LKP : Pembuatan Media Promosi Booklet LPTB Susan Budihardjo.

(1)

PEMBUATAN MEDIA PROMOSI BOOKLET

LPTB SUSAN BUDIHARDJO

KERJA PRAKTIK

Program Studi

S1 Desain Komunikasi Visual

Oleh:

Evi Farsiah Utami 09420100049

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2015


(2)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 5

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

1.6 Pelaksanaan ... 6

1.7 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengertian Promosi ... 9

2.2 Pengertian Media ... 10

2.3 Jenis-Jenis Media Promosi ... 11

2.3.1 Above The Line ... 11

2.3.2 Below The Line... 13


(3)

v

2.5.1 Elemen Dasar Desain ... 23

2.5.2 Prinsip Dasar Desain ... 27

2.5.3 Layout ... 29

2.5.4 Warna ... 32

2.5.5 Tipografi ... 43

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN KARYA ... 50

3.1 Metode Penelitian ... 50

3.2 Skema Perancangan ... 52

3.3 Proses Perancangan Media Promosi Booklet ... 53

3.3.1 ClientBrief ... 53

3.3.2 Riset ... 53

3.3.3 Analisis Data ... 55

3.3.4 Konsep Desain ... 57

3.3.5 Creative Process ... 57

3.3.6 Konsultasi ... 58

3.3.7 Proses Final ... 59

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 61

4.1 Profil Perusahaan ... 61

4.2 Sejarah Perusahaan ... 63


(4)

vi

4.4 Struktur Perusahaan ... 65

4.5 Alamat dan Kontak Perusahaan... 66

4.6 Portfolio dan Kegiatan Perusahaan ... 66

BAB V IMPLEMENTASI KARYA ... 80

5.1 Perencanaan Media ... 80

BAB VI PENUTUP ... 97

6.1 Kesimpulan ... 97

6.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(5)

vii

Gambar 2.2 Brosur Pop-Up Pertokoan IKEA ...13

Gambar 2.3 Booklet Promosi Perusahaan Lampu Blue Pike...16

Gambar 2.4 Booklet Promosi Alphabet City Jenis Pertama ...17

Gambar 2.5 Booklet Promosi Alphabet City Jenis Kedua ...18

Gambar 2.6 Booklet Portfolio Desainer Joe Ristrienger ...20

Gambar 2.7 Booklet Promosi Lake Shore dengan Teknik Cutting ...22

Gambar 2.8 Layout Artikel Fortune Cookies ...31

Gambar 2.9 Pantone Color Guide ...32

Gambar 4.1 Pajangan Karya Para Alumni ...66

Gambar 4.2 Logo LPTB Susan Budihardjo Front Desk ...67

Gambar 4.3 Proses Cutting Pola Pakaian ...68

Gambar 4.4 Sesi Pemotretan Karya Peserta Ujian ...68

Gambar 4.5 Sketsa Rancangan Murid LPTB Susan Budihardjo Surabaya ...69

Gambar 4.6 Proses Pengerjaan Teknik Overcast pada Kebaya Cocktail ...69

Gambar 4.7 Pemotretan Model di Studio LPTB Susan Budihardjo Surabaya ...70

Gambar 4.8 Proses Bimbingan dari Pengajar ...71

Gambar 4.9 Proses Jahit Menjahit ...71

Gambar 4.10 Fashion Show East Java Carnival ...72

Gambar 4.11 Busana Bertema Bromo ...73


(6)

viii

Gambar 4.12 Fashion Show Kebaya Cocktail Pasar Atum Mall ...74

Gambar 4.13 Dua Murid Perancang Kebaya Cocktail dan Model Peraga...74

Gambar 4.14 Auto Show Supermall ...75

Gambar 4.15 Suasana Catwalk Annual Fashion Show ...76

Gambar 4.16 Suasana Acara Annual Fashion Show ...77

Gambar 4.17 Karya Bridal Alumni ...77

Gambar 4.18 Juara 1,2 dan 3 Dari Surabaya ...78

Gambar 4.19 Juara Umum Dari Jakarta ...78

Gambar 4.20 Karya Peserta Ujian Jakarta ...79

Gambar 5.1 Visualisasi Booklet LPTB Susan Budihardjo Surabaya ...80

Gambar 5.2 Sket Layout Cover Belakang dan Depan ...82

Gambar 5.3 Sket Layout Balik Cover Depan dan Halaman 1 ...82

Gambar 5.4 Sket Layout Halaman 2 dan 3 ...83

Gambar 5.5 Sket Layout Halaman 4 dan Pembuka Introduction ...83

Gambar 5.6 Sket Layout Halaman Isi Introduction ...84

Gambar 5.7 Sket Layout Halaman 8 dan Pembuka The Class ...84

Gambar 5.8 Sket Layout Halaman Isi The Class ...85

Gambar 5.9 Sket Layout Halaman 12 dan Pembuka Price Set ...85

Gambar 5.10 Sket Layout Halaman Isi Price Set ...86

Gambar 5.11 Sket Layout Halaman 16 dan Pembuka Graduation ...86

Gambar 5.12 Sket Layout Halaman Isi Graduation ...87

Gambar 5.13 Sket Layout Halaman Penutup ...87


(7)

ix

Gambar 5.18 Final Artwork Halaman Isi Introduction ...91

Gambar 5.19 Final Artwork Halaman 8 dan Pembuka The Class ...92

Gambar 5.20 Final Artwork Halaman Isi The Class ...93

Gambar 5.21 Final Artwork Halaman 12 dan Pembuka Price Set ...93

Gambar 5.22 Final Artwork Halaman Isi Price Set ...94

Gambar 5.23 Final Artwork Halaman 16 dan Pembuka Graduation ...95

Gambar 5.24 Final Artwork Halaman Isi Graduation ...95


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebuah lembaga adalah sebuah organisasi besar yang menjadi wadah dari suatu hal. Sebuah lembaga pengajaran dikenal sebagai suatu bentuk metode pendidikan yang serupa dengan kursus atau bimbingan belajar. Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo atau biasa disingkat menjadi LPTB Susan Budihardjo sudah dikenal hampir seluruh penggiat mode di Indonesia. Namun, di Surabaya yang sebenarnya tidak bernafaskan mode dan entertainment, LPTB Susan Budihardjo mengalami degradasi popularitas, karena banyaknya pesaing serupa yang merajalela seperti Arva School of Design dan Pison Fashion School. Sedikitnya peminat dan banyaknya penawaran membuat sekolah-sekolah mode di Surabaya harus bertarung sengit untuk memenangkan pasar. Arva School of Design maupun Pison Fashion School sama-sama sudah memiliki manajemen promosi yang sangat baik, terutama ditilik dari kesiapan dalam media-media promosinya, seperti aktif dalam fashion show, pameran, kerap kali menjadi sponsorship, beriklan di radio setempat dan telah memiliki booklet promosi.

Dalam dunia jasa seperti suatu lembaga pengajaran, booklet promosi sangat dibutuhkan karena sifatnya yang dapat dibagikan secara fleksibel namun memuat hampir seluruh informasi yang dibutuhkan si calon konsumer. Hingga detik ini, LPTB Susan Budihardjo masih belum memiliki booklet promosi tersebut


(9)

sehingga diperlukan perancangan menyeluruh untuk pembuatan booklet promosi LPTB Susan Budihardjo.

Dunia fashion di Indonesia berkembang pesat seiring dengan kembalinya pemuda-pemudi tanah air yang menempuh pendidikan di lembaga pengajaran mode di Paris, Milan dan kota-kota mode lainnya di luar negeri pada awal tahun 1980. Di antaranya adalah perancang busana yang telah senior saat ini; Poppy Dharsono, Iwan Tirta dan Susan Budihardjo. Poppy Dharsono dan Iwan Tirta memfokuskan diri pada perkembangan rancang busana nusantara dan kekayaan filosofis dan motif kain-kain batik, sementara Susan Budihardjo memiliki tujuan yang berbeda. Beliau menciptakan sebuah sekolah untuk pendidikan formal untuk calon-calon perancang busana Indonesia di masa depan yang diberi titel dengan nama beliau sendiri, yaitu Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo aau biasa disingkat LPTB Susan Budihardjo. Perancang-perancang urban Indonesia banyak yang lahir dari program pendidikan beliau, sebut saja; Didi Budihardjo, Sebastian Gunawan, Denny Wiryawan, Adrian Gan, Anaz Khoirunnaz, Eddy Betty dan masih banyak lagi.

Berbekal pengalaman selama hampir 33 tahun, LPTB Susan Budihardjo telah memiliki popularitas dan nama besar. Dahulu jika seseorang di tanah air ingin mengemban ilmu tata busana yang sesungguhnya, mereka harus memiliki uang dan koneksi yang lebih untuk bersekolah di lembaga pendidikan yang bertempat di kota-kota mode seperti Milan dan Paris. Namun, kemunculan LPTB Susan Budihardjo mengubah itu semua. Indonesia sudah memiliki sebuah sekolah tata busana yang sifatnya serius, formal dan bonafide. Tidak lagi perlu terbang jauh


(10)

3

meninggalkan tanah air untuk mendapatkan ilmu rancang busana yang memadai dan sesuai dengan standar internasional karena LPTB Susan Budihardjo menawarkan itu semua pada publik yang berminat untuk bergabung.

Kemunculan LPTB Susan Budihardjo lalu diikuti oleh banyak sekolah mode lainnya yang akhirnya berjamuran, ada yang bertahan, ada pula yang harus gulung tikar hanya dalam waktu tahunan. Di Surabaya, kiprah LPTB Susan Budihardjo memang sangat gencar, namun karena harganya yang lebih tinggi dibandingkan pesaing, peminatnya pun lalu makin lama makin sedikit. Hal tersebut terjadi terutama karena sebab-sebab yang telah diungkapkan sebelumnya, yaitu karena pengelolaan manajemen promosi yang kurang baik karena tidak ada konsistensi dan efisiensi yang tepat mengenai sasaran.

Lance & Woll (2006;91) dalam bukunya mengutarakan bahwa semua kegiatan periklanan secara tidak sadar dinilai customer sebagai komponen-komponen yang bekerja sama untuk membentuk citra brand. Media promosi bukan terdiri atas serangkaian kegiatan yang terisolasi dan terpisah karena customer memiliki pemahaman yang kuat atas brand dan apa yang dikomunikasikannya. Dengan adanya fragmentasi media dan konten yang semakin kompleks, maka membangun dan mempertahankan mereka menuntut untuk senantiasa merawat brand, dalam hal ini adalah brand LPTB Susan Budihardjo.

