Kelayakan Usaha KERANGKA PENDEKATAN TEORI A.

TC implisit = Total Cost implisit Untuk dapat dikatakan layak dalam industri maka besarnya produktivitas modal harus lebih besar dari tingkat bunga tabungan bank yang berlaku, sedangkan jika dikatakan tidak layak dalam industri maka besarnya produktivitas modal lebih kecil dari tingkat bunga tabungan bank yang berlaku. 3. RC Revenue Cost Ratio Menurut Darsono, 2008, R-C ratio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan revenue dengan biaya cost. Salah satu ukuran kelayakan usaha adalah dengan R-C Ratio, yang merupakan perbandingan antara penerimaan dengan total biaya. Jadi nilai R-C rupiah yang dikeluarkan untuk produksi. Tingkat kelayakan usaha diukur dengan cara menentukan rasio antara penerimaan dengan total biaya produksi selama satu kali proses produksi, dengan pernyataan rumus sebagai berikut : = � � Keterangan : TR = Total Revenue TC = Total Cost Jika RC 1, maka suatu usaha dikatakan layak untuk diusahakan karena memberikan keuntungan. Jika RC = 1, maka suatu usaha dikatakan impas atau tidak memberikan keuntungan, dalam analisis kelayakan usaha maka kondisi usaha yang seperti ini dinyatakan tidak layak. Jika RC 1, maka suatu usaha dinyatakan tidak layak karena tidak mendapatkan keuntungan. B. Kerangka Berpikir Pelaksanaan kemitraan antara CV. Menoreh Politan dengan mitra komoditi gula semut tidak lepas dari adanya pola kemitraan. Dalam kegiatan bermitra terdapat pola kemitraan antara pengrajin anggota KUB Gendis Manis dengan CV. Menoreh Politan yang meliputi latar belakang, ketentuan tugas, hak dan kewajiban dari masing- masing pihak yang bersangkutan, serta kontrak kerjasama yang isi perjanjian kontraknya antara lain 1 Waktu pengiriman, 2 Harga beli, 3 Perjanjian waktu pembayaran, 4 Perjanjian kualitas dan kuantitas gula semut, 5 Jangka waktu kerjasama. Pola kemitraan ini diharapkan memperoleh manfaat bagi kedua belah pihak, baik itu manfaat ekonomi maupun manfaat sosial. Usaha gula semut merupakan mata pencaharian pokok para anggota KUB Gendis Manis tersebut. Tujuan usaha gula semut yaitu untuk memenuhi kebutuhan produksi gula semut selain itu untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan. Dalam usaha gula semut memerlukan biaya produksi. Biaya produksi merupakan semua beban finansial yang harus ditanggung oleh anggota untuk menghasilkan barang dan jasa agar digunakan oleh konsumen yang terdiri dari biaya eksplisit maupun biaya implisit. Biaya eksplisit yang dimaksud disini adalah biaya yang dikeluarkan untuk dibayarkan secara nyata selama proses produksi seperti upah tenaga kerja luar keluarga, pembelian bahan baku gula cetak, nira kelapa dan pembelian perlengkapan alat. Biaya implisit yang dimaksud disini adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut diperhatikan sebagai biaya produksi meskipun tidak dibayarkan secara nyata, seperti biaya sewa tempat atau lahan produksi jika produsen menyewa tempat untuk produksi , biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya modal sendiri. Dalam usaha gula semut menghasilkan produksi yaitu gula semut. Gula semut akan dibeli sesuai harga kesepakatan dan menghasilkan penerimaan. Untuk selanjutnya dari penerimaan tersebut akan mengetahui pendapatan usaha gula semut yang dikurangi dengan biaya eksplisit atau biaya yang benar-benar dikeluarkan. Sedangkan keuntungan usaha gula semut merupakan selisih hasil antara total penerimaan dengan total biaya eksplisit dan implisit. Kelayakan usaha gula semut dapat dihitung dengan menggunakan R-C Ratio, yaitu dengan membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk produksi. Apabila nilai R-C ratio 1, berarti usaha sudah layak, dan Jika RC = 1, maka suatu usaha dikatakan belum layak atau usaha dalam keadaan impas tidak untungrugi. Sedangkan jika RC 1, maka suatu usaha dinyatakan tidak layak untuk diusahakan. Analisis kelayakan juga dilakukan menggunakan analisis produktivitas tenaga kerja dan produktivitas modal. Jika produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah minimum regional, maka usaha gula semut tersebut layak untuk diusahakan serta untuk dapat dikatakan layak jika besarnya produktivitas modal lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Produksi Gula Semut Harga Output Biaya Produksi Penerimaan Implisit  TKDK  Sewa tempat  Bunga modal sendiri Eksplisit  TKLK  Bahan baku  Penyusutan alat CV. Menoreh Politan Gula Semut Kelayakan :  RC 1  Produktivitas modal bunga tabungan  Produktivitas tenaga kerja upah minimum Keuntungan Pendapatan Anggota KUB Gendis Manis Pola kemitraan  Alasan bermitra  Kontrak kerjasama  Hak kewajiban perusahaan dan anggota Manfaat Pola Kemitraan  Manfaat sosial  Manfaat ekonomi 1

