Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Studi Kasus Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS

(Citrus Aurantifolia)

(Studi Kasus: Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Oleh:

RONI JOHANNES SINAGA 100304093

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SKRIPSI

Oleh:

RONI JOHANNES SINAGA 100304093

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Salmiah, MS) (Ir. M. Jufri, M.Si)

NIP : 195702171986032001 NIP : 196011101988031003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

RONI JOHANNES SINAGA (100304093) dengan judul Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Studi kasus Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, M. S dan Bapak Ir. M. Jufri, M. Si

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana manfaat dari jeruk nipis serta mengulas tentang pendapatan dan usahatani dari para petani serta apa-apa saja kendala yang dihadapi petani selama melakukan usahatani. Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu Desa Marjanji Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai, berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan sentra produksi jeruk nipis. Sampel diambil dengan menggunakan metode Simple Random Sampling yaitu sebanyak 30 petani. Pada penelitian ini menggunakan alat analisis finansial dengan kriteria-kriteria B/C, NPV dan IRR selain itu juga menggunakan analisis pendapatan usahatani.

Dari hasil analisis kelayakan finansial usahatani jeruk nipis didapat nilai B/C sebesar 4,19 pada tingkat diskonto sebesar 10 persen dan sebesar 2,56 pada tingkat diskonto 15 persen. Hal ini menunjukkan bahwasanya usahatani jeruk nipis layak untuk dijalankan. Selanjutnya jika dilihat darri NPV, nilai NPV dari usahatani jeruk nipis pada tingkat diskonto 10 persen sebesar Rp. 55.345.282 dan pada tingkat diskonto sebesar 15 persen sebesar Rp. 37.961.757. hal ini menunjukkan bahwasanya usahatani jeruk nipis layak untuk dijalankan karena NPV lebih besar dari pada nol. Selanjutnya jika dianalisis menggunakan IRR nilai IRR pada tingkat diskonto 10 persen maupun 15 persen adalah sebesar 14 persen. Hal ini menggambarkan bahwasanya usahatani layak untuk dijalankan karena nilai IRR lebih besar dari nilai OCC (6 %).


(4)

Roni Johannes Sinaga with thesis titled Financial Analyze of Lemon Farming (Citrus Aurantifolia). Study case was in Marjanji village, Sipispis Subdistrict, Serdang Bedagai Regency. This study was supervised by Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S. and Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.

This study was conducted to identify the benefit of lemon and describe the farmes income and the issues of lemon farming. The study area was purposively determined in Marjanji village, Sipispis Subdistrict, Serdang Bedagai Regency. In consideration of the amount of lemon produced in the village. The sampling method was simple random sampling with 30 participants. The analyze method used financial analyze with B/C. NPV and IRR criteria and farming income analyze.

The study had shown that the financial analyze of lemon farming was at amount of B/C 4.19 at 10% dicount rate. It shows that lemon farming was a feasible business. From NPV analyze, NPV at 15% discount rate was Rp. 55.345.282 and at 10% discount rate was Rp. 37.961.757. It meant that lemon farming is a feasible business. From IRR analyze, IRR at 10% and 15% was 14%. It meant that lemon business is a feasible business because it is greater than OCC value (6%).


(5)

RIWAYAT HIDUP

RONI JOHANNES SINAGA lahir di Gunung Pamela pada tanggal 02 Desember 1992 anak dari Bapak Wilmar Sinaga dan Ibu Selma Pane Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar Negeri 102116 Gunung Pamela tamat tahun 2004.

2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Tebing Tinggi tamat tahun 2007.

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tebing Tinggi tamat tahun 2010.

4. Tahun 2010 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur MANDIRI 5. Bulan Juli-Agustus 2014 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa

Gunung Monako, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

6. Bulan Januari 2015 melakukan penelitian skripsi di Kabupaten Serdang Bedagai.


(6)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M. S selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec sebagai Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memfasilitasi penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

2. Bapak Ir. M. Jufri, M. Si sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Seluruh dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis. 4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya

pegawai Program Studi Agribisnis (Kak Yani dan Kak Runi) yang telah membantu seluruh proses administrasi.


(7)

Segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Wilmar Sinaga dan Ibunda Selma Pane atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Aziz, Rahmad, Samir, Nanda, Rizky, Constantin, Lisda, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis serta teman-teman angkatan 2010, 2011 dan 2012 di Program Studi Agribisnis yang lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kebaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya bagi penulis pribadi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2015


(8)

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman ... 7

2.2 Landasan Teori ... 7

2.2.1. Pendapatan ... 9

2.2.2. Faktor Pendapatan ... 10

2.2.3. Kelayakan Finansial ... 10

2.4 Kerangkan Pemikiran ... 15

2.5 Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 18

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.4 Metode Analisis Data ... 19

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 23

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 25

4.1.2 Tata Guna Lahan ... 27

4.1.3. Keadaan Penduduk ... 27

4.1.4 Desa Marjanji ... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pendapatan Usaha Tani Jeruk Nipis ... 32

5.1.1 Biaya Tetap Usahatani Jeruk Nipis di Desa Marjanji ... 32

5.1.2 Biaya Variabel Usahatani Jeruk Nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai ... 34

5.1.3 Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk Nipis. ... 36 5.2 Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis di Desa Marjanji, Kecamatan


(9)

Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai ... 38

5.2.1. Benefit Cost Ratio (B/C) ... 40

5.2.2. Net Present Value (NPV) ... 40

5.2.3. Internal Rate of Return (IRR) ... 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 42

6.2 Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA


(10)

Tabel Judul Hal 1 Luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Per

Kecamatan 2014

26 2 Penggunaan Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai 2014 27 3 Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Menurut

Kecamatan dan Jenis Kelamin 2014

28 4 Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha

2014

29 5 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin 2014

29 6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan 2014 30 7 Komponen Biaya Tetap Usahatani Jeruk Nipis Per

Hektar (Dalam Ribuan)

33 8 Biaya Variabel Usahatani Jeruk Nipis Per Hektar

(Dalam Ribuan).

34 9 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usahatani Jeruk Nipis

Per Hektar. (Dalam Ribuan)

35 10 Analisis Penerimaan Usahatani Jeruk Nipis per Hektar

(Dalam Ribuan)

36 11 Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk Nipis per Hektar

(Dalam Ribuan)

37 12 Hasil Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis per

Hektar


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal


(12)

Lampiran Judul

1 Total Biaya Usahatani Jeruk Nipis Pada Tahun Pertama 2

3 4 5 6 7 8 9 10

Total Biaya Usahatani Jeruk Nipis Pada Tahun Kedua Total Biaya Usahatani Jeruk Nipis Pada Tahun Ketiga Total Biaya Usahatani Jeruk Nipis Pada Tahun Keempat Total Biaya Usahatani Jeruk Nipis Pada Tahun Kelima Total Biaya Usahatani Jeruk Nipis Pada Tahun Keenam Total Biaya Usahatani Jeruk Nipis Pada Tahun Ketujuh Total Biaya Usahatani Jeruk Nipis Pada Tahun Kedelapan

Perhitungan Benefit Cost Ratio Perhitungan Net Present Value Perhitungan IRR


(13)

ABSTRAK

RONI JOHANNES SINAGA (100304093) dengan judul Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Studi kasus Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, M. S dan Bapak Ir. M. Jufri, M. Si

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana manfaat dari jeruk nipis serta mengulas tentang pendapatan dan usahatani dari para petani serta apa-apa saja kendala yang dihadapi petani selama melakukan usahatani. Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu Desa Marjanji Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai, berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan sentra produksi jeruk nipis. Sampel diambil dengan menggunakan metode Simple Random Sampling yaitu sebanyak 30 petani. Pada penelitian ini menggunakan alat analisis finansial dengan kriteria-kriteria B/C, NPV dan IRR selain itu juga menggunakan analisis pendapatan usahatani.

Dari hasil analisis kelayakan finansial usahatani jeruk nipis didapat nilai B/C sebesar 4,19 pada tingkat diskonto sebesar 10 persen dan sebesar 2,56 pada tingkat diskonto 15 persen. Hal ini menunjukkan bahwasanya usahatani jeruk nipis layak untuk dijalankan. Selanjutnya jika dilihat darri NPV, nilai NPV dari usahatani jeruk nipis pada tingkat diskonto 10 persen sebesar Rp. 55.345.282 dan pada tingkat diskonto sebesar 15 persen sebesar Rp. 37.961.757. hal ini menunjukkan bahwasanya usahatani jeruk nipis layak untuk dijalankan karena NPV lebih besar dari pada nol. Selanjutnya jika dianalisis menggunakan IRR nilai IRR pada tingkat diskonto 10 persen maupun 15 persen adalah sebesar 14 persen. Hal ini menggambarkan bahwasanya usahatani layak untuk dijalankan karena nilai IRR lebih besar dari nilai OCC (6 %).


(14)

Roni Johannes Sinaga with thesis titled Financial Analyze of Lemon Farming (Citrus Aurantifolia). Study case was in Marjanji village, Sipispis Subdistrict, Serdang Bedagai Regency. This study was supervised by Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S. and Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.

This study was conducted to identify the benefit of lemon and describe the farmes income and the issues of lemon farming. The study area was purposively determined in Marjanji village, Sipispis Subdistrict, Serdang Bedagai Regency. In consideration of the amount of lemon produced in the village. The sampling method was simple random sampling with 30 participants. The analyze method used financial analyze with B/C. NPV and IRR criteria and farming income analyze.

The study had shown that the financial analyze of lemon farming was at amount of B/C 4.19 at 10% dicount rate. It shows that lemon farming was a feasible business. From NPV analyze, NPV at 15% discount rate was Rp. 55.345.282 and at 10% discount rate was Rp. 37.961.757. It meant that lemon farming is a feasible business. From IRR analyze, IRR at 10% and 15% was 14%. It meant that lemon business is a feasible business because it is greater than OCC value (6%).


