak atas). A:
tanpa pemangkasan, B: pangkas terbuka tengah, C: pangkas pagar

Pangkas pagar adalah pemangkasan bentuk dengan pola pangkas satu sisi
(Gambar 1 C, Gambar 1 C). Prinsip pangkas pagar adalah membentuk tanaman
menjadi bentuk pipih (memanjang), dengan pemangkasan total pada dua sisi
tanaman yang mengarah ke timur dan ke barat sehingga dalam populasi di lapangan,
barisan tanaman terlihat seperti pagar. Teknik pembentukan pangkas pagar adalah
dengan membuat pancang (kayu atau bambu) pada kedua sisi tanaman arah utara
dan selatan dengan jarak disesuaikan dengan lebar tajuk atau disesuaikan dengan
kebutuhan lebar tajuk. Cabang-cabang yang muncul ke arah utara dan selatan
diikatkan ke pancang dengan menggunakan tali. Pengikatan cabang dilakukan
dengan hati-hati tanpa merusak cabang dan ikatan agak longgar (tidak kencang).
Pola bentuk pagar yang diharapkan adalah barisan tanaman membentang
dari arah utara ke arah selatan sehingga bagian sisi tanaman yang dipangkas akan
menghadap arah timur dan barat. Bagian sisi tanaman yang dipangkas adalah
bagian yang memiliki luas permukaan samping yang luas sehingga diharapkan
cahaya matahari yang muncul dari arah timur pada pagi hari akan tertangkap oleh
bagian tajuk yang menghadap timur. Ujung tajuk memiliki permukaan yang tidak
terlalu luas namun tetap mendapat cahaya matahari yang optimal pada siang hari,
yaitu saat matahari tepat berada diatas tajuk. Sore hari matahari menuju ke arah

6
barat sehingga permukaan tanaman yang yang menghadap ke barat akan mendapat
cahaya matahari yang optimal. Penyinaran yang optimal sepanjang hari pada semua
sisi diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman jeruk sesuai dengan
yang dikemukanan Susanto dan Supriyanto (2005) bahwa tajuk yang mendapat
sinar matahari lebih banyak akan memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Pangkas
pagar diharapkan dapat mempersempit jarak tanam pada bagian arah timur-barat
sehingga tanaman dapat ditanam di lahan yang sempit terutama lahan pekarangan
rumah dengan tetap mendapatkan cahaya matahari yang optimal.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor
Sindangbarang, Desa Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa
Barat yang merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian tempat 250 mdpl.
Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Desember 2013 hingga Mei 2014.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman jeruk keprok Borneo Prima
(Citrus reticulata cv. Borneo Prima), pupuk urea (45% N), pupuk SP36 (36% P2O5),
pupuk KCl (60% K2O), ajir, label dan tali rapia. Tanaman jeruk keprok Borneo
Prima yang digunakan adalah tanaman jeruk hasil okulasi dari batang bawah Rough
Lemon (RL) dan batang atas jeruk lokal Kalimantan. Jeruk tersebut didatangkan
langsung dari Kalimantan. Umur tanaman saat perlakuan adalah 10 bulan setelah
okulasi.
Alat
Alat yang digunakan adalah gunting pangkas, leaf area meter (LI-3000C
Portable Area Meter), chlorophyll meter (SPAD-502 plus chlorophyll meter),
counter, meteran, penggaris, ember, alat tulis, dan alat budi daya pertanian.
Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu
dosis pupuk nitrogen yang terdiri atas 4 taraf, yaitu dosis pupuk N di atas standar
rekomendasi (30 g N per pohon), sesuai standar rekomendasi (20 g N per pohon),
di bawah standar rekomendasi (10 g N per pohon), dan tanpa pemupukan N. Faktor
kedua adalah pemangkasan bentuk yang terdiri atas 3 taraf, yaitu pangkas terbuka
tengah, pangkas pagar, dan tanpa pemangkasan. Kombinasi antar perlakuan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 12 kombinasi dengan 4 ulangan sehingga terdapat

