Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum sp. (CP 02) dan Pengujian Ekstrak sebagai Inhibitor Tirosinase

1

EKSTRAKSI RUMPUT LAUT COKLAT Sargassum sp. (CP 02)
DAN PENGUJIAN EKSTRAK SEBAGAI
INHIBITOR TIROSINASE

MARGARETH DINA INDRIANI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

i

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Ekstraksi

Rumput Laut Coklat Sargassum sp. (CP 02) dan Pengujian Ekstrak sebagai
Inhibitor Tirosinase adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
yang telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya limpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Margareth Dina Indriani
NIM C34100078

ii

ABSTRAK
MARGARETH DINA INDRIANI. Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargasssum sp.
(CP 02) dan Pengujian Ekstrak sebagai Inhibitor Tirosinase. Dibimbing oleh

LINAWATI HARDJITO
Enzim tirosinase merupakan enzim yang berperan dalam pembentukan melanin.
Zat yang dapat menghambat kerja enzim tirosinase disebut inhibitor tirosinase.
Sargassum sp. merupakan salah satu jenis rumput laut coklat yang dapat berperan
sebagai inhibitor tirosinase. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan
rendemen ekstrak, menentukan aktivitas ekstrak dalam menghambat enzim
tirosinase dan menentukan kelompok senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak
Sargassum sp. (CP 02). Hasil penelitian menunjukkan redemen ekstrak
Sargassum sp. (CP 02) sebesar 2,37±0,66%, nilai IC50 pada reaksi monophenolase
dengan substrat L-tirosin sebesar 13,43±1.45 µg/mL dan nilai IC50 pada reaksi
diphenolase dengan substrat L-DOPA sebesar 11,60±2,30 µg/mL. Sargassum sp.
(CP 02) mengandung kelompok senyawa kimia flavonoid, komponen fenolik,
saponin, triterpenoid dan steroid.
Kata kunci : alga coklat, inhibitor tirosinase, Sargassum sp.

ABSTRACT
MARGARETH DINA INDIANI. Extraction of Brown Seaweed Sargassum sp.
(CP 02) and Screening Extract as Tyrosinase Inhibitor. Supervised by
LINAWATI HARDJITO
Tyrosinase enzyme is an enzyme involved in the formation of melanin.

Substances that can inhibit tyrosinase called tyrosinase inhibitors. Sargassum sp.
is brown seaweed that might contain tyrosinase inhibitor. The aim of this study
were to determine the yield extract, the activity of Sargassum sp. extract (CP 02)
as tyrosinase inhibitor and the group of chemical compounds of Sargassum sp.
extract (CP 02). The results showed the yield of Sargassum sp. (CP 02) extract
was 2.37±0.66%, IC50 on the monophenolase and diphenolase reaction were
13.43±1.45 µg /mL and 11.60±2.30 µg /mL respectively. The Sargassum sp. (CP
02) extract contained phenol, flavonoid, saponin, steroid and triterpenoid.
Keywords : brown seaweed, Sargassum sp. , tyrosinase inhibitor

iii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

iv

v

EKSTRAKSI RUMPUT LAUT COKLAT Sargassum sp. (CP 02)
DAN PENGUJIAN EKSTRAK SEBAGAI
INHIBITOR TIROSINASE

MARGARETH DINA INDRIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

vi

vii

: Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum sp. (CP 02) dan
Pengujian Ekstrak sebagai Inhibitor Tirosinase
Nama
: Margareth Dina Indriani
NRP
: C34100078
Program Studi : Teknologi Hasil Perairan
Judul Skripsi

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Linawati Hardjito, MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

viii

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan September 2013 hingga Februari 2014 dengan judul
Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum sp. (CP 02) dan Pengujian Ekstrak
sebagai Inhibitor Tirosinase. Penelitian ini dibiayai oleh DIKTI melalui program
Hibah Kompetensi (HIKOM) atas nama Prof Dr Ir Linawati Hardjito, MS.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada
1. Prof Dr Ir Linawati Hardjito MS selaku pembimbing atas segala arahan
dan bimbingan yang telah diberikan selama penelitian dan proses
penulisan
2. Dr Tati Nurhayati S.Pi, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan serta saran dalam skripsi ini
3. Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku ketua Departemen Teknologi Hasil
Perairan dan Dr Desniar SPi, M.Si selaku perwakilan komisi pendidikan
yang telah membantu dan memberikan saran dalam penulisan skripsi ini
4. Bapak A.M Edy Suharyoko, Ibu Anna Agustina Heralanti, kedua kakak
penulis Maria Edna Herawati dan Martha dian Indrianti, Akung, Uti, Jeo
Ferry Andrean dan seluruh keluarga, atas segala dukungan dan doa yang
telah diberikan
5. Theresia Puspita Arumsari, Ayu Ginanjar Syukur, Marie Violeta N.T,
teman-teman sepenelitian Anastasia Mensanie dan Sri Wahyu Ningsih,
Mba Juju, THP 47, THP 48 atas segala bantuan, doa, semangat, dan
dukungan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun

dalam perbaikan skripsi ini. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, September 2014

Margareth Dina Indriani

x

xi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
PENDAHULUAN ........................................................................................
Latar Belakang ..........................................................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................................
Manfaat Penelitian ....................................................................................
Ruang Lingkup Penelitian .........................................................................
METODE PENELITIAN ..............................................................................
Bahan Penelitian .......................................................................................

