PENGARUH KUALITAS AUDIT, KOMISARIS INDEPENDEN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP COST OF CAPITAL

(1)

PENGARUH KUALITAS AUDIT, KOMISARIS INDEPENDEN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KOMITE AUDIT

TERHADAP COST OF CAPITAL

THE INFLUENCE OF AUDIT QUALITY, INDEPENDENT COMMISSARIES, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, AND

AUDIT COMMITTEE TO COST OF CAPITAL

Oleh TRI WIDARTI

20130420527

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

PENGARUH KUALITAS AUDIT, KOMISARIS INDEPENDEN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KOMITE AUDIT

TERHADAP COST OF CAPITAL

THE INFLUENCE OF AUDIT QUALITY, INDEPENDENT COMMISSARIES, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, AND

AUDIT COMMITTEE TO COST OF CAPITAL SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh TRI WIDARTI

20130420527

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

MOTTO

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;

ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan

menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu

bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

(QS. Luqman: 14)

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.

(QS. Al-Baqarah: 2)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

(QS. Al-Insyirah: 6)

Terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus sabar menunggu rencana terbaik

datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan

(Tere Liye)

Kunci mencapai sesuatu adalah: niat & dilaksanakan.

(Tere Liye)


(5)

Bismillahirohmanirrahim,

Alhamdulillah, terima kasih dan ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah

memberikan kesempatan, waktu, serta rahmat-Nya, sehingga penulis diberikan

kemudahan, kekuatan, kesabaran, dan kesehatan untuk menyelesaikan skripi ini.

Untuk alm. Bapak, terimakasih atas semangat dan nasihat yang telah diberikan sampai

akhir hayat Bapak untuk tetap menempuh pendidikan di tengah keterbatasan yang ada

dan yang tak pernah lelah mendukung mengejar cita-cita Untuk Ibu, terimakasih yang

tak terhingga atas doa dan kasih sayang yang begitu tulus, perhatian yang amat besar dan

semangat untuk terus menjadi yang terbaik. Untuk adik-adikku, Ambar dan Riska,

terimakasih atas dukungan, doa, dan perhatian kalian. Untuk kakakku, Mas Eko dan Mb

Dwi.

Untuk Keluarga Ibu Margono, terimakasih banyak atas dukungan, nasihat, dan

semangatnya untuk terus menuntut ilmu setinggi-tingginya.


(6)

Untuk sahabatku sejak SMP, Putri Dian Utami terimakasih banyak telah mendengarkan

keluh-kesah serta semangat dan dukungan yang diberikan.

Untuk Wisnu Krisna Murti, terimakasih banyak telah memberikan dukungan dan

semangat untuk tetap menjadi lebih baik dan yang selalu ada di saat suka maupun duka.

Untuk teman-teman seperjuangan kuliah sekaligus teman-teman bidikmisi, Mariasih,

Rohmaida Lestari, Nurasih, Umi Khunafatul Janah, dan Yeni Fatmawati, terima kasih

telah menemani menjalani suka duka selama masa perkuliahan ini. Semoga ilmu yang kita

peroleh selama kuliah ini dapat bermanfaat.

Untuk teman-teman satu bimbingan, terimakasih telah berjuang bersama menyelesaikan

skripsi ini, semoga skripsi yang telah kita selesaikan dapat bermanfaat.


(7)

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMANPENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan Teori ... 13

B. Penelitian Terdahulu... 21

C. Penurunan Hipotesis ... 24

D. KerangkaPemikiran ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Populasi dan Sampel ... 31

B. Jenis dan Sumber Data ... 31

C. Teknik Pengumpulan Data ... 32

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasionalisasi Variabel ... 32

E. Metode Analisis Data ... 36


(8)

2. Uji Asumsi Klasik ... 37

3. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 42

B. Analisis Statistik Deskriptif ... 43

C. Uji Asumsi Klasik ... 48

D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 51

E. Pembahasan ... 58

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 65

A. Simpulan ... 65

B. Keterbatasan ... 66

C. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA


(9)

1. Daftar Perusahaan Sampel

2. Rekapitulasi Variabel Dependen dan Variabel Independen 3. Perhitungan Biaya Modal Ekuitas (Cost of Equity)

4. Perhitungan Biaya Modal Hutang (Cost of Debt) 5. Perhitungan Proporsi Komisaris Independen 6. Hasil Uji SPSS

a. Uji Normalitas b. Uji Multikolinearitas c. Uji Heteroskedastisitas d. Uji Autokorelasi e. Uji Hipotesis 7. Hasil Uji Turnitin


(10)

DAFTAR TABEL

4.1. Proses Pemilihan Sampel ... 42

4.2. Statistik Deskriptif Model 1 ... 43

4.3. Statistik Deskriptif Model 2 ... 45

4.4. Hasil Uji Normalitas ... 48

4.5. Hasil Uji Multikolinearitas ... 49

4.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 50

4.7. Hasil Uji Autokorelasi ... 51

4.8. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Model 1) ... 52

4.9. Hasil Uji T (Model 1) ... 52

4.10. Ringkasan Hasil Hipotesis Penelitian Model 1 ... 55

4.11. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Model 2) ... 55

4.12. Hasil Uji T (Model 2) ... 56


(11)

(12)

(13)

(14)

viii INTISARI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti empiris bahwa kualitas audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, dan komite audit berpengaruh terhadap cost of capital, yaitu biaya modal ekuitas dan biaya modal hutang. Variabel dependen dari penelitian ini adalah biaya modal ekuitas dan biaya modal hutang, sedangkan variabel independennya adalah kualitas audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, dan komite audit.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 52 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2015. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda.

Hasil pengujian model pertama membuktikan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap cost of equity dan komite audit berpengaruh positif terhadap cost of equity. Sedangkan komisaris independen dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap cost of equity. Hasil pengujian model kedua membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap cost of debt. Sedangkan kualitas audit, proporsi komisaris independen, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap cost of debt.

Kata Kunci: kualitas audit, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit, biaya modal ekuitas, biaya modal hutang


(15)

viii

committee are influential to the cost of capital that is the cost of equity and the cost of debt. The dependent variables of this research were the cost of equity andt the cost of debt, while the independent variables were audit quality, independent commissaries, institusional ownership, and audit committee.

This research utilized 52 manufacture companies listed in BEI (Indonesia Stock Exchange) in 2013-2015 as the samples. The sampling technique was purposive sampling. The hypothesis was tested by using double regression test.

The test of the first model showed that the audit quality negatively influenced the cost of equity and that the audit committee positively influenced the cost of equity. Moreover, the independent commissaries and institusional ownership did not influence the cost of equity. The test of second model proved that institusional ownership positively influenced the cost of debt. Moreover, the audit quality, independent commissaries, and audit committee did not influence the cost of debt.

Keyword: audit quality, independent commisaries, institusional ownership, audit committee, cost of equity, cost of debt


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal merupakan salah satu sarana peningkatan dana bagi perusahaan yang sudah go public. Pasar modal terdiri dari pasar primer, pasar sekunder, pasar ketiga, dan pasar keempat. Pasar primer merupakan tempat jual beli surat berharga yang baru pertama kali diperdagangkan oleh perusahaan melalui penawaran perdana ke publik (Initial Public Offering), sedangkan pasar sekunder merupakan tempat jual beli surat berharga yang sudah beredar atau sebelumnya telah melalui Initial Public Offering (IPO). Perusahaan-perusahaan yang sudah go public ini dapat meningkatkan dana jangka panjangnya dengan menerbitkan surat berharga seperti saham dan obligasi (Hartono, 2015).

Bagi perusahaan yang belum go public, saham-saham perusahaan biasanya dimiliki oleh pihak internal perusahaan seperti pemilik, manajer, karyawan, serta hanya sebagian kecil yang dimiliki investor. Untuk perusahaan yang sedang berkembang, tambahan modal sangat diperlukan. Perusahaan harus menentukan bagaimana cara memperoleh tambahan modal tersebut, apakah dengan cara meminjam kepada pihak eksternal atau menerbitkan saham tambahan baru.

Untuk memperoleh tambahan modal tersebut, perusahaan akan mengeluarkan biaya sebagai konsekuensi perusahaan dari perolehan modal


(17)

yang dapat berasal dari pihak internal maupun eksternal perusahaan. Biaya untuk memperoleh modal tersebut disebut biaya modal (cost of capital). Cost of capital terbagi atas cost of equity dan cost of debt (Candra dan Ekawati, 2015). Cost of equity (biaya ekuitas) dikeluarkan sebagai tingkat pengembalian yang diinginkan investor atas saham yang telah dibelinya, sedangkan cost of debt (biaya hutang) dikeluarkan untuk memperoleh hutang sebagai tingkat pengembalian yang diperlukan. Untuk keperluan dimasa mendatang, analisis biaya modal menjadi hal yang perlu karena dapat digunakan untuk mengevaluasi proyek jangka panjang perusahaan dengan mempertimbangkan besarnya kebutuhan dana dan biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan (Adriani, 2013).

