Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum sp. (CP 01) dan Pengujian Ekstrak sebagai Inhibitor Tirosinase

EKSTRAKSI RUMPUT LAUT COKLAT Sargassum sp. (CP 01)
DAN PENGUJIAN EKSTRAK SEBAGAI
INHIBITOR TIROSINASE

ANASTASIA MENSANIE PUTRI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Ekstraksi
Rumput Laut Coklat Sargassum sp. (CP 01) dan Pengujian Ekstrak sebagai
Inhibitor Tirosinase adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dengan
arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
yang telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian

akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Anastasia Mensanie Putri
NIM C34100071

ABSTRAK
ANASTASIA MENSANIE PUTRI. Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum sp.
(CP 01) dan Pengujian Ekstrak sebagai Inhibitor Tirosinase. Dibimbing oleh
LINAWATI HARDJITO.
Kulit gelap terjadi karena adanya pigmen melanin yang disebabkan oleh
radiasi sinar ultraviolet dan enzim tirosinase. Jika jumlah melanin terbentuk
berlebihan dapat menimbulkan hiperpigmentasi. Sargassum sp. adalah salah satu
hasil perairan yang berpotensi sebagai inhibitor tirosinase dan dapat diaplikasikan
ke dalam krim pencerah kulit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas
inhibitor tirosinase dari ekstrak metanol Sargassum sp. (CP 01) dan menentukan
komponen aktif dari ekstrak metanol Sargassum sp. (CP 01). Hasil penelitian
menunjukkan ekstrak metanol Sargassum sp. (CP 01) memiliki aktivitas inhibitor
tirosinase sebesar 27,50 ± 0,9 µg/ml pada substrat l-tyrosine dan pada substrat

L-DOPA sebesar 209,06 ± 64,96 µg/ml. Komponen aktif yang terdapat dalam
ekstrak metanol Sargassum sp. (CP 01) antara lain flavonoid, saponin, fenol,
steroid, dan triterpenoid.
Kata kunci: ekstrak metanol Sargassum, inhibitor tirosinase

ABSTRACT
ANASTASIA MENSANIE PUTRI. Extraction of Brown Alga Sargassum sp.
(CP 01) and Screening Extract as Tyrosinase Inhibitor. Supervised by
LINAWATI HARDJITO.
Dark skin is caused by melanin pigments formed by UV radiation and
tyrosinase. Excessive melanin formation results in skin hyperpigmentation.
Sargassum sp. is one of marine resources that potentially contains tyrosinase
inhibitor and can be applied into lightening cream. This study aimed to investigate
the activity of Sargassum methanol extract as tyrosinase inhibitor and to
determine the group of active compounds. The results showed that the methanol
extract of Sargassum sp. described tyrosinase inhibitor at concentration of
27.50 ± 0.9 µg/ml and 209.06 ± 64.96 µg/ml for l-tyrosine and L-DOPA
respectively. The methanol extract of Sargassum sp. contained flavonoids,
saponins, phenols, steroids, and triterpenoids.
Keywords: methanol extract of Sargassum, tyrosinase inhibitor


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa seizin IPB

EKSTRAKSI RUMPUT LAUT COKLAT Sargassum sp. (CP 01)
DAN PENGUJIAN EKSTRAK SEBAGAI
INHIBITOR TIROSINASE

ANASTASIA MENSANIE PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi

: Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum sp. (CP 01) dan
Pengujian Ekstrak sebagai Inhibitor Tirosinase
: Anastasia Mensanie Putri
: C34100071
: Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh


Prof Dr Ir Linawati Hardjito, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
baik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 hingga Februari
2014 dengan judul Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum sp. (CP 01) dan
Pengujian Ekstrak sebagai Inhibitor Tirosinase. Penelitian ini dibiayai oleh DIKTI
melalui program Hibah Kompetensi a.n. Prof Dr Ir Linawati Hardjito, MS.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada:

1) Prof Dr Ir Linawati Hardjito, MS selaku dosen pembimbing atas segala
bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.
2) Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil
Perairan.
3) Dra Ella Salamah, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak masukan kepada penulis.
4) Papa Drs Bernard Manson Hutabarat, mama Esmi L. Tobing, abang
Henrico Mensano Putra, S.Kom dan adik Mega Tri Novrianti tercinta yang
telah memberikan segalanya kepada penulis.
5) Adel Christian Parentinus Sakeru atas bantuan, perhatian, dukungan, dan
doa yang diberikan kepada penulis.
6) Bianca Benning, Emilia Dian, Zeta Fadilla, Siti Mayang Sari, Margareth
Dina, Marie Violeta, Sri Wahyuningsih dan mbak Juju, atas segala
bantuan, doa, dan dukungan yang telah diberikan.
7) Keluarga besar THP 47, P-FPIK, Komisi Kesenian, dan tim basket putri
FPIK atas segala bantuan, doa, dan dukungan yang telah diberikan selama
ini.
8) Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di

masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.
Bogor, September 2014
Anastasia Mensanie Putri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
PENDAHULUAN ..........................................................................................
Latar Belakang ............................................................................................
Perumusan Masalah ....................................................................................
Tujuan Penelitian ........................................................................................
Manfaat Penelitian ......................................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................................
METODE PENELITIAN ................................................................................
Bahan Penelitian .........................................................................................
Peralatan Penelitian .....................................................................................
Prosedur Penelitian .....................................................................................
Preparasi Bahan Baku .............................................................................
Ekstraksi Sargassum sp. (CP 01) .............................................................

Analisis Aktivitas Inhibitor Tirosinase ....................................................
Analisis Fitokimia ...................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................
Rendemen Ekstrak Sargassum sp. (CP 01) ..................................................
Aktivitas Inhibitor Tirosinase Ekstrak Sargassum sp. (CP 01) .....................
Komponen Aktif Ekstrak Sargassum sp. (CP 01) ........................................
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................
Kesimpulan .................................................................................................
Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................................
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................

vi
vi
vi
1
1
2
2

3
3
3
3
3
4
4
4
5
6
7
7
9
10
12
12
12
12
17
26


DAFTAR TABEL
1 Formulasi pengujian ekstrak sebagai inhibitor tirosinase .............................. 5
2 Nilai IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) dan kojic acid ............................... 9
3 Hasil analisis fitokimia ekstrak Sargassum sp. (CP 01)................................. 10

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Diagram alir prosedur penelitian ..................................................................
Pengenceran ekstrak untuk analisis inhibitor tirosinase .................................
Ekstrak metanol Sargassum sp. (CP 01) .......................................................
Sisi aktif enzim tirosinase .............................................................................

4
5
8

11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Contoh perhitungan rendemen ekstrak Sargassum sp. (CP 01) .....................
Perhitungan IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) pada substrat l-tyrosine .....
Perhitungan IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) pada substrat L-DOPA ......
Perhitungan IC50 kojic acid pada substrat l-tyrosine ......................................
Perhitungan IC50 kojic acid pada substrat L-DOPA ......................................

