Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011)

(1)

PENGARUH MEKANISMECORPORATE GOVERNANCEDAN KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS

LAPORAN KEUANGAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2009-2011)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Defriandio Rahiim NIM: 107082002049

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Defriandio Rahiim

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Desember 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Nama Ayah : Budi Irianto

Nama Ibu : Ony Maryana

Anak Ke Dari : 1 dari 3 bersaudara

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Komplek Pondok Kacang Prima Blok F1 No. 20, RT/RW 003/08, Jl. Melati. Pondok Aren– Tangerang Selatan. Banten.

No. Telp : 0898-995-7909 / 0888-0836-6767

E-mail : dkm_baitussalam@yahoo.com

II. Pendidikan Formal

1994–1995 : TK Islam Bustanul Atfal Aisiyah 1995–2001 : SD Islam Al-Hasanah

2001–2004 : SMP Islam Al-Hasanah

2004–2007 : SMAN 1 Pondok Aren / sekarang SMAN 5 Tangsel 2007–2013 : S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta III. Pengalaman Organisasi

2009–2010 : KetuaForum Halaqah Qur’anAl-Ishlah 2011–2013 : Ketua Karang Taruna RW 08 Pondok Aren


(7)

IV. Seminar dan Training

1. Training Motivasi“Sukses Kuliah dan Organisasi”, UIN Syarif Hidayatullah 2. Training Tahsin Tilawah bersama Ust. H. Ahmad Muzammil, Al-Hafidz.


(8)

THE EFFECTS OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISMS, AND THE QUALITY OF PUBLIC ACCOUNTING FIRMS ON THE INTEGRITY

OF FINANCIAL STATEMENTS

ABSTRACT

The purposes of this research was to analyze the effect of corporate governance mechanisms and the quality of public accounting firms on the integrity of financial statements. This research used a sample of companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2009 to 2011. Number of manufacturing firms sampled this research were 66 companies with over 3 years of observation. Based on purposive sampling method, the total sample was 198 financial statements or annual reports. But the researchers reduced the number of samples to discard as many as 28 pieces of data outliers to improve the normality of the data, so that the end of the research the total sample is 170 financial statements or annual reports. Testing this hypothesis using multiple regression analysis.

The result showed that the manajerial ownership and firm size influences significantly on the integrity of financial statements. On the other hand, institutional ownership, audit committee, independent commissioner and quality public accounting firm business entity (number of patners accountant permission) had no significant effect on the integrity of financial statements.

Keywords: Manajerial ownership, firm size, institutional ownership, audit committee, independent commissioner, quality public accounting firm business entity (number of patners accountant permission), and the integrity of financial statements.


(9)

PENGARUH MEKANISMECORPORATE GOVERNANCEDAN KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS

LAPORAN KEUANGAN

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance dan kualitas kantor akuntan publik terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai 2011. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 66 perusahaan dengan pengamatan selama 3 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 198 laporan keuangan atau laporan tahunan. Namun peneliti mengurangi jumlah sampel dengan membuang data outlier sebanyak 28 buah untuk memperbaiki normalitas data, sehingga total sampel akhir penelitian adalah 170 laporan keuangan atau laporan tahunan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan kepemilkan institusional, komite audit, komisaris independen dan kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner izin akuntan) tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Kata kunci: Kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner dan izin akuntan), integritas laporan keuangan


(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2009-2011)” ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar kita Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya dari pihak lain, yakni ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak dan Ibu yang dengan keringatnya dan tetesan air matanya dalam mendoakan kebaikan untuk anaknya, serta nasehat dan arahan penuh kasih sayang dalam keadaan susah dan senang. Beliau berdualah yang menjadi tali kasih sayang Allah SWT kepada penulis di dunia ini. Yang selalu sabar membimbing dan memberi semangat anaknya untuk sabar dan semangat dalam menyelesaikan masalah apapun yang dalam hal ini adalah skripsi. Semoga Allah SWT membalas jasa tanpa pamrih mu bapak dan ibu ku tercinta. Semoga Allah SWT memberikan berkah untuk masa depan penulis dengan diakhirinya skripsi ini T_T.

2. Ridho Rianfo dan Alda Nurarian Dhea adik-adik ku tersayang yang sangat berharap agar penulis dapat segera lulus dan membangun masa depan yang lebih baik. Terimakasih atas sindiran dan motivasi yang diberikan. Walau emosi tapi cukup menendang sekali. Terimakasih adik-adik ku tersayang. 3. Pakde Budi Safari, Pakde Glendy, Pakde Budiman, Pakde Darmanto, Bibi


(11)

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS sebagai dosen pembimbing I yang memberikan bimbingan mengenai pembahasan hasil penelitian ini. Terima kasih pak.

5. Ibu Soliyah Wulandari SE, MSi sebagai dosen pembimbing II yang memberikan banyak masukan dan arahan serta dengan sabar menghadapi penulis yang cukup lama dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih ya mba wulan..

6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Rahmawati SE, M.M selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

8. Segenap jajaran pengajar atau dosen yang telah memberikan ilmu dan motivasi bagi penulis yang sangat bermanfaat sebagai bekal menjalani hidup ke depan.

9. Teman-teman Akuntansi UIN Jakarta segala angkatan. Herdis Setiawan, Rahayu Suminarni, Ani, Imam, Andry, Lalu, Ahdi, Hendra, Joni, Wildan, Febri, Saepul Mansyur, Eko, Faisal, Doni dll yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10. Teman-Teman Ikhwah dan Liqo Salman Al-Farisi, akhi Deni, Danu (Alm), Aris, Wahyu, Alter, Anggoro, Bang Dedi yang kucintai, Bang Awang, Bang Malik Mujahid biru, Mas Sofyan, Widi teman dalam iman dll.

11. Larasati, perempuan yang kucintai yang dengan sabar menemani dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga selesainya skripsi ini menjadi pembuka jalan dalam hubungan kami. Terimakasih ayas.

12. Bos terbaik Bpk. Dongan Butar-Butar SE, MM. Pembuka wawasan penulis tentang dunia audit, pembuka rezeki Allah, dan tangan yang penuh rasa kasih sayang dan kedermawanan. Kawanku Resi Abdullah Arfi dan Frengky Lumbantoruan yang menjadi rekan kerja terbaik dalam hidupku.


(12)

13. Mba Shella dan Lucia Eka Putri yang sangat perhatian dengan skripsi penulis ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Tangerang Selatan, 21 Mei 2012


(13)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 14


(14)

3. Integritas Laporan Keuangan...18

a. Pengertian Integritas Laporan Keuangan ...18

b. Konservatisme Akuntansi ...22

4. MekanismeCorporate Governance...27

a. Kepemilikan Institusional ...32

b. Kepemilikan Manajerial ...33

c. Komite Audit ...34

d. Komisaris Independen ...35

5. Kualitas Kantor Akuntan Publik...36

6. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 37

B. Penelitian Sebelumnya...38

C. Kerangka Pemikiran ...42

D. Hipotesis...43

1. MekanismeCorporate Governance...43

a. Kepemilikan Institusional ...43

b. Kepemilikan Manajerial ...44

c. Komite Audit ...45

d. Komisaris Independen ...46

2. Kualitas Kantor Akuntan Publik...47

3. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ...49

A. Ruang Lingkup Penelitian ...49


(15)

