Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi Risiko (Studi Kasus Di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

(1)

KELAYAKAN INVESTASI USAHA PENGGILINGAN PADI

PADA KONDISI RISIKO

(Studi Kasus di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

SKRIPSI

EKA NOVIANTI H 34077016

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(2)

RINGKASAN

EKA NOVIANTI. Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi Risiko (Studi Kasus Di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan TINTIN SARIANTI).

Pesatnya perkembangan pertumbuhan produksi padi telah menciptakan pasar yang besar dan meluas bagi perkembangan dan pertumbuhan usaha jasa penggilingan padi. Hal tersebut didukung dengan industri mesin penggilingan padi yang semakin maju. Berdasarkan data Perhimpunan Penggilingan Padi (PERPADI) tahun 2009, jumlah penggilingan padi di Indonesia sekitar 110.000 unit, sekitar 85 persen merupakan penggilingan padi kecil (PPK) dan sebagian besar sudah berumur tua buatan tahun 1970 – 1980 an, sehingga rendemen dan kualitas berasnya rendah termasuk Standar Nasional Indonesia (SNI) Mutu 4 dan atau Mutu 5.Perkembangan produksi padi di Jawa Barat membawa perkembangan yang cukup baik pula bagi pengusahaan penggilingan padi, salah satunya di Kabupaten Karawang.

Saat ini penggilingan padi di Kabupaten Karawang didominasi oleh penggilingan padi berskala kecil. Sinar Ginanjar merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang. Untuk meningkatkan rendemen beras di penggilingan padi Sinar ginanjar sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal, maka penggilingan padi Sinar Ginanjar harus melakukan penambahan konfigurasi mesin penggilingan yang digunakan. Namun, untuk menarik investor menanamkan modalnya di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar, harus dilakukan studi kelayakan investasi, sehingga diketahui apakah layak atau tidak penggilingan padi Sinar Ginanjar dijalankan. Penentuan kelayakan tersebut dilakukan melalui analisa secara mendalam terhadap aspek-aspek yang terkait, seperti aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan lingkungan serta aspek finansial, aspek finansial yang dilakukan melalui analisis kriteria investasi. Layaknya sebuah usaha dalam bidang pertanian pada bidang pengolahan, usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar rentan terhadap risiko, baik itu risiko harga maupun risiko produksi dari output yang dihasilkan. Risiko tersebut dapat mempengaruhi kelayakan usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar. Untuk itu, perlu dilakukan perhitungan dan dimasukan kedalam perhitungan finansial, yakni dengan melakukan analisis skenario.

Berdasarkan uraian hasil analisis aspek pasar, pada aspek ini Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan masih terbukanya peluang untuk memasarkan output penggilingan ke berbagai pasar selain kepada masyarakat sekitar. Peluang tersebut ada karena hasil kerjasama yang dilakukan oleh pihak Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dengan penanam modal. Hambatan dalam aspek pasar ini hanyalah ketersediaan bahan baku gabah yang tidak secara kontinu ada. Berdasarkan hasil analisis teknis, dapat dikatakan bahwa secara teknis usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dilaksanakan. Karena


(3)

Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sudah memenuhi syarat untuk menjadikan penggilingan padinya sesuai dengan pengelolaan yang benar. Walaupun masih menggunakan mesin penggilingan yang sudah tua dan terkadang tidak mengikuti syarat-syarat yang baik dan benar untuk menjaga kualitas beras, seperti menyimpan beras langsung diteras dan tidak adanya gudang penyimpanan secara terpisah. Tidak terdapat kendala yang dapat menghambat kegiatan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar.

Pada aspek manajemen dan hukum Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Karena Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dalam melakukan manajemen perusahaannya cukup baik, walaupun tidak memiliki struktur organisasi yang baku layaknya sebuah perusahaan besar dan tidak mengelola tenaga kerja berdasarkan pekerjaannnya. Dari sisi hukum, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sudah memenuhi persyaratan sebagai sebuah perusahaan kecil yang diperkuat dengan Tanda Daftar Perusahaan, SIUP Kecil dan Izin Undang-Undang Gangguan (HO). Kedua aspek tersebut memperkuat Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sebagai sebuah perusaahan yang siap dilakukan tambahan oleh para investor. Berdasarkan hasil analisis aspek sosial dan lingkungan, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Hal tersebut dikarenakan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar mampu mengelola dengan baik limbah sekam dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan sekitarnya dengan adanya penggilingan padi disana.

Pada aspek finansial, usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar menunjukan kelayakan, yakni dengan memperoleh nilai nilai NPV pada kondisi tanpa risiko menghasilkan nilai sebesar Rp. 322.915.059. Hal tersebut menunjukan bahwa manfaat bersih atau keuntungan yang diperoleh penggilingan padi Sinar Ginanjar selama 15 tahun dengan tingkat diskonto 12 persen sebesar Rp. 322.915.059. Nilai IRR yang diperoleh sebesar 28 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari invesatasi yang ditanamkan pada usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar sebesar 28 persen. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat diskonto yang ditentukan yaitu sebesar 12 persen (IRR (28 persen) > 12 persen). Sehingga berdasarkan kriteria penilaian investasi untuk IRR, usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar tanpa kondisi risiko layak untuk dilakukan investasi. Kriteria kelayakan investasi berikutnya yaitu Net B/C, berdasarkan perhitungan nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 1,83 menunjukan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan untuk usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar akan memberikan keuntungan sebesar 1,83 satuan. Berdasarkan kriteria penilaian investas apabila nilai Net B/C lebih dari 1 (Net B/C (1,83) > 1) maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Waktu pengembalian untuk investasi yang dilakukan adalah 3 tahun, karena mengikuti asumsi dalam satu bulan hanya ada 8,8 bulan sehingga waktu pengembalian mencapai 4 tahun 0,9 bulan. Usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar pada aspek finansial dengan kondisi risiko juga menunjukan kelayakan. Pada risiko produksi, berdasarkan kriteria investasi, nilai NPV yang diharapkan Usaha Penggilingan Padi mencapai Rp. 259.662.572, dengan nilai standar deviasi mencapai 388.618.762 dan koefisien variasi sebesar 1,50. Sedangkan pada risiko harga, nilai NPV yang diharapkan mencapai Rp. 59.440.085, dengan standar deviasi sebesar 108.146.306 dan menghasilkan nilai koefisien variasi sebesar 1,82. Berdasarkan nilai koefisien variasi, tingkat risiko paling besar adalah pada risiko harga.


(4)

Judul Proposal : Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi Risiko (Studi Kasus Di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

Nama : Eka Novianti

NIM : H 34077016

Menyetujui, Pembimbing

Tintin Sarianti, SP, MM NIP 19750316 200501 2 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002


(5)

KELAYAKAN INVESTASI USAHA PENGGILINGAN PADI

PADA KONDISI RISIKO

(Studi Kasus di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

EKA NOVIANTI H 34077016

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi Risiko (Studi Kasus Di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar putsaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2010

Eka Novianti H34077016


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karawang, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 9 Januari 1986 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Bapak Candran dan Ibu E.Karnesih.

Penulis menigikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 3 Jomin Barat di Karawang dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan tingkat menengah penulis dapat diselesaikan pada tahun 2001 di SMP Negeri 1 Cikampek, Karawang. Pendidikan tingkat atas penulis di selesaikan pada tahun 2004 di SMA Negeri 1 Jatisari, Karawang.

Tahun 2004, penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2008 hingga 2010. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan kepanitian.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi Risiko (Studi Kasus di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat)”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi berdasarkan aspek non finansial dan finansial baik kondisi tanpa risiko maupun dengan kondisi risiko terhadap penggilingan padi Sinar Ginanjar Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Namun demikian sangat disadari masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Desember 2010 Eka Novianti


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian.

3. Dr.Ir.Harianto, MS dan Ir.Burhanuddin, MM Selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Devi Nitasari, yang telah bersedia sebagai pembahas pada seminar hasil penelitian dan memberikan begitu banyak saran serta kritiknya demi kelancaran penelitian ini.

5. Kedua orang tua, adik-adikku yang selalu mendoakan dan memberi semangat serta menjadi motivator penulis dengan penuh kasih sayang.

6. M. Shaffa Muzaki yang selalu memberikan semangat dan motivasi serta kasih sayangnya dalam penyusunan skripsi ini.

7. Pihak Penggilingan Padi Sinar Ginanjar atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan yang sangat berguna bagi penelitian ini.

8. Teman-teman EKW 41, Rekan-rekan Ekstensi AGB angkatan 1,2,3,4,5,6 dan 7 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Desember 2010 Eka novianti


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan ... 11

1.4. Manfaat ... 11

1.5. Ruang Lingkup ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi ... 13

2.2. Penggilingan Padi ... 13

2.3. Penelitian Terdahulu ... 16

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 21

3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis ... 21

3.1.2. Biaya dan Manfaat ... 22

3.1.3. Aspek-Aspek Studi Kelayakan ... 23

3.1.4.Konsep Nilai Waktu Uang ... 25

3.1.5. Kriteria Kelayakan Investasi ... 25

3.1.6. Risiko Dalam Investasi... 29

3.1.7. Konsep Expected Return ... 33

3.1.8. Penilaian Risiko... 33

3.1.9. Perhitungan Bunga ... 34

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 36

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu ... 39

4.2. Metode Penentuan Sampel ... 39

4.3. Data dan Instrumentasi ... 39

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 40

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 41

4.4.1. Analisis Aspek Teknis ... 41

4.4.2. Analisis Aspek Pasar ... 42

4.4.3. Analisis Aspek Manajemen dan Hukum ... 42

4.4.4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan ... 43

4.4.5. Analisis Aspek Finansial ... 43

4.4.6. Penilaian Risiko Dalam Investasi ... 46

4.5. Asumsi Dasar ... 48

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Latar Belakang Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 51