Sesuai dengan prinsip high risk high return yang diterapkan dalam kegiatan investasi, perusahaan yang memiliki tingkat risiko yang rendah akan memiliki cost of equity yang rendah karena tingkat pengembalian yang diinginkan investor juga rendah. Biaya ekuitas merupakan biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor. Hutang perusahaan merupakan dana pinjaman dari pihak eksternal yaitu kreditor, seperti hutang bank dan obligasi. Sebelum memberikan pinjaman kepada perusahaan, kreditor akan memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi dimasa depan, seperti risiko perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban hutangnya. Atas risiko tersebut, kreditor akan mengantisipasinya dengan membebankan tingkat bunga atas pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Bagi perusahaan, tingkat pengembalian ini disebut sebagai cost of debt.


(18)

67

Hukum hutang piutang dalam syariat islam diperbolehkan. Salah satu adab dalam hutang piutang adalah mencatatnya atau menuliskan hutang tersebut. Dalil yang menunjukkan anjuran untuk menuliskan hutang piutang tercantum dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 282 yang berbunyi:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Rabbnya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu


(19)

jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)

keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu

perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli ; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian) maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah ; Allah mengajarmu ; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah: 282)

Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai salah satu pasar modal di Indonesia mewajibkan perusahaan yang sudah go public untuk menyajikan dan menerbitkan laporan keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009):

“Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan memiliki tujuan yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.”

Pembuatan laporan keuangan merupakan salah satu bukti transparansi perusahaan. Semakin luas pengungkapan dari laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen menunjukkan bahwa perusahaan semakin transparan dalam menggambarkan aktivitas bisnisnya. Masalah keagenan yang dialami manajemen dengan pemilik mampu diatasi dengan pengungkapan, karena pengungkapan dipandang sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi (Walker dalam Khomsiyah, 2003).

Asimetri informasi dipicu karena adanya kepentingan yang berbeda antara pihak manajemen (agent) dengan pemilik modal (principal). Kondisi ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan perolehan informasi antara manajer dengan pemilik modal. Manajer sebagai pihak yang mengelola operasional perusahaan


(20)

69

mengetahui informasi internal yang lebih luas dan memiliki akses informasi atas prospek perusahaan di masa mendatang dibandingkan pemilik modal. Pengungkapan informasi yang lebih berkualitas yang dilakukan perusahaan dapat mengurangi terjadinya asimetri informasi. Sinyal mengenai keadaan perusahaan harus diberikan oleh manajer kepada pemilik modal. Pengungkapan informasi akuntansi dalam laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu sinyal yang dapat diberikan perusahaan. Masalah keagenan muncul sebagai akibat pemisahan fungsi antara fungsi pengelolaan dan kepemilikan perusahaan. Pemisahan fungsi ini dapat mempengaruhi tindakan manajemen untuk mementingkan kepentingan pribadinya dan mengorbankan kepentingan pemilik modal. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yaitu dengan penerapan Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik. Corporate Governance dapat diartikan sebagai konsep yang mengatur hubungan antara agent sebagai pihak yang menjalankan operasional perusahaan dan principal sebagai pihak yang memiliki modal saham agar tidak terjadi konflik di antara keduanya, terjalin hubungan yang harmonis, dan saling mendukung demi tercapainya tujuan perusahaan.

Isu GCG menjadi perhatian semenjak terdapat kasus runtuhnya perusahaan-perusahaan Amerika dan Eropa, seperti seperti Enron, Wolrdcom, Tyco, Poly Peck, London & Commonwealth, Maxwell, dan lain-lain (Nugroho, 2014). Hal ini terjadi karena lemahnya tindakan monitoring sehingga kecurangan yang dilakukan manajemen puncak tidak terdeteksi dalam waktu


(21)

yang lama. Selain itu, di Indonesia juga terdapat kasus mengenai penerapan GCG, salah satunya oleh PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) (Nugroho, 2014) yang terdeteksi melakukan kecurangan dalam menyajikan laporan keuangannya. Hal ini dikarenakan PT KAI belum memliki tata kelola perusahaan yang baik. Belum adanya penerapan GCG juga membuat komite audit PT KAI baru bisa mengakses laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik.

Penerapan GCG yang efektif dapat mengurangi masalah keagenan dan juga dapat mengurangi terjadinya asimetri informasi. Murni (2003) telah membuktikan bahwa pengungkapan informasi dan asimetri informasi berpengaruh terhadap cost of capital. Sesuai dengan salah satu prinsip GCG yaitu transparansi, maka asimetri informasi dapat dikurangi dengan penerapan GCG yang kemudian dapat menurunkan biaya modal perusahaan.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) merupakan sebuah komite yang dibentuk Pemerintah Indonesia pada tahun 1999. KNKG mengeluarkan pedoman GCG yang merupakan acuan bagi perusahaan untuk melaksanakan GCG. Penerapan GCG yang baik dapat mendorong terciptanya persaingan dan iklim usaha yang sehat serta menunjang stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (KNKG, 2006). Pembentukan KNKG ini merupakan bentuk kesungguhan pemerintah dalam upaya menegakkan GCG sebagai akibat keruntuhan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.


(22)

71

Unsur yang terkandung dalam GCG antara lain kualitas audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, dan komite audit. Kualitas audit merupakan kualitas hasil audit atas laporan keuangan perusahaan yang dilakukan oleh auditor yang independen dan kompeten (Nugroho, 2014). Perusahaan yang telah menerapkan GCG akan memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki reputasi baik di mata masyarakat.

Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris suatu perusahaan yang tidak berasal dari pihak yang terafiliasi atau pihak yang tidak memiliki hubungan bisnis dan hubungan keluarga dengan pemegang saham kontrol, anggota direksi, dewan komisaris lain, dan dengan perusahaan itu sendiri (KNKG, 2006). Komisaris independen harus mampu menjamin bahwa tugasnya yaitu melakukan pengawasan dapat berjalan efektif sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

Kepemilikan institusional merupakan saham yang dimiliki oleh investor institusional, seperti pemerintah, bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, atau perusahaan lain (Juniarti dan Sentosa, 2009). Atas tindakan pengawasan yang dilakukan oleh pemilik institusional, kinerja perusahaan akan meningkat karena kesempatan manajemen untuk melakukan kecurangan dapat dikurangi.

Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu dewan komisaris menjalankan tugasnya. Komite audit harus menyampaikan kepada dewan komisaris atas proses pemilihan calon auditor


(23)

eksternal untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan termasuk imbalan jasanya.

Perusahaan yang mampu menerapkan GCG dapat mengurangi cost of capital, baik itu cost of equity maupun cost of debt. Seperti penelitian yang telah dilakukan Byun et al. (2008), Chen et al. (2009), dan Ashbaugh et al. (2009) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan Corporate Governance yang baik akan memiliki cost of equity yang lebih rendah. Sedangkan Piot and Piera (2007) menyatakan bahwa GCG dapat menurunkan cost of debt.

Penelitian yang menguji pengaruh Corporate Governance terhadap biaya modal ekuitas dan biaya modal hutang antara lain Rebecca dan Siregar (2012) dan Kurniawati dan Marfuah (2014). Hasil penelitian Rebecca dan Siregar (2012) menunjukkan bahwa Corporate Governance Index terbukti berpengaruh negatif terhadap cost of equity dan cost of debt perusahaan. Hasil penelitian Rebecca dan Siregar (2012) juga menunjukkan bahwa kepemilikan institusional hanya berpengaruh negatif terhadap biaya hutang perusahaan. Kurniawati dan Marfuah (2014) meneliti pengaruh antara efektivitas dewan komisaris, komite audit, tenure KAP, dan kualitas audit terhadap cost of equity dan cost of debt. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hanya audit tenure yang berpengaruh negatif terhadap cost of equity, serta hanya efektivitas dewan komisaris dan komite audit yang berpengaruh negatif terhadap cost of debt.

Hasil penelitian Houqe et al.(2015) menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap biaya modal ekuitas, namun penelitian


(24)

73

Herusetya (2012) membuktikan hasil yang berbeda yaitu kualitas audit berpengaruh negatif terhadap biaya modal ekuitas. Penelitian Kurniawati dan Marfuah (2014) menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif terhadap biaya modal hutang. Berbeda dengan Rahmawati (2015) yang membuktikan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap biaya modal hutang. Rebecca dan Siregar (2012) dalam penelitiannya membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas, tetapi Yunita (2012) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap biaya modal hutang. Dari beberapa penelitian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian. Perbedaan ini dapat terjadi karena penggunaan sampel, metode, dan proksi yang digunakan juga berbeda (Desiliani, 2014).