Peralatan Penelitian ...................................................................................
Waktu dan Lokasi Penelitian .....................................................................
Prosedur Penelitian....................................................................................
Prosedur Analisis ......................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
Ekstrak Sargassum sp. (CP 02)..................................................................
Aktivitas Inhibitor Tirosinase ....................................................................
Kelompok Senyawa Kimia Sargassum sp. (CP 02) ....................................
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
Kesimpulan ...............................................................................................
Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................

vi
vi
1
1
2
2

2
3
3
3
3
3
5
6
7
7
9
12
12
12
12
15

vi

DAFTAR TABEL


1 IC50 asam kojat dan ekstrak Sargassum sp. (CP 02) .................................... 9
2 Hasil uji fitokimia Sargassum sp. (CP 02) .................................................. 10

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir metode penelitian................................................................... 4
2 Sisi aktif enzim tirosinase (Yunita 2014). ................................................... 8
3Perubahan warna pada analisis aktivitas inhibitor tirosinase (A.Tanpa
penambahan ekstrak (kontrol); B. Penambahan asam kojat (kontrol
positif); C. Penambahan ekstrak Sargassum sp. (CP 02)). ........................... 8

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kulit merupakan lapisan terluar tubuh yang membatasi dengan lingkungan.
Kulit seringkali mendapat perhatian khusus terutama oleh kaum wanita karena
berpengaruh terhadap kepercayaan diri seseorang. Kulit yang cerah merupakan
idaman hampir setiap wanita terutama wanita Asia. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kecerahan kulit ialah sinar ultraviolet (UV). Sinar UV dapat
mempercepat pembentukan melanin (Yoon et al. 2009). Pembentukan melanin
dalam jumlah banyak inilah yang menyebabkan terjadinya reaksi pencoklatan
pada kulit manusia (Jennifer et al. 2012).
Melanin terbentuk dari proses yang disebut melanogenesis melalui
kombinasi katalisis enzim dan reaksi kimia. Melanogenesis terjadi di melanosit
yang merupakan sel-sel khusus yang terdapat di epidermis kulit. Pembentukan
melanin terdiri dari dua jalur yaitu eumelanin dan pheomelanin. Langkah pertama
dari melanogenesis dimulai dengan oksidasi tirosin menjadi dopaquinon yang
dikatalisis oleh enzim tirosinase. Dopaquinon yang terbentuk kemudian akan
diubah menjadi dopa dan dopachrome. Dopa juga merupakan substrat tirosinase
dan dapat diubah kembali menjadi dopaquinon dengan bantuan enzim. Eumelanin
akan terbentuk melalui serangkaian reaksi oksidasi dari dihidroxyindole (DHI)
dan dihydroxindole-2-carbolic acid (DHICA) yang merupakan produk reaksi dari
dopachrome. Keberadaan sistein atau glutathione, membuat dopaquinon dapat
berubah menjadi sisteinildopa atau glutathionildopa, kemudian pheomelanin
terbentuk. Walaupun terdapat tiga enzim (tirosinase, tirosinase-related protein 1
dan 2) yang terlibat dalam jalur melanogenesis, hanya enzim tirosinase yang
penting dalam proses karena menjadi kunci dalam melanogenesis (Chang 2012).
Pencegahan terbentuknya melanin dapat dikendalikan dengan
menghambat enzim tirosinase. Senyawa yang dapat menghambat proses
pembentukan melanin disebut inhibitor tirosinase (Batubara et al. 2012). Aktivitas
antitirosinase dianalisis melalui kemampuan penghambatan pembentukan
dopachrome. Inhibitor tirosinase menjadi semakin berkembang dalam medis dan
kosmetik untuk mencegah hiperpigmentasi dengan menghambat enzim tirosinase.
Bahan yang banyak digunakan dalam pemutih kulit dan untuk pencegahan
hiperpigmentasi kulit yang telah banyak digunakan ialah asam kojat, arbutin,
hidroquinon, cathecin dan asam azelaik. Namun beberapa dari bahan pemutih
yaitu asam kojat dalam penggunaannya harus dibawah pengawasan ahli
dermatologis karena dapat menyebabkan alergi dermatitis (Kamakshi 2012).
Penggunaan hidroquinon dalam kosmetik di Indonesia juga telah dilarang.
Hidroquinon dapat menyebabkan hiperpigmentasi secara permanen pada kulit,
rasa terbakar, kelainan ginjal, kanker sel hati, dan kanker darah. Hiroquinon
merupakan senyawa kimia yang bersifat larut air, padatannya berbentuk kristal
jarum tidak berwarna, jika terpapar cahaya dan udara warnanya akan berubah
menjadi lebih gelap. Hiperpigmentasi disebabkan terpaparnya kulit yang
menggunakan senyawa ini oleh sinar matahari tanpa ada perlindungan dari tabir
surya (BPOM 2013).

2
Inhibitor tirosinase kemudian mulai banyak diteliti dari alam untuk
mendapatkan bahan yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia. Beberapa bahan
alam telah banyak diteliti dan ditemukan dapat menginhibisi enzim tirosinase.
Tanaman Indonesia yang telah diteliti dan memiliki kemampuan meghambat
enzim tirosinase antara lain batang Alamanda cathartica (Batubara et al. 2012),
Dahlia rosea (Fransiska et al. 2012), Instsia palembanica, Rhizopora sp., dan
Xylocarpus granatum (Batubara et al. 2010).
Alga coklat merupakan multiselular alga yang memiliki sekitar 1800 jenis
(Guiry 2000). Karakteristik alga jenis ini yaitu berwarna hijau zaitun sampai
warna coklat gelap akibat kandungan pigmen fukosantin. Pigmen lain selain
fukosantin, yang terdapat di dalam alga coklat antara lain klorofil a dan klorofil c.
Organisme terbesar dari alga coklat ialah kelp (Ecklonia maxima) yang
panjangnya dapat mencapai 70 meter (Guiry 2000). Salah satu alga coklat,
Ecklonia cava berpotensi menghambat enzim tirosinase lebih baik dari arbutin
dan asam kojat sebagai kontrol positif (Yoon et al. 2009). Sargassum merupakan
jenis alga coklat yang merupakan genera terbesar dari famili Sargassaceae.
Rumput laut jenis ini merupakan tanaman perairan yang mempunyai warna
coklat, berukuran relatif besar (1-3 m), tumbuh dan berkembang pada substrat
dasar yang kuat. Indonesia memiliki 15 jenis Sargassum sp. dimana 12 jenis
diantaranya telah dikenal (KKP 2012). Sargassum polycistum yang diambil dari
Pulau Seri Buat dan Pulau Sembulan, Malaysia juga dapat menghambat aktivitas
selular tirosinase (Chan et al. 2011). Hal inilah yang membuat perlunya dilakukan
penelitian untuk mengetahui sumber inhibitor tirosinase lain yang berasal dari
alga coklat khususnya Sargassum sp. pada perairan Indonesia.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas inhibitor tirosinase pada
Sargassum sp. (CP 02) yang ditunjukkan dengan nilai IC50 dan kelompok
senyawa kimia rumput laut coklat Sargassum sp. (CP 02).

