Potensi Penurunan Simpanan Biomassa dan Karbon Akibat Kegiatan Penebangan dan Penyaradan

POTENSI PENURUNAN SIMPANAN BIOMASSA DAN KARBON
AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN

LEONI SUNANDAR PUTRI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Penurunan
Simpanan Biomassa dan Karbon Akibat Kegiatan Penebangan dan Penyaradan
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014

Leoni Sunandar Putri
NIM E14100124

ABSTRAK
LEONI SUNANDAR PUTRI. Potensi Penurunan Simpanan Biomassa dan
Karbon Akibat Kegiatan Penebangan dan Penyaradan. Dibimbing oleh UJANG
SUWARNA.
Pemanfaatan hutan yang tidak sesuai dengan pengelolaan hutan secara
lestari dapat menimbulkan kerusakan akibat kegiatan penebangan dan penyaradan.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung potensi penurunan simpanan biomassa
dan karbon akibat kegiatan penebangan dan penyaradan, dengan membuat 10 plot
berukuran 100 m x 100 m (1 ha). Perhitungan potensi penurunan biomassa dan
karbon ini dengan menggunakan persamaan alometrik yaitu B = 0.2792 D2.53Tbc0.332
dan C = 0.1503 D2.57Tbc-0.357 (Wulansih 2012). Simpanan biomassa dan
karbon sebelum pemanenan adalah sebesar 159.91 ton/ha dan 91.21 ton C/ha.
Penurunan simpanan biomassa yang terjadi akibat menebang 7 phn/ha adalah
46.57 ton/ha atau sebesar 29.30%. Sehingga di lapangan masih terdapat simpanan

biomassa tegakan tinggal sebesar 112.34 ton/ha atau sebesar 70.70% dari
simpanan biomassa awal. Penurunan simpanan karbon yang terjadi akibat
menebang 7 phn/ha adalah 27.41 ton C/ha atau sebesar 29.90%. Sehingga di
lapangan masih terdapat simpanan karbon tegakan tinggal sebesar 63.79 ton C/ha
atau sebesar 70.10% dari simpanan karbon awal.
Kata Kunci : Biomassa, Karbon, Penebangan, Penyaradan

ABSTRACT
LEONI SUNANDAR PUTRI. The Potential of Biomass and Carbon Stock
Decrease as an Impact of Felling and Skidding Activities. Supervised by UJANG
SUWARNA.
The use of forest which does not correspond well to sufficient preserving
management tends to cause damage due tofelling and skidding activities.
Therefore, the research is aimed to calculating the potential of biomass and carbon
stock decrease as the impact of felling and skidding activities, by making ten 100
m x 100 m (1 ha) plots. The calculation of the potential of biomass and carbon
stock decrease employed an allometric equation, formulated as B = 0.2792
D2.53Tbc-0.332and C = 0.1503 D2.57Tbc-0.357 (Wulansih 2012). The biomass and
carbon supply prior to harvest is 159.91 ton/ha and 91.21 ton C/ha. The decrease
of biomass emergent in 7 tree/ha appeared to be 46.57 ton/ha, tantamount to

29.30%. It then kept stock for biomass in the forest remain in the number of
112.34 ton/ha or respectively 70.70% as opposed to the preliminary biomass.
Meanwhile, the decrease of carbon supply in regard to 7 tree/ha resulted in 27.41
ton C/ha, or equivalent as 29.90%. Eventually, there was only 63.79 ton C/ha or,
in percentage, 70.10% carbon stock in the forest remaining.
Keywords: Biomass, Carbon, Felling, Skidding

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

POTENSI PENURUNAN SIMPANAN BIOMASSA DAN KARBON
AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN


LEONI SUNANDAR PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Potensi Penurunan Simpanan Biomassa dan Karbon Akibat
Kegiatan Penebangan dan Penyaradan
Nama
: Leoni Sunandar Putri
NIM
: E14100124


Disetujui oleh

Dr Ujang Suwarna, SHut MScFTrop
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini ialah biomassa dan karbon, dengan judul Potensi Penurunan
Simpanan Biomassa dan Karbon Akibat Kegiatan Penebangan dan Penyaradan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ujang Suwarna SHut,
MScFTrop selaku pembimbing yang telah banyak memberi pengetahuan,

bimbingan, saran dan nasehat kepada penulis. Segenap pimpinan, direksi, staf
serta karyawan PT Dasa Intiga yang telah menyediakan lokasi dan fasilitas serta
membantu proses pengumpulan data selama penelitian.
Di samping itu, penulis sampaikan ungkapan terima kasih kepada kedua
orang tua (Nanang Sunandar Wasmin & Mintarsih), Lody Sunandar Putra, Haekal
Awal yang telah memberikan doa dan kasih sayang serta dukungan moril dan
materil kepada penulis. Teman-teman bimbingan yaitu Reinaldo, Septi, Meta dan
sahabat-sahabat Dyah, Ovita, Andita, Fitha, Winda L, Trisna dan Afdhal. Serta
seluruh keluarga dan rekan-rekan Fakultas Kehutanan IPB khususnya temanteman Manajemen Hutan 47 atas segala doa, bantuan dan kasih sayangnya.
Semoga penelitian ini bermanfaat serta menambah pengetahuan bagi semua.

Bogor, Desember 2014

Leoni Sunandar Putri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODE

3

Waktu dan Tempat Penelitian

3


Bahan

4

Alat

4

Prosedur Pengambilan Data

4

Prosedur Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6


Kondisi Umum Lokasi Penelitian

6

Kegiatan Pemanenan Kayu di Areal IUPHHK-HA PT Dasa Intiga

7

Potensi Tegakan di Areal IUPHHK-HA PT Dasa Intiga

8

Potensi Biomassa dan Karbon Sebelum Pemanenan

8

Jumlah Biomassa dan Karbon yang Hilang Akibat Pemanenan

12


Pengaruh Intensitas Tebang Terhadap Biomassa dan Karbon yang Hilang

14

Potensi Biomassa dan Karbon Setelah Pemanenan

16

SIMPULAN DAN SARAN

19

Simpulan

19

Saran

20

DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1 Kerapatan tegakan awal berdasarkan kelompok jenis dan kelas diameter
2 Simpanan biomassa dan karbon sebelum pemanenan pada plot
penelitian
3 Potensi biomassa dan karbon berdasarkan kelompok jenis
4 Potensi biomassa dan karbon berdasarkan kelas diameter
5 Jumlah biomassa dan karbon yang hilang akibat pemanenan
6 Jumlah biomassa dan karbon yang hilang berdasarkan kelompok jenis
7 Jumlah biomassa dan karbon yang hilang berdasarkan kelas diameter
8 Pengaruh intensitas tebang terhadap biomassa dan karbon yang hilang

8
9
10
10
12
13
13
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Desain plot contoh
Peta areal kerja PT Dasa Intiga
Potensi biomassa dan karbon berdasarkan kelas diameter
Pengaruh intensitas tebang terhadap biomassa dan karbon yang hilang
Simpanan biomassa sebelum dan setelah kegiatan pemanenan
Perubahan simpanan biomassa sebelum dan setelah pemanenan
Simpanan karbon sebelum dan setelah kegiatan pemanenan
Perubahan simpanan karbon sebelum dan setelah pemanenan

4
7
11
15
16
17
18
18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata biomassa per pohon berdasarkan kelas diameter
2 Rata-rata karbon per pohon berdasarkan kelas diameter
3 Peta plot penelitian petak BJ 21