7
48 satuan percobaan dengan total tanaman jeruk yang diamati sebanyak 48
tanaman.
Prosedur penelitian
Tanaman jeruk yang digunakan dalam penelitian dipindah tanam ke lapangan
pada 5 Oktober 2013. Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk SP36 sebanyak
200 g/lubang, kapur 200 g/lubang, dan pupuk kandang 15 kg/lubang. Pupuk
tersebut diberikan seminggu sebelum penanaman. Kegiatan penelitian dimulai
dengan mempersiapkan dan menentukan sampel tanaman yang akan mendapat
perlakuan pemangkasan dan pemupukan nitrogen. Setelah sampel tanaman
ditentukan, tanaman sampel dipangkas sesuai perlakuan dan selanjutnya diberi
pupuk urea (45% N) sesuai perlakuan, pupuk SP36 (36% P2O5) sebanyak 28 g per
pohon, dan pupuk KCl (60% K2O) sebanyak 9 g per pohon. Pupuk SP36 dan KCl
diberikan dengan dosis yang sama untuk semua tanaman contoh. Perlakuan
pemangkasan dan pemupukan tersebut dilakukan pada 30 Desember 2013.
Kegiatan selanjutnya adalah analisis tanah yang bertujuan untuk mengetahui
kandungan unsur hara tanah setelah dilakukan aplikasi pemupukan. Informasi dari
hasil analisis tanah tersebut menjadi referensi penting dalam pengambilan
kesimpulan penelitian.
Pengamatan mulai dilakukan pada dua hari setelah pemangkasan dan aplikasi
pemupukan. Aspek-aspek yang diamati meliputi :
a) Waktu muncul tunas
Pengamatan waktu muncul tunas dilihat dari waktu munculnya tunas setelah
dilakukan pemangkasan.
b) Waktu berhentinya pertumbuhan tunas (waktu mulai dorman)
Waktu berhentinya pertumbuhan tunas dilihat dari kapan pertumbuhan
tunas berhenti pada satu periode pertumbuhan tunas.
c) Waktu muncul tunas berikutnya
Pengamatan waktu muncul tunas berikutnya dilihat dari kapan tunas muncul
kembali setelah masa dorman berhenti.
d) Lama periode tunas dan masa dorman
Pengamatan lama periode tunas dilakukan dengan menghitung waktu dari
muncul tunas sampai waktu tunas mulai dorman. Pengamatan lama waktu
dorman dilakukan dengan menghitung waktu dari tunas mulai dorman
sampi tunas kembali muncul.
e) Panjang tunas
Pengukuran panjang tunas dihitung dari pangkal tunas sampai ujung titik
tumbuh. Tunas yang dijadikan sampel sebanyak sepuluh tunas pada setiap
pohon. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris setiap tiga
hari selama pertumbuhan tunas berlangsung.
f) Jumlah daun tiap tunas
Penghitungan jumlah daun tiap tunas dilakukan pada daun yang telah
terbuka sempurna pada setiap tunas. Pengitungan jumlah daun dilakukan
terhadap sepuluh tunas yang dijadikan sampel pada penghitungan panjang
tunas. Jumlah daun dihitung setiap tiga hari selama pertumbuhan tunas
berlangsung.

