Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penggilingan Padi Kecil (Studi Kasus: Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

(1)

i

ISMAEL LIMBONG (110304087) dengan judul skripsi “ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGGILINGAN PADI KECIL, dibimbing oleh Bapak HM. Mozart B Darus, M.Sc dan Ibu Emalisa, SP, M.Si. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dari mana sumber gabah yang digiling oleh pengusaha penggilingan padi kecil serta jumlah produksi per tahun, untuk mengetahui biaya produksi, untuk mengetahui besar pendapatan, dan untuk melihat tingkat kelayakan dari usaha penggilingan padi kecil di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Metode penentuan daerah penelitan ditentukan secara purposive, sementara penentuan sampel dilakukan dengan metode sensus. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis finansial dengan kriteria investasi (NPV, IRR, Net B/C, dan PP) yang digunakan untuk melihat kelayakan usaha, serta formula-formula sederhana yang sesuai untuk menghitung, biaya produksi, dan pendapatan usaha. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sumber bahan baku (gabah) usaha penggilingan padi kecil di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara sebagian besar berasal dari masyarakat lokal sekitar usaha penggilingan padi. Rata-rata biaya produksi Rp 970.688.892 per tahun. Pendapatan rata-rata 576.012.138 per tahun. Sedangkan untuk analisis kelayakannya di peroleh rata-rata NPV sebesar 2.004.710.150, rata-rata Net B/C sebesar 3,64, rata-rata IRR sebesar 64,56% serta rata-rata PP sebesar 2 tahun 9 hari, maka secara finansial usaha penggilingan padi kecil di Kecamatan Tanjung Morawa layak untuk diusahakan.


(2)

1 1.1Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat di lihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 14,33 persen pada tahun 2014 atau merupakan urutan kedua setelah sektor industri pengolahan. Pada waktu krisis ekonomi, sektor pertanian yang cukup kuat menghadapi goncangan ekonomi dan ternyata dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional. Dalam sektor pertanian, subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor terbesar dalam pembentukan PDB yakni sebesar 6,62 persen dari 14,33 persen PDB di sektor pertanian pada tahun 2014 (Badan Pusat Statistik, 2014).

Beras merupakan bahan pokok yang sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia. Oleh karenanya, tanaman padi sebagai penghasil beras harus mendapat perhatian, baik mengenai lahan, benih, cara budidaya, maupun pascapanennya. Kebutuhan beras semakin meningkat karena jumlah penduduk bertambah dan terjadi pergeseran menu dari non beras menjadi beras. Keadaan tersebut mendorong pemerintah untuk mencari terobosan baru guna meningkatkan produksi pangan yang bersifat massal dan integral (Pitoyo, 2003). Bahkan preferensi masyarakat terhadap beras semakin besar. Berdasarkan data Susenas 1990-1999, tingkat partisipasi konsumsi beras di setiap provinsi maupun tingkatan pendapatan mencapai sekitar 97-100 %. Ini artinya hanya sekitar 3 % rumah tangga yang tidak mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok terutama pangan pokok tunggal.


(3)

Sebagai gambaran, tingkat konsumsi beras rata-rata di kota tahun 1999 adalah 96,0 kg per kapita /tahun dan didesa adalah 111,8 kg per kapita/tahun (Suharno, 2005). Sebagai komoditas yang bernilai tawar politik sangat tinggi, pemerintah berobsesi untuk berswasembada beras. Segala daya upaya ditempuh agar terwujud target produksi. Intensifikasi pertanian pun efektif diterapkan. Teknologi pertanian melalui bibit unggul, pemupukan, dan pemberantasan hama penyakit diadopsi. Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil. Tahun 1985 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras (Andoko, 2006).

Penggilingan padi (Rice Milling Unit) memiliki peran yang sangat penting dalam sistem agribisnis padi. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pascapanen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras. sehingga dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional (Hardjosentono, 2000).

Tabel 1. Produksi Padi di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun Produksi (Ton)

2009 21.867,64

2010 20.678,03

2011 20.988,19

2012 21.342,11

2013 22.426,44

Sumber: Badan Pusat Statistika, 2014.

Dari Tabel 1 di atas dapat di lihat bahwa terjadi peningkatan produksi pada lima tahun terakhir di Kecamatan Tanjung Morawa, hal ini menunjukkan bahwa usaha penggilingan padi di kabupaten Deli Serdang memiliki peran yang sangat penting


(4)

dalam proses penanganan pascapanen padi dan memiliki potensi untuk dapat terus dikembangkan.

Tabel 2. Jumlah Usaha Penggilingan Padi Kecil di Kecamatan Tanjung Morawa

Tahun Jumlah Gilingan (Unit)

2009 19

2010 19

2011 16

2012 15

2013 10

2014 8

Sumber : Kantor Kecamatan Tanjung Morawa, 2015.

Dari Tabel 2 di atas dapat di lihat bahwa ada nya penurunan jumlah penggilangan padi kecil di Kecamatan Tanjung Morawa dari tahun ke tahun, sedangkan produksi padi di Kecamatan Tanjung Morawa relatif tetap atau bahkan terjadi peningkatan produksi.

Seharusnya dengan adanya peningkatan produksi padi di Kecamatan Tanjung Morawa maka jumlah usaha penggilingan padi yang berada pada kecamatan tersebut tidak menurun melainkan naik atau minimal tetap jumlahnya. Penurunan Jumlah penggilingan padi kecil di Kecamatan Tanjung Morawa paling banyak disebabkan oleh semakin kurangnya produksi gabah oleh pengusaha penggilingan padi karena adanya atau aktifnya penggilingan padi Odong-odong yang pada saat ini lebih diminati oleh masyarakat. Dan juga karena adanya penggilingan padi besar (Pabrik) yang mendominasi permintaan gabah di daerah tersebut, sehingga menyebabkan minat masyarakat untuk menjual gabahnya ke pengusaha penggilingan padi kecil semakin berkurang.


(5)

Usaha jasa penggilingan padi umumnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun atau bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun. Kegiatan usaha jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan beberapa bulan setelahnya, tergantung pada besarnya hasil panen di wilayah sekitar penggilingan padi berada. Oleh karena itu, hari kerja suatu penggilingan padi dalam setahun ditentukan oleh volume hasil dan frekuensi panen di wilayah sekitarnya.

Pada masa-masa di luar musim panen, biasanya pemilik dan pekerja usaha jasa penggilingan padi akan mengisi waktu mereka dengan jenis kegiatan lainnya seperti bertani dan berdagang. Oleh karena itu, banyak di antara pemilik penggilingan padi juga berprofesi sebagai pedagang beras untuk mengisi kekosongan kegiatan penggilingan padi, bila mereka mempunyai modal yang cukup untuk itu. Hal ini tidak menjadi masalah dalam pengembangan desa ekologi.

Sama halnya dengan pelaksanaan usaha lainnya, dalam pelaksanaan usaha penggilingan padi perlu dilakukan analisis kelayakan. Tujuan dari diadakannya analisis kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjutan penggunaan modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 1994).

Mengusahakan penggilingan padi pastinya akan memerlukan biaya produksi. Biaya ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama menjalankan usaha penggilingan padi baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap. Biaya-biaya variabel (variabel cost) seperti BBM biaya oli atau solar dan juga rubber roll. Juga biaya tetapa (fix cost) untuk membayar upah tenaga kerja, penyusutan mesin, biaya


(6)

transportasi dan pajak. Usaha penggilingan padi juga diharapkan untuk mampu memperoleh keuntungan, yakni pendapatan yang didapatkan harus lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama usaha dijalankan. Sehingga usaha penggilingan padi boleh terus kontiniu dan menguntungkan pengusaha penggilingan padi tersebut.

Melihat pentingnya peranan usaha penggilingan padi sebagai proses awal dalam pascapanen hasil produksi padi akan tetapi jumlah usaha penggilingan padi itu sendiri terus menurun, maka penulis tertarik untuk meneliti analisis kelayakan finansial usaha penggilingan padi di kecamatan Tanjung Morawa, kabupaten Deli Serdang.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang di dapat antara lain:

1) Darimanakah sumber gabah dan berapa besar jumlah gabah yang di giling oleh usaha penggilingan padi kecil setiap tahun di daerah penelitian? 2) Bagaimanakah besar biaya produksi usaha penggilingan padi kecil di

daerah penelitian?

3) Bagaimanakah besar pendapatan usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian?

4) Bagaimanakah tingkat kelayakan usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian?


(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui darimanakah sumber gabah dan berapa besar jumlah

gabah yang di giling oleh usaha penggilingan padi kecil setiap tahun di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis besar biaya produksi usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis besar pendapatan dari usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan termasuk untuk mengembangkan usaha penggilingan padi kecil.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan lembaga-lembaga terkait lainnya dalam pengadaan kebijakan mengenai usaha penggilingan padi kecil.


(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia, yang mampu menyerap lebih dari sepuluh juta tenaga kerja, menangani lebih dari empat puluh juta ton gabah menjadi beras giling per tahun. Penggilingan padi merupakan titik sentral agroindustri padi, karena disinilah diperoleh produk utama berupa beras dan bahan baku untuk pengolahan lanjutan produk pangan dan industri (Thahir, 2008)

Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen atau dapat diolah lebih lanjut melalui kegiatan produksi. Penanganan pascapanen padi meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan yang meliputi proses pemotongan, perontokan, pengangkutan, perawatan dan pengeringan, penyimpanan, penggilingan, penyosohan, pengemasan, penyimpanan, dan pengolahan (Setyono, 1994).

Untuk memperoleh beras yang putih bersih harus mencapai derajat sosoh 100% dan memerlukan waktu penumbukan lebih lama. Secara tradisional, beras yang telah disosoh dengan cara ditumbuk, ditaruh pada tampah dan diinteri. Bekatul yang terpusat di sentral tampah diambil dengan tangan. Pada mesin penggiling padi, saat penyosohan, beras bergesekan atau dikikis sehingga bekatul keluar lewat saringan dan beras tersosoh terus berjalan keluar karena dorongan dari beras berikutnya (Suprayono dan Setyono, 1997).


(9)

Secara umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi adalah mesin pemecah kulit/sekam, (huller atau husker), mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator), mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher), mesin pengayak bertingkat (sifter), mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung). Bila ditinjau dari kapasitasnya, mesin-mesin penggiling padi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu rice milling unit (RMU) dan rice milling plant (RMP). Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah pada ukuran, kapasitas dan aliran bahan dalam proses penggilingan yang dilakukan. Penggilingan padi yang lengkap kadangkala dilengkapi dengan pembersih gabah sebelum masuk mesin pemecah kulit, dan pengumpul dedak sebagai hasil sampingan dari proses penyosohan.