(11)

xi

5.2. Jalinan Kerjasama Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 52

5.3. Risiko Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 53

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial ... 58

6.1.1. Aspek Pasar ... 58

6.1.2. Aspek Teknis ... 61

6.1.3. Aspek Manajemen dan Hukum ... 71

6.1.4. Aspek Sosial dan Lingkungan ... 74

6.2. Analisis Aspek Finansial ... 77

6.2.1. Arus Biaya ... 77

6.2.2. Arus Manfaat ... 89

6.2.3. Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Tanpa Risiko ... 96

6.3. Perhitungan Risiko pada Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 97

6.3.1. Risiko Produksi ... 98

6.3.2. Risiko Harga ... 102

6.3.3. Perhitungan Tingkat Risiko ... 105

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 108

7.2. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Produk Domestik Bruto

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

Pada Tahun 2004-2009* (Miliar Rupiah) ... 1 2. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita

Sebulan Menurut Kelompok Barang Tahun 2004-2009 ... 2 3. Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Padi

Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2006 -2010 ... 5 4. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditi Padi

Tahun 2004 – 2008 di Kabupaten Karawang ... 6 5. Produksi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 55 6. Harga Beras Yang Diterima Penggilingan Padi

Sinar Ginanjar ... 57 7. Biaya Investasi Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar .... 79 8. Umur Teknis dari Investasi yang Ditanamkan dalam

Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 80 9. Biaya Reinvestasi yang dikeluarkan oleh Penggilingan

Padi Sinar Ginanjar pada Tahun Ke-... 82 10. Penyusutan dari Barang Investasi Penggilingan Padi

Sinar Ginanjar per Tahun ... 83 11. Biaya Variabel yang dikeluarkan Penggilingan Padi

Sinar Ginanjar ... 85 12. Biaya Tetap yang Dikeluarkan Oleh Penggilingan Padi

Sinar Ginanjar ... 88 13. Penerimaan Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

Tanpa Risiko ... 92 14. Nilai Sisa Barang Investasi Penggilingan Padi

Sinar Ginanjar per Tahun ... 95 15. Hasil Perhitungan Kriteria Investasi Usaha Penggilingan

Padi Sinar Ginanjar ... 96 16. Frekuensi dan Produksi Beras di Penggilingan Padi

Sinar Ginanjar pada Setiap Kondisi ... 98 17. Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

pada Kondisi Tiga Skenario Risiko Produksi ... 99 18. Biaya Variabel Penggilingan Padi Sinar Ginanjar


(13)

xiii

19. Kriteria Investasi pada Ketiga Kondisi Risiko

Produksi Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 101 20. Frekuensi Harga Beras Risiko Harga di Penggilingan Padi

Sinar Ginanjar pada Setiap Kondisi ... 102 21. Penerimaan Usaha Penggiilingan Padi Sinar Ginanjar

pada Risiko Harga Kondisi Tiga Skenario ... 103 22. Kriteria Investasi Pada Ketiga Kondisi Risiko Harga

Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 104 23. Probabilitas dari Ketiga Kondisi pada Risiko Produksi ... 105 24. Probabilitas dari Ketiga Kondisi Pada Risiko Harga ... 106 25. Tingkat Risiko yang Terjadi pada Ketiga Skenario


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Harga Gabah Kering Panen dan Harga Pokok

Penjualan Gabah Kering Panen Tahun 2007-2009... 10 2. Grafik Harga Beras dan Komoditas Lain Tahun 2007-2009 .... 11 3. Hubungan Antara IRR dengan NPV ... 29 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ... 38 5. Saluran Pemasaran Beras Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 60 6. Akses Menuju Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 63 7. Lantai Jemur dan Bangunan Penggilingan Padi

Sinar Ginanjar ... 66 8. Rangkaian Mesin Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 68 9. Tempat Penyimpanan Beras Penggilingan Padi

Sinar Ginanjar ... 69 10. Alur Kegiatan Operasional Penggilingan Padi

Sinar Ginanjar ... 70 11. Struktur Organisasi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 72 12. Limbah Sekam Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 76


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jumlah Alsin Penggilingan Padi Berdasarkan Jenis

Penggilingan Padi di Seluruh Indonesia Tahun 2008 ... 115 2. Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

Kondisi Tanpa Risiko ... 116 3. Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada

Kondisi Risiko Produksi Skenario Terbaik ... 116 4. Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

pada Kondisi Risiko Produksi Skenario Normal ... 117 5. Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

pada Kondisi Risiko Produksi Skenario Terburuk ... 117 6. Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

pada Kondisi Risiko Harga Skenario Terbaik ... 118 7. Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada

Kondisi Risiko Harga Skenario Normal... 118 8. Penerimaan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada

Kondisi Risiko Harga Skenario Terburuk ... 119 9. Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

pada Kondisi Tanpa Risiko ... 119 10. Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

pada Kondisi Risiko Produksi Skenario Terbaik ... 120 11. Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar pada

Kondisi Risiko Produksi Skenario Normal ... 120 12. Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

pada Kondisi Risiko Produksi Skenario Terburuk ... 121 13. Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

pada Kondisi Risiko Harga Skenario Terbaik ... 121 14. Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

Pada Kondisi Risiko Harga Skenario Normal ... 122 15. Laba Rugi Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

pada Kondisi Risiko Harga Skenario Terburuk ... 122 16. Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

Kondisi Tanpa Risiko ... 123 17. Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar


(16)

xvii

18. Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

Kondisi Risiko Produksi Skenario Normal ... 127 19. Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

Kondisi Risiko Produksi Skenario Terburuk ... 129 20. Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

Kondisi Risiko Harga Skenario Terbaik ... 131 21. Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

Kondisi Risiko Harga Skenario Normal... 133 22. Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

Kondisi Risiko Harga Skenario Terburuk ... 135 23. Tingkat Risiko Penggilingan Padi Sinar Ginanjar ... 137


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, dan yang terpenting adalah sebagai penyediaan makanan pokok dan bahan baku industri pangan dan nonpangan. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1 yaitu besarnya kontribusi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan menurut lapangan usaha terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia pada tahun 2004-2009.

Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun 2004-2009* (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008* 2009**

Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

329124,6 364169,3 433223,4 541931,5 716065,3 858252 Pertambangan &

Penggalian 205252 309014,1 366520,8 440609,6 540605,3 591531,7 Industri

Pengolahan 644342,6 760361,3 919539,3 1068653,9 1380713,1 1480905,4 Listrik, Gas &

Air Bersih 23730,3 26693,8 30354,8 34723,8 40846,1 46823,1 Konstruksi 151247,6 195110,6 251132,3 304996,8 419642,4 554982,2 Perdagangan,

Hotel & Restoran 368555,9 431620,2 501542,4 592304,1 691494,7 750605 Pengangkutan

dan Komunikasi 142292 180584,9 231523,5 264263,3 312190,2 352407,2 Keuangan, Real

Estate & Jasa Perusahaan

194410,9 230522,7 269121,4 305213,5 368129,7 404116,4 Jasa-jasa 236870,3 276204,2 336258,9 398196,7 481669,9 573818,7 * angka sementara

** angka sangat sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009

Sektor pertanian sebagai penyedia makanan pokok di Indonesia saat ini masih di dominasi oleh beras. Oleh karena itu pangsa pasar beras untuk konsumsi dalam negeri merupakan yang terbesar diantara tanaman pangan lainnya. Data


(18)

2 Biro Pusat Statistik (2009) menyebutkan bahwa tingkat konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia sebesar 139,15 kilogram per tahun, dan untuk konsumsi rumah tangga 110 kilogram per kapita per tahun. Hal ini dapat di lihat pada Tabel 2, dimana presentase terhadap tanaman pangan khususnya padi relatif masih tinggi.

Tabel 2. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Tahun 2004-2009

Kelompok Barang 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Makanan:

Padi-padian 9,44 8,54 11,37 10,15 9,57 8,86

Umbi-umbian 0,76 0,58 0,59 0,56 0,53 0,51

Ikan 5,06 4,66 4,72 3,91 3,96 4,29

Daging 2,85 2,44 1,85 1,95 1,84 1,89

Telur dan susu 3,05 3,12 2,96 2,97 3,12 3,27

Sayur-sayuran 4,33 4,05 4,42 3,87 4,02 3,91

Kacang-kacangan 1,75 1,7 1,63 1,47 1,55 1,57

Buah-buahan 2,61 2,16 2,1 2,56 2,27 2,05

Minyak dan lemak 2,31 1,93 1,97 1,69 2,16 1,96

Bahan minuman 2,48 2,23 2,5 2,21 2,13 2,02

Bumbu-bumbuan 1,43 1,33 1,37 1,1 1,12 1,08

Konsumsi lainnya 1,23 1,34 1,27 1,34 1,39 1,33

Makanan jadi 10,28 11,44*) 10,29*) 10,48*) 11,44*) 12,63*) Minuman

beralkohol 0,08 - - - - -

Tembakau dan sirih 6,89 6,18 5,97 4,97 5,08 5,26

Jumlah makanan 54,59 51,37 53,01 49,24 50,17 50,62 Catatan : *) Termasuk minuman beralkohol,

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009(Angka diolah)

Agroindustri pengolahan padi yaitu jasa penggilingan padi merupakan mata rantai usaha pengolahan gabah menjadi beras dan piranti suplai beras dalam


(19)

3 sistem perekonomian masyarakat Indonesia, sehingga penggilingan padi dituntut untuk memberikan kontribusi dalam penyediaan beras nasional baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Penggilingan padi mempunyai peranan dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dari beras yang akan dihasilkan dan dikonsumsi oleh masyarakat, serta ikut dalam meyediakan lapangan pekerjaan di lingkungan sekitarnya. Keberadaan penggilingan padi di Indonesia dilatar belakangi oleh kebutuhan beras sebagai bahan makanan pokok masyarakat Indonesia.