Penelitian ini mereplikasi penelitian Sari dan Diyanty (2015), perbedaannya yaitu mengganti variabel kepemilikan keluarga sebagai variabel independen menjadi kepemilikan institusional dan menambah variabel dependen yaitu cost of debt. Alasan penggantian variabel kepemilikan keluarga menjadi kepemilikan institusional karena kepemilikan institusional lebih mudah ditelusuri dalam struktur modal saham perusahaan, sedangkan alasan penambahan cost of debt sebagai variabel dependen yaitu untuk membuktikan bahwa GCG tidak hanya berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas saja, tetapi juga berpengaruh terhadap biaya modal hutang. Sesuai dengan Candra dan Ekawati (2015) bahwa cost of capital perusahaan terdiri dari cost of equity dan cost of debt. Perbedaan lainnya yaitu penggunaan


(25)

pengukuran cost of equity, komisaris independen, dan komite audit. Jika penelitian sebelumnya menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dalam menghitung cost of equity, checklist efektivitas dewan komisaris dan checklist efektivitas komite audit, maka penelitian ini menggunakan earnings-price ratio (EP Ratio) untuk menghitung cost of equity, menggunakan proporsi komisaris independen dan jumlah komite audit. Dari uraian tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Audit, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, dan Komite Audit Terhadap Cost of Capital”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap cost of capital?

2. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap cost of capital? 3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap cost of capital? 4. Apakah komite audit berpengaruh terhadap cost of capital?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap cost of capital.


(26)

75

2. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap cost of capital.

3. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap cost of capital.

4. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris bahwa komite audit berpengaruh terhadap cost of capital.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan dalam bidang akuntansi, khususnya mengenai GCG dan cost of capital.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya, terutama mengenai GCG dan cost of capital.

2. Manfaat Praktis a. Perusahaan

Diharapkan dapat menjadi acuan manajemen perusahaan agar lebih memperhatikan pentingnya kualitas audit dan pentingnya penerapan Corporate Governance yang baik.

b. Investor dan Calon Investor

Diharapkan dapat dijadikan acuan investor dan calon investor dalam memandang kualitas audit laporan keuangan perusahaan dan penerapan GCG perusahaan sebagai tolok ukur untuk pengambilan keputusan


(27)

investasi yang tepat, khususnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

c. Kreditor

Diharapkan dapat dijadikan acuan kreditor dalam pertimbangan pemberian pinjaman kepada perusahaan dengan memperhatikan kualitas audit perusahaan dan seberapa jauh penerapan GCG perusahaan.


(28)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Agensi

Teori agensi menjelaskan hubungan antara pihak manajemen sebagai agen dengan pemilik modal sebagai prinsipal. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency relationship sebagai suatu kontrak antara satu orang atau lebih principal yang meminta agent untuk melakukan beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan kepentingannya termasuk dalam mendelegasikan beberapa keputusan atau memberikan wewenang kepada agent. Pihak manajemen sebagai pengelola perusahaan harus bertanggung jawab kepada pemilik modal karena pemilik modal telah memberikan wewenang kepada manajemen untuk mengambil keputusan yang terbaik demi kemajuan perusahaan yang dikelolanya.

Adanya kepentingan pribadi yang dimiliki manajer, khususnya dalam hal kepemilikan, dimana manajer memiliki proporsi kepemilikan perusahaan yang lebih kecil menyebabkan manajer bertindak tidak sesuai dengan semestinya. Manajer (agent) bisa saja mementingkan kepentingan pribadinya demi mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri yang bisa merugikan principal. Keadaan ini dapat memicu terjadinya agency problem. Manajer memiliki informasi yang lebih


(29)

besar daripada principal atau terjadi ketidakseimbangan informasi antara manajer dengan para pemilik saham yang disebut dengan asimetri informasi.

Manajer yang mengetahui informasi perusahaan lebih banyak daripada pemilik modal, kemungkinan dapat mengurangi informasi perusahaan yang dibutuhkan pemilik modal (Nugroho, 2014). Hal ini dapat dilakukan secara sengaja oleh manajer yang bisa merugikan pemegang saham dan menguntungkan kepentingan pribadi manajer. Mekanisme GCG dapat meminimalisir terjadinya asimetri informasi. Manajer yang mengetahui informasi lebih luas daripada para pemilik modal seharusnya juga memberikan informasi yang ada tanpa ada unsur kesengajaan untuk mengurangi informasi tersebut atau menyampaikan informasi kepada para pemilik modal apa adanya dan sesuai dengan keadaan yang terjadi. Hal ini dapat disebut sebagai transparansi yang merupakan salah satu dari asas Corporate Governance.

Corporate Governance yang baik dapat diterapkan untuk mengatasi terjadinya agency problem (Rebecca dan Siregar, 2012). Dalam penelitian ini, apabila konflik keagenan terjadi, maka pemegang saham dan kreditor akan meminta return atau tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari tingkat yang sewajarnya sehingga perusahaan akan mengeluarkan biaya modal yang lebih besar. Sebaliknya, apabila konflik keagenan tidak terjadi atau manajer mampu mengelola perusahaan dengan benar tanpa adanya kepentingan pribadi, maka dapat


(30)

15

menurunkan biaya modal perusahaan atau besarnya sesuai dengan tingkat wajarnya. Mekanisme Corporate Governance yang dapat mencegah terjadinya agency problem dapat mengurangi cost of equity dan cost of debt yang harus ditanggung perusahaan.

2. Good Corporate Governance

Definisi Corporate Goverance menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2002):

A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities, or the system by which companies are directed and controlled.

Corporate Governance dapat diartikan sebagai konsep yang mengatur hubungan antara agent sebagai pihak yang menjalankan operasional perusahaan dan principal sebagai pihak yang memiliki modal saham agar tidak terjadi konflik di antara keduanya dan terjalin hubungan yang harmonis dan saling mendukung demi tercapainya tujuan perusahaan. Tujuan Corporate Governance yaitu memberikan nilai tambah bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Asas GCG menurut KNKG (2006) yaitu: 1. Transparansi (Transparancy)

“Untuk menjaga obyektifitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pihak yang memiliki kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk


(31)

pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditor, dan pemangku kepentingan lainnya.”

2. Akuntabilitas (Accountability)

“Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.”

3. Responsibilitas (Responsibility)

“Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melakukan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.” 4. Independensi (Independency)

“Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.”

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

“Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.” 3. Kualitas Audit

Kualitas audit dapat diartikan sebagai kemungkinan besarnya auditor yang kompeten dan independen dalam menemukan dan melaporkan temuan dalam laporan keuangan kliennya. Menurut Juniarti dan Sentosa (2009) KAP yang memiliki ukuran lebih besar akan memiliki hasil audit atas laporan keuangan perusahaan yang juga semakin berkualitas karena KAP sudah memiliki reputasi yang baik di mata publik. KAP yang berukuran lebih besar akan memiliki reputasi yang lebih baik daripada KAP yang berukuran lebih kecil. Hal ini dikarenakan KAP yang lebih besar memiliki auditor yang lebih


(32)

17

kompeten dan independen sehingga akan lebih berhati-hati dalam melakukan audit di suatu perusahaan.

Perusahaan yang menerapkan GCG akan memilih auditor yang berkualitas untuk melakukan audit atas laporan keuangan suatu perusahaan. Para pengguna laporan keuangan akan lebih mempercayai hasil audit dari KAP yang berukuran lebih besar karena lebih berkualitas. Para investor dan kreditor tidak akan meragukan informasi yang tercantum dalam laporan keuangan auditan perusahaan sehingga dapat menurunkan cost of equity dan cost of debt atas dana yang telah diinvestasikan atau dipinjamkan kepada perusahaan.

