PENGARUH UJI RASIO SERBUK DAN CAIRAN TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (MARANTA ARUNDINACEAE L.)

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Pengaruh Uji Rasio Serbuk dan Cairan terhadap Setting Time

Bahan Cetak Alginat Dengan Penambahan Pati Garut

(Maranta Arundinaceae L.)

Disusun oleh : Arasti Naspy 20100340111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Pengaruh Uji Rasio Serbuk dan Cairan terhadap Setting Time

Bahan Cetak Alginat Dengan Penambahan Pati Garut

(Maranta Arundinaceae L.)

Disusun oleh : Arasti Naspy 20100340111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

Pengaruh Uji Rasio Serbuk dan Cairan terhadap Setting Time bahan Cetak Alginat dengan Penambahan Pati Garut (Maranta Arundinaceae L.)

Disusun oleh : Arasti Naspy 20100340111

Yogyakarta, 3 April 2015 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing

Drg. Dwi Aji Nugroho, MDSc NIK : 173.187

Dosen Penguji

Drg. Widyapramana DwiAtmaja, MDSc NIK : 173.111

Mengetahui :

Kepala Prodi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros NIK : 173.071


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Arasti Naspy

NIM : 20100340111

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi Fakultas : Kedokteran dan Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang sayatulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 3 April 2015 Yang Membuat Pernyataan,

Arasti Naspy 20100340111


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebuah dedikasi kecil untuk kedua orang tuaku Yang sungguh besar.

Papaku tercinta, bapak Nasrun Hamsi Mamaku tercinta, Ibu Heppy

Atas besarnya kasih sayang yang diberikan, pelajaran yang berharga yang dibagikan, dan do’a yang tak pernah putus dipanjatkan...

sujud syukurku atas limpahan karunia-Mu

bahwa sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan... Terima kasih telah menghadirkan orang-orang yang aku sayangi dan

menyayangiku ditengah kesulitan-kesulitan itu Atas ilmu yang semoga selalu bermanfaat... Sedikit persembahan ini semoga bermanfaat


(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulilahhirobbil’alamin, sega puji dan sukur penulis panjatkan

kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmad, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar serjana Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah uang berjudul “ pengaruh Uji Rasio w/p

terhadap Setting Time Bahan Cetak Alginat dengan Penambahan Pati Garut

(maranta Arundinaceae L.)”, dapat diselesaikan tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT, yang tealh membaerikan rahmad, hidayah, dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulisdapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. drg. Hastoro Pintadi, Sp.Pros, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Drg. Dwi Aji Nugroho, MDSc, selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah bersedia memberikan waktu, pengetahuan, bantuan pemikiran, saran bimbingan dan dorongan yang sangat berguna bagi penelitian dalam menyelesaikan Karya tulis Ilmiah ini.


(7)

vi

5. drg. Ana Medawati, M.Kes, selaku dosen pembimbing dan penanggung jawab blok metodologi penelitian yang memberi dukungan, arahan dan bimbingan dalam pembuatanKarya Tulis Ilmiah.

6. Seluruh dosen pergram studi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan dosen-dosen pakar, yang telah banyak memberikan pengarahan kepada penulis dalam proses Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan fakultas kedokteran dan Ilmu

kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

8. Seluruh Staf Laboratorium penelitian dasar fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

9. Bapak Nasrun Hamsi dan Ibu Heppy tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung saya yang tiada henti-hentinya.

10.Kakakku Aulia Naspy, Asmia Naspy dan adikku Khairu Rasyid terima kasih atas doa dan semangat yang telah diberikan.

11.Shabrina Herliyanti dan Esti Dwi Cahyani yang telah menjadi teman satu perjuangan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

12.Dony Rahmadhani , Willy, Reni, Nada, Rizka, Nita dan Dwi yang selalu memberikan doa dan semangat.

13.Keluarga besar Kedokteran Gigi 2010 yang saling mendukung dan memberi semangat hingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai.

14.Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semua bantuan yang diberikan kepada penulis semoga dapt karunia dari Allah SWT. Penulis Karya Tulis Ilmiah masih jauh dari sempurna, oleh karena itu


(8)

vii

penulis mengahrapkan seran dan kritik yang membangun demi sempurnanya penulisan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu kedokteran gigi pada umumnya dan bermanfaat bagi pembaca pada khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 3 April 2015


(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRACK ... xii

INTISARI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. KeaslianPenelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori ... 6

1. Bahan Cetak ... 6

a. Pengertian Bahan Cetak ... 6

b. Klasifikasi Bahan Cetak ... 7

2. Bahan Cetak Alginat ... 9

3. Proses Gelasi Bahan Cetak Alginat ... 11

4. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi waktu gelasi ... 12

5. Evaluasi w/p rasio terhadap setting time alginat ... 13

6. Ubi Garut ... 14

B. Landasan Teori ... 17

C. Kerangka Konsep ... 19


(10)

ix BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 21

B. Tempat dan Waktu ... 21

C. Populasi dan Sampel ... 21

D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ... 22

1. Indenfikasi Variabel ... 22

a. Variabel Pengaruh ... 22

b. Variabel Terpengaruh ... 22

c. Variabel Terkendali ... 22

d. Variabel Tak Terkendali ... 23

2. Definisi Operasional ... 23

a. Alginat ... 23

b. Pati Garut ... 23

c. Setting Time ... 23

d. w/p ... 24

e. Suhu Air Pencampur ... 24

f. pH ... 24

E. Alat dan Bahan Penelitian ... 24

1. Bahan Penelitian ... 24

2. Alat Penelitian ... 24

F. Cara Kerja ... 25

1. Persiapan Bahan ... 25

2. Pembuatan Sampel Penelitian ... 26

3. Pengukuran Waktu Setting ... 27

G. Analisis Data ... 28

H. Alur Penelitian... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian ... 30

B. Pembahasan ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 38


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Umbi Garut ... 14

Gambar 2. Rantai Kimia Amilosa ... 16

Gambar 3. Rantai Kimia Amilopektin ... 16

Gambar 4. Kerangka konsep ... 19

Gambar 5. Alur Penelitian... 29


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Alginat ... 10

Tabel 2. Kandungan Pati Garut ... 15

Tabel 3. Rata-rata Waktu Setting Alginate ... 30

Tabel 4. Ringkasan Uji Nilai Normalitas ... 31

Tabel 5. Ringkasan Uji Homogenitas ... 32

Tabel 6. Ringkasan Analisis Anova Satu Jalur ... 32


(13)

xii Abstrack

Alginate is the most widely materials used in dentistry. This impression material of alginate as a powder will become hydrosol if mixed with water and then become hydrogel arrowroot starch has been studied to be a mixture of alginate. The good impression material should has enough time for setting.

The aim of this research is to know the effect of water/powder ratio towards the setting time of alginate impression material addition with arrowroot starch. The method of this research is experimental laboratories. There are 25 samples, that divided into 5 groups with different water/powder ratio (20.5ml, 19.5ml, 18.5ml, 17.5ml, 16.5ml). The data of analysis of this research using parametric One Way Anova.