8
g) Luas daun
Luas daun diukur dengan menggunakan leaf area meter (LI-3000C Portable
Area Meter). Pengukuran luas daun dilakukan pada sepuluh daun yang telah
berhenti tumbuh pada setiap tanaman contoh. Luas daun diukur pada setiap
akhir periode pertumbuhan tunas.
h) Tingkat kehijauan daun
Pengamatan tingkat kehijauan daun dilakukan menggunakan SPAD-502
plus chlorophyll meter. Pengukuran tingkat kehijauan daun dilakukan pada
sampel daun yang telah diukur luasnya. Tingkat kehijauan daun diukur pada
akhir periode pertumbuhan tunas.
i) Jumlah tunas total per tanaman
Penghitungan jumlah tunas total per tanaman dilakukan pada semua tunas
yang muncul pada setiap tanaman. Jumlah tunas dihitung setiap tiga hari
selama pertumbuhan tunas berlangsung.
j) Jumlah daun total per tanaman
Penghitungan jumlah daun total per tanaman dilakukan pada semua daun
yang telah terbuka sempurna pada setiap tanaman. Jumlah daun dihitung
setiap akhir periode pertumbuhan tunas.
k) Panjang tunas total per tanaman
Panjang tunas total per tanaman diukur dengan mengalikan jumlah tunas
dengan panjang tunas rata-rata.
l) Luas daun total per tanaman
Luas daun total per tanaman diukur dengan mengalikan jumlah daun per
tanaman dengan luas daun rata-rata.
m) Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung titik tumbuh tunas
tertinggi. Tinggi tanaman diukur menggunakan meteran pada akhir periode
pertumbuhan tunas.
n) Indeks Luas Daun (ILD)
Penghitungan ILD dilakukan dengan membandingan luas daun total pada
setiap pohon dengan luas lahan yang tertutupi oleh tajuknya. Penghitungan
ILD dilakukan pada setiap akhir periode pertumbuhan tunas.
o) Panjang tajuk arah utara-selatan dan timur-barat
Panjang tajuk arah utara-selatan adalah panjang bagian tajuk yang
memanjang dari arah utara ke arah selatan. Panjang tajuk arah timur-barat
adalah panjang tajuk yang memanjang dari arah timur ke arah barat.
Pengukuran panjang tajuk tersebut dilakukan setiap akhir pertumbuhan
tunas dengan menggunakan meteran.
p) Pertambahan panjang tajuk arah utara-selatan dan timur-barat
Pengamatan pertambahan panjang tajuk arah utara-selatan dan timur-barat
dilakukan dengan menghitung selisih panjang tajuk arah utara-selatan dan
timur-barat periode tunas kedua dengan panjang tajuk arah utara-selatan dan
timur-barat periode pertama.
q) Struktur kanopi
Pengamatan struktur kanopi dilakukan dengan melihat bentuk tajuk dan
percabangannya. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk gambar yang
dibuat menggunakan software Adobe Photoshop CS3.

9
Analisis Data
Hasil analisis ragam yang berpengaruh nyata diuji lanjut menggunakan uji
lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) dengan taraf 5%. Model linear yang
akan digunakan untuk menganalisis data adalah:
Yijk= μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
dengan keterangan :
Yijk
μ
αi
βj
(αβ)ij
εijk

: respon pada perlakuan pemupukan nitrogen ke-i, pemangkasan
bentuk ke-j, dan ulangan ke-k.
: nilai tengah umum
: pengaruh perlakuan ke-i
: pengaruh perlakuan ke-j
: interaksi antara perlakuan pemupukan nitrogen dan pemangkasan
bentuk
: pengaruh acak percobaan perlakuan ke-i, perlakuan ke-j, dan ulangan
ke-k

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Tunas dan Daun
Waktu Muncul dan Berhenti Tunas
Perlakuan pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap waktu muncul dan berhentinya tunas pada kedua periode pertumbuhan
tunas (Tabel 2). Waktu munculnya tunas-tunas baru tersebut berbeda pada setiap
pohon. Menurut Gardner et al. (2008), waktu munculnya tunas-tunas baru
ditentukan oleh air dan nutrisi yang tersedia. Bulan Januari sampai Mei saat
penelitian merupakan bulan dengan curah yang tinggi, yaitu dari Januari sampai
April berturut-turut adalah 702 mm (sangat tinggi), 337 mm (tinggi), 281 mm
(menengah), dan 511 mm (sangat tinggi) (BMKG 2014). Kondisi tersebut
menyebabkan tunas-tunas baru muncul serempak dan lebat pada semua tanaman
contoh yaitu tunas muncul pada hari ke-13 pada periode tunas pertama dan muncul
antara hari ke-59 sampai hari ke-61 pada periode tunas kedua.
Tunas muncul dan terus tumbuh sampai pertumbuhannya berhenti pada titik
tertentu yang disebut fase dorman. Fase dorman adalah fase dimana tunas berhenti
tumbuh selama waktu tertentu dan diakhiri dengan munculnya tunas baru pada
bagian apikal tunas (titik tumbuh) atau di ketiak daunnya. Waktu munculnya tunas
sampai tunas tersebut berhenti disebut sebagai satu periode pertumbuhan tunas.
Pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu mulai
dorman pada kedua periode pertumbuhan tunas. Waktu mulai dorman tidak berbeda
nyata pada semua tanaman contoh yaitu hari ke-38 pada periode tunas pertama dan
hari ke-74 pada periode tunas kedua.
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu muncul tunas periode pertama,