Menurut Desiliani (2014) terdapat KAP big four dan afiliasinya di Indonesia diantaranya:

1. Pricewaterhouse Coopers (PWC), berafiliasi dengan KAP Tanudiredja, Wibisana, dan Rekan.

2. Deloitte Tohce Tomatsu Limited (Deloitte), berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio.

3. Ernst dan Young (EY), berafiliasi dengan KAP Purwantono, Suherman, dan Surja.

4. KPMG, berafiliasi dengan KAP Sidharta dan Widjaja. 4. Komisaris Independen

Dewan komisaris bertugas dan bertanggungjawab untuk mengawasi dan menasihati direksi dan memastikan bahwa GCG di perusahaan dapat diterapkan. Komisaris independen merupakan anggota


(33)

dewan komisaris suatu perusahaan yang tidak berasal dari pihak yang terafiliasi atau pihak yang tidak memiliki hubungan bisnis dan hubungan keluarga dengan pemegang saham kontrol, anggota direksi, dan dewan komisaris lain dan dengan perusahaan itu sendiri (KNKG, 2006). Komisaris independen harus mampu menjamin bahwa tugasnya yaitu melakukan pengawasan dapat berjalan efektif sesuai dengan hukum yang berlaku. Satu dari banyaknya komisaris independen dalam suatu perusahaan harus memiliki background pendidikan keuangan atau akuntansi. Berdasarkan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 menyebutkan bahwa calon perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya wajib untuk memiliki komisaris independen paling sedikit 30% dari jajaran anggota komisaris yang dapat dipilih melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Keberadaan komisaris independen di suatu perusahaan adalah posisi terbaik untuk melakukan fungsi monitoring agar GCG dapat diterapkan. Menurut Peraturan Nomor IX.I.5 mengenai Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, komisaris independen adalah anggota komisaris yang:

1. Berasal dari luar perusahaan.

2. Tidak memiliki saham atau kepemilikan baik secara langsung maupun tidak langsung pada emiten yang bersangkutan.

3. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan emiten, komisaris, direksi, atau pemegang saham pengendali emiten.


(34)

19

4. Tidak memiliki hubungan usaha baik secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten.

5. Kepemilikan Institusional

Pemilik institusional memiliki peran penting agar GCG dalam suatu perusahaan dapat dijalankan. Pemilik institusional secara independen melakukan monitoring atas apa yang dilakukan manajemen. Kepemilikan institusional merupakan saham yang dimiliki oleh investor institusional, seperti pemerintah, bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, atau perusahaan lain (Juniarti dan Sentosa, 2009).

Atas tindakan pengawasan yang dilakukan oleh pemilik institusional, kinerja perusahaan akan meningkat karena kesempatan manajemen untuk melakukan kecurangan dapat dikurangi. Jika dibandingkan dengan investor individual, monitoring yang dilakukan investor institusional lebih kuat sehingga peran dalam membatasi tindakan manajemen untuk melakukan manipulasi lebih besar.

6. Komite Audit

Menurut Peraturan Nomor IX.I.5 Mengenai Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu dewan komisaris menjalankan tugasnya. Tugas tersebut antara lain memastikan bahwa (KNKG, 2006):

a. Laporan keuangan disajikan wajar berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum.


(35)

b. Melaksanakan dengan baik struktur pengendalian internal perusahaan.

c. Melaksanakan audit eksternal dan audit internal sesuai dengan standar audit yang berlaku.

d. Memastikan bahwa temuan hasil audit dapat ditindaklanjuti oleh manajemen.

Komite audit harus menyampaikan kepada dewan komisaris atas proses pemilihan calon auditor eksternal untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan termasuk imbalan jasanya. Banyaknya anggota komite audit juga harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan.

7. Cost of Equity

Cost of equity merupakan tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor ketika investor memutuskan untuk menginvestasikan uangnya ke perusahaan. Menurut Sari dan Diyanty (2015), cost of equity sulit untuk diukur karena tidak ada cara bagaimana mengetahui return yang diharapkan oleh investor secara langsung. Biaya ekuitas merupakan salah satu faktor penentu estimasi tingkat return yang diinginkan investor ketika melakukan pendanaan atau investasi ke dalam perusahaan. Cost of equity merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan agar memperoleh dana dari investor (Nurjanati dan Rodoni, 2015). Semakin tinggi risiko yang dihadapi perusahaan maka cost of equity juga semakin besar karena investor akan meminta tingkat pengembalian yang lebih tinggi sebagai jaminan atas risiko tersebut.


(36)

21

Sebaliknya, semakin rendah risiko perusahaan, maka akan menurunkan cost of equity.

8. Cost of Debt

Cost of debt merupakan tingkat pengembalian yang diinginkan oleh kreditor ketika kreditor memutuskan untuk melakukan pendanaan atau memberikan dananya dalam bentuk pinjaman ke dalam perusahaan. Cost of debt meliputi tingkat bunga yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat atas peminjaman kepada pihak eksternal (Juniarti dan Sentosa, 2009). Menurut Yenibra (2014) biaya hutang adalah tingkat pengembalian yang diharapkan kreditor atas dana yang telah dipinjamkan kepada perusahaan sebagai salah satu bentuk usaha kreditor untuk mengurangi risiko munculnya kerugian atas pinjaman tersebut. Risiko yang bisa muncul seperti risiko perusahaan tidak mampu melunasi pinjamannya.

Perusahaan biasanya melakukan pinjaman dana tidak hanya kepada satu kreditor saja, tetapi juga kreditor yang lainnya. Setiap kreditor memiliki tingkat bunga atas pinjaman yang berbeda-beda, sehingga tingkat pengembalian antara satu kreditor dengan kreditor yang lain juga bermacam-macam. Oleh karena itu, pengukuran cost of debt dapat dilakukan dengan menghitung beban bunga yang dibayarkan perusahaan kemudian membaginya dengan rata-rata pinjaman yang memiliki beban bunga pinjaman.


(37)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Perusahaan yang mampu menerapkan Good Corporate Governance dapat mengurangi cost of capital, baik itu cost of equity maupun cost of debt. Seperti penelitian yang telah dilakukan Byun et al. (2008), Chen et al. (2009) dan Ashbaugh et al. (2009) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan corporate governance yang baik akan memiliki cost of equity yang lebih rendah. Sedangkan dengan Piot and Piera (2007) yang menyatakan bahwa Good Corporate Governance dapat menurunkan cost of debt.

Corporate governance dapat diukur dengan beberapa indikator seperti kualitas audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, dan komite audit. Susanto dan Siregar (2012), Herusetya (2012), Sari dan Diyanty (2015), dan Houqe et al. (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh indikator-indikator Good Corporate Governance terhadap cost of equity. Penelitian Susanto dan Siregar (2012) memperoleh hasil bahwa hanya efektivitas komite audit yang berpengaruh terhadap biaya ekuitas. Kualitas audit berpengaruh positif terhadap cost of equity diteliti oleh Herusetya (2012). Hasil penelitian Sari dan Diyanty (2015) menyatakan bahwa efektivitas dewan komisaris dan komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya ekuitas, tetapi kualitas audit tidak berpengaruh terhadap biaya ekuitas. Berbeda dengan hasil penelitian Houqe et al. (2015) yang membuktikan bahwa kualitas audit dapat menurunkan biaya ekuitas.

Juniarti dan Sentosa (2009) meneliti pengaruh Good Corporate Governance yang diukur dengan komisaris independen, kepemilikan


(38)

23

manajerial, kepemilikan institusional, dan kualitas audit terhadap biaya hutang dengan hasil bahwa hanya kepemilikan institusional dan kualitas audit yang berpengaruh terhadap biaya hutang. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Yunita (2012) dengan hasil yaitu hanya kepemilikan institusional dan kualitas audit yang berpengaruh terhadap biaya hutang. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap biaya hutang juga diteliti oleh Yenibra (2014) dan Rahmawati (2015). Penelitian Yenibra (2014) memperoleh hasil bahwa Good Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya hutang sedangkan kualitas audit berpengaruh negatif terhadap biaya hutang. Penelitian Rahmawati (2015) memperoleh hasil bahwa hanya komite audit berpengaruh negatif terhadap biaya hutang.

Rebecca dan Siregar (2012) dan Kurniawati dan Marfuah (2014) meneliti pengaruh Corporate Governance terhadap biaya ekuitas dan biaya hutang. Hasil penelitian Rebecca dan Siregar (2012) yaitu corporate governance index terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap biaya ekuitas dan biaya utang perusahaan, kepemilikan keluarga memiliki pengaruh signifikan positif terhadap biaya ekuitas perusahaan dan kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap biaya hutang perusahaan. Penelitian Kurniawati dan Marfuah (2014) membuktikan bahwa efektivitas dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap biaya ekuitas tetapi berpengaruh negatif terhadap biaya hutang sedangkan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap biaya ekuitas dan biaya hutang.