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian Indonesia, dulunya diarahkan untuk pencakupan makanan atau pangan. Pertanianpun dapat diarahkan untuk meningkatkan devisa sekaligus memproduksi barang subtitusi impor. Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan penguasaan ilmu dan teknologi, mengakibatkan terjadinya kecenderungan pola tranformasi dari pertanian ke industri. Hal ini umumnya terjadi di dunia ke tiga, dimana sektor pertanian sering mengakami pertumbuhan yang menurun, sedangkan sektor industri termasuk industri pengolahan hasil pertanian,terjadi laju pertumbuhan yang meningkat. Agroindustri (pertanian,peternakan,perikanan), industri ini terbukti dapat bertahan bahkan tumbuh pada kondisi krisis ekonomi dan moneter sehingga dapat menjadi penggerak pembangunan dimasa datang dengan perang yang lebih besar,lahan yang tersedia masih cukup besar, sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, dan merupakan pendukung ketahanan pangan nasional (Mangunwidjaja, 2002).

Jeruk asam atau limau asam adalah jeruk nipis atau Citrus javanica. Jeruk yang rasanya asam atau yang dimaksudkan disini bukan jeruk nipis saja tapi jeruk asam lain seperti limau yang masih berkerabat dekat dengan jeruk nipis. Jeruk nipis sendiri terdiri dari tiga jenis yaitu sinensis, amara, aurantifolia. Orang Indonesia lebih mengenal jeruk sinensis sebagai jeruk manis. Salah satu jenis jeruk nipis


(16)

buahnya berbentuk bulat sempurna tanpa benjolan dan berputing. Daging buahnya berair, asam warnanya putih kehijau-hijauan, harum dan berbiji .

Jeruk asam, dari namanya tentu saja sudah tercermin rasa dari jeruk tersebut, yaitu asam. Walaupun asam, jeruk ini memiliki peluang sendiri. Bahkan kebutuhan akan jeruk asam ini semakin meningkat setiap tahunnya. Sayangnya, meningkatnya permintaan tidak diimbangi dengan meningkatnya persediaan di pasar. Tentu saja kondisi ini sangat menguntungkan, karena terbuka peluang untuk membudidayakannya.

Jeruk nipis sebagai obat tradisional yang bermanfaat bagi tubuh manusia karena memiliki berbagai macam kegunaan, mungkin banyak orang yang tidak tahu kalau ternyata banyak sekali manfaat jeruk nipis. Nama jeruk nipis mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat tapi banyak yang belum tahu khasiat jeruk nipis. Jeruk nipis tidak pernah di makan orang secara langsung, karena rasa buah ini jauh dari manis, sehingga sampai saat ini belum pernah terdengar cerita jeruk nipis di hidangkan orang sebagai buah meja yan santap begitu saja seperti buah-buahan matang segar yang lain. Namun dalam hal-hal tertentu jeruk nipis lebih kaya variasinya dalam penggunaan dan pemakaiannya untuk keperluan sehari-hari dalam rumah tangga. Dan juga karena kandungan-kandungan zat yang terkandung di dalamnya menyebabkan jeruk mungil ini banyak di pakai orang dalam merahmu bahan-bahan obat, marawat kecantikan, penyebar minuman, bumbu masakan, dan sebagainya (Anonimousa, 2014).


(17)

3

Jeruk nipis atau limau nipis adalah tumbuhan perdu yang menghasilkan buah dengan nama sama. Tumbuhan ini dimanfaatkan buahnya, yang biasanya bulat, berwarna hijau atau kuning, memiliki diameter 3-6 cm, memiliki rasa asam dan agak pahit, agak serupa rasanya dengan lemon. Jeruk nipis, yang sering dinamakan secara salah kaprah sebagai jeruk limau, dipakai perasan isi buahnya untuk memasamkan makanan, seperti pada soto.

Jeruk nipis sering digunakan sebagai penyedap masakan dan minuman penyegar pelepas dahaga. Air jeruk nipis dianggap manjur untuk mengeluarkan lendir pada saluran pernafasan ketika sedang flu. Sementara akar tanamanya dipercaya mengobati diare (Arsyad, dkk 1992).

Buah jeruk nipis tanpa biji, yang berwarna hijau selagi muda dan berubah menjadi kuning setelah tua, ukurannya besar-besar. Kalau jeruk nipis biasa sekilo berisi 30 buah, maka jeruk nipis tanpa biji sekilo berisi 14-20 buah. Rasa buah lebih masam, aromanya lebih sedap dan yang jelas lebih tahan lama dibanding jeruk nipis biasa. “Jeruk nipis tanpa biji tanpa disimpan dalam lemari es selama sebulan

masih tahan.

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) termasuk salah satu jenis Citrus Geruk. Jeruk nipis termasuk jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting.


(18)

Tingginya sekitar 0,5-3,5 m. Batang pohonnya berkayu ulet, berduri, dan keras. Sedang permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk ellips dengan pangkal membulat, ujung tumpul, dan tepi beringgit. Panjang daunnya mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm. Sedangkan tulang daunnya menyirip dengan tangkai bersayap, hijau dan lebar 5-25 mm.

Bunganya berukuran majemuk/tunggal yang tumbuh di ketiak daun atau di ujung batang dengan diameter 1,5-2,5 cm. kelopak bungan berbentuk seperti mangkok berbagi 4-5 dengan diameter 0,4-0,7 cm berwama putih kekuningan dan tangkai putik silindris putih kekuningan. Daun mahkota berjumlah 4-5, berbentuk bulat telur atau lanset dengan panjang 0,7-1,25 cm dan lebar 0,25-0,5 cm berwarna putih (Soemaryono, 1990).

Tanaman jeruk nipis pada umur 2,5 tahun sudah mulai berbuah. Buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5 -5 cm berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan. Tanaman jeruk nipis mempunyai akar tunggang. Buah jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam. Tanaman jeruk umumnya menyukai tempat-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari langsung.

Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus Geruk. Jeruk nipis termasuk jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Tingginya sekitar


(19)

0,5-5

3,5 m. Batang pohonnya berkayu ulet, berduri, dan keras. Sedang permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk ellips dengan pangkal membulat, ujung tumpul, dan tepi beringgit. Panjang daunnya mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm (Soeprapto, 1997).

Pengembangan suatu usahatani sangat bergantung pada sumberdaya, tetapi sumberdaya ini sangat terbatas jumlahnya sehingga produksi atau keuntungan yang dihasilkan juga terbatas. Sumberdaya yang merupakan faktor yang penting dalam suatu usahatani adalah lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi.

Kebutuhan konsumsi buah jeruk adalah kebutuhan minimal buah jeruk yang dikonsumsi. Biasanya untuk mengetahui kebutuhan minimal digunakan indikator, salah satunya adalah tingkat kecukupan gizi yang dikonsumsi atau jumlah zat gizi yang harus dikonsumsi sehingga tercapai kesehatan yang memadai. Oleh karena itu, kebutuhan konsunsi buah jeruk yang dimaksud merupakan kebutuhan minimal yang seharusnya dikonsumsi masyarakat (Wirakusumah, 1991).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana manfaat dari jeruk nipis serta mengulas tentang pendapatan dan usahatani dari para petani serta apa-apa saja kendala yang dihadapi petani selama melakukan usahatani.

1.2.

Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pendapatan usahatani jeruk nipis di daerah penelitian? 2. Bagaimana analisis finansial usahatani jeruk nipis di daerah penelitian?


(20)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan usahatani jeruk nipis di daerah penelitian.

2. Bagaimana analisis finansial usahatani jeruk nipis di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai gambaran bagi petani yang ingin mengusahakan usahatani jeruk nipis.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah untuk menjaga stabilitas harga jeruk nipis.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman

Nama jeruk nipis sudah tidak asing lagi bagi semua penduduk dinegeri kita. Jeruk nipis juga dikenal dengan nama jeruk pecel (Jawa), dan jeruk dhurga (Madura). Nama lain jeruk nipis adalah Citrus aurantifolia Swingle.

Klasifikasi Tanaman Jeruk Nipis

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Sapindales Famili: Rutaceae Genus: Citrus

Spesies: C. aurantifolia

(Anonimousb, 2014)

2.2. Landasan Teori

Pohon ini bercabang banyak, tinggi 1,5-3,5 meter, berduri panjangnya 0,3-1,2 cm. Tangkai daun kearah ujung kadang-kadang bersayap sedikit, sayap beringgit melekuk ke dalam panjang 0,5-2,5 cm. Helaian daun bulat telur elliptis atau bulat telur memanjang dengan pangkal bulat dan ujung tumpul melekuk ke dalam sedikit, tepi beringgit dan panjangnya antara 2,5-9 cm. Bunga 1,5-2,5 cm diameternya, daun mahkota dari luar putih kuning, buah berbentuk bulat berwarna kuning setelah tua/masak dan berwarna hijau ketika masih muda dengan diameter


(22)

3,5-5 cm. Kulit buah 0,2-0,5 cm tebalnya. Warna daging buah kuning kehijauan. Bisa ditanam di daerah berketinggian 1-1.000 meter diatas permukaan laut.

Jeruk nipis alias jeruk pecel atau jeruk tepis adalah semacam buah yang banyak mengandung air. Air buahnya sangat rasanya, tapi baunya sedap. Kulit buah pada jeruk nipis mengandung semacam minyak atsiri yang pahit rasanya. Minyak atsiri adalah sejenis minyak yang mudah sekali menguap pada suhu kamar tanpa mengalami penguraian terlebih dahulu, dan baunya sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak tersebut mudah bersenyawa dengan alkohol, eter, dan minyak lemak, tapi sukar sekali larut dalam air. Minyak atsiri yang berasal dari kulit jeruk nipis dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama minyak sitrun atau citroen olie. Minyak ini mengandung zat kimiawi citrol sebanyak 7%. Kadar minyak atsiri dari kulit jeruk nipis adalah 1,8% dengan berat jenis 0,87. Minyak sitrun banyak digunakan untuk campuran minyak wangi dan obat-obatan. Untuk memperoleh minyak atsiri dari kulit jeruk nipis bisa diperoleh lewat cara apitan atau perasan (Jaya, 1992).