The result of this research show that the value of p<0.05 that means the water/powder ratio has effect towards the setting time of alginate impression material addition with arrowroot starch. The conclusion of this research is the lower of water/powder ratio, will make the setting time of alginate faster. The fastest of the setting time is water ratio at 18.5ml.

Keywords: impression material, alginate, arrowroot starch, water/powder ratio, setting time.


(14)

xiii Intisari

Alginat merupakan bahan cetak yang paling banyak digunakan di kedokteran gigi. Bentuk bahan cetak alginat adalah bubuk, bila dicampur air akan berbentuk hydrosol, dan menjadi hidrogel. Pati garut dapat dijadikan campuran alginat. Syarat bahan cetak yang baik adalah memiliki waktu setting time yang cukup.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio air da bubuk terhadap setting time bahan cetak alginat dengan penambahan pati garut. Metode penelitian menggunakan eksperimental laboratories. Sampel yang digunakan sebanyak 25 yang terbagi menjadi 5 kelompok rasio air terhadap bubuk yang berbeda yaitu 20.5ml, 19.5ml, 18.5ml, 17.5ml, 16.5ml. Data analisis dengan uji parametric One Way Anova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p<0.05 yang berate rasio air dan bubuk terhadap bubuk (w/p) mempengaruhi setting time bahan cetak alginat yang ditambah pati garut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin turun rasio air terhadap bubuk makan semakin cepat waktu setting. Setting time tercepat pada kelompok 18.5ml.


(15)

(16)

xii Abstrack

Alginate is the most widely materials used in dentistry. This impression material of alginate as a powder will become hydrosol if mixed with water and then become hydrogel arrowroot starch has been studied to be a mixture of alginate. The good impression material should has enough time for setting.

The aim of this research is to know the effect of water/powder ratio towards the setting time of alginate impression material addition with arrowroot starch. The method of this research is experimental laboratories. There are 25 samples, that divided into 5 groups with different water/powder ratio (20.5ml, 19.5ml, 18.5ml, 17.5ml, 16.5ml). The data of analysis of this research using parametric One Way Anova.

The result of this research show that the value of p<0.05 that means the water/powder ratio has effect towards the setting time of alginate impression material addition with arrowroot starch. The conclusion of this research is the lower of water/powder ratio, will make the setting time of alginate faster. The fastest of the setting time is water ratio at 18.5ml.

Keywords: impression material, alginate, arrowroot starch, water/powder ratio, setting time.


(17)

xiii Intisari

Alginat merupakan bahan cetak yang paling banyak digunakan di kedokteran gigi. Bentuk bahan cetak alginat adalah bubuk, bila dicampur air akan berbentuk hydrosol, dan menjadi hidrogel. Pati garut dapat dijadikan campuran alginat. Syarat bahan cetak yang baik adalah memiliki waktu setting time yang cukup.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio air da bubuk terhadap setting time bahan cetak alginat dengan penambahan pati garut. Metode penelitian menggunakan eksperimental laboratories. Sampel yang digunakan sebanyak 25 yang terbagi menjadi 5 kelompok rasio air terhadap bubuk yang berbeda yaitu 20.5ml, 19.5ml, 18.5ml, 17.5ml, 16.5ml. Data analisis dengan uji parametric One Way Anova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p<0.05 yang berate rasio air dan bubuk terhadap bubuk (w/p) mempengaruhi setting time bahan cetak alginat yang ditambah pati garut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin turun rasio air terhadap bubuk makan semakin cepat waktu setting. Setting time tercepat pada kelompok 18.5ml.


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alginat merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan pada praktek kedokteran gigi karena alginat memiliki banyak manfaat, antara lain : mudah dalam proses pencampuran dan manipulasi, alat yang digunakan minimal, fleksibilitas bahan cetak, tingkat akurasi yang baik (Craig, dkk 2004). Bahan cetak tersebut masih harus diimpor dari luar negeri sebagai akibat krisis ekonomi pada tahun 1998, maka harga bahan cetak alginat saat ini menjadi lebih mahal sampai empat kali lipat dan langka di pasaran. Oleh karena itu, saat ini banyak peneliti yang menemukan inovasi baru dengan cara menambahkan bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pada bahan cetak alginat (Noerdin. dkk, 2003).

Bahan dasar material cetak Alginat adalah alginic acid yang dibuat dari ganggang laut coklat tertentu. Komposisi Alginat terdiri dari garam alginic acid, garam Ca, trisodium fosfat, filler (diatomaceous earth), silico flouride, bahan perasa dan pada merek tertentu ada indikator kimia untuk memudahkan mengetahui tahapan manipulasi (Anusavice, 2007).

Material cetak Alginat berbentuk bubuk, bila dicampur air akan terbentuk hidrosol, dan berubah menjadi hidrogel. Hal tersebut disebabkan garam alginic acid dan garam Ca beraksi dalam air membentuk kalsium alginat (Anusavice,2004).


(19)

2

Penelitian sebelumnya telah menemukan bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pada bahan cetak alginat sebagai langkah penghematan dan juga meningkatkan stabilitas dimensi hasil cetakan, diantaranya Febriani (2003) telah meneliti pati ubi kayu sebagai bahan campuran alginat ; Anita (2011) juga telah meneliti tentang pati ubi garut yang dijadikan campuran bahan cetak alginat.

Garut (Maranta arundinaceae L.) mengandung pati yang terdiri dari amilosa dan amilopektin dalam jumlah yang cukup besar, yaitu 23,5%. Menurut Anwar et al. (2006), kandungan pati garut inilah yang menjadi penyebab kekenyalan pada bahan makanan olahan pati garut. Proses gelasi yang terbentuk karena adanya amilosa dan amilopektin memungkinkan pati garut dapat dicampurkan pada alginat karena keduanya mengandung karbohidrat yang memiliki karakteristik yang hampir sama sehingga reaksi yang terjadi tidak akan menyebabkan suatu penolakan reaksi pada alginat. Keduanya akan mengalami proses gelasi jika bereaksi dengan air (Srichuwong, dkk.,2005).

Hal tersebut menjadi dasar bahwa pati garut dapat dicampur dengan alginat dalam proses gelasi. Pengaruh penambahan pati garut pada alginat terhadap stabilitas dimensi hasil cetakan telah diteliti (Anita, 2011). Stabilitas dimensi terbaik adalah hasil penambahan pati garut dengan komposisi 50%, tetapi belum diketahui waktu gelasi atau setting time pada bahan cetak tersebut dan juga faktor yang dapat mempengaruhinya.


(20)

3

Waktu gelasi diukur dari mulai pengadukan hingga terjadi gelasi sampai bahan cetak tidak lagi kasar atau lengket bila disentuh dengan ujung jari yang bersih, kering dan bersarung tangan. Berdasarkan klasifikasi ADA (American Dental Association) No. 18, alginat tipe normal setting memiliki waktu setting sekitar 2-4,5 menit. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi waktu gelasi antara lain dengan cara mengganti rasio air terhadap bubuk, merubah temperatur air pencampur dan waktu pengadukan (Anusavice, 2004). Derajat keasaman (pH) air pencampur juga dapat mempengaruhi durasi waktu setting (Bayindir, et al 2002).