Berbicara dengan customer lewat suatu media promosi membutuhkan konten yang berbeda, tapi bukan konteks. Keseluruhan citra brand harus relevan dengan konteks ketika customer mengakses informasi. Memastikan komunikasi yang digunakan sama adalah tugas seorang desainer, begitu pula dengan perancangan


(11)

media promosi booklet LPTB Susan Budihardjo, perlu adanya keseragaman, keselarasan dan harmonisasi antara perancangan booklet dan media promosi lain yang telah dimiliki LPTB Susan Budihardjo selama ini agar tidak terjadi ketimpangan-ketimpangan tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat diangkat, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang media promosi booklet untuk LPTB Susan Budihardjo Surabaya?

2. Bagaimana cara mengemas media promosi booklet tersebut sehingga selaras dan sejalan dengan media promosi yang lain?

1.3 Batasan Masalah

Dari rumusan masalah di atas, maka batasan masalah yang akan dikerjakan dalam Kerja Praktik ini adalah:

1. Merancang desain media promosi booklet LPTB Susan Budihardjo Surabaya

2. Mencari dan mengumpulkan berbagai macam bahan referensi sebagai landasan dalam merancang media promosi booklet LPTB Susan Budihardjo Surabaya.


(12)

5

3. Melakukan analisa pesaing, visi dan misi perusahaan/klien serta berbagai unsur yang dapat mendukung proses perancangan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada Kerja Praktik ini adalah:

1. Untuk memperoleh landasan dalam merancang suatu media promosi sehingga dapat diimplementasikan oleh klien untuk mendukung proses promosi

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan desain booklet sehingga dapat memberi hasil yang memuaskan bagi klien

1.5 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Membantu proses pembelajaran, pengalaman dan wawasan penulis dalam

merancang suatu media promosi booklet

b. Sebagai bahan perbandingan perancangan media promosi booklet

perusahaan yang selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Membantu manajemen promosi LPTB Susan Budihardjo Surabaya melalui

perancangan media promosi booklet.


(13)

mendukung proses pemasaran klien yang bersangkutan.

1.6 Pelaksanaan

Kerja Praktik ini dilaksanakan di LPTB Susan Budihardjo Surabaya bertempat di bagian promotion, yang beralamat di Jalan Sumatera 31-E Surabaya. Waktu pelaksanaan terhitung mulai dari tanggal 1 Juli sampai tanggal 31 Agustus Tahun 2014, dengan perpanjangan masa Kerja praktik yang semula dari tanggal 1 Juli sampai tanggal 1 Agustus ditambah 1 bulan menjadi 1 Juli sampai dengan tanggal 31 Agustus. Jam kerja terhitung dari hari Senin sampai Sabtu mulai dari pukul 10.00 WIB – 17.00 WIB pada hari Senin sampai Jumat, 10.00 WIB – 14.00 WIB pada hari Sabtu.

Adapun kegiatan yang dilakukan selama dalam masa Kerja praktik di LPTB Susan Budihardjo adalah:

1. Mengumpulkan data referensi klien melalui hasil brief dan online.

2. Menganalisa data referensi untuk menentukan elemen dalam booklet.

3. Menyiapkan bahan-bahan desain, seperti gambar, font, warna, dan sebagainya.


(14)

7

Sistematika penulisan Laporan Kerja Praktik ini akan disusun sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab I ada beberapa materi yang akan diuraikan, yaitu sebagai berikut :

1.1Latar Belakang Masalah

1.2Rumusan Masalah

1.3Batasan Masalah

1.4Tujuan

1.5Manfaat

1.6Pelaksanaan

1.7Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab II akan dijelaskan tentang berbagai macam tinjauan pustaka yang menjadi dasar dari perancangan karya pada Kerja Praktik ini.


(15)

Pada Bab III ini akan dijabarkan metode penelitian yang sekiranya paling sesuai untuk mendukung metode perancangan karya yang akan dikerjakan pada Kerja Praktik ini.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada Bab IV ini berisi penjelasan umum tentang gambaran perusahaan tempat Kerja Praktik ini, yaitu gambaran umum tentang LPTB Susan Budihardjo Surabaya.

BAB V : IMPLEMENTASI KARYA

Pada Bab V ini memuat hasil implementasi karya dari metode perancangan pada Bab III.

BAB VI : PENUTUP


(16)

(17)

9 1.1 Pengertian Promosi

Promosi secara harafiah berasal dari kata Bahasa Inggris „promote‟ yang dalam Bahasa Indonesia berarti meningkatkan atau mengembangkan. Pengertian tersebut jika digunakan dalam bidang penjualan berarti alat untuk meningkatkan omzet penjualan. Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang bisa menghantarkan suatu organisasi atau seseorang untuk mewujudkan transaksi pembelian dan penjualan. Kegiatan promosi merupakan kegiatan paling akhir dari marketing mix yang sangat penting dimana keputusan terakhir pembelian semuanya

berada di tangan konsumen.

Menurut Siswanto Sutojo (2003;57) kegiatan promosi ialah kegiatan untuk memperkenalkan produk, meyakinkan dan mengingatkan kembali manfaat produk pada pembeli. Sementara menurut Stanson, promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, penjualan personal dan alat promosi yang lain, yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan.


(18)

10

1. Periklanan, bentuk promosi yang bisa dilakukan secara cetak, visual maupun audio visual

2. Personal-selling, kegiatan ini dilakukan secara tatap muka yang dilakukan

antar individu dengan tujuan mempertahankan hubungan

3. Promosi penjualan, bentuk kegiatan promosi yang dengan menggunakan alat peraga, misalnya demonstrasi atau pameran.

4. Publisitas, yakni suatu kegiatan berpromosi melalui media-media massa dalam bentuk suatu berita bukan iklan. (dilihatya.com)

1.2 Pengertian Media

Menurut Djamarah ( 1995 : 136 ), Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.

Dijabarkan pula oleh Purnamawati dan Eldani (2001 : 4), Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar.

Hamidjojo dalam Latuheru (1993), memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau pendapat sehingga dapat sampai ke penerima yang


(19)

dituju.Contoh – contoh media antara lain : Radio, Televisi, Film, Gambar yang diproyeksi, LCD, OHP, dan sebagainya. (http://wawan-junaidi.blogspot.com/ 2012/01/pengertian-media.html)

2.3 Jenis-Jenis Media Promosi

Jenis-jenis media promosi dibagi dalam tiga lini besar, yaitu Above The Line, Below The Line dan Through The Line, seperti yang dijabarkan di bawah ini.

2.3.1 Above The Line

Above-The-Line adalah cara berpromosi dengan menggunakan mass media, seperti televisi, radio dan media-media cetak dalam jumlah besar. Saat

ini internet sangat booming dan telah menjadi kultur baru di dalam masyarakat kita dan hal tersebut memberi kesempatan bagi insan periklanan untuk memanfaatkan space-space iklan di search engine atau banner pada situs-situs yang dianggap sering dikunjungi netizen. Tipe komunikasi ini adalah termasuk dalam cara-cara konvensional yang telah banyak mengalami improve meskipun masih bersifat impersonal pada konsumen.

Strategi Above The Line cocok bagi produk/jasa/perusahaan yang sifatnya umum, bisa diterima masyarakat luas, tidak memerlukan konsumen dengan spesifikasi yang terlalu rumit dan jumlahnya terlalu sedikit, karena hal


(20)

12

itu hanya akan membuang uang dan waktu. Untuk produk yang membutuhkan pendekatan langsung dengan konsumen dapat menggunakan strategi Below The Line yang bersentuhan langsung dengan konsumen.

Sifat dari media Above The Line merupakan media „tak langsung‟ yang dimaksudkan untuk menjangkau konsumen yang sangat luas atau yang masih belum terdefinisi.

Gambar 2.1 Billboard dua sisi Berkshire Bank Sumber : www.berkshirebank.com


(21)

2.3.2 Below The Line

Below The Line adalah segala aktivitas promosi yang dilakukan di

tingkat konsumen dengan tujuan untuk merangkul konsumen supaya aware dengan barang/produk/jasa/image/perusahaan yang ingin disampaikan. Below The Line dirasa lebih efektif dan efisien, baik secara dana maupun target

pasarnya, karena tipe promosi Below The Line lebih menekankan pada komunikasi inter-persona secara individu dan sifatnya juga lebih pribadi karena konsumen bersentuhan langsung secara lebih dekat dengan media promosinya maupun dengan produk yang ditawarkan. Pada beberapa kasus promosi penjualan produk yang konsumennya spesifik dan jumlahnya sedikit, Below The Line adalah sarana yang lebih tepat untuk mempromosikannya.

Media promosi Below The Line menggunakan cara-cara yang lebih out-of-the-box dibandingkan Above The Line karena memang memungkinkan

untuk dilakukan. Yang termasuk dalam media promosi Below The Line adalah brosur, spanduk, poster dan sebagainya.

Brosur adalah terbitan tidak berkala yang terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain dan selesai dalam sekali terbit. Berbeda dengan poster yang didesain untuk orang dapat mudah membaca meskipun hanya sekedar lewat, brosur dimaksudkan untuk dibaca secara khusus karena isinya mengandung suatu informasi tertentu. Pada


(22)

14

beberapa jenis, brosur dimaksudkan agar orang menyimpannya untuk sewaktu-waktu dibaca kembali saat membutuhkan informasi.

Gambar 2.2 Brosur pop-up pertokoan IKEA Sumber : www.smashing-magazines.com

Yang masih termasuk dalam keluarga brosur beberapa di antaranya adalah leaflet yang merupakan selembar kertas berisi informasi tertentu;umumnya berjenis cetakan dua muka (front-behind) dalam lipatan-lipatan tertentu atau tidak ada lipatan-lipatan sama sekali dan dicetak di atas kertas


(23)

berkualitas dalam desain yang menarik, lalu flyer yang merupakan sehelai kertas yang umumnya berjenis cetakan satu muka dengan kualitas kertas tak terlalu bagus dan terkesan ala kadarnya atau sering disebut selebaran dan terakhir adalah katalog, terdiri dari banyak halaman/lembar yang merupakan sarana yang sangat tepat untuk mempromosikan macam-macam jenis produk dengan jumlah banyak dan dengan penjelasan spesifikasi per-produk yang lebih mendetail.

2.3.3 Through The Line

Through the Line merujuk pada strategi periklanan yang melibatkan ATL maupun BTL, dimana penggunaan media sosial telah mengaburkan garis antara teknik-teknik pemasaran dalam konteks media promosinya. Dewasa ini, perusahaan menggunakan pendekatan yang terintegrasi nmelibatkan baik ATL maupun BTL dan hal itu disebut pendekatan Through The Line (TTL). Pendekatan ini memungkinkan brands untuk berhubungan dengan konsumen dalam banyak lini dan hal itu menimbulkan persepsi yang solid mengenai suatu perusahaan dan suatu produk, tujuan utama dari sebuah pemasaran.