17
18
20
22
24

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Makroalga laut yang secara taksonomi diklasifikasikan sebagai alga,
memiliki 4 kelas utama, yaitu Rhodophyceae (alga merah), Chlorophyceae
(alga hijau), Chyanophyceae (alga hijau biru), dan Phaeophyceae (alga coklat)
(Thomas dan Kim 2013). Alga coklat (Phaeophyceae) tersebar di beberapa bagian
Asia, salah satunya Indonesia. Sargassum merupakan salah satu marga Sargassum
termasuk dalam kelas Phaeophyceae (Kadi 2005). Jenis-jenis Sargassum sp. yang
dikenal di Indonesia ada sekitar 12 spesies, yaitu Sargassum duplicatum, S.
histrix, S. echinocarpum, S. gracilimun, S. obtusifolium, S. binderi, S. policystum,
S. crassifolium, S. microphylum, S. aquofilum, S. vulgare, dan S. polyceratium.
Sargassum biasanya dicirikan oleh tiga sifat yaitu adanya pigmen coklat yang
menutupi warna hijau, hasil fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminaran dan
alginat serta adanya flagel (Anggadiredja et al. 2006). Sargassum mengandung
bahan alginat dan iodin yang bermanfaat sebagai bahan industri makanan,
farmasi, tekstil, dan kosmetik (Kadi 2005).
Kosmetik saat ini banyak digunakan manusia khususnya wanita untuk
membuat penampilan terlihat lebih menarik dan mengatasi masalah estetika. Salah
satu masalah estetika yang serius pada manusia adalah kulit gelap yang umumnya
dialami ketika usia produktif dan usia lanjut. Pigmen melanin pada kulit manusia
adalah suatu mekanisme pertahanan terhadap paparan sinar matahari
(Jennifer et al. 2012). Hal ini perlu diperhatikan terutama di Indonesia yang
merupakan negeri tropis yang kaya akan paparan sinar matahari. Paparan sinar
matahari (sinar UV) dapat mengaktifkan hormon yang menstimulasi sintesis
pigmen melanin dan menyebabkan warna kulit tampak lebih gelap (Winata 2008).
Melanin merupakan pigmen warna coklat yang dapat melindungi jaringan
kulit dari penghamburan sinar ultra violet. Jika jumlah melanin terbentuk
berlebihan dapat menimbulkan hiperpigmentasi. Pada manusia proses
pembentukan melanin (melanogenesis) dapat terjadi dengan bantuan biokatalis
(enzim) dan sinar UV matahari. Biokatalis yang berperan dalam reaksi
pencoklatan adalah tirosinase, yang ditemukan pada hewan, tumbuhan dan
manusia. Enzim ini mengkatalisis dua reaksi utama dalam biosintesis melanin,
yaitu hidroksilasi l-tyrosine menjadi L-DOPA dan oksidasi L-DOPA menjadi
dopakuinon (Chang 2009).
Reaksi pencoklatan oleh enzim tirosinase dapat dihambat dengan suatu
penghambat reaksi enzimatis berupa ion atau molekul yang disebut inhibitor
tirosinase. Inhibitor tirosinase merupakan senyawa yang dapat menghambat
proses pembentukan melanin. Inhibitor tirosinase saat ini banyak digunakan pada
produk kosmetik dan farmasi untuk menghambat produksi melanin berlebih pada
lapisan epidermis dan membuat kulit tampak lebih cerah (Arung et al. 2006).
Aplikasi inhibitor tirosinase telah banyak digunakan dalam kosmetik sebagai
pencegah hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi adalah keadaan dimana kulit
memproduksi melanin sangat banyak karena sintesis melanin atau jumlah
melanosit yang bertambah dan menyebabkan perubahan warna kulit menjadi
coklat kehitaman (Jennifer et al. 2012). Beberapa inhibitor tirosinase diantaranya,

2

asam askorbat, arbutin, kojic acid, merkuri dan hidrokuinon (Putri et al. 2010).
Penggunaan merkuri dan hidrokuinon sebagai inhibitor tirosinase pada kosmetik
memiliki efek samping yang bersifat negatif. Merkuri dapat menyebabkan alergi,
iritasi kulit, kerusakan permanen pada susunan saraf, otak, ginjal, gangguan
perkembangan janin dan bersifat karsinogenik. Hidrokuinon dapat menyebabkan
iritasi kulit, kulit kemerahan, rasa terbakar, dan bercak-bercak hitam
(BPOM 2013). Kojic acid adalah salah satu jenis pemutih yang banyak digunakan
dalam kosmetik. Namun, penggunaan kojic acid sebagai lightening agent dapat
menyebabkan alergi pada kulit manusia (Kamakshi 2012). Oleh karena itu,
pencarian alternatif inhibitor tirosinase perlu dilakukan, salah satunya dengan
mencari bahan aktif pencerah kulit yang alami dan berpotensi menjadi inhibitor
tirosinase.
Salah satu hasil perairan yang berfungsi sebagai inhibitor tirosinase adalah
rumput laut coklat (Kang et al. 2012). Salah satu alga coklat, Ecklonia stolonifera
dilaporkan memiliki aktivitas dalam menghambat enzim tirosinase tiga kali lebih
besar daripada kojic acid (Jenifer et al. 2012). Chan et al. (2011) juga melaporkan
Sargassum polycistum yang diambil dari Pulau Seri Buat dan Pulau Sembulan,
Malaysia dapat menghambat aktivitas selular tirosinase.
Komponen aktif pada rumput laut coklat yang berperan sebagai inhibitor
tirosinase adalah flavonoid (Chang 2009). Komponen aktif rumput laut coklat
diperoleh dengan cara ekstraksi. Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa
bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi
atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam
campuran (Darmawan 2002). Informasi mengenai komponen aktif dari rumput
laut coklat, termasuk mengenai inhibitor tirosinase masih sangat sedikit. Oleh
karena itu, perlunya penelitian inhibitor tirosinase dari ekstrak Sargassum sp. agar
dapat dimanfaatkan lebih lanjut dan dikembangkan untuk mencegah pembentukan
melanin yang berlebihan.

Perumusan Masalah
Rumput laut coklat Sargassum sp. (CP 01) merupakan hasil perairan yang
potensial di Indonesia, namun penelitian dan informasi mengenai komponen aktif
yang terkandung di dalamnya masih sangat terbatas. Hal ini yang menyebabkan
pemanfaatan rumput laut coklat Sargassum sp. (CP 01) dalam bidang
bioteknologi masih sangat sedikit. Salah satu upaya pemanfaatan rumput laut
coklat Sargassum sp. (CP 01) adalah sebagai inhibitor tirosinase yang dapat
diaplikasikan ke dalam krim pencerah kulit. Informasi mengenai komponen aktif
dari Sargassum sp. (CP 01) perlu diteliti lebih lanjut guna menemukan bahan
baku alami yang memiliki aktivitas inhibitor tirosinase.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menentukan aktivitas inhibitor tirosinase yang
ditunjukkan dengan nilai IC50 dan komponen aktif dari ekstrak rumput laut coklat
Sargassum sp. (CP 01).