10
namun memberikan pengaruh yang nyata pada periode tunas kedua. Pada periode
tunas pertama, perlakuan pemangkasan tidak berpengaruh nyata sehingga
perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan kedua bentuk pemangkasan. Hal
tersebut diduga disebabkan oleh waktu pemangkasan yang bersamaan dengan akan
berakhirnya masa dorman tunas-tunas pada tanaman yang tidak dipangkas (kontrol)
sehingga waktu muncul tunasnya tidak berbeda nyata dengan tanaman yang
dipangkas.
Tabel 2 Waktu muncul dan berhenti tunas (mulai dorman) tanaman jeruk keprok
Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas
Periode tunas
Periode tunas
a
ke-1
ke-2a
waktu waktu waktu waktu
Perlakuan
muncul mulai muncul mulai
tunas dorman tunas dorman
....................... HSPb........................
Pemupukan Nitrogen
Kontrol
13.0
38.5
60.3
74.8
Di bawah standar rekomendasi (10 g N)
13.8
38.0
59.8
74.5
Standar rekomendasi (20 g N)
13.8
38.3
59.8
74.0
Di atas standar rekomendasi (30 g N)
13.5
38.3
61.0
74.8
Pemangkasan
Kontrol
13.7
39.0a
61.1a
74.9
Pangkas terbuka tengah
13.5
38.1b
59.9b
74.2
Pangkas pagar
13.3
37.7b
59.6b
74.4
tn
tn
tn
tn
Interaksi
a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test), bHari setelah pemangkasan

Pemangkasan dapat mematahkan fase dormansi tunas-tunas ketiak daun dan
tunas-tunas pada bagian ujung tanaman (Gardner et al. 2008) sehingga perlakuan
pemangkasan baik pangkas pagar maupun pangkas terbuka tengah akan
mempercepat kemunculan tunas baru yang pada akhirnya akan mempercepat
pertumbuhan tanaman jeruk keprok Borneo Prima.
Lama Periode Tumbuh dan Masa Dorman Tunas
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen dan
pemangkasan bentuk tidak berpengaruh nyata dalam mempengaruhi lamanya
periode tumbuh tunas pada periode tunas pertama dan kedua serta lama masa
dorman tunas. Tidak berpengaruhnya nitrogen dalam mempengaruhi lamanya
periode tumbuh tunas juga diduga disebabkan oleh tingginya curah hujan selama
pengamatan yang menyebabkan pupuk yang berlebih yang diaplikasikan pada
tanaman jeruk tercuci sehingga kandungan nutrisi dan mineral semua tanaman
contoh diduga sama. Menurut Gardner et al. (2008), faktor utama yang
mempengaruhi laju penuaan tunas atau lamanya periode tumbuh suatu tunas ialah
kandungan nutrisi dan mineral daun sehingga perbedaan kandungan nutrisi yang
diserap daun akan mempengaruhi lamanya periode tumbuh suatu tunas. Selama
penelitian berlangsung, curah hujan pada lahan penelitian sangat tinggi. Curah
hujan yang tinggi tersebut menyebabkan empat dosis pupuk yang diberikan pada