Daerah penyebaran jeruk nipis sangat luas, sebab di Indonesia jeruk nipis bisa tumbuh hampir di semua tipe tanah. Tapi hasil maksimum akan bisa diperoleh apabila ditanam di daerah yang banyak mengandung air dan bertanah gembur. Penanaman yang baik bisa dilakukan dengan jarak tanaman 6  6 meter. Sekali tumbuh jeruk nipis tidak banyak memerlukan pemeliharaan.Jeruk nipis bisa berbuah terus-menerus sepanjang tahun (tak mengenal musim)dengan produksi tiap pohon ± 400 buah. Berbuah paling lebat pada waktu musim kemarau.


(23)

9

Menurut Daftar Komposisi Bahan Makanan yang diterbitkan oleh Lembaga Makanan Rakyat Departemen Kesehatan, tiap 100 gram jeruk nipis mengandung protein sebanyak 0,8 gram, lemak 0,1 gram, hidrat arang 12,3 gram, kalsium 40 mg, fosfor 22 mg, zat besi 0,6 mg, vitamin A 0 si, vitamin B1 0,04 mg, vitamin C 27 mg, air 86,0 gram, dengan nilai kalori 37 kalori. Sedang bagian yang dapat dimakan adalah 76% dari berat keseluruhan (Anonimousc, 2014).

2.2.1. Pendapatan

Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Pendapatan juga merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu, biasanya perbulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubu ngkan dengan suatu standart kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Pendapatan ini diperoleh seseorang dari mata pencarian utama dengan atau tanpa mata pencarian lain. Dengan demikian seseorabg diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya (Boediono, 1992).

Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan dari nilai penjualan hasil ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk, pestisida, dan alat-alat) pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga, pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993).


(24)

2.2.2. Faktor Pendapatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan terdiri dari faktor produksi atau input dan jumlah produksi atau output . faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal yaitu ketersediaan dan harga. Apabila ketersediaan input dipasaran langka maka akan mempengaruhi produktivitas. Demikian pula dengan harga yang tinggi akan menentukan besar atau kecilnya biaya dan pendapatan dari usaha tani. Jumlah produksi (output) terdiri dari permintaan dan harga. Jika permintaan akan produksi tinggi makan harga ditingkat petani tinggi pula sehingga dengan biaya yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Sebaliknya, jika petani telah berhasil meningkatkan produksi tetapi harga turun maka pendapatan petani akan turun pula. Oleh karena itu faktor produksi (input) dan jumlah produksi (output) akan berpengaruh terhadap biaya dan pendapatan usaha tani.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu pertama faktor eksternal dan faktor internal serta yang kedua faktor manageman. Hal yang termasuk faktor internal adalah umur petani, pendidikan, pengalaman, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan modal. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal berupa permintaan dan harga. Faktor managemen juga sangat menentukan dalam mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh pendapatan yang maksimal (Suratiyah, 2008).


(25)

11

2.2.3. Kelayakan Finansial

Kelayakan dari suatu kegiatan usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila kegiatan usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial

(Kasmir dan Jakfar, 2003).

Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial, yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut .

Sebenarnya analisis ekonomi ini juga merupakan analisis finansial, hanya saja dalam melakukan perhitungan analisis ekonomi dan analisis finansial terjadi perbedaan. Dalam analisis ekonomi, variabel harga yang dipakai adalah harga bayangan (shadow price), sedangkan dalam analisis finansial, variable harga yang digunakan adalah data harga real yang terjadi di masyarakat ( Soekartawi, 1998)


(26)

Analisis finansial didasarkan pada keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan data harga yang sebenarnya ditemukan di lapangan (real price). Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan dapat melihat apa yang terjadi pada proyek dalam keadaan apa adanya. Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan juga dapat segera melakukan penyesuaian (adjustment), bilamana proyek tersebut dikerjakan meyimpang dari rencana semula.

Ada 6 tujuan utama analisis finansial untuk proyek-proyek pertanian yaitu :

1. Penilaian Pengaruh Finansial

Tujuan yang paling penting dari analisis finansal adalah menilai pengaruh-pengaruh proyek terhadap para petani, perusahaan swasta dan umum, badan-badan pelaksanaan pemerintah dan pihak lain yang turut serta dalam proyek tersebut.

2. Penilaian Penggunaan Sumberdaya Terbatas

Jumlah Pengembalian (hasil) proyek dan pembayaran pinjaman-pinjaman yang meningkat pada perusahaan-perusahaan perseorangan merupakan indikator yang penting dari penggunaan sumberdaya secara efisien.

3. Penilaian Insentif (Penarik)

Pengamatan secara finansial sangat dibutuhkan dalam penilaian insentif pada para petani, manajer, pemilik (termasuk pemerintah) yang ikut dalam proyek. 4. Ketetapan suatu Rencana Pembelanjaan


(27)

13

menggambarkan keadaan finansial dan sumber-sumber dana berbagai peserta proyek serta proyek itu sendiri.

5. Koordinasi kontribusi Finansial

Rencana Finansial mengikuti kordinasi dan kontribusi finansial dari berbagai peserta proyek. kordinasi tersebut dibuat pada dasar dari proyeksi seluruh finansial untuk proyek sebagai seluruh keseluruhan.

6. Penyiapan Analisa Investasi Usahatani

Analisis investasi usaha pertanian dimaksudkan untuk menentukan daya tarik suatu usulan investasi terhadap petani dan pihak lain termasuk masyarakat secara keseluruhan.

Suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dassar persetujuan atau penolakan terhadap suatu proyek / usaha, telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi. Kriteria investasi yang umum dikenal ada 6 yaitu :

1. Net Present Value dari arus benefit dan biaya (NPV) 2. Internal Rate of Return (IRR)

3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 4. Gross Benefit- Cost Ratio (Gross B/C) 5. Profitability Ratio (PV/C)

6. Return on Investment (ROI).

Setiap kriteria ini mempergunakan perhitungan nilai sekarang atas arus benefit dan biaya. Analisis Finansial yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan sebagai berikut:


(28)

Dalam kelayakan investasi ini beberapa indikator finansial yang digunakan yaitu perhitungan terhadap NPV ( Net Present Value ) dan IRR (Internal Rate Of Return ).

NPV ( Net Present Value )

NPV adalah metode penilaian yang dapat menciptakan cash in flow dibandingkan dengan opportunity cost dari capital yang ditanamkan. Jika hasil perhitungan NPV > 0 maka dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan menghasilkan cash in flow dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan opportunity cost-nya.

IRR (Internal Rate Of Return )

IRR adalah suatu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah dikalikan discount factor. Jika hasil IRR ternyata lebih besar dari bunga bank maka dapat dikatakan bahwa investasi yang dilakukan lebih menguntungkan jika dibandingkan modal yang dimiliki disimpan di bank (Rahim dan Diah, 2008).


(29)

15

perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan dalam usaha. JIka ratio menunjukan hasil nol maka dapat dikatakan bahwa usaha tidak memberikan keuntungan finansial. Demikian juga jika ratio menunjukkan angka kurang dari 1 maka usaha yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dari kegiatan yang dilaksanakan (Rahim dan Diah, 2008).

Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C)

Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah di-discount degan cost secara keseluruhan. Apabila Gross B/C > 1, proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya Gross B/C < 1, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Return On Investment (ROI)

Return On Investment (ROI) adalah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Payback Period (PP)

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali suatu periode investasi dengan menggunakan “Proces” didapat dari


(30)

penghasilan sesudah pajak ditambah dengan depresiasi. Demikian payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya.

2.4. Kerangka Pemikiran

Peluang pengembangan usahatani jeruk nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai memiliki potensi yang cukup baik. Besarnya permintaan masyarakat akan jeruk nipis sebagai kebutuhan sehari-hari masyarakat memberikan peluang yang sangat luas bagi petani jeruk nipis.

Usahatani jeruk nipis ini sangat memiliki prospek mengingat setiap masakan pasti membutuhkan jeruk nipis guna untuk menghilangkan bau amis dari ikan, udang, cumi dan makanan seafood lainnya sebelum diolah. Selain itu di rumah makan nipis digunakan sebagai pengharum pencuci tangan .

Jika melihat prospek usahatani jeruk nipis yang sangat baik perlu dilakukan penelitian tentang analisis finansial usahatani serta analisis pendapatan usahatani jeruk nipis. Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan apakah usahatani jeruk nipis ini layak atau tidak layak untuk dijalankan. Hal tersebut dapat digambarkan dengan skematik seperti dibawah ini.


(31)

17

Keterangan :

: Menyatakan Pengaruh

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.5. Hipotesis Penelitian

Dari identifikasi permasalahan yang ada dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

1. Usahatani jeruk nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai Layak diusahakan berdasarkan kriteria analisis usahatani

Usahatani Jeruk Nipis

Pendapatan Usahatani Jeruk NIpis

Biaya Usahatani Jeruk Nipis

Analisis Usahatani

Analisis Finansial

NPV B/C IRR

Layak Tidak Layak


(32)

2. Usahatani jeruk nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai Layak diusahakan berdasarkan kriteria analisis finansial


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penentuan Daerah Sampel

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu Desa Marjanji Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai, berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan sentra produksi jeruk nipis.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh petani jeruk nipis yang ada di Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai, dimana populasi petani yang mengusahakan jeruk nipis di desa tersebut adalah 42 petani . Sampel diambil dengan menggunakan metode Simple Random Sampling yaitu sebanyak 30 petani, dengan rumus slovins ebagai berikut :

n =

Dimana :

n = ukuran sample N = ukuran populasi

e = nilai kritis yang diinginkan (%)

Jadi :

n = 42 1+ 42 (0,10)2 n = 42 1 + 0,42


(34)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpul dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani jeruk nipis dengan metode wawancara dan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Sedangkan data skunder diperoleh dari berbagai lembaga, instansi dan dinas yang terkait dengan penelitian ini. Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan Kantor Camat Kecamatan Sipispis dan lain-lain.

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan finansial dengan tujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan pendapatan produktif proyek.

