POLA KEMITRAAN USAHA GULA SEMUT ANTARA ANGGOTA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB) GENDIS MANIS DENGAN CV. MENOREH POLITAN DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULONPROGO

(1)

Skripsi

Disusun Oleh : Aep Septiwono

2012 022 0063 Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA 2016


(2)

Skripsi

Disusun Oleh : Aep Septiwono

2012 022 0063 Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA 2016


(3)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Pertanian

Disusun oleh : Aep Septiwono 20120220063

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(4)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga dengan keterbatasan kemampuan penulis miliki, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pola Kemitraan Usaha Gula Semut Antara Anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) Gendis manis dengan CV. Menoreh Politan di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak dan Ibu atas dukungan, dorongan, nasehat dan do’a yang telah diberikan.

2. Dr. Sriyadi, MP selaku dosen pembimbing utama dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimaksih atas arahan dan waktu yang sudah diberikan selama penyusunan skripsi.

3. Ir. Lestari Rahayu, MP selaku dosen pendamping. Terimaksih atas segala kesabaran, kebaikan, motivasi dan masukan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Ir. Eni Istiyanti, MP. Selaku dosen penguji yang telah memberikan saran. 5. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah

SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016


(5)

ii

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

LAMPIRAN ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Kegunaan Penelitian ... 5

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 6

A.Tinjauan Pustaka ... 6

1. Prospek Pengembangan Gula Semut ... 6

2. Pola Kemitraan, manfaat kemitraan dan KUB ( Kelompok Usaha Bersama) 9 3. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan, Keuntungan dan Kelayakan Usaha17 B. Kerangka Berpikir ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 26

A.Metode Dasar ... 26

B. Metode Pengambilan Sampel ... 26

C.Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 27

D.Asumsi Dan Pembatasan Masalah ... 28


(6)

iii

1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo... 36

2. Topografi Daerah... 37

3. Keadaan Iklim ... 39

4. Kependudukan ... 39

5. Pertanian ... 40

6. Ketenagakerjaan ... 41

B. Gambaran Umum CV. Menoreh Politan... 42

1. Lokasi CV. Menoreh Politan ... 42

2. Latar Belakang CV. Menoreh Politan ... 42

3. Struktur organisasi CV. Menoreh Politan ... 43

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Identitas Anggota KUB Gendis Manis ... 44

1. Umur ... 44

2. Tingkat Pendidikan ... 44

3. Status Kepemilikan Tempat ... 45

4. Luas Penguasaan Tempat ... 46

5. Pengalaman Bermitra ... 47

B. Pola Kemitraan ... 47

1. Syarat Menjalankan Pola Kemitraan ... 47

2. Kontrak Kerjasama ... 48


(7)

iv

C.Analisis Usaha ... 56

1. Analisis Biaya ... 57

2. Analisis Penerimaan ... 62

3. Analisis Pendapatan Dan Keuntungan ... 63

D. Analisis Kelayakan Usaha Gula Semut ... 63

1. R/C ... 64

2. Produktivitas Tenaga Kerja ... 64

3. Produktivitas Modal ... 65

VI. KESIMPULAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(8)

v

Gula Semut Terbesar Di Kabupaten Kulon Progo. ... 26

Tabel 2. Indikator manfaat pola kemitraan dengan CV. Menoreh Politan. ... 29

Tabel 3. Skor Indikator Manfaat Pola Kemitraan ... 32

Tabel 4. Kategori Skor Manfaat Pola Kemitraan ... 33

Tabel 5. Luas Wilayah Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut ... 37

Tabel 6. Jumlah Anggota KUB Gendis Manis Yang Bermitra Dengan CV. Menoreh Politan Berdasarkan Umur Anggota. ... 44

Tabel 7. Jumlah Anggota KUB Gendis Manis Yang Bermitra Dengan CV. Menoreh Politan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 45

Tabel 8. Jumlah Pengrajin Gula Semut Yang Bermitra dengan CV. Menoreh Politan Berdasarkan Status Kepemilikan Tempat Yang Diusahakan... 46

Tabel 9. Jumlah Pengrajin Gula Semut Yang Bermitra dengan CV. Menorah Politan Berdasarkan Luas Tempat Yang Diusahakan. ... 46

Tabel 10. Jumlah Anggota KUB Yang Bermitra Dengan CV. Menoreh Politan Berdasarkan Lamanya Pengalaman Bermitra. ... 47

Tabel 11. Penilaian Anggota Terhadap Manfaat Sosial Pola Kemitraan. ... 53

Tabel 12. Penilaian Anggota Terhadap Manfaat Ekonomi Pola Kemitraan. ... 54

Tabel 13. Skor Manfaat Pola Kemitraan ... 55

Tabel 14. Jumlah Penggunaan Sarana Produksi Pada Pembuatan Gula Semut Dalam Satu Kali Pengiriman. ... 57

Tabel 15. Rata – rata Biaya Penyusutan Alat pada Usaha pembuatan gula semut dalam Satu Kali Pengiriman. ... 58


(9)

vi

Tabel 18. Rata – Rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga pada Usaha Pembuatan Gula semut dalam satu kali pengiriman... 61 Tabel 19. Total Biaya implisit Pada Usaha gula semut yang Bermitra dengan

CV. Menoreh Politan Dalam Satu Kali Pengiriman. ... 62 Tabel 20. Total Biaya Pada Usaha gula semut yang Bermitra dengan CV.

Menoreh Politan Dalam Satu Kali Pengiriman. ... 62 Tabel 21. Rata-Rata Penerimaan Pengrajin Gula Semut Yang Bermitra Dengan

CV. Menoreh Politan. ... 63 Tabel 22. Pendapatan Dan Keuntungan Pengrajin Gula Semut Yang Bermitra

Dengan CV. Menoreh Politan Dalam Satu Kali Pengiriman.……… .... 63 Tabel 23. Nilai R/C Usaha gula semut pada Pola Kemitraan dengan CV.

Menoreh Politan Dalam Satu Kali Pengiriman. ... 64 Tabel 24. Produktivitas modal usaha gula semut pada pola kemitraan dengan

CV. Menoreh politan. ... 65

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 25 Gambar 2. Strukur organisasi CV.Menoreh Politan ... 43


(10)

vii

Lampiran 2. Pengusaan Tempat, Penggunaan Nira, Produksi dan Penerimaan

Pengrajin ... 72

Lampiran 3. Penggunaan Sarana Produksi ... 73

Lampiran 4. Biaya Penyusutan Alat ... 74

Lampiran 5. Biaya sewa tempat ... 75

Lampiran 6. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usaha Gula Semut. ... 76

Lampiran 7. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usaha Gula Semut... 77

Lampiran 8. Penggunaan Sarana Produksi Oleh Pengepul ... 78

Lampiran 9. Sewa Tempat Pengepul Gula Semut ... 79

Lampiran 10. TKDK Pengepul Gula Semut ... 80

Lampiran11. Penerimaan, Pendapatan, Keuntungan,R/C, Produk.Modal, Prod.Tenaga Kerja Yang Diterima Oleh Pengepul Dalam Satu Kali Pengiriman... 81 Error! Bookmark not defined.


(11)

(12)

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian. Peran sektor pertanian antara lain menyerap tenaga kerja, menambah devisa negara, mencukupi kebutuhan pangan masyarakat, dan pasar bagi sektor industri. Industrialisasi pertanian juga dikenal dengan nama Agroindustri. Agroindustri adalah kegiatan berupa pengolahan hasil pertanian yang melibatkan faktor penyedia alat dan jasa dalam proses kegiatan tersebut untuk menghasilkan produk pertanian yang mempunyai nilai tambah dan berdaya saing. Dimana agroindustri bisa menjadi solusi untuk meningkatkan perokonomian masyarakat pedesaan. Keberadaan agroindustri di pedesaan diharapkan dapat meningkatkan permintaan terhadap komoditas pertanian, karena sektor agroindustri sangat berperan dalam mengubah produk pertanian menjadi barang yang lebih bermanfaat ( Soekartawi, 2003).

Agroindustri yang telah banyak diusahakan di beberapa daerah ialah gula semut. Harganya yang stabil dan peluang pasarnya yang masih terbuka lebar membuat usaha ini mulai digeluti oleh masyarakat pedesaan. Salah satu daerah yang mengusahakan gula semut ialah daerah Kokap Kabupaten Kulon progo. Produksi gula semut Kulon Progo mencapai 120 ton/bulan (Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY). Permintaan gula semut di dalam negeri tidak begitu besar karena harganya yang lumayan mahal membuat konsumen memilih gula cetak. Akan tetapi permintaan pasar luar negeri akan kebutuhan gula semut begitu besar. Besarnya permintaan gula semut setiap bulan sekitar 150 ton, sehingga belum bisa


(13)

memenuhi permintaan pasar luar negeri. Produksi gula semut Kulon Progo belum bisa memenuhi permintaan pasar luar negeri dikarenakan pengrajin gula semut tidak memiliki modal yang cukup banyak untuk memproduksi gula semut dan sulitnya memperoleh bahan baku dalam jumlah yang banyak merupakan kendala yang dihadapai para pengrajin. Para petani penderes usianya sudah tidak produktif lagi sehingga memilih untuk tidak menderes karena bisa membahayakan keselamatan.

Disamping itu para pengrajin gula semut tidak bisa langsung mengekspor gula semut, ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses ekspor diantaranya standar kualitas gula semut. Standar kualitas gula semut untuk ekspor harus kualitas yang bagus, memiliki kadar air dibawah 2% agar bisa bertahan lama dan tidak mudah kadaluarsa, warna harus coklat kekuning-kuningan dan memiliki sertifikat organik. Para pengrajin gula semut belum bisa memenuhi syarat yang ditentukan tersebut. Untuk itu perlu adanya strategi guna mampu memenuhi permintaan pasar luar negeri, salah satu strategi yang digunakan adalah dengan membentuk kelompok usaha bersama (KUB) agar semua pengusaha gula semut bisa menjadi satu dan bisa lebih terkoordinir, kemudian menerapkan pola kemitraan dengan pihak lain. Dengan adanya kemitraan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan melalui program pola kemitraan yang unggul, berdaya saing, dan berkesinambungan. (Sumardjo, 2004)

Salah satu perusahaan agribisnis yang mengembangkan produksi dengan pola kemitraan adalah CV. Menoreh Politan. Perusahaan ini bergerak dibidang pendistribusian gula semut, kegiatan utama perusahaan ini adalah menampung hasil


(14)

produksi gula semut dari para mitra dan mendistribusikannya ke pasar lokal maupun domestic. Saat ini CV. Menoreh Politan telah bermitra dengan salah satu KUB yang telah dibentuk oleh para pengusaha gula semut yaitu KUB Gendis Manis yang terletak di Desa Kalirejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo. KUB ini mulai dirintis tahun 2008 dengan jumlah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan yakni mencapai 40 anggota pada tahun 2014, tetapi hingga saat ini jumlahnya hanya 30 anggota saja karena sebagian anggota sudah tidak aktif lagi di KUB Gendis Manis. Jumlah rata-rata produksi KUB Gendis manis mencapai 498,47 ton per tahun. (Disperindagkop Kulonprogo)

Dalam hal ini CV. Menoreh membantu mendistribusikan gula semut untuk diekspor ke luar negeri sesuai dengan standar yang diinginkan pihak luar, karena kualitas gula semut dari pengrajin belum sesuai standar, jadi di CV. Menoreh inilah kualitas gula semut yang dihasilkan para pengrajin menjadi bisa diekspor dengan cara melakukan pengovenan agar kadar air nya dibawah 2% dan melakukan penyetaraan warna agar semua gula semut berwarna sesuai dengan yang diinginkan. Sehingga gula semut yang diproduksi oleh CV. Menoreh Politan telah mendapat sertifikasi halal dari MUI dan telah disertifkasi Organic oleh Control Union milik belanda.