3

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai
aktivitas inhibitor tirosinase dan komponen aktif yang terkandung dalam ekstrak
rumput laut coklat Sargassum sp. (CP 01).

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi preparasi bahan baku, ekstraksi
rumput laut coklat Sargassum sp. (CP 01), analisis aktivitas inhibitor tirosinase,
analisis fitokimia, dan analisis data.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai Februari
2014. Preparasi bahan baku, ekstraksi rumput laut coklat Sargassum sp. (CP 01),
dan analisis aktivitas inhibitor tirosinase dilakukan di Laboratorium Bioteknologi
Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Analisis fitokimia dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik,
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.

Bahan Penelitian
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut
coklat Sargassum sp. (CP 01) yang diambil dari Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa
Barat. Bahan lain yang digunakan dalam ekstraksi Sargassum sp. (CP 01) adalah
aluminium foil, kapas, kertas saring, dan pelarut metanol PA. Bahan-bahan yang
digunakan dalam analisis aktivitas inhibitor tirosinase antara lain ekstrak
Sargassum sp. (CP 01) aluminium foil, bufer fosfat pH 6,8, enzim tirosinase,
l-tyrosine, L-DOPA, dan kojic acid. Bahan yang digunakan dalam analisis
fitokimia yaitu, kertas saring, kloroform, NH4OH 2M, H2SO4, reagen Mayer,
Wagner, Dragendroff, magnesium, alkohol klorhidrat, amil alkohol, FeCl3, etanol,
eter, anhidrida asam asetat, dan H2SO4 pekat.

Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan pada preparasi rumput laut coklat Sargassum sp.
(CP 01) yaitu, gunting, wadah plastik, dan grinder. Alat-alat yang digunakan
untuk ekstraksi Sargassum sp. (CP 01) antara lain, neraca analitik (Sartorius TE
214S), erlenmeyer, magnetic stirrer (Jenwey 1200), rotary vacuum evaporator
(IKA RV 05 Basic), dan tabung eppendorf. Alat yang digunakan dalam analisis
aktivitas inhibitor tirosinase yaitu tabung reaksi, mikro pipet, vortex dan

4

spektrofotometer (UV-VIS Jenwey 2030). Alat yang digunakan dalam analisis
fitokimia antara lain tabung reaksi, batang pengaduk, timbangan, lempeng tetes,
pipet tetes, pinggan porselen, dan beaker glass.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah
preparasi bahan baku rumput laut coklat Sargassum sp. (CP 01). Tahap
selanjutnya adalah sampel yang telah berbentuk serbuk diekstrak guna
mendapatkan ekstrak yang digunakan dalam analisis aktivitas inhibitor tirosinase
dan analisis fitokimia. Diagram alir prosedur penelitian disajikan dalam
Gambar 1.
Sargassum sp.
(CP 01) kering

Preparasi Bahan Baku

Ekstraksi Sargassum sp.
(CP 01)

Analisis Aktivitas Inhibitor
Tirosinase

Analisis Fitokimia

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian.
Preparasi Bahan Baku
Sampel Sargassum sp. (CP 01) yang diambil dari Cipatujah, Jawa Barat
dibawa ke laboratorium dengan menggunakan coolbox lalu dikeringkan secara
manual dibawah sinar matahari. Sampel kering kemudian dipotong-potong
dengan menggunakan gunting untuk mempermudah proses penghancuran.
Potongan sampel kemudian dihaluskan dengan menggunakan grinder hingga
sampel berukuran 60 mesh atau berbentuk serbuk.
Ekstraksi Sargassum sp. (CP 01) (Yuvaraj et al. 2011)
Ekstraksi Sargassum sp. (CP 01) dilakukan dengan dua ulangan yang
masing-masing sampel berbentuk serbuk ditimbang sebanyak 20 dan 50 gram.
Sampel kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer, diberi pelarut metanol PA

5

dengan perbandingan 1:10 serta ditutup dengan kapas dan aluminium foil.
Selanjutnya sampel dimaserasi menggunakan magnetic stirrer selama 24 jam
dengan suhu 37 oC. Hasil maserasi yang berupa larutan disaring dengan kertas
saring sehingga didapat filtrat dan residu. Filtrat yang diperoleh kemudian
dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator dengan suhu 40-50 oC.
Ekstrak yang diperoleh kemudian dikerok dan dimasukkan ke dalam tabung
eppendorf. Rendemen ekstrak dihitung sebagai presentase bobot ekstrak yang
didapat dari bobot sampel awal. Perhitungan rendemen ekstrak Sargassum sp.
(CP 01) dilakukan dengan rumus berikut:
Rendemen (%) =

Bobot ekstrak (gram)
Bobot sampel awal (gram)

x 100%

Analisis Aktivitas Inhibitor Tirosinase
Aktivitas inhibitor tirosinase dari ekstrak Sargassum sp. (CP 01)
ditentukan menggunakan metode yang dilaporkan Chan et al. (2011) dengan
modifikasi pada konsentrasi sampel dan substrat. Aktivitas inhibitor tirosinase
ditentukan dengan menggunakan substrat l-tyrosine dan L-DOPA. Analisis
inhibitor tirosinase menggunakan ekstrak Sargassum sp. (CP 01) yang diencerkan
dimulai dari konsentrasi 6,10 mg/ml pada substrat l-tyrosine dan 9,10 pada
substrat L-DOPA. Pengenceran ekstrak untuk analisis inhibitor tirosinase dapat
dilihat pada Gambar 2.

1
6,10 mg/ml
9,10 mg/ml

2
3,05 mg/ml
4,55 mg/ml

3
1,53 mg/ml
2,28 mg/ml

4
0,76 mg/ml
1,14 mg/ml

5
0,38 mg/ml
0,05 mg/ml

6
kontrol
kontrol

Gambar 2 Pengenceran ekstrak untuk analisis inhibitor tirosinase.
Analisis inhibitor tirosinase dilakukan dengan mempersiapkan enam
tabung reaksi hasil pengenceran ekstrak dengan akuades. Enzim tirosinase
(25.000 unit/ml) sebanyak 40 µl juga diencerkan dengan menggunakan bufer
fosfat pH 6,8 sebanyak 960 µl. Analisis inhibitor tirosinase dilakukan dengan
menggunakan hasil pengenceran ekstrak dari tabung 1-5, seperti pada Gambar 2
kemudian dimasukkan formula pada masing-masing tabung seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Formulasi pengujian ekstrak sebagai inhibitor tirosinase
Perlakuan
Buffer fosfat
Enzim
Ekstrak