C. Metode Pengumpulan Data ... 51

D. Metode Analisis Data ... 51

1. Statistik Deskriptif ... 52

2. Uji Dasar Asumsi Klasik ... 53

a. Uji Normalitas Data ... 53

b. Uji Multikolonieritas ... 54

c. Uji Autokorelasi ... 54

d. Uji Heteroskedastisitas ... 54

3. Uji Hipotesis ... 55

a. Uji Adi R2... 56

b. Uji F ... 56

c. Uji t ... 57

E. Operasional Variabel ... 57

1. Variabel Dependen ... 57

2. Variabel Independen ...58

a. Kepemilikan Institusional ...59

b. Kepemilikan Manajerial ...59

c. Komite Audit ...59

d. Komisaris Independen ...59

e. Kualitas Kantor Akuntan Publik Badan Usaha Jumlah Patner dan Izin Akuntan ...59


(16)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 65

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 65

B. Analisis Hasil dan Pembahasan ... 66

1. Statistik Deskriptif ... 66

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 69

a. Hasil Uji Normalitas ... 69

b. Hasil Uji Multikolonieritas ... 73

c. Hasil Uji Autokorelasi ... 74

d. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 75

3. Hasil Uji Hipotesis ... 77

a. Hasil Adj R2 ... 77

b. Hasil Uji F ... 79

c. Hasil Uji t ... 79

BAB V PENUTUP... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Implikasi ... 89

C. Saran…... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian sebelumnya 38

3.1 Operasional variabel 61

4.1 Rincian sampel penelitian 65

4.2 Hasil uji statistik deskriptif 66

4.3 Hasil uji normalitas 70

4.4 Hasil uji statistik deskriptif (skewness dan kurtosis) 71

4.5 Hasil uji normalitas (Data Baru) 73

4.6 Hasil uji multikolonieritas 74

4.7 Hasil uji autokorelasi 75

4.8 Hasil uji heteroskedastisitas 76

4.9 Hasil UjiAdjusted R Square 78

4.10 Hasil uji F 79


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur 97

2 Daftar Tabulasi Data Penelitian 102


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tahun 2009 dijelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Informasi dalam laporan keuangan hendaknya menyajikan informasi yang benar, jujur, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada stakeholder dan shareholder. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi.

Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Statement of Financial Accounting ConceptNo. 2 (SFAC No. 2) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi yang disediakan melalui pelaporan keuangan dan berbagai penjelasan yang digunakan sebagai laporan. Informasi akuntansi merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal perusahaan sebagai pemegang saham, investor, kreditor, lembaga keuangan, pemerintah, masyarakat umum, dan pihak-pihak lainnya untuk menentukan kepentingan mereka terhadap perusahaan.


(21)

Dalam mewujudkan integritas informasi laporan keuangan, di dalam PSAK tahun 2009 ditetapkanlah karakteristik kualitatif yang harus dimiliki laporan keuangan agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Karakteristik kualitatif yang harus dimiliki laporan keuangan adalah dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2003) dalam Indriani dan Khoiriyah (2010:2-3), karakteristik kualitatif yang harus dimiliki laporan keuangan adalah bermanfaat untuk pengambilan keputusan, relevan (mempunyai nilai prediksi, nilai umpan balik, dan tepat waktu), reliabel (bisa didiversifikasi, netral, dan representatif), bisa diperbandingkan (termasuk konsistensi), manfaat lebih besar dibandingkan biaya.

Di dalam PSAK tahun 2009 dijelaskan bahwa informasi akuntansi yang mudah dipahami akan memberikan kemudahannya segera kepada pengguna, sedangkan informasi akuntansi dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa yang lalu. Kemudian informasi itu adalah andal (reliable) jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Sedangkan karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pengguna harus mendapat


(22)

laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pengguna harus memperoleh kemampuan untuk mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke periode dan dalam perusahaan yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian daya banding.

Integritas adalah jujur dan apa adanya. Laporan keuangan yang memiliki integritas adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disembuyikan (Hardiningsih, 2010:65). Sedangkan menurut Statement of Financial Accounting Concepts(SFAC No. 2) adalah kualitas informasi yang menjamin bahwa informasi secara wajar bebas dari kesalahan dan bias serta secara jujur menyajikan apa yang dimaksudkan untuk dinyatakan.

Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi setiap penggunanya maka lahirlah konsep konservatisme untuk menyempurnakan laporan keuangan tersebut. Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan adalah berupa mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi (Sari dan Adhariani, 2009:1). Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat


(23)

menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan.

Namun pada kenyataannya mewujudkan integritas laporan keuangan itu adalah hal yang berat. Terbukti banyak sekali terjadi kasus-kasus manipulasi akuntansi. Banyak perusahaan menyajikan informasi dalam laporan keuangan dengan tidak adanya integritas, di mana informasi yang disampaikan tidak benar dan tidak adil bagi beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Dimulai pada akhir tahun 2001 di mana Wall Street, pusat keuangan Amerika, dibuat tercengang setelah dikejutkan dengan berita bangkrutnya perusahaan raksasa bisnis energi Amerika, Enron, yang kemudian disusul dengan kasus penipuan miliaran dolar yang melibatkan raksasa telekomunikasi Amerika, WorldCom. Apa sesungguhnya yang melatarbelakangi skandal akuntansi yang melibatkan begitu banyak perusahaan besar dan membuat begitu besar kerugian-kerugian bagi pemegang saham publik? Kenapa yang terkena adalah perusahaan publik seperti Enron, WorldCom, Xerox, Merck, Tyco Intl, dan sebelumnya Global Crossing, dan yang terakhir Adelthin (Widijanto, 2009:2).

Salah satu contohnya pada kasus Enron, kasus yang banyak mengejutkan banyak pihak, karena kecurangan yang dilakukan Enron juga melibatkan kantor akuntan publik (KAP) internasional Arthur Andersen (AA). Banyak pihak yang menempatkan auditor sebagai pihak yang paling bertanggung-jawab terhadap masalah ini. AA telah melakukan tugas pengauditan keuangan Enron hampir 20 tahun, seharusnya AA dapat mengetahui masalah yang


(24)

mengungkap permasalahan di dalam organisasi Enron dan secara sadar atau tidak sadar ikut terlibat dalam suatu konspirasi dengan Enron (Giri, 2010:1). Namun ada juga pihak yang menyesalkan sikap yang dilakukan manajemen yang melakukan kecurangan tersebut. Seperti yang diungkapkan Widijanto (2009:3) yang mengungkapkan kekecewaannya dengan berkata, Mengapa orang-orang yang menjadi kunci dalam perusahaan bertindak tidak beretika (mementingkan diri sendiri, oportunis, self serving), sehingga banyak pihak yang dirugikan? Apa yang melatar belakangi tindakan mereka tersebut? Apakah pembelajaran yang mereka jalani selama ini telah membentuknya demikian?