(24)

16

2.4 Pengertian Booklet

Arti booklet dalam oxford dictionary adalah sebuah buku dengan kapasitas kecil yang bersampulkan kertas tipis (www.oxford-dictionary.uk). Booklet masih termasuk dalam keluarga brosur, namun tampilan luarnya sekilas mirip dengan majalah. Perbedaan yang paling jelas terlihat dari booklet adalah sifatnya yang terdiri dari beberapa halaman lebih banyak dari sekedar brosur lembaran biasa atau pamflet dan selalu dalam bentuk dijilid menjadi satu buku yang utuh, kerap kali menggunakan teknik stapler, pengeleman atau penjahitan.

Gambar 2.3 Booklet promosi perusahaan lampu Blue Pike Sumber : istimewa


(25)

Di dalam booklet mengandung banyak informasi deskriptif yang menjelaskan suatu produk secara mendetail. Spesifikasi, daftar harga, pilihan warna atau bentuk dan macam-macam produk yang dimiliki, biasanya adalah menu-menu yang tak terlewatkan dari komposisi booklet produk tertentu karena semua informasi yang jumlahnya masif itu dapat tercantum di dalam booklet dengan space yang banyak, lebih luas dan nyaman di mata sehingga informasi-informasi tersebut tidak berdesakan di satu tempat yang sempit. Informasi yang terlalu banyak dalam bidang yang kecil dapat mengakibatkan konsumen malas membaca dan informasi akhirnya tidak tersampaikan dengan benar.

Gambar 2.4 Booklet promosi Alphabet City jenis pertama Sumber : www.designinspiration.net


(26)

18

Gambar 2.5 Booklet promosi Alphabet City jenis kedua Sumber : www.designinspiration.net

Sebuah gallery, urban art space dan urban book publisher bernama Alphabet City terkenal sebagai perusahaan yang sangat memanfaatkan daya tarik bookletnya sebagai bagian dari promosi. Alphabet City yang bertempat di Los Angeles dan New Zealand membuat dua jenis booklet untuk dua jenis pengunjung yang berbeda. Booklet jenis pertama terkesan lebih solid dan formal dengan cover eksklusif berserat kayu diperuntukkan bagi pengunjung dari kalangan wartawan, penggiat seni, kurator, penulis dan orang-orang yang memiliki business matter dengan mereka, sementara booklet jenis kedua dengan penggambaran visual yang lebih luwes untuk pengunjung dari kalangan masyarakat umum.


(27)

Pembedaan booklet ini bertujuan bukan sebagai pembedaan kelas, tapi justru kebalikannya, perbedaan booklet yang dibagikan adalah untuk membedakan porsi dan ragam informasi yang memang harus dipetakan dengan lebih jelas menurut kepentingan pengunjung yang datang ke tempat itu, mengingat Alphabet City adalah perusahaan besar yang memiliki beragam fasilitas yang sifatnya berbeda satu sama lainnya. Jika hanya terdapat satu booklet saja maka pengunjung yang hanya sekedar mampir untuk melihat-lihat karya seni di dalam galeri juga harus menyerap informasi rinci mengenai profil perusahaan, jalur penerbitan buku atau mengenai rate harga kontrak karya yang akan dipajang di dalam galeri selama setengah tahun.

Booklet serupa dengan kartu nama digabungkan dengan brosur, booklet merupakan perpaduan antara proses pengenalan identitas suatu perusahaan hingga penawaran apa saja yang disediakan dalam detail yang membuat siapapun yang membacanya mampu memahami gambaran besar dan jelas mengenai perusahaan itu dan apa yang dijualnya.

Bentuk booklet bisa diaplikasikan pada identitas diri seseorang dalam wujud portfolio. Umumnya seorang desainer perlu memiliki portfolio dalam bentuk cetak sebagai wujud bukti dari karakter dan skill yang dimilikinya dan portfolio ini umumnya berbentuk booklet karena sifatnya yang memuat banyak informasi, memiliki banyak ruang dan dapat dimodifikasi sesuka hati.


(28)

20

Gambar 2.6 Booklet portfolio desainer Joe Ristrienger Sumber : www.inspirationhut.com

Booklet portfolio sifatnya lebih pribadi namun memiliki beberapa manfaat yang berbeda. Yang pertama sebagai collectible item untuk penggemar desainer tersebut dan biasanya dijual secara komersial dan yang kedua berupa alat pendukung dalam proses job interview bagi desainer itu sendiri sebagai bagian dari usaha mempromosikan diri.

Umumnya, media promosi dalam bentuk booklet biasanya memang dimiliki oleh sebuah perusahaan, sekolah, universitas atau suatu tempat kursus sebagai bagian dari


(29)

media promosi below-the-line. Manfaat dari media promosi booklet bagi sebuah perusahaan, sekolah, universitas atau suatu tempat kursus adalah :

1. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan berpromosi melalui media audio-visual.

2. Informasi sampai secara langsung dan proses penyampaian bisa disesuaikan dengan kondisi.

3. Desain booklet yang umumnya dibuat semenarik mungkin membuat booklet tidak hanya sebagai alat promosi, tapi juga bisa berperan sebagai collectible item bagi konsumen.

4. Informasi pada booklet lebih terperinci tentang produk atau jasa yang ditawarkan sehingga tingkat pemahaman konsumen terhadap produk atau jasa tersebut lebih tinggi.

5. Dapat disimpan dan dibaca kembali sewaktu-waktu saat konsumen membutuhkan. (brainly.co.id)

Cara berpromosi Lake Shore yang merupakan komunitas anak-anak muda yang menyukai seni mural, seniman grafis dan seniman jalanan di Miami juga menggunakan booklet promosi, yang lalu akan dibagikan pada masyarakat umum yang melintas di depan karya mereka sebagai bagian dari event tahunan mereka, yaitu berupa pameran karya seni jalanan.


(30)

22

Gambar 2.7 Booklet promosi Lake Shore dengan teknik cutting Sumber : www.inspirationhut.com


(31)

2.5 Desain

2.5.1 Elemen-Elemen Dasar Desain

Unsur visual merupakan bagian dari suatu karya desain yang saling berhubungan antar elemen-elemen dan masing-masing memiliki penyesuaian tertentu terhadap yang lainnya.Elemen-elemen visual tersusun dalam suatu bentuk organisasi dasar prinsip-prinsip desain.

Dalam sebuah desain terdapat beberapa unsur atau elemen yang diperlukan, diantaranya:

1. Titik

Titik merupakan salah satu unsur visual yang dimensi memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti.Titik merupakan bagian kecil dari garis, karena pada dasarnya suatu garis dibentuk oleh adanya hubungan titik – titik yang sangat dekat.

2. Garis

Garis merupakan deretan titik yang menyambung dengan kerapatan tertentu, atau dpat pula berupa dua buah titik yang dihubungkan.Garis memiliki sifat memanjang dan memiliki arah tertentu.Walaupun memiliki unsur ketebalan, namun sifat yang paling menonjol adalah dimensi panjangnya.Dari bentuknya, garis dibedakan atas garis lurus, garis lengkung, dan garis patah


(32)

24

(zig zag).Garis juga memiliki karakter tertentu tergantung pada media, teknik, dan tempat membuatnya.

3. Bidang atau Bentuk

Bidang merupakan unsur rupa yang memiliki dimensi panjang dan lebar, sedangkan bentuk memiliki dimensi panjang, lebar, dan tinggi. Atau dengan kata lain bidang bersifat pipih, sedangkan bentuk memiliki isi atau volume. Dari bentuknya bidang maupun bentuk terdiri dari beberapa macam, yakni; bidang geometris, bidang biomorfis (organis), bidang bersudut, dan bidang tak beraturan. Bidang dapat terbentuk karena kedua ujung garis yang bertemu, atau dapat pula terjadi karena sapuan warna.

4. Tekstur

Tekstur merupakan sifat permukaan sebuah benda.Sifat permukaan dapat berkesan halus, kasar, kusam, mengkilap, licin, berpori dan sebagainya.Kesan-kesan tersebut dapat dirasakan melalui penglihatan dan rabaan. Oleh karena itu terdapat dua jenis tekstur, yaitu tekstur nyata,yaitu sifat permukaan yang menunjukkan kesan sebenarnya antara penglihatan mata dan rabaan, dan tekstur semu (maya), yaitu kesan permukaan benda yang antara penglihatan dan rabaan dapat berbeda kesannya.


(33)

5. Warna

Secara teori warna dapat dipelajari melalui dua pendekatan, yaitu teori warna berdasarkan cahaya (dipelopori Isac Newton), dan teori warna berdasarkan pigmen warna (Goethe) Teori warna berdasarkan cahaya dapat dilihat melalui tujuh spectrum warna dalam ilmu Fisika seperti halnya warna pelangi. Untuk kepentingan pembelajaran seni rupa, artikel ini membahas teori warna berdasarkan pigmen, yakni butiran halus pada warna.

Beberapa istilah yang perlu diketahui dalam teori warna pigmen diantaranya;

1. Warna Primer, yakni warna dasar atau warna pokok yang tidak dapat diperoleh dari campuran warna lain. Warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru,

2. Warna Sekunder, yaitu warna yang diperoleh dari campuran kedua warna primer, misalnya warna ungu, oranye (jingga) , dan hijau,

3. Warna Tersier, yakni warna yang merupakan hasil percampuran kedua warna sekunder,

4. Warna analogus, yaitu deretan warna yang letaknya berdampingan dalam lingkaran warna, misalnya deretan dari warna ungu menuju warna merah, deretan warna hijau menuju warna kuning, dan lain-lain,


(34)

26

5. Warna komplementer, yakni warna kontras yang letaknya berseberangan dalam lingkaran warna, misalnya, kuning dengan ungu, merah dengan hijau, dan lain-lain.

6. Gelap Terang

Dalam karya seni rupa dua dimensi gelap terang dapat berfungsi untuk beberapa hal, antara lain: menggambarkan benda menjadi berkesan tiga dimensi, menyatakan kesan ruang atau kedalaman, dan memberi perbedaan (kontras). Gelap terang dalam karya seni rupa dapat terjadi karena intensitas (daya pancar) warna, dapat pula terjadi karena percampuran warna hitam dan putih.