1
1,8 ml
100 µl
100 µl

2
1,8 ml
100 µl
100 µl

3
1,8 ml
100 µl
100 µl

4
1,8 ml
100 µl
100 µl

5
1,8 ml
100 µl
100 µl

Kontrol
1,8 ml
100 µl
100 µl

6

Setelah formulasi pada masing-masing tabung reaksi selesai, selanjutnya
masing-masing tabung reaksi diinkubasi selama 10 menit. Sampel kemudian
diukur nilai absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 475 nm (Bt0). Setelah itu, keenam tabung reaksi ditambahkan substrat
l-tyrosine dengan konsentrasi 3,6 mg/10ml yang sebelumnya diencerkan dengan
akuades atau L-DOPA dengan konsentrasi 3,3 mg/10ml yang sebelumnya
diencerkan dengan bufer fosfat sebanyak 1 ml, lalu diinkubasi selama sepuluh
menit. Keenam tabung reaksi kemudian diukur kembali nilai absorbansinya
dengan spektrofotometer (Bt10) untuk menentukan persen inhibisi dan nilai
konsentrasi hambat 50 % (IC50). Persen inhibisi dihitung dengan cara
membandingkan absorbansi sampel dengan penambahan ekstrak (B) dan kontrol
(A) pada panjang gelombang 475 nm. Persen inhibisi ekstrak Sargassum sp. (CP
01) dapat dihitung dengan rumus berikut:
Inhibisi (%) =
Keterangan:

At0
At10
Bt0
Bt10

(A t10− A t0) – (B t10− B t0)
(A t10− A t0)

× 100%

= nilai absorbasi kontrol pada t0
= nilai absorbansi kontrol pada t10
= nilai absorbansi sampel pada t0
= nilai absorbansi sampel pada t10

Analisis Fitokimia (Harborne 1987)
Uji Alkaloid
Ekstrak sampel dilarutkan dalam 10 ml kloroform dan beberapa tetes
NH4OH. Larutan kemudian disaring, filtratnya dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan 10 tetes H2SO4 2M lalu dikocok. Tabung reaksi
didiamkan hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan asam diambil dan dimasukkan
ke dalam tiga tabung reaksi lainnya untuk diuji alkaloid menggunakan reagen
Mayer, Wagner, dan Dragendroff. Hasil positif dari uji alkaloid dengan ketiga
reagen ialah terbentuknya endapan berturut-turut berwarna coklat, putih, dan
merah-jingga.
Uji Saponin dan Flavonoid
Ekstrak sampel ditambahkan 100 ml air panas, didihkan selama 5 menit
kemudian disaring dan filtratnya diuji. Untuk uji saponin sebanyak 10 ml filtrat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok kuat selama 10 detik setelah itu
larutan didiamkan selama 10 menit. Hasil positif saponin menunjukkan
terbentuknya buih yang stabil pada larutan. Untuk uji flavonoid, sebanyak 10 ml
filtrat ditambahkan 0,5 gram magnesium, 2 ml alkohol klorhidrat (HCl 37% dan
etanol 95% dengan volume yang sama), dan 20 ml amil akohol kemudian dikocok
kuat. Hasil positif flavonoid menunjukkan perubahan warna menjadi merah,
kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol.

7

Uji Tanin dan Fenol
Ekstrak sampel ditambahkan 100 ml air panas lalu didihkan selama 5
menit. Larutan kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan larutan FeCl3. Hasil
positif tanin menunjukkan perubahan warna menjadi hitam kehijauan, sedangkan
hasil positif fenol ditunjukkan dengan timbulnya warna ungu, biru atau hijau.
Uji Triterpenoid dan Steroid
Ekstrak sampel dilarutkan dengan 25 ml etanol panas (50 oC) kemudian
disaring ke dalam pinggan porselen dan diuapkan sampai kering. Residu
ditambahkan eter dan ekstrak eter dipindahkan ke lempeng tetes. Ekstrak eter
ditambah 3 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes H2SO4 pekat
(uji Lieberman-Buchard). Hasil positif triterpenoid ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna menjadi merah sementara hasil positif steroid ditunjukkan
dengan perubahan warna menjadi hijau atau biru.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sargassum merupakan salah satu marga Sargassum yang termasuk dalam
kelas Phaeophyceae. Sargassum tumbuh di perairan pada kedalaman 0,5-10 m ada
arus dan ombak. Alga ini tumbuh sebagai makroalga bentik yang melekat pada
substrat dasar perairan. Sargassum tumbuh berumpun dengan untaian
cabang-cabang. Panjang thallus utama mencapai 1-3 m dan tiap-tiap percabangan
terdapat gelembung udara berbentuk bulat yang disebut bladder berfungsi untuk
menopang cabang-cabang thallus terapung ke arah permukaan air guna
mendapatkan intensitas cahaya matahari. Sargassum memiliki kandungan bahan
kimia utama yaitu alginat. Sargassum juga banyak mengandung protein,
vitamin C, tanin, iodin, dan komponen fenolik (Kadi 2005). Sargassum memiliki
efek biologis antara lain antitumor, antibakteri, antifungi dan antivirus
(Marry et al. 2012). Sargassum juga memiliki aktivitas inhibitor tirosinase dan
dapat diaplikasikan ke dalam krim pencerah (Chan et al. 2011).

Rendemen Ekstrak Sargassum sp. (CP 01)
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut
yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran (Darmawan 2002).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses ekstraksi adalah lama ekstraksi,
suhu, dan jenis pelarut yang digunakan harus memperhatikan daya melarutkan,
titik didih, sifat toksik, mudah tidaknya terbakar, dan sifat korosif terhadap
peralatan ekstraksi (Khopkar 2003).
Komponen aktif pada Sargassum sp. (CP 01) sebagai inhibitor tirosinase
didapatkan dari ekstraksi dengan metode maserasi tunggal menggunakan pelarut
organik. Ekstraksi dengan pelarut organik dapat dilakukan secara perkolasi,
maserasi dan soxhletasi (Houghton dan Raman 1998). Maserasi adalah proses
ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali

8

pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (suhu kamar). Prosedurnya
dilakukan dengan merendam simplisia dalam pelarut yang sesuai dalam wadah
tertutup. Pengadukan sesekali ataupun konstan dapat meningkatkan kecepatan
reaksi (Khairunnisa 2012). Maserasi memiliki beberapa kelebihan yaitu jumlah
pelarut organik yang digunakan tidak terlalu banyak dan suhu ekstraksi yang
digunakan di bawah titik didih pelarut sehingga terdegradasinya komponen
minyak akibat panas dapat dihindari (Houghton dan Raman 1998).
Pemilihan pelarut dan metode ekstraksi akan mempengaruhi hasil
kandungan senyawa metabolit sekunder yang dapat terekstraksi. Pemilihan pelarut
ekstraksi umumnya mengunakan prinsip like dissolves like, dimana senyawa
nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar sedangkan senyawa polar akan larut
pada pelarut polar (Dewi et al. 2013). Pelarut organik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metanol. Putri et al. (2010) menyatakan bahwa pelarut
metanol dapat melarutkan hampir semua senyawa organik yang ada pada sampel,
baik senyawa polar maupun nonpolar. Proses evaporasi digunakan untuk
memisahkan pelarut dari ekstrak. Suhu yang digunakan adalah 40-50 oC untuk
mencegah kerusakan komponen aktif yang terkandung dalam ekstrak
(Harborne 1987). Ekstrak metanol Sargassum sp. (CP 01) dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3 Ekstrak metanol Sargassum sp. (CP 01)
Sumber: Dokumentasi pribadi (2014).
Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui
nilai ekonomis dan efektivitas suatu bahan atau produk. Rendemen adalah
persentase bagian dari bahan baku yang dapat dimanfaatkan. Semakin tinggi nilai
rendemen suatu bahan maka nilai ekonomisnya akan lebih tinggi begitu pula
dengan pemanfaatannya. Rendemen ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi
Sargassum sp. (CP 01) adalah sebesar 6,02 ± 0.08 %. Rendemen ekstrak
Sargassum sp. (CP 01) berbeda dengan rendemen ekstrak Sargassum filipendula
dengan pelarut etanol pada penelitian Bambang et al. (2013) yaitu sebesar
1,69 ± 0,159 %. Wijayanto (2010) melaporkan bahwa penggunaan pelarut metanol
lebih efektif dalam ekstraksi alga merah Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma
denticullatum dibandingkan dengan etanol yang memiliki tingkat kepolaran yang
lebih rendah. Perbedaan rendemen ekstrak bergantung pada kondisi alamiah
sampel, metode ekstraksi, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu ekstraksi,
serta perbandingan sampel dengan pelarut (Harborne 1987).

9

Aktivitas Inhibitor Tirosinase Ekstrak Sargassum sp. (CP 01)
Tirosinase merupakan enzim yang terlibat dalam proses biosintesis
melanin pada kulit manusia. Enzim ini mengkatalisis tiga macam reaksi yaitu
hidroksilasi l-tyrosine menjadi L-DOPA dan oksidasi L-DOPA menjadi
dopakuinon dan oksidasi 5,6 Dihidroksiindol menjadi Indol 5,6 Kuinon yang
selanjutnya membentuk melanin (Putri et al. 2010). Reaksi pencoklatan oleh
enzim tirosinase dapat dihambat dengan suatu penghambat reaksi enzimatis
berupa ion atau molekul yang disebut inhibitor tirosinase. Inhibitor tirosinase
merupakan senyawa yang dapat menghambat proses pembentukan melanin.
Inhibitor tirosinase saat ini banyak digunakan pada produk kosmetik dan farmasi
untuk menghambat produksi melanin berlebih pada lapisan epidermis dan
membuat kulit tampak lebih cerah (Arung et al. 2006). Daya inhibisi tirosinase
ekstrak Sargassum sp. (CP 01) diukur sebagai nilai IC50 terhadap aktivitas
monofenolase (l-tyrosine) dan difenolase (L-DOPA) sebagai substrat. Nilai IC50
menyatakan besarnya konsentrasi sampel yang dibutuhkan untuk menghambat
enzim tirosinase sebesar 50 %. Kojic acid juga dianalisis aktivitas inhibitor
tirosinasenya sebagai kontrol positif. Nilai IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01)
dan kojic acid pada kedua substrat diukur dengan menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 475 nm. Nilai IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) dan
kojic acid dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) dan kojic acid
Sampel
Ekstrak Sargassum sp. (CP 01)
Kojic acid

l-tyrosine (µg/ml)
27,50 ± 0,9
3,45 ± 0,82

L-DOPA (µg/ml)
209,06 ± 64,96
14,27 ± 0,73

Tabel 2 menunjukkan ekstrak Sargassum sp. (CP 01) memiliki nilai IC50
pada tahap monofenolase dengan substrat l-tyrosine sebesar 27,50 ± 0,9 µg/ml.
Nilai IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) berbeda dengan nilai IC50 dari kojic acid
yaitu sebesar 3,45 ± 0,82 µg/ml pada substrat yang sama. Ekstrak Sargassum sp.
(CP 01) memiliki nilai IC50 sebesar 209,06 ± 64,96 µg/ml pada tahap difenolase
dengan substrat L-DOPA. Nilai IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) berbeda
dengan nilai IC50 dari kojic acid yaitu sebesar 14,27 ± 0,73 µg/ml pada substrat
yang sama. Nilai IC50 yang semakin kecil menunjukkan aktivitas inhibitor
tirosinase pada sampel semakin besar. Nilai IC50 kojic acid lebih rendah
dibandingkan dengan nilai IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01). Hal ini
dikarenakan ekstrak Sargassum sp. (CP 01) masih dalam bentuk ekstrak kasar
yang belum dimurnikan sehingga diduga masih terdapat senyawa lain yang bukan
merupakan inhibitor tirosinase dan ikut terekstrak dalam pelarut selama proses
ekstraksi. Perbedaan kemampuan ekstrak Sargassum sp. (CP 01) dalam
menghambat enzim tirosinase juga dipengaruhi oleh kandungan komponen aktif
yang terdapat di dalam ekstrak. Menurut Batubara et al. (2012) komponen aktif
dalam suatu bahan dipengaruhi oleh umur, kondisi lingkungan, dan tempat
tumbuh dimana kandungan hara serta mineral di tempat asalnya berbeda. Selain
itu, kojic acid merupakan inhibitor yang memiliki efek inhibisi dan kestabilan
yang paling besar dalam suatu produk kosmetik (Putri et al. 2010). Namun,

10

penggunaan kojic acid sebagai lightening agent dapat menyebabkan alergi pada
kulit manusia (Kamakshi 2012).

Komponen Aktif Ekstrak Sargassum sp. (CP 01)
Analisis fitokimia merupakan analisis yang digunakan untuk memberikan
informasi jenis senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan. Beberapa dari
senyawa tersebut memberikan efek fisiologis yang lebih dikenal sebagai senyawa
atau komponen kimia aktif (Copriyadi et al. 2005). Informasi mengenai
komponen aktif sangat berguna untuk memprediksi komponen aktif yang
memiliki manfaat bagi tubuh manusia. Tumbuhan yang diuji fitokimia dapat
berbagai bentuk seperti segar, kering, serbuk, ekstrak, dan bentuk sediaan
(Harborne 1987). Ekstrak Sargassum sp. (CP 01) dianalisis fitokimia untuk
mengetahui komponen aktif yang berperan sebagai inhibitor tirosinase. Analisis
fitokimia yang dilakukan antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, fenol, steroid,
triterpenoid, dan tanin. Hasil analisis fitokimia ekstrak Sargassum sp. (CP 01)
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil analisis fitokimia ekstrak Sargassum sp. (CP 01)
Senyawa
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Fenol
Steroid
Triterpenoid
Tanin
Keterangan: (+)
(++)
(++++)
(-)