Gabah yang ditumbuk dengan menggunakan alu dan lesung memerlukan lebih banyak tenaga kerja dan waktu. Butiran beras yang dihasilkan juga kurang baik karena banyak butiran yang pecah sehingga hanya cocok untuk konsumsi sendiri. Sebaliknya dengan mesin penggiling, tenaga dan waktu yang diperlukan lebih sedikit dan hasilnya pun lebih baik (Andoko, 2006).

Di Indonesia, usaha penggilingan gabah dikelompokkan berdasarkan kapasitas penggilingan yang meliputi penggilingan sederhana (PS), penggilingan kecil (PK), penggilingan besar atau terpadu (PB). Jenis usaha penggilingan gabah yang termasuk dalam penggilingan sederhana dan penggilingan kecil merupakan yang paling banyak ditemui di pedesaan pada umumnya. Secara umum, penggilingan sederhana dan penggilingan kecil memiliki karakteristik secara umum menghasilkan beras dengan mutu rendah, skala ekonominya kecil dan jangkauan pemasarannya lokal (Hasbullah, 2007).


(10)

Penggilingan gabah kecil memiliki 2 unit mesin yang dipasang secara terpisah, yaitu pemecah kulit dan pemutih dengan kapasitas produksi riil antara 0,3 – 0,7 ton beras/jam (Departemen Pertanian, 2005).

Menurut Hardjosentono (2000), Terdapat perbedaan antara penggilingan padi dengan penumbukan padi (cara tradisional) antara lain:

Tabel 3. Perbedaan Antara Penggilingan Padi Dengan Penumbukan Padi Kriteria Penggilingan Penumbukan Padi

- Tenaga penggerak (Power) - Mesin/listrik - Manusia

- Sistem pengupasan - Gesekan antara dua rubber - Ditumbuk dengan (Pecah kulit) roll dengan arah berbeda alu

- Pemisahan sekam - Hembusan angin - Ditampi dengan tangan manusia - Pemisahan bekatul - Sistem saringan - diinteri

- Persentase butir pecah - Rendah - Tinggi - Mutu beras - Baik, putih, bersih - Kurang putih

Penggilingan gabah menjadi beras sosoh, dimulai dengan pengupasan kulit gabah. Syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan digiling. Gabah kering giling berarti gabah yang sudah kering dan siap digiling. Bila diukur dengan alat pengukur air, maka angka kekeringannya mencapai 14%-14,5% ( Hardjosentono.M, 2000).

Gabah masuk kedalam mesin pemecah kulit sekam /gabah kering giling yang berfungsi untuk memecahkan dan melepaskan kulit gabah, hasil yang diperoleh berupa beras pecah kulit yang berwarna putih kecoklatan (kusam) atau disebut


(11)

juga brown rice. Gabah yang diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak seluruhnya terkupas.

Menurut Hardjosentono (2000) ada beberapa model dan tipe mesin penggiling padi. Besarnya kapasitas penggunaan sangat bervariasi; ada yang kecil, sedang, dan besar. Dalam penggilingan padi terdapat alat-alat yang digunakan dalam penggilingan padi, alat-alat itu adalah sebagai berikut:

a. Pocket elevator. Alat ini untuk mengangkut gabah ke atas dan memasukkannya ke mesin pengupas penyosoh, atau alat lain.

b. Saringan atau ayakan bergetar/bergoyang. Ayakan untuk memisahkan kotoran dan benda asing, seperti kayu dan paku agar tidak ikut masuk ke mesin pengupas sehingga kerusakan mesin pengupas dapat dihindari.

c. Mesin pengupas. Dulu, mesin pengupas gabah menggunakan batu pengupas berbentuk meja bulat, tetapi sekarang jarang digunakan. Sekarang ini banyak digunakan rubber roll. Rubber roll ini terdiri atas dua buah roll karet yang perputarannya berlawanan arah.

d. Mesin penyosoh. Untuk mendapatkan beras dengan derajat sosoh seperti yang dikehendaki dapat dilakukan dengan mengatur berat beban pada bandul penyosoh beras. Untuk mendapatkan beras yang bermutu baik dengan derajat sosoh 90-100%, biasanya dilakukan penyosohan secara bertahap dengan menggunakan dua buah mesin penyosoh.

e. Mesin pemoles. Mesin pemoles digunakan untuk membersihkan bekatul yang masih menempel pada butir-butir beras sehingga diperoleh butir beras yang bersih, putih dan mengkilat.


(12)

f. Mesin grader. Beras sosoh yang bersih masuk ke mesin grader untuk memisahkan beras yang patah, beras yang pecah, dan beras yang utuh.

Teknik penggilingan gabah yang baik meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Persiapan Bahan Baku

Beras bermutu dihasilkan dari bahan baku gabah bermutu. Gabah harus diketahui varietasnya, asal gabah, kapan dipanen dan kadar air gabah. Penundaan gabah kering panen sampai lebih dari 2-3 hari akan menimbulkan kuning pada gabah dan sebaiknya gabah yang sudah kering dijaga agar tidak kehujanan, karena apabila kehujanan akan menyebabkan butir patah. Diusahakan agar gabah yang hendak digiling merupakan gabah kering panen (GKG) yang baru dipanen, agar penampakan putih cerah dan cita rasa belum berubah. Jika penggilingan terhadap gabah kering yang telah disimpan lebih dari 4 bulan atau 1 musim, menyebabkan penampakan beras yang tidak optimal dan berubahnya citarasa.

b. Proses Pemecahan Kulit

Proses ini diawali dengan menyiapkan tumpukan gabah berdekatan dengan lubang pemasukan (corong sekam) gabah. Mesin penggerak dihidupkan, corong sekam dibuka dan ditutup dengan klep penutup. Proses ini dilakukan 2 kali, kemudian diayak 1 kali dengan alat ayakan beras pecah kulit, agar dihasilkan beras pecah kulit. Proses ini dapat berjalan dengan baik, apabila tidak terdapat butir gabah dalam kumpulan beras pecah kulit. Apabila masih ditemukan juga butir gabah dalam kumpulan beras pecah kulit, maka harus dilakukan penyetelan ulang struktur rubber roll dan kecepatan putarannya.


(13)

c. Proses Penyosohan Beras

Dalam proses ini digunakan alat penyosoh tipe friksi, yaitu gesekan antar butiran, sehingga dihasilkan beras dengan penampakan bening. Yang perlu dicermati untuk memperoleh beras bermutu adalah kecepatan putaran, yaitu 1.100 rpm dengan menyetel mesin penggerak dan dan katup pengepresan keluarnya beras. Proses ini berjalan baik, apabila rendemen beras yang dihasilkan sama atau lebih dari 65% dan derajat sosoh sama atau lebih dari 95%. Terdapat 3 jenis preferensi konsumen terhadap beras yaitu beras bening, beras putih dan beras mengkilap. Untuk menghasilkan beras bening digunakan alat penyosoh tipe friksi, beras putih digunakan alat penyosoh tipe abrasif dan beras putih menggunakan alat penyosoh sistem pengkabutan.

d. Proses Pengemasan

Beras yang sudah digiling hendaknya tidak langsung dikemas, agar panas akibat penggilingan hilang. Untuk jenis kemasan sebaiknya memerhatikan berat isinya. Kemasan lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya. Pada kemasan 5 kg dapat menggunakan kantong plastik yang memiliki ketebalan 0,8 mm. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis kemasan adalah kekuatan kemasan dan bahan kemasan (sebaiknya tidak korosif, tidak mencemari produk beras dan kedap udara).

e. Proses Penyimpanan

Yang perlu diperhatikan dari tempat penyimpanan beras adalah kondisi tempat penyimpanan yang aman dari tikus dan pencuri, bersih, bebas kontaminasi hama, terdapat sistem pengaturan sirkulasi udara, tidak terdapat kebocoran dan tidak lembab. Karung yang sudah berisi beras diletakkan di atas bantalan kayu, agar


(14)

dapat menghindari kelembapan yang disebabkan oleh kontak langsung dengan lantai (Departemen Pertanian, 2005).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai berbagai faktor produksi dalam suatu usaha, baik biaya tetap (FC) maupun biaya variabel (VC). Biaya tetap adalah biaya dimana jumlah totalnya tetap walaupun jumlah yang diproduksi berubah-ubah dalam kapasitas normal. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume produksi (Witjaksono, 2006).

Biaya penyusutan juga diperhitungkan sebagai biaya tetap. Suatu mesin hanya dapat dipakai selama selang waktu tertentu. Oleh sebab itu kalau di lihat dari waktu ke waktu selama selang waktu tersebut, nilai mesin telah berkurang/menyusut, dapat dirumuskan dengan:

� = P − S � Dimana:

D = Biaya penyusutan per tahun (Rp/tahun) P = Harga awal mesin (Rp)

S = Harga Akhir Mesin (Rp)

N = Perkiraan Umur Ekonomis (Tahun).

Perhitungan biaya produksi suatu usaha berguna untuk keberlangsungan usaha tersebut agar mampu memaksimalkan keuntungannya.


(15)

2.2.2 Teori Pendapatan

Pendapatan bersih suatu usaha mengukur imbalan yang diperoleh pengusaha dari penggunaan faktor-faktor produksi , pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam suatu usaha. Pendapatansuatu usaha merupakan selisih penerimaan dengan total biaya usaha, dimana penerimaan diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi dan harga jual yang diterima pengusaha (Soekartawi, 2002).

Modal dapat diartikan secara fisik dan bukan fisik. Dalam artian fisik modal diartikan sebagai segala hal yang melekat pada faktor produksi yang dimaksud, seperti mesin-mesin dan peralatan-peralatan produksi, kendaraan serta bangunan. Modal juga dapat berupa dana untuk membeli segala input variabel untuk digunakan dalam proses produksi guna menghasilkan output produksi (Teguh, 2010).

Biaya modal kerja dalam kegiatan usaha/proyek terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan, bunga bank, asuransi, dan lainnya. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah/bahan pembantu, biaya transportasi, biaya pemasaran, dan lainnya (Ibrahim, 2009).


(16)

2.2.3 Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan merupakan suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2001).

Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan atau kesempatan tersebut dapat memberikan menfaat bila diusahakan. Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan satu kegiatan usaha disebut dengan studi kelayakan ( Ibrahim, 2009).

Kelayakan dari suatu kegiatan usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila

kegiatan usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Fokus dari suatu analisis adalah menentukan apakah dan sampai berapa jumlah proyek tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar jika disbanding


(17)

dengan biaya dan investasi kepada pemilik (owner) proyek tersebut. Discounting rate (tingkat diskonto) merupakan suatu teknik perhitungan untuk dapat menurunkan manfaat (benefit) yang diperoleh investor dimasa sekarang ataupun nilai biaya dan investasi pada masa yang akan datang. Dalam rangka mengevaluasi proyek tersebut apakah ditolak atau disetujui. Semua pengorbanan rupiah untuk suatu proyek merupakan biaya pada saat sekarang dan diharapkan mendapatkan manfaat untuk masa yang akan datang (Musa, 2012).

Menurut Soekartawi dalam Analisis Usaha Tani (2002), umumnya ada beberapa kriteria dalam menentukan kelayakan suatu usaha yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, antara lain:

1. NPV

NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV (Net Present Value) menunjukkan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost (biaya). Apabila evaluasi suatu proyek telah dinyatakan “Go” maka nilai NPV ≥ 0. Bila NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar sosial opportunity cost of capital, dan apabila NPV < 0, maka proyek tersebut “no go” atau ditolak. Artinya, ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber – sumber yang diperlukan proyek.

2. IRR

IRR ialah alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman dari lembaga internal keuangan yang membiayai proyek tersebut. Pada dasarnya IRR memperlihatkan bahwa present value (PV) benefit akan sama dengan present value (PV) cost. Dengan kata lain IRR tersebut menunjukkan NPV = 0. Dengan


(18)

mencoba beberapa nilai dari DF (discount factor) untuk mendapatkan nilai penjumlahan PV sama dengan nol.

3. B/C ratio

B/C ratio menunjukkan bahwa besarnya benefit berapa kali besarnya biaya dan investasi untuk memperoleh suatu manfaat. Cara ini banyak dipakai karena dengan menghitung B/C ratio, maka akan diketahui secara cepat berapa besarnya manfaat proyek yang dilaksanakan.

Cara perhitungan IRR berbeda dengan cara perhitungan B/C ratio. Pada perhitungan B/C, maka nilai diskonto yang dipakai adalah tertentu, tetapi pada perhitungan IRR yang dicari adalah besaran nilai diskonto tersebut (Soekartawi, 1995).

d. Payback Period (PP)

Payback period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga diperhitungkan untuk mengetahui berapa lama proyek/usaha yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi.

2.3 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Samapaty (2010), yang berjudul Kajian Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah Di Desa Konda Maloba, Kecamatan Lolukalay, Kabupaten Sumba Tengah, hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis kelayakan keuangan menghasilkan keuntungan bagi penggilingan gabah Duma Lori Rp 97.332.467 per tahun, R/C ratio 1,81, dan Break Event Point (BEP) Rp 42.210.492 per tahun serta kriteria investasi seperti Net Present Value


(19)

(NPV) Rp 255.639.085 per tahun, Internal Rate Return (IRR) 50%, Net Benefit/Cost atau Profitabilitas Index (PI) 4,183, dan Payback Periode (PBP) 2 tahun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2013), yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi mobile Di Kecamatan Pantai Labu Dan Kecamatan Pantai Cermin, menunjukkan bahwa berdasarkan modal yang dikeluarkan untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian rata-rata sebesar Rp.42.633.333 per tahun. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian rata-rata sebesar Rp.73.112.267 per tahun. Penerimaan yang diperoleh untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian rata-rata sebanyak 16.800 kg per tahun atau setara dengan Rp.134.400.000 per tahun. Total pendapatan yang diperoleh untuk setiap unit penggilingan padi mobile di daerah penelitian lebih tinggi dari Upah Minimum Propinsi (UMP) yaitu rata-rata sebesar Rp.52.887.733 per tahun. Rata-rata nilai R/C ratio penggilingan padi mobile adalah 1,7. Usaha penggilingan padi mobile di daerah penelitian layak untuk diusahakan karena nilai R/C > 1.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chaerunisa (2007) yang meneliti analisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah di desa Cikarawang, Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah di lihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional dan aspek finansial.. Berdasarkan analisis finansial diperoleh nilai dari beberapa parameter kelayakan proyek yang meliputi Net Present Value (NPV) Rp. 254.889.000,00 ; Internal


(20)

Rate of Return (IRR) 40,8% ; Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 8,54 ; Payback Periode (PBP) 0,8 tahun. Dari keseluruhan penilaian kriteria tersebut, terlihat bahwa pendirian usaha penggilingan gabah layak untuk didirikan. Dan dari analisis sensitivitas ditunjukkan NPV negatif pada saat harga input operasional naik 50% dan volume penjualan turun 66%.

2.4 Kerangka Pemikiran

Usaha penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pascapanen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai yang sangat penting dalam suplai beras. Namun usaha penggilingan padi ini tidak lah dapat dioperasikan terus setiap hari karena tanaman padi yang bersifat musiman, sehingga penggilingan padi dapat beroperasi pada saat musim panen di sekitar wilayah penggilingan padi tersebut.

Biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan usaha penggilingan padi bukanlah sedikit atau tidak murah, karena penggilingan padi itu sendiri menggunakan alat yang mahal ditambah lagi dengan biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya bahan bakar serta oli dan biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan kegiatan penggilingan padi. Pengusaha gilingan padi harus memperhitungkan biaya produksi agar dapat memperoleh informasi berupa keuntungan yang diperoleh. Dengan diketahuinya penerimaan dan biaya produksi maka akan dapat diketahui pendapatan bersih yaitu dengan mengurangkan penerimaan dengan biaya produksi yang dikeluarkan.

Penerimaan pengusaha penggilingan padi didapat dari hasil penggilingan gabah yakni jumlah gabah dikali dengan harga penggilingan gabah perkilogram nya.


(21)

Pendapatan lain pengusaha penggilingan padi dapat diperoleh dari kulit gabah (sekam) yang dapat dijual kembali, karena kulit gabah dapat diolah kembali untuk keperluan tertentu seperti dedak. Dengan demikian usaha penggilingan padi ini diharapkan mampu memperoleh keuntungan yang besar melihat peluang nya sebagai tempat bertemunya proses produksi, pascapanen, pengolahan dan pemasaran yang sangat besar.

Selanjutnya akan dilakukan analisis finansial yang digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha di lihat dari arus kasnya. Adapun kriteria investasi yang dipakai dalam analisis ini yakni B/C ratio, NPV, dan IRR. Bila kriteria tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan usaha tersebut layak untuk diusahakan.

Bila usaha dikatakan layak artinya usaha tersebut memberikan keuntungan / manfaat secara finansial, namun bila dikatakan tidak layak artinya usaha tersebut tidak memberikan keuntungan / manfaat secara finansial sehingga pengusaha pemilik dapat melakukan tindakan penyesuaian karena usaha yang dikerjakan meyimpang dari tujuan semula.


(22)

Dimana:

: Hubungan : Pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Usaha Penggilingan Padi

Proses Penggilingan

Penerimaan

Pendapatan Usaha Penggilinan Padi

Analisis Finansial

Layak Tidak Layak

Output (Beras)

Biaya Produksi Gabah


(23)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah disusun, maka diajukan hipotesis bahwa usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian secara finansial layak untuk diusahakan.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang merupakan lumbung padi Sumatera Utara terbesar ke dua setelah Kabupaten Simalungun. Dan Kecamatan Tanjung Morawa sendiri memiliki produksi padi yang cukup besar dalam menyuplai padi dalam Kabupaten Deli serdang. Semakin sedikitnya usaha penggilingan padi kecil pada beberapa tahun belakangan ini di Kecamatan Tanjung Morawa, membuat peneliti ingin melakukan penelitian tentang analisis kelayakan finansial usaha penggilingan padi di daerah penelitian.

Tabel 4. Luas Panen dan Jumlah Produksi Padi di Sumatera Utara Pada Tahun 2013.

Kabupaten / Kota Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)

1. Nias 6.573 20.177

2. Mandailing Natal 38.401 182.652 3. Tapanuli Selatan 31.693 151.713 4. Tapanuli Tengah 29.344 130.065 5. Tapanuli Utara 26.338 125.825 6. Toba Samosir 24.260 137.057 7. Labuhan Batu 27.856 122.053 8. Asahan 18.718 103.887 9. Simalungun 87.504 477.489 10. Dairi 18.877 95.823 11. Karo 24.068 121.502 12. Deli Serdang 80.104 449.818 13. Langkat 80.899 407.918 14. Nias Selatan 24.462 101.950 15. Humbang Hasundutan 19.002 89.953


(25)

Sambungan Tabel 4...

16. Pakpak Barat 4.978 15.788

17. Samosir 8.305 43.246

18. Serdang Bedagai 71.789 394.978 19. Batu Bara 34.926 181.590 20. Padang Lawas Utara 18.327 74.463 21. Padang Lawas 14.573 60.509 22. Labuhan Batu Selatan 674 3.020 23. Labuhan Batu Utara 20.677 95.681 24. Nias Utara 2.029 5.762

25. Nias Barat 2.012 6.126

26. Sibolga - -

27. Tanjungbalai 266 1.224

28. Pematangsiantar 3.615 19.638

29. Tebing Tinggi 769 3.683

30. Medan 3.552 17.098

31. Binjai 3.962 19.707

32. Padang Sidimpuan 10.752 53.034

33. Gunung Sitoli 3.663 14.253

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014.

Dari Tabel 4 di atas dapat di lihat bahwa Kabupaten Deli Serdang merupakan kabupaten terbesar kedua dalam memproduksi padi di Sumatera Utara yakni sebesar 449.818 Ton / Tahun dengan luas panen 80.104 Ha. Hal ini berbeda dengan Kabupaten Langkat yang mempunyai luas panen lebih besar dari pada Kabupaten Deli Serdang yakni sebesar 80.899 Ha akan tetapi produksi padi nya lebih kecil dibanding dengan Kabupaten Deli Serdang yakni sebesar 407.918.

3.2 Metode Penentuan Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah usaha penggilingan padi kecil yang ada di daerah penelitian. Karena jumlah populasi nya 8 maka semua populasi menjadi objek penelitian atau dengan penelitian sensus.