Data yang telah dikumpulkan ditabulasi dengan sederhana, kemudian dianalisis dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan identifikasi masalah. Hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan analisis secara sederhana dengan menghitung total biaya dari kegiatan usaha tani jeruk nipis, dapat dihitung dengan rumus:

Keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan TC = TFC + TVC


(35)

21

Keterangan :

TC = Total Cost (Rp) TFC = Total Fix Cost (Rp) TVC = Total Variable Cost (Rp)

Untuk penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

TR = Y

.

Py (Soekartawi, 1993)

Dimana:

TR = Total Penerimaan (Rp) Y = Jumlah Produksi (Kg)

Py = Harga Produk (Rp)

Perhitungan jumlah pendapatan dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Pd = TR – TC (Soekartawi, 1993)

Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp)

Hipotesis 2 kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Adapun kriteri penilaian investasi adalah Net


(36)

Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), maupun Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Net Present Value (NPV), dari suatu proyek adalah nilai sekarang dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk mengurutkan alternative yang dapat dipilih dalam menentukan alternative pengalokasian sumberdaya yang terbatas.

Metode yang digunakan untuk menghitung antara nilai sekarang dengan penerimaan-penerimaan kas di masa yang akan datang, dengan rumus sebagai berikut :

NPV =

1

(1

)

n

i t t

NB

i

Keterangan:

NB = Net Benefit = Benefit - Cost i = Discount factor

n = Tahun (waktu)

Kriteria Penilaian :

Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima, Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak,

Jika NPV = 0, maka nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima atau ditolak,


(37)

23

2. Metode Internal Rate Of Retrun (IRR) merupakan tingkat diskonto pada saat NPV bernilai sama dengan nol, IRR dinyatakan dalam persentase. IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu pproyek setiap tahunya. Selain itu IRR dapat digunakan untuk menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam mengembangkan usaha sesungguhnya untuk memberikan tingkat keuntungan, semakin tinggi IRR yang dapat dicapai semakin baik pengembangan usahatani jeruk nipis untuk direalisasikan,dengan menggunakan rumus ;

*(

)

NPVIr

IRR Ir

It Ir

NPVIr NPVIt

 

Dimana :

NPV Ir = NPV Pada suku bunga real

NPV It = NPV Pada suku bunga pembanding It = Bunga pembanding

Ir = Bunga real

Kriteria Penilaian :

IRR > suku bunga, maka usaha tersebut diterima atau bisa dilaksanakan IRR < suku bunga , maka usaha tersebut ditolak atau tidak bisa dilaksanakan IRR = suku bunga yang ditetapkan, maka usaha tersebut dilaksanakan atau tidak terserah pengambilan keputusan.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Metode benefit cost ratio adalah merupakan angka pebanding antara nulai total penerimaan dan pengeluaran ini sebelumnya di diskontokan terlebih dahulu untuk menghitung nilai uang terhadap waktu.


(38)

Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui berapa kali kelipatan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluakan oleh petani. Perbandingan antara proses dari tahun-tahun bersangkutan yang telah di present value dengan biaya bersih, yang dapat di rumuskan sebagai berikut:

Net B/C =

1

( )

( )

n

i

i i

PV

PV

Dimana :

PV (+) = Present Value yang telah di discount positif PV (-) = Present Value yang telah di discount negatif i = Discount Factor

n = Tahun ( Waktu)

Kriteria Penilaian :

B/C lebih besar dari 1 (B/C > 1) maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan, namun bila B/C sama dengan 1 (B/C = 1) maka usaha tersebut tidak untung tidak rugi (marginal) sehingga usaha tersebut dilanjutkan atau tidak tergantung pengambl keputusan, sedangkan bila B/C kurang dari 1 (B/C < 1) maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak untuk diusahakan.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :


(39)

25

Definisi

1) Petani adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usahatani pada sebidang tanah atau lahan.

2) Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan dari nilai penjualan hasil ditambah dari nilai hasil yang digunakan sendiri, dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran input (benih, pupuk, pestisida dan alat-alat) pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga.

3) Analisis kelayakan usaha adalah menganalisis suatu usaha layak atau tidak layak untuk diusahakan.

4) Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas.

5) Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani (Rp/thn). 6) Penerimaan adalah perkalian antar hasil produksi dengan harga jual (Rp/thn). 7) Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan biaya produksi (Rp/thn).

Batasan Operasional

1) Daerah penelitian adalah Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai.

2) Sampel penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman jeruk nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai.


(40)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57” Lintang Utara, 30 16” Lintang Selatan, 980 33” Bujur Timur, 990 27” Bujur Barat dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan. Secara topografis, wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada ketinggian 0 – 500 m dpl (dari permukaan laut) dan memiliki garis pantai sepanjang 55 Km dan 1 (satu) pulau terluar yaitu pulau Berhala yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Kabupaten Serdang Bedagai juga terdapat banyak sungai yang selain dapat dipergunakan untuk irigasi dan sumber energi, juga dapat dikelola untuk bahan baku industri air mineral dan air minum.

Secara administratif Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Simalungun Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun


(41)

27

Bila dilihat dari luas wilayah per Kecamatan berdasarkan jumlah 17 (tujuh belas) kecamatan, maka dapat dilihat Kecamatan Dolok Masihul mempunyai proporsi terluas 237.417 Km2 (12,49 % dari luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai), sedangkan kecamatan yang paling kecil wilayahnya adalah Kecamatan Serba Jadi dengan luas 50.690 Km2 (2,67 % dari luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan 2014 No Kecamatan Ibu Kota

Kecamatan Kelurahan Desa

Luas / Area (Km2)

Persen tase (%)

1. Kotarih Kotarih - 11 78,024 4,11

2. Silinda Tarean - 9 56,740 2,99

3. Bintang Bayu

Bintang Bayu - 19 95,586 5,03 4. Dolok

Masihul

Dolok Masihul

1 27 237,417 12,49 5. Serba Jadi Serba Jadi - 10 50,690 2,67 6. Sipispis Sipispis - 20 145,259 7,64 7. Dolok

Merawan

Dolok Merawan

- 17 120,600 6,35

8. Tebing Tinggi

Tebing Tinggi

- 14 182,291 9,59

9. Tebing Syahbandar

Paya Pasir - 10 120,297 6,33

10. Bandar Khalipah

Bandar Khalipah

- 5 116,000 6,10

11. Tanjung Beringin

Tanjung Beringin

- 8 74,170 3,90

12. Teluk Mengkudu

Sialang Buah - 12 66,950 3,52 13. Sei Rampah Sei Rampah - 17 198,900 10,47 14. Sei Bamban Sei Bamban - 10 72,260 3,80 15. Perbaungan Perbaungan 4 24 111,620 5,87 16. Pegajahan Pegajahan 1 13 93,120 4,90 17. Pantai

Cermin

Pantai Cermin

- 12 80,296 4,23

Jumlah 6 237 1.900,220 100,00


(42)

4.1.2 Tata Guna Lahan

Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai luas yang fungsinya dibagi menjadi areal persawahan, perkebunan, pemukiman, hutan, kolam, tambak, semak/alang – alang, rawa dan untuk keperluan lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2. Penggunaan Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai 2014

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1. Kampung/Pemukiman 7.064 3,49

2. Sawah 68.355 20,41

3. Tegalan/Kebun 26.341 13,04

4. Perkebunan Besar 74.697 37,0

5. Perkebunan Rakyat 40.641 20,13

6. Hutan 7.538 3,73

7. Kolam/Tambak 1.009 0,5

8. Semak/Alang-Alang 2.060 1,02

9. Rawa 978 0,48

10. Lain- lain 331 0,16

Jumlah 201.879 100

Sumber :BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka, 2015

Tabel diatas menunjukkan jumlah penggunaan lahan di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar 201.879 Ha dengan penggunaan lahan yang paling luas adalah digunakan untuk perkebunan besar yaitu sebesar 37 % dengan luas lahan 74.697 Ha dan penggunaan lahan terluas kedua adalah untuk sawah sebesar 20,41 % dengan luas lahan 68.355 Ha.

4.1.3. Keadaan Penduduk

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki jumlah penduduk sebanyak 604.026 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 149.346 yang tersebar di seluruh Kabupaten Serdang Bedagai.


(43)

29

Tabel 3. Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 2014

No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah

1. Kotarih 2. 083 4 .102 4. 002 8. 104

2. Silinda 2. 200 4 .258 4. 209 8. 467

3. Bintang Bayu 2. 898 5 .439 5. 314 10. 753

4. Dolok Masihul 12. 954 24.205 24. 819 49. 024

5. Serbajadi 5. 063 9 .814 10 . 063 19. 877

6. Sipispis 8. 287 16.368 15. 762 32. 130

7. Dolok

Merawan 4. 573 8 .687 8. 618 17. 305

8. Tebing Tinggi 10. 453 20.374 20. 532 40. 906 9. Tebing

Syahbandar 8. 215 16.388 16. 325 32. 713

10. Bandar

Khalipah 6. 127 12.504 12.673 25. 177

11. Tanjung

Beringin 8. 736 19.117 18 .345 37. 462

12. Sei Rampah 15. 934 32.433 31 .974 64. 407 13. Sei Bamban 10. 444 21.719 21 .766 43. 485 14. Teluk

Mengkudu 10. 016 21.035 20 .750 41 .785

15. Perbaungan 24. 246 50.847 50 .710 101.557

16. Pegajahan 6. 886 13.782 13 .513 27 .295

17. Pantai Cermin 10. 231 21.967 21 .612 43 .579 Jumlah 149. 346 303.039 300 .987 604.026 Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka, 2015

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yang berjumlah 102.557 jiwa dan jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih yang berjumlah 8.104 jiwa. Penduduk yang dominan di Kabupaten Serdang Bedagai adalah penduduk yang berjenis kelamin laki - laki yakni sebanyak 303.039 jiwa dari keseluruhan jumlah penduduk.