(+/-)
++++
+
++
++
+
= Lemah
= Kuat
= Sangat kuat
= Tidak ada

Berdasarkan analisis fitokimia secara kualitatif dapat dilihat bahwa ekstrak
Sargassum sp. (CP 01) mengandung komponen aktif antara lain flavonoid,
saponin, fenol, steroid dan triterpenoid. Komponen aktif dari ekstrak
Sargassum sp. (CP 01) yang diduga berperan sebagai inhibitor tirosinase antara
lain flavonoid, saponin, fenol, dan steroid.
Flavonoid umumnya terdapat pada seluruh bagian tanaman, termasuk pada
buah, tepung sari dan akar dalam bentuk glikosida. Flavonoid diklasifikasikan
menjadi flavon, flavonol, flavanon, flavanol, isoflavon, kalkon, dihidrokalkon,
auron, antosianidin, katekin, dan flavan-3,4-diol (Sirait 2007). Flavonoid
merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi oksidasi,
secara enzimatis maupun non enzimatis (Redha 2010). Flavonoid sebagai
inhibitor tirosinase telah dilaporkan oleh Lo et al. (2009) yang diisolasi dari
Sophora japonica dengan nilai IC50 sebesar 85 µM. Struktur flavonoid pada
prinsipnya kompatibel dengan peran dari kedua substrat dan bersifat kompetitif
sebagai inhibitor tirosinase. Penghambatan yang dilakukan salah satunya oleh
flavonol, yang merupakan kelompok flavonoid yaitu sebagai inhibitor kompetitif

11

pada oksidasi L-DOPA oleh tirosinase dan 3-hidroksi-4-keto yang merupakan
bagian dari struktur flavonol yang berperan sebagai kunci dalam pengkelat logam
(Chang 2009).
Inhibitor kompetitif adalah suatu penghambat yang berlomba dengan
substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim, tetapi sekali terikat tidak dapat
diubah oleh enzim tersebut (Lehninger 2004). Sisi aktif enzim tirosinase dapat
dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Sisi aktif enzim tirosinase
Sumber: Eslami et al. (2012).
Senyawa fenolik dari flavonoid berikatan dengan atom Cu pada sisi aktif
tirosinase yang menyebabkan tidak terjadi reaksi oksidasi yang dikatalisis
tirosinase sehingga pembentukan senyawa dopakuinon dan dopakrom menjadi
berkurang (Juwita 2011). Inhibitor kompetitif biasanya pengkelat logam, analog
non-metabolisabel atau turunan dari suatu substrat (Chang 2009). Hal ini sesuai
dengan pernyataan Redha (2010) bahwa flavonoid memiliki kemampuan untuk
mengkelat logam.
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun
dan dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Kandungan
saponin pada tanaman dan obat-obatan memiliki beberapa macam bioaktivitas,
seperti antivirus, anti-inflamasi, dan antiparasit (Navarroa et al. 2001). Sebagian
besar saponin bereaksi netral (larut dalam air), beberapa ada yang bereaksi asam
(sukar larut dalam air), sebagian kecil ada yang bereaksi basa (Sirait 2007).
Saponin yang diisolasi dari Xanthoceras sorbifolia dilaporkan oleh Zhang dan
Zhou (2013) dapat menghambat kerja tirosinase sebesar 52% dengan konsentrasi
yaitu 0,96 mg/ml. Mekanisme saponin yang diisolasi dari Xanthoceras sorbifolia
adalah meningkatkan nilai Km tetapi menurunkan laju oksidasi yang terindikasi
dari rendahnya nilai Vmax.
Komponen fenolat merupakan struktur aromatik yang berikatan dengan
satu atau lebih gugus hidroksil, beberapa mungkin digantikan dengan gugus metil
atau glikosil. Komponen fenolat bersifat larut air selama komponen tersebut
berikatan dengan gula membentuk glikosida. Senyawa fenol bebas biasanya
terdapat dalam jaringan kayu, sementara senyawa fenol yang berada di tempat lain
biasanya dalam bentuk glikosida. (Harborne 1987). Senyawa fenol terlibat dalam
transport elektron pada fotosintesis dan dalam pengaturan enzim tertentu.
Senyawa ini juga memiliki aktivitas antiinflamasi, karena dapat menghambat
sintesis prostaglandin (Robinson 1995).
Sterol adalah golongan triterpena yang kerangka dasarnya terbentuk dari
sistem cincin siklopentana prehidrofenantrena. Sterol umumnya terdapat dalam
tumbuhan tingkat rendah tetapi kadang-kadang terdapat dalam tumbuhan tingkat
tinggi, misalnya fukosterol, yaitu steroid utama pada alga coklat (Harborne 1987).
Triterpenoid adalah senyawa alam yang terbentuk dengan proses biosintesis dan
terdistribusi secara luas dalam dunia tumbuhan dan hewan. Struktur terpenoid

12

dibangun oleh molekul isoprene dengan kerangka terpenoid terbentuk dari dua
atau lebih banyak satuan isoprene (C5) (Sirait 2007). Terpenoid terdiri atas
beberapa macam senyawa yaitu komponen minyak atsiri, diterpenoid, giberalin,
triterpenoidem, sterid dan karotenoid (Lenny 2006). Tiga steroid yang diisolasi
dari Trifolium balansae dilaporkan memiliki aktivitas inhibitor tirosinase yang
isolat keduanya memiliki nilai IC50 sebesar 2,39 µM dan sebanding dengan kojic
acid sebagai kontrol positif (Sabudak et al. 2006).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Rendemen ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi Sargassum sp. (CP 01)
adalah sebesar 6,02 ± 0,08 %. Ekstrak metanol Sargassum sp. (CP 01) memiliki
nilai IC50 pada substrat l-tyrosine yaitu sebesar 27,50 ± 0,9 µg/ml dan sebesar
209,06 ± 64,96 µg/ml pada substrat L-DOPA. Komponen aktif yang terdapat
dalam ekstrak metanol Sargassum sp. (CP 01) antara lain flavonoid, saponin,
fenol, dan steroid, dan triterpenoid.
Saran
Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah penelitian lanjutan
tentang pemurnian atau fraksinasi komponen aktif pada ekstrak metanol
Sargassum sp. (CP 01) yang berperan sebagai inhibitor tirosinase dan pengujian
kembali aktivitas inhibitor tirosinase komponen aktif tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja J, Zatnika A, Purwoto H, Istini S. 2006. Rumput Laut. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Arung ET, Shimizu K, Kondo R. 2006. Inhibitory effect of artocarpanone from
Artocarpus heterophyllus on melanin biosynthesis. J Biol. 29:1966-1969.
Bambang BS, Kumalaningsih S, Susinggih W, Hardoko. 2013. Polyphenol
content and antioxidant activities of crude extract from brown algae by
various solvents. J. Life Sci. Biomed. 3(6): 439-443.
Batubara I, Darusman L K, Vibrianthi C. 2012. Potensi Tanaman Alamanda
cathartica di daerah Bogor sebagai inhibitor tirosinase. Di dalam:
Sukrasno, Yulinah, Soemardji, Moelyono, Damayanti, Sutjiatmo, Paryati,
Januwati, editor. Seminar Nasional Pokja TOI XLII; 2012 Mei 20; Cimahi,
Indonesia.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013. Awas, komestik berbahaya.
www.pom.go.id (9 Mei 2014).