(39)

C. Penurunan Hipotesis

1. Kualitas Audit dan Biaya Modal

Kualitas audit yang baik menunjukkan salah satu indikator pendukung penerapan GCG di suatu perusahaan, dimana auditor eksternal merupakan kendali manajer dalam mengukur dan menyajikan laporan keuangan perusahaannya dengan wajar dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku (Susanto dan Siregar, 2012). Perusahaan yang mampu menerapkan GCG dapat mengurangi cost of capital, baik itu cost of equity maupun cost of debt.Sesuai dengan teori agensi, principal sebagai pemilik perusahaan cenderung akan menunjuk agen yaitu Kantor Akuntan Publik dengan reputasi yang baik agar memperoleh kualitas audit yang baik dan dapat mengurangi biaya ekuitas. Laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh KAP big four akan lebih dipercaya oleh para stakeholder daripada laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four. Hal ini disebabkan karena KAP yang berafiliasi dengan KAP big four memiliki reputasi yang baik dan dinilai lebih kompeten dan independen sehingga mampu mengurangi tindakan kecurangan di suatu perusahaan. Audit yang dilakukan dengan kompeten, independen, dan kehati-hatian akan membuat hasil audit lebih berkualitas. Akibatnya, laporan keuangan auditan menjadi lebih andal dan akan mengurangi risiko informasi yang terjadi antar pihak manajemen dengan para stakeholder khususnya investor dan kreditor. Perusahaan akan mengeluarkan cost of equity dan cost of debt yang lebih rendah.


(40)

25

Penelitian Juniarti dan Sentosa (2009), Yunita (2012), dan Yenibra (2014) menunjukkan hasil bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap cost of debt. Hasil penelitian Houqe et al. (2015) menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit KAP berkualitas tinggi akan menurunkan cost of equity. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1A: Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap cost of equity.

H1B: Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap cost of debt.

2. Komisaris Independen dan Biaya Modal

Komisaris independen yang berada dalam struktur dewan komisaris bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk mengawasi dan menasihati direksi dan memastikan bahwa GCG di perusahaan dapat diterapkan. Komisaris independen harus mampu menjamin bahwa mekanisme pengawasan yang menjadi tugasnya dapat berjalan efektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan (KNKG, 2006). Proporsi komisaris independen yang semakin besar dapat meningkatkan kualitas pengawasan karena semakin banyak komisaris independen yang menuntut transparansi dalam pelaporan dan pengungkapan perusahaan (Gunawan dan Hendrawati, 2016). Adanya komisaris independen dalam struktur dewan komisaris suatu perusahaan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan (Juniarti dan Sentosa, 2009). Laporan keuangan suatu perusahaan yang memiliki komisaris independen akan memiliki


(41)

integritas yang lebih tinggi. Komisaris independen akan melakukan tindakan pengawasan dan pemberian nasihat kepada dewan komisaris sehingga melindungi hak-hak pihak di luar manajemen dan meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan dapat mengurangi risiko perusahaan sehingga dapat berpengaruh pada biaya modal perusahaan karena dapat menjadi pertimbangan bagi investor maupun kreditor untuk menentukan return yang diminta.

Penelitian Anderson et al. (2003) menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif terhadap biaya hutang. Kurniawati dan Marfuah (2014) telah menguji pengaruh antara efektivitas dewan komisaris terhadap cost of equity dan cost of debt. Hasil dari penelitian tersebut yaitu efektivitas dewan komisaris berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya hutang. Pengaruh dewan komisaris terhadap cost of equity diteliti oleh Sari dan Diyanty (2015) dengan hasil bahwa efektivitas dewan komisaris sebagai salah satu mekanisme internal dalam Corporate Governance berpengaruh signifikan negatif terhadap biaya ekuitas. Dimana di dalam efektivitas dewan komisaris yang diukur dengan checklist terdapat proporsi komisaris independen (Susanto dan Siregar, 2012). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:


(42)

27

H2A: Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap cost of

equity.

H2B: Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap cost of debt.

3. Kepemilikan Institusional dan Biaya Modal

Kepemilikan institusional merupakan saham yang dimiliki oleh investor institusional, seperti pemerintah, bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, atau perusahaaan lain (Juniarti dan Sentosa, 2009). Pemilik institusi akan melakukan pengawasan secara lebih ketat atas kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan mengurangi risiko perusahaan sehingga investor maupun kreditor akan meminta return yang lebih kecil. Jika dibandingkan dengan investor individu, investor institusional memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mengawasi tindakan manajemen, seperti tindakan manipulasi karena investor institusional tidak mudah diperdaya oleh perusahaan. Hal ini dapat mengurangi cost of equity dan cost of debt perusahaan.

Hasil penelitian Juniarti dan Sentosa (2009) serta Rebecca dan Siregar (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap biaya hutang perusahaan. Natalia dan Sun (2013) dalam penelitiannya membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap biaya modal ekuitas. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:


(43)

H3A: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap cost of

equity.

H3B: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap cost of

debt.

4. Komite Audit dan Biaya Modal

Komite audit merupakan komite yang membantu dewan komisaris untuk menetapkan auditor eksternal yang akan melakukan audit atas laporan keuangan perusahan. Banyaknya komite audit dalam suatu perusahaan harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006). Komite audit yang semakin besar jumlahnya dalam suatu perusahaan dapat meningkatkan pengawasan terhadap auditor dan kinerja manajemen sehingga pelaporan keuangan semakin berkualitas (Gunawan dan Hendrawati, 2016). Semakin besar jumlah komite audit yang memiliki latar belakang dan kemampuan akuntansi atau keuangan akan berakibat pada biaya modal yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena komite audit juga bertugas salah satunya untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Laporan keuangan yang semakin andal dapat mengurangi terjadinya ketimpangan informasi antara pihak perusahaan dengan para pengguna laporan keuangan, seperti investor dan kreditor. Investor dan kreditor tidak akan meminta tingkat pengembalian yang lebih besar sehingga akan mengurangi biaya modal.


(44)

29

Hasil penelitian Kurniawati dan Marfuah (2014) menyatakan bahwa efektivitas komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap biaya hutang. Hasil ini serupa dengan penelitian Rahmawati (2015) bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap biaya hutang. Penelitian Sari dan Diyanty (2015) membuktikan bahwa efektivitas komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap biaya ekuitas. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H4A: Komite audit berpengaruh negatif terhadap cost of equity.

H4B: Komite audit berpengaruh negatif terhadap cost of debt.

D. Kerangka Pemikiran

Besarnya biaya modal yang harus ditanggung perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Diantaranya dapat dipengaruhi oleh GCG yang diukur dengan beberapa indikator diantaranya kualitas audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, dan komite audit. Kualitas audit yang diproksikan dengan KAP yang berafiliasi dengan big four atau tidak berafiliasi dengan big four dapat mempengaruhi besarnya biaya modal. Proporsi komisaris independen dan jumlah komite audit sebagai indikator praktik GCG secara internal juga dapat mempengaruhi besarnya biaya modal. Struktur kepemilikan yaitu salah satunya adalah kepemilikan institusional juga diduga dapat mempengaruhi biaya modal karena investor institusi akan mengawasi perusahaan lebih ketat daripada investor individual. Dari uraian tersebut, maka kerangka pemikiran dapat dilihat


(45)

pada Gambar 2.1 dan 2.2:

Kualitas Audit

Kepemilikan Institusional

Cost of equity H1a-

GAMBAR 2.2.

KERANGKA PEMIKIRAN (MODEL 2) Komisaris

Independen

Komite Audit

H2a-

H3a-

H4a-

Kualitas Audit

Kepemilikan Institusional Komisaris Independen

Komite Audit

Cost of debt H1b-

H2b-

H3b-

H4b-

GAMBAR 2.1.


(46)

(47)

31 A. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan manufaktur yang listing di BEI pada tahun 2013-2015. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dimana peneliti mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu, yaitu:

1. Perusahaan manufaktur yang listing di BEI dan menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan auditan secara lengkap untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013-2015.

2. Perusahaan manufaktur yang menyediakan data-data mengenai variabel penelitian secara lengkap dalam laporan keuangannya. 3. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama tahun

2013-2015.

4. Perusahaan yang memiliki hutang berbunga.

5. Perusahaan menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah.

B. Jenis dan Sumber data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder atau data tidak secara langsung diterima oleh peneliti. Data penelitian bersumber dari:

1. BEI untuk memperoleh data berupa daftar perusahaan manufaktur serta laporan keuangan perusahaan manufaktur yang listing di BEI.