Beberapa skandal akuntansi juga terjadi di Indonesia. Pertama adalah PT. Kimia Farma yang diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa di mana manajemen menggelembungkan laba bersih pada laporan keuangan senilai Rp 32.400.000.000. Jumlah laba yang seharusnya adalah sebesar Rp 99.600.000.000 namun dinyatakan sebesar Rp 132.000.000.000. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku, yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupaoverstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstate persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstate penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kedua, adalah kasus Bank Lippo di mana pada 28 November 2002 disebutkan bahwa total aktivanya sebesar Rp 24.000.000.000.000 dengan laba bersih Rp 98.000.000.000. Namun dalam laporan ke BEJ 27 Desember 2002, total aktivanya berkurang menjadi


(25)

22.800.000.000.000 dan rugi bersih Rp 1.300.000.000.000. Kasus ketiga adalah PT. Great River International Tbk (2003) yang diaudit oleh KAP Johan Molanda dan Rekan yang diduga melakukan overstatement di mana pencatatan untuk akun penjualan menggunakan metode yang berbeda dari ketentuan yang ada, indikasi penggelembungan akun penjualan, piutang dan asset hingga ratusan miliar rupiah, serta penipuan dalam penyajian laporan keuangan. Kasus keempat adalah komisaris PT. Kereta Api mengungkapkan adanya manipulasi laporan keuangan BUMN tersebut di mana seharusnya perusahaan merugi namun dilaporkan memperoleh keuntungan. Dan yang terbaru adalah Allianz (2012) yang diaudit oleh KAP Siddharta dan Widjaja: KPMG. SEC menduga sebanyak 295 kontrak asuransi terkait proyek pemerintah berhasil diperoleh Allianz dengan menyuap oknum pejabat di beberapa instansi pemerintah hingga $ 650.626 atau sekitar Rp 6.270.000.000, dengan melakukan penyuapan tersebut perusahaan meraup laba sebesar lebih dari US$ 5.300.000, penyuapan tersebut dilakukan selama kurun waktu 2001-2008.

Hancurnya integritas informasi laporan keuangan, memicu tumbangnya perusahaan-perusahaan besar di atas, akibat dari banyaknya kasus dari auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak bekerja di bawah pengawasan langsung komite audit dan tidak bebas dari pengaruh kepentingan manajerial senior perusahaan (CEO, dewan komisaris, komite audit, internal auditor).


(26)

Kasus-kasus tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan bagi banyak pihak terutama terhadap tata kelola perusahaan (corporate governance). Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai negara acuan penerapan tata kelola perusahaan yang baik, menjadi diragukan dengan merebaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi di negara tersebut. Di Indonesia, corporate governance sedang menjadi isu yang hangat. Terutama sejak terjadi krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia termasuk Indonesia, dan semakin menjadi perhatian akibat banyak terungkapnya kasus-kasus manipulasi laporan keuangan.

Di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997, isu mengenai good corporate governance (GCG) telah menjadi bahasan penting dalam rangka mendukung pemulihan kegiatan dunia usaha dan pertumbuhan perekonomian setelah masa-masa krisis tersebut seperti yang diungkapkan Hidayah (2008) dalam (Haryani et al., 2011:8). Berbagai pihak menyatakan bahwa lemahnya corporate governance menjadi salah satu penyebab krisis ekonomi tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GCG merupakan faktor penting dalam pemulihan krisis ekonomi, mengingat GCG merupakan alat terpenting dalam menciptakan organisasi yang efisien dan efektif.

GCG digunakan sebagai sistem dan struktur yang mengatur hubungan antara manajemen dengan pemilik baik mayoritas maupun minoritas suatu perusahaan dengan kata lain sebagai bentuk perlindungan investor atas adanya perbedaan kepentingan pemegang saham (principle) dengan pihak manajemen


(27)

(agent). Penerapancorporate governancemenuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham terutama pemegang saham minoritas (Sulistiyowatiet al., 2010:3).

Mekanisme tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh perusahaan haruslah mampu mengurangi asimetri informasi melalui pengungkapan informasi dalam laporan keuangan dengan benar dan jelas. Sistem keuangan yang baik akan menghasilkan hal-hal positif yaitu, pertama adalah informasi yang luas dan murah yang dapat memfasilitasi pemonitoran oleh pemegang saham secara efektif, dan kedua memungkinkan bagi dewan komisaris untuk meningkatkan nilai pemegang saham melalui pemberian saran, penentuan keputusan-keputusan dan aktivitas-aktivitas manajerial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaporan keuangan merupakan salah satu kunci dalam mekanisme perusahaan yang berfungsi meningkatkan akuntabilitas dan nilai perusahaan.

Laporan tahunan adalah sebuah produk informasi yang sangat penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaan, keandalan dari informasi yang terkandung sangatlah penting bagi pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Almilia (2007) dalam Haryani et al., (2011:2) menyatakan bahwa perusahaan diharapkan lebih transparan dalam mengungkapkan informasi mengenai corporate governance, sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan oleh investor, kreditor, dan pemakai informasi lainnya.


(28)

Semakin baik penerapan corporate governance yang dilakukan perusahaan maka akan diharapkan mengurangi perilaku manajemen perusahaan yang bersifat oportunistik sehingga laporan keuangan dapat disajikan dengan integritas yang tinggi, yaitu laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur.

Fenomena skandal keuangan yang terjadi juga dapat menunjukkan suatu bentuk kegagalan integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan infomasi pengguna laporan keuangan. Penyajian laba dalam laporan keuangan tidak menunjukkan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksirearnings powerperusahaan di masa yang akan datang.

Menurut Komite Nasional Good Corporate Governance (KNGCG), memonitor kualitas kerja auditor eksternal dalam melaksanakan tugasnya dan memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tepat merupakan tugas dari komite audit. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang KAP sebagai pihak yang independen dan kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau


(29)

kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme tinggi.

Giri (2010:2) menjelaskan bahwa KAP yang berkualitas akan menjaga independensi auditornya dalam melaksanakan tugas audit. KAP besar identik dengan KAP yang bereputasi tinggi dalam hal ini menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dalam melaksanakan audit secara profesional, sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi kepada klien, sehingga klien juga kurang dapat mempengaruhi opini auditor. Penyebab dari hal tersebut adalah kelebihan yang dimiliki oleh KAP besar yaitu besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP, banyaknya ragam jasa yang ditawarkan, adanya afiliasi internasional, dan banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP.

Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam menjalankan tugas dengan bertindak jujur, tegas tanpa pretensi sehingga auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya (Komsiyah dan Indriantoro,

1998) dalam (Jama’an, 2008:7). Informasi yang diperoleh dari laporan auditor yang profesional akan memberikan kepastian yang lebih memadai sehingga dapat memberikan tingkat reliabilitas yang lebih tinggi terhadap laporan keuangan yang akan diterbitkan (Widarjoet al., 2010:8).

Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis mengangkat judul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor


(30)

B. Perumusan Masalah

1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

3. Apakah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan? 4. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan?

5. Apakah kualitas kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner izin akuntan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

6. Apakah variabel kontrol ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

7. Apakah variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner dan izin akuntan) dan variabel kontrol ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh:

a. Bukti empiris bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.


(31)

b. Bukti empiris bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

c. Bukti empiris bahwa komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

d. Bukti empiris bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

e. Bukti empiris bahwa kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP), badan usaha jumlah patner dan izin akuntan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

f. Bukti empiris bahwa variabel kontrol ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

g. Bukti empiris bahwa variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner dan izin akuntan) dan variabel kontrol ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1) Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi integritas laporan


(32)

2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan khususnya di bidang pengauditan.

3) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah keilmuan bagi penulis dalam konsep-konsep, teori-teori mengenai pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas kantor akuntan publik dan reputasi auditor terhadap integritas laporan keuangan.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini menjadi motivasi bagi auditor agar senantiasa meningkatkan profesionalitasnya dalam audit, dan menjaga reputasi dirinya sendiri dan profesinya, dan KAP terus meningkatkan kualitasnya. Juga bagi manajemen perusahaan agar meningkatkan penerapan prinsip corporate governance di lingkungan perusahaannya.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan untuk lebih memperhatikan pelaksanaan Good Corporate Governance.