Metode praktis untuk menentukan waktu gelasi bagi praktisi gigi adalah dengan mengamati waktu dari mulai pengadukan sampai bahan tersebut tidak lagi kasar dan lengket bila disentuh dengan ujung jari yang bersih, kering dan bersarung tangan. Waktu gelasi optimal adalah antara 3 dan 4 menit pada temperatur ruangan (200C). Alginat mengeras dengan cepat (1-2 menit) dan yang mengeras dengan kecepatan normal (2,5-4 menit). Perbedaan jenis alginat tersebut, memberi kesempatan kepada klinisi memilih bahan yang cocok dengan gaya kerja mereka (Anusavice, 2004).

Proses pengadukan bahan cetak alginat harus selalu diukur volume air dan berat bubuk alginat sebelum dilakukan pengadukan. Perbandingan air dan bubuk yang tidak sesuai dapat berakibat mengubah konsistensi, setting time, kekuatan dan kualitas bahan cetak. Proporsi bubuk yang kurang terhadap air menyebabkan berkurangnya kekuatan dan akurasi.

Adonan yang encer akan menambah setting time bahan cetak, sedangkan bila adonan lebih kental maka fleksibilitas menjadi lebih rendah. Operator seringkali


(21)

4

tidak melakukan penakaran secara tepat, baik volume air maupun berat bubuk alginat. Ada kecenderungan mengurangi rasio air dan bubuk dengan pertimbangan agar alginat tidak terlalu encer untuk mengurangi resiko tertelan (Melisa,dkk 2009). Penelitian ini, akan meneliti tentang pengaruh rasio serbuk dan cairan terhadap setting time bahan cetak alginat dengan penambahan pati garut (Maranta Arundinasceae L.) dengan persentase 50%.

B. Perumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh rasio serbuk dan cairan terhadap setting time bahan cetak alginat dengan penambahan pati ubi garut?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang alginat telah dilakukan oleh Anita L.Y, Agustiono (2011) yang menguji atau meneliti tentang bahan cetak alginat dengan judul

”Pengaruh Penambahan Pati Ubi Garut pada Alginat Terhadap Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan dari Bahan Cetak Alginat yang Ditambahkan Pati Ubi Garut”

dengan hasil penambahan pati ubi garut berpengaruh secara signifikan terhadap stabilitas diameter hasil cetakan, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap stabilitas tinggi hasil cetakan alginat.

Setting time akibat penurunan rasio air dan bubuk (bahan cetak alginat., Melisa Tulus Purnomo, Titien Hary Agustantina, R. Helal Soekartono (2009) yang

menguji atau meneliti tentang bahan cetak alginat dengan judul ” Setting Time


(22)

5

penurunan rasio air dan bubuk bahan cetak alginat sebesar 15% dapat mempercepat setting time.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh rasio serbuk dan cairan terhadap setting time bahan cetak alginat dengan penambahan pati ubi garut (Maranta Arundinanceae L.) sebanyak 50%.

E. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh rasio serbuk dan cairan terhadap setting time bahan cetak alginat dengan tambahan pati garut (Maranta Arundinanceae L.) sebanyak 50%.

2. Memberikan informasi klinis tentang cara penghematan penggunan bahan cetak alginat.


(23)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DASAR TEORI 1.Bahan Cetak

a. Pengertian Bahan Cetak

Bahan cetak digunakan untuk menghasilkan replika bentuk gigi dan jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004) syarat bahan cetak dalam kedokteran gigi adalah : mudah digunakan dan harga terjangkau, kekuatan aliran adekuat, memiliki setting time dan karakteristik yang wajar, memiliki kekuatan tarik yang cukup baik, sehingga tidak mudah sobek saat dikeluarkan dari dalam mulut. Kekuatan tarik alginat bervariasi dari 380 hingga 700 gm/cm, memiliki kekuatan kompresi yang cukup baik, American National Standart Institute (ANSI-ADA) mengklasifikasikan bahwa bahan cetak harus memiliki kekuatan kompresi setidaknya 3570 gm/cm ketika material dilepaskan dari dalam mulut, aman (tidak toksik atau mengiritasi jaringan mulut), tidak ada degradasi desinfeksi secara signifikan, kompatibel dengan seluruh bahan cetak, kualitasnya terjaga dengan baik serta tidak mudah rusak oleh pengaruh lingkungan, dimensi akurasi baik. Penguapan air pada hasil cetakan akan mengkerutkan dimensi, sehingga nantinya akan terjadi perubahan akurasi pada cetakan positifnya (Mc.Cabe and Walls, 2008). ADA menetapkan bahawa standar akurasi bahan cetak adalah 0,75 mm (Craig et al., 2004


(24)

7

b. Klasifikasi Bahan Cetak

Bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi reversibel dan irreversibel. Berdasarkan cara bahan tersebut mengeras. Istilah reversibel menunjukkan bahwa terjadi reaksi kimia selama proses setting time berlangsung. Bahan tidak dapat diubah dan kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi. Misalnya hidrokoloid alginat, pasta cetak oksida seng eugenol (OSE), plaster of Paris, mengeras dengan reaksi kimia, sedang bahan cetak elastomerik mengeras dengan polimerisasi. Sebaliknya, reversibel berarti bahan tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan, tanpa terjadi perubahan kimia. Hidrokoloid reversibel dan kompoun cetak termasuk dalam kategori ini (Anusavice, 2004)

Gladwin & Bagby (2009) menggolongkan tipe bahan cetak sebagai berikut : 1). Inelastic impression material :

a. Plaster of Paris b. Wax

c. Compound

d. Zinc oxide-eugenol (OSE)

2). Nonaqueous elastomeric impression material : a. Polisulfid

b. Silikon terkondensasi c. Poliester


(25)

8

3). Aqueous elastomeric impression material (hidrokoloid) Hidrokoloid terdiri atas 2, yaitu

a. Hidrokoloid reversibel (agar)

Hidrokolid reversibel (agar) adalah polimer karbohidrat. Agar merupakan bahan yang sama yang digunakan dalam bidang mikrobiologi sebagai media pembiakan. Hidrokolid reversibel bekerja dengan baik pada lingkungan yang basah (Gladwyn & Bagby, 2004). Fase cair agar berada pada suhu 71o Cdan 100o C dan mejadi gel kembali pada suhu antara 30o C dan 50o C. Manipulasi ke mulut pasien adalah dengan memanaskan agar di waterbath, hingga bentuknya menjadi cair. Setelah cair, agar dimasukkan ke dalam sendok cetak plastik khusus yang memungkinkan air akan melewati sendok cetak dan membentuk gigi dan jaringan lunak rongga mulut pasien. Setelah mengalami setting time agar cair akan kembali ke bentuk gel dan mencetak bentuk anatomis gigi dan jaringan lunak rongga mulut

(Van Noort, 2006)

b. Hidrokolid ireversibel (alginat)