13

Chan YY, Kim KH, Cheah SH. 2011. Inhibitory effects of Sargassum polycystum
on tyrosinase activity and melanin formation in B16GF10 murine
melanoma cells. J of Ethnopharm: 1183-1188.
Chang TS. 2009. An update review of tyrosinase inhibitors. Int J Mol Sci. 10:
2440-2473.
Copriyadi J, Yasmi E, Hidayati. 2005. Isolasi dan karakterisasi senyawa kumarin
dari kulit buah jeruk purut (Citrus hystrix DC). J Biogenesis. 2(1):13-25.
Darmawan P. 2002. Ekstraksi protein dari buah mengkudu dengan pelarut asam.
J Kimia Teknol. 2: 339-347.
Dewi IDADY, Astuti KW, Warditiani NK. 2013. Skrining fitokimia ekstrak
etanol 95% kulit buah manggis (Garcinia mangosta L.). J Farm FMIPA
Universitas Udayana.
Eslami M, Zare H R, Namazian M. 2012. Thermodynamic parameters of
electrochemical oxidation of l-DOPA: Experimental and Theoretical
Studies. J. Phys Chem. B 116 (41). DOI: 10.1021/jp3054229.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Edisi ke-2. Padmawinata K, Soediro I,
penerjemah. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari:
Phytochemical Methods.
Hougton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook For The Fractination Of
Natural Extract. London (UK): Chapman & Hall
Jennifer C, Stephie CM, Abhishri SB, Shalini BU. 2012. A review on skin
whitening property of plant extracts. Int J of Pharm and Biol Sci. 3(4):
332-347.
Juwita NK. 2011. Uji penghambatan tirosinase dan stabilitas fisik sediaan krim
pemutih
yang
mengandung
ekstrak
kulit
batang
nangka
(Artocarpus heterophyllus) [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Kadi A. 2005. Beberapa catatan kehadiran marga Sargassum di perairan
Indonesia. Oseana. 30(4): 19-29.
Kamakshi R. 2012. Fairness via formulations: A review of cosmetic
skin-lightening ingredients. J Cosmet Sci. 63: 43-54.
Kang SM, Heo SJ, Kim KN, Lee SH, Yang HM, Kim AD, Jeon YJ. 2012.
Molecular docking studies of phlorotannin, dieckol isolated from Ecklonia
cava with tyrosinase inhibitory activity. Bioorganic and Medic Chemist.
20(1): 311-316.
Khairunnisa S. 2012. Uji aktivitas antidiabetes fraksi-fraksi ekstrak etanol herba
meniran (Phyllanthus niruri L.) melalui penghambatan aktivitas
α-glukosidase dan identifikasi golongan komponen aktif dari fraksi yang
aktif. Depok (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia.
Khopkar SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta (ID): UI-Press.
Lehninger AL. 2004. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Thenawidjaja M, penerjemah.
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Biochemistry.

14

Lenny S. 2006. Senyawa flavonoida, fenil propanoida dan alkaloida
[karya ilmiah]. Medan (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sumatera Utara.
Lo HY, Lin RD, Lin PY, Liu LY, Lee HM. 2009. Active constituents
from Sophora japonica exhibiting cellular tyrosinase inhibition in human
epidermal melanocytes. J of Ethnopharm. 124(3): 625-629.
Marry JS, Vinotha P, Pradeep A. 2012. Screening for in vitro cytotoxic activity of
seaweed, Sargassum sp. Against Hep-2and MCF-7 cancer cell lines. Asia
Pac J Cancer Prev. 13.
Navarroa P, Ginera RM, Recioa MC, Maneza S, Cerda-Nicolas M, Riosa JL.
2001. In vivo anti-inflammatory activity of saponins from Bupleurum
rotundifolium. Life Sci. 68(1): 1199-1206.
Putri SW, Supriyanti FM, Zackiyah. 2010. Penentuan aktivitas dan jenis inhibisi
ekstrak metanol kulit batang Artocarpus heterophyllus LAMK sebagai
inhibitor tirosinase. J Sains Teknol Kimia. 1(1): 94-99
Redha A. 2010. Flavonoids: Struktur, sifat antioksidatif dan perannya dalam
sistem biologis. J Berlian. 9(2): 196-200.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4. Kosasih,
Padmawinata, penerjemah. Bandung (ID): ITB Press.
Sabudak T, Khan MT, Choudhary MI, Oksuz S. 2006. Potent tyrosinase inhibitors
from Trifolium balansae. Nat Prod Res. 20(7): 665-670.
Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung (ID): Institut
Teknologi Bandung.
Thomas VN, Kim S. 2013. Beneficial effects of marine algal compounds in
cosmeceuticals. Mar Drugs: 146-164.
Wijayanto DB. 2010. Uji aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut Kappaphycus
alvarezii dan Eucheuma denticullatum terhadap bakteri Aeromonas
hydrophila dan Vibrio harveyii. J Kelautan. 3(1): 1-17.
Winata T. 2008. Sintesis meti-p-butoksisinamat dan uji aktivitasnya sebagai
inhibitor tirosinase [skripsi]. Surabaya (ID): Fakultas Farmasi, Universitas
Katolik Widya Mandala.
Yuvaraj N, Kanmani P, Satishkumar R, Paari KA, Pattukumar V, Arsd V. 2011.
Extraction, purification, and partial characterization of Cladophora
glomerata against multidrug resistant human pathogen Acinetobacter
baumannii and fish pathogens. W J of Fish and Mar Sci. 3(1):51-57
Zhang H, Zhou Q. 2013. Tyrosinase inhibitory effects and antioxidative activities
of saponins from Xanthoceras sorbifolia Nutshell. PLoS ONE. 8(8):
e70090.

LAMPIRAN

17

Lampiran 1 Contoh perhitungan rendemen ekstrak Sargassum sp. (CP 01)
Bobot sampel awal (gram)
20
50,07
Rendemen (%) =

=

Bobot ekstrak (gram)
1,22
2,99

Bobot ekstrak (gram)
Bobot sampel awal (gram)

1,22 gram
20 gram

= 6,08 %

x 100%

x 100%

Rendemen (%)
6,08
5,96

18

Lampiran 2 Perhitungan IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) pada substrat
l-tyrosine
Ulangan I
Konsentrasi
Ekstrak
(mg/ml)
kontrol
6,10
3,05
1,53
0,76
0,38

t0

t10

0,02
0,23
0,12
0,07
0,05
0.03

0,18
0,30
0,23
0,19
0,17
0,14

Selisih
OD

Daya Hambat
(%)

Konsentrasi
Ekstrak
(µg/ml)

0,16
0,07
0,11
0,12
0,12
0,11

100
100
100
26,38
32,52

203,33
101,67
51
25,33
12,67

120.00

Daya Hambat (%)