23
24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya. Di dalam hutan tidak saja menghasilkan produk
seperti kayu dan non kayu, namun hutan juga mempunyai manfaat lain seperti
pencegah bahaya erosi, menjaga sumber daya air dan juga penyerapan karbon.
Selain itu, hutan dapat menyediakan lahan untuk kebutuhan manusia dan
memelihara keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. Hutan juga memberi
manfaat secara ekonomi dan juga manfaat konservasi.
Dalam pemanfaatan hutan yang tidak sesuai dengan pengelolaan hutan
secara lestari dapat menimbulkan kerusakan akibat kegiatan pemanenan seperti
penebangan dan penyaradan. Hasil kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan
pemanenan yaitu pohon yang rusak berat pada saat penebangan dan penyaradan.
Hal ini dapat menyebabkan biomassa dan karbon akan hilang dari dalam tegakan
hutan tersebut. Besarnya jumlah karbon yang hilang ini dapat menimbulkan
pemanasan global. Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata
permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca. Pemanasan
global akan diikuti dengan perubahan iklim, seperti meningkatnya curah hujan di
beberapa daerah yang menimbulkan banjir, erosi dan tanah longsor.
Salah satu unsur alam yang mampu menyerap karbon dioksida (CO2)
dalam jumlah banyak adalah hutan. Hutan menyerap karbon dioksida (CO2) yang
ada di atmosfer melalui proses fotosintesis, dengan menghasilkan O2, energi dan
menyimpannya dalam bentuk biomassa. Karbon yang disimpan dalam biomassa
hutan yang merupakan hasil dari fotosintesis mewakili karbon yang diserap dari
atmosfir. Biomassa di dalam hutan meliputi biomassa atas permukaan tanah,
biomassa bawah permukaan bawah, bahan organik mati dan karbon organik tanah
(Sutaryo 2009).
Upaya penurunan emisi karbon pada sektor kehutanan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, pengurangan emisi tidak hanya dapat meningkatkan
serapan melalui berbagai program membangun hutan tetapi juga dapat dilakukan
dengan menjaga dan mempertahankan stok karbon yang ada. Ada tiga cara untuk
menurunkan emisi karbon (Brown 1997) : (1) carbon conservation yaitu
pengendalian karbon dengan cara mengkonservasi cadangan/stok karbon yang
sudah ada di vegetasi hutan dan tanah; (2) carbon sequerstration yaitu
meningkatkan jumlah penyerapan karbon yaitu dengan cara menambah simpanan
karbon di vegetasi; dan (3) carbon substitution yaitu pengolahan biomassa untuk
menggunakan produk yang dapat diperbaharui (energi biomassa).
Sesuai dengan pernyataan Brown (1997) yang mengatakan bahwa
biomassa hutan memiliki stok karbon yang cukup potensial yaitu hampir 50% dari
biomassa vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon, unsur tersebut dapat dilepas
ke atmosfer dalam bentuk CO2.

2

Dengan demikian, penelitian ini adalah salah satu penelitian terhadap
potensi penurunan simpanan biomassa dan karbon akibat kegiatan penebangan
dan penyaradan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung potensi penurunan simpanan
(stock) biomassa dan karbon akibat kegiatan penebangan dan penyaradan di areal
IUPHHK-HA PT Dasa Intiga, Provinsi Kalimantan Tengah.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi
bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya dan dapat memberikan
manfaat mengenai potensi penurunan simpanan biomassa dan karbon akibat
kegiatan penebangan dan penyaradan di areal IUPHKK-HA PT Dasa Intiga,
Provinsi Kalimantan Tengah yang nantinya dapat digunakan oleh pihak-pihak
yang membutuhkan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah biomassa dan karbon yang terdapat
pada pohon pada tingkat tiang dan pohon dengan membuat plot contoh sebanyak
10 plot yang masing-masing berukuran 100 m x 100 m (1ha).

TINJAUAN PUSTAKA
Biomassa
Biomassa adalah jumlah total bahan organik hidup di atas tanah dalam
pohon yang dinyatakan dalam berat kering oven dalam ton per unit area. Jumlah
biomassa dalam hutan merupakan selisih antara produksi melalui fotosintesis dan
konsumsi melalui respirasi. Data dan informasi mengenai biomassa suatu
ekosistem menunjukan tingkat produktivitas ekosistem tersebut.
Dari segi ekologi, data biomassa hutan berguna untuk mempelajari aspek
fungsional dari suatu ekosistem hutan seperti produksi primer, siklus hara dan
aliran energi. Dari segi manajemen hutan secara praktis, data biomassa hutan
sangat penting untuk perencanaan pengusahaan khususnya dalam penetapan
tujuan manajemen pengelolaan hutan (Suhendang 2002).
Menurut Brown (1997) biomassa adalah jumlah total bahan organik hidup
di atas tanah dari pohon termasuk daun, ranting, cabang, batang utama dan kulit
yang dinyatakan dalam berat kering oven per unit luas. Selanjutnya Kusmana
(1993) menyatakan biomassa disusun terutama oleh senyawa karbohidrat yang

3

terdiri dari unsur karbon dioksida, hidrogen dan oksigen. Biomassa tegakan
dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, komposisi dan struktur tegakan hutan,
komposisi dan stuktur tegakan, sejarah perkembangan vegetasi.
Biomassa dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu biomassa di atas
permukaan tanah atau above ground biomass dan biomassa di bawah permukaan
tanah atau below ground biomass. Biomassa di atas permukaan tanah adalah
semua materi hidup di atas permukaan, seperti batang, tunggul, cabang, kulit,
kayu, biji dan daun dari vegetasi baik dari strata pohon maupun dari strata
tumbuhan bawah dilantai hutan, sedangkan biomassa di bawah permukan tanah
adalah semua biomassa dari akar tumbuhan yang hidup (Sutaryo 2009).

Karbon
Dalam siklus karbon, tanaman melalui fotosintesis menggunakan energi
sinar matahari untuk mereaksikan CO2, dari udara dengan air untuk memproduksi
karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat yang terbentuk disimpan dalam tanaman
dan oksigen dilepaskan ke atmosfer. Jika tanaman teroksidasi melalui
dekomposisi alami, dibakar dan dikonsumsi oleh hewan, oksigen di absorbsi dari
udara dan CO2 akan dilepaskan kembali ke atmosfer (Fardiaz 1995).
Umumnya karbon menyusun 45-50% berat kering dari pertumbuhan.
Sejak reaksi lain karbon dioksida meningkat secara global di atmosfer, diketahui
sebagai masalah lingkungan, berbagai ekolog tertarik untuk menghitung jumlah
karbon yang tersimpan di hutan. Hutan tropika mengandung biomassa dalam
jumlah besar dan oleh karena itu hutan tropika dapat menyediakan simpanan
penting karbon. Kegiatan deforestrasi menghasilkan emisi tahunan yang tinggi
dan memberikan kontribusi yang besar terhadap efek rumah kaca. Emisi gas
terbesar yang dihasilkan dari kegiatan deforestrasi adalah CO2. Karbon tersimpan
dalam bahan yang sudah mati seperti serasah, batang pohon yang jatuh ke
permukaan tanah dan sebagai material sukar lapuk di dalam tanah (Whitmore
1985).
Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), jumlah C (karbon) tersimpan antar
lahan berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang
ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya. Penyimpanan C di suatu lahan
menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, atau dengan kata lain
jumlah C tersimpan di atas tanah (biomassa tanaman) ditentukan oleh besarnya
jumlah C tersimpan di dalam tanah (bahan organik tanah).

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian mengenai potensi simpanan biomassa dan karbon hutan ini
dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2014 pada petak BJ 21 di Areal
IUPHHK-HA PT Dasa Intiga, Provinsi Kalimantan Tengah.