Hidrokolid ireversibel (alginat) adalah bahan cetak elastis. Komponen aktif utama dari bahan cetak hidrokoloid irreversible adalah salah satu alginat yang larut air, seperti natrium, kalium atau alginat trietanolamin. Bila alginat larut air dicampur dengan air, bahan tersebut dapat membentuk sol. Sol sangat kental meskipun


(26)

9

dalam konsentrasi rendah, alginat yang dapat larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air dicampur dengan kuat. Berat melekul dari campuran alginat amat bervariasi, bergantung pada buatan pabrik. Semakin besar berat molekul, semakin kental sol yang terjadi (Anusavice, 2003)

2. Bahan Cetak Alginat

Alginate acid merupakan bahan dasar alginat yang di peroleh dari bahan-bahan tumbuhan laut yang merupakan polymer dari Anhydro β – d Mannoronic Acid dengan berat molekul yang tinggi. Alginate acid ini tidak larut dalam air , tetapi beberapa garamnya bisa larut dalam air (Craig et al., 2004). Alginat tersedia dalam bentuk powder atau bubuk yang memerlukan air dalam pemanipulasiannya. Bila alginate dicampur dengan air maka bahan tersebut tidak dapat lagi kembali ke bentuk semula. Oleh karena itu bahan cetak alginate merupakan bahan cetak irreversible hydrocolloid (bahan cetak yang tidak dapat di pakai lebih dari satu kali pemakaian).


(27)

10

Tabel 1. Komposisi Alginat (Van noort, 2006)

Komposisi Jumlah (%) Kegunaan

Potassium

alginat 18

Bereaksi dengan ion garam kalsium untuk membentuk hidrogel yang tidak larut dalam air (Powers & Sakaguchi, 2006) Kalsium sulfat

dihidrat 14

Sebagai penyedia ion kalsium, sebagai reaktor dalam proses pengerasan alginat

Sodium fosfat 2

Bereaksi dengan ion

kalsium untuk

mengontrol working time

Potassium

fosfat 10

Mengontrol setting time

Fillers (tanah

diatom) 56

Mengontrol konsistensi agar bahan cetakan statis di sendok cetak Sodium

silicofluoride 4 Mengontrol pH

Pewarna Agar alginat lebih

menarik Perasa

Untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak

Kalsium/natriu m fosfat

Retarder (Anusavice, 2004)


(28)

11

3. Proses Gelasi Bahan Cetak Alginat

Menurut Anusavice (2003) serbuk alginat bila dicampurkan dengan air akan terbentuk sol, yang kemudian berubah menjadi gel melalui sebuah reaksi kimia. Reaksi digambarkan sebagai reaksi antara alginat larut air dengan kalsium sulfat sebagai reaktor kemudian terbentuk gel kalsium alginat yang tidak larut air. Pembentukan kalsium alginat berlangsung cepat sehingga waktu kerja cukup singkat. Penambahan sodium fosfat berfungsi sebagai retarder atau untuk memperpanjang waktu kerja. Reaksi antara kalsium sulfat dengan alginat larut air diperlambat dengan adanya sodium fosfat karena kalsium sulfat terlebih dahulu akan bereaksi dengan sodium fosfat. Apabila sejumlah kalsium sulfat, potassium alginat dan sodium fosfat dicampur dan dilarutkan dalam air reaksi yang terjadi pertama kali adalah sebagai berikut :

2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3(PO4)2 + 3Na2SO4

Setelah sodium fosfat habis digunakan, ion kalsium akan bereaksi dengan potasium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

KAlginat + CaSO4 Ca Alginate + K2SO4

Struktur akhir dari gel yang terbentuk berupa jala dari serat kalsium alginat yang mengandung sol sodium alginat yang tidak bereaksi, sisa air partikel pengisi dan hasil reaksi sampingan, seperti sodium sulfat dan kalsium fosfat (Anusavice, 2004). Serat dari gel satu sama lain dihubungkan oleh ion kalsium. Setiap ion kalsium bervalensi dua akan berikatan dengan dua gugus karboksil (-COO) dari molekul polisakarida yang berbeda (Combe, 1992).


(29)

12

4. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi waktu gelasi a. Suhu atau temperatur air pencampur

Suhu atau temperatur air akan sangat mempengaruh waktu gelasi suhu air akan mengontrol setting time. Air yang lebih hangat dapat mempercepat setting time, sedangkan air yang lebih dingin akan memperlambat setting time (Gladwyn & bagby, 2009).

b. Rasio serbuk dan cairan

Rasio serbuk terhadap cairan bahan cetak tercermin dalam water/powder atau hasil bagi yang diperoleh dari volume air dibagi dengan berat bubuk. Modifikasi komposisi serbuk dan cairan yang berbeda akan mempengaruhi sifat dari alginat. Kekuatan dan elastisitas cetakan alginat akan berubah dengan memodifikasi perbandingan serbuk dan cairan (Anusavice, 2004).

c. Faktor situasional

Semakin besar insentitas pengadukan dalam satu menit, maka semakin cepat waktu setting-nya dan sebaliknya. Pengadukan yang tidak sempurna menyebabkan campuran tidak tercampur merata sehingga reaksi kimia yang terjadi tidak seragam dalam massa adukan. Pengadukan yang terlalu lama dapat memutuskan anyaman gel kalsium alginat dan mengurangi kekuatannya (McCabe and walls, 2008).

5. Evaluasi w/p rasio terhadap setting time alginat

Dalam keadaan klinis, seringkali ada kecenderungan untuk mengubah waktu gelasi dengan mengganti rasio air terhadap bubuk atau waktu


(30)

13

pengadukan. Modifikasi kecil ini dapat mempunyai efek yang nyata pada sifat gel, mempengaruhi kekuatan terhadap robekan dan elastisitas. Jadi waktu gelasi lebih baik diatur oleh jumlah bahan memperlambat yang ditambahkan selama proses pembuatan di pabrik (Anusavice, 2004).

Pada proses pengadukan bahan cetak alginat harus selalu diukur voulume air dan berat bubuk alginate sebelum dilakukan pengadukan. Perbandingan air dan bubuk yang tidak sesuai dengam aturan dapat berakibat mengubah konsistensi, setting time, kekuatan dan kualitas bahan cetak. Mengurangi proporsi bubuk terhadap air menyebabkan berkurangnya kekuatan dan akurasi. Adonan yang encer akan menambah setting time bahan cetak, sedangkan bila adonan lebih kental maka fleksibilitas menjadi lebih rendah (Melisa dkk, 2009).

Menurut Van Noort(2006), aspek w/p rasio dapat berpengaruh terhadap setting time. Penambahan air yang digunakan harus sesuai dengan bubuk yang akan dipakai sehingga didapatkan konsistensi gel yang ideal dengan setting time yang singkat.