(48)

32

2. Indonesia Capital Market Directory (ICMD), website Indonesia Stock Exchange (IDX), dan website perusahaan sampel untuk memperolah data laporan tahunan serta data-data lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan manufaktur periode tahun 2013-2015 yang bersumber dari BEI, ICMD, website IDX, dan website resmi dari perusahaan. Peneliti juga menggunakan artikel, jurnal penelitian terdahulu, dan buku yang terkait dengan penelitian.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasionalisasi Variabel 1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan yaitu cost of equity dan cost of debt.

a. Cost of equity

Cost of equity merupakan tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor ketika investor memutuskan untuk menginvestasikan uangnya ke perusahaan. Pendekatan yang dapat


(49)

digunakan untuk mengukur cost of equity salah satunya adalah earning-price ratio (EP Ratio) yang digunakan dalam penelitian Francis et al. (2005), Li et al. (2009), Desiliani (2014), dan Borja (2015). Penggunaan EP Ratio untuk mengukur cost of capital karena EP Ratio merupakan pengukuran yang paling populer untuk mengestimasi tingkat pengembalian dalam pasar ekuitas dan pengukuran yang secara luas diterapkan (Easton dalam Lie et al., 2009). Semakin rendah nilai EP Ratio menujukkan bahwa biaya ekuitas yang harus ditanggung perusahaan juga rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi nilai EP Ratio menunjukkan bahwa biaya modal ekuitas yang harus dikeluarkan perusahaan juga tinggi. EP Ratio dihitung dengan rumus:

b. Cost of debt

Cost of debt merupakan tingkat pengembalian yang diinginkan oleh kreditor ketika kreditor memutuskan untuk melakukan pendanaan atau memberikan dananya dalam bentuk pinjaman ke dalam perusahaan. Cost of debt dapat dihitung dengan membagi beban bunga yang dibayarkan perusahaan dalam satu periode tahunan dibagi dengan rata-rata pinjaman jangka pendek dan jangka panjang yang menghasilkan beban bunga pinjaman tersebut (Juniarti dan Sentosa, 2009). Rumus untuk menghitung cost of debt dengan formula tersebut digunakan antara lain dalam


(50)

34

penelitian Yunita (2012), Kurniawati dan Marfuah (2014), dan Yenibra (2014). Rumus tersebut yaitu:

2. Variabel Independen a. Kualitas Audit

Kualitas audit yang baik menunjukkan salah satu indikator pendukung penerapan GCG di suatu perusahaan. Hasil dari kualitas audit ini dapat memberikan sinyal dari perusahaan untuk para stakeholdernya. Kualitas audit dapat diartikan sebagai kemungkinan besarnya auditor yang kompeten dan independen dalam menemukan dan melaporkan temuan dalam laporan keuangan kliennya. Dalam penelitian ini kualitas audit diukur menggunakan dummy variable. Apabila laporan keuangan perusahaan diaudit oleh KAP big four maka diberi nilai 1 dan apabila diaudit oleh KAP non big four maka diberi 0. Pengukuran kualitas audit dengan dummy variable digunakan dalam penelitian Piot dan Pierra (2007), Sari dan Diyanty (2015), dan Houqe et al. (2015).

b. Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris suatu perusahaan yang tidak berasal dari pihak yang terafiliasi atau


(51)

pihak yang tidak memiliki hubungan bisnis dan hubungan keluarga dengan pemegang saham kontrol, anggota direksi dan dewan komisaris lain dan dengan perusahaan itu sendiri (KNKG, 2006). Pengukuran komisaris independen dalam penelitian ini sesuai dengan Juniarti dan Sentosa (2006) dan Yunita (2012) yaitu dengan persentase jumlah komisaris independen terhadap total dewan komisaris. Persentase jumlah komisaris independen dihitung dengan rumus sebagai berikut:

c. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan saham yang dimiliki oleh investor institusional, seperti pemerintah, bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, atau perusahaaan lain (Juniarti dan Sentosa, 2009). Dalam penelitian ini kepemilikan institusional diukur dengan persentase jumlah saham perusahan yang dimiliki institusi terhadap total saham yang beredar, seperti yang digunakan oleh Yunita (2012) dan Rahmawati (2015). Persentase kepemilikan institusional dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(52)

36

d. Komite Audit

Menurut Peraturan BAPEPAM No IX.1.5 mengenai Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, komite audit merupakan komite yang dibentuk dewan komisaris untuk membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Komite audit dalam suatu perusahaan paling sedikit satu orang komisaris independen dan paling sedikit dua orang anggota lainnya yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Komite audit dalam penelitian ini diukur dengan jumah anggota komite audit yang ada di perusahaan, seperti yang digunakan dalam penelitian Rahmawati (2015).

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif bukan merupakan analisis yang bermaksud untuk menguji hipotesis (Suparno, 2013). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan dan mengetahui gambaran atau deskripsi tentang karakteristik atau keadaan data penelitian, seperti frekuensi, mean, median, modus, minimum, maksimum, range, variance dan standar deviasi (Nazaruddin dan Basuki, 2016). Analisis statistik deskriptif menggambarkan data yang bersangkutan menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami.


(53)

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan syarat statistik yang harus terpenuhi apabila menggunakan analisis regresi linear berganda yang berbasis OLS (Ordinary Least Square).

a. Uji Normalitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah residual data penelitian yang telah dikumpulkan dan digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Model regresi dapat dikatakan baik apabila nilai residual berdistribusi normal atau diambil dari populasi yang normal. Uji statistik normalitas yang dapat digunakan antara lain Chi-Square, Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors, Shapiro Wilk dan Jarque Bera (Nazarudidin dan Basuki, 2016). Uji statistik normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Ketentuan apabila menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yaitu:

1) Apabila besarnya Asymp Sig. (2 tailed) lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan dapat dikatakan bahwa residual data

berdistribusi normal.

2) Apabila besarnya Asymp Sig. (2 tailed) kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan dapat dikatakan bahwa residual data tidak


(54)

38

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi berganda terdapat kolerasi yang kuat antara variabel independen dalam model regresi linear berganda. Model regresi dapat dikatakan baik apabila tidak terjadi kolerasi di antara variabel independen. Terjadinya multikolinearitas dalam suatu model regresi dapat menyebabkan koefisien variabel independen menjadi tidak signifikan. Cara untuk mengetahui terjadi multikolinearitas atau tidak dapat diketahui dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) (Desiliani, 2014). Kriteria dalam uji multikolinearitas yaitu:

1) Apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10, maka model regresi dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.

2) Apabila nilai tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF lebih dari 10, maka model regresi dapat dikatakan terjadi multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual data suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas adalah terjadinya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Nazaruddin dan Basuki, 2016).


(55)

Model regresi dapat dikatakan memenuhi syarat apabila kesamaan varians dari residual suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain tetap (homokedastisitas). Uji statistik yang digunakan antara lain uji Glejser, uji Park atau uji White. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini digunakan uji Glejser yaitu dengan meregresikan nilai residual yang telah diabsolutkan dengan variabel-variabel independen dalam model regresi. Apabila nilai Sig. pada output uji Glejser lebih dari 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara seluruh variabel independen terhadap nilai absolute residual atau dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasi residual dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lainnya. Model regresi dapat dikatakan baik apabila bebas dari autokorelasi. Cara untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilakukan dengan melihat angka D-W (Durbin-Watson) dengan patokan sebagai berikut (Santoso, 2010):

1) Apabila angka D-W di bawah -2 maka artinya terdapat autokorelasi positif.

2) Apabila angka D-W di antara -2 sampai +2 maka artinya tidak terdapat autokorelasi.

3) Apabila angka D-W di atas +2 maka artinya terdapat autokorelasi negatif.


(56)

40

3. Uji Hipotesis dan Analisis Data a. Model Penelitian

Pengujian terhadap hipotesis yang telah diformulasikan dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda. Sebelum dilakukan uji regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa model regresi yang digunakan adalah normal dan tidak terjadi multikolinearitas, heteroskedastisitas, serta autokorelasi. Alat bantu statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan aplikasi SPSS.

Model penelitian dalam penelitian ini mengacu pada model penelitian yang digunakan oleh Kurniawati dan Marfuah (2014). Model penelitian terdiri dari 2 model dimana model pertama untuk menguji H1a, H2a, H3a, dan H4a, sedangkan model kedua untuk menguji

H1b, H2b, H3b, dan H4b.

Model 1:

COE i,t = α + β1 KAUD i,t + β2 KINDi,t + β4 KINS i,t + β3

KOAUDi,t+ e i,t

Model 2:

COD i,t = α + β1 KAUD i,t + β2 KINDi,t + β4 KINS i,t + β3

KOAUDi,t + e i,t

Keterangan:

COE i,t : Cost of equity


(57)

KAUD i,t : Kualitas audit

KOINDi,t : Komisaris independen

KINS i,t : Kepemilikan institusional

KOAUDi,t : Komite audit

b. Uji Hipotesis

1) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui

seberapa besar kemampuan variabel independen mempengaruhi variabel dependen (Desiliani, 2014). Apabila nilai R2 mendekati

nilai 1 artinya variabel dependen hampir seluruhnya dijelaskan oleh variabel independen yang diteliti.

2) Uji Signifikansi Parameter Individual (t-test)

Uji t-test digunakan untuk mengetahui seberapa besar secara individu atau secara parsial variabel independen mampu menerangkan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, dan komite audit. Sedangkan variabel dependennya adalah cost of equity dan cost of debt. Pengujian dilakukan dengan ketentuan alpha atau tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hipotesis diterima apabila nilai sig < 0,05 dan koefisien regresi searah dengan arah hipotesis (Desiliani, 2014).