Dengan adanya pola kemitraan usaha gula semut di harapkan menjadi solusi permasalahan kebutuhan gula semut luar negeri. Pengusahaan Gula semut dengan pola kemitraan diharapkan menjadi solusi bagi masyarakat untuk bisa meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik lagi.


(15)

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi pengrajin terkait modal, bahan baku, standar kualitas gula semut dan pemasaran gula semut maka peneliti tertarik untuk menganalisis pola kemitraan yang berjalan antara dua belah pihak. Manfaat apa saja yang diperoleh anggota dalam bermitra dengan CV. Menoreh Politan. Seberapa besar biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan usaha gula semut pada pola kemitraan antara KUB Gendis Manis dengan CV. Menoreh Politan. Apakah usaha gula semut pada pola kemitraan dengan CV. Menoreh Politan sudah layak untuk dikembangkan.

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang disampaikan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan pola kemitraan antara anggota KUB Gendis Manis dengan CV. Menoreh Politan.

2. Mendeskripsikan manfaat yang diperoleh anggota KUB Gendis Manis dalam bermitra dengan CV. Menoreh Politan.

3. Mengetahui besar biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan usaha gula semut pada pola kemitraan antara anggota KUB Gendis Manis dengan CV. Menoreh Politan.

4. Mengetahui kelayakan usaha gula semut pada pola kemitraan antara anggota KUB Gendis Manis dengan CV. Menoreh Politan.


(16)

C. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dalam bidang usaha gula semut 2. Dapat menjadi kajian ulang kembali untuk CV. Meoreh Politan dalam

perbaikan pola kemitraan, sehingga hubungan antara CV. Menoreh Politan dengan KUB Gendis Manis dapat terus berlanjut.

3. Bagi pengrajin gula semut, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang biaya, penerimaan, keuntungan, pendapatan dan kelayakan yang didapat pihak pengrajin.


(17)

(18)

1

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Prospek Pengembangan Gula Semut

Bagi kalangan masyarakat Jawa, gula kelapa atau gula merah mungkin sudah tidak asing lagi di telinga mereka. Sebab, hampir setiap harinya banyak makanan dan minuman yang diproduksi dengan menggunakan gula kelapa. Bahkan saat ini bisa dikatakan penggunaan gula kelapa tidak hanya untuk skala rumah tangga namun juga mulai dibutuhkan sebagai bahan baku industri, sebut saja seperti industri kue, kecap, dan lain sebagainya.

Selain diproduksi menjadi gula cetak, saat ini gula kelapa juga mulai dikembangkan dalam bentuk serbuk atau kristal. Biasanya gula kelapa serbuk ini dikenal masyarakat dengan nama gula semut atau gula kristal. Tak seperti gula cetak pada umumnya, tekstur serbuk pada gula semut membuatnya dapat bertahan lama dalam jangka waktu yang cukup lama, yakni hingga dua tahun tanpa mengalami perubahan warna dan rasa jika dibungkus dalam ruangan kedap udara. Bukan hanya itu saja kelebihan yang dimiliki gula semut, ada banyak manfaat yang terkandung dalam serbuk gula semut sehingga banyak masyarakat yang mulai mengkonsumsinya untuk kepentingan kesehatan. Bahkan warga negara asing pun rela berlomba-lomba mengimpor gula semut dari Indonesia untuk memenuhi keperluan mereka sehari-hari.

Melihat permintaan pasarnya yang masih sangat tinggi, pengrajin gula semut skala rumahan sudah mulai bermunculan di pelosok Indonesia. Beberapa sentra industri gula semut yang cukup terkenal antara lain dari Kabupaten


(19)

Banyumas, Banjarnegara, Kulon Progo dan Kabupaten Lebak, Banten. Tidak hanya pasar lokal saja yang mereka sasar, namun beberapa diantaranya mulai merambah pasar ekspor ke mancanegara.

Seperti misalnya tahun lalu sebanyak 380 pengrajin gula semut di Banjarnegara telah tersertifikasi dan setiap bulannya mampu menghasilkan sekitar 15 ton gula semut untuk selanjutnya diekspor ke Amerika dan pasar Eropa. Petani gula semut di Semarang juga mendapatkan pesanan 200 ton per bulan untuk dikirim ke Turki, ada juga pelaku bisnis gula semut dari Kabupaten Lebak, Banten, yang tiap bulannya mengirimkan 20 – 30 ton gula semut ke pasar Australia karena tingginya permintaan masyarakat di negara kangguru tersebut.

Gula semut (brown sugar), adalah gula merah palma (palm sugar), yang dikristalkan. Bukan dicetak dalam berbagai bentuk. Selama ini, yang disebut gula semut harus terbuat dari bahan nira palma. Bisa kelapa (Cocos nucifera), aren

(Arenga pinata), atau lontar (Borassus flabellifer). Meskipun sebenarnya gula semut juga bisa dibuat dari tebu. Sebab selama ini bahan baku gula merah paling banyak juga berasal dari tebu. Gula merah tebu, sebagian besar diserap oleh industri kecap, bukan oleh rumah tangga. Meskipun gula semut juga bisa diproduksi dari tebu, konsumen berupa hotel dan restoran, selalu minta gula semut berbahan nira kelapa, lontar, atau aren.

Yang membedakan proses pembuatan gula merah dengan gula semut hanyalah pada pencetakan. kalau nira pekat ini ditaruh dalam tempurung kelapa, buluh bambu, atau wadah pencetak lainnya, akan terbentuk gula merah biasa. Kalau cairan nira pekat ini dimasukkan ke dalam alat sentrifugal yang diputar


(20)

terus menerus dengan tangan, akan dihasilkan kristal gula semut. Alat sentrifugal ini hanyalah berupa drum dan kayu yang bisa diputar secara manual atau bisa juga dilakukan dengan cara seadanya dengan cara menghaluskan gula yang masih menggumpal supaya menjadi halus dengan alat penghalus sederhana menggunakan tempurung kelapa. Dengan hanya melihat protitipenya, petani bisa membuat peralatan sederhana ini.

Usaha pembuatan gula semut sangat menjajikan, apalagi dikombinasikan dengan bahan lain yang mempunyai khasiat yang bagus untuk kehatan. Ini akan mendukung konsep produk yaitu healthy life style atau gaya hidup sehat. Jika dibandingkan dengan produk induknya yaitu gula jawa (gula merah cetak) maka dalam segi financial sangat-sangat menguntungkan. Keuntungan bisa mencapai dua kali lipat dengan tambahan rasa, yaitu temu kunci, kunyit, kencur, jahe, kunyit putih, dan lengkuas, yang semuanya itu mempunyai khasiat yang bagus untuk kesehatan.

Dalam menentukan sasaran bisnis, diperlukan analisis dari berbagai sumber, baik itu dari media cetak maupun elektronik dan dengan menggali informasi dari orang-orang yang mengetahui tentang bisnis pembuatan gula semut. Dari berbagai media salah satunya internet, banyak sekali informasi mengenai usaha gula semut dan peluang pasarnya. Dari informasi tersebut, gula semut ternyata bukan hanya dinikmati oleh masyarakat dalam negeri saja, tetapi malah justru yang paling menyukai gula semut adalah wisatawan asing.


(21)

Gula semut juga harganya cukup mahal dibandingkan dengan gula cetak, dengan hal itu maka sasaran bisnis yang menjadi fokus adalah konsumen luar negeri dan masyarakat kalangan menengah ke atas. Karena masyarakat kalangan menengah ke atas lebih peduli terhadap lingkungan dan kesehatan mereka. Sehingga mereka lebih memilih membeli produk gula semut ini, kemudian menjadi mitra bagi hotel-hotel di Indonesia sebagai pemasok gula semut.

Jika dilihat dari faktor daya beli, masyarakat kalangan menengah ke atas akan mempunyai daya beli yang lebih besar dari masyarakat kalangan menengah ke bawah. Tetapi tidak menutup kemungkinan masyarakat menengah ke bawah tidak mempunyai daya beli. Daya beli konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor, selain dari segi finansial, juga mengenai aspek teknis dari produk yang ditawarkan itu sendiri. Misalnya mengenai kualitas produk, kemasan, augmented (nilai tambah), dan dari segi pemasarannya. Bagaimana produsen mengkomunikasikan produknya kepada konsumen, itu juga akan mempengaruhi daya beli konsumen yang bersangkutan (Schiffman,1997).

2. Pola Kemitraan, manfaat kemitraan dan KUB ( Kelompok Usaha Bersama) a. Pola Kemitraan

Konsep formal kemitraan yang tercantum dalam undang-undang No. 9 Tahun 1995 menyatakan, kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Konsep tersebut diperkuat pada


(22)

peraturan pemerintah No. 44 Tahun 1997 yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling menghidupi (Sumardjono dkk, 2004:16-17).

Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan kemitraan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala usaha serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan kelompok usaha mandiri (Sumardjo, 2004)

Menurut (Sumardjo, et al., 2004), konsep kemitraan yang paling banyak diterapkan di Indonesia terdiri dari dua tipe, yakni tipe dispersal dan sinergis. Dispersal berasal dari kata dispersi yang berarti tersebar. Dalam tipe ini hubungan yang terjalin antara dua belah pihak tidak memiliki hubungan atau ikatan kerjasama yang kuat. Ciri-ciri dari tipe dispersal antara lain tidak adanya hubungan organisasi fungsional diantara setiap tingkatan usaha pertanian hulu dan hilir, jaringan agribisnis hanya terikat pada mekanisme pasar, sedangkan antar pelakunya bersifat tidak langsung dan impersonal sehingga setiap pelaku agribisnis hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Lain halnya denga tipe sinergis, dalam tipe ini hubungan kerjasama berbasis pada ikatan saling membutuhkan dan saling mendukung antar masing-masing pihak.

Dalam (Deptan, 1997) tentang pedoman kemitraan usaha dikemukakan polapola kemitraan yang dilaksanakan, antara lain (1) Pola inti-plasama, (2) Pola kemitraan kontrak, (3) Pola kemitraan sub-kontrak, (4) Pola dagang umum, (5) Pola kemitraan keagenan dan (6) Kerjasama Oprasional Agribisnis (KOA).


(23)

a. Pola Inti-Plasma

Dalam pola kemitraan ini perusahaan-perusahaan besar bertindak sebagai inti menjalin kerjasama dengan petani atau kelompok tani sebagai plasma (mitra). Kemitraan ini perusahaan (inti) berkewajiban dalam menyediakan lahan, sarana produksi, pemberian bimbingan teknis budidaya dan pasca panen, pembiayaan dan pemberian bantuan lain seperti peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Sementara itu petani (plasma) melakukan budidaya sesuai anjuran perusahaan (inti) dan menyerahkan hasil kepada perusahaan (inti) sesuai kesepakatan kerjasama. b. Pola Kemitraan Kontrak

Pola kemitraan ini umumnya terjadi pada perusahaan pengolahaan (industri) yang terdapat perjanjian tertulis antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan hukum tertentu terkait ketentuan tugas, hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang bersangkutan. Isi perjanjian kontrak terdiri dari beberapa syarat, antara lain (1) Waktu pengiriman, (2) Harga, (3) Kontrak konsultasi, (4) Kontrak wakil penjualan, (5) Perjanjian franchise, (6) Perjanjian distribusi, (7) Perjanjian konsinyasi, (8) Kontrak lisensi dan (9) Kontrak hubungan kerja industrial-buruh.

c. Pola Kemitraan Sub-Kontrak

Pola kemitraan ini dapat diartikan sebagai hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana kelomopok mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari proses produksinya.


(24)

d. Pola Dagang Umum

Pola kemitraan dagang umum adalah hubungan kemitraan usaha antara kelompok tani dengan perusahaan, dimana kelompok tani memasok kebutuhan perusahaan mitra sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh perusahaan mitra. Pola ini dapat dijumpai pada kemitraan yang dijalani petani cabai atau komoditi lain dengan pengepul, pedagang besar, perusahaan industri dan lain-lain.

e. Pola Kemitraan Keagenan

Pola kemitraan keagenan adalah kegiatan kerjasama yang dijalani antara perusahaan mitra dengan agen, agen diberikan kebebasan dalam memasarkan barang atau jasa perusahaan mitra. Keunggulan dari kemitraan pola ini ialah pada saat agen melakukan pemasaran prodak dengan sangat baik akan mendapatkan komisi atau fee

yang diberikan atas kerja keras agen oleh perusahaan mitra. Pola kemitraan keagenan dapat dijumpai pada distributor gas LPG atau sarana produksi pertanian.

f. Kerjasama Oprasonal Agribisnis (KOA)

Kerjasama Operasional Agribisnis adalah kerjasama usaha antara kelompok mitra (petani) dengan perusahaan mitra dimana kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra menyediakan modal atau sarana untuk mengusahaakan membudidayakan suatu komoditi pertanian. Perusahaan mitra juga melaksanakan bimbingan teknis terkait teknologi budidaya, sarana produksi, permodalan atau keredit, pengolahan hasil, penampungan hasil produksi dan


(25)

pemasaran hasil produksi dari kelompok mitra. Sistem bagi hasil dari pola kemitraan ini sudah dijelaskan diawal dan bentuk perjanjian tidak tertulis.

Berdasarkan hasil pengamatan pada saat melakukan surevei ke lokasi dikatakan bahwa CV. Menoreh Politan menerapkan pola kemitraan kontrak. CV. Menoreh Politan sebagai perusahaan mitra melakukan perjanjian tertulis dengan pengrajin gula semut untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan hukum tertentu terkait ketentuan tugas, hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang bersangkutan.

Hasil penelitian sebelumnya dari Latifah (2012) menyatakan bahwa pola kemitraan yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan dengan petani adalah kerjasama oprasional agribisnis (KOA). Pola kemitraan KOA menempatkan petani mitra sebagai penyedia lahan, biaya produksi penyedia tenaga kerja, sedangkan PT. Saung Mirwan berperan dalam penyediaan sarana produksi, penyuluhan bimbingan teknis, jaminan harga dan pasar. PT. Saung Mirwan menerapkan tipe kemitraan sinergis dengankerjasama berbasis pada ikatan saling membutuhkan dan saling mendukung antar masing-masing pihak.

Menurut penelitian sebelumnya dari M. Sholikin (2015) menyatakan bahwa PT. Bumi Sari Lestari menerapkan pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA). PT. Bumi Sari Lestari sebagai perusahaan mitra menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis, kepastian harga dan pasar. Sedangkan mitra tani menyediakan lahan, menyerahkan semua hasil produksi dan menjalankan menajemen usahatani sesuai ketentuan perusahaan mitra.


(26)

Menurut penelitian sebelumnya dari R. Fadilah (2011) menyatakan bahwa PG. Jatitujuh menerapkan pola kemitraan subkontrak. PG Jatitujuh sebagai perusahaan mitra menyediakan sarana produksi, memberikan pinjaman kepada kelompok tani, bimbingan teknis budidaya tebu sampai panen, mengatur dan melaksanakan tebang angkut, mengolah hasil tebu kelompok tani dan membayar hasil panen tebu kepada kelompok tani. Sedangkan mitra tani menyediakan lahan, melaksanakan budidaya tebu sesuai petunjuk dan bimbingan PG Jatitujuh dan Menyerahkan produksi tebu kepada PG Jatitujuh untuk dibeli (dalam SPT) atau digiling (dalam SHB) sesuai kesepakatan para pihak.

b. Manfaat Kemitraan

Kenyataan menunjukkan bahwa usaha kecil masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan peranannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa Usaha Kecil masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi, serta iklim usaha yang belum mendukung bagi perkembangannya. Sehubungan dengan itu, Usaha Kecil perlu memberdayakan dirinya dan diberdayakan dengan cara melakukan kemitraan dengan perusahaan atau lembaga yang bisa membawa usahanya jadi lebih maju lagi.

Sasaran kemitraan agribisnis adalah terlaksananya kemitraan usaha dengan baik dan benar bagi pelaku-pelaku agribisnis terkait di lapangan sesuai dengan hukum dan


(27)

peraturan yang berlaku di Indonesia. Manfaat yang dapat dicapai dari usaha kemitraan (Hafsah, 1999) antara lain:

1. Produktivitas

Bagi perusahaan yang lebih besar, dengan model kemitraan, perusahaan besar dapat mengoperasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity tanpa perlu memiliki lahan dan pekerja lapangan sendiri, karena biaya untuk keperluan tersebut ditanggung oleh petani. Peningkatan produktivitas bagi petani biasanya dicapai secara simultan yaitu dengan cara menambah unsur input baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jumlah tertentu akan diperoleh output dalam jumlah dan kualitas yang berlipat. Melalui model kemitraan petani dapat memperoleh tambahan input, kredit dan penyuluhan yang disediakan oleh perusahaan inti.

2. Efisiensi

Erat kaitannya dengan sistem kemitraan, perusahaan dapat mencapai efisiensi dengan menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh petani. Sebaliknya bagi petani yang umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi dan sarana produksi, dengan bermitra akan dapat menghemat waktu produksi melalui teknologi dan sarana produksi yang disediakan oleh perusahaan.

3. Jaminan kualitas, kuantitas dan kontinuitas

Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan produktivitas di pihak petani yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan pada


(28)

gilirannya menjamin keuntungan perusahaan. Ketiganya juga merupakan pendorong kemitraan, apabila berhasil dapat melanggengkan kelangsungan kemitraan ke arah penyempurnaan.

4. Resiko

Suatu hubungan kemitraan idealnya dilakukan untuk mengurangi resiko yang dihadapi oleh kedua belah pihak. Kontrak akan mengurangi resiko yang dihadapi oleh pihak inti jika mengadakan pengadaan bahan baku sepenuhnya dari pasar terbuka. Perusahaan inti juga akan memperoleh keuntungan lain karena mereka tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola pertanian yang sangat luas. Menurut Rustiani et al. (1997), risiko yang dialihkan perusahaan perusahaan inti ke petani adalah (1) resiko kegagalan produksi, (2) resiko kegagalan memenuhi kapasitas produksi, (3) resiko investasi atas tanah, (4) resiko akibat pengelolaan lahan usaha luas, dan (5) resiko konflik perburuhan. Di sisi lain resiko yang dialihkan petani ke perusahaan inti antara lain: (1) resiko kegagalan pemasaran produk hasil pertanian, (2) resiko fluktuasi harga produk, dan (3) resiko kesulitan memperoleh input/sumberdaya produksi yang penting.

5. Sosial

Kemitraan dapat memberikan dampak sosial (social benefit) yang cukup tinggi. Ini berarti negara terhindar dari kecemburuan sosial. Kemitraan dapat pula menghasilkan persaudaraan antar pelaku ekonomi yang berbeda status.


(29)

6. Ketahanan ekonomi nasional

Usaha kemitraan berarti suatu upaya pemberdayaan yang lemah (petani/usaha kecil). Peningkatan pendapatan yang diikuti tingkat kesejahteraan dan sekaligus terciptanya pemerataan yang lebih baik, otomatis akan mengurangi timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku yang terlibat dalam kemitraan yang mampu meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.

c. KUB ( Kelompok Usaha Bersama )

Suatu usaha akan lebih optimal jika dijalankan secara bersama, bukan hanya dapat meminimalkan modal yang digunakan, hasil dari usaha bersama biasanya lebih menguntungkan dibandingkan dengan hasil usaha perseorangan. Selain hal tersebut, pengetahuan tentang usaha yang dilakukan akan lebih terorganisir (intinya ialah saling menutupi kurangnya informasi atau pengetahuan masing-masing). Kelompok Usaha Bersama (KUB) merupakan suatu usaha dimana beberapa individu atau kita saja sebut suatu kelompok masyarakat tertentu, yang melakukan kegiatan usaha secara bersama/berkelompok.