7. Kedalaman

Ruang dalam karya tiga dimensi dapat dirasakan langsung oleh pengamat seperti halnya ruangan dalam rumah, ruang kelas, dan sebaginya.Dalam karya dua dimensi ruang dapat mengacu pada luas bidang gambar.Unsur ruang atau kedalaman pada karya dua dimensi bersifat semu (maya) karena diperoleh melalui kesan penggambaran yang pipih, datar, menjorok, cembung, jauh dekat dan sebagainya.Oleh karena itu dalam karya dua dimensi kesan ruang atau kedalaman dapat ditempuh melelui beberapa cara, diantaranya:


(35)

1. Melalui penggambaran gempal. 2. Penggunaan perspektif.

3 Peralihan warna, gelap terang, dan tekstur. 4. Pergantian ukuran

5. Penggambaran bidang bertindih 6. Pergantian tampak bidang

7. Pelengkungan atau pembelokan bidang 8. Penambahan bayang-bayang.

2.5.2 Prinsip Dasar Desain

Dalam sebuah desain hendaknya berpedoman pada beberapa prinsip desain agar menghasilkan sebuah desain yang menarik. Dalam buku Nirmana Dwimatra (Hakim, 1984) dijelaskan bahwa prinsip-prinsip desain diantaranya:

1. Keseimbangan

Terdapat dua pendekatan dasar untuk menyeimbangkan. Pertama merupakan keseimbangan simetris yang merupakan susunan dari elemen agar merata kekiri dan kekanan dari pusat. Kedua merupakan keseimbangan asimetris yang merupakan pengaturan yang berbeda dengan berat benda yang sama disetiap sisi halamannya.


(36)

28

Simetris bisa menjadi kekuatan dan stabilitas publikasi, presentasi, dan situs website.Asimetris dapat menyiratkan kontras, berbagai gerakan, mengejutkan, dan lain-lain.

2. Irama atau Ritme

Irama atau ritme adalah penyusunan unsure-unsur dengan mengikuti suatu pola penataan tertentu secara teratur agar didapatkan kesan yang menarik.Penataannya dapat dilaksanakan dengan mengadakan pengulangan maupun pergantian secara teratur.

3. Penekanan atau Fokus

Fokus atau pusat perhatian selalu diperlukan dalam suatu komposisi untuk menunjukkan bagian yang dianggap penting dan diharapkan menjadi bagian utama.

4. Kesatuan

Kesatuan atau unity merupakan salah satu prinsip yang menekankan pada keselarasan dari unsur-unsur yang disusun, baik dalam wujudnya maupun kaitannya dengan ide yang melandasinya. Dengan adanya kesatuan ini, elemen-elemen yang ada saling mendukung sehingga diperlukan fokus yang dituju.


(37)

2.5.3 Layout

Layout dapat diartikan sebagai penataletakan atau pengorganisasian dari beberapa unsur desain agar teratur dan tercipta hierarki yang baik guna mendapatkan dampak yang kuat dari orang yang melihat. Menurut Kamus Istilah Periklanan, Materi Advertising (http://library.binus.ac.id).

Proses layout adalah mengatur penempatan berbagai unsur komposisi seperti test, garis, bidang, gambar, dan sebagainya. Hal-hal yang harus jelas pada layout adalah:

1. Huruf dan ukurannya

2. Bentuk, ukuran, dan komposisi 3. Warna

4. Ukuran kertas cetak (bila dicetak)

Terdapat tiga kriteria sebuah layout dapat dikatakan baik, yakni: mencapai tujuan, ditata dengan baik, dan menarik pengguna. Sebuah layout dapat bekerja dan mencapai tujuannya bila pesan-pesan yang disampaikan dapat segera ditangkap dan dipahami oleh pengguna dengan cara-cara tertentu.

Dalam layout terdapat beberapa unsur penting, diantaranya: huruf/tipografi, kata, baris, kolom, garis, ornamen, gambar, foto, dan warna. Sebuah layout yang menarik bisa jadi merupakan layout yang cantik, mengejutkan menghibur, aneh, bisa jadi malah sederhana dan lugas. Untuk


(38)

30

pemilihan image yang akan ditampilkan dalam sebuah layout dapat melakukan pendekatan melalui target audince yang akan melihat layout tersebut.Prinsip-prinsp sebuah layout:

a.Balance (seimbang)

Merupakan keseimbangan yang membantu menentukan ukuran dan perauran setiap bagian dalam layout.

b.Rhytm (irama)

Merupakan bentuk yang dihasilkan dengan melakukan pengulangan elemen secara bervariasi.

c.Emphasis (tidak berat)

Dalam upaya menarik perhatian pambaca, setiap pesan pada layout harus memiliki daya tarik yang tinggi, agar khalayak yang melihatnya tidak cepat berpaling.

d.Unity (kesatuan)

Keseluruhan elemen pada sebuah layout harus saling memiliki kesatuan satu sama lainnya. (http://faculty.petra.ac.id/)

Sebagaimana yang ditulis dalam library.binus.ac.id (2014) bahwa prinsip-prinsip desain diantaranya adalah:

a. The Law of Variety merupakan sebuah layout harus dibuat bervariasi


(39)

b. The Law of Balance yaitu dalam sebuah layut mata pembaca

sebaiknyabergerak secara wajar, jadi sebaiknya dimulai dengan urutan yang ada.

c. The Law of Harmony adalah bagian dari layot sebaiknya dirancang

secara harmonis dan tidak meninggalkan kesan monoton.

d. The Law of Scale sebagai paduan warna terang dan gelap akan

menghasilkan sesuatu yang kontras, hal ini dapat dipakai untuk memberikan tekanan pada bagian-bagian tertentu pada layout.

Gambar 2.8 Layout artikel fortune cookies Sumber : www.smashing-magazine.com


(40)

32

2.5.4 Warna

Gambar 2.9 Pantone Color Guide Sumber : www.smashing-magazine.net

Hampir setiap makhluk hidup ataupun benda mati yang kita lihat memiliki warna. Warna adalah bagian dari kehidupan. Dengan warna manusia belajar membedakan mana langit dan mana lautan, meskipun keduanya sama-sama berwarna biru. Hanya saja biru yang seperti apa? Langit berpendar dalam warna biru yang nyaris putih, sementara lautan memiliki warna biru yang gelap, dalam dan kadang sedikit kehijauan. Satu warna biru dapat memiliki puluhan variasi.

Dalam bukunya, Holtzschue mengemukakan, “Desainer menggunakan warna. Kepentingan mereka adalah pada efeknya, bukan pada kalimat, ide


(41)

atau sebabnya. Memahami apa yang dilihat, dan bagaimana dan mengapa hal itu terlihat –bagaimana suatu warna bekerja– adalah pengetahuan dasar yang mendukung seni mewarnai. Desainer bekerja setiap hari dengan warna di zona nyaman mereka; campuran dari fakta, akal sehat dan intuisi. Seorang ahli dalam warna akan selalu mengeksploitasi ketidak stabilan dalam warna itu sendiri dan menggunakannya untuk membangkitkan minat orang lain dan untuk menghidupkan desainnya.” (Holtzschue, 2006:3)

Seorang desainer hanya akan menjadi desainer yang berhasil jika ia juga memahami apa itu warna, efek warna pada orang yang melihatnya dan bagaimana warna dapat menjadi suatu statement tertentu.

Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer.

Dalam peralatan optis, warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya: merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu. Misalnya pencampuran 100% merah, 0% hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta.

Disadari atau tidak, warna memainkan peran yang sangat besar dalam pengambilan keputusan saat memilih sebuah merek atau brand. Penelitian


(42)

34

yang dilakukan oleh Institute fo Color Research di Amerika menemukan bahwa sesorang dapat mengambil keputusan terhadap orang lain, lingkungan maupun produk dalam waktu hanya 90 detik saja. Dan keputusan tersebut 90%-nya didasari oleh warna.

Selain itu, warna juga dapat meningkatkan brand recognition sebanyak 80%, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Loyola, Chicago, Amerika. Karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa pemilihan warna yang tepat merupakan proses yang sangat penting dalam mendesain identitas visual. Untuk itu dibutuhkan riset yang mendalam menyangkut beberapa bidang, antara lain psikologi, budaya dan komunikasi. Karena warna selalu memiliki pencitraan visual yang akan menimbulkan kesan tersendiri terhadap publik.

Secara umum, terdapat dua macam warna pada identitas visual, yaitu warna pada logo dan warna untuk corporate color / warna perusahaan.

Ada kalanya corporate color yang digunakan dalam aplikasi-aplikasi desain menggunakan warna yang sama dengan warna pada logo, namun ada juga yang memperluas jangkauan area warnanya. Memilih warna bagi sebuah identitas bukan berdasarkan selera atau asal tebak,

Karena belum tentu warna yang kita sukai adalah yang paling sesuai dengan kepribadian identitas tersebut. Butuh riset yang mendalam akan hal


(43)

ini, contohnya riset terhadap kepribadian entitas, produk, media, pelanggan dan market / pasar.

Melalui hasil riset tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan, warna apa yang tepat untuk sebuah desain yang komunikatif.

Karena, warna dalam sebuah sistem identitas visual menjadi titik tolak dalam menentukan desain media atau bentuk identitas lainnya. Publik akan lebih mudah mengartikan atau mendefinisikan sebuah brand melalui warna yang dimilikinya. Warna yang berbeda dengan brand lainnya, menjadikan brand tersebut menjadi lebih mudah dikenal dan diingat oleh target audience. Warna dan maknanya :

Warna Merah

Arti makna warna merah; mengimplikasikan passion, energi, bahaya, agresi, kehangatan dan panas. Penelitian menunjukkan bahwa warna merah bisa menstimulasi nafsu makan, karena itulah banyak restoran atau produk makanan yang menggunakan warna merah untuk logo mereka. Warna merah anak membuat logomu terlihat lebih dinamis.

Warna Oranye

Arti makna warna oranye; sering dianggap sebagai warna dari inovasi dan pemikiran modern. Warna ini juga mengandung arti muda, fun, serta keterjangkauan.


(44)

36

Warna Kuning

Arti makna warna kuning; merupakan warna yang cerah, hangat dan bersahabat. Selain merah, warna ini juga merupakan salah satu warna yang dapat menstimulasi nafsu makan. Tetapi, kamu harus berhati-hati dalam pemakaiannya karena warna ini juga mengandung konotasi negated seperti warna yang menandakan rasa pengecut dan juga digunakan dalam rambu-rambu peringatan.

Warna Hijau

Arti makna warna hijau; biasanya digunakan ketika ingin menonjolkan sifat natural dan beradab dari suatu perusahaan. Warna ini juga memiliki arti lain seperti pertumbuhan dan kesegaran, karenanya warna ini popular digunakan oleh produk-produk organik, makanan vegetarian dan produk finansial.

Warna Biru

Arti makna warna biru; adalah warna yang paling sering digunakan untuk logo perusahaan. Warna ini menyiratkan profesionalisme, pemikiran yang serius, integritas, ketulusan dan ketenangan. Biru juga diasosiasikan dengan otoritas dan kesuksesan. Karena itulah warna ini populer digunakan oleh institusi financial dan badan pemerintah.