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kelompok
senyawa kimia rumput laut coklat Sargassum sp. (CP 02) yang berperan sebagai
inhibitor tirosinase.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan sampel rumput laut coklat
Sargassum sp. (CP 02), preparasi, ekstraksi dengan pelarut organik, analisis
aktivitas inhibitor tirosinase dan analisis fitokimia ekstrak Sargssum sp. (CP 02) ,
serta analisis data.

3

METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut coklat
Sargassum sp. (CP 02) kering yang berasal dari Pantai Cipatujah, Tasikmalaya,
Jawa Barat. Bahan lain yang digunakan dalam proses ekstraksi Sargassum sp.
adalah aluminium foil, kertas saring, kapas dan methanol pa. Bahan-bahan yang
digunakan dalam uji aktivitas inhibitor tirosinase yaitu, ekstrak
Sargassum sp.,
akuades steril, bufer fosfat pH 6,8, asam kojat sebagai kontrol positif, L-tirosin
(Sigma, St Louis, MO, USA), L-DOPA (Sigma, St Louis, MO, USA) dan enzim
tirosinase jamur (Sigma, St Louis, MO, USA). Bahan yang digunakan dalam uji
fitokimia antara lain kertas saring, kloroform, NH 4OH, H2SO4 2M, reagen Mayer,
Wagner, Dragendroff, magnesium, alkohol klorhidrat, amil alkohol, FeCl3, etanol,
eter, anhidrida asam asetat, dan H2SO4 pekat.

Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan pada preparasi Sargassum sp. (CP 02) yaitu gunting
dan grinder. Alat-alat yang digunakan dalam ekstraksi Sargassum sp. antara lain
timbangan, gelas ukur, erlenmeyer, magnetic stirrer (Jenwey 1200) , corong, dan
rotary vacuum evaporator (IKA RV 05 Basic). Alat yang digunakan dalam uji
aktivitas inhibitor tirosinase yaitu neraca analitik (Sartorius TE 214S) , tabung
reaksi, mikro pipet, vortex, tabung eppendorf dan spektrofotometer (UV-VIS
Jenwey 2030). Alat yang digunakan dalam uji fitokimia antara lain, tabung reaksi,
batang pengaduk, timbangan, lempeng tetes, pipet tetes, pinggan porselen, dan
gelas beker.

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Sepember 2013 hingga bulan Februari
2014. Preparasi bahan, ekstraksi Sargassum sp. (CP 02), dan pengujian aktivitas
inhibitor tirosinase bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan,
Program Studi Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor. Analisis
fitokimia dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam ekstraksi rumput laut coklat Sargassum sp.
(CP 02) dan pengujian ekstrak sebagai inhibitor tirosinase meliputi preparasi
bahan baku, ekstraksi, analisis aktivitas inhibitor tirosinase dan analisis fitokimia.
Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 1.

4

Sargassum sp.
(CP 02) kering

Penghalusan

Perendaman dengan metanol
1:10

Maserasi 24 jam

Filtrasi

Filtrat

Residu

Evaporasi

Analisis Inhibitor
tirosinase

Keterangan :

Ekstrak
metanol

Analisis
fitokimia

= input/output
= proses

Gambar 1 Diagram alir metode penelitian.
Preparasi Bahan Baku
Sampel rumput laut Sargassum sp. (CP 02) kering diambil dari Cipatujah,
Tasikmalaya, Jawa Barat. Sampel kering kemudian dipotong-potong dengan
menggunakan gunting untuk mempermudah proses penghalusan. Potongan
sampel kemudian dihaluskan dengan grinder hingga sampel berbentuk serbuk.
Ekstraksi Sargassum sp. (CP 02)
Ekstraksi Sargassum sp. (CP 02) dilakukan berdasarkan metode yang
sebelumnya dilakukan oleh Yuvaraj et al. (2011). Proses ekstraksi menggunakan
pelarut metanol pa. Sampel direndam dengan metanol dengan perbandingan
antara sampel (g) dan pelarut (mL) 1:10. Ekstraksi dilakukan dengan dua kali
pengulangan menggunakan sampel sebanyak 20 gram dan 50 gram. Sargassum
sp. (CP 02) dan metanol pa kemudian dimaserasi dengan menggunakan magnetic
stirrer selama 24 jam tanpa menggunakan panas.

5
Hasil maserasi difiltrasi untuk memisahkan antara filtrat dan residu
Sargassum sp.
(CP 02). Filtrat kemudian dievaporasi menggunakan rotary
vacuum evaporator pada suhu 50 oC sehingga didapatkan ekstrak metanol
Sargassum sp. Ekstrak dihitung dengan rumus:

Prosedur Analisis
Analisis Aktivitas Inhibitor Tirosinase
Pengujian ekstrak Sargassum sp. (CP 02) sebagai aktivitas inhibitor
tirosinase dilakukan dengan modifikasi metode yang sebelumnya telah dilaporkan
oleh Chan et al. (2011). Modifikasi dilakukan terhadap konsentrasi enzim
tirosinase jamur serta konsentrasi ekstrak Sargassum sp. (CP 02) yang digunakan.
Pengujian dilakukan terhadap dua substrat yang berbeda yaitu L-tirosin dan LDOPA. Enzim tirosinase (1000 unit/mL) sebanyak 100 µL dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Larutan enzim kemudian ditambah ekstrak dengan konsentrasi
berbeda sebanyak 100 µL dan bufer fosfat pH 6,8 sebanyak 1,8 mL. Larutan uji
kemudian diinkubasi selama 10 menit lalu diukur absorbansinya (t 0) dengan
menggunakan spektrofotometer dengan pada panjang gelombang 475 nm. Ltirosin dengan konsentrasi 3,6 mg/mL atau L-DOPA dengan konsentrasi sebesar
3,3 mg/10mL sebanyak 1 mL ditambahkan pada masing-masing larutan uji lalu
diinkubasi kembali selama 10 menit. Larutan uji diukur absorbansinya kembali
(t10) untuk menentukan persen inhibisi. Persen inhibisi dihitung dengan cara
membandingkan absorban sampel tanpa penambahan ekstrak (A) dan dengan
penambahan ekstrak (B) pada panjang gelombang 475 nm. Penghitungan persen
inhibisi dihitung dengan rumus berikut:

Persen inhibisi kemudian digunakan untuk menghitung konsentrasi ekstrak
Sargassum sp. (CP 02) yang dapat menghambat 50% aktivitas enzim tirosinase
(IC50).
Analisis Fitokimia
Analisis fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, saponin, flavonoid,
tanin, komponen fenolik, triterpenoid dan steroid (Harborne 1987).
Uji Alkaloid
Ekstrak sampel sebanyak 0,5 gram dilarutkan dalam 10 mL kloroform dan
ditambahkan beberapa tetes NH4OH. Larutan kemudian disaring, filtratnya
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 tetes H2SO4 2M lalu
dikocok. Tabung reaksi didiamkan hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan asam
(atas) diambil dan dimasukkan ke dalam tiga tabung reaksi lainnya untuk diuji
alkaloid menggunakan reagen Mayer, Wagner, dan Dragendroff. Hasil positif dari

6
uji alkaloid dengan ketiga reagen ialah terbentuknya endapan berturut-turut
berwarna coklat, putih, dan merah-jingga.
Uji Saponin dan Flavonoid
Ekstrak sampel sebanyak 0,5 gram ditambahkan 100 mL air panas,
dididihkan selama 5 menit kemudian disaring dan filtratnya diuji. Uji saponin
dilakukan dengan mengambil sebanyak 10 mL filtrat kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan dikocok kuat selama 10 detik setelah itu larutan
didiamkan selama 10 menit. Hasil positif saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil pada larutan. Uji flavonoid dilakukan dengan
penambahan 10 mL filtrat dengan 0,5 gram magnesium, 2 mL alkohol klorhidrat
(HCl 37% dan etanol 95% dengan volume yang sama), dan 20 mL amil akohol
kemudian dikocok kuat. Hasil positif flavonoid ditunjukkan dengan perubahan
warna menjadi merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol.
Uji Tanin dan Komponen Fenolik
Ekstrak sampel sebanyak 0,5 gram ditambahkan 100 mL air panas lalu
dididihkan selama 5 menit. Larutan kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan
larutan FeCl3. Hasil positif tanin ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi
hitam kehijauan, sedangkan hasil positif komponen fenolik ditunjukkan dengan
timbulnya warna ungu, biru atau hijau.
Uji Triterpenoid dan Steroid
Ekstrak sampel sebanyak 0,5 gram dilarutkan dengan 25 mL etanol panas
o
(50 C) kemudian disaring ke dalam pinggan porselen dan diuapkan sampai
kering. Residu ditambahkan eter dan ekstrak eter dipindahkan ke lempeng tetes.
Ekstrak eter ditambah 3 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes H 2SO4 pekat (uji
Lieberman-Buchard). Hasil positif triterpenoid ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna menjadi merah sementara hasil positif steroid ditunjukkan
dengan perubahan warna menjadi hijau atau biru.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sargassum sp. merupakan salah satu jenis alga coklat yang dapat dijumpai di
perairan Indonesia dan perairan tropis. Jenis rumput laut ini tumbuh pada pantai
yang dasarnya lempengan karang mati seperti di perairan selatan Pulau Jawa
(Septiana dan Asnani 2012). Sargassum tumbuh berumpun dengan untaian
cabang-cabang. Panjang thalli utama mencapai 1 - 3 m dan tiap-tiap percabangan
terdapat gelembung udara berbentuk bulat yang disebut "bladder", berguna untuk
menopang cabang-cabang thalli terapung ke arah permukaan air untuk
mendapatkan intensitas cahaya matahari (Kadi 2005).
Sargassum sp. dikenal mengandung zat-zat aktif seperti fukoidan dan
komponen fenolik. Jenis komponen fenolik yang banyak dijumpai pada rumput
laut coklat adalah phlorotanin (Septiana dan Asnani 2012). Sargassum sp.
memiliki efek biologis antara lain sebagai antitumor, antibakteri, antifungi dan
anti virus (Marry et al. 2012). Bidang kosmetik menggunakan rumput laut
Sargassum siliquastrum, S. marginatrum sebagai antioksidan karena mengandung
fukosantin, polikomponen fenolik, fucodhiphlorotenol dan phlorotanin. Senyawa-

7
senyawa tersebut digunakan sebagai anti penuaan, perlindungan sel tubuh,
pemutih dan UV protektif (Heo dan Jeon 2009).