(26)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan subjek penelitian di daerah penelitian melalui daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik dan literatur–literatur yang berhubungan dengan penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1, digunakan analisis deskriptif yakni dengan menanyakan langsung kepada pengusaha penggilingan padi kecil jumlah dan darimana sumber gabah yang di peroleh.

Untuk identifikasi masalah 2, menggunakan rumus dalam Sukirno (2005), yaitu dengan mengidentifikasi besar biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian dianalisis menggunakan rumus:

TC = FC + VC Keterangan :

TC = Total Biaya (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp)

Untuk Identifikasi masalah 3, menggunakan rumus dalam Soekartawi (1993), dengan analisis sederhana dengan mencari penerimaan usaha terlebih dahulu kemudian mencari Pendapatan total dengan rumus:


(27)

Untuk penerimaan dihitung dengan rumus: TR = Y . Py Dimana:

TR = total revenue (total penerimaan) Y = produksi yang diperoleh

Py = harga Y

Maka pendapatan dapat diperoleh dengan rumus: Pd = TR – TC Dimana:

Pd = pendapatan

TR = Total revenue (total penerimaan) TC = Total cost (total biaya).

Unttuk tujuan penelitian 4, mengenai kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial yang berada dalam Ibrahim (2009), dengan kriteria investasi, net present value (NPV), net benefit cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR) dan Payback Period (PP) dengan rumus:

���=� (��−��) (�+�)� �

�=� ����

���=��=(�� − ��) (DF)

Dimana:

Bt = Penerimaan total pada tahun Ct = Biaya total pada tahun i = Tingkat suku bunga


(28)

t = Jumlah waktu analisis (tahun) analisis n = Umur ekonomis proyek

Dengan kriteria:

• Bila NPV ≥ 0, artinya usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. • Bila NPV < 0, artinya usaha tersebut tidak layak dilaksanakan.

��R =i’

+

���

���−���"

(

"

− �

)

Dimana:

i’ = Nilai suku bunga yang ke-1 i” = Nilai suku bunga yang ke-2

NPV’ = Nilai Net Present Value yang ke-1 NPV” = Nilai Net Present Value yang ke-2 Dengan kriteria:

• Bila IRR > tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tersebut layak dilaksanakan. • Bila IRR < tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan.

Net B/C Ratio =

[

=

(

���

)(+)

]

[

=

(

���

)(

)

]

Dimana:

B/C = Benefit-Cost Ratio i = Tingkat suku bunga

t = Jumlah waktu analisis (tahun) analisis n = Umur ekonomis proyek


(29)

Dengan kriteria:

• Bila Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak dilaksanakan. • Bila Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan.

��= ��������� (�)

��������� (��) ������� Dimana:

PP = Payback period I = Jumlah Investasi


(30)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Adapun defenisi dan batasan operasional dalam penelitian ini, antara lain: 3.5.1 Definisi

1. Usaha jasa penggilingan padi adalah usaha penggilingan padi yang mengolah gabah menjadi beras sebagai hasil utama, dan dedak sebagai hasil sampingan. 2. Usaha penggilingan padi kecil adalah usaha penggilingan padi dengan kapasitas

produksi mesin sebesar 0,3-0,7 ton per jam.

3. Gabah adalah bulir padi yang sudah dilepaskan dari tangkainya (jerami) dalam satuan Kg.

4. Sumber gabah merupakan tempat usahatani dalam memproduksi gabah atau padi.

5. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha selama proses produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel dalam satuan Rupiah. 6. Penerimaan adalah besarnya nilai yang diterima oleh pengusaha baik dari

kegiatan produksi utama maupun sampingan (sekam) yang diolah menjadi dedak dan produk lain dalam rupiah per tahun.

7. Pendapatan bersih adalah penerimaan yang diterima pengusaha dikurangi dengan seluruh biaya produksi yang dikeluarkan selama setahun dalam satuan Rupiah.

8. Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang pengusaha penggiling padi sebagai pemilik dimana kelayakan dari suatu kegiatan usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba finansial yang diharapkan.


(31)

9. Kelayakan usaha adalah dapat atau tidak nya suatu usaha dilaksanakan dengan berhasil dengan pertimbangan mendapatkan manfaat finansial.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2015.

2. Tempat penelitian adalah di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

3. Populasi penelitian adalah pengusaha penggilingan padi kecil di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.


(32)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan Tanjung Morawa memiliki 23 desa setelah kemerdekaan RI dan selanjutnya sekitar tahun 1979 salah satu desa yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa ditunjuk sebagai kelurahan dan ditetapkan ibukota kecamatan yaitu Tanjung Morawa Pekan. Dan pada saat ini Kecamatan Tanjung Morawa dipimpin oleh Bapak Drs. Zainal A. Hutagalung.

4.2 Luas Daerah dan Letak Geografis

Kecamatan Tanjung Morawa memiliki luas daerah sebesar kurang lebih 13.175 Ha atau 131,75 Km2 dengan posisi geografis pada 03˚ 30˚ dan 11˚ 60˚ LU sampai 98˚ 46˚ dan 103˚ 83˚ BT. Kecamatan Tanjung Morawa memiliki ketinggian lokasi 30 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun dan suhu rata-rata adalah 23˚-33˚ celcius.

Jarak kantor kecamatan dengan ibu kota kabupaten adalah 12 km, dan dengan ibu kota provinsi adalah 16 km. Kecamatan ini terdiri dari 33 kelurahan / kepenghuluan.

Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Tanjung Morawa adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan

Beringin.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir. 31


(33)

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Patumbak, Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kota Medan.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Pagar Merbau.

4.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa adalah 202.870 orang yang terbagi dalam 48.068 KK, yang terdiri dari 100.571 orang perempuan dan 102.299 orang laki-laki. Penduduk desa ini terdiri dari berbagai agama seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Kecamatan Tanjung Morawa Berdasarkan Agama 2013

Agama Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

Islam 160.162 78,95

Protestan 33.841 16,68

Katolik 5.005 2,47

Budha 3.428 1,69

Hindu 434 0,21

Jumlah 202.870 100

Sumber : Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka, 2014.

Dari Tabel 5 dapat di lihat penduduk Kecamatan Tanjung Morawa terdiri dari berbagai agama. Mayoritas penduduk kecamatan ini menganut agama Islam dengan jumlah sebesar (78,95%) dari populasi, kemudian diikuti agama Protestan sebesar(16,68%), Katolik sebesar (2,47%), Budha sebesar (1.69%), dan Hindu sebesar (0,21%).


(34)

Selain terdiri dari berbagai agama, penduduk Kecamatan Tanjung Morawa juga terdiri dari berbagai mata pencaharian. Pada Tabel 6 disajikan berbagai jenis pekerjaan yang menjadi mata pencaharian penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Kecamatan Tanjung Morawa Berdasarkan Mata Pencaharian 2013

Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

Tani 11.252 14,12

Industri 33.219 41,67

Perkebunan 375 0,48

Pedagang 26.117 32,76

Angkutan 1.689 2,12

Jasa Masyarakat 2.944 3,69

PNS/TNI Polri 3.655 4,59

Lainnya 453 0,57

Jumlah 79.704 100

Sumber : Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka, 2014.

Dari Tabel 6 dapat di lihat bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa bermatapencaharian dibidang industri yakni sebesar 41,67% dari jumlah seluruh pekerja, kemudian diikuti oleh pedagang yang merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa terbesar kedua di kecamatan ini yakni sebesar 32,76%, kemudian berturut-turut diikuti oleh petani sebesar 14,12%, PNS/TNI Polri sebesar 4,59%, jasa masyarakat sebesar 3,69%, angkutan sebesar 2,12%, perkebunan sebesar 0,48% dan mata pencaharian lainnya adalah sebesar 0,57%


(35)

4.3 Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di kecamatan Tanjung Morawa dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Sarana dan Prasaranan di Kecamatan Tanjung Morawa 2013

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Rumah Ibadah

Mesjid 97

Musholla 65

Gereja 50

Pura -

Wihara 13

2. Sarana Pendidikan

TK 27

SD Negri/Inpres 53

SD Swasta 17

SLTP Negri 5

SLTP Swasta 16

SMU Negri 1

SMU Swasta 1

SMK 14

Madrasah Tsanawiyah Negri 1

Madrasah Tsanawiyah Swasta 11

3. Sarana Kesehatan

Rumah Sakit 6

Puskesmas 2

Puskesmas Pembantu 9

Poliklinik 31

Rumah Bersalin

4. Sarana Jalan

Aspal 89 Km

Diperkeras 148 Km

Tanah 86 Km

Sumber : Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka, 2014.

Dari Tabel 7 di atas dapat kita lihat bahwa ketersediaan sarana dan prasarana di Kecamatan Tanjung Morawa cukup lengkap atau memadai yakni dengan jumlah keseluruhan rumah ibadah yang tersebar di kecamatan ini adalah sebesar 225 unit, dengan jumlah rumah ibadah sebesar ini membuat kita tidak terlalu sulit untuk mencari rumah ibadah dan seluruh masyarakat dapat beribadah dengan baik.


(36)

Begitu pula dengan ketersediaan sarana pendidikan yang tersebar di seluruh kecamatan ini yaknim sebesar 146 unit baik negeri maupun swasta. Sarana kesehatan yang tidak kalah penting peranannya mempunyai jumlah yang cukup yakni sebesar 48 unit yang termasuk rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan puskesmas pembantu yang tersebar diseluruh wilayah kecamatan ini. Akses jalan juga cukup baik karena jalanan hampir sebagian besar sudah diperkeras dan di aspal sehingga mampu memperlancar aktifitas.

4.5 Karakteristik Pengusaha Sampel

Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur pengusaha sampel, tingkat pendidikan, pengalaman atau lama berusaha. Pada Tabel 8 berikut ini disajikan karakteristik sampel.

Tabel 8. Karakteristik Pengusaha Sampel

No Umur pengalaman Usaha Pendidikan Terakhir Sampel (Tahun) (Tahun)

1 25 6 SMK

2 38 7 STM

3 45 7 MAN

4 47 5 SMA

5 39 6 SMA

6 40 6 SMA

7 36 10 SMA

8 47 8 SMA

Rata-Rata 41,8 6,8 Sumber: Data Primer, 2015.