(45)

Warna Ungu

Arti makna warna ungu; mengesankan kemewahan dan royalty. Warna ini sejak lama diasosiasikan dengan gereja, mengimplikasikan kebijaksanaan dan martabat. Sepanjang sejarah yang ada, warna ini telah menjadi warna dari harta dan kekayaan.

Warna Hitam

Arti makna warna hitam; memiliki makna ganda yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, ia menyiratkan kekuatan dan kecanggihan, tapi disisi lain ia diasosiasikan dengan kejahatan dan kematian.

Warna Putih

Arti makna warna putih; secara general dihubungkan dengan kemurnian, kebersihan, kesederhanaan dan kenaifan. Pada prakteknya, logo berwarna putih akan selalu membutuhkan bidang berwarna agar terlihat pada background putih. Oleh karena itu, perusahaan biasanya akan membuat versi berwarna dari logo putih mereka agar dapat digunakan pada background berwarna putih.

Warna Coklat

Arti makna warna coklat; memiliki makna maskulin dan seringkali digunakan untuk produk-produk yang berhubungan dengan alam terbuka dan aktivitas outdoors.


(46)

38

Warna Merah Muda (Pink)

Arti makna warna merah muda (pink); dapat menjadi warna yang menyenangkan dan menggoda, akan tetapi kesan feminin dari warna ini membuatnya sering dihindari produk-produk yang tidak ditargetkan khusus untuk wanita.

Warna-warni tercipta karena adanya cahaya. Tanpa adanya cahaya, manusia tidak akan dapat membedakan warna. Seperti halnya jika kita memasuki sebuah ruangan yang gelap dan tertutup tanpa adanya cahaya, maka mata kita tidak akan dapat membedakan warna-warni yang ada di dinding tersebut. Pada tahun 1666 pengetahuan tentang warna didefinisikan oleh Sir Isaac Newton. Dimana ketika itu Newton secara tidak sengaja melihat spectrum warna yang dihasilkan oleh cahaya yang terpancar melalui sebuah gelas prisma. Hal tersebut ditulis oleh Nuryawan (2009 : 101) dalam bukunya yang berjudul; Kombinasi Warna Komplementer.

Perasaan nyaman dan tidak nyaman akan timbul saat kita dihadapkan pada beberapa karya desain baik poster, lukisan, flyer, ataupun karya desain dan media promosi lainnya. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan warna yang terdapat dalam desain tersebut tidak tepat. Penerapan warna pada sebuah desain akan menimbulkan kesan dan perasaan tertentu. Dalam dunia desain grafis, warna menjadi hal yang sangat penting dan juga sangat


(47)

berpengaruh terhadap sebuah karya desain. Oleh karena itu, seorang desainer juga harus mengerti tentang kaitan-kaitan warna dalam desain grafis sebagai berikut :

1. Color Wheel (Roda Warna)

Teori dasar warna yang digambarkan dalam bentuk lingkaran (roda) atau yang biasa disebut dengan Color Wheel (roda warna) ini terdiri dari tiga warna dasar, yaitu merah, biru, dan kuning yang biasa disebut sebagai warna Primer. Kemudian pencampuran dari dua warna dasar ini melahirkan warna baru berupa warna sekunder. Selanjutnya warna primer yang dicampur dengan warna sekunder akan menghasilkan warna tersier. Warna-warna tersebut digambarkan dalam sebuah lingkaran warna yang lebih dikenal dengan sebutan Color Whell. Adapun beberapa aturan dasar yang terkait dengan Color Wheel :

a. Monochromatic Color

Merupakan perpaduan dari beberapa warna yang bersumber dari satu warna dengan nilai dan intensitas yang berbeda.

b. Warna Analog


(48)

40

c. Warna Pelengkap

Digunakan saat dimana beberapa desain membutuhkan sebuah nilai kontras yang cukup untuk menarik perhatian lebih dari pembaca visual. Misal :biru dan orange, merah dan hijau.

d. Warna Triad

Teori roda warna menjelaskan bagaimana warna-warna dasar mampu melahirkan berbagai warna baru disekitarnya.Terdapat sangat banyak sekali kombinasi warna selain dari warna-warna dasar untuk dapat membuat sebuah desain tampak unik dan berbeda.

2. Ruang pada Warna

Selain dapat mempengaruhi ruang dan bentuk, warna juga dapat mempengaruhi kesan yang disampaikan pada warna.Atau dapat juga disebut sebagai respon naluriah pada mata dalam menyikapi suatu kesan pada sebuah visual.

3. Kontras Warna

Kontras warna dapat dipengaruhi oleh warna-warna yang ada disekitarnya. Teorinya sangat sederhana : Kontras = Gelap VS Terang.


(49)

4. Psikologi Warna

Warna dapat memberikan kesan serta mewakili karakter dan perasaan-perasaan tertentu.Pleh sebab itu psikologi warna memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia desain. Dimana dapat membantu seorang desainer untuk memilih dan menyesuaikan warna dalam desainnya sesuai dengan target yang dituju, komunikasi visual yang efektif, dan dapat membangun kesatuan rasa kepada pembaca visual.

5. Bidang Warna

Garis Outline pada sebuah bidang berfungsi sebagai pembatas warna agar tidak terlihat menyebar keselilingnya. Semakin tipis garis outline yang diberikan, maka semakin tersebar warna ke area luar bidang. Begitu pula sebaliknya.

6. Skema Warna

Skema warna adalah beberapa warna yang dikombinasikan sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan nuansa tertentu.Istilah skema warna ini biasanya digunakan dalam dunia desain interior. Skema Warna dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :


(50)

42

a. Skema Warna Komplementer

Skema warna komplementer atau kontras adalah suatu skema warna yang merupakan perpaduan antara dua warna yang terletak bersebrangan satu sama lain pada lingkaran warna.Skema warna komplementer atau kontras yang umum adalah perpaduan antara satu warna primer dengan satu warna sekunder yang terletak berseberangan.

b. Skema Warna Split Komplementer

Skema warna split komplementer adalag satu jenis skema warna yang didasari oleh skema warna komplementer yang sudah baku namun memiliki variasi yang berbeda. Split Komplementer adalah suatu skema warna yang menggunakan kombinasi dari stu warna yang dipadukan dengan dua warna lain yang letaknya berdekatan atau bersebelahan atau mengapit warna yang letaknya tepat bersebrangan dengan warna tersebut. Jadi pada skema warna split komplementer terdapat tiga warna yang dipadukan.


(51)

2.5.5 Tipografi

Terdapat dua macam jenis tipografi yang digunakan dalam sistem identitas visual, yaitu tipografi dalam logo (letter marks) dan tipografi yang digunakan dalam media-media aplikasi logo (corporate typeface / corporate typhography).

Karena memiliki fungsi yang berbeda, karakteristik huruf yang digunakan pada letter marks dengan corporate typeface juga berbeda. Misalnya sebuah logo menggunakan jenis huruf Futura, bukan berarti corporate typeface-nya harus menggunakan huruf Futura juga.

Pada letter marks, keunikan menjadi hal utama dalam logo, karena itu jenis huruf yang dipilih harus unik. Biasanya jenis huruf letter marks dirancang khusus atau menggunakan jenis huruf yang sudah ada namun diubah bentuknya. Sedangkan corporate typeface lebih bertujuan untuk menjaga kesatuan desain (unity) antar media-media atau aplikasi desain perusahaan.

Selain itu corporate typeface juga memiliki fungsi-fungsi tipografi pada umumnya, yaitu penyampaian informasi yang harus nyaman dibaca dengan segala kriteria-kriterianya (legible, readable dan lain- lain).


(52)

44

Corporate typeface banyak menggunakan jenis huruf yang sudah beredar di pasaran, tetapi tidak sedikit perusahaan besar yang merancang sendiri hurufnya. Tujuannya agar sesuai dengan kepribadian entitasnya, mempertahankan keunikan dan konsistensi identitas sampai ke elemen-elemen terkecil. Pemilihan atau penciptaan jenis huruf perusahaan tidak berdasarkan selera atau kesukaan semata. Masing- masing jenis huruf, seperti elemen identitas lainnya, membawa sifat atau kepribadiannya masing-masing.

Di negara lain, tidak sedikit lembaga pendidikan yang memiliki jenis hurufnya sendiri. Elemen identitas tersebut selain memperkuat brand, sekaligus berfungsi untuk menjual, juga dapat menimbulkan kebanggaan tersendiri terhadap almamater.

Terdapat fakta menarik seputar jenis huruf yang sangat terkenal dan sering digunakan oleh publik.

Jenis huruf ini hampir dapat ditemui di setiap tempat, mulai dari penunjuk jalan, logo perusahaan, hingga di pesawat ruang angkasa. Jenis huruf ini adalah “Helvetica”. Helvetica sangat populer sekaligus menimbulkan banyak pro- kontra di antara para desainer.

Contohnya Neville Brody, seorang desainer grafis, typhographer dan art director, pernah mengatakan bahwa Helvetica adalah senjata utama desain. Sedangkan Eric Spiekermann, typhograpgher Jerman mengatakan Helvetica


(53)

terlalu lazim, membosankan, terlalu sering digunakan dan mencari aman. Berkaitan dengan logo, dimana keunikan menjadi faktor utamanya, menggunakan jenis huruf yang terlalu umum dipakai harus benar-benar diperhitungkan dengan baik.

Tipografi merupakan salah satu elemen yang penting dalam desain.Tipografi berfungsi sebagai elemen pelengkap dalam desain, bisa dikatakan tipografi merupakan visual language atau bahasa yang dapat dilihat. Dianggap sebagai elemen pelengkap karena tipografi berfungsi untuk menjelaskan elemen desain yang lain seperti konsep dan ilustrasi dalam desain. Tipografi terdiri dari susunan huruf yang membentuk rangkaian kata.Berdasarkan garis besarnya jenis huruf dalam tipografi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu Blackletter, Serif dan Sans Serif.

Blackletter, dikenal juga sebagai naskah Gothic, adalah jenis typeface dalam naskah yang digunakan di penjuru Eropa Barat, dari sekitar tahun 1150 sampai akhir abad ke-17. Blackletter terus digunakan dalam bahasa jerman sampai dengan abad ke-20. Fraktur adalah salah satu jenis naskah yang terkenal dalam jenis ini, dan kadang-kadang seluruh keluarga blackletter disebut Fraktur. Kadang blackletter disebut Old English, tapi istilah ini bukan berarti blackletter adalah huruf yang digunakan dalam naskah literatur Inggris Kuno. Bahasa Inggris Kuno atau Anglo-Saxon yang jauh lebih tua beberapa abad dari naskah-naskah blackletter.