Ekstrak Sargassum sp. (CP 02)
Pemanfaatan komponen bioaktif rumput laut dapat dilakukan dengan
mengambil komponen penting yang diperlukan. Ekstraksi dengan pelarut dapat
dilakukan untuk memperoleh komponen bioaktif Sargassum sp. Prinsip ekstraksi
menggunakan pelarut dilakukan dengan cara mempertemukan bahan yang akan
diekstrak dengan pelarut selama waktu tertentu, diikuti pemisahan filtrat dari
residu bahan yang diekstrak. Pemilihan pelarut yang akan dipakai dalam proses
ekstraksi harus memperhatikan sifat kandungan senyawa yang akan diisolasi
(Septiana dan Asnani 2012).
Penelitian menggunakan ekstraksi tunggal dengan pelarut metanol. Pelarut
metanol digunakan karena merupakan pelarut polar yang dapat mengekstrak
senyawa non polar, semi polar dan polar yang banyak terdapat di Sargassum sp..
Ekstrak Sargassum sp. yang didapatkan berwarna coklat tua. Warna coklat pada
ekstrak Sargassum sp. (CP 02) disebabkan oleh pigmen fukosantin yang banyak
terkandung pada Sargassum sp.. Resita et al. (2010) menyebutkan pigmen yang
paling banyak terkandung dalam Sargassum sp. adalah fukosantin yaitu berkisar
antara 21,80-73,05%, sedangkan pigmen utama lain seperti klorofil a berkisar
antara 0,73-54,96%, klorofil c berkisar antara 0,28-1,09% dan karoten 0,38% dari
total pigmen pada Sargassum sp. Warna coklat pada ekstrak juga disebabkan
karena pigmen klorofil yang terdapat pada Sargassum sp. kering tidak stabil
dibandingkan dengan fukosantin. Pengeringan akan menyebabkan tanaman yang
mengandung klorofil akan mengalami perubahan atau kehilangan warna seperti
yang terjadi pada penuaan daun sehingga klorofil yang semula berwarna hijau
akan berubah warna menjadi hijau kecoklatan atau pudar (Resita et al. 2010).
Rendemen Sargassum sp. hasil ekstraksi dengan metanol yaitu sebesar
2,37±0,66%. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Bambang et al. (2013)
dimana jumlah rendemen dari beberapa jenis Sargassum yang diambil di dari
Pulau Madura yaitu 1,69±0,15%. Perbedaan jumlah rendemen juga dapat terjadi
karena bahan preparasi yang dipengaruhi oleh umur panen dan faktor lingkungan
serta metode ekstraksi yang digunakan. Hasil ekstrak yang berbeda dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain kondisi alamiah senyawa, metode ekstraksi yang
digunakan, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu
ekstraksi serta perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel yang
digunakan (Harborne 1987).

Aktivitas Inhibitor Tirosinase
Tirosinase merupakan enzim yang mengandung tembaga didalamnya
(Gambar 2) yang banyak terdapat pada mamalia, tumbuhan serta buah
(Chang 2012). Tirosinase mengkatalisis dua reaksi berbeda dengan menggunakan
molekuler oksigen; hidroksilasi tirosin menjadi 3,4-dihidroksiphenilalanin atau
DOPA yang disebut aktivitas monophenolase dan oksidasi DOPA menjadi

8
dopaquinone (o-quionenies) yang disebut aktivitas diphenolase. Enzim tirosinase
banyak digunakan dalam penelitian berkaitan dengan melanogenesis. Enzim
tirosinase yang seringkali digunakan yaitu tirosinase yang diekstrak dari jamur.
Enzim tirosinase jamur ini sangat homolog dengan mamalia, selain itu enzim dari
jamur ini juga sudah tersedia secara komersil (Chang 2012).

Gambar 2 Sisi aktif enzim tirosinase (Yunita 2014).
Pengujian ekstrak Sargassum sp. (CP 02) dilakukan terhadap aktivitas
monophenolase dan diphenolase yaitu menggunakan L-tirosin dan L-DOPA
sebagai substrat dalam pengujian. Pengujian ekstrak dibandingkan dengan asam
kojat sebagai kontrol positif. Asam kojat merupakan hasil metabolit jamur yang
bertindak sebagai chelator yang baik untuk logam transisi seperti Cu 2+ dan Fe3+.
Asam kojat merupakan inhibitor kompetitif dalam reaksi monophenolase dan
inhibitor campuran pada reaksi diphenolase (Saghaie et al. 2013). Asam kojat
adalah salah satu jenis pemutih yang banyak digunakan dalam kosmetik. Namun
penggunaan asam kojat secara berlebih dapat menyebabkan alergi pada kulit
manusia (Kamakshi 2012). Penggunaan asam kojat sebagai kontrol positif sangat
disarankan sebagai pembanding kekuatan penghambatan tirosinase baik dengan
bahan baru yang ditemukan ataupun dengan kekuatan penambahan bahan lain
(Chang 2012). Asam kojat digunakan sebagai kontrol positif karena memiliki efek
inhibisi serta kestabilan yang tinggi dibandingkan dengan bahan lainnya
(Fransiska et al. 2012).
Penambahan ekstrak Sargassum sp. (CP 02) tidak menunjukkan perubahan
warna coklat keunguan seperti yang terjadi pada kontrol. Perbedaan warna hasil
uji antara kontrol (tanpa penambahan ekstrak), kontrol positif (penambahan asam
kojat) dan ekstrak dapat dilihat pada Gambar 3. Penentuan intensitas warna
dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 475
nm. Nilai absorban yang diperoleh digunakan untuk mengetahui aktivitas ekstrak
Sargassum sp. dalam menghambat tirosinase (Putri et al. 2010).

A
B
C
Gambar 3 Perubahan warna pada analisis aktivitas inhibitor tirosinase
(A.Tanpa penambahan ekstrak (kontrol); B. Penambahan asam
kojat (kontrol positif); C. Penambahan ekstrak Sargassum sp.
(CP 02)).

9
Ekstrak yang memiliki aktivitas inhibitor tirosinase akan menurunkan
intensitas warna coklat sedangkan ekstrak yang tidak memiliki aktivitas inhibitor
dan kontrol (tidak ditambahkan ekstrak) memiliki warna coklat keunguan. Warna
coklat keunguan merupakan warna dari dopacrom yang terbentuk sehingga dapat
diukur penghambatannya (Juwita 2011). Apabila jumlah dopacrome yang
terbentuk banyak maka penghambatan enzim tirosinase tidak terjadi, sebaliknya
apabila dopacrome tidak terbentuk maka penghambatan terhadap enzim tirosinase
terjadi maksimal.
Berdasarkan hasil perhitungan persen inhibisi oleh Sargassum sp. kemudian
didapatkan nilai IC50 penghambatan. IC50 merupakan konsentrasi larutan sampel
yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas enzim tirosinase. Hasil
pengujian IC50 pada reaksi monophenolase dan diphenolase dari asam kojat dan
ekstrak Sargassum sp. disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 IC50 asam kojat dan ekstrak Sargassum sp. (CP 02)
Reaksi