(31)

14

6. Pati garut

Gambar 1. Umbi garut (Anonim, 2013) Klasifikasi:

Kingdom : plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub kelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales Famili : Marantaceae Genus : Maranta

Spesies : M. arundinacea Sumber : (Anonim, 2013)


(32)

15

Garut (Maranta arundinaceae L.) mengandung pati yang terdiri dari amilosa dan amilopektin dalam jumlah yang cukup besar, yaitu 23,5%. Kadar amilosa dan amilopektin yang cukup besar dengan karakteristiknya yang mirip dengan sodium alginat, memungkinkan untuk dilakukan penambahan pati garut ke dalam alginat. Sifat hidrofilik amilosa dan amilopektin analog dengan sodium alginat. Keduanya akan mengalami proses gelasi jika bereaksi dengan air. Reaksi yang terjadi pada pati garut hampir sama dengan reaksi gelasi pada alginat, tidak akan menyebabkan suatu penolakan reaksi pada alginat. Hal tersebut menjadi dasar bahwa pati garut dapat dicampur dengan alginat dalam proses gelasi (Srichuwong et al., 2005).

Tabel 2. Kandungan pati garut dalam 100gr tepung garut (Titin, 2009)

No Kandungan Jumlah (satuan)

1. Pati 23,5%

2. Kalori 335 kal

3. Protein 0,7 gr

4. Lemak 0,2 gr

5. Karbohidrat 82,2 gr

6. Kalsium 8 mg

7. Fosfor 22 mg

8. Besi 1,5 mg


(33)

16

Pati mengandung amilosa yang akan dipecah oleh enzim alfa amilase yang ada di dalam saliva, sehungga membuat viskositas pati yang telah tercampur air berkurang atau menjadi lebih encer (Ferry et al., 2006). Proses gelatinisasi pati dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: konsentrasi reaktan, pH, lama reaksi, suhu dan jenis pati (Damat dkk, 2008). Amilosa dalam pati garut bersifat hidrofilik yang akan cepat bereaksi dengan air dan amilopektin memiliki struktur yang bercabang.

Gambar 2. Rantai Kimia Amilosa (Anonim, 2013)


(34)

17

B. LANDASAN TEORI

Bahan cetak alginat merupakan polisakarida yang diekstraksi dari alga coklat. Bahan cetak alginat termasuk bahan cetak jenis hidrokoloid irreversibel yang mengandung banyak air yang digunakan untuk membuat replika yang akurat dari jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Penambahan pati garut dalam bahan cetak alginat diperkirakan berfungsi sebagai bahan pengisi. Pati garut mengandung karbohidrat berupa polisakarida yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Amilosa yang terkandung dalam pati garut mengandung gugus hidroksil sehingga bersifat hidrofilik. Sementara itu kandungan polisakarida yang lain yaitu amilopektin memiliki struktur yang bercabang sehingga pati akan mudah mengembang dan membentuk koloid dalam air. Sifat hidrofilik amilosa dan amilopektin memungkinkan terjadinya penghambatan pembentukan sol alginat karena air yang digunakan untuk membentuk sol oleh alginat bereaksi terlebih dahulu dengan pati garut. Penambahan pati garut mengakibatkan terjadinya persaingan dalam memperebutkan ion kalsium dari kalsium sulfat antara amilosa, amilopektin, sodium fosfat dan potassium alginat pada proses gelasi alginat.

Waktu gelasi suatu bahan cetak sangat penting agar dokter gigi atau operator tidak lagi mengalami kesulitan saat melakukan pencetakan serta dapat mengetahui waktu gelasi yang optimal. Proses pengadukan bahan cetak harus selalu diukur volume air dan bubuk sebelum dilakukan pengadukan. Perbandingan air dan bubuk yang tidak sesuai dapat berakibat mengubah konsistensi, setting time, kekuatan dan kualitas bahan cetak. Adonan yang encer akan menambah setting time bahan cetak, sedangkan bila adonan terlalu kental maka fleksibilitas menjadi


(35)

18

lebih rendah.

Rasio air terhadap bubuk bahan cetak alginat biasanya tercermin dalam w/p rasio, atau hasil yang diperoleh bila berat (atau volume) dari air dibagi dengan berat bubuk (phillips, 2004). Menurut Noort (2006), aspek w/p ratio dapat berpengaruh terhadap setting time.


(36)

19

C. KERANGKA KONSEP

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 4. Kerangka konsep Manipulasi Bahan Cetak

Pati Garut Alginat Air Pencampur

Alginat + Pati Garut Rasio Air Temperatur Air pH Air

Pengadukan

Pengukuran Setting time


(37)

20

D. HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: w/p rasio berpengaruh terhadap setting time bahan cetak alginat dengan penambahan pati garut.


(38)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori. B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2013.

C. Populasi dan Sampel 1. Jumlah Sampel

Jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut :


(39)

22

n = jumlah sampel

Z21-α∕2= nilai Z pada kesalahan tertentu , jika = 0,05 maka Z = 1,96 Σ = standar deviasi sampel = 2,87 (Son, 2006. Cit.Handayani,

2007)

D = kesalahan yang dapat ditoleransi = 2,8 (Son,2006. Cit.handayani, 2007)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel

a. Variabel Pengaruh

Variabel pengaruh pada penelitian ini adalah rasio air dan bubuk. b. Variabel Terpengaruh

Variabel terpengaruh pada penelitian ini adalah setting time cetakan alginate yang telah ditambahkan pati ubi garut 50%.

c. Variabel Terkendali

• Alginat tipe normal setting (aroma fine DF III)

• Perbandingan alginat dengan pati garut = 50% alginat : 50% pati garut

• pH air pencampur (pH air netral = 7)

• Suhu air pencampur 200C

• Working time selama (30 detik)

• Cetakan terbuat dari logam berbentuk cincin (ring mould)

• Suhu ruangan (230C)

• Suhu air pencampur d. Variabel tidak terkendali


(40)

23

• jumlah adukan dalam 30 detik

• kelembaban

2. Definisi Operasional Penelitian a. Alginat

Alginat adalah bahan cetak untuk mencetak jaringan keras dan lunak dalam rongga mulut yang terbuat dari algae coklat dan ditambah zat-zat tertentu. Bahan cetak alginat yang digunakan bermerk Aroma Fine DF III dengan setting time normal.

b. Pati Garut (Maranta Aurundinaceae L.)

Pati garut adalah umbi tanaman garut yang diolah untuk dijadikan bentuk pati bermerk Pohon Garut produksi muntilan, Jawa Tengah. Pati tersebut lalu diayak dengan fluorsifer dengan besar 250 mesh yang akan digunakan sebagai bahan campuran alginate.

c. Setting time

Setting time adalah waktu memadatnya bahan cetak alginat yang telah ditambahakan pati garut. Parameter setting sudah terjadi adalah tidak ada lagi bahan cetak yang menempel pada batang resin akrilik yang diguanakn untuk mengecek proses setting setiap 10 detik. d. water/powder

Water/powder adalah perbandingan antara air dan bubuk yang digunakan dalam memanipulasi bahan cetak

e. Suhu air pencampur


(41)

24

f. pH

pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen dan dengan demikian keasaman dan kebasaan relatif suatu larutan, pH 7 merupakan pH netral atau keadaan pH air standar.

E. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian

a. bahan cetak alginat (Aroma Fine DF III normal setting) b. pati ubi garut (Pohon Garut produksi Muntilan)

2. Alat Penelitian

a. metal ring ; cetakan dari logam berbentuk cincin berdiameter 3,2 cm dan tinggi 2,2 cm

b. batang akrilik (alat indicator setting time) ukuran diameter 6 mm dan panjang 100 mm

c. spatula d. rubbel bowl

e. gelas ukur dengan ketelitian 1 ml

f. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 gr g. stopwatch

h. pH meter digital hanna

i. mesh fluorsifer (ayakan) dengan besar partikel 250 mesh j. ermometer air


(42)

25

l. heater and freezer m. glass plate

n. kantong plastic kecil

F. Cara kerja

1. Pencampuran pati garut dengan alginat

Pembuatan subjek penelitian dimulai dengan menimbang serbuk alginat merk Aroma Fine DF III tipe normal setting yang berasal dari kemasan besar menjadi 25 sampel. Serbuk alginat ditimbang seberat 3,75 gram untuk satu sampel menggunakan timbangan analitik. Kemudian dilakukan hal serupa untuk bubuk pati garut merk Pohon Garut produksi Muntilan. Pati tersebut sebelumnya telah diayak menggunakan fluorsifer dengan besar partikel 250 mesh di laboratorium agrobioteknologi Fakultas Pertanian UMY. Campurkan kedua bahan tersebut dengan tetap memperhatikan konsentrasinya, sehingga diperoleh berat total bahan cetak alginat dengan campuran pati garut untuk satu sampel yang akan diteliti adalah 7,5 gram (alginate 50% + pati garut 50%). Campuran yang sudah ada kemudian dikemas dalam kantong plastik kecil dan ditutup rapat. Buat seperti campuran tersebut sebanyak 25 untuk kemudian dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok 20.5ml, 19.5ml, 18.5ml, 17.5ml, 16.5ml.

2. Pembuatan sampel


(43)

26

rubber bowl kemudian masukkan bahan cetak. Saat bahan cetak dimasukkan dalam rubbel bowl, stopwatch mulai dihidupkan lalu campuran tersebut diaduk menggunakan spatula dengan gerakan memutar dan konstan sambil ditekan pada dinding rubber bowl. Pengadukan dilakukan sampai rata dan homogeny hingga 30 detik. Perlakuan tersebut sama untuk tiap kelompok sampel.

Kelompok I

7,5gr bahan cetak alginat konsentrasi 50% ditambahkan dengan pati ubi garut 50% dicampur 20,5ml air

Kelompok II

7,5gr bahan cetak alginat konsentrasi 50% ditambahkan pati ubi garut 50% dicampur dengan 19,5ml air

Kelompok III

7,5gr bahan cetak alginat konsentrasi 50% ditambahkan pati ubi garut 50% dicampur dengan 18,5ml air

Kelompok IV

7,5gr bahan cetak alginat konsentrasi 50% ditambahkan pati ubi garut 50% dicampur dengan 17,5ml air

Kelompok V

7,5gr bahan cetak alginat konsentrasi 50% ditambahkan pati garut 50% dicampur dengan 16,5ml air

3. Pengukuran waktu setting


(44)

27

dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk cincin yang diletakkan diatas glass plate, kemudian diratakan permukaannya dengan spatula. Bahan cetak yang telah dituang pada cetakan, kemudian dilakukan pengukuran setting time menggunakan alat indikator setting time. Permukaan ujung alat indikator yaitu batang silindris polymetyl methacrylate disentuhkan pada permukaan adonan kemudian segera ditarik keluar, adonan yang menempel pada batang akrilik dilap dengan tissue. Ulang kembali setiap 10 detik hingga tidak ada bahan cetak yang menempel pada batang akrilik. Setting time dihitung dari awal pencampuran air dan bubuk alginat hingga adonan bahan cetak tidak melekat pada alat indikator. Stopwatch dicatat dalam satuan detik sebagai waktu setting dengan ketelitian 0,1 detik. Perlakuan yang sama diberikan untuk semua sampel pada tiap kelompok.

G. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data one way ANOVA untuk mengetahui pengaruh w/p. Selanjutnya dilakukan uji LSD0,05 (Least

Significant difference) untuk mengetahui perbedaan setting time antara kelompok manipulasi bahan cetak alginat yang dicampur pati garut.


(45)

28

H. Alur Penelitian

Gambar 5. Alur penelitian data Pengukuran setting time Ditimbang (3,75gr) untuk satu sampel

sebanyak 25

Dicampur

Ditimbang (3,75gr) untuk satu sampel sebanyak 25

Pati garut dalam kemasan besar

Dibagi dalam 5 kelompok masing-masing kelompok 5sampel

Analisis data Kel. 1

(16,5ml air perlakuakan pertama)

Dimanipulasidengan bahan cetak alginate yang dicampur pati garut Kel. 2

(17,5 ml perlakukan kedua)

Dikemas ulang dalam 25 kantong plastik kecil

Pengumpulan data setting time Kel. 3

(18,5ml perlakukan ketiga)

Kel. 2 (19,5 ml perlakukan

keempat) Bahan cetak alginate dalam cetakan

besar

Kel. 2 (20,5 ml perlakukan


(46)

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap setting time bahan cetak alginate dengan penambahan pati garut (Maranta Aurundinaceae L.). Penelitian dilakukan pada 5 kelompok dengan penambahan air yang berbeda. Rata-rata waktu setting time alginat penelitian dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Waktu Setting Alginat Tiap Kelompok

Gambar 6. Grafik Rerata Waktu Setting Alginat Tiap Kelompok

Sampel Penambahan air

20.5 ml 19.5 ml 18.5 ml 17.5 ml 16.5 ml

N 5 5 5 5 5

Rata-rata 2.720 2.520 2.300 2.400 2.420


(47)

31

Tabel 3 menunjukan nilai rerata setting time bahan cetak alginat pada tabel yang tertinggi adalah 2.720 menit pada kelompok penambahan air 20.5 ml. sedangkan nilai rata-rata yang terendah adalah 2.3 menit pada kelompok penambahan air 18.5 ml. Setelah mengetahui nilai rata rata dan standar deviasi, tahap selanjutnya dilakukan tes normalitas setiap datanya dengan melihat nilainya dari test of normality. Data dikatakan normal bila p>0,05. Hasil uji normalitas data penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Nilai Normalitas Setiap Kelompok Perlakuan

Data Waktu setting Shapiro-Wilk p Keterangan

20.5 ml 0,979 0,928 Normal

19.5 ml 0,881 0,314 Normal

18.5 ml 0,821 0,119 Normal

17.5 ml 0,821 0,119 Normal

16.5 ml 0,881 0,314 Normal

Tabel 4 menunjukan bahwa data tersebut di atas menunjukan bahwa nilai signifikansi dari semua kelompok lebih dari 0,05 atau p >0,05 yang berarti data berdistribusi normal. Selanjutnya, data di atas dilakukan uji homogenitas.


(48)

32

Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas

Data Waktu setting F hitung p Ket.