Berdasarkan data Perhimpunan Penggilingan Padi (PERPADI) tahun 2009, jumlah penggilingan padi di Indonesia sekitar 110.000 unit, sekitar 85 persen merupakan Penggilingan Padi Kecil (PPK) dan sebagian besar sudah berumur tua buatan tahun 1970 – 1980 an, sehingga rendemen dan kualitas berasnya rendah termasuk Standar Nasional Indonesia (SNI) Mutu 4 dan atau Mutu 5. Penerapan standar tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 20 tahun 2010 tentang Sistem Jaminan Mutu Pangan Hasil Pertanian. Sistem ini merupakan tatanan dan upaya untuk menghasilkan produk segar dan olahan primer yang aman dan bermutu sesuai standar atau persyaratan teknis minimal. Peraturan ini sebagai dasar hukum bagi pemangku kepentingan dalam penerapan sistem jaminan mutu pangan hasil pertanian. Tujuannya untuk memberikan perlindungan bagi konsumen, kepastian usaha dan meningkatkan daya saing pangan hasil pertanian.

Pesatnya perkembangan pertumbuhan produksi padi telah menciptakan pasar yang besar dan meluas bagi perkembangan dan pertumbuhan usaha jasa penggilingan padi. Hal tersebut didukung dengan industri mesin penggilingan padi yang semakin maju, namun demikian kualitas beras yang dihasilkan tidak seiring dengan kemajuan teknologi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Pertanian pada tahun 2006 - 2007, besarnya susut panen dan pasca panen gabah/beras adalah sebesar 10,82 persen. Dimana susut penggilingan rata-rata sebesar 3,25 persen dengan rendemen penggilingan yang merupakan persentase berat beras hasil penggilingan terhadap berat Gabah Kering Giling (GKG) yang digiling adalah sebesar 62,74 persen. Bila dibandingkan dengan survei yang sama tahun 1995/96, rendemen penggilingan


(20)

4 padi adalah sebesar 63,20 persen dan susut hasil sebesar 2,19 persen, maka terjadi penurunan rendemen giling sebesar 0,46 persen dan peningkatan susut giling sebesar 1,06 persen. Setiap penurunan randemen giling atau peningkatan susut giling sebesar 1 persen akan menurunkan ketersediaan beras sekitar 500.000 ton.

Dalam jangka panjang apabila masalah ini tidak diatasi maka akan menjadi ancaman yang serius terhadap swasembada beras dan ketahanan pangan nasional serta persaingan global. Penurunan kualitas beras dan rendemen beras tersebut salah satunya dikarenakan dominasi penggilingan padi di Indonesia adalah penggilingan padi kecil dengan hanya memiliki 2 unit mesin dalam proses penggilingan, yang mengakibatkan proses dalam penggilingan padi menjadi tidak sempurna. Selain itu, pengusahaan penggilingan padi di Indonesia masih belum menggunakan pendekatan sistem agribisnis yang terpadu juga merupakan salah satu penyebab penurunan rendemen beras.

Posisi penggilingan padi di Indonesia yang didominasi oleh penggilingan padi skala kecil (Lampiran 1) menjadi strategis dalam masalah perberasan, mengingat pada titik ini merupakan muara aliran produksi padi di hulu dan memprosesnya menjadi olahan primer di hilir, sehingga industri penggilingan padi terutama skala kecil (PPK) juga merupakan simpul industri pedesaan. Melihat pentingnya peranan penggilingan padi ini, maka untuk mendapatkan hasil optimal dan kualitas beras yang baik diperlukan alat mesin penggilingan padi yang cukup baik dan berteknologi tinggi tepat guna.

Namun melihat kepemilikan penggilingan padi di Indonesia dengan berbagai keterbatasannya, pemenuhan untuk alat mesin tersebut masih sulit dilakukan. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah dengan mengadakan investasi di pengusahaan pengilingan padi tersebut khususnya penggilingan padi skala kecil (PPK). Maka dengan demikian pemenuhan akan alat mesin penggilingan padi dapat terpenuhi dan kualitas beras yang diinginkan dapat dicapai. Adanya investasi pada pengusahaan penggilingan padi tersebut tentunya akan menimbulkan dampak, tidak hanya menimbulkan dampak positif akan tetapi perlu juga di perhatikan dampak negatif yang mungkin dapat ditimbulkan. dampak negatif yang ditimbulkan tersebut tentunya akan menimbulkan kerugian dan setiap yang menimbulkan kerugian tentu akan menimbulkan risiko. Risiko


(21)

5 yang ada akan berdampak bagi pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Menurut Hadiutomo (2010) dalam tulisannya menyatakan saat ini para investor Indonesia

dan Asing enggan berinvestasi pada usaha penggilingan padi modern (Rice

Processing Complex), hal ini disebabkan karena perusahaan penggilingan padi

besar atau modern kalah bersaing untuk memperebutkan bahan baku gabah dengan penggilingan padi kecil yang jumlahnya besar. Diperkirakan 80 persen hasil penggilingan padi kecil umumnya ditampung oleh BULOG. Hal tersebut salah satu alasan lain mengapa pengusaha penggilingan skala kecil enggan berinvestasi pada penggilingan padi modern. Hal tersebut menjadi salah satu risiko produksi yang harus dihadapi oleh para investor apabila akan melakukan investasi pada usaha penggilingan padi untuk perluasan skala usaha.

Jawa Barat sebagai lumbung beras nasional, memiliki perkembangan produksi padi yang cukup baik untuk perkembangan penggilingan padi. Hal tersebut terlihat pada Tabel 3 bahwa setiap tahunnya produktivitas padi yang dihasilkan selalu mengalami kenaikan.

Tabel 3. Luas Panen Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2006 -2010

Tahun Luas Panen(Ha) Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)

2006 1.798.260 52,38 9.418.572

2007 1.829.085 54,20 9.914.019

2008 1.803.628 56,06 10.111.069

2009 1.949.239 57,89 11.283.441

2010 1.791.951 56,51 10.127. 097

Sumber Data : BPS Jawa Barat,2010

Perkembangan produksi padi di Jawa Barat membawa perkembangan yang cukup baik pula bagi pengusahaan penggilingan padi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 penggilingan padi di Jawa Barat berdasarkan jenis penggilingan padinya mencapai 30.952 unit. Penggilingan Padi Besar (PPB) sebesar 2,012 unit, Penggilingan Padi Kecil (PPK) mencapai sebesar


(22)

6 11.119 unit, Rice Milling Unit (RMU) 3,981 unit, Huller Masyarakat sebesar 7.469 unit dan Penyosoh Polisher mencapai 6.371 unit.

Dalam hal produktivitas padi sawah, pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 2,89 Kw/ha atau 4,65 persen. Dengan demikian peningkatan produksi padi sawah yang tercapai adalah 20.170 Ton GKP atau 1,65 persen dari 1.223.900 Ton GKP pada tahun 2007 menjadi 1.244.070 ton GKP pada tahun 2008. Produksi padi ladang meningkat dari 7.470ton GKP tahun 2007 menjadi 11.048 ton GKP tahun 2008 atau sebesar 47,89 persen. Peningkatan produksi ini diikuti oleh peningkatan produktivitas dari 29,79 Kw/Ha pada tahun 2007 menjadi 33,73 Kw/Ha pada tahun 2008 atau meningkat sebesar 13,22 persen. Dengan demikian produksi padi secara keseluruhan pada tahun 2008 sebesar 1.255.118 Ton GKP, meningkat sebesar 23.748 Ton GKP atau 1.93 persen dari tahun 2007 sebesar 1.231.370 ton GKP. Luas panen, produktivitas dan produksi komoditi padi tahun 2004 – 2008 di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi Komoditi Padi Tahun 2004 – 2008 Di Kabupaten Karawang

No Jenis Komoditi Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

I. Padi sawah :

1 Luas Panen (Ha) 186.205 183.436 186.606 197.377 191.261 2 Produktivitas (Ton

GKP) 1.181.315 1.180.183 1.200.810 1.223.900 1.244.070 3 Produktivitas

(Kw/Ha) 63,44 64,34 64,35 62,16 65,05 II. Lahan Kering

1 Luas Panen (Ha) 1.480 3.655 2.100 2.507 3.275 2 Produktivitas (Ton

GKP) 3.096 8.942 5.242 7.470 11.048 3 Produktivitas

(Kw/Ha) 20,92 24,47 24.96 29,79 33,73 Sumber Data : Laporan Tahunan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2008


(23)

7 Teknologi pasca panen di Kabupaten Karawang umumnya meliputi mesin pemotong padi (ripper), mesin perontok (thresser), mesin pengering (dryer), dan mesin Penggilingan Padi (PB). Saat ini penggilingan padi di Kabupaten Karawang didominasi oleh penggilingan padi berskala kecil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arif (2008) karakteristik kepemilikan penggilingan padi baik skala besar maupun kecil di Kabupaten Karawang umumnya berada pada kelompok usia 40-49 tahun. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikannya, kepemilikan penggilingan padi berdasarkan pendidikan dan pengalaman usaha pemilik penggilingan padi, di Kabupaten Karawang umumnya pemilik penggilingan padi menyelesaikan pendidikan formal pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP)/Sederajat, rata-rata pengalaman usaha yang dimiliki oleh pemilik penggilingan padi adalah 10-19 tahun. Perkembangan pertumbuhan produksi padi di Kabupaten Karawang memicu perkembangan pengusahaan jasa penggilingan padi.

1.2. Perumusan Masalah

Sinar Ginanjar merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang. Penggilingan padi Sinar Ginanjar saat ini sudah mempunyai penanam modal untuk pengembangan usahanya. Sekitar 10 tahun yang lalu, penanam modal ini sudah melakukan pemantauan kepada penggilingan padi Sinar Ginanjar untuk melakukan jalinan kerjasama. Namun, baru pada akhir tahun 2009 penanam modal ini melakukan pendekatan dan komunikasi yang lebih intensif dengan pemilik penggilingan padi Sinar Ginanjar, sehingga pada bulan Januari 2010 terjalin kesepakatan untuk melakukan kerjasama.