(54)

46

Serif, Jenis huruf Serif adalah huruf yang memiliki garis-garis kecil yang berdiri horizontal pada badan huruf. Garis-garis kecil ini biasa disebut juga counterstroke. Counterstroke inilah yang membuat jenis huruf serif lebih mudah dibaca karena garis tersebut membantu menuntun mata pembaca melalui suatu garis teks meskipun dalam komposisi teks yang panjang. Sangat cocok digunakan untuk teks content atau isi. Font Serif cenderung digunakan untuk hal-hal yang bersifat formal.Font Serif sering sekali digunakan sebagai body text dan headline.Hal ini yang menyebabkan koran-koran memakai Font Serif untuk setiap artikelnya. Contoh font yang dapat dikelompokkan pada jenis huruf serif adalah : Times New Roman, Garamond, Book Antiqua, Palatino Linotype, Bookman Old Style, Calisto MT, Dutch, Euro Roman, Georgia, Pan Roman, Romantic, Souvenir, dan lain-lain.

Sans Serif, Jenis huruf sans serif adalah jenis huruf yang tidak memiliki garis-garis kecil dan bersifat solid.Jenis huruf seperti ini lebih tegas, bersifat fungsional dan lebih modern. Contoh font yang digolongkan kepada sans serif adalah : Arial, Futura, Avant Garde, Bitstream Vera Sans, Century Gothic dan lain sebagainya. Pada masa Revolusi Industri huruf ini hanya digunakan sebagai display type (huruf yang bentuk fisik dan ukurannya hanya layak digunakan untuk headline). Huruf ini merupakan simbolisasi penolakan terhadap gaya-gaya huruf lama Blackletter ataupun Serif yang dianggap tidak lagi mewakili semangat modernisme. Melihat dari pertimbangan fungsional.


(55)

Huruf Sans Serif dianggap sebagai pilihan sempurna karena lebih mudah dibaca.

Dalam dunia desain, typography terdiri dari berbagai macam jenis huruf. Tampilan fisik dari jenis-jenis huruf yang berbeda dan memiliki karakter masing-masing memiliki potensi dalam merefleksikan sebuah kesan.Jenis-jenis huruf tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan dan karakter dari sebuah desain.Adapula huruf-huruf yang khusus diciptakan untuk keperluan sebuah rancangan grafis, huruf ini di sebut dengan custom typefaces.(Tipografi dalam Desain Grafis. 2001:53)

Agar desain yang kita buat tidak gagal maka harus memperhatikan hal-hal di bawah ini :

1. Kerning

Kerning adalah jarak antar huruf. Kalau sudah bingung bagaimana membuat judul/kalimat tertentu menjadi lebih menarik, bisa dilakukan mendempetkan kerning pada judul/kalimat tersebut. Namun harap di perhatikan, jangan sampai terlalu mendempetkan kerning karena hasilnya judul/tulisan akan susah terbaca dan terasa „penuh‟.


(56)

48

2. Pemilihan Font

Pemakaian jenis font yang tepat dapat membantu desain menjadi lebih menyatu dan lebih cepat mengkomunikasikan maksud dari desain. Misalnya, pada desain brosur kecantikan, tidak mungkin menggunakan font yang „keras‟, berbentuk kaku dan tebal. Akan lebih tepat jika menggunakan font yang tipis dan luwes, sesuai dengan kepribadian target market yang di tuju, yaitu wanita.

3. Berat dan ukuran

Kita bisa memainkan berat (tebal tipis) dan ukuran (besar kecil) font, untuk memberikan emphasis (elemen mana yang akan di baca atau di tampilkan terlebih dahulu). Sehingga secara tidak langsung pembaca akan di tuntun sesuai dengan flow yang kita mau. Cara ini juga untuk mencegah pembaca pusing akan bagian mana yang seharusnya di lihat terlebih dahulu. Salah urutan dalam membaca akan mengakibatkan informasi yang kita sebarkan susah di mengerti.

4. Leading

Leading adalah jarak spasi antara kalimat atas dan bawah dalam satu paragraf. Biasanya elemen ini jarang di utak-atik oleh kebanyakan desainer. Padahal leading yang di atur dengan baik akan membuat pembaca tidak merasa lelah jika mereka membaca suatu artikel yang panjang. Jarak yang di hasilkan jika kita memainkan leading akan memberikan kesan ruang kosong (whitespace).


(57)

Yang tentu saja membuat mata tidak cepat lelah saat melihat teks yang begitu banyak.

5. Warna

Warna pada font biasanya di sesuaikan dengan background. Jika background berwarna (foto) maka lebih baik menggunakan 1 warna font yang netral (putih misalnya). Yang pasti harus menghasilkan kontras yang cukup, sehingga tetap nyaman di baca dan tidak „menusuk‟ mata.


(58)

50

BAB III

METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

3.1 Metode Penelitian

Untuk merancang media promosi booklet LPTB Susan Budihardjo sesuai dengan bidang keilmuan Desain Komunikasi Visual, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif sehingga dapat menjadi dasar dan sumber dalam penyusunan laporan. Diharapkan dengan metode kualitatif penelitan ini, dapat menghasilkan data yang sifatnya deskriptif, seperti hasil wawancara, catatan lapangan, gambar, dan lain-lain.

Metode penelitian kualitatif ini diperlukan kedekatan dengan pihak-pihak yang ahli di bidangnya, sehingga mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai keadaan dan kenyataan yang ada di lapangan.

Beberapa teknik pengambilan data yang diperlukan dalam penyusunan laporan ini adalah:


(59)

1. Observasi

Metode observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan cara mencari referensi, literatur atau bahan-bahan teori yang diperlukan melalui berbagai sumber wacana yang berkaitan dengan penyusunan laporan.

Studi pustaka dalam penyusunan laporan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui internet, mencari buku-buku yang membahas tentang media promosi booklet, serta buku-buku tentang design layout.

3. Wawancara

Menurut Prabowo (1996), wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seorang responden melalui proses percakapan secara tatap muka, karena itu metode ini memerlukan kedekatan dengan narasumber.

Metode wawancara ini dilakukan oleh penulis guna mencari informasi mengenai materi kelas, bidang apa saja yang dapat ditekuni calon murid, dunia mode, teknik menjahit, fashion show dan praktik-praktik yang mendukung proses desain media promosi booklet perusahaan dari beberapa narasumber:


(60)

52

1. Ibu Ratna Mulyawati selaku pimpinan sekolah dari LPTB Susan Budihardjo Surabaya.

2. Bapak Nono selaku wakil pelaksana dari LPTB Susan Budihardjo Surabaya.

3. Murid-murid dari kelas senior year LPTB Susan Budihardjo Surabaya.

1.2 Skema Perancangan

Brief Client Observasi Wawancara

Pengumpulan Data Brainstorming

Konsep

Proses Desain


(61)

3.3 Proses Perancangan Media Promosi Booklet

3.3.1 Client Brief

Client brief merupakan tahapan awal dari proses perancangan company profile. Tahapan ini bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dari klien yang bersangkutan, yang dimana informasi tersebut akan menjadi landasan perancangan media promosi booklet yang diinginkan klien.

Client brief tidak hanya sebuah wawancara singkat tentang keinginan dari klien, karena client brief yang baik membutuhkan sebuah wawancara intens dengan pihak perusahaan yang menguasai seluk beluk perusahaan, sehingga hasil dari final design akan sesuai dengan entitas yang diinginkan oleh klien. Pada umumnya pokok-pokok bahasan yang harus diperoleh dari client brief meliputi visi dan misi perusahaan, deskripsi perusahaan, target market perusahaan, erusahaan induk atau anak perusahaan (jika ada), dan hal-hal lain yang berhubungan erat dengan perusahaan klien.

3.3.2 Riset

Setelah mendapatkan hasil seputar informasi perusahaan klien melalui client brief, maka tahapan selanjutnya adalah proses riset. Riset adalah proses pengumpulan dan pengelompokan data penunjang yang berhubungan dengan perusahaan klien. Melalui tahapan ini, desainer dapat mengidentifikasi masalah


(62)

54

yang berhubungan dengan perusahaan klien.

Riset dilakukan oleh beberapa desainer yang ditunjuk untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh klien. Hal-hal yang dilakukan dalam proses riset meliputi:

1. Analisis Perusahaan

Dalam tahapan ini, hasil dari client brief dan beberapa dokumen perusahaan klien yang diberikan oleh klien kemudian diteliti dan dimengerti. Hal ini bertujuan untuk mencari permasalahan perusahaan yang bersifat internal yang dapat digunakan sebagai landasan perancangan corporate identity perusahaan klien. Dalam konteks ini, permasalahan internal perusahaan mencakup pada kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunities) dan ancaman (threat) yang bersifat internal dari perusahaan klien untuk memasarkan produk atau jasanya.

2. Analisis Kompetitor

Untuk membandingkan kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunities) dan ancaman (threat) perusahaan klien dengan kompetitornya, maka dibutuhkan sebuah riset dan analisis kompetior. Tahap ini juga berfungsi untuk menghindarkan persamaan elemen company profile klien dengan kompetitornya.


(63)

3. Analisis Target Market

Riset dan analisis target market perusahaan klien dilakukan dengan maksud untuk mengenal perilaku target market secara tepat. Dengan mengenal perilaku pasar, maka desainer dapat melengkapi analisis SWOT yang menjadi landasan utama dalam penentuan konsep perancangan.

3.3.3 Analisis Data

Data yang terkumpul melalui proses riset kemudian digolongkan melalui analisis SWOT ( Strength, Weakness, Opportunities dan Threat). Hal ini dilakukan untuk mempermudah desainer dalam menentukan solusi dan keywords yang pada nantinya akan diterapkan pada perancangan company profile perusahaan klien. Analisis data juga dilakukan oleh desainer yang telah melakukan riset sebelumnya, agar tingkat validitas data yang telah didapat sebelumnya tetap stabil.

Terdapat 2 tahapan dalam proses analisis data, yaitu:

1. Analisis SWOT

SWOT yang merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunites (kesempatan), dan threat (ancaman) merupakan


(64)

56

sebuah bentuk analisis data yang digunakan untuk melihat berbagai kemungkinan permasalahan internal dan eksternal perusahaan yang pada nantinya akan digunakan untuk menentukan solusi yang tepat bagi perancangan company profile perusahaan klien. Dengan bentuk bagan 2x2 symetric matrix, analisis SWOT mempermudah desainer untuk mengidentifikasi hubungan masalah internal dan eksternal sehingga dapat menemukan solusi yang tepat bagi perusahaan klien.