20.5 ml

1,461 0,251 Homogen

19.5 ml 18.5 ml 17.5 ml 16.5 ml

Tabel 5 menunjukan bahwa nilai p > 0,05 yang berarti data pada penelitian ini adalah homogen. Oleh karena itu, data dapat dianalisis dengan anova satu jalur seperti tampak pada Tabel 4.

Tabel 6. Ringkasan Analisis Anova Satu Jalur

Data Waktu setting Rerata F hitung p Ket.

20.5 ml 2.72

8,915 0,000 Signifikan

19.5 ml 2.52

18.5 ml 2.3

17.5 ml 2.4

16.5 ml 2.42


(49)

33

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai signifikansi p < 0,05. Oleh karena itu hipotesis penelitian ini diterima. Hal tersebut berarti rasio serbuk dan cairan berpengaruh terhadap setting time bahan cetak alginat dengan penambahan pati garut. Selanjutnya, data dianalisis dengan LSD 0,05 seperti pada Tabel 5.

Tabel 7. Perbedaan Mean Masing-Masing Penambahan Air Pada Uji LSD0,05

Penambahan air 20.5 ml 19.5 ml 18.5 ml 17.5 ml 16.5 ml

20.5 ml - 0.2000 0.4200 0.3200 0.3000

19.5 ml -0.2000 - 0.2200 - -

18.5 ml -0.4200 -0.2200 - - -

17.5 ml -0.3200 - - - -

16.5 ml -0.3200 - - - -

Tabel 7 di atas diperoleh hasil mean pada penambahan air dapat diketahui bahwa perbedaan mean antara penambaha air 20,5ml dan 19,5ml adalah 0,2000, 20,5ml dan 18,5ml adalah 0,4200, sedangkan perbedaan 20,5ml dan 17,5ml adalah 0,3200 dan terakhir 20,5ml dan 16,5ml adalah 0,3000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbedaan mean yang paling besar adalah pada penambahan air 18,5ml, jadi setting time yang paling cepat adalah pada penambahan air 18,5ml.


(50)

34

B. Pembahasan

Penelitian mengenai pengaruh rasio serbuk dan cairan terhadap setting time bahan cetak alginat dengan penambahan pati garut telah dilakukan. Rerata setting time alginat yang telah dicampur dengan ubi garut terlihat pada tabel 3 yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna pada rasio serbuk dan cairan terhadap setting time bahan cetak alginate dengan penambahan pati garut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Anusavice (2004) yang menyatakan bahwa mengganti rasio serbuk dan cairan dapat berpengaruh terhadap setting time bahan cetak alginat. Pernyataan ini juga didukung oleh Van Noort (2006) yang mengatakan aspek rasio serbuk dan cairan dapat berpengaruh terhadap setting time bahan cetak alginat. Penambahan air yang digunakan harus sesuai dengan bubuk yang akan dipakai sehingga didapatkan konsistensi gel yang ideal dengan setting time yang singkat. Melisa dkk. (2009) juga memperkuat dengan pernyataan adonan yang encer akan menambah setting time bahan cetak, sedangkan bila adonan lebih kental maka fleksibilitas menjadi lebih rendah.

Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas data berdistribusi normal. Hal tersebut terjadi karena hasil signifikansi atau nilai p>0,05. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan setting time pada setiap kelompoknya. Sesuai dengan yang ditunjukkan pada grafik yaitu setting time tercepat ada pada kelompok dengan penambahan air 18,5ml. Tabel 5 menunjukkan bahwa uji homogenitas data dengan nilai signifikansi 0,251 atau p>0,05. Hal tersebut terjadi karena pada


(51)

35

hasil penelitian terdapat perubahan setting time pada tiap kelompoknya dengan berubahnya rasio serbuk dan cairan.

Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis dengan menggunakan Oneway ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai 0,000 atau p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antar kelompok sampel, artinya dengan menurunkan rasio serbuk dan cairan akan menyebabkan perubahan setting time yang bermakna. Hal ini terjadi karena perbandingan air terhadap bubuk yang tidak sesuai dapat berakibat mengubah konsistensi, setting time, kekuatan dan kualitas bahan cetak. Adonan yang encer akan menambah setting time bahan cetak, sedangkan bila adonan lebih kental maka fleksibilitas menjadi lebih rendah. (Melisa, dkk 2009).

Adonan alginat yang encer merupakan hasil reaksi air dan serbuk alginat yang direaksikan dengan air akan membentuk massa palstis yang halus dan menjadi gel yang irreversible dalam beberapa menit setelah pencampuran (Craig dkk, 2000). Reaksi dimulai dengan terlarutnya alginat, garam kalsium dan fosfat pada pencampuran serbuk dengan air hingga terbentuk sol (Combe, 1992). Reaksi sol terbentuk karena kalsium sulfat yang bereaksi dengan kalium alginat akan dihalangi oleh natrium fosfat yang berfungsi sebagai retarder atau untuk memperpanjang waktu kerja (Anusavice, 2003). Ion kalsium dari kalsium sulfat bereaksi dengan ion fosfat dari natrium fosfat menjadi kalsium fosfat yang tidak larut (Craig dan Powers, 2002). Reaksinya berlangsung sebagai berikut:


(52)

36

2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3(PO4)2 + 3Na2SO4

Ion kalsium mulai bereaksi setelah semua natrium fosfat habis bereaksi. Reaksi antara ion kalsium dengan kalium alginate menghasilkan kalsium alginat. Reaksinya berlangsung sebagai berikut:

KAlginat + CaSO4 K2SO4 + Ca Alginat

Reaksi ini merubah sol menjadi gel, kalsium alginat mengendap dan membentuk fibril (Craig dkk, 2000). Sol natrium alginat yang tidak bereaksi, kelebihan air dari partikel pengisi yang tertinggal akan terbungkus dalam suatu selubung kalsium alginat yang tidak larut. Hal ini dapat menyebabkan reaksi tidak berlanjut sampai sempurna (Anusavice, 2004).

Pati garut yang ditambahkan pada alginat yang digunakan sebagai bahan cetak pada penelitian ini dimungkinkan akan memperpanjang setting time bahan cetak karena ion kalsium yang bereaksi dengan alginat terlebih dahulu akan bereaksi dengan pati. Pernyataan ini juga didukung oleh Damat et al (2008) pada penelitiannya yang menyatakan bahwa amilosa yang terkandung dalam pati memiliki gugus hidroksil sehingga bersifat hidrofilik atau akan cepat bereaksi dengan air.

Tabel 7 menunjukkan hasil uji LSD0,05 untuk mengetahui lebih lanjut

perbedaan antar masing-masing kelompok sampel. Hasil uji LSD0,05 menunjukkan


(53)

37

(p<0,05). Setting time pada penambahan air 18,5ml lebih cepat dibandingkan 16,5ml, 17,5ml, 19,5ml atau 20,5ml. Penambahan air 17,5ml lebih cepat dibandingkan 16,5ml sedangkan penambahan air 19,5ml lebih lambat dibandingkan 18,5ml. Hanya penambahan air pada 18,5ml didapatkan hasil yang signifikan. Ini dapat diartikan penambahan air 18,5ml adalah penambahan air yang ideal untuk bahan cetak alginat bila dibandingkan 4 kelompok penambahan air yang lain.