Tujuan dari pembentukan kelompok usaha ini biasanya ialah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan kelompok tersebut. Peningkatan usaha yang dimaksud bisa dalam peningkatan usaha yang dilakukan anggotanya, maupun usaha yang dijalani oleh kelompoknya (usaha yang dijalankan secara bersama). Perlu dicatat bahwa dalam hak dan keprioritasan dalam kelompok usaha bersama ialah sama


(30)

rata, artinya setiap atau seluruh anggota kelompok memiliki kedudukan sama rata tanpa ada yang dibeda-bedakan.

3. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan, Keuntungan dan Kelayakan Usaha a. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung (Soekartawi, 1995). Adanya unsur-unsur produksi yang bersifat tetap dan tidak tetap dalam jangka pendek mengakibatkan munculnya dua kategori biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Suparmoko (2001), biaya-biaya tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya produksi yang timbul karena penggunaan faktor produksi yang tetap, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membiayai faktor produksi juga tetap tidak berubah walaupun jumlah barang yang dihasilkan berubah-ubah.

Yang termasuk biaya tetap adalah biaya untuk mesin dan peralatan. 2. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen sebagai akibat penggunaan faktor produksi variabel, sehingga biaya ini jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan kuantitas produk yang dihasilkan. Yang termasuk biaya variabel adalah biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung dan bahan bakar minyak, kerusakan kecil-kecil dan biaya perawatan lain.


(31)

Biaya total menurut ( Nordhaus dan Samuelson, 2003), berarti total pengeluaran terendah yang diperlukan untuk memproduksi setiap angka output. Sedangkan menurut ( Sugiri, 1999), total biaya adalah jumlah total biaya tetap dan biaya variable. Secara sistematis biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut :

= +

Keterangan :

TC ( Total Cost) = biaya total TFC (Total Fixed Cost) = total biaya tetap TVC (Total Variable Cost) = total biaya variabel

Biaya produksi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu biaya ekplisit dan biaya implisit. Biaya ekplisit adalah biaya yang benar- benar dikeluarkan dalam proses produksi, misalnya biaya pembelian bahan baku, upah tenaga kerja, pembelian alat-alat dan bahan penunjang lainnya. Sedangkan biaya implisit adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan dalam suatu proses produksi, misalnya nilai tenaga kerja dalam keluarga, nilai bunga modal sendiri dan nilai sewa lahan milik sendiri.

Biaya alat dihitung berdasarkan biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus. Biaya penyusutan adalah penggantian kegiatan atau pengulangan nilai yang disebabkan kurun waktu dan cara penggunaan semua modal tetap. Adapun rumus untuk biaya penyusutan adalah sebagai berikut :

= −

Keterangan : DC = Biaya Penyusutan ( Depresiation Cost )

NB = Nilai Beli NS = Nilai Sisa U = Umur Ekonomi


(32)

b. Penerimaan

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan merupakan perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual dari produk tersebut, dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan mengalami penurunan ketika produksi berlebihan.

Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : = Keterangan :

TR (Total Revenue) = penerimaan total

Q (Quantity) = jumlah produk yang dihasilkan P (Price) = harga

c. Pendapatan

Pendapatan menurut (soekartawi, 1995) adalah selisih antara total penerimaan (TR) dengan total biaya eksplisit (TEC) yang secara nyata dikeluarkan unntuk memproduksi barang. Pendapatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

= −

Keterangan:

NR = Net Return (pendapatan) TR = Total Revenue (penerimaan)

TEC = Total Explisit Cost (total biaya eksplisit) d. Keuntungan

Keuntungan (profit) adalah tujuan utama dalam pembukaan usaha yang direncanakan. Semakin besar keuntungan yang diterima, semakin layak usaha yang dikembangkan. Didasarkan pada perkiraan dan perencanaan produksi dapat diketahui


(33)

pada jumlah produksi berapa perusahaan mendapat keuntungan dan pada jumlah produksi berapa pula perusahaan mendapat kerugian (Ibrahim, 2003).

Menurut ( Lipsey, R.G., P.O. Steiner dan D.D. Purvis, 1990), keuntungan adalah selisih antara pendapatan yang diterima dari penjualan dengan biaya kesempatan dari sumber daya yang digunakan. Definisi yang lain menurut Lipsey et al. keuntugnan sebagai kelebihan penerimaan (revenue) atas biaya-biaya yang dikeluarkan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

� = − atau

� = − +

Keterangan :

π (Profit) = keuntungan TR (Total Revenue) = penerimaan total TC (Total Cost) = biaya total usaha Q (Quantity) = jumlah produksi P (Price) = harga

TFC (Total Fixed Cost) = total biaya tetap TVC (Total Variable Cost) = total biaya variabel e. Kelayakan Usaha

Produktivitas dapat dilihat dengan berbagai cara tergantung untuk apa produktivitas dilihat. Menurut (Sinungan, 2003) produktivitas adalah rasio dari apa yang dihasilkan (output) terhadap apa yang digunakan (input) untuk memperoleh hasil. Hal ini berarti produktivitas adalah perbandingan output persatuan input. Dapat pula diartikan sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa yaitu pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang dan jasa.


(34)

1. Produktivitas Tenaga Kerja

Menurut ( Soekartawi, 1990), faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhatikan dalam proses produksi adalah jumlah yang cukup bukan hanya dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan. Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara pendapatan dikurangi biaya implisit kecuali biaya tenaga kerja dalam keluarga dalam jumlah hari kerja orang dalam keluarga. Secara matematis dapat ditulis :

� � � =�� − � � �� �

Keterangan :

NR = Net Return

TC implisit = Total Cost implisit HKO = Hari Kerja Orang

Untuk dapat dikatakan layak dalam industri maka produktivitas tenaga kerja harus lebih besar dari upah minimum regional, sedangkan jika dikatakan tidak layak dalam industri maka besarnya produktivitas tenaga kerja lebih kecil dari upah minimum regional.

2. Produktivitas modal

Produktivitas modal adalah perbandingan antara pendapatan yang dikurangi biaya implisit (selain bunga modal milik sendiri) dengan biaya eksplisit (dalam persen)

. = − � � � � � � � � � � %

Keterangan :


(35)

TC implisit = Total Cost implisit

Untuk dapat dikatakan layak dalam industri maka besarnya produktivitas modal harus lebih besar dari tingkat bunga tabungan bank yang berlaku, sedangkan jika dikatakan tidak layak dalam industri maka besarnya produktivitas modal lebih kecil dari tingkat bunga tabungan bank yang berlaku.

3. R/C (Revenue Cost Ratio)

Menurut (Darsono, 2008), R-C ratio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Salah satu ukuran kelayakan usaha adalah dengan R-C Ratio, yang merupakan perbandingan antara penerimaan dengan total biaya. Jadi nilai R-C rupiah yang dikeluarkan untuk produksi.

Tingkat kelayakan usaha diukur dengan cara menentukan rasio antara penerimaan dengan total biaya produksi selama satu kali proses produksi, dengan pernyataan rumus sebagai berikut :

/ =

Keterangan : TR = Total Revenue

TC = Total Cost

Jika R/C > 1, maka suatu usaha dikatakan layak untuk diusahakan karena memberikan keuntungan. Jika R/C = 1, maka suatu usaha dikatakan impas atau tidak memberikan keuntungan, dalam analisis kelayakan usaha maka kondisi usaha yang seperti ini dinyatakan tidak layak. Jika R/C < 1, maka suatu usaha dinyatakan tidak layak karena tidak mendapatkan keuntungan.


(36)

B. Kerangka Berpikir

Pelaksanaan kemitraan antara CV. Menoreh Politan dengan mitra komoditi gula semut tidak lepas dari adanya pola kemitraan. Dalam kegiatan bermitra terdapat pola kemitraan antara pengrajin anggota KUB Gendis Manis dengan CV. Menoreh Politan yang meliputi latar belakang, ketentuan tugas, hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang bersangkutan, serta kontrak kerjasama yang isi perjanjian kontraknya antara lain (1) Waktu pengiriman, (2) Harga beli, (3) Perjanjian waktu pembayaran, (4) Perjanjian kualitas dan kuantitas gula semut, (5) Jangka waktu kerjasama. Pola kemitraan ini diharapkan memperoleh manfaat bagi kedua belah pihak, baik itu manfaat ekonomi maupun manfaat sosial.

Usaha gula semut merupakan mata pencaharian pokok para anggota KUB Gendis Manis tersebut. Tujuan usaha gula semut yaitu untuk memenuhi kebutuhan produksi gula semut selain itu untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan. Dalam usaha gula semut memerlukan biaya produksi. Biaya produksi merupakan semua beban finansial yang harus ditanggung oleh anggota untuk menghasilkan barang dan jasa agar digunakan oleh konsumen yang terdiri dari biaya eksplisit maupun biaya implisit. Biaya eksplisit yang dimaksud disini adalah biaya yang dikeluarkan untuk dibayarkan secara nyata selama proses produksi seperti upah tenaga kerja luar keluarga, pembelian bahan baku ( gula cetak, nira kelapa ) dan pembelian perlengkapan alat. Biaya implisit yang dimaksud disini adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut diperhatikan sebagai biaya produksi meskipun tidak dibayarkan secara nyata, seperti biaya sewa


(37)

tempat atau lahan produksi ( jika produsen menyewa tempat untuk produksi ), biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya modal sendiri.

Dalam usaha gula semut menghasilkan produksi yaitu gula semut. Gula semut akan dibeli sesuai harga kesepakatan dan menghasilkan penerimaan. Untuk selanjutnya dari penerimaan tersebut akan mengetahui pendapatan usaha gula semut yang dikurangi dengan biaya eksplisit atau biaya yang benar-benar dikeluarkan. Sedangkan keuntungan usaha gula semut merupakan selisih hasil antara total penerimaan dengan total biaya (eksplisit dan implisit).

Kelayakan usaha gula semut dapat dihitung dengan menggunakan R-C Ratio, yaitu dengan membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk produksi. Apabila nilai R-C ratio > 1, berarti usaha sudah layak, dan Jika R/C = 1, maka suatu usaha dikatakan belum layak atau usaha dalam keadaan impas (tidak untung/rugi). Sedangkan jika R/C < 1, maka suatu usaha dinyatakan tidak layak untuk diusahakan. Analisis kelayakan juga dilakukan menggunakan analisis produktivitas tenaga kerja dan produktivitas modal. Jika produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah minimum regional, maka usaha gula semut tersebut layak untuk diusahakan serta untuk dapat dikatakan layak jika besarnya produktivitas modal lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.