(58)

(59)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2015. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan hasil sebanyak 52 perusahaan dan data observasi pada tahun 2013-2015 sebanyak 156 perusahaan. Proses pemilihan sampel disajikan pada Tabel 4.1:

TABEL 4.1.

PROSES PEMILIHAN SAMPEL

No Uraian Model 1 Model 2

1. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

tahun 2013-2015. 129 129

2. Perusahaan manufaktur tidak menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan auditan secara lengkap untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013-2015.

(1) (1)

3. Perusahaan manufaktur yang tidak menyediakan data-data mengenai variabel penelitian secara lengkap.

(5) (5)

4. Perusahaan yang mengalami kerugian selama tahun

2013-2015. (48) (48)

5. Perusahaan yang tidak memiliki hutang berbunga. (7) (7) 6. Perusahaan menyajikan laporan keuangan tidak

dalam rupiah. (16) (16)

7. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel setiap

tahunnya 52 52

Total perusahaan yang dijadikan sampel selama

tahun 2013-2015 (52 × 3) 156 156

Data outliers (41) (11)

Data yang diolah 115 145


(60)

43

B. Analisis Statisitik Deskriptif

TABEL 4.2.

STATISTIK DESKRIPTIF MODEL 1

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

KAUD 115 .0000 1.0000 .4957 .5021

KIND 115 .0000 1.0000 .3743 .1665

KINS 115 .2248 .9820 .6725 .1715

KOAUD 115 .0000 5.0000 3.0609 .8302

COE 115 .0009 .1082 .0469 .0230

Valid N

(listwise) 115

Sumber: Data sekunder diolah, 2016

Jumlah data yang digunakan dalam penelitian sebanyak 156 data selama 3 tahun. Namun pada model pertama, setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan SPSS 23.0 diketahui bahwa data tidak berdistribusi normal. Langkah yang diambil peneliti adalah mendeteksi terjadinya outliers. Peneliti membuang beberapa sampel agar data berdistribusi normal. Sampel yang dibuang berjumlah 41 data, sehingga data menjadi berjumlah 115.

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pada model pertama jumlah observasi dalam penelitian (N) sebanyak 115. Variabel kualitas audit (KAUD) memiliki nilai minimum 0; nilai maksimum 1; mean 0,4957; dan standar deviasi 0,50217. Nilai minimum 0 artinya tidak diaudit oleh KAP big four. Sedangkan nilai maksimum sebesar 1 artinya diaudit oleh KAP big four. Mean variabel kualitas audit sebesar 0,4957 atau 49,57% menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur yang menggunakan KAP big four


(61)

untuk melakukan audit terhadap laporan keuangannya adalah sebesar 49,57%.

Variabel komisaris independen (KIND) dalam perusahaan manufaktur menunjukkan nilai minimum 0 yang artinya dalam perusahaan tidak memiliki komisaris independen. Nilai maksimum sebesar 1 yang artinya seluruh dewan komisaris adalah komisaris independen. Variabel komisaris independen memiliki mean 0,37438 dan standar deviasi sebesar 0,166155. Mean sebesar 0,37438 atau 37,438% menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur memiliki proporsi komisaris independen tidak terlalu besar karena dibawah 50%. Namun sudah memenuhi Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 yang menyebutkan bahwa calon perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya wajib untuk memiliki komisaris independen paling sedikit 30% dari jajaran anggota komisaris yang dapat dipilih melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Variabel kepemilikan instistusional (KINS) memiliki nilai minimum 0,225; nilai maksimum 0,982; mean 0,67257; dan standar deviasi 0,171775. Mean sebesar 0,67257 atau 67,257% menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur yang sahamnya dimiliki oleh pemilik institusional adalah sebesar 67,257%. Angka tersebut cukup tinggi karena lebih dari 50% dan menunjukkan bahwa dari susunan kepemilikan saham, kepemilikan institusional memiliki proporsi yang paling besar dari seluruh saham beredar.


(62)

45

Variabel komite audit (KOAUD) memiliki nilai minimum 0; nilai maksimum 5; mean 3,0609; dan standar deviasi 0,83021. Mean sebesar 3,0609 menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur memliki komite audit sebanyak 3 orang. Jumlah ini sesuai dengan Peraturan BAPEPAM No IX.1.5 mengenai Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Komite audit dalam suatu perusahaan paling sedikit satu orang komisaris independen dan paling sedikit dua orang anggota lainnya yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.

Variabel cost of equity (COE) memiliki nilai minimum 0,01; nilai maksimum 0,108; mean 0,04694; dan standar deviasi 0,023042. Mean sebesar 0,04694 atau 4,694% menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur memiliki biaya ekuitas sebesar 0,04694 atau investor mengharapkan return atau tingkat pengembalian sebesar 4,694% dari dana yang diinvestasikan ke perusahaan.

TABEL 4.3.

STATISTIK DESKRIPTIF MODEL 2

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

KAUD 145 .0000 1.0000 .4069 .4929

KOIND 145 .0000 1.0000 .3768 .1512

KINS 145 .0000 .9620 .6529 .1963

KOAUD 145 .0000 5.0000 2.9862 .8578

COD 145 .7974 .9513 .8725 .0260

Valid N

(listwise) 145


(1)

penelitian Houqe et al. (2015). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas audit yang diproksikan dengan KAP big four memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh KAP big four akan lebih dipercaya oleh para stakeholder daripada laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four. Hal ini disebabkan karena KAP yang berafiliasi dengan KAP big four memiliki reputasi yang baik dan dinilai lebih kompeten dan independen sehingga mampu mengurangi tindakan kecurangan di suatu perusahaan. Audit yang dilakukan dengan kompeten, independen, dan kehati-hatian akan membuat hasil audit lebih berkualitas. Akibatnya, laporan keuangan auditan menjadi lebih andal dan akan mengurangi risiko informasi yang terjadi antar pihak manajemen dengan investor. Hal ini dapat mengurangi biaya ekuitas yang harus ditanggung perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis 1B membuktikan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap cost of debt. Hasil pengujian ini mendukung penelitian Kurniawati dan Marfuah (2014). Kualitas audit yang diproksikan dengan KAP Big four tidak memiliki pengaruh terhadap biaya modal utang perusahaan. Hal ini mungkin disebabkan karena kreditor tidak mempedulikan apakah perusahaan diaudit oleh KAP big four maupun KAP non big four, sehingga tingkat pengembalian yang diminta kreditur tetap atau biaya utang yang harus ditanggung perusahaan tidak menurun.

Pengaruh Komisaris Independen terhadap Biaya Modal

Hasil pengujian hipotesis 2A membuktikan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas. Hasil pengujian ini mendukung penelitian Susanto dan Siregar (2012) serta Kurniawati dan Marfuah (2014). Hasil pengujian hipotesis 2B membuktikan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap biaya modal utang. Hasil pengujian ini mendukung penelitian Juniarti dan Sentosa (2009) dan Yunita (2012).

Dari hasil pengujian terhadap hipotesis 2A dan 2B dinyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap biaya modal, baik itu biaya modal ekuitas maupun biaya modal utang. Hasil ini mengindikasikan bahwa komisaris independen dipandang oleh investor dan kreditor belum mampu


(2)

menjamin bahwa mekanisme pengawasan yang menjadi tugasnya dapat berjalan efektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu, terdapat kemungkinan bahwa adanya komisaris independen hanya sekedar untuk memenuhi regulasi saja. Akibatnya penegakkan Good Corporate Governance tidak terwujud dan risiko perusahaan tidak berkurang atau tetap terjadi asimetri informasi antara pihak manajemen dan stakeholder. Hal ini berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas dan biaya modal utang yang tidak menurun.

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Biaya Modal

Hasil pengujian hipotesis 3A membuktikan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas. Hasil pengujian ini mendukung penelitian Rebecca dan Siregar (2012). Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin besar kepemilikan institusional dalam susunan saham perusahaan tidak berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas perusahaan. Penyebabnya adalah karena kemungkinan dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk melakukan tindakan pengawasan terhadap perusahaan (Ashbaugh et al., 2004), sehingga pemilik institusional enggan untuk melakukan monitoring karena biaya yang cukup besar tersebut. Akibatnya biaya modal ekuitas tidak mampu diturunkan.