100.00

y = 1.924x - 4.129
R² = 0.845

80.00
60.00

l-tyrosine
(I)
data percobaan
40.00

Linear
garis (l-tyrosine
regresi (I))

20.00
0.00
0.00

20.00

40.00

60.00

Konsentrasi Ekstrak (µg/ml)

Grafik data percobaan dan garis regresi IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) pada
substrat l-tyrosine
IC50 = (50-4,129)/1,924
= 28,13 µg/ml

19

Ulangan II
Konsentrasi
Ekstrak
(mg/ml)
kontrol
6,90
3,45
1,73
0,86
0,43

t0

t10

Selisih
OD

0,01
0,43
0,20
0,09
0,04
0,02

0,15
0,41
0,26
0,17
0,13
0,11

0,14
0,02
0,06
0,08
0,09
0,08

Daya
Hambat
(%)

Konsentrasi
Ekstrak
(µg/ml)

100
100
100
36,81
42,36

230
115
57,67
28,67
14,33

120

Daya Hambat (%)

100
y = 1.450x + 11.05
R² = 0.839
80
60

data percobaan
l-tyosine
(II)
garis(l-tyosine
regresi (II))
Linear

40
20
0
0

20
40
60
Konsentrasi Ekstrak (µg/ml)

80

Grafik data percobaan dan garis regresi IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) pada
substrat l-tyrosine
IC50 = (50-11,05)/1,45
= 26,86 µg/ml

20

Lampiran 3 Perhitungan IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) pada substrat
L-DOPA
Ulangan I
Konsentrasi
Ekstrak
(mg/ml)
kontrol
9,10
4,55
2,28
1,14
0,57

t0

t10

Selisih
OD

0
0,80
0,32
0,13
0,05
0,03

0,53
1,02
0,68
0,53
0,51
0,49

0,53
0,22
0,36
0,41
0,45
0,46

Daya
Hambat
(%)

Konsentrasi
Ekstrak
(µg/ml)

58,35
32,27
23,83
15,38
13,51

303,33
151,67
75,83
37,92
18,93

Daya Hambat (%)

70
60
y = 0.156x + 10.22
R² = 0.994

50
40

L-DOPA
data percobaan

30

Linear
(L-DOPA)
garis regresi

20
10
0
0

100
200
300
Konsentrasi Ekstrak (µg/ml)

400

Grafik data percobaan dan garis regresi IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) pada
substrat L-DOPA
IC50 = (50-10,22/0,156)
= 255 µg/ml

21

Ulangan II
Konsentrasi
Ekstrak
(mg/ml)
Control
6,80
3,40
1,70
0,85
0,43

t0

t10

Selisih
OD

Daya
Hambat (%)

Konsentrasi
Ekstrak
(µg/ml)

0,02
0,42
0,19
0,11
0,07
0,04

0,19
0,46
0,32
0,26
0,23
0,20

0,18
0,04
0,13
0,16
0,17
0,16

75,43
26,29
11,43
4,00
6,29

226,67
113,33
56,67
28,33
14,17

80
y = 0.337x - 4.973
R² = 0.967

Daya Hambat (%)

70
60
50
40

data percobaan
L-DOPA
(II)

30

Linear
garis(L-DOPA
regresi (II))

20
10
0
-10 0

50

100

150

200

250

Konsentrasi Ekstrak (µg/ml)

Grafik data percobaan dan garis regresi IC50 ekstrak Sargassum sp. (CP 01) pada
substrat L-DOPA
IC50 = (50+4,973/0,337)
= 163,13 µg/ml

22

Lampiran 4 Perhitungan IC50 kojic acid pada substrat l-tyrosine
Ulangan I
Konsentrasi
Kojic Acid
(mg/ml)
kontrol
1,20
0,60
0,30
0,15
0,08

t0

t10

Selisih
OD

0,01
0
0,01
0,01
0,01
0,01

0,22
0
0,02
0,04
0,09
0,12

0,21
0
0,02
0,03
0,09
0,12

Daya
Hambat
(%)

Konsentrasi
Kojic Acid
(µg/ml)

100
92,45
86,32
59,43
43,40

40
20
10
5
2,50

120
y = 21.10ln(x) + 27.72
R² = 0.933

Daya Hambat (%)

100
80
60

percobaan
KAdata
(l-tyrosine
I)
40

Log.
(KAregresi
(l-tyrosine I))
garis

20
0
0

10

20

30

40

50

Konsentrasi Kojic Acid (µg/ml)

Grafik data percobaan dan garis regresi IC50 kojic acid pada substrat l-tyrosine
ln IC50 = 1,05
IC50 = 2,87 µg/ml

23

Ulangan II
Konsentrasi
Kojic Acid
(mg/ml)
kontrol
1,20
0,60
0,30
0,15
0,08

t0

t10

Selisih
OD

0
0
0
0
0
0

0,19
0
0
0,03
0,07
0,13

0,19
0
0
0
0,07
0,13

Daya
Hambat
(%)

Konsentrasi
Kojic Acid
(µg/ml)

100
100
100
65,24
32,09

40
20
10
5
2,5

120
y = 8.754x + 14.71
R² = 0.969

Daya Hambat (%)

100
80
60

percobaan
KAdata
(l-tyrosine
II)

40

garis(KA
regresi
Linear
(l-tyrosine
II))

20
0
0

5

10

15

Konsentrasi Kojic Acid (µg/ml)

Grafik data percobaan dan garis regresi IC50 kojic acid pada substrat l-tyrosine
IC50 = (50-14,71/8,754)
= 4,03 µg/ml

24

Lampiran 5 Perhitungan IC50 kojic acid pada substrat L-DOPA
Ulangan I
Konsentrasi
Kojic Acid
(mg/ml)
kontrol
4,60
2,30
1,15
0,58
0,29

t0

t10

Selisih
OD

0,02
0,02
0,01
0,01
0,01
0,01

0,16
0,02
0,03
0,04
0,07
0,10

0,14
0
0,01
0,03
0,06
0,09

Daya
Hambat
(%)

Konsentrasi
Kojic Acid
(µg/ml)

98,58
91,49
79,43
60,99
35,46

153,33
76,67
38,33
19,17
9,58

Daya Hambat (%)

120

y = 22.62ln(x) - 9.301
R² = 0.948

100
80

percobaan
KAdata
(L-DOPA
I)

60

garis
Log.
(KAregresi
(L-DOPA I))
40
20
0

0

50

100

150

200

Konsentrasi Kojic Acid (µg/ml)

Grafik data percobaan dan garis regresi IC50 kojic acid pada substrat L-DOPA
ln IC50 = 2,62
IC50 = 13,76 µg/ml

25

Ulangan II
Konsentrasi
Kojic Acid
(mg/ml)
kontrol
4,10
2,05
1,03
0,51
0,26

t0

t10

Selisih
OD

Daya Hambat
(%)

Konsentrasi
Kojic Acid
(µg/ml)

0,02
0,02