(44)

Tabel 4. Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha 2014 No. Lapangan Usaha Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Sektor Pertanian 81.962 32,07

2 Perdagangan 32.698 12,79

3. Industri 32.253 12,62

4. Jasa 30.877 12,08

5. Pertambangan dan Penggalian 403 0,16

6. Jasa Keuangan 538 1,21

7. Lain – lain 76.834 30,06

Jumlah 255.565 100

Sumber :BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka, 2015

Tabel diatas menunjukkan jumlah angkatan kerja adalah 255.565 jiwa dengan persentase terbesar pada sektor pertanian adalah sebesar 32,07 % atau sebesar 81.962 jiwa. Sedangkan persentase terbesar kedua adalah pada sektor perdagangan sebesar 12,62 % dengan jumlah 32.698 jiwa.

Tabel 5. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2014. No Golongan Umur (Tahun) Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) 1. 0 - 4 34.173 32.172 66.345 2. 5 - 9 31.523 30.359 61.882

3. 10 - 14 31.808 29.831 61.639

4. 15 - 19 29.323 27.070 56.393

5. 20 - 24 24.343 23.217 47.560

6. 25 - 29 23.937 24.280 48.217

7. 30 - 34 22.805 22.948 45.753

8. 35 - 39 20.885 21.370 42.255

9. 40 - 44 20.281 20.245 40.526

10. 45 - 49 17.903 18.972 36.875 11. 50 - 54 11.753 15.825 31.562

12. 55 - 59 7.025 12.014 23.767

13. 60 + 18.568 22.684 41.252

Jumlah 303.039 300.987 604.026


(45)

31

Tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai yang berusia produktif (15 – 64 tahun) berjumlah 405.448 jiwa yang terdiri dari 196.823 laki – laki dan 208.625 perempuan dari keseluruhan jumlah penduduk.

4.1.4 Desa Marjanji

Desa Marjanji merupakan sebuah desa yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Sipispis. Desa Marjanji terdiri dari 14 Dusun dengan luas 1354 Ha. Desa Marjanji memiiliki kondisi geografis dengan ketinggian 62 mdpl. Curah hujan di Desa Marjanji dapat dikategorrikan sebagai curah hujan yang cukup baik untuk usahatani jeruk nipis yaitu 2000Mm/ Tahun. Topografi Desa Marjanji merupakan sebuah dataran tinggi dengan suhu rata-rata 30oC. Desa Marjanji memiliki batas-batas administratif sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Baja Dolok Sebelah Timur : Desa Buluh Duri

Sebelah Selatan : Desa Gunung Monako Sebelah Barat : Desa Silau Pandang

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan 2014

No Pekerjaan Jumlah

(Jiwa)

1 Petani 723

2 Buruh Tani 645

3 Wiraswasta 123

4 PNS 48

Total 1.539

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka, 2015

Dominan masyarakat Desa Marjanji bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 723 Orang diikuti oleh buruh tani sebesar 645 Orang selebihnya masyarakat Desa Marjanji memilih berprofesi sebagai pedagang, wiraswasta dan PNS. Mayoritas


(46)

masyarakat di Desa Marjanji memilih bercocok tanam di bidang perkebunan yaitu seluas 1200 Ha. Sisanya masyarakat Desa Marjanji Mengusahakan tanaman pangan.


(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pendapatan Usaha Tani Jeruk Nipis

Kegiatan usahatani jeruk nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai merupakan usaha yang telah lama diusahakan oleh warga di Desa Marjanji. Hal ini dapat dilihat dari pengalaman para peetani jeruk nipis dan lama bercocok tanam yang mencapai lebih dari 5 (lima) tahun. Pendapatan usahatani jeruk nipis dikaji untuk mengetahui gambaran tentang kegiatan usahatani jeruk nipis di lokasi penelitian berdasarkan subsistem sarana penyediaan input dan subsistem produksi.

Pendapatan usaha tani jeruk nipis merupakan suatu pengurangan antara penerimaan usaha tani dengan total biaya dalam usaha tani jeruk nipis tersebut . Penerimaan usaha tani merupakan perkalian antara jumlah produksi dengan harga jeruk nipis di tangan konsumen. Tanaman jeruk nipis mulai menghasilkan pada tahun ketiga yang dimana pada tahun ketiga ini tanaman sudah dapat di panen setiap harinya.

5.1.1. Biaya Tetap Usahatani Jeruk Nipis di Desa Marjanji.

Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani dan tidak tergantung oleh jumlah output produksi. Contoh biaya tetap dalam usaha tani jeruk nipis adalah sewa lahan, cangkul, parang, penyemprot pupuk, tali plastik, goni plastik


(48)

Tabel 7. Komponen Biaya Tetap Usahatani Jeruk Nipis Per Hektar (Dalam Ribuan)

No. Komponen Biaya Tetap Jumlah Harga (Rp.) Nilai (Rp.)

1 Lahan 1 Ha 12.500 12.500

2 Cangkul 3 Buah 85 255

3 Parang 3 Buah 45 135

4 Sprayer 1 Buah 250 250

5 Tali Plastik 1 Buah 3 3

6 Jarum Goni 1 Plastik 5 5

7 Tenaga Kerja 2 Hari 300 600

Total 13.748

Keseluruhan petani jeruk nipis di desa Marjanji, Kecamatan Sipispis status kepemilikin lahannya merupakan milik sendiri. Dimana kepemilikan lahan ini dibeli oleh petani maupun warisan dari orang tua petani jeruk nipis. Harga 1 Ha lahan di Desa Marjanji berkisar Rp. 10.000.000-Rp. 12.500.000.

Alat-alat pertanian yang digunakan dalam kegiatan usahatani jeruk nipis meliputi cangkul, parang, penyemprot pupuk, tali plastic dan jarum goni. Cangkul digunakan untuk menggemburrkan tanah, parang digunakan untuk memapras tanaman jeruk nipis yang sudah tua dan sprayer berguna sebagai wadah penyemprotan pestisida maupun pupuk. Peralatan yang digunakan petani responden merupakan milik sendiri. Petani tidak setiap tahun membeli peralatan pertanian ini dikarenakan alat pertanian tersebut masih dapat digunakan di tahun-tahun berikutnya juga.

Tenaga kerja yang dibutuhkan petani jeruk nipis menggunakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan dibantu oleh tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Petani jeruk nipis menggunakan TKLK hanya pada saat tahun pertama memulai usahatani, hal ini dikarenakan pada tahun pertama petani membutuhkan tenaga


(49)

35

lebih dalam mengelola lahan, pemberian pupuk dan penanaman bibit jeruk nipis. TKLK yang dibutuhkan untuk mengerjakan 1 Ha lahan jeruk nipis dibutuhkan 3 (tiga) orang dalam waktu 2 (dua) hari untuk menyelesaikan pengolaan tanah, pemberian pupuk dan penanaman bibit jeruk nipis tersebut,

5.1.2. Biaya Variabel Usahatani Jeruk Nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai

Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan petani dengan jumlah yang berubah secara proporsional sesuai dengan peningkatan jumlah produksi.sedangkan yang termasuk dalam biaya variabel adalah biaya pupuk, biaya bibit, biaya herbisida dll.

Tabel 8. Biaya Variabel Usahatani Jeruk Nipis Per Hektar (Dalam Ribuan). No. Komponen Biaya Variabel Jumlah Harga (Rp.) Nilai (Rp.)

1. Bibit 500 Buah 2,5 1,250

2. Pupuk NPK 125 Kg 2,35 293,75

3. Pupuk TSP 225 Kg 3 675

4. Pupuk ZA 225 Kg 5,4 1,215

5. Pupuk Urea 300 Kg 2 600

6. Herbisida 4 Liter 100 400

7. Insektisida 4 Liter 90 360

Total 4.793,75

Petani responden di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai mendapatkan bibit dari petani bibit jeruk nipis yang dimana bibit tersebut merupakan bibit dati hasil cangkokan pohon jeruk nipis indukan maupun hasil dai penanaman biji jeruk nipis. Secara keseluruhan terdapat dua jenis bibit yang digunakan oleh petani yaaitu bibit dari hasil generatif, yang dimana bibit merupakan hasil dari pembibitan melalui biji dan bibit dari hasil vegetatif yang dimana bibit merupakan hasil dari persilangan.


(50)

Pupuk yang digunakan pada usahatani jeruk nipis ini adalah pupuk NPK, TSP, ZA dan pupuk Urea. Pupuk-pupuk tersebut didapat dari pasar induk yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Pupuk-pupuk ini digunakan pada saat tanaman jeruk nipis belum menghasilkan buah, sedangkan jika tanaman sudah mdenghasilkan maka pemakaian pupuk dekurangi dan di berikan pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman. Pengendalaian hama dan penyakit tanaman ini menggunakan pestisda dan herbisida cari yang dimana pestisida bergu na untuk mengendalikan pertumbuhan hama pada tanaman jeruk nipis, sedangkan herbisida digunakan untuk menghambat pertumbuhan gulma yang tumbuh disekitar tanaman jerruk nipis.

Pada budidaya jeruk nipis yang dijalankan petani, biaya tetap yang dikeluarkan petani hanya diberikan pada awal menjalankan usaha saja. Hal ini dikarenakan pada tahun-tahun berikutnya sudah tidak ada lagi biaya yang harus dikeluarkan petani kecuali biaya pupuk dan biaya pestisida yang merupakan biaya variabel pada usahatani jeruk nipis ini sehingga pada tahun-tahun berikutnya biaya yang dikeluarkan oleh petani relative lebih kecil dibandingkan tahun pertama pada awal mengusahakan usahatani jeruk nipis.

Tabel 9. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Usahatani Jeruk Nipis Per Hektar. (Dalam Ribuan)

Tahun I II III IV V VI VII VIII

Biaya Tetap

13.748 - - - -

Biaya Variabel

4.793,75 3.490 3.737,75 4.120 1.270 1.270 1.460 1.460 Total

Biaya


(51)

37

5.1.3. Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk Nipis.