(38)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Produksi Gula

Semut

Harga Output

Biaya Produksi

Penerimaan

Implisit  TKDK  Sewa tempat  Bunga modal

sendiri Eksplisit

 TKLK  Bahan baku  Penyusutan

alat Politan

Gula Semut

Kelayakan :  R/C >1

 Produktivitas modal >bunga tabungan

 Produktivitas tenaga kerja > upah minimum

Keuntungan Pendapatan

Gendis Manis  Kontrak kerjasama

 Hak kewajiban perusahaan dan anggota

Manfaat Pola Kemitraan  Manfaat sosial


(39)

1

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Isace dan Michael ( Rahmat, 2001:22) mengatakan bahwa metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta atau karakteristik populasi tertentu. Dalam hal ini yang dianalisis adalah pola kemitraan, manfaat pola kemitraan, biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan dan kelayakan dari usaha gula semut yang ada di KUB Gendis Manis.

B. Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo yang selanjutnya dipilih kelompok-kelompok pengolahan gula semut. Penentuan kelompok dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel secara sengaja oleh peneliti berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Wirartha, 2006). Pengambilan kelompok sampel dilakukan dengan pertimbangan kelompok yang memiliki unit usaha pengolahan gula semut terbanyak. Data tentang nama kelompok, jumlah anggota dan jumlah produksi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Nama Kelompok, Jumlah Anggota Dan Jumlah Produksi Pengolah Gula Semut Terbesar Di Kabupaten Kulon Progo.

No Nama Kelompok Jumlah Anggota Produksi Pertahun/ton 1 KUB Tiwi Manunggal 11 283,23

2 KSU Jatirogo 6 1.185,09

3 KUB Gendis Manis 30 498,47 Sumber : Disperindagkop Kulon Progo Tahun 2015


(40)

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa di Kabupaten Kulon Progo terdapat tiga kelompok besar yang mengolah gula semut, maka dipilih kelompok yang mempunyai jumlah anggota paling banyak. Kelompok yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini adalah KUB Gendis Manis karena memiliki jumlah anggota paling banyak dibandingkan dengan kelompok lain.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sensus yaitu mengambil semua sampel yang bergabung dengan KUB Gendis Manis. Jumlah sampel responden yang diambil dalam pelitian ini adalah sebanyak 30 anggota, yang terdiri dari 10 pengrajin gula semut dan 20 pengepul gula semut. C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder.

1. Data Primer diperoleh melalui wawancara terhadap responden maupun melalui pengamatan lapangan. Wawancara dilakukan dengan cara bertanya secara langsung kepada anggota KUB Genis manis dan CV. Menoreh Politan yang menjadi responden dengan menggunakan kuisioner sebagai panduan wawancara.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari DISPERINDAGKOP Kabupaten Kulon Progo, ketua KUB Gendis manis dan CV. Menoreh Politan yang berhubungan dengan penelitian. Data ini merupakan data yang mendukung data primer, sehingga diperoleh hasil yang jelas untuk memenuhi tujuan penelitian.


(41)

D. Asumsi Dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi

a. Harga input dan output selama periode analisis dihitung pada tingkat harga yang berlaku di daerah penelitian.

b. Output terjual semua.

c. Teknologi yang digunakan oleh pengrajin gula semut dianggap sama. 2. Pembatasan Masalah

a. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data tahun 2015.

b. Untuk analisis besar biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan dan kelayakan, yang diteliti hanya pengrajin gula semut saja yaitu 10 anggota. Karena anggota lain sebagai pengepul.

E. Definisi Opersional Dan Pengukuran Variabel

1. KUB adalah sekumpulan orang atau masyarakat yang melakukan kegiatan usaha secara bersama. Dalam hal ini usaha yang dilakukan adalah usaha gula semut.

2. Mitra usaha merupakan pengrajin dan pengepul gula semut yang bermitra dengan CV. Menoreh Politan dan terikat kontrak kerjasama.

3. Pola kemitraan adalah hubungan kerjasama antara pengrajin dengan perusahaan yang bertujuan mendatangkan keuntungan. Pola kemitraan meliputi alasan anggota bermitra, kontrak kerjasama yang meliputi waktu pengiriman, harga beli, perjanjian waktu pembayaran, perjanjian kualitas dan kuantitas gula semut, jangka waktu kerjasama, kewajiban perusahaan dan pengrajin, bimbingan teknis penyuluh.


(42)

b. Kontrak kerjasama merupakan suatu kerja perjanjian yang disepakati oleh pengrajin dan perusahaan seperti hak dan kewajiban masing-masing pihak. c. Hak dan kewajiban perusahaan dan pengrajin adalah hal yang harus diterima

dan dilakukan oleh kedua belah pihak untuk dalam menjalankan kemitraan. 4. Manfaat pola kemitraan merupakan sesuatu yang didapatkan atau dirasakan

oleh anggota dengan menerapkan pola kemitraan yang menguntungkan atau bersifat positif bagi pengurus dan anggota KUB Gendis manis.

Tabel 2. Indikator manfaat pola kemitraan dengan CV. Menoreh Politan.

Indikator manfaat Skor

1 2 3

Manfaat sosial Hubungan baik dengan anggota

Tidak ada hubungan kerjasama Kerjasama dilakukan hanya terbatas saat rapat Adanya hubungan interaksi atau kerjasama saat rapat dan dalam kehidupan sehari-hari Hubungan baik

dengan pengurus

Tidak ada hubungan kerjasama Kerjasama dilakukan hanya saat rapat pertemuan Adanya

kerjasama antar anggota dan pengurus saat pertemuan maupun kehidupan sehari-hari Tambahan pengetahuan Tidak mengikuti pelatihan dan pembinaan Ada pelatihan dan pembinaan tetapi hanya sedikit mendapat keterampilan Adanya

pelatihan dan pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan

pengrajin ( tambah

pengetahuan dan keterampilan) Manfaat ekonomi


(43)

Menampung hasil produksi

Tidak menjual ke CV. Menoreh Politan Pernah menjual ke CV. Menoreh Politan Selalu menjual ke CV. Menoreh Politan

Resiko Resiko kerugian besar Resiko kerugian kecil Tidak mengalami resiko Produktivitas Produktivitas

menurun

Produktivitas sedang

Produktivitas meningkat Harga jual Harga lebih mahal

dari harga pasar

Harga jual sama dengan harga pasar

Harga lebih murah dari harga pasar

Meningkatkan kesejahteraan

Tidak ada peningkatan

Biasa saja Meningkat

5. Input dan output usaha gula semut meliputi nira kelapa, gula cetak, alat pelengkap bahan baku dan gula semut.

a. Nira kelapa adalah hasil dari penyadapan mayang (bunga) tanaman kelapa yang diukur dalam satuan liter (ltr).

b. Gula cetak adalah hasil olahan dari nira kelapa yang dicetak sesuai kebutuhan dan dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

c. Alat pelengkap bahan baku adalah jumlah peralatan yang digunakan dalam proses produksi usaha gula semut yang dinyatakan dalam satuan unit.

d. Gula semut adalah gula dari cairan nira kelapa atau bisa juga dari gula cetak yang diproses dan mempunyai hasil akhir dalam bentuk serbuk yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg) .

6. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh produsen gula semut selama proses produksi berlangsung, yang berupa biaya eksplisit dan implisit, diukur dalam satuan rupiah (Rp).


(44)

a. Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan dalam proses produksi diantaranya biaya pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja luar keluarga, pembelian alat-alat yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). b. Biaya implisit adalah biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan dalam proses

produksi diantaranya biaya modal sendiri, tempat sendiri yang digunakan untuk produksi, tenaga kerja dalam keluarga yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

7. Penerimaan adalah nilai produksi total yang berasal dari jumlah output dikalikan dengan harga jual output yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 8. Pendapatan adalah selisih total penerimaan dengan total biaya eksplisit yang

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

9. Keuntungan adalah selisih total penerimaan dengan total biaya yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

10.Output adalah hasil produksi berupa gula semut yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

11.Harga output adalah harga yang diterima pada saat menjual produk untuk setiap kilogram (Kg).

12.Kelayakan usaha adalah suatu ukuran yang dijadikan dasar pertimbangan keputusan apakah usaha gula semut layak untuk diusahaakan, dilihat dari R/C, produktivitas modal dan produktivitas tenaga kerja.

a. R/C (Revenue Cost Ratio) perbandingan antara penerimaan dengan total biaya. b. Produktivitas modal adalah kemampuan dari modal yang digunakan untuk


(45)

c. Produktivitas tenaga kerja adalah kemampuan dari setiap penggunaan tenaga kerja untuk menghasilkan pendapatan, diukur dalam satuan uang (HKO). F. Analisis Data

1. Analisis Teknik Kemitraan

Sistem kemitraan yang terjalin antara pengrajin gula semut dengan CV. Menoreh Politan secara deskripsi meliputi latar belakang, kontrak kerjasama yang isi perjanjian kontraknya antara lain (1) Waktu pengiriman, (2) Harga beli, (3) Perjanjian waktu pembayaran, (4) Perjanjian kualitas dan kuantitas gula semut, (5) Jangka waktu kerjasama. Hak kewajiban perusahaan dan pengrajin, Bimbingan teknis penyuluhan.