11
tanaman tidak berbeda nyata karena menurut Zaman et al. (2005), hujan yang tinggi
menyebabkan nitrogen yang berlebih mudah tercuci dan mengalir ke daerah bawah
perakaran.
Tanaman jeruk yang digunakan dalam penelitian ditanam pada tanah dengan
pH rendah yaitu 4.7 (Balittanah 2014). Menurut Gardner et al. (2008), pH tanah di
bawah rentang 5.0 - 8.0 secara potensial mempunyai pengaruh langsung dalam
menghambat pertumbuhan akar karena memiliki pengaruh tidak langsung yaitu
meningkatkan keterlarutan alumunium, mangan dan besi yang bersifat racun dan
membatasi pertumbuhan akar. Akar yang pertumbuhannya terhambat tidak akan
optimal dalam penyerapan hara dan luas jangkauannya pendek, sementara dalam
penelitian, pupuk disebar di sekeliling tanaman dengan jarak 0.5 meter dari pangkal
batang utama. Menurut Alva et al. (2006), penempatan pemupukan penting
diperhatikan. Alva et al. (2006) menjelaskan bahwa pupuk sebaiknya sebagian
besar ditempatkan dibawah kanopi pohon atau tidak jauh dari daerah perakaran
untuk meminimalisir pencucian NO3-N ke bawah zona perakaran. Kekeliruan
penempatan pupuk ini akan mempermudah pupuk tercuci dan larut ke bagian tanah
yang tidak terjangkau oleh akar sehingga pemupukan tidak efektif dan tidak dapat
memberikan pengaruh yang berarti terhadap pertumbuhan tanaman.
Tabel 3 Lama periode tumbuh dan masa dorman tunas tanaman jeruk keprok
Borneo Prima pada dua periode pertumbuhan tunas
Lama periode tumbuh dan masa
dorman tunas
Perlakuan
tunas
masa
tunas
dorman periode 2
periode 1
...................... hari ........................
Pemupukan Nitrogen
Kontrol
25.5
21.8
14.5
Di bawah standar rekomendasi (10 g N)
24.3
21.8
15.0
Standar rekomendasi (20 g N)
24.5
21.5
14.3
Di atas standar rekomendasi (30 g N)
24.8
22.8
14.0
Pemangkasan
Kontrol
25.3
22.1
13.9
Pangkas terbuka tengah
24.6
21.9
14.4
Pangkas pagar
24.4
21.9
15.0
tn
tn
tn
Interaksi
Lama periode tumbuh tunas merupakan waktu dari muncul tunas sampai
waktu tunas mulai dorman, sementara lama masa dorman tunas merupakan waktu
dari tunas mulai dorman sampai tunas kembali muncul. Lama periode tumbuh tunas
dan lama masa dorman yang diharapkan adalah periode tumbuh tunas dan masa
dorman yang paling pendek atau memiliki waktu terpendek sehingga tanaman akan
cepat mengeluarkan flush baru dan pertumbuhannya akan cepat. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa semua perlakuan pemupukan nitrogen dan pemangkasan
bentuk tidak berbeda nyata sehingga pemangkasan, baik pangkas pagar maupun
pangkas terbuka tengah, tidak mempengaruhi lamanya periode tumbuh dan masa
dorman tunas. Tanaman jeruk keprok Borneo Prima secara umum akan mengalami
masa tumbuh tunas (satu periode pertumbuhan tunas) selama 24-25 hari setelah
pemangkasan dan mengalami masa dorman selama 21-22 hari.