Dari Tabel 8 yang disajikan, diketahui bahwa umur pengusaha sampel di daerah penelitian berkisar antara 25-47 tahun dengan rataan 41,8 tahun. Hal ini


(37)

menunjukkan bahwa rata-rata pengusaha sampel masih berada di umur produktif sehingga masih mampu mengelola usahanya dengan baik. Rata-rata tingkat pendidikan pengusaha sampel di daerah penelitian adalah SMA atau sederajat. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan pengusaha sampel sudah cukup baik. Pengalaman usaha pengusaha sampel di daerah penelitian berkisar antara 6-10 tahun, dengan rataan 6,8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman usaha para pengusaha sampel sudah cukup lama.


(38)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sumber Gabah dan Besar Jumlah Gabah Yang Diproduksi

Usaha penggilingan padi kecil yang berada pada Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara umum nya masih mengandalkan hasil pertanian masyarakat sekitar penggilingan padi sebagai sumber bahan baku gabah untuk diproduksi. Jumlah bahan baku atau gabah yang diproduksi oleh pengusaha penggilingan padi kecil dilampirkan pada Tabel berikut ini:

Tabel 9. Rata-Rata Produksi Gabah Per Tahun Usaha Penggilingan Padi Kecil di Kecamatan Tanjung Morawa

No. Sampel Produktivitas Gabah (Ton/Tahun)

1 192,00

2 720,00

3 11,52

4 180,00

5 60,00

6 30,00

7 36,00

8 24,00

Total 1.253,52

Rata-Rata 156,69

Sumber : Data Primer, 2015.

Dari Tabel 9 dapat di lihat bahwa banyaknya jumlah gabah yang digiling pengusaha penggilingan padi kecil di Kecamatan Tanjung Morawa setiap tahun


(39)

adalah sebesar 1.253,52 ton dengan rata-rata sebesar 156,69 ton setiap tahun. Dari Tabel 9 juga dapat di lihat bahwa jumlah gabah yang di produksi oleh masing-masing pengusaha sampel adalah berbeda-beda. Pengusaha sampel yang paling besar produksi gabahnya adalah pengusaha Sampel 2 yakni sebesar 720 ton setiap tahun nya, sedangkan yang paling kecil produksi gabah nya adalah pengusaha Sampel 3 yakni sebesar 11,52 ton setiap tahun nya. Hal ini disebabkan oleh modal setiap pengusaha penggilingan padi yang berbeda-beda, seperti pada Sampel 2 yang memproduksi gabah paling besar dibandingkan dengan pengusaha penggilingan padi lainnya karena memiliki modal yang lebih besar untuk membeli gabah.

Hal lain yang juga mempengaruhi besar produksi gabah adalah ketersediaan gabah di daerah sekitar usaha penggilingan padi. Pada Sampel 3 yang merupakan produksi gabah yang paling kecil, hal ini disebabkan oleh penggilingan padi ini merupakan penggilingan padi rakyat, sehingga penggilingan padi ini tidak membeli padi dari masyarakat sekitar melainkan masyarakat sekitar yang ingin menggilingkan gabah nya menjadi padi dapat langsung datang pada penggilingan padi ini dan hanya membayar upah giling saja sesuai dengan perjanjian yang telah dilakukan.


(40)

5.2 Biaya Produksi

Pada usaha penggilingan padi ini ada beberapa biaya yang dikeluarkan yang dinamakan biaya produksi. Biaya produksi ini terbagi atas fixed cost (biaya tetap) dan variable cost (biaya variabel). Masing-masing komponen yang termasuk biaya tetap dan biaya variabel dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Komponen Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya Tetap Biaya Variabel

• Penyusutan Gedung • Gabah (Bahan Baku)

• Penyusutan Peralatan • BBM

- Mesin • Goni

- Garukan - Pick up - Truk - Sekop

- Msn. Jahit Goni - Beko Sorong - Sekop - Terpal • Pajak

• Angsuran Pinjaman • Listrik

• Upah Tenaga Kerja Sumber: Data Primer, 2015.

Dari Tabel 10 di atas, dapat di lihat bahwa yang termasuk biaya tetap antara lain: penyusutan gedung, penyusutan peralatan yang digunakan seperti (mesin gilingan, garukan, pick up, truk, Sekop, mesin jahit goni, terpal, beko sorong), biaya listrik, biaya pajak, serta angsuran pinjaman.


(41)

• Penyusutan peralatan didapatkan dari perbandingan antara harga awal peralatan dikurangi harga akhir lalu dibagikan terhadap umur ekonomis peralatan.

• Pajak dibayarkan per tahun dengan jumlah yang tetap dan tidak ber gantung kepada perubahan jumlah produksi.

• Angsuran pinjaman dibayarkan per bulan sesuai dengan bunga pinjaman. • Biaya listrik dibayarkan setiap bulan sesuai dengan pemakaian daya listrik. • Upah Tenaga kerja adalah upah yang diberikan kepada pekerja pada usaha penggilingan padi kecil tersebut.

Sedangkan yang termasuk biaya variabel antara lain gabah sebagai bahan baku, bahan bakar minyak (BBM), dan juga goni.

• Gabah sebagai bahan baku didapatkan dari sekitaran tempat usaha.

• BBM digunakan sebagai bahan bakar penggerak motor mesin penggilingan. • Goni digunakan sebagai tempat untuk meletakan beras dan dedak yang sudah selesai digiling.


(42)

Untuk melihat besar total biaya tetap dan biaya ariabel rata-rata penggilingan padi kecil di Kecamatan Tanjung Morawa, berikut dilampirkan tabel biaya tetap da variabel rata-rata.

Tabel 11. Total Biaya Tetap (Fixed Cost) Rata-Rata Per Tahun Usaha Penggilingan Padi Kecil di Kecamatan Tanjung Morawa

No Keterangan Biaya (Rp) Total

Sampel Penyusutan Pajak Angsuran Listrik T. Kerja (Rp) 1 78.790.000 100.000 48.000.000 2.100.000 27.060.000 156.050.000 2 66.293.333 625.000 - 9.240.000 95.040.000 171.198.333 3 13.088.332 120.000 - 300.000 7.714.286 21.222.618 4 40.371.667 350.000 36.000.000 360.000 28.800.000 105.881.667 5 29.554.999 60.000 36.000.000 210.000 17.280.000 83.104.999 6 16.763.333 55.000 - 150.000 6.600.000 23.568.333 7 12.653.331 22.000 36.000.000 96.000 9.720.000 58.491.331 8 12.661.665 90.000 - 202.500 8.100.000 21.054.165 Jumlah 270.176.660 1.422.000 156.000.000 12.658.500 200.314.286 640.571.446 Rata* 33.772.083 177.750 19.500.000 1.582.313 25.039.286 80.071.431 Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4 – lampiran 11).

Dari Tabel 11 dapat kita lihat bahwa besar nya rata-rata biaya tetap per tahun penggilingan padi kecil di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang adalah sebesar Rp 80.071.431. Dari Tabel 11 juga dapat di lihat bahwa biaya penyusutan mesin merupakan biaya tetap yang paling besar dibandingkan biaya tetap yang lain nya yaitu sebesar Rp 270.176.660 per tahun dengan rata-rata setiap sampel adalah sebesar Rp 33.772.082,5 per tahun nya. Di ikuti oleh biaya tenaga kerja yang harus di bayarkan oleh pengusaha penggilingan padi ke lembaga keuangan yaitu sebesar Rp 25.039.286, kemudian biaya yang dikeluarkan untuk


(43)

membayar angsuran yaitu sebesar Rp 19.500.000, lalu biaya yang listrik sebesar Rp 1.582.312,5. Dan biaya tetap yang paling sedikit dikeluarkan oleh pengusaha penggilingan padi adalah biaya pajak bangunan yaitu sebesar Rp 1.442.00 dengan rata-rata setiap pengusaha sampel adalah sebesar 177.750 per tahun nya.

Berikut juga di lampirkan tabel biaya variabel rata-rata per tahun di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 12. Total Biaya Variabel (Variabel Cost) Rata-Rata Per Tahun Usaha Penggilingan Padi Kecil di Kecamatan Tanjung Morawa

No Keterangan Biaya (Rp)

Sampel Bahan Baku (Gabah) BBM Goni Total 1 934.200.000 50.435.200 14.760.000 999.395.200 2 3.997.714.286 64.018.286 42.891.429 4.104.624.001 3 - 12.003.429 - 12.003.429 4 915.880.000 28.704.000 14.246.400 958.830.400 5 498.240.000 16.512.000 7.872.000 522.624.000 6 181.650.000 1.968.000 5.504.000 189.122.000 7 178.160.000 3.816.000 2.070.160 184.046.160 8 144.675.000 7.992.000 1.627.500 154.294.500 Jumlah 6.850.519.286 185.448.915 88.971.489 7.124.939.690 Rata-Rata 856.314.911 23.181.114 11.121.436 890.617.461 Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4 – lampiran 11).

Dari Tabel 12 dapat di lihat bahwa besar rata-rata biaya variabel per tahun

penggilingan padi kecil di Kecamatan Tanjung Morawa adalah sebesar Rp 890.617.461. Hal ini menunjukkan bahwa biaya variabel merupakan biaya

yang paling besar dikeluarkan oleh pengusaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian dibandingkan dengan dengan biaya tetap. Dari Berbagai biaya variabel


(44)

di atas juga dapat di lihat bahwa biaya variabel yang paling besar dikeluarkan oleh pengusaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian adalah dalam membeli bahan baku atau gabah yaitu sebesar Rp 856.314.911. Dan biaya pembelian bahan baku ini sekaligus menjadi biaya yang paling besar dikeluarkan oleh pengusaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Dan besar biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian setiap tahun nya untuk membeli bahan bakar minyak adalah sebesar Rp 23.181.114 dan biaya rata-rata per tahun yang dikeluarkan oleh pengusaha penggilingan padi di daerah penelitian untuk membeli goni atau karung beras adalah sebesar Rp 11.121.436.

Dari penjumlahan total biaya tetap dan biaya varibel rata-rata per tahun, maka dapat dihitung jumlah total seluruh biaya produksi usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian, seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 13. Rata-Rata Biaya Produksi per Tahun Usaha Penggilingan Padi Kecil di Kecamatan Tanjung Morawa

Keterangan Jumlah (Rp)

Rata-Rata Total Biaya Tetap 80.071.431 Rata-Rata Total Biaya Variabel 890.617.461 Rata-Rata Total Biaya Produksi 970.688.892 Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4 – lampiran 11).

Dari Tabel 13 menggambarkan besar rata-rata biaya total yang dikeluarkan oleh

pengusaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian, yaitu sebesar Rp 970.688.892 per tahun.