Penggilingan padi Sinar Ginajar menggunakan konfigurasi mesin penggilingan yang terdiri dari Pemecah beras-Separator-Polisher. Separator yang digunakan adalah separator sederhana buatan pengrajin alsintan lokal. Fungsi separator sederhana tersebut adalah untuk memisahkan batu, kerkil, paku, dan lain-lain dari gabah.

Kondisi tersebut mengakibatkan rendemen beras giling yang dicapai oleh Sinar Ginanjar menjadi lebih baik yaitu bisa mencapai 2,5 ton beras perhari,


(24)

8 dibandingkan dengan penggilingan padi yang menggunakan konfigurasi penggilingan pemecah beras dan penyosoh beras yang hanya mencapai satu ton beras perhari. Untuk meningkatkan rendemen beras di penggilingan padi Sinar ginanjar, sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal, maka penggilingan padi Sinar Ginanjar harus melakukan penambahan konfigurasi mesin penggilingan yang digunakan yaitu menjadi dryer – cleaner – husker – separator

– polisher – grader. Penambahan konfigurasi mesin penggilingan padi tersebut

diharapkan memberikan peluang kepada pemilik penggilingan padi Sinar Ginanjar untuk memperoleh hasil giling lebih banyak dengan mutu yang lebih baik serta meningkatnya nilai tambah. Akan tetapi penambahan konfigurasi mesin penggilingan padi tersebut membutuhkan biaya yang relatif mahal. Diantara

mesin-mesin penggilingan padi yang ada, dryer adalah yang paling tinggi

harganya. Mesin-mesin pengupas, pemipil, pencacah, pemecah atau penepung dengan kapasitas terkecil (di bawah 300 kilogram per jam), harganya masih di bawah Rp.20.000.000,- per unit termasuk tenaga penggeraknya. Tetapi harga

dryer kapasitas terkecil sudah mencapai di atas Rp. 30.000.000,- per unit.

Pemenuhan kebutuhan untuk penambahan konfigurasi mesin di penggilingan padi Sinar Ginanjar adalah dengan melakukan kegiatan investasi, sehingga hal tersebut dapat membantu pemilik penggilingan padi meringankan beban biaya yang harus ditanggung untuk pemenuhan mesin-mesin penggilingan padi. Kegiatan investasi pada penggilingan padi masih sangat jarang dilakukan, umumnya para investor enggan untuk melakukan investasi pada penggilingan padi khususnya penggilingan padi skala besar. Hal tersebut dikarenakan untuk perluasan usaha penggilingan padi kecil menjadi penggilingan padi besar selain membutuhkan biaya yang lebih besar,hal lainnya diakibatkan oleh akses pada penggilingan padi tersebut dan risiko-risiko yang ditumbulkan.

Risiko-risiko yang umumnya ada seperti perolehan bahan baku gabah jika penggilingan padi tersebut tidak dekat dengan daerah produksi padi. Perolehan bahan baku gabah menimbulkan adanya risiko produksi berupa penurunan volume produksi di penggilingan padi yang di investasikan. Panen padi di Kabupaten Karawang pada umumnya dilakukan dua kali dalam satu tahun, termasuk di Kecamatan Kota Baru. Pada tahun 2008 luas panen padi sawah di Kabupaten


(25)

9 Karawang menurun dari 197.377 ha menjadi 191.261 ha dengan perincian : tanam padi 2 kali setahun seluas 188.223 ha, tanam padi 3 kali setahun 3.038 ha. Sementara padi gogo mengalami peningkatan luas panen dari 2.507 ha menjadi 3.275 ha.

Selain itu, investor juga harus menghadapi risiko harga berupa fluktuasi harga output yang dihasilkan baik berupa gabah kering panen maupun beras. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik mengenai Harga Gabah Kering Panen dan Harga Pokok Penjualan GKP yang dikeluarkan oleh BULOG pada tahun 2010 (Grafik 1) dan grafik mengenai harga beras (Grafik 2). Terlihat bahwa harga gabah kering panen tidak akan selalu pada posisi harga yang sama, sehingga hal tersebut mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran oleh pihak Penggilingan Padi Sinar Ginanjar.

Gambar 1.Grafik Harga Gabah Kering Panen dan Harga Pokok Penjualan Gabah Kering Panen Tahun 2007-2009

Sumber : BULOG, 2010

Risiko fluktuasi harga yang dihadapi oleh investor juga terjadi pada hasil pengilingan padi yaitu beras. Harga beras akan selalu mengalami perubahan Risiko lain yang harus dihadapi oleh investor adalah kenaikan harga bahan baku pada penggilingan padi yang diinvestasikan.


(26)

10 Gambar 2. Grafik Harga Beras dan Komoditas Lain Tahun 2007-2009

Sumber : BULOG, 2010

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa fluktuasi harga Gabah Kering Panen dan harga beras setiap bulannya dari tahun 2007 - 2009 selalu mengalami perubahan. Keseluruhan risiko yang ditimbulkan tersebut akan mempengaruhi tingkat pengembalian yang diinginkan oleh para investor.

Saat ini penggilingan padi Sinar Ginanjar sudah beroperasi sekitar 15 tahun dan telah memiliki investor untuk pengembangan skala usahanya. Namun melihat besarnya pemanfaatan modal dalam pengembangan penggilingan padi di Sinar Ginanjar, pemilik penggilingan padi serta investor membutuhkan suatu tinjauan untuk melihat besarnya pengembalian yang dihasilkan jika dilakukan investasi. Tinjauan investasi investor tersebut dilakukan pada penggilingan padi Sinar Ginanjar skala kecil sehingga keuntungan yang diperoleh akan digunakan untuk perluasan skala usaha penggilingan padi Sinar Ginajar menjadi penggilingan padi skala besar.

Untuk itu diperlukan suatu analisis yang disebut studi kelayakan usaha atau studi kelayakan proyek, yang melihat secara menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu usaha dalam memberikan manfaat sehingga risiko kerugian dimasa yang akan datang dapat dihindari ataupun diantisipasi (Husnan dan Muhammad, 2000). Kelayakan investasi tersebut dilihat pada saat penggilingan padi Sinar Ginanjar menggunakan konfigurasi mesin skala kecil, dan pada saat penggilingan padi Sinar Ginajar akan meningkatkan skala usahanya. Perhitungan atau penilaian tersebut dilakukan agar menghindari kerugian dalam


(27)

11 penanaman modal yang terlalu besar dan melihat sasaran dari kebijakan pemerintah dalam revitalisasi penggilingan padi. Selain itu, studi kelayakan investasi pada penggilingan padi di Kabupaten Karawang dilakukan untuk meminimalkan risiko dalam pengembangan usahanya.

Berdasarkan uraian diatas, dengan melakukan kegiatan kelayakan usaha maka dapat membandingkan tingkat keuntungan yang diperoleh pada kondisi normal dengan kondisi risiko. Dengan demikian, diharapkan hasil studi kelayakan usaha ini dapat memberikan informasi kepada para investor untuk menarik minatnya menanamkan modal pada usaha penggilingan padi. Berdasarkan kondisi yang dijelaskan pada uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan usaha pengusahaan penggilingan padi jika dilihat dari

aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek pasar?

2. Bagaimana kelayakan usaha pengusahaan penggilingan padi jika dilihat dari

aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, PBP)?

3. Bagaimana dampak kelayakan investasi usaha penggilingan padi jika adanya

risiko ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi berdasarkan aspek non

finansial

2. Menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi berdasarkan aspek

finansial pada kondisi tanpa risiko

3. Menganalisis tingkat risiko pada penggilingan padi berdasarkan risiko

produksi dan risiko harga.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan hasil yang diperoleh dapat berguna :


(28)

12

1. Bagi calon investor serta pengusaha penggilingan padi, digunakan sebagai

masukan dan pertimbangan pengusahaan penggilingan padi dalam menjalankan operasional serta membuat rencana kerja selanjutnya.

2. Bagi penulis, penelitian ini memberikan kesempatan lagi untuk belajar dan

menambah pengetahuan serta pengalaman dalam menerapkan ilmu-ilmu yang sudah diperoleh selama masa perkuliahan.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini ruang lingkup penelitian akan difokuskan pada penggilingan padi berskala kecil. Hal tersebut dikarenakan dominasi penggilingan padi di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota baru, Kabupaten Karawang adalah penggilingan padi kecil. Selain itu, batasan penelitian ini juga terkait risiko yang akan dikaji yaitu hanya risiko produksi dan harga.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Alat Pengolahan Padi

Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras, dan mesin pencacah kulit gabah. Berbagai macam alat pengolahan padi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Perontok Padi (Thresher )

Merupakan alat yang digunakan untuk merontokkan butiran padi dari tangkainya dan juga dapat digunakan untuk merontokkan kedelai maupun jagung. Berdasarkan penggeraknya thresher dibedakan atas :

a. Pedal Thresher, jika digerakkan oleh tenaga manusia

b. Power Thresher, jika digerakkan oleh tenaga mekanik (motor) 2. Pembersih Gabah (Paddy Cleaner)

Merupakan alat untuk memisahkan gabah dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan seperti potongan jerami, kerikil, dan benda-benda asing lainnya. 3. Pengering Padi (Dryer)

Merupakan alat yang dapat menurunkan kadar air gabah atau biji-bijian lainnya dengan menggunakan udara yang dipanaskan.

4. Pemisah kulit (husker)

Merupakan alat pengolah padi yang digunakan untuk mengupas kulit luar (sekam) gabah menjadi beras.

5. Penyosoh Beras Pecah Kulit (Polisher)

Alat yang berfungsi untuk menyosoh beras pecah kulit menjadi beras putih.