Analisis pendapatan usahatani jeruk nipis menggunakan pendekatan perhitungan penerimaan dan biaya usahatani per hektar pe tahun. Hal ini dilakukan kaena tanaman jeruk nipis menghasilkan setiap waktu. Tanaman jeruk nipis memiliki umur produktif berkisar 4 – 8 tahun sehingga dalam perhitungan biaya dan pendapatan dalam usahatani haruslah berdasarkan biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya baik biaya tetap maupun biaya variabelnya. Hal ini dikarenakan setiap tahunnya para petani selalu mengeluarkan biaya yang wajib seperti biaya pemupukan dan biaya pestisida. Selain itu, perhitungan pendapatan juga harus berdasarkan umur produktif tanaman jeruk nipis tersebut. Hal ini dikarenakan tanaman jeruk nipis dapat dipanen setiap hari ketika tanaman tersebut sudah memasuki masa produktif yang dimana pada setiap harinya petani dapat memanen sebesar 0.5 Kg sampai 2 Kg per rantenya. Namun tanaman jeruk nipis tidak selalu berproduksi dalam jumlah yang sama setiap waktu. Periode produksi tertinggi berada pada bulan Januari- Februari dan periode terendah pada bulan Juli- Agustus. Ketika produksi jeruk nipis pada periode tertinggi petani mendapatkan harga jual yang relative rendah.

Tabel 10. Analisis Penerimaan Usahatani Jeruk Nipis per Hektar (Dalam Ribuan)

Tahun

I II III IV V VI VII VIII

Produksi (Kg)

- - - 4,5625 7,3 9,125 13,6875 18,250

Harga (Rp.) 2 2 2 2,5 2,5 2,5 3 3

Penerimaan (Rp.)


(52)

Berdasarkan tabel 10, penerimaan usahatani mulai dari tanaman berbuah sampai sudah berjalan 4 tahun terus meningkat. Hal ini terjadi dikarenakan tanaman belum mencapai periode puncak menghasilkan sehingga setiap tahun akan memberikan output produksi yang terus meningkat. Hal ini juga seiring dengan peningkatan harga jual jeruk nipis per-Kg memberikan peningkatan juga terhadap penerimaan petani jeruk nipis dari tahun ke tahun.

Tabel 11. Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk Nipis per Hektar (Dalam Ribuan)

Tahun Penerimaan Biaya Pendapatan

I - 18.541,75 - 18.541,75

II - 3.490 - 3.490

-III - 3.737,75 - 3.737,75

IV 11.406,25 4.120 7.286,25

V 18.250 1.270 16.980

VI 22.812,5 1.270 21.542,5

VII 41.062,5 1.460 39.602,5

VIII 54.750 1.460 53.290

TOTAL 112.931,75

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwasanya dalam waktu 5 tahun tanaman jeruk nipis sudah memberikan BEP kepada petani. Hal ini terjadi dikarenakan yang terus meningkatnya produksi jeruk nipis dan berkurangnya biaya yang dikurangi oleh petani pada tanaman jeruk nipis ketika sudah menghasilkan. Biaya yang dikeluarkan petani untuk tanaman yang sudah menghasilkan hanya memberikan pupuk dan herbisida untuk menyuburkan tanaman dan pengendalian hama tanaman jeruk nipis.

Pada tahun ke-8 petani memperoleh pendepatan sebesar Rp. 53.290.000. pendapatan petani ini merupakan pendapatan bersih yang dimana sudah


(53)

39

dikurangkan oleh biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani. Dengan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 53.290.000 secara rata-rata petani menghasilkan Rp. 4.400.000/ bulannya. Jika dibandingkan dengan UMR kabupaten pendapatan pendapatan petani ini sudah sangat mencukupi kebutuhan dari petani jeruk nipis.

5.2. Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.

Proyeksi arus kas meupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan dan pengeluaran. Dalam penelitian mengenai usaha budidaya jeruk nipis ini, arus kas di proyeksikan selama delapan tahun sesuai dengan lamanya petani jeruk nipis menjalankan usahanya.

Inflow merupakan aliran kas masuk bagi suatu usaha atau pendapatan dari suatu usaha. Komponen inflow pada usaha budidaya jeruk nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai merupakan penjumlahan hasil penjualan dari petani jeruk nipis setiap tahunnya.

Pada dasarnya pada kegiatan usahatani jeruk nipis hasil produksi tanaman jeruk nipis dapat dipanen setiap hari mulai tanaman jeruk nipis sudah mulai belajar berbuah. Namun ada periode-periode tertentu tanaman jeruk nipis menghasilkan dalam jumlah yang cukup besar da nada periode dimana tanaman jeruk nipis mengalami penurunan produksi sehingga dalam menganalisis arus masuk usahatani menggunakan rata-rata produksi jeruk nipis per-harinya.


(54)

Sedangkan Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Outflow berupa biaya-biaya yang dikeluarkan baik saat usaha tersebut sedang dibangun maupun saat usaha tersebut sedang berjalan, outflow terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya yang dikeluarkan pada usahatani jeruk nipis ini paling besar hanya dikeluarkan pada saat memulai usaha. Hal ini dikarenakan pada tahun-tahun berikutnya petani hanya cukup memberikan pupuk dan memberikan herbisida guna untuk menjaga kualitas dan kuantitas buah yang dihasilkan oleh tanaman jeruk nipis tersebut.

Penilaian kelayakan usahatani jeruk nipis ini menggunakan kriteria NPV, IRR dan Net B/C. Semua biaya dan penerimaan dari usahatani didata dan disusun dalam sebuah tabel. Dari data tersebut akan digunakan untuk menghitung masing-masing kriteria. Dalam perhitungan kelayakan proyek ini digunakan harga jual yang bervariasi mulai dari Rp. 2.000 – Rp. 3.500 /Kg. Harga jual ini merupakan harga jual yang diketahui berdasarkan hasil wawancara kepada petani jerruk nipis. Tingkat discount factor sebesar 10 persen dan 15 persen. Penggunaan tingkat diskonto ini bertujuan untuk mengantisipasi perubahan harga karena harga yang digunakan dalam analisis ini termasuk dalam kategori harga konstan. Selain itu teknik ini digunakan untuk menyesuaikan nilai uang terhadap waktu.

Pada tingkat diskonto 10 persen dan 15 persen hasil analisis kelayakan menunjukan usahatani jeruk nipis layak untuk dilaksanakan . Nilai NPV pada masing-masing tingkat diskonto positif, B/C lebih besar dari satu dan IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat diskonto yang dikenakan.


(55)

41

Tabel 12. Hasil Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis per Hektar Kriteria

Investasi

B/C NPV (Rp.) IRR (%)

10 Persen 4,19 55.345.282 14

15 Persen 2,56 37.961.757 14

5.2.1. Benefit Cost Ratio (B/C)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 14, dapat dilihat bahwa nilai B/C yang diperoleh dari usahatani jeruk nipis ini adalah sebesar 4,19 pada tingkat diskonto sebesar 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tambahan biaya sebesar Rp. 1,00 akan menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp. 4,19 pada usahatani jeruk nipis ini. Sedangkan jika tingkat diskonto sebesar 15 persen nilai B/C yang dihasilkan adalah sebesar 2,56. Hal ini menunjukkan jika terjadi peningkatan biaya sebesar Rp. 1,00 maka akan meningkatkan manfaat sebesa Rp. 2,56.

Nilai B/C yang dihasilkan dari analisis kelayakan finansial jeruk nipis ini lebih besar dari 1. Berdasarkan indicator kelayakan finansial B/C, maka dapat disimpulkan bahwasanya usahatani jeruk nipis ini layak untuk dijalankan.

5.2.2. Net Present Value (NPV)

Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui nilai kini manfaat bersih yang diperoleh selama perriode usaha budidaya jeruk nipis. Nilai NPV usahatani jeruk nipis ini pada tingkat diskonto 10 persen adalah sebesar Rp. 55.345.282, nilai ini menunjukkan bahwa usahatani jeruk nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai akan memberikan manfaat bersih tambahan sebesar


(56)

Rp. 55.345.282, sedangkan jika tingkat diskonto menjadi 15 persen maka usahatani jeruk nipis akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp. 37.961.757. Dari uraian tersebut dapat diketahui usahatani jeruk nipis di Desa Marjanji , Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai layak untuk dijalankan karena memiliki nilai NPV besar dari nol (NPV > 0).

5.2.3. Internal Rate of Return (IRR)

Unttuk mengetahui kelayakan suatu usaha melalui nilai IRR, maka IRR harus dibandingkan dengan nilai opportunity of capital (OCC). Nilai OCC yang digunakan sebagai pebanding dan indicator kelayakan berdasarkan kriteria IR dalam analisa ini adalah sebesarr 6 persen, nilai tersebut merupakan nilai suku bunga bank seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan asumsi perhitungan.

Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai IRR usahatani jeruk nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar 14 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengembalian usahatani jeruk nipis terhadap investasi yang ditanamkan adalah sebesar 14 persen.

Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat OCC yang ditentukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya usahatani jeruk nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai layak untuk dijalankan.