Substrat

Monophenolase
Diphenolase

L-tirosin
L-DOPA

Asam kojat
(µg/mL)
3,25 ± 0,53
14,27 ± 0,73

Ekstrak Sargassum sp.
(µg/mL)
13,43 ± 1,45
11,60 ± 2,30

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada reaksi monophennolase ekstrak
Sargassum sp. (CP 02) memiliki nilai IC50 empat kali lebih besar dari pada asam
kojat. Namun, pada reaksi diphenolase, ekstrak Sargassum sp. menunjukkan nilai
yang sebanding dengan asam kojat. Hal ini menunjukkan ekstrak Sargassum sp.
(CP 02) bekerja lebih efektif pada reaksi diphenolase.
Berbeda dengan hasil penelitian ini, Sargassum polycystum yang diambil di
kepulauan Malaysia tidak menunjukkan aktivitas inhibisi pada pengujian dengan
tirosinase jamur namun menunjukkan aktivitas yang signifikan pada pengujian
dengan seluler tirosinase (Chan et al. 2011). Penelitian dengan alga merah
Grateloupia lancifolia juga menunjukan aktivitas inhibitor tirosinase dengan IC50
sebesar 256 µg/mL (Nguyen dan Kim 2012). Hasil ini menunjukkan bahwa
Sargassum sp. (CP 02) memiliki aktivitas inhibitor tirosinase yang tinggi pada
reaksi diphenolase. Perbedaan kemampuan ekstrak dalam menghambat enzim
tirosinase disebabkan oleh kandungan kelompok senyawa kimia yang terdapat di
dalam ekstrak dari spesies berbeda. Jennifer et al. (2012) menyebutkan bahwa
secara alami keberadaan inhibitor tirosinase berasal dari beberapa kelas senyawa
kimia. Kelompok senyawa kimia yang dikandung oleh kedua jenis Sargassum
dapat dipengaruhi oleh perbedaan tempat tumbuh dimana kandungan hara serta
mineral di tempat asalnya berbeda (Batubara et al. 2012). Kandungan kelompok
senyawa kimia yang terdapat pada Sargassum sp. diteliti lebih lanjut dengan
melakukan analisis fitokimia.

Kelompok Senyawa Kimia Sargassum sp. (CP 02)
Analisis fitokimia yang dilakukan yaitu alkaloid, flavonoid, saponin,
komponen fenolik, tannin, terpenoid dan steroid. Hasil uji fitokimia terhadap
ekstrak Sargassum sp. (CP 02) disajikan pada Tabel 2.

10
Tabel 2 Hasil uji fitokimia Sargassum sp. (CP 02)
Uji
Hasil
Alkaloid
Mayer
Wagner
Dragendroff
Flavonoid
+
Saponin
+
Komponen fenolik
+
Tanin
Triterpenoid
+
Steroid
+
Keterangan: (+) = positif, (-) = negatif

Ekstrak Sargassum sp. berdasarkan Tabel 2 mengandung flavonoid, saponin,
komponen fenolik, terpenoid dan steroid. Kandungan alkaloid dan tanin tidak
terdeteksi pada Sargassum sp. yang diteliti. Kemampuan ekstrak Sargassum sp.
(CP 02) dalam menghambat aktivitas enzim tirosinase dapat disebabkan oleh
komponen fenolik (Kim 2004), flavonoid (Chang 2009; Oskoueian et al. 2012),
saponin (Zhang dan Zhou 2013), dan steroid (Chang 2009) yang terkandung
dalam ekstrak.
Komponen fenolik merupakan aneka ragam senyawa yang berasal dari
tumbuhan yang memiliki ciri yang sama yaitu cincin aromatik yang mengandung
satu atau dua penyulih hidroksil. Beberapa golongan fenolik telah diketahui dan
salah satu yang terbesar adalah flavonoid. Golongan polimer dari komponen
fenolik lain yang penting pada tumbuhan antara lain lignin, melanin dan tanin
(Harborne 1987). Pengujian ekstrak dengan FeCl3 menunjukkan hasil positif
komponen fenolik pada Sargassum sp. Hasil positif pada komponen fenolik ini
juga sesuai dengan pengujian terhadap Sargassum sp. dan S. wightii (Putri 2011,
Seenivasan et al. 2012). Kim (2004) menyatakan bahwa beberapa komponen
fenolik dikenal berperan sebagai agen depigmentasi, karena struktur kimia
komponen fenolik memiliki kemiripan dengan tirosin yang merupakan substrat
dari reaksi tirosin-tirosinase.
Flavonoid merupakan senyawa yang larut air dan tergolong dalam
komponen fenolik. Flavonoid umumnya terikat pada gula sebagai glikosida dan
aglikon flavonoid yang terdapat pada tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi
glikosida (Harborne 1987). Flavonoid merupakan bahan aktif yang banyak
dijumpai pada daun, benih, kulit dan bunga tanaman. Flavonoid melindungi
tumbuhan dari radiasi UV, patogen dan hewan herbivor. Flavonoid sebagai
inhibitor tirosinase meliputi tujuh grup mayor yaitu flavones, flavonols,
flavononess, flavanols, isoflavonoids, chalcones dan catechin (Chang 2009).
Ekstrak Sargassum sp. secara kualitatif mengandung flavonoid lebih dari
komponen yang lainnya. Flavonoid dengan kandungan yang banyak inilah yang
memungkinkan Sargassum sp. (CP 02) dapat menghambat kerja enzim tirosinase.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Oskoueian et al. (2012) yang menyatakan
komponen fenolik dan flavonoid berkontribusi dalam penghambatan enzim
tirosinase. Penghambatan yang dilakukan salah satunya oleh flavonols, yang
termasuk dalam kelompok flavonoid yaitu sebagai inhibitor kompetitif pada
oksidasi L-DOPA oleh tirosinase dan 3-hydroxy-4-keto yang merupakan bagian