2. Analisis Teknik Manfaat Kemitraan

Manfaat yang dirasakan anggota dengan melakukan kemitraan dianalisis menggunakan analisis skor dengan 3 indikator. Untuk melihat skor indikator manfaat pola kemitraan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Skor Indikator Manfaat Pola Kemitraan

No Indikator manfaat Skor

1 Hubungan baik dengan anggota 1 2 3 2 Hubungan baik denga pengurus 1 2 3

3 Tambahan pengetahuan 1 2 3

4 Menampung hasil produksi 1 2 3

5 Resiko 1 2 3

6 Produktivitas 1 2 3

7 Harga jual 1 2 3

8 Meningkatkan kesejahteraan 1 2 3

Kisaran skor 8 – 24

Manfaat pola kemitraan yang didapatkan anggota KUB dibagai menjadi dua yaitu manfaat sosial dan manfaat ekonomi. akan diperoleh kategori manfaat yaitu tidak bermanfaat, kurang bermanfaat dan bermanfaat yang diperoleh dari perhitungan interval, dengan rumus sebagai berikut :


(46)

� � = �ℎ � ��� − �ℎ = −8

=

5, 3

Tabel 4. Kategori Skor Manfaat Pola Kemitraan

Kategori manfaat Skor

Rendah 8 – 13,3

Sedang 13,4 – 18,6

Tinggi 18,7 – 24

3. Analisi Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Keuntugan

Untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan dari usaha gula semut pada pola kemitraan dengan CV. Menoreh Politan dilakukan perhitungan dengan rumus.

a. Analisis biaya total usaha

� = � + � Keterangan :

TC = Total Cost (total biaya)

TEC = Total ExplicytCost (total biaya eksplisit) TIC = Total ImplisitCost (total biaya implisit) b. Analisis penerimaan

� = Keterangan:

TR = Total Revenue (penerimaan) P = Harga jual

Q = Produksi yang dihasilkan

c. Analisis pendapatan


(47)

Keterangan :

NR = Net Return (pendapatan)

TR = Total Revenue (total penerimaan)

TEC = Total Explicyt Cost (total biaya eksplisit) d. Analisis keuntungan

� = � − � Keterangan:

π = Keuntungan

TR = Total Revenue (penerimaan) TC = Total Cost (biaya total) 4. Analisis kelayakan usaha

Tingkat kelayakan usaha dianalisis melalui pendekatan R/C (Revenue Cost Ratio)

a. R/C adalah singkatan dari Revenue Cost Ratio atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan biaya, secara matematik ditulis sebagai berikut :

/ = � Keterangan :

TR = Total Revenue ( penerimaan total ) TC = Total cost ( biaya total )

Ketentuan :

Nilai R/C > 1 maka usaha tersebut layak dikembangkan.

Nilai R/C < atau = 1 maka usaha tersebut tidak layak dikembangkan. b. Produktivitas Tenaga Kerja

Untuk menghitung produktivitas tenaga kerja maka dapat dirumuskan:

� ��� � = − �� � � − Keterangan:

NR = Pendapatan HKO = Hari Kerja Orang


(48)

Ketentuan:

- Apabila produktivitas tenaga kerja lebih dari upah UMR Kulonprogo, maka usaha layak diusahakan.

- Apabila produktivitas tenaga kerja lebih kecil dari upah UMR Kulonprogo, maka usaha tidak layak diusahakan.

c. Produktivitas Modal

Untuk menghitung produktivitas modal maka dapat dirumuskan:

� � � � = − − �� �× %

Keterangan:

NR = Pendapatan

TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluaraga TCe = Biaya Total Eksplisit

Ketentuan :

- Apabila produktivitas modal lebih besar dari tingkat bunga tabungan bank, maka usaha gula semut layak diusahakan.

- Apabila produktivitas modal lebih kecil dari tingkat bunga tabungan bank, maka usaha gula semut tidak layak diusahakan.


(49)

(50)

1

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo

Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak paling Barat. Menurut catatan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan, luas wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah 586,28 Km2.

Berdasarkan bentang alam secara makro, wilayah Kabupaten Kulon Progo terdiri dari daerah dataran rendah yang terletak pada bagian selatan, daerah perbukitan pada bagian tengah dan daerah dataran tinggi pada bagian utara. Secara

astronomis, Kabupaten Kulon Progo terletak antara 7º 38’42” - 7º 59’03” Lintang Selatan dan 110º 1’37”- 110º 16’26” Bujur Timur. Wilayah Kulon Progo berbatasan dengan :

Sebelah utara : Kabupaten Magelang (Jawa Tengah) Sebelah Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Sebelah Barat : Kabupaten Purworejo (Jawa Tengah)

Berdasarkan bentang alam secara makro, wilayah Kabupaten Kulon Progo terdiri dari daerah dataran rendah yang terletak pada bagian selatan, daerah perbukitan pada bagian tengah dan daerah dataran tinggi pada bagian utara. Secara astronomis, Kabupaten Kulon Progo terletak antara 7º 38’42” - 7º 59’03” Lintang


(51)

Keadaan geografis yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, menjadikan Kabupaten Kulon Progo merupakan kabupaten yang cukup potensial dalam sektor perikanan khususnya di wilayah pesisir pantai, antara lain di Kecamatan Galur, Kecamatan Panjatan dan Kecamatan Temon.

Secara administratif, Kabupaten Kulon Progo meliputi 12 kecamatan, 88 desa dan 930 pedukuhan. Duabelas kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo antara lain ; Kecamatan Samigaluh, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Nanggulan, Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Kokap, Kecamatan Pengasih, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Lendah, Kecamatan Galur, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Wates dan Kecamatan Temon. Keduabelas kecamatan tersebut mempunyai industri gula kelapa. 2. Topografi Daerah

Permukaan bumi di wilayah Kabupaten Kulon Progo mempunyai ketinggian yang cukup bervariasi, sehingga cukup sesuai untuk tempat tumbuh berbagai jenis tanaman yang disesuaikan dengan ketinggian permukaan bumi di wilayah ini. Tabel menyajikan ketinggian permukaan bumi dan luas wilayahnya di Kabupaten Kulon Progo.

Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut

No. Ketinggian (m dpl) Luas (Km2) Persentase (%) 1. < 7 103,07 17,58

2. 8-25 89,11 15,20

3. 26-100 133,91 22,84 4. 101-500 193,53 33,01 5. > 500 66,66 11,37

Jumlah 586,28 100


(52)

Berdasarkan luasan ketinggian tanah tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Kulon Progo berada pada ketinggian antara 101-500 meter dari permukaan laut, yang meliputi Kecamatan Nanggulan, sebagian Kecamatan Pengasih, sebagian Kecamatan Sentolo dan sebagian Kecamatan Lendah. Ketinggian < 7 meter dari permukaan laut meliputi Kecamatan Galur, Kecamatan Panjatan dan sebagian Kecamatan Temon. Ketinggian 8-25 meter dari permukaan laut meliputi Kecamatan Wates, sebagian Kecamatan Sentolo, sebagian Kecamatan Pengasih, sebagian Kecamatan Temon dan sebagian Kecamatan Lendah.

Ketinggian 26-100 meter dari permukaan laut meliputi Kecamatan Nanggulan, sebagian Kecamatan Sentolo, sebagian Kecamatan Pengasih dan sebagian Kecamatan Lendah. Sedangkan untuk ketinggian > 500 meter di atas permukaan laut terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Samigaluh, Kecamatan Kokap dan Kecamatan Girimulyo.

Kabupaten Kulon Progo bagian Selatan dengan ketinggian antara 0–100 m dari permukaan laut merupakan bentang dataran, tempat kegiatan pertanian intensif berada. Wilayah Kabupaten Kulon Progo bagian tengah merupakan daerah perbukitan dengan ketingian 100-500 meter dari permukaan laut dan sebelah utara merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian >500 meter dari permukaan laut.

Wilayah Kabupaten Kulon Progo pada umumnya berupa daerah dataran (kemiringan kurang dari 2%) dengan penyebaran di wilayah Selatan, tengah, dan Utara dari Kabupaten Kulon Progo. Untuk wilayah sebagian tengah dan sebagian Utara


(53)

umumnya berupa daerah yang mempunyai kemiringan 2,1-40,0%, namun sebagian kecil wilayah tengah dan sebagian besar wilayah Utara mempunyai kemiringan lereng di atas 40,1%. Apabila dilihat per wilayah kecamatan, maka wilayah kecamatan yang paling luas memiliki lahan miring adalah terletak di Kecamatan Kokap, sedangkan wilayah kecamatan yang didominasi oleh lahan datar terletak di Kecamatan Wates dan Galur.

3. Keadaan Iklim

Selama tahun 2015 di Kabupaten Kulon Progo, rata-rata curah hujan perbulan adalah 164 mm dan hari hujan 8 hh per bulan. Keadaan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan desember sebesar 394 mm dengan jumlah hari hujan 17 hh se bulan. Kecamatan yang mempunyai rata-rata curah hujan per bulan tertinggi pada tahun 2015 berada di Kecamatan Kalibawang sebesar 220 mm dengan jumlah hari hujan 8 hh per bulan.

4. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Kulon Progo berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak 412.611 jiwa yang terdiri atas 202.372 jiwa penduduk laki-laki dan 210.239 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2014, penduduk Kulon Progo mengalami pertumbuhan sebanyak 0,89 persen dengan masing-masing presentase pertumbuhan jumlah penduduk laki-laki sebesar 0,92 persen dan penduduk perempuan sebesar 0,87 persen. Sementara itu besarnya angka rasio


(54)

jenis kelamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 96,26 persen.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Kulon Progo tahun 2015 mencapai 704 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di 12 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Wates dengan kepadatan sebesar 1.480 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Samigaluh sebesar 374 jiwa/km2.

5. Pertanian

Sector pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, begitu pula untuk pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Kulon Progo. Peranan sector pertanian tersebut antara lain adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk dan memberikan sumbangan terhadap pendapatan daerah maupun nasional. Sector pertanian terdiri atas 6 subsektor, yaitu tanaman pangan, tanaman hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Tanaman pangan meliputi komoditas padi (padi sawah dan padi ladang) dan palawija yang termasuk tanaman palawija antara lain : komoditas jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai serta kacang hijau. Tanaman hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman obat serta tanaman hias. Tanaman kelapa masih menjadi primadona komoditas perkebunan di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015, produksi kelapa mencapai 31.355,25 ton atau mengalami peningkatan produksi sebesar 1,21 persen.


(55)

Luas lahan sawah di Kabupaten Kulon progo adalah 10.354 ha yang terdiri dari sawah irigasi seluas 9.332 ha dan sawah tadah hujan seluas 1.022 ha. Luas lahan kritis di Kabupaten Kulon progo mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

6. Ketenagakerjaan

Jumlah pencari kerja terdaftar di Kabupaten Kulon Progo pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015 sebesar 2.774 pekerja dengan kenaikan 6,12 persen.

Pencari kerja di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja pada tahun 2015 terbanyak terjadi pada bulan Agustus dan September. Hal tersebut sangat berkaitan dengan bulan kelulusan siswa sekolah dan tahun ajaran baru pendidikan.

Proporsi terbesar pencari kerja yang mendaftar pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja berpendidikan terakhir SMA sederajat yaitu sebesar 79,49 persen (2.205 pekerja). Tingginya jumlah lulusan SMA yang mencari kerja karena banyaknya lulusan SMA sederajat yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi sehingga mereka memutuskan untuk langsung terjun kedunia kerja.