3) Dapat menjadi spirit baru bagi profesi auditor yang mulia dan terhormat untuk terus menjadi pengawal aktivitas pemeriksaan akuntansi secara professional.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) yaitu hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Agen (manajer) mempunyai kewenangan untuk mengelola perusahaan dan mengambil keputusan atas nama investor. Masalah keagenan adalah munculnya konflik kepentingan antara harapan investor (memperoleh return maksimal) dan harapan para manajer. Manajer yang seharusnya mengelola organisasi bisnis dengan baik agar kepentingan investor menjadi optimal, ternyata dalam faktanya sering kali lebih mengedepankan kepentingan dirinya sendiri yang sering disebut tindakanmoral hazard(Haryaniet al., 2011:3).

Salah satu masalah keagenan (agency problem) yang terjadi antara manajer dengan pemegang saham adalah pemegang saham lebih menyukai pembayaran dividen daripada diinvestasikan lagi. Sebaliknya, manajer menginginkan dividen yang dibayarkan diinvestasikan kembali untuk menambah modal perusahaan (Mursalim, 2011:2).

Uraian di atas terkait dengan teori keagenan (agency theory), di mana antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal masing-masing ingin memaksimumkan kemakmurannya. Namun, manajer


(34)

mengelola perusahaan secara langsung sedangkan pemegang saham sulit memperoleh informasi secara efektif tentang operasionalisasi perusahaan sehingga terjadi information asymmetry. Hal ini memicu manajer sebagai agen untuk melakukan tindakan-tindakan oportunistik seperti; melakukan inefisiensi, investasi pada proyek dengan net present value yang negatif dan sebagainya. Tindakan manajer demi kepentingannya dan mengabaikan kepentingan para pemegang saham perusahaan, sehingga menimbulkan terjadinyaagency problemdalam perusahaan (Mursalim, 2011:2).

Untuk mengurangi agency problemantara manajer dengan pemegang saham dapat dilakukakan dengan berbagai cara. Pertama, adanya monitoring oleh investor institusional, seperti dana pensiun, perusahaan asuransi dan perseroan terbatas maupun institusi independen yang memiliki otoritas menilai kinerja manajemen perusahaan. Kedua, tidak cukup kepemilikan saham saja, akan tetapi diperlukan adanya aktivisme institusi untuk menekan manajer agar tidak melakukan tindakan opportunistic. Ketiga, adanya peningkatan kepemilikan manajerial atas saham perusahaan sebagai insentif dalam upaya menekan tindakan oportunistiknya. Keempat, adanya kebijakan dividen perusahaan. Kelima, adanya kebijakan utang. (Mursalim, 2011:3).

Menanggapi adanya konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajer dengan menyatakan bahwa corporate governance merupakan respon perusahaan terhadap konflik tersebut. Aspek-aspek corporate governance seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan


(35)

institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan.

2...Teori Sinyal (Signaling Theory)

Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain(Jama’an, 2008:4).

Signaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi (Asymmetric Information) antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan (agent) mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi


(36)

keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang.

Hal ini senada dengan pendapat Rustiarini (2010:3) yang mengungkapkan bahwa teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki, baik informasi keuangan maupun non keuangan.

Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidakoverstate.(Jama’an, 2008:4-5).

Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan menyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan.


(37)

Sinyal opini bebas yang diberikan oleh kantor akuntan publik (KAP) merupakan signal yang mencerminkan keandalan informasi keuangan yang dihasilkan perusahaan yang telah di audit. Kualitas kantor akuntan publik (KAP) juga dapat memberikan signal kepercayaan pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atas legalitas dan integritas opini bebas yang dikeluarkan akuntan.

Integritas informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis.(Jama’an, 2008:5).

Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik (principal). Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi sinyal informasi yang disampaikan agent terkadang diterima principal tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran keberhasilan perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) yang sudah dijelaskan di atas.


(38)

3. Integritas Laporan Keuangan

a. Pengertian Integritas Laporan Keuangan

Integritas secara terminologi berarti mutu, sifat, atau keadaaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran. Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen dengan pihak luar perusahaan tentang data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut selama periode tertentu. Di dalam PSAK tahun 2009 disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan ekonomi oleh para pengguna laporan keuangan apabila informasi yang tercantum dalam laporan keuangan tersebut memenuhi karakteristik kualitatif informasi akuntansi. Dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 2 mengenai Qualitative Characteristic Of Accounting Information,terdapat dua hal yang menjadi kualitas primer


(39)

dalam suatu laporan keuangan, yaitu relevansi (relevance) dan keandalan (reliability).

Relevansi merujuk pada kemampuan informasi akuntansi untuk mempengaruhi keputusan pembaca laporan keuangan dengan mengubah atau membantu mengkonfirmasi harapan merek tentang hasil atau konsekuensi suatu tindakan/kejadian. Relevansi informasi dapat diukur dalam kaitannya dengan maksud penggunaan informasi tersebut. Artinya jika sutu informasi tidak relevan dengan kebutuhan pengambil keputusan, maka informasi akuntansi yang dapat diandalkan, yaitu informasi akuntansi yang bebas dari kesalahan dan penyimpangan serta merupakan suatu penyajian yang jujur.

Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas reliability dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Menurut Schroeder (2001) dalam Saputri (2010:48-49) reliability memiliki kualitas sebagai berikut:

1) Verifiability

Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang sama dengan laporan keuangan entitas lain, akan mendapat opini yang sama jika diaudit oleh auditor yang berbeda.

2) Representational faithfullness


(40)

3) Neutrality

Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan.

Terkait dengan integritas laporan keuangan, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang memiliki integritas yang tinggi maka telah memenuhi dua karakteristik utama dalam suatu laporan keuangan. Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi akan dapat diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur sehingga memungkinkan pengguna informasi akuntansi bergantung pada informasi tersebut. Oleh karena itu, informasi yang memiliki integritas yang tinggi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan pembaca laporan keuangan untuk membantu membuat keputusan.

Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba. Laporan keuangan yang reliable atau berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning


(41)

management karena informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak overstate supaya tidak ada pihak yang dirugikan akibat informasi dalam laporan keuangan tersebut.

b. Konservatisme Akuntansi

Konservatisme menurut FASB Statement of Concept No. 2 didefinisikan dengan reaksi hati-hati (prudent reaction) menghadapi ketidakpastian. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko yang melekat pada situasi bisnis telah cukup dipertimbangkan.

Konservatisme identik dengan kehati-hatian dalam pelaporan keuangan di mana perusahaan tidak terburu-buru dalam mengakui dan mengukur aktiva dan laba serta segera mengakui kerugian dan hutang yang mempunyai kemungkinan akan terjadi. Penerapan prinsip ini mengakibatkan pilihan metode akuntansi ditunjukkan pada metode yang melaporkan laba atau aktiva lebih rendah serta melaporkan hutang lebih tinggi. Dengan demikian, pemberi pinjaman akan menerima perlindungan atas resiko menurun (downside risk) dari neraca yang menyajikan aset bersih understatement dan laporan keuangan yang melaporkan berita buruk secara tepat waktu.

Para kreditur mendesak agar laporan keuangan disusun dengan berpedoman pada konsep konservatisme. Maksud utama mereka


(42)

berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya. Jika ditinjau lebih jauh ke dalam laporan keuangan, setiap metode akuntansi yang dipilih oleh perusahaan memiliki tingkat konservatisme yang berbeda-beda. PSAK tahun 2009, menyebutkan ada berbagai metode yang menerapkan prinsip konservatisme, diantaranya PSAK No. 14 mengenai persediaan yang terkait dengan pemilihan perhitungan biaya persediaan, PSAK No. 16 mengenai aktiva tetap dan penyusutan, PSAK No. 19 mengenai aktiva tidak berwujud yang berkaitan dengan amortisasi dan PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan.