4

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta areal kerja, data
tegakan pada petak BJ 21 di Areal PT Dasa Intiga, label dan cat kayu.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita meter untuk mengukur
dalam pembuatan jalur/plot, phiband dan pita ukur untuk mengukur diameter
pohon, Haga Hypsometer untuk mengukur tinggi pohon, tali tambang untuk
menandai petak ukur, patok untuk menandai batas-batas plot pengukuran, alat
tulis, tally sheet untuk merekap data dan kamera digital. Seperangkat computer
pribadi yang dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft Office (Word dan
Excel), Software Minitab serta pemetaan Arc GIS 9.3 dan Arc View 3.2.
Prosedur Pengambilan Data
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuran dilapangan.
Data tersebut adalah berupa data Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan
(ITSP) yaitu jenis pohon, jumlah, Tinggi Bebas Cabang (Tbc), tinggi total dan
diameter (Dbh) pohon pada tingkat tiang dan pohon.
Selain data primer data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan data Laporan Hasil Cruising (LHC) pada petak BJ 21,
peta pohon dan meliputi keadaan umum lokasi penelitian seperti letak, luas dan
keadaan fisik lingkungan (keadaan tanah, iklim dan curah hujan) yang diperoleh
dari dokumen-dokumen yang terdapat di PT Dasa Intiga.

100 m

Bentuk dan Ukuran Plot Contoh
Pembuatan plot contoh yang digunakan berbentuk bujur sangkar, jumlah
plot yang digunakan adalah 10 buah dengan luas tiap plot adalah 100 m x 100 m
(Gambar 1).
100 m

Gambar 1 Desain plot contoh

5

Keterangan :
: Subplot (20 m × 20 m) untuk mengukur pohon D ≥ 20 cm
: Sub subplot (10 m ×10 m) untuk mengukur pohon D 10-19 cm
: Jalur rintis

Prosedur Analisis Data
Penghitungan potensi biomassa dan karbon hutan dengan menggunakan
data tegakan yang dilakukan pada kegiatan ITSP yang telah diperoleh dilapangan.
Cara yang pertama adalah dengan menghitung biomassa dari setiap pohon dengan
menggunakan persamaan alometrik lokal (Wulansih 2012) yaitu:
B= 0.2792 D2.53Tbc -0.332
Lalu cara kedua adalah dengan menghitung karbon dari setiap pohon dengan
menggunakan persamaan alometrik lokal (Wulansih 2012)yaitu :
C= 0.1503 D2.57 Tbc -0.357
Keterangan

:B
= Biomassa (ton/phn)
C
= Karbon (ton C/phn)
D
= Diameter (cm)
Tbc = Tinggi Bebas Cabang (m)
Persamaan alometrik tersebut adalah untuk menghitung biomassa dan
karbon yang terkandung dalam tumbuhan berupa akar, batang, cabang, ranting
dan daun. Pohon contoh yang digunakan untuk menentukan persamaan alometrik
ada 40 pohon contoh yang memiliki diameter dari 6.15-9.72 cm. Pemilihan
persamaan alometrik tersebut karena dilihat dari kesamaan kondisi umum tempat
penelitian dan ekosistem hutan seperti geologi dan jenis tanah, iklim dan jenis
pohon.
Data diameter dan tinggi bebas cabang hasil pengukuran pada plot contoh
kemudian dimasukkan ke dalam persamaan alometrik lokal tersebut sehingga
diperoleh potensi biomassa dan karbon pada setiap plot contoh. Karena hasil
perhitungan biomassa dan karbon masih dalam satuan Kg, pada setiap plot contoh
jumlah total biomassa dan karbon dibagi 1000 agar satuan biomassa dan karbon
dalam bentuk ton/ha dan ton C/ha. Hasil perhitungan simpanan biomassa dan
karbon sebelum pemanenan dikurang dengan hasil jumlah biomassa dan karbon
yang hilang akibat pemanenan yaitu total dari pohon ditebang, rusak tebang dan
rusak sarad.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Areal kerja IUPHHK pada Hutan Alam PT Dasa Intiga adalah seluas 131
850 Ha yang diperoleh dari beberapa tahap perijinan yaitu :
1. SK Menhut No 258/ KPTS/ Um/ 4/ 1970 tanggal 29 April 1970 dengan luas
areal 272000 Ha
2. SK Menhut No 422/ Menhut-IV/ 1993 tanggal 27 Februari 1993 dengan
luas areal 189 200 Ha
3. SK Menhut No 77/ KPTS-II/ 2000 tanggal 22 Desember 2000 dengan luas
areal 170 100 Ha
4. SK Menhut No 440/ Menhut-II/ 2009 tanggal 29 Juli 2009 dengan luas
areal 131 850 Ha
(PT Dasa Intiga 2012)
Secara geografis terletak pada koordinat 00o46’-01o33’ LU dan 114o17’114 39’ BT, termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Kapuas Tengah dan
Timpah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Areal tersebut berada
pada kelompok Hutan S. Kuatan-S. Hyang dan termasuk dalam wilayah DAS
Kapuas (Sub DAS Kuatan dan Sub DAS Hyang).
Batas-batas areal kerja PT Dasa Intiga yaitu sebelah utara berbatasan dengan
IUPHHK-HA PT Pandu Jaya Gemilang Agung, sebelah selatan berbatasan
dengan Eks IUPHHK-HA PT Batarung, sebelah timur berbatasan dengan
IUPHHK-HA PT Bina Multi Alamlestari, IUPHHK-HA PT Sinergi Hutan Lestari,
IUPHHK-HA PT Tingganga Karya Mandiri dan IUPHHK-HT PT Perintis
Adiwarna dan sebelah barat berbatasan dengan Hutan Lindung.
Berdasarkan peta tanah Provinsi Kalimantan Tengah, areal kerja PT Dasa
Intiga termasuk dalam tanah mineral. Berdasarkan jenisnya, tanah-tanah di
wilayah ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis ordo, yaitu podsolik merah kuning
dan podsol. Jenis tanah yang mendominasi adalah tanah podsolik merah kuning
dengan perbandingan tanah podsolik merah kuning sebesar 77.4% dan tanah
podsol sebesar 22.6%.
Kondisi geologi PT Dasa Intiga secara umum mempunyai bentuk wilayah
datar sampai landai dengan kelas kelerengan 0-15%. Ketinggian tempat berkisar
antara 100-300 mdpl.
Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951), iklim di sekitar
areal kerja termasuk dalam tipe iklim A (sangat basah) dimana rasio bulan kering
dengan bulan basah menunjukkan bilangan yang relatif dengan nilai Q=9. Curah
hujan rata-rata tahunan sebesar 2183 mm dengan jumlah hari hujan 144 hari,
sedangkan rata-rata curah hujan bulanan adalah 182 mm dengan jumlah hari hujan
rata-rata 12 hari.
o