1.2. Penggilingan Padi

Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian mesin yang berfungsi untuk melakukan proses giling gabah, yaitu dari bentuk gabah kering giling sampai menjadi beras siap dikonsumsi. Umumnya sistem ini terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu husker, separator, dan polisher. Berdasarkan sejarahnya, sistem penggilingan padi pertama kali diproduksi di benua Eropa dengan mekanisme kerja sangat sederhana yang dinamakan mesin tipe Engelberg. Tipe


(30)

14 yang muncul berikutnya adalah tipe buatan Jepang. Tipe ini memiliki rancangan lebih sederhana dan setiap mesin saling terintegrasi satu sama lain. Pada awalnya Jepang hanya memproduksi untuk kebutuhan dalam negeri sendiri. Namun, karena tipe mesinnya relatif sederhana dan murah, penggilingan padi buatan Jepang banyak digemari di negara-negara penghasil padi, termasuk Indonesia (Patiwiri, 2008).

Konfigurasi atau susunan mesin pada Penggilingan Padi Kecil (PPK) umumnya terdiri dari husker dan polisher saja. Sedangkan pada Penggilingan Padi Menengah (PPM) atau Penggilingan Padi besar (PPB) mempunyai konfigurasi mesin yang lebih lengkap. PPK memiliki ciri konfigurasi sederhana yaitu terdiri dari Husker-Polisher (H-P). PPM memiliki konfigurasi

Cleaner-Husker-Separator-Polisher (C-H-S-P) dan PPB memiliki konfigurasi lengkap

Dryer – Cleaner – Husker – Separator – Polisher – Grader

(D-C-H-S-P-G). Berdasarkan data Persatuan Penggilingan Padi (PERPADI) pada tahun 2009 bahwa kinerja rendemen masing masing penggilingan adalah sebagai berikut (a) PPK memiliki kinerja rendemen rata rata sebesar 55.71 persen dengan kualitas beras kepala 74.25 persen dan broken 14.99 persen. (b) PPM memiliki kinerja rendemen 59.69 persen, deng n kualitas Beras Kepala 75.73 persen dan broken 12.52 persen. (c) PPB memiliki kinerja rendemen sebesar 61.48 persen dengan kualitas beras kepala 82.45 persen dan broken 11.97 persen.

Berdasarkan tingkat teknologi, penggilingan padi dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu penggilingan padi sederhana, kecil, besar, pengolahan padi terpadu, dan country elevator (Patiwiri, 2008)

1. Penggilingan padi besar (PPB)

Penggilingan padi besar (PPB) atau biasa disebut dengan rice miller

plant merupakan gabungan dari beberapa mesin yang juga berfungsi sebagai

pengolah gabah menjadi beras dengan kapasitas lebih dari 2 ton gabah kering giling per jamnya.

2. Penggilingan Padi Menengah/Sederhana (PPS)

Penggilingan padi sederhana (PPS) merupakan unit peralatan teknik yang berfungsi sebagai mesin pengolah gabah menjadi beras. Dikatakan sederhana karena teknologi yang digunakan sudah dikenal sejak


(31)

15 mulai adanya mesin penggilingan padi sederhana sampai saat ini secara turun-temurun tanpa mengalami perubahan berarti. Beberapa mesin PPS antara lain mesin tipe Engelberg dan kombinasi dari beberapa mesin khususnya husker, separator, dan polisher.

3. Penggilingan Padi Kecil (PPK)

Penggilingan padi kecil (PPK) merupakan gabungan dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras dengan kapasitas lebih kecil dari 2 ton per jam gabah kering giling. Sistem PPK ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tipe sederhana dan tipe lengkap.

4. Pengolahan Padi Terpadu (PPT)

Pengolahan padi terpadu merupakan gabungan unit proses pembersihan awal, pengeringan, penyimpanan, penggilingan, pengepakan yang satu sama lain dihubungkan dengan elevator, dengan kapasitas besar. Sistem PPT tergolong sangat komplek dan masing-masing pabrikan memiliki ciri khas tersendiri.

5. Country Elevator (CE)

Country elevator merupakan penggilingan padi terpadu yang

berlokasi di tengah sentra produksi padi dan terintegrasi dengan areal persawahan berskala besar, sehingga hasil panen padi langsung dibawa ke tempat pengolahan tersebut.

Menurut Sukowati (2001), dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling, diperoleh hasil samping berupa sekam (15-20 persen), dedak atau bekatul (8-12 persen) dan menir (± 5 persen). Pemanfaatan hasil samping tersebut masih terbatas, bahkan kadang-kadang menjadi limbah dan mencemari lingkungan terutama di sentra produksi padi pada saat musim penghujan. Secara umum hasil sampingan dari proses penggilingan padi yaitu:

1. Sekam adalah kulit paling luar dari gabah/padi. Sekam ini merupakan hasil pertama dari proses penggilingan atau beras pecah kulit (PK).

2. Dedak adalah campuran antara sekam yang tergiling halus dan bekatul yang masih kasar.


(32)

16 3. Bekatul adalah kulit paling luar dari beras dan kulit paling dalam dari sekam

yang sudah terkelupas melalui proses penggilingan.

4. Menir adalah beras yang hancur kecil-kecil karena proses penggilingan terhadap gabah yang dilakukan beberapa kali, patahan beras mencapai 1/3 bagian dari beras utuh.

1.3. Penelitian Terdahulu

Rosmawati (2007) melakukan kajian tentang analisis kelayakan investasi pengusahaan penggilingan padi dengan studi kasus beberapa penggilingan padi yang ada di Kabupaten Karawang. Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang dari sisi investasi baik untuk aspek non finansial maupun aspek finansial. Penelitian ini melakukan analisis terhadap aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial. Sedangkan untuk aspek finansial, peneliti melakukan kajian kelayakan dengan menganalisis NPV (Net

Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), IRR (Internal Rate Return) dan PP

(Payback Periode) untuk ketiga skala penggilingan padi yang diteliti. Berdasarkan

hasil perhitungan yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa pada penggilingan padi kecil (PPK) NPV sebesar Rp. 175.228.679, Net B/C adalah 2,4, IRR sebesar 33,59 persen dan waktu PP adalah 5 tahun 6 bulan. Pada penggilingan skala sedang (PPM), nilai NPV adalah sebesar Rp. 805.401.116, Net B/C adalah 2,1, IRR sebesar 31,18 persen dan waktu PP adalah 6 tahun 1 bulan. Sedangkan pada penggilingan padi skala besar (PPB) nilai NPV sebesar Rp.9.825.060.859, Net B/C adalah 3,1, IRR sebesar 43,35 persen dan waktu PP adalah 3 tahun 4 bulan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosmawati (2007), dapat diketahui bahwa penggilingan padi besar mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang sangat besar. Hal tersebut dikarenakan dukungan dari modal dan teknologi yang digunakan, sehingga mampu berproduksi secara optimal dan menghasilkan keuntungan yang besar. Pada penggilingan padi skala kecil, walaupun masih menunjukan kelayakan, akan tetapi nilai pengembalian yang diperolah jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan penggilingan padi skala


(33)

17 sedang. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh penggunaan teknologi oleh penggilingan padi skala kecil yaitu hanya dua mesin penggilingan dengan penggunaan mesin yang relatif sudah tua.

Arimanto (2008) melakukan penelitian mengenai analisis biaya dan kelayakan usaha penggilingan padi di kelompok tani Suka Tani, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian tersebut bertujuan untuk mempelajari proses produksi beras pada penggilingan padi kecil (PPK) dan menganalisis biaya dan kelayakan usaha penggilingan padi sehingga usaha tersebut dapat berjalan pada jalur yang tepat agar tidak mengalami kerugian. Selain itu penelitiannya juga bertujuan untuk melihat pengruh dari perubahan-perubahan yang mungkin terjadi melalui metode analisis sensitivitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis titik impas. Berdasarkan hasil penelitiannya, diketahui bahwa pengusahaan penggilingan padi yang diteliti layak untuk dikembangkan dengan nilai kriteria investasi seperti NPV sebesar Rp. 39.782.468,-, nilai IRR sebesar 43,78 persen dan B/C Ratio sebesar 2,57. Kelayakan penggilingan tersebut dikarenakan jumlah giling setiap tahunnya selalu tinggi. Adapun dalam perhitungan dengan analisis sensitivitas diketahui bahwa 3 variabel yang memiliki pengaruh cukup besar antara lain kenaikan harga bahan baku solar, kenaikan upah pekerja dan penurunan jumlah giling tahunan rata-rata.

Rosiana (2008) melakukan penelitian mengenai kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon zizanoid) pada kondisi risiko di Kabupaten Garut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha akarwangi di Kabupaten Garut dan menganalisis dampak adanya risiko volume produksi dan harga output terhadap kelayakan usaha akarwangi di Kabupaten Garut. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa peneliti melakukan kajian terhadap aspek-aspek finansial dan non finansial untuk melihat kelayakan usaha akarwangi. Kajian aspek non finansial terdiri dari aspek teknis, aspek pasar, aspek hukum, aspek sosial dan lingkungan. Sedangkan aspek finansial dilihat berdasarkan kriteria investasi dan penilaian investasi terhadap risiko,kriteria investasi tersebut antara lain NPV (Net Present Value), Net B/C (Net


(34)

18 NPV yang telah diperoleh dari hasil perhitungan peneliti, diketahui setiap risiko pada kondisi tertinggi, normal dan terendah akan didapatkan NPV yang diharapkan. Dalam hal ini, pendapatan petani dan penyulingan setiap bulannya akan diketahui dari nilai NPV yang diharapkan.

Selain NPV yang diharapkan, peneliti juga melakukan penilaian dan tingkat risiko yang terjadi pada pengusahaan akarwangi dapat dilihat dari standar deviasi dan koefisien variasi,kemudian dapat disimpulkan apakah pengusahaan akarwangi layak atau tidak untuk diusahakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosiana (2008), bahwa pengusahaan akar wangi ini memiliki tingkat risiko yang lebih besar pada gabungan antara risiko harga output dan risiko produksi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada kegiatan pengusahaan akar wangi, selain memiliki tingkat pengembalian yang cukup besar yaitu mencapai Rp.1.139.179 untuk kegiatan budidaya dan Rp.1.030.118.304 untuk kegiatan penyulingan,usaha ini juga memiliki risiko yang tinggi khususnya pada risiko produksi.