III. METODE PENELITIAN A.

Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Isace dan Michael Rahmat, 2001:22 mengatakan bahwa metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta atau karakteristik populasi tertentu. Dalam hal ini yang dianalisis adalah pola kemitraan, manfaat pola kemitraan, biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan dan kelayakan dari usaha gula semut yang ada di KUB Gendis Manis. B. Metode Pengambilan Sampel Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo yang selanjutnya dipilih kelompok-kelompok pengolahan gula semut. Penentuan kelompok dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel secara sengaja oleh peneliti berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian Wirartha, 2006. Pengambilan kelompok sampel dilakukan dengan pertimbangan kelompok yang memiliki unit usaha pengolahan gula semut terbanyak. Data tentang nama kelompok, jumlah anggota dan jumlah produksi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Nama Kelompok, Jumlah Anggota Dan Jumlah Produksi Pengolah Gula Semut Terbesar Di Kabupaten Kulon Progo. No Nama Kelompok Jumlah Anggota Produksi Pertahunton 1 KUB Tiwi Manunggal 11 283,23 2 KSU Jatirogo 6 1.185,09 3 KUB Gendis Manis 30 498,47 Sumber : Disperindagkop Kulon Progo Tahun 2015 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa di Kabupaten Kulon Progo terdapat tiga kelompok besar yang mengolah gula semut, maka dipilih kelompok yang mempunyai jumlah anggota paling banyak. Kelompok yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini adalah KUB Gendis Manis karena memiliki jumlah anggota paling banyak dibandingkan dengan kelompok lain. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sensus yaitu mengambil semua sampel yang bergabung dengan KUB Gendis Manis. Jumlah sampel responden yang diambil dalam pelitian ini adalah sebanyak 30 anggota, yang terdiri dari 10 pengrajin gula semut dan 20 pengepul gula semut. C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. 1. Data Primer diperoleh melalui wawancara terhadap responden maupun melalui pengamatan lapangan. Wawancara dilakukan dengan cara bertanya secara langsung kepada anggota KUB Genis manis dan CV. Menoreh Politan yang menjadi responden dengan menggunakan kuisioner sebagai panduan wawancara. 2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari DISPERINDAGKOP Kabupaten Kulon Progo, ketua KUB Gendis manis dan CV. Menoreh Politan yang berhubungan dengan penelitian. Data ini merupakan data yang mendukung data primer, sehingga diperoleh hasil yang jelas untuk memenuhi tujuan penelitian. D. Asumsi Dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi a. Harga input dan output selama periode analisis dihitung pada tingkat harga yang berlaku di daerah penelitian. b. Output terjual semua. c. Teknologi yang digunakan oleh pengrajin gula semut dianggap sama. 2. Pembatasan Masalah a. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data tahun 2015. b. Untuk analisis besar biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan dan kelayakan, yang diteliti hanya pengrajin gula semut saja yaitu 10 anggota. Karena anggota lain sebagai pengepul. E. Definisi Opersional Dan Pengukuran Variabel 1. KUB adalah sekumpulan orang atau masyarakat yang melakukan kegiatan usaha secara bersama. Dalam hal ini usaha yang dilakukan adalah usaha gula semut. 2. Mitra usaha merupakan pengrajin dan pengepul gula semut yang bermitra dengan CV. Menoreh Politan dan terikat kontrak kerjasama. 3. Pola kemitraan adalah hubungan kerjasama antara pengrajin dengan perusahaan yang bertujuan mendatangkan keuntungan. Pola kemitraan meliputi alasan anggota bermitra, kontrak kerjasama yang meliputi waktu pengiriman, harga beli, perjanjian waktu pembayaran, perjanjian kualitas dan kuantitas gula semut, jangka waktu kerjasama, kewajiban perusahaan dan pengrajin, bimbingan teknis penyuluh. a. Alasan anggota melakukan pola kemitraan dengan perusahaan.