7

Gambar 2 Peta areal kerja PT Dasa Intiga
Kegiatan Pemanenan Kayu di Areal IUPHHK-HA PT Dasa Intiga
Pemanenan hasil hutan adalah kegiatan pengelolaan hutan yang pada
dasarnya merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk mengubah
pohon dari hutan dan memindahkan ke tempat penggunaan. Kegiatan pemanenan
hasil hutan kayu yang dilakukan pada PT Dasa Intiga adalah sistem pemanenan
secara mekanis. Secara garis besar kegiatan pemanenan yaitu dimulai dari
kegiatan penebangan, pembagian batang, penyaradan, muat dan bongkar
pengumpulan log dan pengukuran di TPn, pengangkutan dan penimbunan kayu di
TPK atau Logpond.
Proses penebangan di PT Dasa Intiga dilakukan oleh regu chainsaw dengan
sistem borongan. Operator chainsaw dibantu oleh seorang helper. Sebelum
kegiatan penebangan biasanya operator melihat keadaan pohon untuk menentukan
boleh atau tidaknya pohon tersebut ditebang.
Kegiatan penyaradan yang dilakukan di areal PT Dasa Intiga dilakukan
dengan menggunakan bulldozer. Pohon yang sudah ditebang dari dalam hutan
akan disarad menuju TPn yang berada di pinggir jalan angkutan dengan
menggunakan bulldozer.
Sebelum diangkut menuju ke TPK, kayu akan diukur terlebih dahulu
kemudian dilaporkan dalam bentuk buku LHP (Laporan Hasil Produksi). Setelah
buku LHP selesai maka dilakukan kegiatan muat kayu ke atas Logging Truck
untuk diangkut ke TPK. PT Dasa Intiga memiliki dua TPK antara yaitu TPK 19
dan TPK 37. Kayu yang sudah diletakkan di TPK antara akan diangkut menuju
TPK akhir yaitu Logpond Pepas. Pada Logpond Pepas dilakukan pengecekan
kondisi kayu yang akan dibeli oleh pembeli.

8

Potensi Tegakan di Areal IUPHHK-HA PT Dasa Intiga
Jenis pohon yang ditemukan pada plot penelitian sebagian terdapat pada
buku LHC seperti Balau (Shorea maxwelliana king), Keruing (Dipterocarpus
crimitus dyer), Meranti (Shorea sp), Kapur (Dryobalanops aromatica), Jabon
(Anthocephalus cadamba), Bintangur (Calophyllum inophyllum), Ulin
(Eusideroxylon zwageri), Rengas (Gluta renghas), Nyatoh (Palaquium sp),
Geronggang (Cratoxylon arborescens), Terentang (Campnosprema auriculatum).
Potensi tegakan berdasarkan kelompok jenis dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kerapatan tegakan awal berdasarkan kelompok jenis dan kelas diameter
Jumlah Pohon (N) dan Volume (V) Pada Tiap Kelas Diameter
10-19 cm
20-29 cm
30-39 cm
40-49 cm
N
V
N
V
N
V
N
V
Meranti
228 40.27 25
11.89
15 15.94 12 24.31
Rimba Campuran 100 18.26 20
7.32
13
8.89
2
3.04
Dilindungi
14
1.92
1
1.01
2
2.41
2
3.23
Seluruh Jenis
342 60.45 46
20.22
30 27.23 16 30.58
Kelompok Jenis

Keterangan

≤ 50 cm
N
V
11 49.56
1
6
1
3.01
13 58.57

Total
N
291
136
20
447

V
141.97
43.51
11.56
197.04

: N (phn/ha)
V (m3/ha)

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa kelas diameter 10-19 cm mendominasi
kerapatan tegakan dengan rata-rata 342 phn/ha dan terus menurun pada kelas
diameter seterusnya. Menurut Muhdin (2012), jumlah semua jenis pohon dengan
diameter 10 cm up pada setiap PUP (Petak Ukur Permanen) yang berukuran 1 ha
bervariasi antara 113-607 phn. Kelompok jenis meranti yang mendominasi
dengan jumlah pohon sebanyak 291 phn/ha, lalu kelompok jenis rimba campuran
memiliki jumlah pohon 136 phn/ha dan kelompok jenis kayu yang dilindungi
memiliki jumlah kerapatan pohon terkecil yaitu 20 phn/ha. Pada kelompok jenis
meranti mendominasi pada diameter 10-19 cm dengan jumlah 228 phn/ha, kelas
diameter 20-29 cm sebesar 25 phn/ha, kelas diameter 30-39 cm sebesar 15 pohon
/ha, kelas diameter 40-49 cm sebesar 12 phn/ha dan kelas diameter ≥ 50 cm
sebesar 11 phn/ha.

Potensi Biomassa dan Karbon Sebelum Kegiatan Pemanenan
Kegiatan penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan
kayu. Tujuan penebangan adalah untuk mendapatkan bahan baku untuk keperluan
industri perkayuan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik. Pada kegiatan
penebangan ini dapat menimbulkan kerusakan pada pohon-pohon di sekitar pohon
yang akan ditebang, walaupun sudah dibuat takik rebah dan takik balas pada saat
sebelum diakukan kegiatan penebangan.

9

Hasil perhitungan biomassa dan karbon yang diperoleh dibedakan
berdasarkan tingkat vegetasi yaitu tingkat vegetasi tiang dan tingkat vegetasi
pohon yang disajikan dalam bentuk biomassa dan karbon per ha. Untuk
menghitung potensi biomassa dan karbon ini menggunakan persamaan alometrik.
Hasil perhitungan potensi biomassa dan karbon dapat dilihat pada Tabel 2
dibawah ini.
Tabel 2 Simpanan biomassa dan karbon sebelum pemanenan pada plot penelitian
Potensi per ha
No Plot
N
1
320
2
368
3
356
4
408
5
344
6
284
7
296
8
336
9
332
10
372
Rata-Rata
342
Keterangan

Tiang
V
B
C
N
62.45
35.42
19.94 111
67.29
44.59
25.20 112
65.60
27.35
15.40
89
50.35
44.70
25.40 124
64.37
42.49
24.03
83
54.52
14.73
8.31
85
52.91
30.39
17.10 133
62.03
35.79
20.40 115
54.04
30.84
17.33 106
70.93
41.14
23.15
92
60.45
34.74
19.63 105
: N = Jumlah Pohon (phn/ha)
V = Volume (m3/ha)
B = Biomassa (ton/ha)
C = Karbon (ton C/ha)

Pohon
V
129.56
139.84
129.00
109.18
123.37
114.82
170.14
168.94
132.81
148.26
136.59

B
128.50
151.49
101.16
122.67
105.54
98.86
150.06
141.12
114.47
127.81
124.17

C
76.07
88.74
65.91
71.68
56.24
57.94
88.35
82.33
53.58
74.95
71.58

Kegiatan ITSP (Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan) dilakukan
untuk mengetahui potensi tegakan hutan sebelum dilakukannya penebangan. Pada
Tabel 2 menunjukan hasil ITSP plot penelitian menunjukkan rata-rata kerapatan
pohon pada tingkat pohon dengan diameter 10-19 cm sebesar 342 phn/ha dengan
volume sebesar 60.45 m3/ha dengan potensi biomassa sebesar 14.73-44.70 ton/ha
dengan rata-rata sebesar 34.74 ton/ha dan potensi karbon sebesar 8.31-25.40 ton
C/ha dengan rata-rata sebesar 19.63 ton C/ha, sedangkan kelas diameter pohon 20
cm up jumlah pohon yang ada pada plot penelitian adalah sebanyak 105 phn/ha
dengan volume 136.59 m3 dengan potensi biomassa sebesar 98.86-151.49 ton/ha
dengan rata-rata sebesar 124.17 ton/ha dan potensi karbon sebesar 56.24-88.74
ton/ha dengan rata-rata sebesar 71.58 ton C/ha. Simpanan karbon dalam tegakan
hutan selain dipengaruhi oleh ukuran diameter juga dipengaruhi oleh banyaknya
jumlah pohon pada tegakan tersebut (kerapatan phn/ha). Semakin besar diameter
pohon dan kerapatan pohon per hektar dalam tegakan maka simpanan karbon
semakin besar pula dan begitu sebaliknya.