11
dari struktur flavonols yang berperan sebagai kunci dalam penempelan logam
(Chang 2009).
Kemampuan ekstrak Sargassum sp. dalam menghambat kerja enzim
tirosinase disebabkan antara lain oleh kandungan flavonoid yang terdapat di
dalam ekstrak. Posisi fenolik dari senyawa aktif ekstrak berikatan dengan atom
Cu pada sisi aktif tirosinase menyebabkan tidak terjadi reaksi oksidasi yang
dikatalisis tirosinase sehingga pembentukan senyawa dopakuinon dan dopakrom
menjadi berkurang (Juwita 2011). Adanya flavonoid ini membuat reaksi enzim
dengan substrat terhalang sehingga melanin tidak terbentuk. Jenis inhibisi
flavonoid ini ialah inhibitor kompetitif dimana penghambat kompetitif akan
berlomba dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim, tetapi sekali
terikat tidak dapat diubah oleh enzim tersebut. Penghambat kompetitif biasanya
menyerupai substrat normal pada struktur tiga dimensinya sehingga dapat
menduduki sisi aktif enzim (Lehninger 1982). Senyawa flavonoid akan
berkompetisi dengan L-tirosin untuk menduduki sisi aktif enzim pada reaksi
monophenolase berkompetisi dengan L-DOPA pada reaksi diphenolase. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Chang (2009) yang menyatakan penghambatan
yang dilakukan oleh flavonols salah satu golongan flavonoid adalah sebagai
inhibitor kompetitif.
Triterpenoid adalah senyawa dengan kerangka karbon yang disusun dari
enam unit isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualen. Triterpenoid tidak memiliki warna, berbentuk kristal, sering kali
mempunyai titik leleh tinggi dan aktif optik yang umumnya sukar dicirikan karena
tak ada kereaktifan kimianya (Harborne 1987). Pengujian terhadap triterpenoid
menunjukkan hasil yang positif pada Sargassum sp. (CP 02) yang diambil di
Pantai Cipatujah.
Steroid merupakan golongan dari senyawa triterpenoid. Senyawa steroid
dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat. Steroid dapat
diklasifikasikan menjadi steroid dengan atom karbon tidak lebih dari 21 yaitu
sterol, sapogenin, glikosida jantung dan vitamin D. Steroid alami berasal dari
berbagai transformasi kimia dua triterpena yaitu lanosterol dan sikloartenol
(Harbone 1987). Hasil positif steroid terdeteksi pada Sargassum sp. yang diuji.
Hasil yang didapatkan ini sesuai dengan hasil penelitian Seenivasanet al. (2012)
dimana S. wightii positif mengandung steroid di dalamnya. Keberadaan steroid
sebagai inhibitor tirosinase telah diteliti sebelumnya dimana tiga macam steroid
yang diisolasi dari Trifolium balansae menunjukkan hasil inhibisi pada fase
diphenolase yang lebih tinggi dari pada asam kojat yang merupakan kontrol
positif (Chang 2009).
Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol yang terdeteksi pada lebih dari
90 jenis tumbuhan. Saponin merupakan senyawa yang bersifat seperti sabun yang
dapat dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk busa (Harborne 1987).
Saponin dideteksi pada ekstrak Sargassum sp. ditandai dengan terbentuknya busa
pada saat pengocokan. Keberadaan saponin pada Sargassum sp. juga dilaporkan
oleh Putri (2011). Kemampuan saponin dalam menghambat tirosinase telah
diteliti. Saponin dari Xanthoceras sorbifolia, tanaman yang berasal dari Cina
dapat menghambat tirosinase sebesar 52% dengan konsentrasi saponin sebesar
0,96 mg/mL. Saponin terbukti dapat meningkatkan nilai Km (konsentrasi substrat

12
tertentu pada saat enzim mencapai setengah kecepetan maksimumnya) serta dapat
menurunkan laju oksidasi (Zhang dan Zhou 2013).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ekstrak metanol Sargassum sp. (CP 02) dapat menghambat enzim tirosinase
lebih baik pada reaksi diphenolase denga IC50 sebesar 11,60 µg/mL dibandingkan
reaksi monophenolase dengan IC50 13,43 µg/mL. Ekstrak metanol Sargassum sp.
(CP 02) mengandung flavonoid, komponen fenolik, saponin, triterpenoid dan
steroid berdasarkan analisis fitokimia.

Saran
Pengujian lebih lanjut terkait dengan inhibitor tirosinase perlu dilakukan
yaitu pemisahan senyawa kimia yang ada pada Sargassum sp. (CP 02) untuk
kemudian dilakukan analisis inhibitor tirosinase untuk diketahui secara pasti
senyawa yang berperan sebagai inhibitor tirosinase.

DAFTAR PUSTAKA
Bambang BS, Kumalaningsih S, Susinggih W, Hardoko. 2013. Polyphenol
content and antioxidant activities of crude extract from brown algae by
various solvents. J Life Sci Biomed. 3(6):439-443.
Batubara I, Darusman LK, Mitsunaga T, Rahminiwati M, Djauhari E. 2010.
Potency of Indonesian medical plants as tyrosinase inhibitor and antioxidant
agent. J Biol Sci. 10(2): 138-144.
Batubara I, Darusman LK, Vibrianthi C. 2012. Potensi Tanaman Alamanda
cathartica di daerah Bogor sebagai inhibitor tirosinase. Di dalam : Sukrasno,
Yulinah, Soemardji, Moelyono, Damayanti, Sutjiatmo, Paryati, Januwati,
editor. Seminar Nasional Pokja TOI XLII ; 2012 Mei 20; Cimahi, Indonesia:
FMIPA UNJANI. Hlm 316-324
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013. Dialog sore tentang public
warning kosmetik. www.bpom.go.id (1 April 2014).
Chan YY, Kim KH, Cheah SH. 2011. Inhibitory effects of Sargassum polycystum
on tyrosinase activity and melanin formation in B16F10 murine melanoma
cells. J Ethnopharm. 137(3): 1183– 1188.
Chang Te-Sheng. 2009. An update review of tyrosinase inhibitor. Int J Mol Sci.
10(6):2440-2475.