(1)

No. Sampel Luas Lahan

Biaya Variabel

Total Biaya

QTY Urea QTY Insektisida

1 30 360 Rp 900,000 4.8 Rp 624,000 Rp1,524,000 2 25 300 Rp 750,000 4.0 Rp 520,000 Rp1,270,000 3 15 180 Rp 450,000 2.4 Rp 312,000 Rp762,000 4 17 204 Rp 510,000 2.7 Rp 353,600 Rp863,600 5 24 288 Rp 720,000 3.8 Rp 499,200 Rp1,219,200 6 23 276 Rp 690,000 3.7 Rp 478,400 Rp1,168,400 7 21 252 Rp 630,000 3.4 Rp 436,800 Rp1,066,800 8 28 336 Rp 840,000 4.5 Rp 582,400 Rp1,422,400 9 25 300 Rp 750,000 4.0 Rp 520,000 Rp1,270,000 10 24 288 Rp 720,000 3.8 Rp 499,200 Rp1,219,200 11 23 276 Rp 690,000 3.7 Rp 478,400 Rp1,168,400 12 11 132 Rp 330,000 1.8 Rp 228,800 Rp558,800 13 7 84 Rp 210,000 1.1 Rp 145,600 Rp355,600 14 10 120 Rp 300,000 1.6 Rp 208,000 Rp508,000 15 22 264 Rp 660,000 3.5 Rp 457,600 Rp1,117,600 16 19 228 Rp 570,000 3.0 Rp 395,200 Rp965,200 17 8 96 Rp 240,000 1.3 Rp 166,400 Rp406,400 18 15 180 Rp 450,000 2.4 Rp 312,000 Rp762,000 19 23 276 Rp 690,000 3.7 Rp 478,400 Rp1,168,400 20 26 312 Rp 780,000 4.2 Rp 540,800 Rp1,320,800 21 22 264 Rp 660,000 3.5 Rp 457,600 Rp1,117,600 22 21 252 Rp 630,000 3.4 Rp 436,800 Rp1,066,800 23 18 216 Rp 540,000 2.9 Rp 374,400 Rp914,400 24 26 312 Rp 780,000 4.2 Rp 540,800 Rp1,320,800 25 25 300 Rp 750,000 4.0 Rp 520,000 Rp1,270,000 26 24 288 Rp 720,000 3.8 Rp 499,200 Rp1,219,200 27 27 324 Rp 810,000 4.3 Rp 561,600 Rp1,371,600 28 22 264 Rp 660,000 3.5 Rp 457,600 Rp1,117,600 29 13 156 Rp 390,000 2.1 Rp 270,400 Rp660,400 30 11 132 Rp 330,000 1.8 Rp 228,800 Rp558,800 TOTAL 605

Rp18,150,000

Rp12,584,000 Rp30,734,000 RATA-RATA 20.2

Rp605,000

Rp419,467 Rp 1,024,467 LAMPIRAN 5. TOTAL BIAYA USAHATANI JERUK NIPIS PADA TAHUN KELIMA


(2)

44

No. Sampel Luas Lahan

Biaya Variabel

Total Biaya

QTY Urea QTY Insektisida

1 30 360 Rp 900,000 4.8 Rp 624,000 Rp1,524,000 2 25 300 Rp 750,000 4.0 Rp 520,000 Rp1,270,000 3 15 180 Rp 450,000 2.4 Rp 312,000 Rp762,000 4 17 204 Rp 510,000 2.7 Rp 353,600 Rp863,600 5 24 288 Rp 720,000 3.8 Rp 499,200 Rp1,219,200 6 23 276 Rp 690,000 3.7 Rp 478,400 Rp1,168,400 7 21 252 Rp 630,000 3.4 Rp 436,800 Rp1,066,800 8 28 336 Rp 840,000 4.5 Rp 582,400 Rp1,422,400 9 25 300 Rp 750,000 4.0 Rp 520,000 Rp1,270,000 10 24 288 Rp 720,000 3.8 Rp 499,200 Rp1,219,200 11 23 276 Rp 690,000 3.7 Rp 478,400 Rp1,168,400 12 11 132 Rp 330,000 1.8 Rp 228,800 Rp558,800 13 7 84 Rp 210,000 1.1 Rp 145,600 Rp355,600 14 10 120 Rp 300,000 1.6 Rp 208,000 Rp508,000 15 22 264 Rp 660,000 3.5 Rp 457,600 Rp1,117,600 16 19 228 Rp 570,000 3.0 Rp 395,200 Rp965,200 17 8 96 Rp 240,000 1.3 Rp 166,400 Rp406,400 18 15 180 Rp 450,000 2.4 Rp 312,000 Rp762,000 19 23 276 Rp 690,000 3.7 Rp 478,400 Rp1,168,400 20 26 312 Rp 780,000 4.2 Rp 540,800 Rp1,320,800 21 22 264 Rp 660,000 3.5 Rp 457,600 Rp1,117,600 22 21 252 Rp 630,000 3.4 Rp 436,800 Rp1,066,800 23 18 216 Rp 540,000 2.9 Rp 374,400 Rp914,400 24 26 312 Rp 780,000 4.2 Rp 540,800 Rp1,320,800 25 25 300 Rp 750,000 4.0 Rp 520,000 Rp1,270,000 26 24 288 Rp 720,000 3.8 Rp 499,200 Rp1,219,200 27 27 324 Rp 810,000 4.3 Rp 561,600 Rp1,371,600 28 22 264 Rp 660,000 3.5 Rp 457,600 Rp1,117,600 29 13 156 Rp 390,000 2.1 Rp 270,400 Rp660,400 30 11 132 Rp 330,000 1.8 Rp 228,800 Rp558,800 TOTAL 605

Rp18,150,000

Rp12,584,000 Rp30,734,000

.2 000 467 467


(3)

No. Sampel Luas Lahan

Biaya Variabel

Total Biaya

QTY Urea QTY Insektisida

1 30 360 Rp 1,080,000 4.8 Rp 672,000 Rp1,752,000 2 25 300 Rp 900,000 4.0 Rp 560,000 Rp1,460,000 3 15 180 Rp 540,000 2.4 Rp 336,000 Rp876,000 4 17 204 Rp 612,000 2.7 Rp 380,800 Rp992,800 5 24 288 Rp 864,000 3.8 Rp 537,600 Rp1,401,600 6 23 276 Rp 828,000 3.7 Rp 515,200 Rp1,343,200 7 21 252 Rp 756,000 3.4 Rp 470,400 Rp1,226,400 8 28 336 Rp 1,008,000 4.5 Rp 627,200 Rp1,635,200 9 25 300 Rp 900,000 4.0 Rp 560,000 Rp1,460,000 10 24 288 Rp 864,000 3.8 Rp 537,600 Rp1,401,600 11 23 276 Rp 828,000 3.7 Rp 515,200 Rp1,343,200 12 11 132 Rp 396,000 1.8 Rp 246,400 Rp642,400 13 7 84 Rp 252,000 1.1 Rp 156,800 Rp408,800 14 10 120 Rp 360,000 1.6 Rp 224,000 Rp584,000 15 22 264 Rp 792,000 3.5 Rp 492,800 Rp1,284,800 16 19 228 Rp 684,000 3.0 Rp 425,600 Rp1,109,600 17 8 96 Rp 288,000 1.3 Rp 179,200 Rp467,200 18 15 180 Rp 540,000 2.4 Rp 336,000 Rp876,000 19 23 276 Rp 828,000 3.7 Rp 515,200 Rp1,343,200 20 26 312 Rp 936,000 4.2 Rp 582,400 Rp1,518,400 21 22 264 Rp 792,000 3.5 Rp 492,800 Rp1,284,800 22 21 252 Rp 756,000 3.4 Rp 470,400 Rp1,226,400 23 18 216 Rp 648,000 2.9 Rp 403,200 Rp1,051,200 24 26 312 Rp 936,000 4.2 Rp 582,400 Rp1,518,400 25 25 300 Rp 900,000 4.0 Rp 560,000 Rp1,460,000 26 24 288 Rp 864,000 3.8 Rp 537,600 Rp1,401,600 27 27 324 Rp 972,000 4.3 Rp 604,800 Rp1,576,800 28 22 264 Rp 792,000 3.5 Rp 492,800 Rp1,284,800 29 13 156 Rp 468,000 2.1 Rp 291,200 Rp759,200 30 11 132 Rp 396,000 1.8 Rp 246,400 Rp642,400 TOTAL 605

Rp21,780,000

Rp13,552,000 Rp35,332,000 RATA-RATA 20.2

Rp726,000

Rp451,733 Rp 1,177,733 LAMPIRAN 7. TOTAL BIAYA USAHATANI JERUK NIPIS PADA TAHUN KETUJUH


(4)

44

No. Sampel Luas Lahan

Biaya Variabel

Total Biaya

QTY Urea QTY Insektisida

1 30 360 Rp 1,080,000 4.8 Rp 672,000 Rp1,752,000 2 25 300 Rp 900,000 4.0 Rp 560,000 Rp1,460,000 3 15 180 Rp 540,000 2.4 Rp 336,000 Rp876,000 4 17 204 Rp 612,000 2.7 Rp 380,800 Rp992,800 5 24 288 Rp 864,000 3.8 Rp 537,600 Rp1,401,600 6 23 276 Rp 828,000 3.7 Rp 515,200 Rp1,343,200 7 21 252 Rp 756,000 3.4 Rp 470,400 Rp1,226,400 8 28 336 Rp 1,008,000 4.5 Rp 627,200 Rp1,635,200 9 25 300 Rp 900,000 4.0 Rp 560,000 Rp1,460,000 10 24 288 Rp 864,000 3.8 Rp 537,600 Rp1,401,600 11 23 276 Rp 828,000 3.7 Rp 515,200 Rp1,343,200 12 11 132 Rp 396,000 1.8 Rp 246,400 Rp642,400 13 7 84 Rp 252,000 1.1 Rp 156,800 Rp408,800 14 10 120 Rp 360,000 1.6 Rp 224,000 Rp584,000 15 22 264 Rp 792,000 3.5 Rp 492,800 Rp1,284,800 16 19 228 Rp 684,000 3.0 Rp 425,600 Rp1,109,600 17 8 96 Rp 288,000 1.3 Rp 179,200 Rp467,200 18 15 180 Rp 540,000 2.4 Rp 336,000 Rp876,000 19 23 276 Rp 828,000 3.7 Rp 515,200 Rp1,343,200 20 26 312 Rp 936,000 4.2 Rp 582,400 Rp1,518,400 21 22 264 Rp 792,000 3.5 Rp 492,800 Rp1,284,800 22 21 252 Rp 756,000 3.4 Rp 470,400 Rp1,226,400 23 18 216 Rp 648,000 2.9 Rp 403,200 Rp1,051,200 24 26 312 Rp 936,000 4.2 Rp 582,400 Rp1,518,400 25 25 300 Rp 900,000 4.0 Rp 560,000 Rp1,460,000 26 24 288 Rp 864,000 3.8 Rp 537,600 Rp1,401,600 27 27 324 Rp 972,000 4.3 Rp 604,800 Rp1,576,800 28 22 264 Rp 792,000 3.5 Rp 492,800 Rp1,284,800 29 13 156 Rp 468,000 2.1 Rp 291,200 Rp759,200 30 11 132 Rp 396,000 1.8 Rp 246,400 Rp642,400 TOTAL 605