10

Pada penelitian Firma (2012) di IUPHHK-HA PT Salaki Summa
Sejahtera, Pulau Siberut, Provinsi Sumatera Barat terlihat bahwa potensi
simpanan karbon sebesar 75.71-187.93 ton C/ha dengan rata-rata potensi
simpanan karbon pada plot penelitian adalah 120.142 ton C/ha. Hasil penelitian
Kusuma (2009) di Kalimantan Barat menunjukan bahwa simpanan karbon pada
hutan virgin sekitar 123.12 ton C/ha, sedangkan pada LOA 1983 sekitar 93.44 ton
C/ha. Sedangkan, hasil penelitian Junaedi (2007) di IUPHHK HA PT Sari Bumi
Kusuma, Provinsi Kalimantan Tengah menyatakan bahwa hutan tropis dataran
rendah areal bekas tebangan menyimpan massa karbon di atas permukaan tanah
sebesar 57.68-107.71 ton C/ha dan di hutan primer sebesar 229.33 ton C/ha.
Tabel 3 Potensi biomassa dan karbon berdasarkan kelompok jenis
Potensi Per ha
Kelompok
Jenis
Meranti
Rimba Campuran
Dilindungi
Total
Keterangan

Tiang
N
V
B
C
228
40.27 22.65 12.76
100
18.26 10.82 6.15
14
1.92
1.27
0.72
342
60.45 34.74 19.63
: N = Jumlah Pohon (phn/ha)
V = Volume (m3/ha)

Pohon
N
64
35
6
105

V
98.79
28.34
9.46
136.59

B
90.71
25.21
8.25
124.17

B = Biomassa (ton/ha)
C = Karbon (ton C/ha)

Tabel 4 Potensi biomassa dan karbon berdasarkan kelas diameter
Kelas
Diameter
10-19 cm
20-29 cm
30-39 cm
40-49 cm
≥ 50 cm
Total
Keterangan

Potensi Per ha
N
V
342
60.45
46
20.02
30
26.55
16
31.10
13
58.92
447
197.04
: N = Jumlah Pohon (phn/ha)
V = Volume (m3/ha)
B = Biomassa (ton/ha)
C = Karbon (ton C/ha)

B
34.74
17.76
24.04
28.08
55.29
159.91

C
19.60
10.22
13.65
15.08
32.66
91.21

C
51.99
14.74
4.85
71.58

11

60

Biomassa (ton/ha) dan
Karbon (ton C/ha)

50
40
30

Biomassa
Karbon

20
10
0
10-19 cm 20-29 cm 30-39 cm 40-49 cm

≥ 50 cm

Kelas Diameter (cm)

Gambar 3 Potensi biomassa dan karbon berdasarkan kelas diameter
Pada Tabel 3 dapat dilihat potensi biomassa dan karbon sebelum adanya
kegiatan pemanenan berdasarkan kelompok jenis pada tingkat tiang jumlah total
pohon sebesar 342 phn/ha dengan volume 60.45 m3/ha, potensi biomassa yang
dihasilkan sebesar 34.74 ton/ha dan potensi karbon sebesar 19.63 ton C/ha
sedangkan pada pohon dengan diameter ≥ 20 cm jumlah total pohon 105 phn/ha
memiliki volume 136.59 m3/ha, potensi biomassa dan karbon sebesar 124.17
ton/ha dan 71.58 ton C/ha
Jenis yang mendominasi adalah jenis meranti dengan jumlah pohon 228
phn/ha untuk tingkat tiang yang memiliki volume sebesar 40.27 m3 dengan
potensi biomassa dan karbon 22.65 ton/ha dan 12.76 ton C/ha sedangkan pada
tingkat pohon jumlah pohon sebanyak 64 phn/ha memiliki volume 98.79 m3
dengan potensi biomassa dan karbon sebesar 90.71 ton/ha dan 51.99 ton C/ha.
Selanjutnya adalah kelompok rimba campuran untuk tingkat tiang yang memiliki
jumlah pohon 100 phn/ha dengan volume sebesar 18.26 m3 dengan potensi
biomassa dan karbon 10.82 ton/ha dan 6.15 ton C/ha sedangkan pada tingkat
pohon jumlah pohon sebanyak 35 phn/ha memiliki volume 28.34 m3 dengan
potensi biomassa dan karbon sebesar 25.21 ton/ha dan 14.74 ton C/ha. Kelompok
kayu dilindungi memiliki jumlah pohon, volume, biomassa dan karbon yang
terkecil dibanding kelompok jenis lainnya. Untuk tingkat tiang yang memiliki
jumlah pohon 14 phn/ha dengan volume sebesar 1.92 m3 dengan potensi biomassa
dan karbon 1.27 ton/ha dan 0.82 ton C/ha sedangkan pada tingkat pohon jumlah
pohon sebanyak 6 phn/ha memiliki volume 9.46 m3 dengan potensi biomassa dan
karbon sebesar 8.25 ton/ha dan 4.25 ton C/ha
Berdasarkan Tabel 4 potensi biomassa dan karbon berdasarkan kelas
diameter. Kelas diameter yang mendominasi ada plot penelitian adalah kelas
diameter 10-19 cm atau pada tingkat tiang memiliki dengan jumlah pohon 342
phn/ha yang memiliki volume sebesar 60.45m3 dengan potensi biomassa dan
karbon 34.74 ton/ha dan 19.60 ton C/ha. Selanjutnya kelas diameter 20-29 cm

12

memiliki dengan jumlah pohon 46 phn/ha yang memiliki volume sebesar 20.02
m3 dengan potensi biomassa dan karbon 17.76 ton/ha dan 10.22 ton C/ha. Kelas
diameter 30-39 cm memiliki dengan jumlah pohon 30 phn/ha yang memiliki
volume sebesar 26.55 m3 dengan potensi biomassa dan karbon 24.04 ton/ha dan
13.65 ton C/ha. Kelas diameter 40-49 cm memiliki dengan jumlah pohon 16
phn/ha yang memiliki volume sebesar 31.10 m3 dengan potensi biomassa dan
karbon 28.08 ton/ha dan 15.08 ton C/ha. Sedangkan kelas ≥ 50 cm atau pada
tingkat pohon memiliki dengan jumlah pohon 13 phn/ha yang memiliki volume
terbesar setelah kelas diameter 10-19 cm yaitu 58.92 m3 dengan potensi biomassa
dan karbon 55.29 ton/ha dan 32.97 ton C/ha. Sedangkan rata-rata biomassa dan
karbon berdasarkan kelas diameter dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
Jumlah Biomassa dan Karbon yang Hilang Akibat Pemanenan
Kegiatan penebangan pohon merupakan salah satu sumber potensi
hilangnya karbon dalam kegiatan pemanenan kayu di hutan alam tropis. Kegiatan
penebangan pohon yang telah dilakukan menyebabkan terjadinya pengurangan
simpanan karbon di dalam hutan, dimana pengurangan simpanan karbon tersebut
berpotensi menimbulkan emisi karbon ke udara.
Dalam kegiatan penebangan, hilangnya karbon tidak hanya berasal dari
pohon yang ditebang saja namun juga berasal dari pohon yang mengalami
kerusakan berat akibat kegiatan penebangan pohon dan pada kegiatan penyaradan.
Perhitungan jumlah biomassa dan karbon hilang ini hanya dilakukan untuk
kategori pohon yang mengalami tingkat kerusakan berat saja karena nantinya
pohon tersebut akan mati dan berpotensi menimbulkan emisi karbon, sedangkan
untuk kategori pohon yang mengalami kerusakan ringan dan sedang tidak
diperhitungkan karena pohon tersebut masih dapat hidup dan masih mampu
menyerap ataupun menyimpan karbon, sehingga tidak berpotensi menimbulkan
emisi karbon. Besarnya jumlah biomassa dan karbon yang hilang akibat kegiatan
pemanenan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah biomassa dan karbon yang hilang akibat pemanenan
Kegiatan
Pemanenan