Sari (2010) melakukan penelitian mengenai kelayakan usaha peternakan sapi perah dengan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas pada kondisi risiko. Penelitian tersebut bertempat di Reaktor Skala 7 m3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aspek-aspek utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek teknis,aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,sosial ekonomi dan lingkungan serta finansial. Pada penelitian tersebut, peneliti melakukan kajian terhadap manfaat bersih tambahan yang dihasilkan dari usaha KUD Giri Tani. Usaha sapi perah berdasarkan penelitian merupakan salah satu usaha yang rentan terhadap risiko, baik risiko harga dari input maupun output. Selain itu risiko lain yang dihadapi adalah risiko produksi dari output yang dihasilkan. Risiko tersebut dapat mempengaruhi kelayakan dari usaha peternakan,sehingga perlu dilakukan suatu perhitungan secara finansial yakni dengan analisis skenario. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, seluruh aspek non finansial layak untuk dijalankan kecuali pada aspek lingkungan. Pada aspek lingkungan, usaha peternakan sapi perah belum layak untuk dijalankan karena limbah ternak yang dihasilkan belum dapat tertampung seluruhnya. Usaha peternakan sapi perah skala


(35)

19 besar secara finansial layak untuk dijalankan. Berdasarkan kriteria investasi nilai NPV menunjukan Rp.366.648.484,00 yang berarti usaha tersebut memberikan manfaat bersih sebesar Rp.366.648.484,00 selama umur usaha. Sementara itu nilai IRR sebesar 22,01 persen yang menunjukan besarnya tingkat pengembalian dari penanaman modal untuk investasi sebesar 23,01 persen dari modal yang diinvestasikan. Net B/C usaha ini sebesar 1,72 dimana setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan akan memberikan manfaat sebesar 1,72 satuan. Sedangkan waktu pengembalian dari nilai investasi adalah lima tahun satu bulan.

Riesti (2010) melakukan kajian tentang kelayakan usaha peternakan sapi perah dengan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas pada kondisi risiko. Penelitian tersebut bertempat di Reaktor Skala 5 m3

Penelitian terdahulu yang dikaji memiliki manfaat yang bisa diambil antara lain adalah penggunaan metode, lokasi penelitian, dan objek penelitian yang digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Adapun penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah objek penelitian yang sama penggilingan padi yang diteliti oleh Rosmawati (2007), dan Arimanto (2008). Selain itu, persamaan , KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dari aspek finansial dan aspek non finansial. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji dampak adanya risiko pada usaha peternakan sapi perah. Penelitian ini serupa dengan yang dilakukan oleh Sari (2010), namum memiliki perbedaan yaitu pada skala reaktor yang diteliti. Penelitian tersebut melakukan analisis untuk kelayakannya non finansial terhadap beberapa aspek yaitu, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial lingkungan. Pada aspek finansial peneliti melakukan analisis kelayakan dengan menggunakan NPV (Net

Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), IRR (Internal Rate Return) dan PP

(Payback Periode), serta perhitungan untuk Incremental Net Benefit. Penelitian

ini menghasilkan NPV sebesar Rp. 82.401.004,07, dengan demikian selama umur usaha peternakan sapi perah ini mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp.82.401.004,07. Penelitian ini juga memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi pada kegiatan produksi susu yaitu dengan nilai koefisien variasi sebesar 1,03.


(36)

20 lain dengan penelitian terdahulu adalah metode yang digunakan serta alat analisis kelayakan usaha yaitu judgment sampling dan kriteria kelayakan investasi seperti NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), IRR (Internal Rate Return) dan PP (Payback Periode) yang diteliti oleh Rosiana (2008), Arimanto (2009), Sari (2010) dan Riesti (2010).

Penelitian ini memiliki persamaan dengan terdahulu yaitu sama-sama meneliti objek penelitian dengan menggunakan analisis skenario untuk mengetahui kelayakan yang memiliki kondisi risiko dan penelitian tersebut dilakukan oleh Sari (2010), Riesti (2010) dan Rosiana (2008). Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian yang dilakukan oleh Rosmawati (2007) menganalisis kelayakan investasi pada pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang tidak pada kondisi risiko sedangkan penelitian ini menganalisis kelayakan investasi pada pengusahaan penggilingan padi pada kondisi risiko. Penelitian yang dilakukan oleh Arimanto (2008) memiliki perbedaan dalam penggunaan metode yang digunakan yaitu Metode Analisis Titik Impas sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan analsis sensitivitas.


(37)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis ialah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya (Kasmir dan Jakfar, 2003). Keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan finansial. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang melibatkan berbagai sumber daya yang terhimpun dalam wadah (organisasi) tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya atau mencapai sasaran tertentu. Studi kelayak bisnis adalah penelitian tentang dapat atau tidak suatu bisnis yang biasanya merupakan bisnis investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Muhammad, 2000).

Menurut Kadariah et al (1999) analisa bisnis bertujuan untuk memperbaiki pilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan terbatas. Oleh karena itu, perlu diadakan pemilihan alternatif berbagai bisnis yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas investasi. Studi kelayakan bisnis sangat diperlukan untuk menentukan apakah bisnis tersebut dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Untuk menentukan panjangnya umur bisnis, terdapat beberapa pedoman yang dapat menjadi acuan (Kadariah et a.,1999), antara lain :

1. Untuk ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari suatu asset. Yang dimaksud dengan umur asset ekonomis ialah jumlah tahun selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan.

2. Untuk bisnis-bisnis yang mempunyai investasi modal yang sangat besar, umur bisnis yang digunakan adalah umur teknis. Dalam hal ini, untuk bisnis-bisnis tertentu, umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena obsolenscence (ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru yang lebih efisien).


(38)

22 3. Untuk bisnis-bisnis yang umurnya lebih lama dari 25 tahun dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah itu jika di-discount dengan discount rate sebesar 10 persen keatas maka present valuenya sudah sangat kecil.

3.1.2. Biaya dan Manfaat

Menurut Gitinger (1986), secara sederhana biaya adalah suatu yang mengurangi suatu tujuan. Biaya tersebut dikeluarkan sebelum bisnis dimulai dan akan terus ada selama bisnis berlangsung. Sedangkan manfaat adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang menggunakan sejumlah biaya, atau segala sesuatu yang menambah tujuan. Untuk melakukan analisis bisnis, biaya dan manfaat yang diperhitungkan adalah biaya dan manfaat yang dapat diukur nilainya (tangible). Termasuk kedalam biaya tangible diantaranya adalah (1) biaya investasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memulai dan pada saat menjalankan usaha; (2) biaya operasional, yaitu biaya yang muncul ketika suatu usaha berjalan. Biaya ini termasuk biaya tetap dan biaya variable. Sedangkan yang termasuk kedalam manfaat tangible adalah penerimaan penjualan unit usaha.

Kadariah et al (1999) membagi benefit bisnis menjadi tiga, yaitu : direct

benefit,indirect benefit, dan intangible benefit. Direct benefit dapat berupa

kenaikan dalam output fisik atau kenaikan nilai output yang diakibatkan oleh adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi, perubahan waktu penjualan, penurunan kerugian dan penurunan biaya. Kenaikan dalam nilai output dapat disebabkan oleh kenaikan produk fisik, perbaikan mutu produk, perbaikan dalam lokasi dan waktu penjualan, dan perubahan dalam bentuk. Sedangkan penurunan biaya dapat berupa keuntungan dari mekanisasi, penurunan biaya pengangkutan, dan penurunan kerugian. Indirect benefit merupakan benefit yang dirasakan diluar bisnis karena adanya realisasi suatu bisnis. Indirect benefit terdiri dari multiplier

effect dari bisnis, benefit yang disebabkan karena adanya economic of scale, dari

benefit yang ditimbulkan karena adanya dynamic secondary effect berupa

perubahan dalam produktifitas tenaga kerja yang disesbkan oleh perbaikan kesehatan atau keahlian. Intangible benefit suatu bisnis adalah benefit yang sulit dinilai dengan uang, seperti perbaikan lingkungan hidup, perbaikan pemandangan


(39)

23 karena adanya suatu taman, perbaikan distribusi pendapatan, integrasi nasional, dan sebagainya.

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) suatu studi kelayakan bisnis umunya akan menyangkut tiga aspek, yaitu :

1. Manfaat ekonomis tersebut bagi bisnis itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial), yang berarti apakah bisnis itu dipandang cukup menguntungkan pabila dibandingkan dengan risiko bisnis.

2. Manfaat bisnis tersebut bagi negara tempat bisnis itu dilaksanakan (sering disebut juga sebagai manfaat ekonomi nasional), yang menunjukan manfaat bisnis tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.

3. Manfaat sosial bisnis bagi masyarakat sekitar bisnis tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan.

3.1.3. Aspek – Aspek Studi Kelayakan

Dalam menganalisis suatu bisnis, haruslah mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan bisnis dan siklus pelaksanaannya (Gittinger, 1986). Aspek-aspek yang termasuk dalam analisis usaha antara lain :

1) Aspek Teknis

Aspek teknis yaitu analisa yang berkaitan dengan input usaha dan

output berupa barang dan jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar

terhadap kelancaran jalannya usaha. Evaluasi ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis usaha, seperti karakteristik produk yang diusahakan, lokasi dimana usaha akan didirikan dan sarana pendukungnya, serta layout bangunan yang dipilih (Husnan dan Muhammad, 2000)

2) Aspek Institusional-organisasi-manajerial

Aspek ini berhubungan dengan penetapan institusi/lembaga bisnis yang harus mempertimbangkan pekerjaan-pekerjaan apa yang diperlukan untuk menjalankan operasi tersebut, persyaratan-persyaratan yang


(40)

24 diperlukan untuk bisa menjalankan pekerjaan-pekerjaan tersebut dan juga struktur organisasi yang akan dipergunakan dalam suatu bisnis.