2. Keywords

Setelah menemukan dan merangkum solusi melalui analisis SWOT , maka ditarik sebuah kesimpulan yang berbentuk keywords untuk memudahkan desainer menentukan konsep yang tepat. Beberapa keywords yang telah ditemukan kemudian dirangkum hingga mendapatkan 3 atau 2 keywords. Ketiga keywords tersebut harus benar-benar mewakili semua keywords yang ditemukan, agar semua lingkup permasalahan perusahaan klien dapat dipenuhi.

Setelah itu, desainer akan mencari hal-hal yang berhubungan dengan ketiga keywords tersebut untuk memudahkan penentuan konsep pada tahap selanjutnya.


(65)

3.3.4 Konsep Desain

Melalui hasil rangkuman keyword yang telah ditemukan, kemudian dianalisis lebih lanjut untuk menemukan 1 buah keywords yang akan digunakan sebagai konsep desain. Dalam proses ini, desainer beserta art director bekerja sama untuk menentukan konsep company profile klien beserta media aplikasi apa yang nantinya akan dipakai. Dalam tahapan ini konsep yang telah ditemukan kemudian dideskripsikan dengan lebih lanjut, mulai dari definisi dari konsep, warna yang berhubungan dengan karakter konsep hingga nilai estetika yang terkandung di dalam konsep tersebut. Hal-hal inilah yang pada akhirnya akan menjadi titik tolak dalam perancangan corporate identiy klien sehingga dapat menghasilkan desain yang tepat dan akurat sesuai dengan keinginan klien.

3.3.5 Creative Process

Tahapan ini merupakan awal dari bentuk visualisasi konsep media promosi booklet. Dengan memperhitungkan deskripsi konsep serta warna yang telah ditemukan, desainer dituntut untuk berpikir kreatif sehingga menghasilkan desain yang komunikatif. Terdapat 2 tahapan dalam creative process, yaitu:

1. Sketch


(66)

58

dan kertas dengan tujuan untuk mengeksplor ide-ide kreatif yang berhubungan dengan konsep yang telah ditemukan sebelumnya. Dengan menggunakan teknik manual, desainer dapat dengan bebas menuangkan ide kreatifnya tanpa terpaku pada efek-efek digital komputer. Beberapa desainer dikerahkan untuk saling bertukar dan mencari ide kreatif sehingga menghasilkan desain yang variatif.

2. Digital Illustration

Setelah terkumpul beragam sketch dari beberapa desainer, maka selanjutnya art director memilih bentuk sketch mana yang tepat dan sesuai dengan konsep. Akan dipilih beberapa sketch yang dianggap tepat untuk kemudian diproses menuju tahap digital illustration. Tahapan ini dilakukan oleh seorang desainer yang ditugaskan untuk mengembangkan sketch terpilih melalui komputer. Penambahan warna pada sketch mulai tampak pada proses ini. Selain mengembangkan bentuk sketch, desainer juga akan mengembangkan variasi warna pada sketch yang telah dipilih.

3.3.6 Konsultasi

Beberapa digital illustration yang telah dibuat, kemudian diseleksi oleh art director untuk kemudian diserahkan kepada klien. Klien akan memilih desain mana yang menurut mereka tepat dan sesuai dengan keinginan mereka. Proses


(67)

konsultasi ini biasanya tidak hanya berlangsung sekali, karena terkadang klien masih merasa tidak sesuai dengan hasil yang diserahkan. Dan jika hal tersebut terjadi, maka account executive akan menyerahkan kembali pada desainer dan kembali ke tahapan creative process untuk mengembangkan lagi konsep yang telah ditentutkan. Proses ini akan terus berputar hingga pada akhirnya klien telah memilih desain mana yang mereka inginkan.

3.3.7 Proses Final

Setelah klien memilih desain mana yang tepat sesuai dengan keinginan mereka, maka selanjutnya desain yang terplih akan diproses lebih lanjut agar lebih halus dan layak untuk dipakai sebagai company profile perusahaan klien. Terdapat 2 tahapan yang ada dalam proses ini, yaitu:

1. Finishing

Seorang desainer ditunjuk untuk menyelesaikan desain yang telah dipilih oleh klien. Pada proses ini desainer dituntut jeli agar menghasilkan desain akhir yang layak. Biasanya selain memperbaiki elemen desain terpilih, desainer juga mencoba untuk mengaplikasikan desain terpilih pada media-media yang akan digunakan nantinya.


(68)

60

2. Final Design

Setelah proses finishing selesai, maka selanjutnya hasil dari final design dicetak dan kemudian diserahkan kepada klien yang bersangkutan untuk selanjutnya diaplikasikan pada kegiatan promosi selanjutnya.


(69)

61 1.1 Profil Perusahaan

LPTB Susan Budihardjo adalah lembaga pengajaran tata busana pertama di Indonesia. LPTB Susan Budihardjo telah melahirkan banyak desainer terkemuka, seperti Sebastian Gunawan, Denny Wiryawan dan Adrian Gan yang kini koleksi busananya merajai setiap fashion week. LPTB Susan Budihardjo adalah yang pertama di Indonesia yang menawarkan program desain busana dengan harga yang terjangkau saat di Indonesia belum ada satu pun sekolah mode.

Materi pembelajaran dari Susan Budihardjo dibuat secara mendetail dan lugas, memuat hampir seluruh teknik pola dan jahitan, rahasia yang diturunkan dari Susan Budihardjo sendiri. Beberapa kelas di Jakarta pun hingga saat ini masih beliau ajar, sehingga ilmu yang diturunkan sifatnya orisinil, tidak dikurangi dan tidak ditambahi.

Proses pembelajaran di dua cabangnya, yaitu di Semarang dan Surabaya, meski tidak melalui Susan Budihardjo secara langsung, namun dibimbing oleh guru-guru kepercayaan beliau, sebut saja seperti Gerardus Sugeng, seorang desainer kenamaan asli Surabaya yang karyanya seringkali digunakan presenter program gosip di televisi seperti Silet, Insert dan Halo Selebriti. (narasumber)


(70)

62

Terdapat beberapa kelas yang tersedia di LPTB Susan Budihardjo, di antaranya adalah Kelas Reguler (Modes), Kelas Non-Reguler (Malam), Kelas Bridal, Kelas Kebaya dan Payet, Kelas Anak-Anak dan Kelas Tailor. Kelas Reguler adalah kelas yang jadwalnya dimulai sejak pagi hingga sore dan biasanya memuat materi-materi dasar hingga materi advance. Murid-murid dari kelas reguler dapat mengambil ujian jika mereka menginginkannya dan nantinya jika berhasil lulus akan diberi sertifikat telah menempuh pendidikan di LPTB Susan Budihardjo dan diwisuda sebagaimana di universitas.

Kelas Non-Reguler biasanya ditujukan untuk mereka yang bekerja, masih kuliah, masih sekolah atau terhalang jadwal lain di waktu pagi hingga sore. Kelas ini diadakan pada malam hari dan dengan materi yang lebih dipadatkan agar tidak memakan waktu terlalu lama. Kelas Bridal untuk pembelajaran rancang busana, pola dan teknik-teknik jahitan gaun pengantin dan aksesorisnya. Kelas Kebaya dan Payet untuk pola kebaya dan pembelajaran ragam pola dan teknik memasang payet. Kelas Anak-Anak biasanya diperlukan pendampingan dari orang tua dan sifatnya bukan jahit-menjahit, lebih pada pembelajaran handicraft. Sementara Kelas Tailor adalah bagi mereka yang tertarik mempelajari pola dan teknik menjahit pakaian pria. Kelas Tailor tidak termasuk dalam materi pembelajaran Kelas Reguler karena sifatnya yang kurang diminati dan pola jahit pria cenderung lebih rumit dan sulit.


(71)

1.2 Sejarah Perusahaan

Berawal dari hobi menggambar dan membuat sketsa, Susan Budihardjo berhasil membangun karirnya di dunia fashion Indonesia. Bakatnya sebagai desainer sudah terlihat sejak usia muda, namun beliau masih ragu-ragu dalam menentukan keputusan, hingga akhirnya beliau melanjutkan pendidikan di Universitas Tarumanegara jurusan Arsitektur yang hanya bertahan satu semester. Pada tahun 1971, Susan secara khusus mendalami ilmu fashion di Akademi Seni Rupa dan Desain (Asride) di Jakarta. Tak puas menimba ilmu di dalam negeri, beliau kemudian bertolak menuju Inggris dan diterima bersekolah di London Fashion Design School.

Pada tahun 1976 setelah menikahi Iwan Budihardjo, Susan bermukim di Ottawa, Kanada, dan kembali mengambil kuliah jurusan fashion di Richard Robinson Couturier. Begitu lulus kuliah, tidak seperti lulusan jurusan fashion lainnya yang ingin menjadi desainer kondang, beliau berpikir selangkah lebih maju. Beliau ingin menurunkan ilmunya pada banyak orang dengan mendirikan sekolah fashion sendiri.

Pada tahun 1979, Susan Budihardjo kembali ke Indonesia dan mulai merintis karirnya sebagai desainer dengan membuka studio. Tidak lama, hanya setahun kemudian, Susan Budihardjo melebarkan sayapnya dengan mendirikan sekolah fashion yang diberi nama Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo. Bagi Susan Budihardjo, mengembangkan industri fashion lokal bukan hanya sekedar menjadi perancang tetapi juga memunculkan para desainer baru yang


(72)

64

akan semakin memberi warna dunia mode Indonesia bahkan dunia. Di samping itu, pendidikan yang benar dan baik akan sangat menunjang kualitas dan kreativitas seseorang dalam berkarya.

Para siswa LPTB Susan Budihardjo ditempa untuk mengasah kemampuan mereka dalam menuangkan ide ke dalam desain pakaian hanya dalam kurun waktu satu tahun. Setiap siswa tak hanya mendapat bekal dari para pengajar semata, mereka juga dibimbing oleh para desainer yang dengan telaten mendampingi mereka ketika merancang.

Sekolah mode ini sudah melahirkan begitu banyak bibit bibit muda berbakat dengan keunikan dan ciri khasnya masing-masing. Tidak hanya mencetak perancang mode kenamaan, sekolah tersebut juga melahirkan banyak pelaku dan pengusaha mode, mulai dari perancang aksesori, sepatu, editor mode hingga penata gaya.

1.3 Visi dan Misi Perusahaan

Visi LPTB Susan Budihardjo adalah sebagai berikut :

Membawa LPTB Susan Budihardjo menjadi sekolah bertaraf internasional yang dikenal dunia dan melahirkan perancang-perancang berkualitas yang peduli pada budaya lokal Indonesia


(73)

Menjadi sekolah mode yang terjangkau masyarakat umum dan dapat menyediakan ilmu yang memadai dalam bidang mode.