Potensi per ha

Tiang
N
V
B
C
N
Pohon Ditebang
0
0
0
0
7
Rusak Tebang
7
1.16 0.70 0.38
4
Rusak Sarad
50
7.10 5.28 3.11
28
Total
57
8.26 5.98 3.49
39
Keterangan : N = Jumlah Pohon (phn/ha)
V = Volume (m3/ha)
B = Biomassa (ton/ha)
C = Karbon (ton C/ha)

Pohon
V
28.83
2.37
16.08
47.29

B
28.22
2.12
10.25
40.58

C
16.78
1.23
5.91
23.92

13

Jumlah total biomassa dan karbon yang hilang akibat kegiatan pemanenan
untuk tingkat tiang dengan jumlah pohon 57 phn/ha yang menghasilkan volume
8.26 m3/ha potensi biomassa dan karbon sebesar 5.98 ton/ha dan 3.49 ton C/ha.
Sedangkan untuk tingkat pohon dengan jumlah 38.90 phn/ha yang menghasilkan
volume 47.29 m3/ha potensi biomassa dan karbon sebesar 40.58 ton/ha dan 23.92
ton C/ha. Potensi kehilangan biomassa dan karbon paling besar dihasilkan pada
pohon yang ditebang yaitu sebesar 7 phn/ha dengan volume 28.82 m3/ha, potensi
biomassa dan karbon sebesar 28.22 ton/ha dan 16.78 ton C/ha. Hal ini disebabkan
oleh besarnya diameter pohon yang ditebang. Pada tingkat tiang yang rusak akibat
kegiatan penyaradan, jumlah 50 phn/ha dengan volume sebesar 7.10 m3/ha dapat
menghilangkan biomassa dan karbon sebesar 5.28 ton/ha dan 3.11 ton C/ha.
Sedangkan pada tingkat pohon, jumlah 28 phn/ha dengan volume sebesar 16.08
m3/ha berpotensi menghilangkan biomassa dan karbon sebesar 10.25 ton/ha dan
5.91 ton C/ha. Pohon yang mengalami kerusakan akibat kegiatan penebangan
pada tingkat tiang dengan jumlah pohon 7 phn/ha dengan volume sebesar 1.16
m3/ha berpotensi menghilangkan biomassa dan karbon 0.70 ton/ha dan 0.38 ton
C/ha. Sedangkan tingkat pohon 4 phn/ha dengan volume 2.37 m3/ha berpotensi
menghilangkan biomassa dan karbon 2.12 ton/ha dan 1.23 ton C/ha.
Tabel 6 Jumlah biomassa dan karbon yang hilang berdasarkan kelompok jenis
Potensi Per ha
Kelompok Jenis
Meranti
Rimba Campuran
Dilindungi
Total
Keterangan

Tiang
N
V
B
C
28
4.57 2.85 1.72
26
3.23 2.74 1.55
3
0.46 0.39 0.22
57
8.26 5.98 3.49
: N = Jumlah Pohon (phn/ha)
V = Volume (m3/ha)

Pohon
N
20
18
1
39

V
35.55
11.04
0.70
47.29

B
33.27
6.81
0.51
40.58

C
19.74
3.89
0.30
23.92

B = Biomassa (ton/ha)
C = Karbon (ton C/ha)
Tabel 7 Jumlah biomassa dan karbon yang hilang berdasakan kelas diameter

Kelas
Diameter
10-19 cm
20-29 cm
30-39 cm
40-49 cm
≥ 50 cm
Total

Potensi Per ha
N
57
28
4
2
5
96

V
8.26
13.21
4.90
2.30
26.88
55.55

B
6.19
8.56
3.35
1.96
26.51
46.57

C
3.50
5.31
1.93
1.15
15.52
27.41

14

Keterangan

: N = Jumlah Pohon (phn/ha)
V = Volume (m3/ha)
B = Biomassa (ton/ha)
C = Karbon (ton C/ha)

Berdasarkan Tabel 6 dan 7 dapat dilihat jumlah biomassa dan karbon yang
hilang akibat pemanenan berdasarkan kelompok jenis dan kelas diameter.
Kelompok jenis yang paling banyak kehilangan potensi biomassa dan karbon
adalah jenis meranti yaitu pada tingkat tiang sebesar 2.85 ton/ha dan 1.72 ton C/ha.
Sedangkan pada tingkat pohon potensi biomassa dan karbon yang hilang sebesar
33.27 ton/ha dan 19.74 ton C/ha. Hal ini disebabkan oleh jenis meranti yang
paling dominan ditemukan pada plot penelitian dibandingkan dengan jenis rimba
campuran dan jenis yang dilindungi. Kelompok jenis rimba campuran yaitu pada
tingkat tiang sebesar 2.74 ton/ha dan 1.55 ton C/ha. Sedangkan pada tingkat
pohon potensi biomassa dan karbon yang hilang sebesar 6.81 ton/ha dan 3.89 ton
C/ha. Kelompok jenis kayu dilindungi yaitu pada tingkat tiang sebesar 0.46 ton/ha
dan 0.39 ton C/ha. Sedangkan pada tingkat pohon potensi biomassa dan karbon
yang hilang sebesar 0.51 ton/ha dan 0.30 ton C/ha.
Pada Tabel 7 dapat dilihat jumlah biomassa dan karbon yang hilang
berdasarkan kelas diameter. Kelas diameter yang paling banyak kehilangan
potensi biomassa dan karbon adalah kelas ≥ 50 cm. Dengan jumlah 5 phn/ha yang
memiliki volume 26.88 m3/ha dengan potensi biomassa dan karbon sebesar 26.51
ton/ha dan 15.52 ton C/ha. Selanjutnya pada kelas diameter 20-29 cm dengan
jumlah pohon 28 phn/ha yang memiliki volume 13.21 m3/ha dengan potensi
biomassa dan karbon sebesar 8.56 ton/ha dan 5.31 ton C/ha. Pada kelas diameter
30-39 cm dengan jumlah pohon 4 phn/ha yang memiliki volume 4.90 m3/ha
dengan potensi biomassa dan karbon sebesar 3.35 ton/ha dan 1.93 ton C/ha. Kelas
diameter 40-49 cm dengan jumlah pohon 2 phn/ha yang memiliki volume 2.30
m3/ha dengan potensi biomassa dan karbon sebesar 1.96 ton/ha dan 1.15 ton C/ha.
Selanjutnya pada kelas diameter 10-19 cm dengan jumlah pohon 57 phn/ha yang
memiliki volume 8.26 m3/ha dengan potensi biomassa dan karbon sebesar 6.19
ton/ha dan 3.50 ton C/ha.
Pengaruh Intensitas Tebang Terhadap Biomassa dan Karbon yang
Hilang
Kegiatan ITSP yang dilakukan pada plot penelitian juga dapat digunakan
untuk mengetahui besarnya potensi pohon layak tebang yang terdapat pada plot
penelitian tersebut. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan
intensitas pemanenan pada kegiatan pemanenan kayu. Besarnya pengaruh
intensitas tebang terhadap biomassa dan karbon yang hilang dapat dilihat pada
Tabel 8.