Pilihan metode tersebut akan berpengaruh terhadap angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung konsep konservatisme ini akan mempengaruhi hasil dari laporan keuangan tersebut. Penerapan konsep ini juga akan menghasilkan laba yang berfluktuatif, dimana laba yang berfluktuatif akan mengurangi daya prediksi laba untuk memprediksi aliran kas perusahaan pada masa yang akan datang (Sari dan Adhariani, 2009:2).

Terdapat pro dan kontra sehubungan dengan penerapan prinsip konservatisme. Pengkritik konsep konservatisme menyatakan bahwa prinsip ini mengakibatkan laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi resiko perusahaan. Semakin tinggi konservatisme, maka nilai buku yang dilaporkan akan semakin bias. Di lain pihak, terdapat pihak yang mendukung konsep konservatisme ini, diantaranya adalah Ahmed et


(43)

al., (2002:867-890) dalam Haniati dan Fitriany (2010:3) yang menyatakan bahwa konservatisme dapat mengurangi konflik antara bondholders-shareholders seputar kebijakan dividen. Pembayaran dividen yang terlalu tinggi menjadi ancaman bagi debtholders karena akan mengurangi aktiva yang seharusnya tersedia untuk pelunasan utang. Untuk mengatasi masalah ini, tindakan yang biasa dilakukan adalah dengan melakukan pembatasan pembagian dividen berdasarkan perolehan laba perusahaan. Untuk itu dibutuhkan penyajian laba yang konservatif demi membatasi pembayaran dividen yang terlalu tinggi serta penyajian aktiva yang konservatif untuk memberikan gambaran kepada debtholders tentang ketersediaan aktiva untuk pembayaran hutang.

Watts (2003) dalam Haniati dan Fitriany (2010:3-4) yang juga merupakan pendukung konsep konservatisme berpendapat bahwa konservatisme merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting dalam mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas laporan keuangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan dan harga sahamnya. Para pemegang saham mempunyai harapan agar manajemen bertindak atas kepentingan mereka. Untuk itu dibutuhkan pengawasan seperti pemeriksaan laporan keuangan serta pembatasan keputusan yang dapat diambil manajemen. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengawasan tersebut disebut sebagai biaya agensi.


(44)

Peneliti lain yang mendukung konservatisme adalah LaFond dan Watts (2006) dalam Haniati dan Fitriany (2010:4) yang berpendapat bahwa laporan keuangan yang mengaplikasikan prinsip konservatisme dapat mengurangi kemungkinan manajer melakukan manipulasi laporan keuangan serta mengurangi deadweight loss (biaya agensi) yang muncul sebagai akibat dari asimetri informasi (kondisi dimana pihak manajemen memiliki informasi lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor). Asimetri informasi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan manipulasi laporan keuangan. Manipulasi yang paling sering dilakukan adalahoverstatelaba. Hal ini karena laba dapat mencerminkan kinerja operasional perusahaan dan menjadi perhatian bagi pengguna laporan keuangan dalam menilai perusahaan. Kinerja perusahaan akan mempengaruhi harga saham, sehingga menjadi alasan tambahan bagi manajemen melakukan manipulasi laporan keuangan apabila tidak mampu mencapai apa yang diinginkan. Kesempatan untuk dapat memilih beberapa metode akuntansi membuka peluang manajer melakukan manipulasi laporan keuangan. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menghindari manipulasi laporan keuangan adalah dengan menggunakan prinsip akuntansi konservatif.


(45)

4. MekanismeCorporate Governance

Dalam Kurniawan (2012:20-21) terdapat beberapa definisi mengenai corporate governance. Diantaranya sebagai berikut:

Menurut OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) yang menyatakan bahwa:

Corporate governance relates to the internal means by which corporations are operated and controlled. While governments play a central role and shaping the legal, institutional and regulatory climate within which individual corporate governance systems are developed, the main responsibility lies with the private sector”. Sedangkan Berlin Initiative Code berpendapat bahwa corporate governance adalah:

Corporate governance describe the legal and factual regulatory framework for managing and supervising a company”.

Kemudian menurut Recommendation of Federation of Companies, Corporate Governanceadalah:

The organization of the administration and management of companies, which is better known under the term “corporate governance,” has to meet the expectations of the shareholders and the requirements of the economic process”.

Selanjutnya definisicorporate governance menurut Cadbury Comitte

dalam Jama’an (2008:36)adalah:

“seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang

saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu system yang mengatur dan mengendalikan

perusahaan”. Tujuan corporate governance adalah “untuk

menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)”.


(46)

Corporate governancemerupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi pihak-pihak minoritas (outside investors/minority shareholders) dari ekspropriasi yang dilakukan para manajer dan pemegang saham pengendali(insider)dengan penekanan pada mekanisme legal Shleiver dan Vishny (1997) dalam (Wawo, 2010:3). Pendekatan legal dari corporate governance memiliki arti bahwa mekanisme kunci dari corporate governance adalah proteksi investor eksternal (outside investors), baik pemegang saham maupun kreditor, melalui sistem legal yang dapat diartikan dengan hukum dan pelaksanaannya (Wawo, 2010:3).

Menurut baridwan dalam Jama’an (2008:37) prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktikgood corporate governanceadalah sebagai berikut:

a. Transparancy

Yaitu mengelola perusahaan secara transparan dengan semua stakeholders perusahaan baik yang terlibat secara langsung di dalam perusahaan atau yang tidak terlibat langsung. Di sini para pengelola perusahaan harus berbuat secara transparan kepada pemegang saham, jujur apa adanya dalam membuat laporan usaha dan tidak manipulatif. Keterbukaan informasi dalam proses pengambilan keputusan dan pengungkapan informasi yang dianggap penting dan relevan.

b. Accountability

Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban dalam perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana


(47)

secara efektif dan efisien. Manajemen harus membuat job description yang jelas kepada semua karyawan dan menegaskan fungsi-fungsi dasar setiap bagian. Dari sini perusahaan akan menjadi jelas hak dan kewajibannya, fungsi dan tanggung jawabnya serta kewenangannya dalam setiap kebijakan perusahaan.

c. Responsibility

Yaitu menyadari bahwa ada bagian-bagian perusahaan yang membawa dampak pada lingkungan dan masyarakat pada umumnya. Di sini perusahaan harus memperhatikan amdal, keamanan lingkungan, dan kesesuaian diri dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat setempat. Perusahaan harus apresiatif dan proaktif terhadap setiap gejolak sosial masyarakat dan setiap yang berkembang di masyarakat.

d. Independency

Yaitu berjalan tegak dengan bergandengan bersama masyarakat. Perusahaan harus memiliki otonominya secara penuh sehingga pengambilan-pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan otoritas yang ada secara penuh. Perusahaan harus berjalan dengan menguntungkan supaya bisa memelihara keberlangsungan bisnisnya, namun demikian bukan keuntungan yang tanpa melihat orang lain yang juga harus untung. Semuanya harus untung dan tidak ada satu pun yang dirugikan.


(48)

e. Fairness

Yaitu semacam kesetaraan atau perlakuan yang adil di dalam memenuhi hak dan kewajibannya terhadap stake holder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan harus membuat sistem yang solid untuk membuat pekerjaan semuanya seperti yang diharapkan. Dengan pekerjaan yang fair tersebut diharapkan semua peraturan yang ada ditaati guna melindungi semua orang yang punya kepentingan terhadap keberlangsungan bisnis kita.

Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol/pengawasan terhadap keputusan tersebut. Walsh dan Seward (1990) dalam Jama’an (2008:36)

menyatakan bahwa terdapat 2 (dua) mekanisme untuk dapat membantu menyamakan perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer dalam rangka penerapan GCG, diantaranya mekanisme pengendalian internal perusahaan dan mekanisme pengendalian eksternal berdasarkan pasar.

Mekanisme pengendalian internal perusahaan adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan dengan membuat seperangkat aturan yang mengatur tentang mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return, maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Salah satu pilihan mekanisme pengendalian internal untuk menyamakan


(49)

kepentingan pemegang saham dan manajer adalah kontrak insentif jangka panjang. Kontrak jangka panjang ini dilakukan dengan memberikan insentif pada manajer apabila nilai perusahaan atau kemakmuran pemegang saham meningkat, salah satunya dengan cara memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Dengan demikian, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan atau meningkatkan kemakmuran pemegang saham karena hal tersebut juga akan meningkatkan kekayaan manajer sendiri.

Mekanisme pengendalian eksternal berdasarkan pasar adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan oleh pasar menurut teori pasar untuk pengendalian perusahaan (market for corporate control), pada saat diketahui bahwa manajemen berperilaku menguntungkan diri sendiri, kinerja perusahaan akan menurun yang direfleksikan oleh nilai saham perusahaan. Pada kondisi tersebut, kelompok manajer lain akan menggantikan manajer yang sedang memegang jabatan. Dengan demikian bekerjanya market for corporate control bisa menghambat tindakan menguntungkan diri manajer sendiri.

Mekanisme pengendalian lain yang secara luas digunakan dan diharapkan dapat menyelaraskan tujuan prinsipal dan agen adalah mekanisme melalui pelaporan keuangan. Melalui laporan keuangan yang merupakan tanggungjawab manajer, pemilik dapat menilai, mengukur sekaligus dapat mengawasi kinerja manajer untuk mengetahui sejauh mana


(50)

itu pemilik dapat memberikan kompensasi kepada manajer berdasarkan laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat berdasarkan angka-angka akuntansi diharapkan berperan besar dalam meminimalkan konflik antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan (Arifin,

2005) dalam (Jama’an, 2008).

Dalam hubungannya dengan jenis informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan, terdapat dua jenis sifat informasi yang diungkapkan, diantaranya adalah informasi yang bersifat mandatory disclosure, yaitu merupakan informasi yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan kerena memang diwajibkan oleh peraturan atau undang-undang. Kemudian informasi yang bersifat voluntary disclosure, yaitu merupakan jenis informasi yang secara sukarela diungkapkan di dalam laporan keuangan yang bertujuan untuk menambah kegunaan informasi mengenai kekayaan dan hasil operasi suatu perusahaan kepada para pemakai laporan keuangannya.

Dewan komisaris dan komite audit, sebagai struktur corporate governance, mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam rangka memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Berjalannya fungsi dewan komisaris dan komite audit secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang terjadi antara pemegang saham mayoritas dan manajemen dengan


(51)

pemegang saham minoritas dapat diminimalisasi. Oleh karena itu untuk menghindari penyalahgunaan wewenang antara pihak manajemen dengan kepentingan pemegang saham, perusahaan menyepakati penerapan good corporate governance sebagai suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik untuk mencapai tujuan dan mengawasi kinerja perusahaan (Sulistiyowatiet al., 2010:2-3).

Mekanisme tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh perusahaan haruslah mampu mengurangi asimetri informasi melalui pengungkapan informasi dalam laporan keuangan dengan benar dan jelas. Sistem keuangan yang baik akan menghasilkan yaitu: pertama, informasi yang luas dan murah yang dapat memfasilitasi pemonitoran oleh pemegang saham secara efektif, dan kedua, memungkinkan bagi dewan komisaris untuk meningkatkan nilai pemegang saham melalui pemberian saran, penentuan keputusan-keputusan dan aktivitas-aktivitas manajerial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaporan keuangan merupakan salah satu kunci dalam mekanisme perusahaan yang berfungsi meningkatkan akuntabilitas dan nilai perusahaan.

Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran mekanisme tata kelola perusahaan adalah:

a. Kepemilikan Institusional

Jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi atau perusahaan. Organisasi memiliki kemampuan untuk bertahan apabila


(52)

kepemilikan saham dalam suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi dan kepemilikan saham oleh manajerial. Institusi sebagai pemilik saham dianggap lebih mampu dalam mendeteksi kesalahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan investor institusi lebih berpengalaman dibandingkan dengan investor individual. Dengan demikian akan semakin membatasi manajemen dalam memainkan angka-angka dalam laporan keuangan. (Sriwedari, 2009:31).

b. Kepemilikan Manajerial

Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Sriwedari (2009:32-33), yang menyatakan bahwa dengan semakin besarnya proporsi kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Sedangkan menurut Widarjo et al., (2010:10) kepemilikan manajerial adalah situasi di mana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus pemilik atau pemegang saham perusahaan. Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan akan berusaha meningkatkan kinerja perusahaan, karena dengan meningkatnya laba perusahaan maka insentif yang diterima oleh manajer akan meningkat pula. Sebaliknya


(53)

apabila kepemilikan manajer turun, maka biaya keagenannya akan meningkat. Hal ini dikarenakan manajer akan melakukan tindakan yang tidak memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, manajer akan cenderung memanfaatkan sumber-sumber perusahaan untuk kepentingannya sendiri.

c. Komite Audit

Komite audit merupakan komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal, internal auditor serta anggota independen, yang memiliki tugas untuk memberikan pengawasan auditor, memastikan manajemen melakukan tindakan korektif yang tepat terhadap hukum dan regulasi (Jati, 2009) dalam (Suryono dan Prastiwi, 2011:10). Peraturan mengenai komite audit dikeluarkan oleh Bapepam pada Mei 2000, melalui SE/03/PM/2000, Keputusan Ketua Bapepam Kep-29/PM/2004, Peraturan Bapepam-LK No. IX. 1.5, Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-09/MBU/2012. Berdasarkan peraturan ini dijelaskan bahwa komite audit harus memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota, seorang diantaranya merupakan komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedang anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen di mana sekurang-kurangnya satu diantaranya memiliki kemampuan di bidang


(54)

Tujuan pembentukan komite audit adalah memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum, memastikan bahwa internal kontrol perusahaan memadai, menindaklanjuti dugaan adanya penyimpangan yang material di bidang keuangan dan implikasi hukumnya, dan merekomendasikan seleksi auditor eksternalnya

(Jama’an, 2008:47).

d. Komisaris Independen

Di dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance). Dewan komisaris adalah pihak yang berperan penting dalam menyediakan laporan keuangan perusahaan yang reliable. Proporsi anggota independen dalam dewan komisaris dapat dikatakan sebagai indikator independensi dewan dari manajemen. Kehadiran komisaris independen dalam dewan dapat menambah kualitas aktivitas pengawasan dalam perusahaan, karena mereka tidak terafiliasi dengan perusahaan sebagai pegawai (Andarini dan Januarti, 2010:8).


(55)

Beasley (1996) menguji hubungan antara proporsi dewan komisaris dengan kecurangan pelaporan keuangan. Dengan membandingkan perusahaan yang melakukan kecurangan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan, mereka menemukan bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan memiliki persentase dewan komisaris eksternal yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.

5. Kualitas Kantor Akuntan Publik

Kantor Akuntan Publik (KAP), yang dimaksud berkualitas dalam penelitian ini mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 yang mengatur kembali Jasa Akuntan Publik dengan mengganti Keputusan Menteri Keuangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17 Tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 1 dan termaktub pula di dalam UU Nomor 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. Sehingga


(56)

dalam badan usaha menjadi ukuran kualitas kantor akuntan publik yang menjadi sampel penelitian.

6. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Para peneliti masih belum memiliki tolak ukur yang jelas mengenai ukuran perusahaan. Kim et al., (2003) dalam Jama’an (2008:50) membagi

ukuran perusahaan menjadi 3 yaitu small (kecil), medium (sedang) dan large (besar) berdasarkan market value perusahaan. Sedangkan Jama’an


(57)

B. Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya

Peneliti/Judul Penelitian/Tahun

Variabel dan Metode Penelitian

Sebelumnya Hasil Penelitan

Persamaan Perbedaan

Dian Tri Lestari, Dharma Tintri/

Effect of Corporate Governance Mechanism and

Quality Audit Report on The Integrity of Financial State

Owned Enterprises (SOEs) Listed in

Indonesia Stock Exchange (IDX)”,

2010 1. Menggunakan variabel independen mekanisme corporate governance 2. Menggunakan data sekunder 1. Menambahkan variabel independen kualitas KAP dan variabel kontrol LnAsset 2. Menggunakan variabel dependen integritas laporan keuangan dengan pengukuran C-skor indeks konservatisme 3. Mengganti periode penelitian dari tahun 2002-2008 menjadi tahun 2009-2011 4. Mengganti data sampel perusahaan publik dari BUMN menjadi perusahaan 1. Kepemilikan

Manajerial tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap Integritas Laporan Keuangan

2. Kepemilikan

Institusional tidak mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan perusahaan BUMN 3. Komisaris Independen tidak mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan perusaahaan BUMN

4. Komite Audit mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan perusahaan BUMN 5. Kualitas Audit tidak mempengaruhi terhadap Integritas Laporan Keuangan perusahaan BUMN


(58)

Peneliti/Judul Penelitian/Tahun

Variabel dan Metode Penelitian

Sebelumnya Hasil Penelitan

Persamaan Perbedaan Indah Saputri/Pengaruh Reputasi Auditor, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan, 2010 1. Menggunakan variabel independen mekanisme corporate governance 2. Menggunakan variabel dependen integritas laporan keuangan dengan pengukuran indeks konservatisme 3. Menggunakan data sekunder 1. Menambahka n variabel independen kualitas KAP dan variabel kontrol LnAsset 2. Mengganti periode

penelitian dari tahun 2004-2009 menjadi tahun 2009-2011

3. Merubah sampel

penelitian dari perusahaan properti dan real estate yang terdaftar

di BEI

menjadi perusahaan manufaktur di yang terdaftar BEI

1. Variabel kepemilikan

institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Sedangkan reputasi auditor, kepemilikan manajerial dan ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan

2. Secara bersama-sama (simultan) reputasi auditor, kepemilikan

manajerial, kepemilikan

institusional dan ukuran dewan direksi berpengarih signifikan terhadap integritas laporan keuangan


(59)

Peneliti/Judul Penelitian/Tahun

Variabel dan Metode Penelitian

Sebelumnya Hasil Penelitan

Persamaan Perbedaan Pancawati Hardiningsih “Pengaruh Independensi, Corporate Governance,dan Kualitas Audit Terhadap Intergritas Laporan Keuangan”, 2010 1. Variabel independen corporate governance 2. Menggunakan variabel dependen integritas laporan keuangan dengan pengukuran konservatisme 3. Menggunakan data sekunder 1. Menambahka n variabel independen kualitas KAP dan variabel kontrol LnAsset 2. Mengganti periode

penelitian dari tahun 2005-2008 menjadi tahun 2009-2011

3. Merubah sampel

penelitian dari perusahaan manufaktur yang tidak teregulasi yang terdaftar

di BEI

menjadi perusahaan manufaktur seluruhnya di yang terdaftar BEI

1. Independensi

auditor (lamanya hubungan auditee auditor), keberadaan komite audit, keberadaan

komisaris

independen, ukuran dewan komisaris dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan 2. Hanya variabel

kepemilikan

manajerial yang berpengaruh

signifikan terhadap konservatisme (integritas laporan keuangan)

Bersambung pada halaman berikutnya


(60)

Peneliti/Judul Penelitian/Tahun

Variabel dan Metode Penelitian

Sebelumnya Hasil Penelitan

Persamaan Perbedaan Jama’an/ “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan” (2008) 1. Menggunakan variable independen mekanisme corporate governance dan kualitas KAP dan variabel kontrol ukuran perusahaan (firm size) 2. Menggunakan variabel dependen integritas laporan keuangan dengan pengukuran konservatisme 3. Menggunakan data sekunder 1. Mengganti periode penelitian dari tahun 2003-2006 menjadi tahun 2009-2011

2. Merubah sampel

penelitian dari seluruh

perusahaan yang terdaftar

di BEI

menjadi perusahaan manufaktur seluruhnya yang terdaftar di BEI

1. (Kepemilikan Insttusional, Komisaris

Independen dan Komite Audit) menunjukkan hasil yang positif signifikan

2. Kualitas KAP (Spesialisasi

Auditor)

menunjukkan hasil yang positif signifikan

3. Variabel kontrol

firm size

menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan 4. Selain itu Audit

Brand Name dan jumlah patner dan izin akuntan Ho gagal ditolak, atau tidak signifikan Sumber: Data dari berbagai referensi


(61)

C. Kerangka Pemikiran

Dari uraian di atas, dituangkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Judul

Pengaruh MekanismeCorporate Governancedan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Bursa Efek Indonesia (BEI)

Variabel Independen

Variabel Dependen

Integritas

Laporan

Keuangan (Y)

Metode Analisis: Regresi Berganda

Perusahaan Sektor Manufaktur di BEI

Kualitas Kantor Akuntan Publik Terdiri dari 1 Dimensi Variabel: 1. Kualitas KAP Badan Usaha

(Jumlah Patner Izin Akuntan) (X5)

MekanismeCorporate Governance Terdiri dari 4 dimensi variabel:

1. Kepemilikan Institusional (X1)

2. Kepemilikan Manajerial (X2)

3. Komite Audit (X3)

4. Komisaris Independen (X4)

Variabel Kontrol:

Firm Size(Ukuran Perusahaan) / (X6)


(62)

D. Hipotesis

1. MekanismeCorporate Governance

Corporate governance digunakan sebagai sistem dan struktur yang mengatur hubungan antara manajemen dengan pemilik baik mayoritas maupun minoritas. Penerapan Corporate governance menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham terutama pemegang saham minoritas.

Pelaksanaan corporate governance diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang akhirnya dapat meningkatkan daya informasi akuntansi. Kualitas laporan keuangan dapat diukur dari reaksi pasar atas pengumuman laporan keuangan (Wawo, 2010:2).

a. Kepemilikan Institusional

Komposisi kepemilikan saham memiliki dampak yang penting pada sistem kendali perusahaan Adhi (2002) dalam (Rawi, 2010:4). Namun sebagaimana dalam teori keagenan (Agency theory), perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan.

Kepemilikan institusional meningkatkan tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional yang dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri dan juga dapat membatasi perilaku para


(63)

diungkapkan oleh Rustiarini (2010:6) yang menyatakan bahwa dalam proporsi yang besar kepemilikan intitusional dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang diwujudkan dengan terciptanya pengawasan yang efektif sehingga laporan keuangan yang dibuat memiliki integritas yang tinggi.