3) Aspek Sosial

Aspek sosial mempertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Bisnis harus tanggap pada keadaan sosial dan dampak lingkungan yang merugikan. Pertimbangan mengenai aspek sosial dalam analisis bisnis penting untuk kelangsungan bisnis, sebab tidak ada bisnis yang bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan (Gittinger, 1986).

4) Aspek Pasar

Aspek pasar perlu dilakukan melihat dari banyaknya perusahaan baru yang muncul dan adanya kemungkinan memiliki jenis usaha yang sama. Aspek pasar menjadi mutlak untuk dianalisis agar tidak melakukan kegagalan dalam menajalankan usah. Menurut Kadirah, et al (1999), aspek komersial menyangkut penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan bisnis, baik waktu membangun bisnis maupun pada waktu bisnis sudah berproduksi, dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh bisnis. Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat – alat ini membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat- alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.

5) Aspek Finansial

Aspek finansial berhubungan dengan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu bisnis yang diusulkan terhadap para anggota yang tergabung didalam suatu bisnis. Aspek ini membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu bisnis. Kemudian dibuat suatu aliran kas, selanjutnya dinilai kelayakan investasi tersebut berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak untuk dijalankan dilihat dari aspek keuangan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi pada umumnya dapat


(41)

25 dilakukan melalui pendekatan Payback Periode (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).

3.1.4. Konsep Nilai Waktu Uang (Time value of money)

Investasi suatu unit usaha berkaitan dengan usaha dalam jangka waktu yang panjang. Uang memiliki nilai waktu, yaitu uang dihargai secara berbeda dalam jangka waktu yang berbeda. Konsep nilai waktu uang (Time value of

money) menyatakan bahwa uang yang diterima sekarang lebih berharga daripada

yang diterima kemudian. Atau niali sekarang adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (Gitinger, 1986).

Waktu mempengaruhi nilai uang, sehingga untuk membandingkan niali uang yang berbeda pada waktu penerimaan dan pengeluarannya perlu dilakukan penyamaan nilai uang tersebut dengan menggunakan tingkat diskonto (discount

rate). Hal ini bertujuan untuk melihat nilai uang dimasa yang akan datang (future

value) pada saat sekarang (present value). Menurut Husnan dan Muhammad,

(2000) nilai mata uang akan selalu mengalami penurunan, penyebabnya adalah karena adanya inflasi. Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin cepat penurunan nilai mata uang.

3.1.5. Kriteria Kelayakan Investasi

Analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dengan manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur bisnis (Husnan dan Muhammad, 2000). Tujuan analisis finansial dari suatu studi kelayakan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan analisis finansial dari suatu bisnis dapat menggunakan metode-metode atau kriteria-kriteria penilaian investasi. Melalui metode-metode ini dapat diketahui apakah suatu bisnis layak untuk dilaksanakan dilihat dari aspek profitabilitas komersialnya. Beberapa kriteria dalam menilai kelayakan suatu paling umum digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C) dan Pay Back Periode. Setiap metode ini


(1)

134

Uraian

Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Biaya pelumas 640.000 646.400 652.864 659.393 665.987 672.646 679.373 686.167 693.028 699.959 706.958 714.028 721.168 728.380 735.663 Biaya kuli angkut 4.400.000 4.444.000 4.488.440 4.533.324 4.578.658 4.624.444 4.670.689 4.717.396 4.764.570 4.812.215 4.860.337 4.908.941 4.958.030 5.007.610 5.057.687 Biaya Sewa Kendaraan 6.160.000 6.221.600 6.283.816 6.346.654 6.410.121 6.474.222 6.538.964 6.604.354 6.670.397 6.737.101 6.804.472 6.872.517 6.941.242 7.010.655 7.080.761 Total Biaya Variabel 515.358.000 587.343.280 599.090.146 611.071.949 623.293.387 635.759.255 648.474.440 661.443.929 674.672.808 688.166.264 701.929.589 715.968.181 730.287.545 744.893.295 759.791.161

Biaya Tetap - - - -

Biaya perawatan - - - -

a. Service Mesin - 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 b. Husker - 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 c. Polisher - 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 d.Motor Penggerak - 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 e.Ongkos Tukang - 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 Biaya listrik - 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000

Biaya Pajak - - - -

a. PBB - 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 Isi ulang alat pemadam kebakaran - 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000

Kir Timbangan - - - -

a. Timbangan duduk - 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 b. Timbangan gantung - 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 Biaya upah tenaga kerja - 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 Total Biaya Tetap - 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 Total Biaya Operasional - 571.128.000 643.113.280 654.860.146 666.841.949 679.063.387 691.529.255 704.244.440 717.213.929 730.442.808 743.936.264 757.699.589 771.738.181 786.057.545 800.663.295 815.561.161 Total Outflow 190.938.000 571.664.000 643.649.280 655.396.146 667.617.949 679.599.387 693.565.255 704.780.440 717.989.929 730.978.808 744.472.264 760.735.589 772.514.181 786.593.545 801.199.295 816.197.161 C. Tax 0 - 37.407.245 34.470.528 31.475.078 28.419.718 25.303.251 22.124.455 18.882.083 15.574.863 12.201.499 8.760.668 5.251.020 1.671.179 0 0 D. Deviden 0 7.560.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 E. Net Benefit ((A-B)-(C)-(D)) (160.938.000) (251.195.398) 112.391.168 103.581.019 94.354.667 85.428.587 74.579.187 66.542.798 56.575.681 46.894.022 36.773.930 23.951.436 15.682.492 5.182.970 (7.751.603) (13.208.969) F. Discount Faktor 12 % 1 0,892857143 0,797193878 0,711780248 0,635518078 0,567426856 0,506631121 0,452349215 0,403883228 0,360610025 0,321973237 0,287476104 0,256675093 0,22917419 0,204619813 0,182696261 G. Present Value (160.938.000) (224.281.606) 89.597.551 73.726.923 59.964.096 48.474.475 37.784.137 30.100.582 22.849.969 16.910.454 11.840.221 6.885.466 4.025.305 1.187.803 (1.586.131) (2.413.229) H. Present Value (-) (389.218.966)

I. Present Value (+) 403.346.982 J. NPV 14.128.016 K. Net B/C 1,04

L. IRR 13%


(2)

135

Lampiran 22. Arus Kas Penggilingan Padi Sinar Ginanjar Kondisi Risiko Harga Skenario Terburuk

Uraian

Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

A. INFLOW

1. Penerimaan Penggilingan Padi 319.820.602 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693

2. Nilai sisa 9.540.500

3. Sumber Dana -

TOTAL INFLOW - 319.820.602 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 785.383.693 794.924.193

B. OUTFLOW - - - -

Biaya Investasi - - - -

Mesin Penggilingan - - - -

a. Husker 40.000.000 - - - -

b. Polisher 30.000.000 - - - -

c. Separator 1.500.000 - - - 1.500.000 - - - - 1.500.000 - - - - Bangunan gedung dan perbaikannya 85.000.000 - - - - Lantai jemuran (16 m x 14 m) 30.000.000 - - - -

Timbangan - - - -

a. Timbangan duduk 1.500.000 - - - -

b. Timbangan gantung 400.000 - - - -

Meja tulis dan kursi 400.000 - - - -

Bak air 1.000.000 - - - 1.000.000 - - - -

Alat pemadam kebakaran (2.5 kg) 300.000 - - - -

Mesin Jahit 450.000 - - - -

Perlengkapan lainnya - - - -

a. Alat Tampung beras/Bak plastik

kecil 120.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 b. Drum air 140.000 - - - 140.000 - - - 140.000 - - - 140.000 - - - c. Tampi/Nyiru 10.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 d. Sapu lidi 18.000 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 36.000 e. serok 100.000 - - - 100.000 - - - 100.000 - - - 100.000 - - 100.000 Total Biaya Investasi 190.938.000 536.000 536.000 536.000 776.000 536.000 2.036.000 536.000 776.000 536.000 536.000 3.036.000 776.000 536.000 536.000 636.000

Biaya Variabel - - - -

Biaya bahan Baku Gabah 545.600.000 551.056.000 556.566.560 562.132.226 567.753.548 573.431.083 579.165.394 584.957.048 590.806.619 596.714.685 602.681.832 608.708.650 614.795.736 620.943.694 627.153.131

Biaya peralatan pendukung - - - -

a. Karung 7.040.000 7.110.400 7.181.504 7.253.319 7.325.852 7.399.111 7.473.102 7.547.833 7.623.311 7.699.544 7.776.540 7.854.305 7.932.848 8.012.177 8.092.298 b. Benang 1.848.000 1.866.480 1.885.145 1.903.996 1.923.036 1.942.267 1.961.689 1.981.306 2.001.119 2.021.130 2.041.342 2.061.755 2.082.373 2.103.196 2.124.228 Biaya bahan bakar mesin 15.840.000 15.998.400 16.158.384 16.319.968 16.483.168 16.647.999 16.814.479 16.982.624 17.152.450 17.323.975 17.497.214 17.672.187 17.848.908 18.027.398 18.207.672


(3)

136

Uraian

Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Biaya pelumas 640.000 646.400 652.864 659.393 665.987 672.646 679.373 686.167 693.028 699.959 706.958 714.028 721.168 728.380 735.663 Biaya kuli angkut 4.400.000 4.444.000 4.488.440 4.533.324 4.578.658 4.624.444 4.670.689 4.717.396 4.764.570 4.812.215 4.860.337 4.908.941 4.958.030 5.007.610 5.057.687 Biaya Sewa Kendaraan 6.160.000 6.221.600 6.283.816 6.346.654 6.410.121 6.474.222 6.538.964 6.604.354 6.670.397 6.737.101 6.804.472 6.872.517 6.941.242 7.010.655 7.080.761 Total Biaya Variabel 515.358.000 587.343.280 599.090.146 611.071.949 623.293.387 635.759.255 648.474.440 661.443.929 674.672.808 688.166.264 701.929.589 715.968.181 730.287.545 744.893.295 759.791.161