12
Panjang Tunas
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas pada periode
pertumbuhan tunas pertama dan kedua. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa
perbedaan dosis pupuk nitrogen yang diberikan tidak berbeda nyata karena diduga
pupuk yang berlebih tercuci karena curah hujan yang tinggi selama penelitian.
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa menurut Zaman et al. (2005), pupuk yang
berlebih akan tercuci dan mengalir ke bagian bawah perakaran sehingga kandungan
nitrogen di daerah perakaran dianggap sama dan kandungan nitrogen tersebut akan
memberikan pengaruh yang sama terhadap panjang tunas pada semua perlakuan.
Tabel 4 Panjang tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua periode
pertumbuhan tunas
Panjang tunas pada periode
pertumbuhan
tunas ke-a (cm)
Perlakuan
1
2
Pemupukan Nitrogen
Kontrol
9.5
4.7
Di bawah standar rekomendasi (10 g N)
11.7
5.2
Standar rekomendasi (20 g N)
8.8
4.1
Di atas standar rekomendasi (30 g N)
9.8
4.3
Pemangkasan
Kontrol
15.8a
4.3
Pangkas terbuka tengah
8.0b
4.0
Pangkas pagar
6.1b
5.4
tn
tn
Interaksi
a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas
pada periode tunas pertama, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap panjang tunas pada periode tunas kedua. Pada periode tunas pertama,
perlakuan kontrol memberikan pengaruh paling tinggi terhadap panjang tunas yaitu
dengan panjang tunas 15.8 cm. Tanaman yang tidak dipangkas memiliki bentuk
tajuk yang lebih rimbun sehingga tunas-tunas dan daun-daun yang muncul akan
saling menaungi satu sama lain. Menurut Gardner et al. (2008), ruas tanaman yang
ternaung akan lebih panjang daripada yang tidak ternaung sehingga tajuk akan lebih
panjang. Pengaruh naungan itu dianggap disebabkan oleh peningkatan auksin yang
mungkin bekerja secara sinergis dengan giberelin.
Hal yang sama tidak terjadi pada tunas periode kedua. Pemangkasan tidak
berpengaruh nyata terhadap panjang tunas pada periode tunas kedua karena pada
periode tunas kedua tunas-tunas sudah muncul sejak periode tunas pertama pada
semua tanaman contoh dan memberikan peluang yang sama pada semua perlakuan
untuk tunas-tunasnya saling menaungi satu sama lain sehingga panjang tunas pada
semua perlakuan pemangkasan bentuk tidak berbeda nyata.
Jumlah tunas pada tanaman yang dipangakas akan terus bertambah sehingga
kesempatan tunas untuk saling menaungi tinggi. Hal ini dapat diantisipasi dengan
pemangkasan pemeliharaan atau pemangkasan yang dilakukan untuk menjaga
bentuk kanopi dan struktur tanaman yang telah dibentuk (Susanto dan Supriyanto

13
2005). Mempertahankan bentuk kanopi dan struktur tanaman yang telah dibentuk
dilakukan dengan pembuangan cabang-cabang yang tidak akan dipilih atau cabangcabang yang tidak diharapkan. Menurut Poerwanto dan Susila (2013), teknik
pembuangan cabang-cabang tersebut termasuk ke dalam teknik pemangkasan
penipisan (thinning out) . Pemangkasan pemeliharaan yang dilakukan secara teratur
akan menjaga tunas-tunas atau cabang-cabang tidak saling menaungi secara
berlebihan (terlalu rimbun) sehingga tunas tidak akan terlalu panjang dan tanaman
tidak akan terlalu tinggi dan lebar.
Tanaman yang pendek dan tidak terlalu lebar diperlukan untuk memudahkan
pemanenan dan sanitasi tanaman. Tanaman yang dipangkas dengan perlakuan
pangkas pagar dan terbuka tengah memiliki tunas-tunas yang tidak terlalu panjang
sehingga diharapkan akan membentuk tanaman menjadi tidak terlalu tinggi dan
terlalu lebar sesuai dengan yang diharapkan.
Gambar 3 menunjukkan pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap
pertambahan panjang tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima. Pertambahan
panjang tunas selama tiga bulan pengamatan menunjukkan pola pertumbuhan
sigmoid pada periode tunas pertama (hari ke-0 sampai hari ke-39) dan pada periode
tunas kedua (hari ke-60 sampai hari ke-78) serta pada kedua periode tunasnya. Masa
dorman ditunjukkan dengan kurva yang datar (hari ke-39 sampai hari ke-60) yang
menunjukkan tidak adanya pertambahan panjang tunas. Gambar ini juga
menunjukkan panjang tunas yang tidak berbeda nyata pada keempat perlakuan
pemupukan.

Panjang Tunas (cm)

20
15
10
5
0
3

6

9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78

Hari Setelah Pemangkasan (HSP)

Gambar 3 Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan panjang tunas
jeruk keprok Borneo Prima.
Kontrol,
Pemupukan nitrogen
di bawah standar rekomendasi (10 g N),
Pemupukan nitrogen sesuai
standar rekomendasi (20 g N), x Pemupukan nitrogen di atas standar
rekomendasi (30 g N)
Pertumbuhan digambarkan berbentuk sigmoid, yaitu suatu garis yang dapat
ditarik dari data secara normal terhadap waktu. Kurva berbetuk ‘S’ akan terbentuk
karena adanya perbedaan laju pertumbuhan sepanjang daur hidupnya. Kurva
sigmoid terdiri atas tiga fase yaitu fase eksponensial, fase linier, dan fase logaritma
natural (ln). Fase eksponensial relatif pendek pada tajuk tanaman budidaya. Fase
linier merupakan fase berikutnya dan waktunya relatif panjang. Pada tegakan
tanaman budidaya, fase linear merupakan pernyataan dari laju pertumbuhan
tanaman budidaya. Fase linier dilanjutan dengan fase logaritma natural (ln) yaitu