4.4 Struktur Perusahaan

Struktur perusahaan di sekolah mode LPTB Susan Budihardjo adalah sebagai berikut : Pimpinan Utama Sekolah (Susan Budihardjo) Pimpinan Cabang Semarang Pengajar dan Desainer Pembimbing Cabang Jakarta Pengajar dan Desainer Pembimbing Cabang Semarang Pimpinan Cabang Surabaya Pengajar dan Desainer Pembimbing Cabang Surabaya Manajemen pemasaran, Promosi dan Karyawan Umum Manajemen pemasaran, Promosi dan Karyawan Umum Manajemen pemasaran, Promosi dan Karyawan Umum


(74)

66

4.5 Alamat dan Kontak Perusahaan

Tempat : LPTB Susan Budihardjo – Surabaya – Jawa Timur Alamat : Jalan Sumatera 31E, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Telp. 031 503 3396 Buka : Senin-Jumat,10.00-17.00

Sabtu, 10.00-14.00 Libur : Hari Minggu

4.6 Portfolio dan Kegiatan Perusahaan

Gambar 4.1 Pajangan karya para alumni Sumber : Hasil olahan penulis


(75)

Gambar 4.2 Logo LPTB Susan Budihardjo di front desk Sumber : Hasil olahan penulis


(76)

68

Gambar 4.3 Proses cutting pola pakaian Sumber : Hasil olahan penulis

Gambar 4.4 Sesi pemotretan karya peserta ujian Sumber : Hasil olahan penulis


(77)

Gambar 4.5 Sketsa rancangan murid LPTB Susan Budihardjo Sumber : Hasil olahan penulis

Gambar 4.6 Proses pengerjaan teknik overcast pada kebaya cocktail Sumber : Hasil olahan penulis


(78)

70

Gambar 4.7 Pemotretan model di studio LPTB Susan Budihardjo Sumber : Hasil olahan penulis


(79)

Gambar 4.8 Proses bimbingan dari pengajar Sumber : Hasil olahan penulis

Gambar 4.9 Proses jahit menjahit Sumber : Hasil olahan penulis


(80)

72

Gambar 4.10 Fashion show East Java Carnival Sumber : Hasil olahan penulis


(81)

Gambar 4.11 Busana bertema Bromo Sumber : Hasil olahan penulis

Gambar 4.11 Busana bertema Kawah Ijen Sumber : Hasil olahan penulis


(82)

74

Gambar 4.12 Fashion show kebaya cocktail Pasar Atum Mall Sumber : Hasil olahan penulis

Gambar 4.13 Dua murid perancang kebaya cocktail dan model peraga Sumber : Hasil olahan penulis


(83)

Gambar 4.14 Auto Show Supermall Sumber : Hasil olahan penulis


(84)

76

Gambar 4.15 Suasana catwalk Annual Fashion Show Sumber : Hasil olahan penulis


(85)

Gambar 4.16 Suasana acara Annual Fashion Show Sumber : Dony Bagus Kresna Dana

Gambar 4.17 Karya bridal alumni Sumber : Dony Bagus Kresna Dana


(86)

78

Gambar 4.18 Juara 1,2 dan 3 dari Surabaya Sumber : Dony Bagus Kresna Dana

Gambar 4.19 Juara Umum dari Jakarta Sumber : Dony Bagus Kresna Dana


(87)

Gambar 4.20 Karya peserta ujian Jakarta Sumber : Dony Bagus Kresna Dana


(88)

80

BAB V

IMPLEMENTASI KARYA

Pada bab ini penulis akan menjelaskan beberapa perancangan media promosi dan aplikasinya, seperti yang telah terencana pada analisis data dan konsep desain yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini perancangan media promosi booklet LPTB Susan Budihardjo Surabaya:

5.1 Perencanaan Media

Gambar 5.1 Visualisasi booklet LPTB Susan Budihardjo Surabaya


(89)

Konsep media yang diajukan adalah perancangan media promosi dalam bentuk booklet promosi berukuran 23x17cm. Booklet ini berisi cover depan, informasi jenis kelas, biaya mengikuti kelas, penjelasan singkat menuju dunia mode dan portfolio karya murid LPTB Susan Budihardjo. Semua isi yang terkait dalam perancangan media promosi tersebut didesain dengan style yang modis, urban, namun tetap simpel, nyaman di mata dan mudah dibaca.

1. Sketch

Dengan berdasar pada brief yang telah diberikan oleh pimpinan LPTB Susan Budihardjo dan analisa yang telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah merancang media promosi dengan menggunakan pensil dan kertas (sketch) untuk menuangkan ide-ide kreatif yang sesuai dengan konsep sebelumnya. Berikut ini adalah hasil dari beberapa sketch layout media promosi booklet LPTB Susan Budihardjo Surabaya yang telah disetujui oleh pimpinan.


(90)

82

Gambar 5.2 Sket layout cover belakang & depan Sumber : Hasil Olahan Penulis

Gambar 5.3 Sket layout balik cover depan dan halaman 1 Sumber : Hasil olahan penulis


(91)

Gambar 5.4 Sket layout halaman 2 dan 3 Sumber : Hasil olahan penulis

Gambar 5.5 Sket layout halaman 4 dan pembuka Introduction Sumber : Hasil olahan penulis


(92)

84

Gambar 5.6 Sket layout halaman isi Introduction Sumber : Hasil olahan penulis

Gambar 5.7 Sket layout halaman 8 dan pembuka The Class Sumber : Hasil olahan penulis


(93)

Gambar 5.8 Sket layout halaman isi The Class Sumber : Hasil olahan penulis

Gambar 5.9 Sket layout halaman 12 dan pembuka Price Set Sumber : Hasil olahan penulis


(94)

86

Gambar 5.10 Sket layout halaman isi Price Set Sumber : Hasil olahan penulis

Gambar 5.11 Sket layout halaman 16 dan pembuka Graduation Sumber : Hasil olahan penulis


(95)

Gambar 5.12 Sket layout halaman isi Graduation Sumber : Hasil olahan penulis

Gambar 5.13 Sket layout halaman penutup Sumber : Hasil olahan penulis


(96)

88

1. Final Artwork

Final Artwork merupakan gambar kerja final yang telah melewati proses sketching dan refine hingga akhirnya sesuai dengan yang diinginkan. Pada proses ini

naskah serta tata letak gambar merupakan proses akhir yang siap dicetak telah disempurnakan.

a. Final artwork cover belakang dan depan

Konsep dari pembuatan media promosi booklet LPTB Susan Budihardjo Surabaya adalah modis dan urban dengan sentuhan sedikit feminitas. Dengan menggunakan warna trademark LPTB Susan Budihardjo yaitu nuansa hitam, putih dan merah, visualisasi cover digambarkan stylish, dengan nuansa urban yang kental tanpa meninggalkan sisi feminin.

Gambar 5.14 Final artwork cover belakang dan depan Sumber : Hasil olahan penulis


(1)

94

i. Final artwork halaman isi Price Set

Price Set berisi keterangan biaya sekolah dan fasilitas yang didapat.

Gambar 5.22 Final artwork halaman isi Price Set Sumber : Hasil olahan penulis

j. Final artwork halaman 16 dan pembuka Graduation

Final artwork halaman 16 diisi dengan foto karya murid LPTB Susan Budihardjo Surabaya yang diikuti elemen lingkaran untuk menandai poin penting dari pakaian tersebut dan halaman pembuka Graduation divisualisasikan seragam dengan halaman pembuka lainnya.


(2)

Gambar 5.23 Final artwork halaman 16 dan pembuka Graduation Sumber : Hasil olahan penulis

k. Final artwork halaman isi Graduation

Halaman isi Graduation memuat uraian mengenai proses wisuda.

Gambar 5.24 Final artwork halaman isi Graduation Sumber : Hasil olahan penulis


(3)

96

l. Final artwork halaman penutup

Halaman penutup diisi dengan kalimat penutup untuk menginspirasi calon murid yang mempelajari dan memiliki minat di bidang fashion industry dan ingin berkecimpung dalam dunia itu.

Gambar 5.25 Final artwork halaman penutup Sumber : Hasil olahan penulis


(4)

97 6.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat penulis ambil dari perancangan media promosi booklet LPTB Susan Budihardjo Surabaya ini adalah:

1. Untuk merancang desain suatu media promosi dibutuhkan sebuah riset dan analisis yang mendalam untuk menentukan konsep desain yang akan diterapkan pada perancangan media promosi perusahaan yang bersangkutan

2. Untuk menentukan konsep desain perancangan media promosi, desainer harus memperhitungkan faktor-faktor yang dapat digunakan untuk mewujudkan citra yang sesuai dengan perusahaan.

3. Agar dapat menghasilkan desain media promosi yang tepat bagi perusahaan, maka dibutuhkan kerja tim yang kompak dari beberapa desainer sebagai upaya brainstorming.


(5)

98

6.2 Saran

Adapun saran penulis setelah melakukan kerja praktik di LPTB Susan Budihardjo Surabaya :

a. Perlunya keterbukaan antara pihak internal perusahaan dan desainer karena desainer perlu mewujudkan seperti apa suatu perusahaan tersebut dari realitasnya.

b. Kerjasama antara sesama desainer agar dapat saling mengembangkan ide-ide kreatif sehingga menghasilkan alternatif desain yang bervariasi.

c. Pentingnya interaksi antara sesama karyawan dengan desainer untuk memperkecil terjadinya salah komunikasi yang dapat berakibat fatal bagi kelancaran perancangan desain.

d. Perlunya pembagian job desk yang jelas dan terperinci sehingga tidak menghambat kelancaran proses perancangan desain.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Lance, S., & Woll, J. 2006. The Little Blue Book Of Advertising. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Danton Sihombing, MFA ,WagionoSunarto, Msc 2001.Tipografi dalam Desain

Grafis.Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Prabowo.1996. MemahamiPenelitianKualitiatif.Yogyakarta: Andi Offset Arsad Drs, Arfial Hakim. 1984. Nirmana Dwimatra (Desain dasar Dwimatra)

Prisma Haris Nuryawan, Winny Gunarti, Sri Rahayu Dawmawani. 2009. Kombinasi

Warna Komplementer. Jakarta Barat: PT Gramedia Pustaka

Djamarah, SyaifulBahri, 1995. Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin. Rineka Cipta.

Purnamawati dan Eldani2001.Media Pembelajaran. Jakarta

Sumber Internet http://www.smashing-magazine.net http://www.design-inspiration.com http://inspirationhut.net http://id.wikipedia.org/wiki/Logo http://artikata.com/arti-327848-garis.html http://sondis.blogspot.com/2013/03/pengertian-penentuan-prinsip-desain.html http://helliumworks.blogspot.com/2010/12/tipografi-arti-dan-fungsinya.html