Biaya Tetap - - - -

Biaya perawatan - - - -

a. Service Mesin - 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 b. Husker - 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 c. Polisher - 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 d.Motor Penggerak - 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 e.Ongkos Tukang - 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 Biaya listrik - 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000 880.000

Biaya Pajak - - - -

a. PBB - 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 Isi ulang alat pemadam kebakaran - 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000

Kir Timbangan - - - -

a. Timbangan duduk - 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 b. Timbangan gantung - 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 Biaya upah tenaga kerja - 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 52.800.000 Total Biaya Tetap - 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 55.770.000 Total Biaya Operasional - 571.128.000 643.113.280 654.860.146 666.841.949 679.063.387 691.529.255 704.244.440 717.213.929 730.442.808 743.936.264 757.699.589 771.738.181 786.057.545 800.663.295 815.561.161 Total Outflow 190.938.000 571.664.000 643.649.280 655.396.146 667.617.949 679.599.387 693.565.255 704.780.440 717.989.929 730.978.808 744.472.264 760.735.589 772.514.181 786.593.545 801.199.295 816.197.161 C. Tax 0 - 33.291.245 30.354.528 27.359.078 24.303.718 21.187.251 18.008.455 14.766.083 11.458.863 8.085.499 4.644.668 1.135.020 0 0 0 D. Deviden 0 7.560.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 E. Net Benefit ((A-B)-(C)-(D)) (160.938.000) (259.403.398) 100.043.168 91.233.019 82.006.667 73.080.587 62.231.187 54.194.798 44.227.681 34.546.022 24.425.930 11.603.436 3.334.492 (9.609.852) (24.215.603) (29.672.969) F. Discount Faktor 12 % 1 0,892857143 0,797193878 0,711780248 0,635518078 0,567426856 0,506631121 0,452349215 0,403883228 0,360610025 0,321973237 0,287476104 0,256675093 0,22917419 0,204619813 0,182696261 G. Present Value (160.938.000) (231.610.177) 79.753.801 64.937.861 52.116.719 41.467.888 31.528.256 24.514.974 17.862.819 12.457.642 7.864.496 3.335.711 855.881 (2.202.330) (4.954.992) (5.421.140) H. Present Value (-) (405.126.640)

I. Present Value (+) 336.696.047 J. NPV (68.430.593) K. Net B/C 0,83

L. IRR 6%


(4)

137

Lampiran 23. Tingkat Risiko Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

Kondisi Risiko

Terbaik

Normal

Terburuk

NPV Yang Diharapkan

(Rp)

Standar Deviasi

Koefisien Variasi

Produksi

Peluang

0,08

0,08

0,08

259.662.572

388.618.762

1,50

NPV i (Rp)

1.138.014.178

630.318.189

(16.059.645)

Harga

Peluang

0,50

0,14

0,36

59.440.085

108.146.306

1,82


(5)

RINGKASAN

EKA NOVIANTI. Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada

Kondisi Risiko (Studi Kasus Di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar

Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat). Skripsi. Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di

bawah bimbingan TINTIN SARIANTI).

Pesatnya perkembangan pertumbuhan produksi padi telah menciptakan

pasar yang besar dan meluas bagi perkembangan dan pertumbuhan usaha jasa

penggilingan padi. Hal tersebut didukung dengan industri mesin penggilingan

padi yang semakin maju. Berdasarkan data Perhimpunan Penggilingan Padi

(PERPADI) tahun 2009, jumlah penggilingan padi di Indonesia sekitar 110.000

unit, sekitar 85 persen merupakan penggilingan padi kecil (PPK) dan sebagian

besar sudah berumur tua buatan tahun 1970 – 1980 an, sehingga rendemen dan

kualitas berasnya rendah termasuk Standar Nasional Indonesia (SNI) Mutu 4 dan

atau Mutu 5.Perkembangan produksi padi di Jawa Barat membawa perkembangan

yang cukup baik pula bagi pengusahaan penggilingan padi, salah satunya di

Kabupaten Karawang.

Saat ini penggilingan padi di Kabupaten Karawang didominasi oleh

penggilingan padi berskala kecil. Sinar Ginanjar merupakan penggilingan padi

berskala kecil yang berada di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru,

Kabupaten Karawang. Untuk meningkatkan rendemen beras di penggilingan padi

Sinar ginanjar sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal, maka

penggilingan padi Sinar Ginanjar harus melakukan penambahan konfigurasi

mesin penggilingan yang digunakan. Namun, untuk menarik investor

menanamkan modalnya di Penggilingan Padi Sinar Ginanjar, harus dilakukan

studi kelayakan investasi, sehingga diketahui apakah layak atau tidak

penggilingan padi Sinar Ginanjar dijalankan. Penentuan kelayakan tersebut

dilakukan melalui analisa secara mendalam terhadap aspek-aspek yang terkait,

seperti aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial dan lingkungan serta

aspek finansial, aspek finansial yang dilakukan melalui analisis kriteria investasi.

Layaknya sebuah usaha dalam bidang pertanian pada bidang pengolahan, usaha

penggilingan padi Sinar Ginanjar rentan terhadap risiko, baik itu risiko harga

maupun risiko produksi dari output yang dihasilkan. Risiko tersebut dapat

mempengaruhi kelayakan usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar. Untuk itu,

perlu dilakukan perhitungan dan dimasukan kedalam perhitungan finansial, yakni

dengan melakukan analisis skenario.

Berdasarkan uraian hasil analisis aspek pasar, pada aspek ini Penggilingan

Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan masih terbukanya

peluang untuk memasarkan output penggilingan ke berbagai pasar selain kepada

masyarakat sekitar. Peluang tersebut ada karena hasil kerjasama yang dilakukan

oleh pihak Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dengan penanam modal. Hambatan

dalam aspek pasar ini hanyalah ketersediaan bahan baku gabah yang tidak secara

kontinu ada. Berdasarkan hasil analisis teknis, dapat dikatakan bahwa secara

teknis usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dilaksanakan. Karena


(6)

Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sudah memenuhi syarat untuk menjadikan

penggilingan padinya sesuai dengan pengelolaan yang benar. Walaupun masih

menggunakan mesin penggilingan yang sudah tua dan terkadang tidak mengikuti

syarat-syarat yang baik dan benar untuk menjaga kualitas beras, seperti

menyimpan beras langsung diteras dan tidak adanya gudang penyimpanan secara

terpisah. Tidak terdapat kendala yang dapat menghambat kegiatan Penggilingan

Padi Sinar Ginanjar.

Pada aspek manajemen dan hukum Penggilingan Padi Sinar Ginanjar

layak untuk dijalankan. Karena Penggilingan Padi Sinar Ginanjar dalam

melakukan manajemen perusahaannya cukup baik, walaupun tidak memiliki

struktur organisasi yang baku layaknya sebuah perusahaan besar dan tidak

mengelola tenaga kerja berdasarkan pekerjaannnya. Dari sisi hukum,

Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sudah memenuhi persyaratan sebagai sebuah

perusahaan kecil yang diperkuat dengan Tanda Daftar Perusahaan, SIUP Kecil

dan Izin Undang-Undang Gangguan (HO). Kedua aspek tersebut memperkuat

Penggilingan Padi Sinar Ginanjar sebagai sebuah perusaahan yang siap dilakukan

tambahan oleh para investor. Berdasarkan hasil analisis aspek sosial dan

lingkungan, Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Hal

tersebut dikarenakan Penggilingan Padi Sinar Ginanjar mampu mengelola dengan

baik limbah sekam dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan

sekitarnya dengan adanya penggilingan padi disana.

Pada aspek finansial, usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar menunjukan

kelayakan, yakni dengan memperoleh nilai nilai NPV pada kondisi tanpa risiko

menghasilkan nilai sebesar Rp. 322.915.059. Hal tersebut menunjukan bahwa

manfaat bersih atau keuntungan yang diperoleh penggilingan padi Sinar Ginanjar

selama 15 tahun dengan tingkat diskonto 12 persen sebesar Rp. 322.915.059.

Nilai IRR yang diperoleh sebesar 28 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa

tingkat pengembalian dari invesatasi yang ditanamkan pada usaha penggilingan

padi Sinar Ginanjar sebesar 28 persen. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat

diskonto yang ditentukan yaitu sebesar 12 persen (IRR (28 persen) > 12 persen).

Sehingga berdasarkan kriteria penilaian investasi untuk IRR, usaha penggilingan

padi Sinar Ginanjar tanpa kondisi risiko layak untuk dilakukan investasi. Kriteria

kelayakan investasi berikutnya yaitu Net B/C, berdasarkan perhitungan nilai Net

B/C yang dihasilkan sebesar 1,83 menunjukan bahwa setiap satu satuan biaya

yang dikeluarkan untuk usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar akan memberikan

keuntungan sebesar 1,83 satuan. Berdasarkan kriteria penilaian investas apabila

nilai Net B/C lebih dari 1 (Net B/C (1,83) > 1) maka usaha tersebut layak untuk

dijalankan. Waktu pengembalian untuk investasi yang dilakukan adalah 3 tahun,

karena mengikuti asumsi dalam satu bulan hanya ada 8,8 bulan sehingga waktu

pengembalian mencapai 4 tahun 0,9 bulan. Usaha penggilingan padi Sinar

Ginanjar pada aspek finansial dengan kondisi risiko juga menunjukan kelayakan.

Pada risiko produksi, berdasarkan kriteria investasi, nilai NPV yang diharapkan

Usaha Penggilingan Padi mencapai Rp. 259.662.572, dengan nilai standar deviasi

mencapai 388.618.762 dan koefisien variasi sebesar 1,50. Sedangkan pada risiko

harga, nilai NPV yang diharapkan mencapai Rp. 59.440.085, dengan standar

deviasi sebesar 108.146.306 dan menghasilkan nilai koefisien variasi sebesar

1,82. Berdasarkan nilai koefisien variasi, tingkat risiko paling besar adalah pada

risiko harga.