14
fase menurun atau mendatar. Secara progresif pertumbuhan berkurang menurut
waktu sampai mencapai keadaan mantap. Fase keadaan mantap ini disebut sebagai
pematangan fisiologis (Gardner et al. 2008).
Gambar 3 menunjukkan bahwa fase eksponensial pada periode tunas
pertama terjadi pada hari ke-0 sampai hari ke-15. Pada fase tersebut panjang tunas
bertambah secara signifikan. Fase linier terjadi pada hari ke-15 sampai hari ke-33
yang digambarkan dengan pertambahan panjang yang hampir sama pada tiap
pengamatan. Fase ln terjadi pada hari ke-33 sampai hari ke-39. Fase linier dan fase
ln seolah terlihat tertukar. Periode tunas kedua menunjukkan pola yang tidak terlalu
jelas namun tetap sigmoid. Fase ekaponensialnya terjadi pada hari ke-60 sampai
hari ke-63, fase linier pada hari ke-63 sampai hari ke-72, dan fase ln pada hari ke72 sampai hari ke-78.
Kekurangan nutrisi dan ruang yang mengakibatkan persaingan antar
tanaman akan menyebabkan pertumbuhan eksponensial tidak daat bertahan lama.
Pada tanaman budidaya di lapangan, fase eksponensial mungkin hanya berlangsung
beberapa hari terutama pada tegakan yang rapat. Sekali tajuk menutup, laju
pertumbuhan menjadi linier sampai terjadi proses penuaan yang akhirnya
memperlambat laju tersebut sampai mencapai kondisi mantap (Gardner et al. 2008).

Panjang Tunas (cm)

25
20
15
10
5
0
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78
Hari Setelah Pemangkasan (HSP)

Gambar 4 Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan panjang tunas
jeruk keprok Borneo Prima.
Kontrol,
Pangkas terbuka
tengah,
Pangkas pagar
Gambar 4 menunjukkan pola pertumbuhan tunas yang dipengaruhi oleh
bentuk pemangkasan yang terlihat sebagai pola sigmoid. Periode tunas pertama
terjadi pada hari ke-0 sampai hari ke-39, masa dorman pada hari ke-39 sampai hari
ke-60 dan periode tunas kedua pada hari ke-60 sampai hari ke-78. Gambar 4 juga
menunjukkan bahwa perlakuan kontrol memiliki panjang tunas terpanjang
sementara bentuk pangkas terbuka tengah dan pangkas pagar tidak berbeda nyata.
Masa dorman tanaman yang dipangkas, baik pangkas pagar maupun pangkas
terbuka tengah, lebih panjang daripada tanaman yang tidak dipangkas. Hal ini
menunjukkan bahwa masa tumbuh tunas (satu periode pertumbuhan tunas) tanaman
yang dipangkas lebih singkat daripada tanaman yang tidak dipangkas.
Jumlah Daun tiap Tunas
Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan nitrogen dan bentuk
pemangkasan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tiap

15
tunas kecuali perlakuan tanpa pemangkasan yang berbeda nyata pada periode tunas
pertama. Hal tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan pengaruh pemupukan
nitrogen dan bentuk pemangkasan terhadap panjang tunas dan menunjukkan bahwa
perlakuan tanpa pemangkasan memiliki panjang tunas terpanjang sehingga jumlah
daun lebih banyak, namun jumlah daun tidak berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya pada periode tunas kedua karena diduga pada periode kedua tunas-tunas
nya memiliki ruas-ruas yang lebih panjang. Sesuai dengan pernyataan Gardner et
al. (2008) bahwa tunas-tunas yang panjang pada tanaman muda akan menyebabkan
tanaman lebih rimbun sehingga tunas saling menaungi.
Tabel 5 Jumlah daun tiap tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dua
periode pertumbuhan tunas
Jumlah daun tiap tunas pada
periode pertumbuhan tunas ke-a
Perlakuan
1
2
Pemupukan Nitrogen
Kontrol
7.4
4.2
Di bawah standar rekomendasi (10 g N)
7.8
3.9
Standar rekomendasi (20 g N)
7.1
3.7
Di atas standar rekomendasi(30 g N)
7.6
3.5
Pemangkasan
Kontrol
9.7a
3.3
Pangkas terbuka tengah
6.9b
3.6
Pangkas pagar
5.9b
4.5
tn
tn
Interaksi
a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji Duncan’s Multiple Range Test)