Menurut survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) penduduk usia kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang dirinci menurut penduduk yang termasuk angkatan kerja dan bukan termasuk angkatan kerja. Pada tahun 2015 jumlah penduduk angkatan kerja sebesar 75,62 persen sedangkan sisanya merupakan penduduk bukan angkatan kerja sebesar 24,38 persen. Dari jumlah penduduk yang bekerja, sebagian besar penduduk bekerja pada sector pertanian sebanyak 37,81 persen, penduduk yang


(56)

bekerja pada sector perdagangan,hotel dan restaurant sebesar 20,02 persen, sebanyak 14,84 persen bekerja pada sector industry, 13,93 persen bekerja pada sector jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan, 5 saektor lain yaitu sector pertambangan dan penggalian, sector listrik, gas dan air bersih, sector konstruksi, sector pengangkutan dan komunikasi, sector lembaga keuangan dan sector jasa-jasa presentase nya kurang dari 13,40 persen.

B. Gambaran Umum CV. Menoreh Politan 1. Lokasi CV. Menoreh Politan

CV. Menoreh Politan terletak di Kalibuko II, RT. 010 RW. 04 Desa Kalirejo Kecamatan Kokap Kabupaen Kulon Progo. Daerah kokap sendiri merupakan daerah dengan ketinggian > 500 meter diatas permukaan laut. Hal itu menjadikan kokap sebagai daerah yang memiliki tanaman kelapa paling banyak di Kulonporogo karena lokasinya yang sangat strategis sangat bagus untuk pertumbuhan tanaman kelapa. 2. Latar Belakang CV. Menoreh Politan

CV Menoreh Politan adalah badan usaha yang bergerak di bidang produksi dan perdagangan gula kelapa dan telah berpengalaman sejak tahun 2009. Pola yang dibangun oleh perusahaan ini adalah sebuah rantai supply yang terintegrasi dan berkelanjutan dengan menekankan pemahaman pada trend pasar sehingga produk-produk yang di hasilkan bisa diterima oleh pasar. Bahan baku yang melimpah membuat perusahaan tertarik untuk mengusahakan gula kelapa ini, sehingga itu menjadikan kekuatan bagi perusahaan untuk mengembangkan produksi lebih baik dan lebih banyak


(57)

lagi. Kapasitas produksi CV. Menoreh Politan mencapai 150-200 ton per bulan, produk yang dihasilkan oleh perusahaan telah disertifikasi Halal dan Organik dari USDA sehingga sangat aman dan telah dipercaya oleh konsumen di luar negeri.

3. Struktur organisasi CV. Menoreh Politan

Gambar 1. Strukur organisasi CV.Menoreh Politan

GENERAL MANAGER

DIREKTUR

PENGADAAN SUPPLY

MANAGER PRODUKSI

QA/QUALITY CONTROL PURCHASING

SHIPPING PACKAGING

OVEN


(58)

1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Anggota KUB Gendis Manis

1. Umur

Kinerja anggota dalam mengelola gula semut dipengaruhi oleh karakteristik umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut yang dihasilkan. Kelompok umur anggota yang bermitra dengan CV. Menoreh Politan sebagian besar berada pada kelompok umur antara 35 – 50 tahun atau termasuk dalam kelompok umur matang/produktif, seperti tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 1. Jumlah Anggota KUB Gendis Manis Yang Bermitra Dengan CV. Menoreh Politan Berdasarkan Umur Anggota.

Umur Jumlah (orang) Persentae (%)

<35 1 3,33

35 – 50 18 60,00

>50 11 36,67

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 6, jumlah anggota yang bermitra tergolong pada usia matang/produktif yakni 35-50 tahun sebanyak 18 anggota. Sedangkan pada usia ≥ 50 terdapat 11 anggota dan pada usia ≤ 35 tahun terdapat 1 anggota. Hal ini menunjukan bahwa umur anggota berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut yang dihasilkan karena usia produktif masih dimungkinkan adanya peningkatan keterampilan dan pengetahuan dalam mengelola usahanya.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menerima, menerapkan suatu teknologi baru disamping kemampuan dan keterampilan dalam


(59)

mengusahakan gula semut. Sebagian besar pendidikan yang ditempuh oleh anggota KUB Gendis Manis yaitu jenjang SMP kebawah.

Tabel 2. Jumlah Anggota KUB Gendis Manis Yang Bermitra Dengan CV. Menoreh Politan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SD 23 76,66

SMP 7 23,33

Jumlah 30 100

Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan paling tinggi yang ditempuh anggota hanya sampai jenjang SMP dengan presentase 23,33% dan sebagian besar anggota hanya sampai jenjang SD dengan persentase 76,66 %. Dengan kata lain, untuk tingkat pendidikan yang ditempuh para anggota dapat dikatakan masih rendah, para anggota hanya mengandalkan keterampilan membuat dan mengolah gula semut dari pengalaman dan sudah turun temurun karena usaha tersebut tidak memerlukan keahlihan khusus yang harus diperoleh dari pendidikan formal.

3. Status Kepemilikan Tempat

Status kepemilikan tempat berpengaruh terhadap biaya yang harus dikeluarkan oleh anggota dalam menjalankan usaha gula semut. Apabila tempat berstatus milik sendiri, maka pengrajin tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengadaan tempat usaha. Status kepemilikan tempat tersaji dalam tabel berikut ini.


(60)

Tabel 3. Jumlah Pengrajin Gula Semut Yang Bermitra dengan CV. Menorah Politan Berdasarkan Status Kepemilikan Tempat Yang Diusahakan.

No Status Kepemilikan lahan Jumlah Pengrajin Persentase (%)

1 Milik sendiri 10 100

Total 10 100

Berdasarkan tabel 8, status kepemilikan lahan anggota adalah milik sendiri dengan presentase 100%. Dalam hal ini pengrajin memiliki kemampuan dalam kepemilikan lahan milik sendiri dalam menjalankan usaha gula semut.

4. Luas Penguasaan Tempat

Luas penguasaan tempat merupakan tempat untuk mengusahakan usaha gula semut yang akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Selain itu luas penguasaan tempat akan berpengaruh terhadap penerimaan, pendapatan, keuntungan dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Rata – rata luas penguasaan tempat pengrajin adalah 27 m2 seperti tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 4. Jumlah Pengrajin Gula Semut Yang Bermitra dengan CV. Menorah Politan Berdasarkan Luas Tempat Yang Diusahakan.

No Luas Tempat (m2) Jumlah Pengrajin Persentase %

1 20 - 30 8 80

3 ˃ 30 2 20

Total 10 100

Berdasarkan tabel 9, sebanyak 8 pengrajin mengusahakan usaha gula semut pada luas penguasaan tempat 20 - 30 m2 dan 2 pengrajin mengusahakan tempat pada luas >30 m2 . Semakin luas tempat yang diusahakan maka semakin besar pula penerimaan yang diterima tergantung seberapa banyak bahan baku yang digunakan oleh pengrajin.


(61)

5. Pengalaman Bermitra

Pengalaman bermitra berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dalam mengusahakan gula semut, karena sudah lama mengalami kegiatan usaha gula semut. Tabel 5. Jumlah Anggota KUB Yang Bermitra Dengan CV. Menoreh Politan

Berdasarkan Lamanya Pengalaman Bermitra.

No Pengalaman Bermitra (tahun) Jumlah Persentase (%)

1 1- 5 - -

2 >5 30 100

Total 30 100

Berdasarkan tabel 10, sebanyak 30 anggota telah lama bermitra lebih dari 5 tahun. Pengalaman bermitra sudah sangat lama karena perusahaan sudah lama berdiri dan hanya ada satu-satunya perusahaan yang ada di tempat tersebut. Hal ini menunjukan bahwa tingkat loyalitas anggota sangat tinggi terhadap perusahaan. B. Pola Kemitraan

1. Syarat Menjalankan Pola Kemitraan

Persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menjadi mitra usaha CV. Menoreh Politan antara lain:

a. Mengajukan permohonan menjadi mitra usaha gula semut.

b. Sanggup melaksanakan peraturan dan ketentuan yang diberlakukan oleh perusahaan.

c. Melaksanakan isi perjanjian dengan perusahaan. d. Mendapatkan bimbingan teknis usaha gula semut.

e. Produk hasil panen di ambil oleh perusahaan dengan menggunakan mobil oprasional perusahaan.


(62)

f. Harga beli produk sesuai yang berlaku pada saat perjanjian atau menyesuaikan dengan harga pasar yang berlaku.

Kenyataan di lapangan menjelaskan bahwa persyaratan menjadi mitra tidak serumit seperti syarat diatas. Calon mitra cukup mengubungi pengurus perusahaan atau anggota lain yang sudah bermitra terlebih dahulu untuk melakukan permohonan menjadi mitra secara lisan. Untuk selanjutnya mitra akan mendapatkan surat perjanjian tertulis yang didalamnya membahas hak dan kewajiban perusahaan mitra dan mitra usaha. Dalam surat perjanjian atau kontrak kerjasama tersebut memuat identitas pihak pertama, identitas pihak kedua, kewajiban pihak pertama, kewajiban pihak kedua, kualitas, harga, timbangan/kuota pengiriman, pembayaran, perselisihan dan masa berlaku.

Kenyataan di lapangan menyatakan bahwa semua mitra usaha tidak memiliki surat perjanjian tertulis sebagaimana yang telah di tetapkan pada syarat bermitra, hal ini terjadi karena rasa saling percaya dan kekeluargaan yang sangat tinggi diantara kedua belah pihak. Dikhawatirkan apabila mitra usaha atau perusahaan mitra bertanya mengenai surat perjanjian akan timbul rasa curiga satu sama lain antar dua belah pihak tersebut, yang mengakibatkan rasa ketidak percayaan menjadi lebih dominan dalam menjalankan kerjasama ini.

2. Kontrak Kerjasama

Pola kemitraan yang terjalin antara CV. Menoreh Politan dengan anggota KUB Gendis Manis memiliki kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak.