(54)

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang bermakna pada rasio serbuk dan cairan terhadap setting time bahan cetak alginate dengan penambahan pati garut.

2. Setting time bahan cetak dengan penambahan pati garut akan semakin cepat jika rasio air terhadap bubuk semakin menurun.

B. Saran

Saran yang relevan sesuai dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perlu dilakukan penelitian tentang rasio serbuk dan cairan terhadap setting

time bahan cetak alginat dengan penambahan pati lainnya.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang rasio serbuk dan cairan terhadap akurasi bahan cetak alginat dengan penambahan pati garut.

3. Perlu dilakukan penelitian dengan control.

4. Perlu penelitian untuk mengetahui stabilitas dimensi dengan penambahaan pati.


(55)

39

DAFTAR PUSTAKA

A.L-Ferry, Hort, J., Mitchell, JR., Cook, DJ., Lagarrigue, S., Valles-Pamies, B. (2006). Viscosity and Flavour Perception: Why Is Starch Different From Hydrocolloids?. Food Hydrocolloids 20, p. 855–862.

Anita, LY., Agustiono, P. 2011. Pengaruh Penambahan Pati Garut (Maranta Arundinaceae L.) Pada Alginat Terhadap Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan. Jurnal Mutiara Medika

Anusavice, KJ. 2004. Phillips : Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi edisi ke-10. Alih bahasa: Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: EGC.

Anusavice, KJ. 2007. Phillip’s : Science of Dental Material (11th ed). Page. USA : Saunders.

Anwar, E., Yusmarlina, D., Rahmat, H., Kosasih. 2006. Fosforilasi Pregelatinasi Pati Garut (Maranta arundinaceae L.) sebagai Matriks Tablet Lepas Terkendali Teofilin. Majalah Farmasi Indonesia, 17 (1), Hal. 37 – 44. Bayindir F., Yanikoglu N., Duymus Z.,(2002), Thermal and ph changes, and

Dimensional Stability in Irreversible Impression material during Setting, Scientific Publication of Dis Hekimligli Fakultesi., Ataturk University, Erzurum, Turkey.

Combe, E.C. 1992. Notes on Dental Material (6th ed). New York : Churchill Livingstone

Craig, RG., Powers, JM., Wataha, JC. 2004. Dental materials Properties and manipulation (8th ed). China : Mosby.

Craig, RG., Powers, JM.,

Damat, Haryadi, Marsono, Y., Cahyanto, MN. (2008). Efek pH dan Konsentrasi Anhidra Butirat Selama Butirisasi Pati Garut. Agritech, Vol. 28 No. 2 Dewanti, R. 2010. Kinetika Reaksi Pembuatan Asam Oksalat dari Sabut Siwalan

dengan Oksidator H2O2. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik, Vol. 1 No. 1.

Hal : 29-37.

Febriani, Mirna. 2003. Pengaruh Penambahan Pati Ubi Kayu Pada Bahan Cetak Alginat Terhadap Stabilitas Dimensi. Universitas Prof.DR.Moestopo


(56)

40

Gladwin, M., Bagby, M. 2004. Clinical Aspect of Dental Materials (2nd ed). New York : Mosby

Gladwin, M., Bagby, M. 2009. Clinical Aspect of Dental Materials (3rd ed). China: Lippincott Williams & Wilkins.

Handayani, NT. (2007). Pengaruh Penambahan Pati Ubi Kayu (Manihotutillisma) pada Bahan Cetak Alginat terhadap Stabilitas Dimensi Cetakan Alginat. Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Harty, FJ., Ogston, R. Kamus kedokteran gigi. 1993. Alih bahasa: drg. Sumawinata

N. Jakarta: EGC

Lemeshow, S., et al. 1990. Adequacy of Sample Size in Health Studies. Diterjemahkan oleh Dibyo Pramono dengan judul Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. 1997. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada University Press

McCabe, JF., Walls, AWG. 2008. Applied Dental Materials (9th ed). Singapore: Blackwel; pages 158 – 160

Noerdin, A., Irawan, B., Febriani, M. 2003. Pemanfaatan Pati Ubikayu (Manihot Utilisima) sebagai Campuran Bahan Cetak Gigi Alginat. Makara, Kesehatan, 7 (2).

Powers. JM., Sakaguchi, RL. 2006. Restorative dental materials (12th ed). USA: Mosbi

Srichuwong, S., Sunarti, TC., Mishima, T., Isonoa, N., Hisamatsu, M. 2005. Starches from Different Botanical Sources II: Contribution of Starch Structure to Swelling and Pasting Properties. Carbohydrate Polymers 62, page 25– 34

Titin, Hadiatmi, P. 2009. Garut Alternatif Pangan yang Potensial. Warta apenelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 31 No. 5.

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr315098.pdf diakses pada

tanggal 3 Mei 2013


(57)

41

Van Noort. 2007. Introduction to dental material (3rded). USA : Mosby Informasi tentang pati garut, diakses tanggal 15 april 2013 dari :


(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pendugaan Umur Simpan dan Analisis Keamanan Cookies Berbasis Pati Garut (Maranta arundinaceae L) dengan Penambahan Torbangun (Coleus amboinicus Lour)

2 14 215

Perubahan karakteristik kristalin pati Garut (Maranta arundinaceae L.) dalam pengembangan pati resisten tipe III

6 35 351

Karakteristik Sifat Fisikokimia Pati Garut (Maranta arundinaceae)

0 4 1

PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Marantha arundineceae L)

0 5 9

PENGARUH UJI RASIO W/P TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (MARANTA ARUNDINANCEAE L.)

1 2 10

PENGARUH UJI RASIO W/P TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (MARANTA ARUNDINANCEAE L.)

0 4 10

PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG GARUT (Maranta arundinaceae L) DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP TOTAL MIKROBA PADA ROTI Pengaruh Subtitusi Tepung Garut (Maranta arundinaceae L) dan Lama Penyimpanan terhadap Total Mikroba pada Roti Tawar.

0 3 15

UJI KUALITAS YOGHURT DENGAN PENAMBAHAN BAHAN LOKAL PATI UMBI GARUT (Maranta Uji Kualitas Yoghurt Dengan Penambahan Bahan Lokal Pati Umbi Garut (Maranta ARUNDINACEAE) Pada Konsentrasi Starter Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda.

0 4 16

PENDAHULUAN Uji Kualitas Yoghurt Dengan Penambahan Bahan Lokal Pati Umbi Garut (Maranta ARUNDINACEAE) Pada Konsentrasi Starter Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda.

0 2 7

UJI KUALITAS YOGHURT DENGAN PENAMBAHAN BAHAN LOKAL PATI UMBI GARUT (Maranta arundinaceae) PADA KONSENTRASI STARTER DAN Uji Kualitas Yoghurt Dengan Penambahan Bahan Lokal Pati Umbi Garut (Maranta ARUNDINACEAE) Pada Konsentrasi Starter Dan Lama Fermentasi

0 4 16