Tabel 5 juga menunjukkan bahwa jumlah daun berkorelasi positif dengan
panjang tunas. Tunas yang pendek memiliki jumlah daun yang lebih sedikit
dibandingkan tunas yang lebih panjang kecuali pada tunas yang memiliki ruas lebih
panjang. Tunas yang memiliki ruas lebih panjang kemungkinan besar akan
memiliki jumlah daun yang sama dengan tunas yang lebih pendek karena ruasruasnya pendek.
Jumlah daun berhubungan dengan kemampuan tanaman dalam melakukan
fotosintesis. Daun yang banyak menggambarkan luas permukaan daun yang dapat
menangkap cahaya matahari lebih luas walaupun banyak faktor lain yang
mempengaruhi seperti luas daun dan Indeks Luas Daun (ILD). Tanaman yang
dipangkas memiliki jumlah daun yang sedikit, namun memiliki keuntungan karena
jumlah transpirasi akan sedikit dibandingkan tanaman yang tidak dipangkas.
Pertambahan jumlah daun dapat digambarkan sebagai pola pertumbuhan
sigmoid. Dalam hal ini, pertumbuhan digambarkan dengan pertambahan jumlah
daun sehingga pola pertumbuhannya mengikuti pola pertumbuhan panjang tunas.
Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa periode tunas pertama terjadi pada hari ke-0
sampai hari ke-39, masa dorman pada hari ke-39 sampai hari ke-60, dan periode
tunas kedua pada hari ke-60 sampai hari ke-78. Fase eksponensial, fase linier, dan
fase ln tidak begitu terlihat pada pola pertambahan daun tiap tunas sehingga hanya
dapat digambarkan oleh pola sigmoid secara umum.

16

Jumlah Daun/Tunas

14
12
10
8
6
4
2
0
3

6

9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78

Hari Setelah Pemangkasan (HSP)

Gambar 5 Pengaruh perlakuan pupuk nitrogen terhadap pertambahan jumlah daun
tiap tunas jeruk keprok Borneo Prima.
Kontrol,
Pemupukan
nitrogen di bawah standar rekomendasi (10 g N),
Pemupukan
nitrogen sesuai standar rekomendasi (20 g N), x Pemupukan nitrogen
di atas standar rekomendasi (30 g N)

Jumlah Daun tiap Tunas

14
12
10
8
6
4
2
0
3

6

9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78

Hari Setelah Pemangkasan (HSP)

Gambar 6 Pengaruh perlakuan pemangkasan terhadap pertambahan jumlah daun
tiap tunas jeruk keprok Borneo Prima.
Kontrol,
Pangkas
terbuka tengah,
Pangkas pagar
Pertambahan jumlah daun tiap tunas pada perlakuan bentuk pemangkasan
(Gambar 5 dan 6) lebih cepat berhenti daripada pertambahan panjang tunasnya
(Gambar 3 dan 4). Pada periode tunas pertama, jumlah daun sudah tidak bertambah
pada hari ke-21 sementara tunas terus tumbuh sampai hari ke-39. Hal yang sama
terjadi pada periode kedua pertumbuhan tunas. Pertambahan daun berhenti lebih
cepat dan daun akan bertambah tua bersamaan dengan pertumbuhan tunas menuju
masa dorman. Masa dorman daun sama dengan masa dorman tunas.
Luas Daun
Tabel 6 menunjukkan bahwa pemupukan nitrogen (N) tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap luas daun. Tidak berpengaruhnya N pada perlakuan
pemupukan nitrogen