(63)

Dalam pola kemitraan CV. Menoreh Politan anggota KUB disebut mitra usaha atau pihak kedua dan perusahaan sebagai perusahaan mitra atau pihak pertama. Berikut adalah isi kontrak kerjasama tertulis dalam menjalankan pola kemitraan.

a. Kualitas dan Kuantitas Gula Semut

Perusahaan memiliki standar kualitas gula semut yang harus di penuhi oleh anggota yaitu sebagai berikut:

1. Kadar air harus dibawah 5% 2. Aroma khas gula semut.

3. Warna harus coklat kekuning-kuningan.

4. Kuantitas gula semut yang harus dikirimkan anggota ialah sebanyak 300 kg per minggu.

Dari pengamatan selama melaksanakan penelitian, sangat jarang sekali perusahaan menolak atau mengembalikan gula semut yang dikirim oleh anggota karena para anggota sudah sangat paham akan standar kualitas gula semut yang di inginkan perusahaan dan kuantitas gula semut yang dikirimkan tidak harus sesuai dengan kontrak tergantung kuantitas gula semut yang dimiliki oleh anggota.

b. Harga Beli, Waktu Pengambilan dan Waktu Pembayaran Gula Semut

Perusahaan menetapkan harga beli gula semut sebesar Rp 21.000,- per kilogram sesuai standar perusahaan. Pengambilan gula semut dilakukan setiap minggu yaitu pada hari selasa dan pembayaran dilakukan oleh perusahaan satu minggu setelah produk diambil. Proses pembayaran dilakukan melalui cash saat petugas dari


(64)

perusahaan mengambil gula semut ke rumah anggota dan melalui jaringan perbankan bagi anggota yang menginginkannya.

Kenyataan dilapangan menyebutkan bahwa pembayaran dilakukan tiga hari setelah produk diambil. Hal itu terjadi karena keuangan dari perusahaan sedang lancar, tetapi jika keuangan perusahaan tidak lancar pembayaran bisa telat sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

3. Hak dan kewajiban CV. Menoreh dan anggota KUB Gendis manis a. Hak dan Kewajiban perusahaan (pihak pertama)

1. Mandapat gula semut dari para anggota KUB gendis manis. 2. Mengatur jadwal pengiriman gula semut.

3. Membantu dalam teknis usaha gula semut dengan melakukan bimbingan kepada para anggota

4. Membeli semua produk yang dihasilkan oleh pihak kedua setelah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan perusahaan.

5. Penjemputan semua produk dari mitra usaha dengan menggunakan kendaraan oprasional perusahaan.

b. Hak dan Kewajiban mitra usaha (pihak kedua)

1. Mendapat petunjuk dari perusahaan mengenai usaha gula semut. 2. Membiayai kebutuhan oprasional usaha gula semut.

3. Menyediakan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan. 4. Mengirimkan gula semut setiap satu minggu sekali.


(65)

5. Menjual seluruh hasil produksi yang memenuhi standar kualitas yang ditentukan kepada pihak pertama.

Berdasarkan pengamatan di lapangan menjelaskan bahwa kontrak kerjasama yang disepakati kedua belah pihak telah berjalan sangat baik. Mitra usaha menjelaskan bahwa hak dan kewajiban perusahaan sudah dijalankan sesuai ketentuannya. Bahkan anggota memandang pola kemitraan yang dijalankan sangat mempermudah anggota dalam memasarkan hasil produksinya, anggota tidak direpotkan dengan permasalahan terkait pasar yang belum jelas.

4. Alasan Anggota Bermitra

Dalam pola kemitraan yang dijalankan antara perusahaan dengan anggota KUB tidak terlepas dari faktor – faktor atau alasan anggota bermitra. Sudah ada kepastian pasar merupakan faktor utama kenapa anggota bermitra dengan CV. Menoreh Politan. Artinya anggota sudah tidak perlu memikirkan kemana mereka menjual hasil produksinya, dengan kata lain anggota tidak dipusingkan dengan penjualan produknya. Anggota lebih memilih bermitra dengan CV. Menoreh Politan karena pasar sudah jelas dan tidak akan pernah terjadi peristiwa produk tidak laku terjual, karena dalam perjanjian telah ditentukan bahwa perusahaan berkewajiban membeli semua produk anggota.

Berikut Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi anggota KUB Gendis Manis Untuk Bermitra dengan CV. Menoreh Politan antara lain :


(66)

b. Harga sudah kontrak

c. Dapat meningkatkan pendapatan keluarga d. Diajak oleh anggota lain

e. Pembayaran hasil produksi lancar f. Ada penjemputan hasil produksi 5. Pola Kemitraan

Pola kemitraan yang terjalin antara CV. Menoreh Politan dengan anggota KUB Gendis Manis dalam memproduksi gula semut termasuk kedalam golongan pola kemitraan Kontrak. Pola kemitraan Kontrak ini terjadi pada perusahaan pengolahan (industri) yang terdapat perjanjian tertulis antara kedua belah pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan hukum tertentu terkait ketentuan tugas, hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang bersangkutan. Dimana mitra usaha sebagai penyedia sarana produksi, biaya produksi dan tenaga kerja, sedangkan CV. Menoreh Politan sebagai penyedia sarana penyuluhan bimbingan teknis dan jaminan pasar. Alasan CV. Menoreh Politan tidak menjadi penyedia sarana produksi lainnya ialah diperkirakan mitra usaha akan melaksanakan kegiatan produksi dengan kesan santai karena sudah disiapkan modal oleh perusahaan, jadi tingkat produktivitas mitra rendah. Hal inilah yang dikhawatirkan akan terjadi apabila sarana produksi lainnya disediakan oleh perusahaan, karena mitra tidak memiliki rasa tanggung jawab atas apa yang diusahakannya.


(1)

dilanjutkan. Hal ini karena nilai R/C lebih besar dari 1. Dengan nilai R/C 1.08 berarti untuk setiap Rp 1,00 modal yang dikeluarkan maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.08.

2. Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara pendapatan dikurangi biaya implisit kecuali biaya TKDK dalam jumlah HKO dalam keluarga. Secara matematis dapat ditulis :

� � � = � − � � �� �

= . – . + .

.

= 2. 90

Untuk dapat dikatakan layak, maka produktivitas tenaga kerja harus lebih besar dari upah minimum regional yaitu sebesar 1.258.870/bulan. Produktivitas tenaga kerja usaha gula semut sebesar Rp. 42.590/HKO, dapat diartikan produktivitas tenaga kerja layak karena lebih besar dari upah minimum regional. 3. Produktivitas Modal

Produktivitas modal adalah perbandingan antara pendapatan yang dikurangi biaya implisit (selain bunga modal milik sendiri) dengan biaya eksplisit (dalam persen). Seperti tersaji dalam tabel berikut.


(2)

29

Tabel 22. Produktivitas modal usaha gula semut pada pola kemitraan dengan CV. Menoreh politan.

Uraian Biaya Total (%)

Pendapatan 440.864

TKDK 326.575

Sewa tempat 47.945

Biaya eksplisit 436.936

Produktivitas modal 15.2

Berdasarkan tabel 24, produktivitas modal sebesar 15.2%, berarti produktivitas modal lebih besar dari bunga tabungan bank yang berlaku yaitu sebesar 0.0025% per minggu. Dengan demikian usaha pembuatan gula semut layak untuk dikembangkan.


(3)

30

Berdasarkan hasil penelitian pola kemitraan antara KUB Gendis Manis dan CV. Menoreh Politan adalah sebagai berikut.

1. Pola kemitraan yang dijalankan antara anggota KUB dan CV. Menoreh Politan termasuk kedalam pola kemitraan Kontrak. Perusahaan sebagai penyedia pasar, sedangkan anggota sebagai penyedia tenaga kerja dan penyuplai gula semut bagi perusahaan.

2. Jumlah skor penilaian anggota terhadap manfaat kemitraan sebesar 21,36 yang berarti pola kemitraan memberikan manfaat yang tinggi bagi anggota, baik itu manfaat sosial maupun manfaat ekonomi.

3. Tingkat pendapatan dan keuntungan usaha gula semut pada pola kemitraan adalah sebesar Rp 440.864,- dan Rp 65.251,-.

4. Usaha gula semut pada pola kemitraan layak untuk diusahakan ditinjau dari R/C karena >1. Nilai R/C pada pola kemitraan dalam sekali pengiriman adalah sebesar 1.08

5. Produktivitas tenaga kerja sebesar Rp. 42.590/HKO sedangkan UMR Kulon Progo sebesar Rp. 1.258.870/bulan. Sehingga ditinjau dari produktivitas tenaga kerja usaha gula semut layak diusahakan karena lebih besar dari UMR.


(4)

31

6. Sedangkan ditinjau dari produktivitas modal, usaha gula semut layak untuk diusahakan karena produktivitas modal sebesar 15.2% lebih besar dari bunga tabungan bank yaitu sebesar 0.0025% per minggu.

B. Saran

1. Pihak perusahaan sebaiknya menyediakan pinjaman modal untuk para anggota KUB agar membantu anggota dalam pembelian gula semut.


(5)

32

http://www.yogyakarta.bps.go.id. Diakses 15 Januari 2016

Darsono. 2008. Metodologi Riset Agribisnis Buku II Metode Analisis Data. Surabaya: Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Program Pascasarjana UPN Veteran. Diakses tanggal 10 maret 2016.

Fadilah, R. 2011. Analisis Kemitraan Antara Pabrik Gula Jatitujuh Dengan Petani Tebu Rakyat di Majalengka, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Ibrahim, Y . 2003. Studi kelayakan Manajerial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Utama. Jakarta.

Kusnul. 2016. Permintaan gula semut DIY ( Online). http://www.harianjogja.com/baca/2016/03/22/gula-semut-permintaan-ekspor-gula-semut-tinggi-diy-masih-kewalahan-703369. Diakses 29 maret 2016

Latifah, I. N. 2012. Program Kemitraan PT. Saung Mirwan Dengan Petani Edamame. Skripsi. Fakultas Pertanian, UMY. Yogyakarta.

Lipsey, R. G., P. O. Steiner dan D.D. Puvis. 1990. Pengantar Mikroekonomi. Erlangga. Jakarta.

Mutiara pertiwi, 2008. Analisis Efektifitas Kelompok Usaha Bersama sebagai Program Pemberdayaan Rakyat Miskin Perkotaan. Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Noor, Hendry Faizal. 2007. Ekonomi manajerial. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Noordhaus dan Samuelson. 2003. Ilmu Mikroekonomi. PT. Media Global Edukasi,

Jakarta.

Setyorini, R, F. Peran Lumbung Pangan Lestari Boga Dalam Menjaga Ketahan Pangan Di Desa Muntuk Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul. Skripsi. Fakultas Pertanian, UMY. Yogyakarta


(6)

33

Sholikin, M. 2015. Pola Kemitraan Dan Kelayakan Usahatani Buncis Perancis Antara Petani Dengan Pt. Bumi Sari Lestari. Skripsi. Fakultas Pertanian, UMY. Yogyakarta

Sinungan, M. 2003. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara, Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta.

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. CV. Rajawali, Jakarta. Soeparmoko. 2001. Ekonomika Untuk Manajerial. BPPE, Yogyakarta. Sugiri, S. 1999. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sumardjo 2004. Teori Dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya, Depok.

Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani . Penebar Swadaya, Jakarta