Rp21,780,000

Rp13,552,000 Rp35,332,000 RATA-RATA 20.2

Rp726,000

Rp451,733 Rp 1,177,733 LAMPIRAN 8. TOTAL BIAYA USAHATANI JERUK NIPIS PADA TAHUN KEDELAPAN


(5)

No. Sampel

Luas Lahan

PV

B/C KRITERIA NPV KRITERIA Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Tahun VI Tahun VII Tahun VIII

1 30 -Rp22,010,500 -Rp3,807,273 -Rp3,706,860 Rp6,569,121 Rp13,917,082 Rp16,051,437 Rp26,825,495 Rp32,815,435 4.22Layak Rp66,653,938 Layak 2 25 -Rp18,541,750 -Rp3,172,727 -Rp3,089,050 Rp5,474,267 Rp11,597,568 Rp13,376,198 Rp22,354,579 Rp27,346,196 4.19Layak Rp55,345,282 Layak 3 15 -Rp11,194,250 -Rp1,903,636 -Rp1,853,430 Rp3,284,560 Rp6,958,541 Rp8,025,719 Rp13,412,747 Rp16,407,718 4.18Layak Rp33,137,969 Layak 4 17 -Rp12,582,750 -Rp2,157,455 -Rp2,100,554 Rp3,722,502 Rp7,886,347 Rp9,095,814 Rp15,201,114 Rp18,595,413 4.20Layak Rp37,660,432 Layak 5 24 -Rp17,855,000 -Rp3,045,818 -Rp2,965,488 Rp5,255,297 Rp11,133,666 Rp12,841,150 Rp21,460,396 Rp26,252,348 4.19Layak Rp53,076,550 Layak 6 23 -Rp17,163,250 -Rp2,918,909 -Rp2,841,926 Rp5,036,326 Rp10,669,763 Rp12,306,102 Rp20,566,213 Rp25,158,500 4.18Layak Rp50,812,819 Layak 7 21 -Rp15,804,750 -Rp2,665,091 -Rp2,594,802 Rp4,598,385 Rp9,741,958 Rp11,236,006 Rp18,777,846 Rp22,970,805 4.16Layak Rp46,260,357 Layak 8 28 -Rp20,622,000 -Rp3,553,455 -Rp3,459,736 Rp6,131,180 Rp12,989,277 Rp14,981,341 Rp25,037,128 Rp30,627,740 4.21Layak Rp62,131,475 Layak 9 25 -Rp18,546,750 -Rp3,172,727 -Rp3,089,050 Rp5,474,267 Rp11,597,568 Rp13,376,198 Rp22,354,579 Rp27,346,196 4.19Layak Rp55,340,282 Layak 10 24 -Rp17,855,000 -Rp3,045,818 -Rp2,965,488 Rp5,255,297 Rp11,133,666 Rp12,841,150 Rp21,460,396 Rp26,252,348 4.19Layak Rp53,076,550 Layak 11 23 -Rp17,163,250 -Rp2,918,909 -Rp2,841,926 Rp5,036,326 Rp10,669,763 Rp12,306,102 Rp20,566,213 Rp25,158,500 4.18Layak Rp50,812,819 Layak 12 11 -Rp8,432,250 -Rp1,396,000 -Rp1,359,182 Rp2,408,678 Rp5,102,930 Rp5,885,527 Rp9,836,015 Rp12,032,326 4.12Layak Rp24,078,044 Layak 13 7 -Rp5,540,250 -Rp888,364 -Rp864,934 Rp1,532,795 Rp3,247,319 Rp3,745,335 Rp6,259,282 Rp7,656,935 4.05Layak Rp15,148,119 Layak 14 10 -Rp7,605,500 -Rp1,269,091 -Rp1,235,620 Rp2,189,707 Rp4,639,027 Rp5,350,479 Rp8,941,832 Rp10,938,478 4.14Layak Rp21,949,313 Layak 15 22 -Rp16,471,500 -Rp2,792,000 -Rp2,718,364 Rp4,817,355 Rp10,205,860 Rp11,771,054 Rp19,672,029 Rp24,064,653 4.17Layak Rp48,549,088 Layak 16 19 -Rp13,961,250 -Rp2,411,273 -Rp2,347,678 Rp4,160,443 Rp8,814,152 Rp10,165,910 Rp16,989,480 Rp20,783,109 4.22Layak Rp42,192,894 Layak 17 8 -Rp6,237,000 -Rp1,015,273 -Rp988,496 Rp1,751,766 Rp3,711,222 Rp4,280,383 Rp7,153,465 Rp8,750,783 4.09Layak Rp17,406,850 Layak 18 15 -Rp11,204,250 -Rp1,903,636 -Rp1,853,430 Rp3,284,560 Rp6,958,541 Rp8,025,719 Rp13,412,747 Rp16,407,718 4.18Layak Rp33,127,969 Layak 19 23 -Rp17,158,250 -Rp2,918,909 -Rp2,841,926 Rp5,036,326 Rp10,669,763 Rp12,306,102 Rp20,566,213 Rp25,158,500 4.18Layak Rp50,817,819 Layak 20 26 -Rp19,238,500 -Rp3,299,636 -Rp3,212,612 Rp5,693,238 Rp12,061,471 Rp13,911,246 Rp23,248,762 Rp28,440,044 4.20Layak Rp57,604,013 Layak 21 22 -Rp16,476,500 -Rp2,792,000 -Rp2,718,364 Rp4,817,355 Rp10,205,860 Rp11,771,054 Rp19,672,029 Rp24,064,653 4.17Layak Rp48,544,088 Layak 22 21 -Rp15,774,750 -Rp2,665,091 -Rp2,594,802 Rp4,598,385 Rp9,741,958 Rp11,236,006 Rp18,777,846 Rp22,970,805 4.17Layak Rp46,290,357 Layak 23 18 -Rp13,269,500 -Rp2,284,364 -Rp2,224,116 Rp3,941,473 Rp8,350,249 Rp9,630,862 Rp16,095,297 Rp19,689,261 4.21Layak Rp39,929,163 Layak 24 26 -Rp19,243,500 -Rp3,299,636 -Rp3,212,612 Rp5,693,238 Rp12,061,471 Rp13,911,246 Rp23,248,762 Rp28,440,044 4.20Layak Rp57,599,013 Layak 25 25 -Rp18,541,750 -Rp3,172,727 -Rp3,089,050 Rp5,474,267 Rp11,597,568 Rp13,376,198 Rp22,354,579 Rp27,346,196 4.19Layak Rp55,345,282 Layak 26 24 -Rp17,855,000 -Rp3,045,818 -Rp2,965,488 Rp5,255,297 Rp11,133,666 Rp12,841,150 Rp21,460,396 Rp26,252,348 4.19Layak Rp53,076,550 Layak 27 27 -Rp19,925,250 -Rp3,426,545 -Rp3,336,174 Rp5,912,209 Rp12,525,374 Rp14,446,293 Rp24,142,945 Rp29,533,892 4.21Layak Rp59,872,744 Layak 28 22 -Rp16,466,500 -Rp2,792,000 -Rp2,718,364 Rp4,817,355 Rp10,205,860 Rp11,771,054 Rp19,672,029 Rp24,064,653 4.17Layak Rp48,554,088 Layak 29 13 -Rp9,810,750 -Rp1,649,818 -Rp1,606,306 Rp2,846,619 Rp6,030,736 Rp6,955,623 Rp11,624,381 Rp14,220,022 4.16Layak Rp28,610,506 Layak 30 11 -Rp8,427,250 -Rp1,396,000 -Rp1,359,182 Rp2,408,678 Rp5,102,930 Rp5,885,527 Rp9,836,015 Rp12,032,326 4.12Layak Rp24,083,044 Layak


(6)

44

No. Sampel Luas Lahan NPV 10% NPV 15% IRR

1 30 Rp 66,653,938 Rp 45,793,709 13%

2 25 Rp 55,345,282 Rp 37,961,757 13% 3 15 Rp 33,137,969 Rp 22,707,854 13% 4 17 Rp 37,660,432 Rp 25,839,635 13%

5 24 Rp 53,076,550 Rp 36,388,367 13%

6 23 Rp 50,812,819 Rp 34,819,977 13% 7 21 Rp 46,260,357 Rp 31,658,196 13% 8 28 Rp 62,131,475 Rp 42,661,928 13%

9 25 Rp 55,340,282 Rp 37,956,757 13%

10 24 Rp 53,076,550 Rp 36,388,367 13% 11 23 Rp 50,812,819 Rp 34,819,977 13% 12 11 Rp 24,078,044 Rp 16,429,293 13% 13 7 Rp 15,148,119 Rp 10,280,732 13%

14 10 Rp 21,949,313 Rp 14,995,903 13%

15 22 Rp 48,549,088 Rp 33,251,587 13% 16 19 Rp 42,192,894 Rp 28,981,416 13% 17 8 Rp 17,406,850 Rp 11,844,122 13%

18 15 Rp 33,127,969 Rp 22,697,854 13%

19 23 Rp 50,817,819 Rp 34,824,977 13% 20 26 Rp 57,604,013 Rp 39,525,148 13% 21 22 Rp 48,544,088 Rp 33,246,587 13% 22 21 Rp 46,290,357 Rp 31,688,196 13% 23 18 Rp 39,929,163 Rp 27,413,025 13% 24 26 Rp 57,599,013 Rp 39,520,148 13% 25 25 Rp 55,345,282 Rp 37,961,757 13% 26 24 Rp 53,076,550 Rp 36,388,367 13%

27 27 Rp 59,872,744 Rp 41,098,538 13%

28 22 Rp 48,554,088 Rp 33,256,587 13% 29 13 Rp 28,610,506 Rp 19,571,074 13% 30 11 Rp 24,083,044 Rp 16,434,293 13% LAMPIRAN 10. PERHITUNGAN IRR