(45)

5.3 Analisis Pendapatan

Penerimaan yang didapatkan pada usaha penggilingan padi kecil ini berasal dari hasil penjualan beras dan dedak serta upah giling gabah. Berikut disajikan rata-rata penerimaan usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian.

Tabel 14. Total Rata-Rata Penerimaan Per Tahun Usaha Penggilingan Padi Kecil di Kecamatan Tanjung Morawa

No Jenis Penerimaan (Rp)

Sampel Penerimaan Beras Penerimaan Dedak Upah Giling Total 1 1.786.528.000 57.800.000 - 1.844.328.000 2 6.388.662.857 326.057.143 - 6.714.720.000 3 - 13.585.714 94.134.857 107.720.571 4 1.613.844.000 30.720.000 - 1.644.564.000 5 893.264.000 43.350.000 - 936.614.000 6 279.145.000 29.000.000 - 308.145.000 7 282.258.000 24.060.000 72.000.000 378.318.000 8 263.850.000 175.348.665 - 439.198.665 Jumlah 11.507.551.857 699.921.522 166.134.857 12.373.608.236 Rata-Rata 1.438.443.982 87.490.190 20.766.857 1.546.701.030 Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4 – lampiran 11).

Dari Tabel 14 dapat di lihat bahwa besar rata-rata penerimaan usaha penggilingan padi kecil di Kecamatan Tanjung Morawa adalah sebesar Rp 1.546.701.030 per tahun. Dengan penerimaan beras adalah sumber penerimaan terbesar pengusaha penggilingan padi ini, yaitu dengan rata-rata sebesar Rp 1.438.443.982 per tahun. Penerimaan beras ini merupakan hasil penjualan beras yang dilakukan oleh setiap pengusaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian. Sumber beras berasal dari hasil pengolahan bahan baku yaitu gabah yang di beli oleh setiap pengusaha


(46)

penggilingan padi kecil dan kemudian di jual. Harga beras sangat mempengaruhi hasil penjualan beras ini, semakin tinggi harga beras maka semakin besar penerimaan yang diterima oleh pengusaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian. Kemudian hasil peneriman didapat juga dari hasil penjualan dedak yaitu kulit gabah yang diolah menjadi dedak. Rata-rata penerimaan dedak per tahun di daerah penelitian adalah sebesar Rp 87.490.190,3. Penerimaan dari upah penggilingan padi adalah penerimaan yang diperoleh dari upah yang diterima dari setiap orang yang berada di daerah sekitar yang menggilingkan padi nya di tempat usaha penggilingan padi tersebut. Berikut besar rata-rata penerimaan dari hasil upah giling padi adalah sebesar Rp 20.766.857 per tahun.

Tidak semua pengusaha penggilingan padi di daerah penelitian menghasilkan penerimaan dari upah giling padi, dari 8 sampel yang diteliti hanya ada 2 penggilingan padi kecil saja yang memnghasilkan penerimaan dari hasil upah giling padi yaitu pengusaha Sampel 3 dan pengusaha Sampel 7. Berbeda dengan pengusaha sampel lainnya, usaha penggilingan padi kecil Sampel 3 tidak membeli bahan baku atau gabah, sehingga penghasilannya hanya bersumber dari upah giling dan penjualan dedak saja. Usaha penggilingan padi kecil Sampel 3 merupakan usaha penggilingan padi rakyat, yang hanya berfungsi untuk menggiling padi dari masyarakat sekitar sehingga tidak ber fokus untuk membeli bahan baku atau gabah untuk meningkatkan penerimaan. Upah giling yang diterapkan adalah sesuai dengan kesepakan antara masyarakat dengan pengusaha penggilingan padi rakyat ini, dan upah yang disepakati adalah setiap hasil penggilingan sebesar 10 kg beras maka upah yang harus dibayarkan adalah seharga 1,2 kg beras.


(47)

Untuk mengetahui rata-rata pendapatan usaha penggilingan padi di daerah penelitian, maka dilakukan pengurangan antara rata-rata penerimaan terhadap rata-rata biaya produksi. Berikut dilampirkan rata-rata pendapatan yang diperoleh usaha penggilingan padi di daerah penelitian.

Tabel 15. Rata-Rata Pendapatan Bersih Per Tahun Usaha Penggilingan padi Kecil di Kecamatan Tanjung Morawa

Keterangan Jumlah (Rp)

Rata-Rata Total Penerimaan 1.546.701.030 Rata-Rata Total Biaya Produksi 970.688.892 Rata-Rata Pendapatan Bersih 576.012.138 Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4 – lampiran 11).

Dari Tabel 15 dapat di lihat bahwa rata penerimaan lebih besar dari pada rata-rata biaya produksi usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian, oleh karena itu dapat diperoleh rata-rata pendapatan bersih sebesar Rp 576.012.138 per tahun.


(48)

5.4 Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Kecil

Kelayakan usaha penggilingan padi dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Untuk melihat nilai masing-masing dari metode analisis tersebut dapat di lihat pada Tabel berikut:

Tabel 16. Kriteria Penilaian Investasi Usaha Penggilingan Padi Kecil di Kecamatan Tanjung Morawa

No Kriteria Investasi

Sampel NPV Net B/C IRR PP 1 2.034.000.112 2,70 52,30% 1 Tahun 9 Bulan 2 10.340.018.202 11,18 169,00% 8 Bulan 15 Hari 3 115.376.825 1,54 25,50% 3 Tahun 5 Bulan 4 1.717.366.265 3,76 87,40% 1 Tahun 2 Bulan 5 1.105.597.325 3,42 68,01% 1 Tahun 5 Bulan 6 218.785.442 1,96 34,50% 2 Tahun 5 Bulan 7 315.664.943 2,58 49,50% 2 Tahun 4 Bulan 8 190.872.088 1,96 30,30% 3 Tahun 15 Hari Rata-Rata 2.004.710.150 3,64 64,56% 2 Tahun 9 Hari Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 12 – lampiran 35).

NPV (Net Present Value)

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur usaha yang direncanakan. NPV atau manfaat bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur ekonomis. NPV diperoleh dari selisih antara PV kas dengan PV


(49)

investasi. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh NPV rata-rata sebesar Rp 2.004.710.150,3. Nilai tersebut menunjukan bahwa arus masuk penggilingan gabah di daerah penelitian lebih besar dari pada arus kas keluarnya atau ( NPV > 0), sehingga pendirian usaha yang dilakukan ini menguntungkan dan layak diimplementasikan dalam jangka panjang. Perhitungan kriteria NPV dapat di lihat pada Lampiran 12 sampai dengan lampiran 19.

B/C Ratio

Nilai B/C yang diperoleh adalah 3,64. Perolehan nilai B/C > 1 berarti usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian layak untuk diusahakan. Nilai B/C sebesar 3,64 berarti bahwa setiap Rp 1000,- biaya yang dikeluarkan diperoleh benefit sebesar Rp 3640.

IRR

IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan dari investasi pada usaha yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian adalah sebesar 64,56%, Nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga bank yang digunakan dalam perhitungan, yaitu 7,5% (Suku bunga Bank Indonesia yang berlaku saat ini). Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada pendirian usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, pengusaha lebih baik menginvestasikan modalnya pada pendirian usaha ini daripada menabung


(50)

uangnya di bank. IRR = 64,56% > 7,5% maka usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian layak untuk diusahakan.

Nilai IRR diperoleh dengan mengunakan metode coba-coba (trial and error). Caranya adalah dengan menghitung jumlah nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan selama umur usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu. Kemudian, nilainya dibandingkan dengan biaya investasi awal. Jika nilai investasi awal lebih kecil, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga lebih tinggi. Sebaliknya, apabila nilai investasi awal lebih besar, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Dan selanjutnya hingga mencapai atau ditemukan nilai yang sama besar atau mendekati.

PP (Payback Period)

PP merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan bagi suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai rata-rata PP pada usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian ini adalah 2 tahun 0,3 bulan ( 2 tahun 9 hari). Artinya usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian mampu menutupi biaya investasi awal sebelum umur usaha berakhir, maka pendirian usaha ini layak untuk diimplementasikan.


(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Gabah yang diproduksi pengusaha penggilingan padi di Kecamatan Tanjung Morawa adalah sebagian besar bersumber dari lokal atau sekitar usaha penggilingan padi kecil dengan jumlah rata-rata produksi gabah sebesar 156,69 ton per tahun.

2. Rata-rata biaya produksi usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian adalah sebesar Rp 970.688.892per tahun.

3. Pendapatan rata-rata usaha penggilingan padi kecil di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 576.012.138 per tahun.

4. Secara finansial usaha penggilingan padi di daerah penelitian layak untuk diusahakan.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran, antara lain:

1. Kepada pemilik usaha penggilingan padi disarankan untuk membuat fasilitas antar jemput gabah dari petani secara kontiniu sehingga mampu bersaing dengan penggilingan padi bergerak (Odong-odong).

2. Kepada pemerintah disarankan untuk menertibkan penggilingan-penggilingan padi bergerak (Odong-odong) yang mulai marak dan tidak memiliki surat izin usaha.


(52)

3. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang kelayakan usaha penggilingan bergerak (Odong-odong) dan membandingkannya dengan usaha penggilingan yang sifatnya permanen.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Andoko. A. 2006. Budidaya Padi Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.

Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka. Medan: BPS Sumatera Utara.

2014. Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka. Medan. BPS Sumatera Utara.

2010-2014. Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka. Medan. BPS Sumatera Utara.

Chaerunnisa, R. R. 2007. Studi Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah Di Desa Cikarang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. [Skripsi].

Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Departemen Pertanian. 2005. Teknik Penggilingan Padi yang Baik. Ditjen

pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, Departemen Pertanian. Ragunan Jakarta:

Hardjosentono, M. 2000. Mesin-Mesin Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah, R . 2007. Program Pengawalan Penanganan Pasca Panen dan Pemasaran Gabah oleh Perguruan Tinggi di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat IPB. Husnan, S. dan Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP

AMP YKPN.

Ibrahim,Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.

Kasmir dan Jakfar, 2003 .Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Musa, Ali. 2012. Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI.

Pitoyo.S, 2003. Budi Daya Padi Sawah. Jakarta: Penebar Swadaya. Setyono, A. 1994. Padi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Soekartawi, 1993. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press.