Hasil pengujian hipotesis 3B membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas. Hasil pengujian ini mendukung penelitian Indahningrum dan Handayani (2009) serta Yunita (2012). Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin tinggi pula biaya hutang yang harus dikeluarkan perusahaan. Hasil ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan saham institusional maka dapat menurunkankan perilaku opportunistik manajer dengan adanya pengawasan yang efektif yang akhirnya dapat mengurangi agency cost (Indahningrum dan Handayani, 2009). Kepemilikan institusional yang merupakan pemilik terbesar di antara struktur kepemilikan saham perusahaan cenderung berharap memperoleh kentungan yang tinggi dengan memilih proyek yang lebih berisiko dan memilih pendanaan melalui kebijakan hutang. Apabila proyek gagal, pemilik institusional dapat mengalihkan penaggungan risiko


(3)

kepada kreditor, namun apabila proyek berhasil maka pemegang saham akan memperoleh hasil sisa karena kreditor hanya akan dibayar sejumlah bunga yang telah ditentukan.

Pengaruh Komite Audit terhadap Biaya Modal

Hasil pengujian hipotesis 4A membuktikan bahwa komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Hasil pengujian ini mendukung penelitian Susanto dan Siregar (2012). Semakin banyak jumlah komite audit yang ada dalam perusahaan maka semakin tinggi pula biaya modal ekuitas yang harus ditanggung perusahaan. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah komite audit dapat mengurangi biaya modal ekuitas melalui pengawasan terhadap auditor dan kinerja manajemen sehingga pelaporan keuangan semakin berkualitas. Invetor menganggap bahwa pembentukan komite audit hanya sebagai bentuk ketaatan pada peraturan pasar modal dan belum berjalan efektif sehingga hanya menambah biaya bagi perusahaan (Susanto dan Siregar, 2012). Investor tidak memperhatikan banyaknya komite audit yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan. Investor juga menilai bahwa komite audit belum menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif sehingga semakin banyak jumlah komite audit malah menambah biaya modal ekuitas atau tingkat pengembalian yang diinginkan investor semakin tinggi.

Hasil pengujian hipotesis 4B membuktikan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap biaya modal utang. Hasil pengujian ini mendukung penelitian Piot and Piera (2007). Hasil ini mengindikasikan bahwa komite audit dalam perusahaan belum mampu memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum, melaksanakan dengan baik struktur pengendalian internal perusahaan, melaksanakan audit eksternal dan audit internal sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan memastikan bahwa temuan hasil audit dapat ditindaklanjuti oleh manajemen. Hal ini menyebabkan komite audit belum mampu berkontribusi terhadap penurunan biaya modal utang.


(4)

PENUTUP Simpulan

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 52 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2015. Hasil pengujian model pertama membuktikan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap cost of equity dan komite audit berpengaruh positif terhadap cost of equity. Sedangkan komisaris independen dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap cost of equity. Hasil pengujian model kedua membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap cost of debt. Sedangkan kualitas audit, proporsi komisaris independen, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap cost of debt.

Keterbatasan

Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini yaitu nilai Adjusted R Square pada model pertama maupun model kedua dalam penelitian ini masih rendah. Kualitas audit terbatas hanya diukur dengan variabel dummy yaitu diaudit KAP big four atau KAP non big four. Pengukuran komisaris independen dan komite audit terbatas hanya pada banyaknya komisaris independen dan komite audit. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini belum mencakup seluruh perusahaan dari berbagai sektor yang terdaftar di BEI sehingga tidak dapat digeneralisasi ke seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI.

Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu menambah variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas maupun biaya modal utang seperti asimetri informasi, voluntary disclosure, ukuran perusahaan, dan yang lainnya. Menggunakan pengukuran lain untuk mengukur kualitas audit seperti ukuran KAP, tenure KAP, atau opini auditor. Menggunakan pengukuran lain untuk mengukur dewan komisaris independen dan komite audit seperti efektivitas dewan komisaris dan efektivitas komite audit. Menambah sampel dari sektor lain dan memperpanjang waktu pengamatan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, 2013, “Pengaruh Tingkat Disclosure, Manajemen Laba, Asimetri Informasi Terhadap Biaya Modal (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011)”, Skrispi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Anderson, R. C., Mansi, S. A., & Reeb, D. M., 2003, “Board Characteristics,

Accounting Report Integrity, and The Cost of Debt”, Journal of Accounting and Economics Vol. 37 No.3 P. 315-342.

Ashbaugh, H., Collins, D. W., & Lafond, R., 2009, “Corporate Governance,

Risk, and Cost of Equity”, Forthcoming, Contemporary Accounting Review.

Byun, H. Y., Kwak, S. K., & Hwang, L.K., 2008, “The Implied Cost of Equity Capital and Corporate Governance Practices”, Asia- Pacific Journal of Financial Studies 37: 139–184.

Candra, E. R. S. & Ekawati, E., 2015, “Analisis Kualitas Akrual pada Biaya

Modal Perusahaan”, Proceeding Simposium Nasional Akuntansi 18 Medan.

Chen, K. C.W., Chen, Z., & Wei, K. C. J., 2009, “Legal Protection of Investors, Corporate Governance, and The Cost of Equity Capital”, Journal of Corporate Finance Vol. 15 No. 3 P. 273-289.

Gunawan, B. & Hermawan, E. R., 2016, “Peran Struktur Corporate Governance Dalam Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib Periode Setelah Konvergensi IFRS (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia)”, Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 1 No.1 P. 71-83.

Houqe, N., Ahmed, K., & Zijl, T. V., 2015, “Effect of Audit Quality on Earnings

Quality and Cost of Equity Capital: Evidence From India”, Working Paper Series No. 95.

Indahningrum, R. P. & Handayani, R., 2009, ”Pengaruh Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11 No. 3 P. 189-207.

Jensen, M. C. & Meckling, W. H., 1976, “Theory of The Firm: Managerial

Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics Vol. 3 P. 305-360.

Juniarti, J. & Sentosa, A. A., 2009, “Pengaruh Good Corporate Governance, Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang (Cost of Debt)”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 11 No. 2 P. 88.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), 2006, “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”, http://bit.ly/1Yx9QrB, diunduh pada tanggal 7 Juni 2016 pukul 22.05 WIB.

Kurniawati, Z. & Marfuah, 2014, “Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Utang Pada Perusahaan Manufaktur di


(6)

Lie, Y., Stoke, D., & Taylor, S., 2009, “Audit Quality, Earnings Quality and The Cost of Equity Capital”, Electronic Copy Available at: http://ssrn. com/abstract, 1481823.

Natalia, D. & Sun, S. E., 2013, “Analisis Pengaruh Wajibnya Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Biaya Ekuitas Pada Badan Usaha Milik Negara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012, Doctoral dissertation, BINUS.

Piot, C. & Piera, F. M., 2007, “Corporate Governance, Audit Quality, and The

Cost of Debt Financing of French Listed Companies”, Working Paper CERAG and Pierre Mendes France University.

Rahmawati, R., 2015, “Pengaruh Penghindaran Pajak dan Good Corporate Governance Terhadap Biaya Utang (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013)”, Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 1.

Rebecca, Y. & Siregar, S. V., 2012, “Pengaruh Corporate Governance Index, Kepemilikan Keluarga, dan Kepemilikan Institusional terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Utang: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di BEI”, Proceeding Simposium Nasional Akuntansi 15 Banjarmasin.

Sari, I. C. & Diyanty, V., 2015, “Pengaruh Efektifitas Dewan Komisaris dan

Pengendali Keluarga Terhadap Biaya Ekuitas”, Proceeding Simposium Nasional Akuntansi 18 Medan.

Susanto, S. & Siregar, S. V., 2012, “Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Biaya Ekuitas: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009”, Proceeding Simposium Nasional Akuntansi 15 Banjarmasin.

Yenibra, R., 2014, “Pengaruh Corporate Governance, Kualitas Audit dan Voluntary Disclosure Terhadap Biaya Utang (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di CGPI Tahun 2009-2012)”, Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 1.

Yunita, N., 2012, “Pengaruh Corporate Governance terhadap Voluntary Disclosure dan Biaya Hutang”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol. 1 No. 1 P. 90-96.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

8 121 97

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

Pengaruh karakteristik komite audit dan mekanisme good corporate governance terhadap ketetapan waktu pelaporan keuanganan

0 10 112

Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI)

2 33 138

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011)

0 9 136

Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance : studi empiris pada sektor perbankan yang terdaftar di bei periode tahun 2009-2013

0 15 0

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, STRUKTUR DEWAN KOMISARIS, KUALITAS AUDIT DAN KOMITE AUDIT TERHADAP TAX AVOIDANCE.

0 2 14

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, KUALITAS AUDIT, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN - Perbanas Institutional Repository

0 0 22

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMISARIS INDEPENDEN DAN KOMITE AUDIT TERHADAP TAX AVOIDANCE

0 0 20

Pengaruh Kualitas Audit, Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Terhadap Konservatisme - Unika Repository

0 0 17