Ha1: Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

b. Kepemilikan Manajerial

Menurut Widarjoet al., (2010:10) kepemilikan manajerial adalah situasi di mana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus pemilik atau pemegang saham perusahaan. Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan akan berusaha meningkatkan kinerja perusahaan, karena dengan meningkatnya laba perusahaan maka insentif yang diterima oleh manajer akan meningkat pula. Sebaliknya apabila kepemilikan manajer turun, maka biaya keagenannya akan meningkat. Hal ini dikarenakan manajer akan melakukan tindakan yang tidak memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, manajer akan cenderung memanfaatkan sumber-sumber perusahaan untuk kepentingannya sendiri.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Safiq (2010:18) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan


(64)

manajerial dengan konservatisme akuntansi (integritas laporan keuangan).

Ha2: Proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

c. Komite Audit

Menurut Komite Nasional Good Corporate Governance

(KNGCG) (2002) dalam Jama’an (2008:14),Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggungjawab komite audit adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal. Klien (2002:375-400) memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual dikrisioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite audit independen. Hal ini senada dengan Mc Mullen (1996) dalam Wawo (2010:4) yang menemukan bahwa


(65)

perusahaan yang tidak ada kecurangan lebih mungkin memiliki komite audit dibanding yang ada kecurangan.

Ha3: Keberadaan dan jumlah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

d. Komisaris Independen

Proporsi anggota independen dalam dewan komisaris dikatakan sebagai indikator independensi dewan. Kehadiran komisaris independen dapat meningkatkan kualitas pengawasan karena tidak terafiliasi dengan perusahaan sehingga bebas dalam pengambilan keputusan. Teori ini sering disebut dengan the monitoring effect theory Fama dan Jensen (1983) dalam (Maizaroh et al., 2011:7). Penelitian Beasley (1996) dalam Maizaroh et al., (2011:7-8) menunjukkan adanya hubungan terbalik antara proporsi komisaris independen dengan tingkat kecurangan pelaporan keuangan. Perusahaan dengan proporsi komisaris independen yang tinggi cenderung lebih memperhatikan risiko perusahaan dibandingkan proporsi komisaris independen yang rendah O’Sullivan(1997) dalam (Maizarohet al., 2011:8).

Ha4: Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.


(66)

2. Kualitas Kantor Akuntan Publik

Kualitas kantor akuntan publik, didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 yang mengatur kembali Jasa Akuntan Publik dengan mengganti Keputusan Menteri Keuangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17 Tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 1. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. Sehingga dalam penelitian ini jumlah patner (sekutu) yang mempunyai izin akuntan dalam badan usaha menjadi ukuran kualitas kantor akuntan publik yang diduga berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis kualitas KAP badan usaha (jumlah patner izin akuntan) diharapkan dapat diterima. Dengan demikian, maka hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

Ha5: Kualitas kantor akuntan publik, badan usaha (jumlah patner izin akuntan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

3. Firm Size(Variabel Kontrol)

Para peneliti masih belum memiliki tolak ukur yang jelas mengenai ukuran perusahaan. Kim et al., (2003) dalam Jama’an (2008:50) membagi


(67)

(besar) berdasarkan market value perusahaan. Sedangkan Jama’an

(2008:56) melihat ukuran perusahaan dari nilai total asset.

Seperti yang disarankan oleh Smith dan Watts (1992) dalam Jama’an

(2008:50) bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dengan berbagai macam tipe corporate governance control sepertidebt covenant, kebijakan dividen dan kompensasi manajemen.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesisfirm size, diharapkan berpengaruh dan diterima. Dengan demikian maka hipotesis alternatif yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

Ha6: Ukuran Perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

Ha7: Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner izin akuntan) dan ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.


(68)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya melainkan melalui media perantara. Data tersebut dapat berupa laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan, laporan tahunan perusahaan, laporan hasil RUPS, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh dari mekanismecorporate governance dan kualitas kantor akuntan publik sebagai variabel independen terhadap integritas laporan keuangan sebagai variabel dependen.

Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan dan laporan tahunan perusahaan yang dipublikasikan setiap tahun pada periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan tahunan perusahaan yang diambil dari situs www.BEI5000.com, kemudian situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Fact Book dan diambil langsung dari Indonesian Capital Market Electronic Library (ICMEL) yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Dan sebagai data


(69)

tambahan berupa daftar KAP yang diambil dari situs Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI. Dengan periode pengamatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pemilihan sampel berdasarkan metode purposive sampling atau judgement sampling yang merupakan tipe pemilihan sampel yang didasarkan atas pertimbangan pribadi (Nazir, 2011).

Untuk memenuhi pembahasan permasalahan dalam penelitian ini maka sampel yang dipilih adalah sampel dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dengan kriteria terdaftar sebagai perusahan publik selama periode 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2011.

2. Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Yang dimaksud lengkap adalah perusahaan harus memiliki data sebagai berikut:

a. Laporan keuangan (audited) atau laporan tahunan (apabila laporan keuangan tidak diperoleh) untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 sampai dengan 31 Desember 2011.


(70)

c. Nama akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan perusahaan, tertera dengan jelas pada laporan keuangan yang dipublikasikan di BEI.

3. Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak melakukan transaksi akuisisi dan merger selama 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2011.

4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini diperoleh dengan cara:

1. Penelusuran secara manual, untuk data dalam bentuk kertas hasil cetakan. Data yang disajikan dalam bentuk kertas hasil cetakan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berupa buku dan jurnal ilmiah.

2. Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data berbentuk data elektronik. Data ini antara lain berupa laporan keuangan yang terdapat di ICMEL BEI dan yang dipublikasikan di situs BEI yang berupa data elektronik dari internet.

D. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS


(71)

versi 16. Analisis ini bertujuan untuk menentukan pengaruh antara variabel mekanismecorporate governancedan kualitas kantor akuntan publik.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistik deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Contoh statistik deskriptif yang sering muncul adalah tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain di majalah atau koran. Dengan statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapih serta dapat memberikan informasi-informasi inti dari kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini adalah ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecendrungan suatu gugus data.

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian dengan demografi responden. Statistik deskriptif menjelaskan skala jawaban pada setiap variabel yang diukur dari minimum, maksimum rata-rata dan standar deviasi, juga untuk mengetahui demografi responden yang terdiri dari kategori, jenis kelamin, pendidikan, posisi, dan lama bekerja (Ghozali, 2009:19).


(72)

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketehui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011:160).

Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate, khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skore yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol (Ghozali, 2011: 29-30).

Cara lain adalah dengan melihat distribusi dari variabel-variabel yang akan diteliti. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi dengan normal (menceng ke kiri atau menceng ke kanan) maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik sedangkan normalitas nilai residual dideteksi dengan metode grafik.


(1)

112

LAMPIRAN GRAFIK HISTOGRAM


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Kantor Akuntan Publik, Dan Audit Tenure Terhadap Integritas Laporan Keuangan Padaperusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 44 102

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE DAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI).

3 52 17

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Kantor Akuntan Publik dan Audit Tenure Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI)

1 8 123

Pengaruh Diferensiasi Kualitas Audit, Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Opini Audit Terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)

0 9 123

Pengaruh mekanisme corporate governance dan kualitas kantor akuntan publik terhadap integritas laporan keuangan

3 20 16

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 -2014)

11 101 131

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI).

0 0 50

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT (Studi Empiris pada Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2009-2011).

0 1 16

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Kantor Akuntan Publik, Dan Audit Tenure Terhadap Integritas Laporan Keuangan Padaperusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

ANALISA PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN FIRM SIZE TERHADAP INTEGRITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN (StudiKasusPada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

0 0 17