(54)

Suharno, 2005. Permintaan Beras Kepala di Kota Kendari. Sulawesi Tenggara: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Sukirno, S. 2005. Mikro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suprayono dan A. Setyono. 1997. Budi Daya Padi. Jakarta: Penebar Swadaya. Thahir, R., 2008. Pengembangan Agroindustri Padi.

Pascapanen.litbang.deptan.go.id/index.php/id/peneliti/18. Diakses pada Maret 2015.

Umar, H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta. Witjaksono. A, 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(55)

(56)

Lampiran 1. Tabel Rata-Rata Harga Beras Di Kabupaten Deli Serdang

Tahun Harga (Rp/Kg)

2005 3.479

2006 4.725

2007 5.480

2008 6.088

2009 6.283

2010 7.850

2011 9.433

2012 8,546

2013 11.000

2014 9.500

2015 9.500

Sumber: Kabupaten Deli serdang Dalam Angka, 2015.

Lampiran 2. Karakteristik Pengusaha Sampel

No Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun) Pengalaman usaha (Tahun) Pendidikan Terakhir

1 Abdi Laki-Laki 25 6 SMK

2 Gunawan Sirait Laki-Laki 38 7 STM

3 Syahril Siregar Laki-Laki 45 7 MAN

4 B. Sitorus Laki-Laki 47 5 SMA

5 Ali Sopian Laki-Laki 39 6 SMA

6 Warsito Laki-Laki 40 6 SMA

7 Ibu Barus Laki-Laki 54 10 SMA


(57)

Lampiran 3. Data Rata-Rata Output Beras dan Dedak Per Tahun

No Sampel Output

Beras (Ton) Dedak (Ton)

1 192 24

2 720 144

3 11,52 6

4 180 12

5 96 18

6 24 12

7 36 12

8 24 12

Lampiran 4. Modal Investasi Sampel 1

Jenis Modal Investasi Satuan Jumlah U.Ekonomis (Tahun) Harga (Rp) Total (Rp) Penyusutan Per Tahun (Rp)

Bangunan Unit 1 20 80.000.000 80.000.000 4.000.000

Mesin Penggiling Unit 1 15 250.000.000 250.000.000 16.666.667

Truk Unit 2 15 300.000.000 600.000.000 40.000.000

Pick up Unit 2 15 125.000.000 250.000.000 16.666.667

Timbangan Unit 2 15 2.500.000 5.000.000 333.333

Garukan Unit 4 6 50.000 200.000 33.333

Kereta Unit 1 10 2.500.000 2.500.000 250.000

Terpal Unit 7 6 250.000 1.750.000 291.667

Sekop Unit 2 6 100.000 200.000 33.333

Beko Sorong Unit 3 10 600.000 1.800.000 180.000

Alat Jahit Karung Unit 1 10 3.350.000 3.350.000 335.000


(58)

Lampiran 4a. Total Biaya Rata-rata Per Tahun Sampel 1 Tahun

Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp)

Jumlah (Rp) Peny.

Investasi Pajak

Angs.

Pinjaman Listrik

Tenaga

Kerja Bahan Baku BBM Goni

1 78.790.000 100.000 48.000.000 1.800.000 14.760.000 756.000.000 38.988.000 12.240.000 950.678.000 2 78.790.000 100.000 48.000.000 1.920.000 19.680.000 864.000.000 38.988.000 13.320.000 1.064.798.000 3 78.790.000 100.000 48.000.000 2.040.000 24.600.000 831.600.000 38.988.000 14.040.000 1.038.158.000 4 78.790.000 100.000 48.000.000 2.160.000 29.520.000 1.101.600.000 56.316.000 14.400.000 1.330.886.000 5 78.790.000 100.000 48.000.000 2.280.000 34.440.000 972.000.000 68.244.000 16.560.000 1.220.414.000 6 78.790.000 100.000 48.000.000 2.400.000 39.360.000 1.080.000.000 61.087.200 18.000.000 1.327.737.200

Lampiran 4b. Total Penerimaan Rata-rata Per Tahun Sampel 1

Tahun Penerimaan Beras (Rp) Penerimaan Dedak (Rp) Jumlah Penerimaan (Rp)

1 1.507.200.000 39.600.000 1.546.800.000

2 1.811.136.000 43.200.000 1.854.336.000

3 1.640.832.000 48.000.000 1.688.832.000

4 2.112.000.000 60.000.000 2.172.000.000

5 1.824.000.000 72.000.000 1.896.000.000


(59)

Lampiran 4c. Total Pendapatan Rata-Rata Per Tahun Sampel 1

Tahun Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Total Pendapatan (Rp)

1 1.546.800.000 950.678.000 596.122.000

2 1.854.336.000 1.064.798.000 789.538.000

3 1.688.832.000 1.038.158.000 650.674.000

4 2.172.000.000 1.330.886.000 841.114.000

5 1.896.000.000 1.220.414.000 675.586.000

6 1.908.000.000 1.327.737.200 580.262.800

Lampiran 5. Modal Investasi Sampel 2

Jenis Modal Investasi Satuan Jumlah U.Ekonomis (Tahun) Harga (Rp) Total (Rp) Penyusutan Per Tahun (Rp)

Bangunan Unit 1 20 100.000.000 100.000.000 5.000.000

Mesin Penggiling Unit 1 15 350.000.000 350.000.000 23.333.333

Truk Unit 1 15 300.000.000 300.000.000 20.000.000

Pick up Unit 2 15 125.000.000 250.000.000 16.666.667

Timbangan Unit 2 15 2.500.000 5.000.000 333.333

Garukan Unit 5 6 50.000 250.000 41.667

Terpal Unit 6 6 250.000 1.500.000 250.000

Sekop Unit 2 6 100.000 200.000 33.333

Beko Sorong Unit 5 10 600.000 3.000.000 300.000

Alat Jahit Karung Unit 1 10 3.350.000 3.350.000 335.000

Garukan (2) Unit 5 6 50.000 250.000 41.667

Terpal (2) Unit 6 6 250.000 1.500.000 250.000

Sekop (2) Unit 2 6 100.000 200.000 33.333


(60)

Lampiran 5a. Total Biaya Rata-Rata Per Tahun Sampel 2

Tahun Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Jumlah (Rp)

Peny. Investasi Pajak Listrik Tenaga Kerja Bahan Baku BBM Goni

1 66.293.333 625.000 8.880.000 69.120.000 3.072.000.000 51.840.000 34.560.000 3.303.318.333 2 66.293.333 625.000 9.000.000 77.760.000 3.360.000.000 51.840.000 36.720.000 3.602.238.333 3 66.293.333 625.000 9.120.000 86.400.000 3.840.000.000 51.840.000 39.960.000 4.094.238.333 4 66.293.333 625.000 9.240.000 95.040.000 3.696.000.000 51.840.000 42.120.000 3.961.158.333 5 66.293.333 625.000 9.360.000 103.680.000 4.896.000.000 74.880.000 43.200.000 5.194.038.333 6 66.293.333 625.000 9.480.000 112.320.000 4.320.000.000 86.400.000 49.680.000 4.644.798.333 7 66.293.333 625.000 9.600.000 120.960.000 4.800.000.000 79.488.000 54.000.000 5.130.966.333

Lampiran 5b. Total Penerimaan Rata-Rata Per Tahun Sampel 2

Tahun Penerimaan Beras (Rp) Penerimaan Dedak (Rp) Jumlah Penerimaan (Rp)

1 4.523.760.000 201.600.000 4.725.360.000

2 5.652.000.000 237.600.000 5.889.600.000

3 6.791.760.000 259.200.000 7.050.960.000

4 6.153.120.000 288.000.000 6.441.120.000

5 7.920.000.000 360.000.000 8.280.000.000

6 6.840.000.000 432.000.000 7.272.000.000


(61)

Lampiran 5c. Total Pendapatan Rata-Rata Per Tahun Sampel 2 Tahun Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

1 4.725.360.000 3.303.318.333 1.422.041.667

2 5.889.600.000 3.602.238.333 2.287.361.667

3 7.050.960.000 4.094.238.333 2.956.721.667

4 6.441.120.000 3.961.158.333 2.479.961.667

5 8.280.000.000 5.194.038.333 3.085.961.667

6 7.272.000.000 4.644.798.333 2.627.201.667

7 7.344.000.000 5.130.966.333 2.213.033.667

Lampiran 6. Modal Investasi Sampel 3

Jenis Modal Investasi Satuan Jumlah U.Ekonomis (Tahun) Harga (Rp) Total (Rp) Penyusutan Per Tahun (Rp)

Bangunan Unit 1 20 50.000.000 50.000.000 2.500.000

Mesin Penggiling Unit 1 15 150.000.000 150.000.000 10.000.000

Timbangan Unit 2 15 2.500.000 5.000.000 333..333

Garukan Unit 2 6 50.000 100.000 16.666

Terpal Unit 2 6 250.000 500.000 83.333

Sekop Unit 2 6 100.000 200.000 33.333

Beko Sorong Unit 2 10 600.000 1.200.000 120.000

Alat Jahit Karung Unit 1 10 3.350.000 3.350.000 335.000

Garukan (2) Unit 2 6 50.000 100.000 16.666

Terpal (2) Unit 2 6 250.000 500.000 83.333


(62)

Lampiran 6b. Total Penerimaan Rata-Rata Per Tahun Sampel 3

Tahun Upah Giling (Rp) Penerimaan Dedak (Rp) Jumlah Penerimaan (Rp)

1 70.133.760 8.400.000 78.533.760

2 72.380.160 9.900.000 82.280.160

3 90.432.000 10.800.000 101.232.000

4 108.668.160 12.000.000 120.668.160

5 98.449.920 15.000.000 113.449.920

6 109.440.000 18.000.000 127.440.000

7 109.440.000 21.000.000 130.440.000

Lampiran 6c. Total Pendapatan Rata-Rata Per Tahun Sampel 3

Tahun Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

1 78.533.760 29.048.332 49.485.428

2 82.280.160 30.308.332 51.971.828

3 101.232.000 30.368.332 70.863.668

4 120.668.160 30.428.332 90.239.828

5 113.449.920 36.008.332 77.441.588

6 127.440.000 38.228.332 89.211.668


(63)

Lampiran 7. Modal Investasi Sampel 4

Jenis Modal Investasi Satuan Jumlah U.Ekonomis (Tahun) Harga (Rp) Total (Rp) Penyusutan Per Tahun (Rp)