13
Chang Te-Sheng. 2012. Natural melanogenesis inhibitora acting through the
down-regulation of tyrosinase activity. Materials. 5(9):1661-1685.
Chang Tsong-Min. 2012. Tyrosinase and tyrosinase inhibitors. J Biocatal
Biotransformation. 1(2):1-2.
Fransiska MK , Batubara I, Darusman LK. 2012. Penapisan inhibitor tirosinase
pada empat spesies famili Asteraceae Chrysantemum morifolium , Gerbera
jamesonii, Dahlia rosea, dan Tagetes erecta. Acta Pharmaciae Indonesia.
1(1):36-42.
Guiry MD. 2000. Phaeophyta: Brown Algae. www.seaweed.ie (31 April 2014).
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, penerjemah, Bandung
(ID) : Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari Phytochemical Methods.
Heo SJ, Jeon YJ. 2009. Protective effect of fucoxanthin isolated from Sargassum
siliquastrum on UV-B induced cell damage. J Photochem Photobiol B: Biol.
95(2):101-107.
Jennifer, Stephie, C.M, Abhishri, S.B, Shalini. 2012. A review on skin whitening
property of plant extracts. Int J Pharm Bio Sci. 3(4):332-347.
Juwita NK. 2011.Uji penghambatan tirosinase dan stabilitas fisik sediaan krim
pemutih yang mengandung ekstrak kulit batang nangka (Artocarpus
heterophyllus) [skripsi]. Depok (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Kadi A. 2005. Beberapa kehadiran marga Sargassum di Perairan Indonesia.
Oseana. 30(4):19-29.
Kamakshi R. 2012. Fairness via formulations: A review of cosmetic skinlightening ingredients. J Cosmet Sci. 63(1):43-54.
Kim YJ, Kyung KJ, Lee JH, Chung HY. 2004. 4-4’-Dihydroxybiphenyl as a new
potent tyrosinase inhibitor. Biol Pharm Bull. 28(2):323-327.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Mengenal Sargassum sp. dan
manfaatnya. www.djpb.kkp.go.id (31 April 2014).
Lehninger AL. 2004. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Thenawidjaja M, penerjemah.
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Biochemistry.
Marry JS, Vinotha P, Pradeep A. 2012. Screening for in vitro cytotoxix activity of
seaweed, Sargassum sp. Against Hep-2and MCF-7 cancer cell lines. Asia
Pas J Cancer Prev. 13(12):6073-6076.
Nguyen H, Kim SM. 2012. Antioxidative, anticholinesterase and antityrosinase
activities of the red alga Grateloupia lancifolia extracts. African J Biotech.
11(39): 9457-9467.
Oskoueian A, Haghighi RS, Ebrahimi M, Oskoueian E. 2012. Bioactive
compounds, antioxidant, tyrosinase inhibition, xanthine oxidase inhibition,
anticholinesterase and anti inflammatory activities of Prunus mahaleb L.
seed. J Med Plants Resch. 6(2):225-233.

14
Putri WS, Supriyanti,T, Zackiyah. 2010. Penentuan aktivitas dan jenis inhibisi
ekstrak metanol kulit batang Artocarpus heterophyllus LAMK sebagai
inhibitor tirosinase. J Sains Teknol Kim. 1(1):94-99.
Putri KH. 2011. Pemanfaatan rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai serbuk
minuman pelangsing tubuh [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Resita D, Merdekawati W, Susanto AB, Limantara L. 2010. Kandungan dan
komposisi pigmen Sargassum sp. pada perairan Teluk Awur, Jepara dengan
perlakuan segar dan kering. J Fish Sci. 12(1):11-19.
Saghaie L, Pourfarzam M, Fassihi A, Sartippour B. 2013. Synthesis and
tyrosinase inhibitory properties of some novel derivatives of kojic acid. J
Pharm Sci. 8(4):233-242.
Seenivasan R, Rekha M, Indu H, Geetha S. 2012. Antibacterial activity and
phytochemical analysis of selected seaweeds from Mandapam Coast, India.
J App Pharm Sci. 2(10):159-169.
Septiana A, Asnani A. 2012. Kajian sifat fisikokimia ekstrak rumput laut coklat
Sargassum duplicatum menggunakan berbagai pelarut dan metode ekstraksi.
Agrointek. 6(1):22-28.
Yoon NY, Eom TK, Kim MM, Kim SK. 2009. Inhibitory effect of phlorotannins
isolated from Ecklonia cava on mushroom tyrosinase activity and melanin
formation in mouse B16F10 melanoma cells. J Agric Food Chem.
57(10):4124-4129.
Yoon HS, Koh WB, Oh YS, Kim IJ. 2009. The anti-melanogenic effect of
Petalonia binghamiae extract in a-melanocyte stimulating hormone-induced
B16/F10 Murine Melanoma cells. J Korean Soc Appl Bil Chem. 52(5):564567.
Yunita M. 2014. Elektrode komposit zeolit sebagai biosensor berbasis tirosinase.
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Yuvaraj N, Kanmani P, Satishkumar R, Paari KA, Pattukumar V, Arul V. 2011.
Extraction, purification and partial characterization of Cladophora
glomerata against multidrug resistant human pathogen Acinetobacter
baumannii and fish pathogens. J Fish and Marine Sci. 3(1): 51-57
Zhang H, Zhou Q. 2013.Tyrosinase inhibitory effects and antioxidative activities
of saponins from Xanthoceras Sorbifolia nutshell. PLOS ONE. 8(8):1-6.

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Margareth Dina Indriani. Dilahirkan di Jakarta
pada 26 Juni 1992. Merupakan anak ketiga dari pasangan A.M Michael Edy
Suharyoko S.Pd dan Anna Agustina Heralanti. Penulis memulai jenjang
pendidikan formal di SD Santo Vincentius, Jakarta dan lulus pada tahun 2004,
kemudian penulis melanjutkan jenjang sekolah menengah pertama di SMP
Marsudirini Jakarta dan lulus pada tahun 2007. Penulis menamatkan sekolah pada
tahun 2010 di SMA Pangudi Luhur Van Lith, Muntilan dan pada tahun yang sama
diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTM.
Selama masa perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Fisheries
Procecing Club tahun pengurusan 2011-2012 dan 2012-2013. Penulis juga pernah
menjadi asisten Bioteknologi Hasil Perairan 2013/2014 dan mengikuti praktik
lapang di PT. Awindo Internasional pada tahun 2013 dengan judul Higiene
Karyawan pada Proses Pembuatan Tuna Saku di PT Awindo International.