15

Tabel 8 Pengaruh intensitas tebang terhadap biomassa dan karbon yang hilang
Plot
IT
D
N
1
4
52.25
88
4
4
72
85
2
5
52.4
106
6
5
53.2
83
9
6
57.17
88
Sub Rata-rata
5
57.40
90
3
7
68.71
105
5
8
66.5
95
7
8
71.88
100
8
10
61.5
101
10
12
58.17
110
Sub Rata-rata
9
65.35
102
Rata-rata
7
61.38
96
Keterangan : N = Jumlah Pohon yang rusak (phn/ha)
V = Volume (m3/ha)

V
36.33
50.57
42.07
41.75
43.25
42.79
70.07
76.64
68.74
70.44
55.68
68.31
55.55

B
26.77
39.12
30.16
29.72
33.93
31.94
69
59.17
63.22
56.66
57.82
61.17
46.56

C
15.49
21.07
17.46
15.88
19.62
17.90
41.06
36.73
37.37
35.46
33.93
36.91
27.41

Rata-rata Biomassa (ton/ha)
dan Karbon (ton C/ha)

B = Biomassa (ton/ha)
C = Karbon (ton C/ha)
IT = Intensitas Tebang (phn/ha)
D = Rata-rata Diameter Pohon yang ditebang (cm)
35
30
25
20
15

Biomassa

10

Karbon

5
0
IT ≥ 7
Intensitas Tebang (phn/ha)

IT < 7

Gambar 4 Pengaruh intensitas tebang terhadap biomassa dan karbon yang hilang
Kegiatan penebangan pohon merupakan salah satu sumber terjadinya
emisi karbon potensial dalam kegiatan pemanenan kayu di hutan alam tropis.
Kegiatan penebangan pohon yang telah dilakukan menyebabkan terjadinya
pengurangan simpanan karbon di dalam hutan, dimana pengurangan simpanan
karbon tersebut berpotensi menimbulkan emisi karbon ke udara. Pada Tabel 8
dapat dilihat semakin banyak pohon yang ditebang pada setiap plot semakin
banyak pula biomassa dan karbon yang hilang. Pada plot penelitian dengan

16

intensitas tebang 7 phn/ha yang menghasilkan volume sebesar 55.55 m3/ha akan
menghilangkan biomassa sebesar 46.56 ton/ha dan akan menghilangkan karbon
sebesar 27.41 ton C/ha. Sama dengan menebang 1 pohon dapat merusak 14 pohon
lainnya, menghilangkan volume sebesar 8.05 m3/ha dan menghilangkan biomassa
sebesar 6.74 ton/ha dan kerbon sebesar 3.97 ton C/ha. Dapat dilihat pada Gambar
4 semakin besar intensitas tebang semakin banyak biomassa dan karbon yang
hilang pada plot tersebut, begitupun sebaliknya semakin rendah intensitas tebang
semakin sedikit biomassa dan karbon yang hilang. Pada intensitas tebang < 7
phn/ha dapat menghilangkan biomassa dan karbon sebesar 15.97 ton/ha dan 8.95
ton C/ha dan pada intensitas tebang ≥ 7 phn/ha dapat menghilangkan biomassa
dan karbon sebesar 30.59 ton/ha dan 18.46 ton C/ha.
Pada penelitian Firma (2012) rata-rata karbon yang hilang sebesar 41.41
ton C/ha. Hasil penelitian Aryono (2010) di Kalimantan Tengah menyebutkan
bahwa kegiatan penebangan pohon pada tegakan rapat mengakibatkan
pengurangan simpanan karbon sebesar 53.42 ton C/ha dan pada tegakan rawang
pengurangan simpanan karbon sebesar 26.16 ton C/ha. Pada penelitian Ricardo
(2008) jumlah karbon yang hilang pada tegakan tinggal yang rusak akibat
penebangan dengan teknik CL (Conventional Logging) sebesar 33.40 ton C/ha,
sedangkan pada teknik RIL (Reduced Impact Logging) sebesar 27.94 ton C/ha.
Jumlah karbon hilang akibat pembuatan jalan sarad dengan teknik RIL (Reduced
Impact Logging) sebesar 58.89 ton C/ha, sedangkan pada teknik CL
(Conventional Logging) sebesar 74.78 ton C/ha.
Potensi Biomassa dan Karbon Setelah Pemanenan
Kegiatan pemanenan pohon-pohon komersial mengakibatkan terjadinya
penurunan biomassa dalam tegakan hutan, hal ini juga berarti terjadinya
pengurangan simpanan karbon di dalam hutan tersebut. Pengurangan simpanan
karbon di hutan berasal dari pohon yang mengalami rusak berat akibat kegiatan
penebangan, penyaradan dan pohon yang ditebang.

Biomassa (ton/ha)

Biomassa
60
50
40
30
20
10
0

55,29
34,74
28,55
6,19
10-19 cm

17,76
9,21
8,56
20-29 cm

24,04
20,69
3,35
30-39 cm

28,08
26,12

28,79
26,51

1,96
40-49 cm

≥ 50 cm

Kelas Diameter (cm)

Gambar 5 Simpanan biomassa sebelum dan setelah kegiatan pemanenan
Keterangan :
= Biomassa Sebelum Kegiatan Pemanenan
= Biomassa Sesudah Kegiatan Pemanenan
= Biomassa yang Hilang

17

Dapat dilihat pada Gambar 5 simpanan biomassa sebelum dan setelah
kegiatan pemanenan. Pada kelas diameter 10-19 cm biomassa yang hilang sebesar
6.19 ton/ha, kelas diameter 20-29 cm sebesar 8.56 ton/ha, 30-39 cm 3.35 ton/ha,
40-49 cm 1.96 ton/ha dan kelas diameter ≥ 50 cm biomassa yang hilang sebesar
26.51 ton/ha. Kelas diameter yang paling banyak kehilangan biomassa adalah
pada kelas ≥ 50 cm, hal ini disebabkan oleh pohon yang ditebang. Pohon yang
ditebang dengan intensitas pemanenan 7 phn/ha memiliki simpanan biomassa dan
karbon yang lebih besar dibandingkan pada pohon yang mengalami kerusakan
berat. Pengurangan simpanan biomassa dan karbon yang terjadi disajikan pada
Gambar 6.
100%

1,77
9,77

Persentase Total Biomassa

90%
80%

17,76

70%
rusak tebang

60%
50%

rusak sarad

100

pohon yang ditebang

40%
70,70
30%

sisa
sebelum pemanenan

20%
10%
0%
sebelum pemanenan

setelah pemanenan

Gambar 6 Perubahan simpanan biomassa sebelum dan setelah pemanenan
Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa setelah dilakukannya kegiatan
pemanenan kayu, potensi pengurangan simpanan biomassa yang terjadi adalah
46.57 ton/ha atau sebesar 29.30%. Pengurangan simpanan biomassa ini berasal
dari biomassa yang hilang dari pohon yang ditebang sebesar 28.22 ton/ha atau
sebesar 17.76%, biomassa yang hilang dari kerusakan pohon yang ditebang
sebesar 2.82 ton/ha atau sebesar 1.77% dan biomassa yang hilang akibat pohon
yang rusak akibat kegiatan penyaradan sebesar 15.53 ton/ha atau sebesar 9.77%,
sehingga dilapangan masih terdapat simpanan karbon tegakan tinggal sebesar
112.34 ton/ha atau sebesar 70.70% dari simpanan biomassa awal.