Bangunan Unit 1 20 100.000.000 100.000.000 5.000.000

Mesin Penggiling Unit 1 15 250.000.000 250.000.000 16.666.667

Pick up Unit 2 15 125.000.000 250.000.000 16.666.667

Timbangan Unit 2 15 2.500.000 5.000.000 333.333

Garukan Unit 6 6 50.000 300.000 50.000

Kereta Unit 1 10 10.000.000 10.000.000 1.000.000

Terpal Unit 4 6 250.000 1.000.000 166.667

Sekop Unit 2 6 100.000 200.000 33.333

Beko Sorong Unit 2 10 600.000 1.200.000 120.000

Alat Jahit Karung Unit 1 10 3.350.000 3.350.000 335.000

Total Modal Investasi 621.050.000 40.371.667

Lampiran 7a. Total Biaya Rata-Rata Per Tahun Sampel 4

Tahun Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Jumlah (Rp)

Peny. Investasi Pajak Angs. Pinjaman Listrik Tenaga Kerja Bahan Baku BBM Goni

1 40.371.667 350.000 36.000.000 240.000 21.600.000 816.000.000 21.600.000 12.432.000 948.593.667 2 40.371.667 350.000 36.000.000 300.000 25.200.000 785.400.000 21.600.000 13.104.000 922.325.667 3 40.371.667 350.000 36.000.000 360.000 28.800.000 1.040.000.000 31.200.000 13.440.000 1.190.521.667 4 40.371.667 350.000 36.000.000 420.000 32.400.000 918.000.000 36.000.000 15.456.000 1.078.997.667 5 40.371.667 350.000 36.000.000 480.000 36.000.000 1.020.000.000 33.120.000 16.800.000 1.183.121.667


(64)

Lampiran 7b. Total Penerimaan Rata-Rata Per Tahun Sampel 4

Tahun Penerimaan Beras (Rp) Penerimaan Dedak (Rp) Jumlah Penerimaan (Rp)

1 1.413.000.000 21.600.000 1.434.600.000

2 1.697.940.000 24.000.000 1.721.940.000

3 1.538.280.000 30.000.000 1.568.280.000

4 1.710.000.000 36.000.000 1.746.000.000

5 1.710.000.000 42.000.000 1.752.000.000

Lampiran 7c. Total Pendapatan Rata-Rata Per Tahun Sampel 4

Tahun Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

1 1.434.600.000 948.593.667 486.006.333

2 1.721.940.000 922.325.667 799.614.333

3 1.568.280.000 1.190.521.667 377.758.333

4 1.746.000.000 1.078.997.667 667.002.333


(65)

Lampiran 8. Modal Investasi Sampel 5

Jenis Modal Investasi Satuan Jumlah U.Ekonomis (Tahun) Harga (Rp) Total (Rp) Penyusutan Per Tahun (Rp)

Bangunan Unit 1 20 70.000.000 70.000.000 3.500.000

Mesin Penggiling Unit 1 15 250.000.000 250.000.000 16.666.667

Pick up Unit 1 15 125.000.000 125.000.000 8.333.333

Timbangan Unit 2 15 2.500.000 5.000.000 333.333

Garukan Unit 3 6 50.000 150.000 25.000

Terpal Unit 5 6 250.000 1.250.000 208.333

Sekop Unit 2 6 100.000 200.000 33.333

Beko Sorong Unit 2 10 600.000 1.200.000 120.000

Alat Jahit Karung Unit 1 10 3.350.000 3.350.000 335.000

Total Modal Investasi 456.150.000 29.554.999

Lampiran 8a. Total Biaya Rata-Rata Per Tahun Sampel 5 Tahun

Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp)

Jumlah (Rp) Peny. Investasi Pajak Angs. Pinjaman Listrik Tenaga

Kerja

Bahan

Baku BBM Goni

1 29.554.999 60.000 36.000.000 0 12.000.000 403.200.000 12.960.000 6.528.000 500.302.999 2 29.554.999 60.000 36.000.000 0 14.400.000 460.800.000 12.960.000 7.104.000 560.878.999 3 29.554.999 60.000 36.000.000 0 16.800.000 443.520.000 12.960.000 7.488.000 546.382.999 4 29.554.999 60.000 36.000.000 0 19.200.000 587.520.000 18.720.000 7.680.000 698.734.999 5 29.554.999 60.000 36.000.000 180.000 21.600.00 518.400.000 21.600.000 8.832.000 614.626.999 6 29.554.999 60.000 36.000.000 240.000 24.000.000 576.000.000 19.872.000 9.600.000 695.326.999


(1)

Lampiran 26. IRR Sampel 7

Tahun Net Benefit (B-C) DF = I = 49% PV 1 Net Benefit (B-C) DF = I = 50% PV 2

1 78.182.669 0,671 52460570,9 78.182.669 0,666 52069657,55

2 86.362.669 0,45 38863201,05 86.362.669 0,444 38345025,04

3 100.407.269 0,302 30322995,24 100.407.269 0,296 29720551,62

4 99.203.069 0,203 20138223,01 99.203.069 0,198 19642207,66

5 143.491.669 0,136 19514866,98 143.491.669 0,132 18940900,31

6 178.112.069 0,091 16208198,28 178.112.069 0,088 15673862,07

7 153.856.469 0,061 9385244,609 153.856.469 0,058 8923675,202

8 206.704.669 0,041 8474891,429 206.704.669 0,039 8061482,091

9 164.637.869 0,027 4445222,463 164.637.869 0,026 4280584,594

10 146.846.669 0,018 2643240,042 146.846.669 0,017 2496393,373

NPV 202456654 198154339,5

Investasi 200.050.000 200.050.000

2.406.654 -1.895.660

IRR = 49% + { 2.406.654 / ( 2.406.654 + 1.895.660 ) } (50% - 49%) = 49% + 0,559 (1%)

= 0,495 = 49,5%


(2)

Tahun Net Benefit (B-C) DF = I = 30% PV 1 Net Benefit (B-C) DF = I = 31% PV 2

1 56.716.335 0,769 43614861,62 56.716.335 0,763 43274563,61

2 55.636.335 0,592 32936710,32 55.636.335 0,583 32435983,31

3 82.360.335 0,455 37473952,43 82.360.335 0,444 36567988,74

4 108.214.335 0,35 37875017,25 108.214.335 0,339 36684659,57

5 97.030.335 0,269 26101160,12 97.030.335 0,259 25130856,77

6 113.992.335 0,207 23596413,35 113.992.335 0,197 22456490

7 102.688.335 0,159 16327445,27 102.688.335 0,151 15505938,59

8 91.372.335 0,123 11238797,21 91.372.335 0,115 10507818,53

NPV 201598115,1 196550542

Investasi 199.600.000 199.600.000

1.998.115 -3.049.458

IRR = 30% + { 1.998.115 / ( 1.998.115 + 3.049.458 ) } (31% - 30%) = 30% + 0,395 (1%)

= 0,303 = 30,3%


(3)

Lampiran 26. Payback Period Sampel 1

Investasi 1.194.800.000

Kas Bersih Tahun 1 596.122.000

Belum Cukup 598.678.000

Kas Bersih Tahun 2 789.538.000

Kelebihan 190.860.000

PP = (Investasi / Kas bersih) x 1 Tahun PP = (589.678.000 / 789.538.000 ) X 1 Tahun PP = 1 Tahun 9 Bulan

Lampiran 27. Payback Period Sampel 2

Investasi 1.015.250.000

Kas Bersih Tahun 1 1.422.041.667

Kelebihan 406.791.667

PP = (Investasi / Kas bersih) x 1 Tahun PP = (1.105.250.000 / 1.422.041.667) X 1 Tahun


(4)

Investasi 210.950.000

Kas Bersih Tahun 1 49.485.428

Belum Cukup 161.464.572

Kas Bersih Tahun 2 51.971.828

Belum Cukup 109.492.744

Kas Bersih Tahun 3 70.863.668

Belum Cukup 38.629.076

Kas Bersih Tahun 4 90.239.828

Kelebihan 51.610.752

PP = (Investasi / Kas bersih) x 1 Tahun PP = (38.629.076 / 90.239.828) X 1 Tahun PP = 3 Tahun 5 Bulan

Lampiran 29. Payback Period Sampel 4

Investasi 621.050.000

Kas Bersih Tahun 1 486.006.333

Belum Cukup 135.043.667

Kas Bersih Tahun 2 799.614.333

Kelebihan 664.570.666

PP = (Investasi / Kas bersih) x 1 Tahun PP = (126.811.610/778.896.780) X 1 Tahun PP = 1 Tahun 2 Bulan


(5)

Lampiran 30. Payback Period Sampel 5

Investasi 456.150.000

Kas Bersih Tahun 1 282.997.001

Belum Cukup 173.152.999

Kas Bersih Tahun 2 377.089.001

Belum Cukup 203.936.002

PP = (Investasi / Kas bersih) x 1 Tahun PP = (173.152.999 / 377.089.001) X 1 Tahun PP = 1 Tahun 5 Bulan

Lampiran 31. Payback Period Sampel 6

Investasi 227.900.000

Kas Bersih Tahun 1 80.069.667

Belum Cukup 147.830.333

Kas Bersih Tahun 2 109.179.667

Belum Cukup 38.650.666

Kas Bersih Tahun 3 91.537.667

Kelebihan 52.887.001

PP = (Investasi / Kas bersih) x 1 Tahun PP = (38.650.666 / 91.537.667) X 1 Tahun PP = 2 Tahun 5 Bulan


(6)

Investasi 200.050.000

Kas Bersih Tahun 1 78.182.669

Belum Cukup 121.867.331

Kas Bersih Tahun 2 86.362.669

Belum Cukup 35.504.662

Kas Bersih Tahun 3 100.407.269

Kelebihan 64.902.607

PP = (Investasi / Kas bersih) x 1 Tahun PP = (35.504.662 / 100.407.269) X 1 Tahun PP = 2 Tahun 4 Bulan

Lampiran 33. Payback Period Sampel 8

Investasi 199.600.000

Kas Bersih Tahun 1 56.716.335

Belum Cukup 142.883.665

Kas Bersih Tahun 2 55.636.335

Belum Cukup 87.247.330

Kas Bersih Tahun 3 82.360.335

Belum Cukup 4.886.995

Kas Bersih Tahun 4 108.214.335

Kelebihan 103.327.340

PP = (Investasi / Kas bersih) x 1 Tahun PP = (4.886.995 / 108.214.335) X 1 Tahun PP = 3 Tahun 0,5 Bulan