18

Karbon (ton C/ha)

Karbon
35
30
25
20
15
10
5
0

32,66

19,6
10,22

16,1

5,31
10-19 cm

20-29 cm

30-39 cm

17,14
15,52

15,08
13,93

11,72
1,93

4,91

3,5

13,65

1,15
40-49 cm

≥ 50 cm

Kelas Diameter (cm)

Gambar 7 Simpanan karbon sebelum dan setelah kegiatan pemanenan
Keterangan :

= Karbon Sebelum Kegiatan Pemanenan
= Karbon Sesudah Kegiatan Pemanenan
= Karbon yang Hilang

Dapat dilihat pada Gambar 7 simpanan karbon sebelum dan setelah
kegiatan pemanenan. Pada kelas diameter 10-19 cm biomassa yang hilang sebesar
3.50 ton C/ha, kelas diameter 20-29 cm sebesar 5.31 ton/ha, 30-39 cm sebesar
1.93 ton C/ha, 40-49 cm sebesar 1.15 ton C/ha dan kelas diameter ≥ 50 cm karbon
yang hilang sebesar 15.51 ton C/ha. Kelas diameter yang paling banyak
kehilangan karbon adalah pada kelas ≥ 50 cm, hal ini disebabkan oleh pohon yang
ditebang.
100%

1,62
9,88

Persentase Total Karbon

90%

18,4

80%
70%

rusak tebang

60%
50%

rusak sarad
100

pohon yang ditebang

40%
70,1
30%

sisa
sebelum pemanenan

20%
10%
0%
sebelum pemanenan

setelah pemanenan

Gambar 8 Perubahan simpanan karbon sebelum dan setelah pemanenan

19

Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa setelah dilakukannya kegiatan
pemanenan kayu, potensi pengurangan simpanan karbon yang terjadi adalah 27.41
ton C/ha atau sebesar 29.90%. Pengurangan simpanan karbon ini berasal dari
karbon yang hilang dari pohon yang ditebang sebesar 16.78 ton C/ha atau sebesar
18.40%, karbon yang hilang dari kerusakan pohon yang ditebang sebesar 1.62 ton
C/ha atau sebesar 1.62% dan karbon yang hilang akibat pohon yang rusak akibat
penyaradan sebesar 9.02 ton C/ha atau sebesar 9.88%, sehingga dilapangan masih
terdapat simpanan karbon tegakan tinggal sebesar 63.79 ton C/ha atau sebesar
70.10% dari simpanan karbon awal.
Pada penelitian Firma (2012) dengan sistem silvikultur TPTI potensi
pengurangan simpanan karbon yang terjadi adalah 46.74 ton C/ha atau sebesar
38.90%. Pengurangan simpanan karbon ini berasal dari karbon yang hilang dari
pohon yang dipanen sebesar 41.41 ton C/ha dan karbon yang hilang dari
kerusakan pohon akibat pemanenan kayu sebesar 5.33 ton C/ha, sehingga
dilapangan masih terdapat simpanan karbon tegakan tinggal sebesar 73.40 ton
C/ha. Sedangkan pada penelitian Aryono (2010) yang menyatakan bahwa
kegiatan pemanenan kayu dengan sistem silvikultur TPTJ mengakibatkan
pengurangan simpanan karbon sebesar 84.69 ton C/ha atau sebesar 54.86% pada
tegakan rapat dan pengurangan simpanan karbon pada tegakan rawang sebesar
51.13 ton C/ha atau sebesar 41.89%.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penurunan simpanan
biomassa dan karbon akibat dari kegiatan pemanenan kayu berasal dari jumlah
biomassa dan karbon yang hilang dari pohon yang ditebang mengalami kerusakan
akibat kegiatan penebangan dan penyaradan. Pengurangan simpanan biomassa yang
terjadi akibat menebang 7 phn/ha adalah 46.57 ton/ha atau sebesar 29.30%.
Pengurangan simpanan biomassa ini berasal dari biomassa yang hilang dari pohon
yang ditebang sebesar 17.76%, biomassa yang hilang dari kerusakan pohon akibat
kegiatan penebangan sebesar 1.77% dan biomassa yang hilang akibat pohon yang
rusak akibat kegiatan penyaradan sebesar 9.77%, sehingga dilapangan masih
terdapat simpanan biomassa tegakan tinggal sebesar 112.34 ton/ha atau sebesar
70.70% dari simpanan biomassa awal.
Pengurangan simpanan karbon yang terjadi akibat menebang 7 phn/ha
adalah 27.41 ton C/ha atau sebesar 29.90%. Pengurangan simpanan karbon ini
berasal dari karbon yang hilang dari pohon yang ditebang sebesar 18.40%, karbon
yang hilang dari kerusakan pohon yang ditebang sebesar 1.62% dan karbon yang
hilang akibat pohon yang rusak akibat penyaradan sebesar 9.88%, sehingga
dilapangan masih terdapat simpanan karbon tegakan tinggal sebesar 63.79 ton
C/ha atau sebesar 70.10% dari simpanan karbon awal.

20

Saran
Penelitian serupa untuk mengetahui potensi penurunan simpanan biomassa
dan karbon akibat kegiatan penebangan dan penyaradan di areal kerja PT Dasa
Intiga sangat perlu dilakukan kembali untuk mengetahui apakah potensi biomassa
dan karbon di areal kerja PT Dasa Intiga ini akan bertambah banyak atau
berkurang dalam waktu yang akan datang

DAFTAR PUSTAKA
Aryono CF. 2010. Potensi simpanan karbon dan perubahannya pada sistem
silvikultur tebang pilih tanam jalur (studi kasus di konsesi hutan PT. Erna
Djuliawati, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah) [skripsi]. Bogor:
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A
Premier. FAO. New York (US): FAO Forestry Paper No. 134.
Fardiaz, Srikandi. 1995. Polusi Air dan Udara. Bogor : Kanisius.
Firma F. 2012. Emisi karbon potensial akibat pemanenan kayu secara mekanis di
hutan alam tropis (kasus konsesi hutan PT. Salaki Summa Sejahtera, pulau
Siberut, Provinsi Sumatera Barat) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai macam
Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre – ICRAF, SEA Regional
Office, University of Brawijaya, Indonesia. 77p.
Junaedi A. 2007. Dampak pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur tebang pilih
tanam jalur (TPTJ) terhadap potensi kandungan karbon dalam vegetasi hutan
alam tropika (studi kasus di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma,
Kalimantan Tengah). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Kusmana C. 1993. Study On Mangrove Forest Management Base On Ecological
Data In East Sumatera, Indonesia. Disertation. Japan : Kyoto University,
Faculty of Agricultural.
Kusuma GA. 2009. Pendugaan potensi karbon di atas permukaan tanah pada
tegakan hutan hujan tropis bekas tebangan (LOA 1983) (studi kasus IUPHHK
PT. Suka Jaya Makmur) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Muhdin. 2012. Dinamika Struktur Tegakan Hutan Tidak Seumur Untuk
Pengaturan Hasil Hutan Kayu Berdasarkan Jumlah Pohon (Kasus pada Areal
Bekas Tebangan Hutan Alam Hujan Tropika Dataran Rendah Tanah Kering di
Kalimantan) [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
PT Dasa Intiga. 2012. Rencana kerja usaha Pemanfaatan Hasil Hutan kayu Dalam
Hutan Alam Pada Hutan Produksi Berbasis Inventarisasi Hutan Menyeluruh
Berkala Periode Tahun 2012 s/d 2021. Kabupaten Kapuas tengah, Kalimantan
Tengah.

21

Ricardo. 2008. Perbandingan jumlah karbon tegakan pohon yang rusak akibat
penebangan dengan menggunakan teknik RIL (Reduced Impact Logging) dan
CL (Conventional Log