Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS
EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah saat ini telah menetapkan sektor pariwisata sebagai sektor yang perlu dikembangkan dan dibina untuk dijadikan sektor unggulan. Hal ini didasari
oleh keanekaragaman hayati dan budaya yang dimiliki Indonesia mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke berbagai destinasi wisata Indonesia. Seperti yang
diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo saat rapat kabinet terbatas bidang pariwisata di Istana Bogor, yang dikutip oleh Adhi dalam Kompas 19022015,
bahwa : sektor pariwisata mampu menjadi sektor unggulan yang memacu
pertumbuhan ekonomi. Data Kementrian Pariwisata menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia sepanjang 2014 tercatat 9.435.411
orang, atau naik 7,19 persen dibandingkan dengan jumlah wisatawan mancanegara yang datang sepanjang tahun 2013.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah wisatawan
mancanegara yang mengunjungi Indonesia mengalami kenaikan. Naiknya jumlah kunjungan wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata Indonesia akan memacu
pertumbuhan ekonomi dan membantu meningkatkan devisa negara. Selain dapat membantu meningkatkan devisa negara, sektor pariwisata
dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembukaan lapangan kerja. Masyarakat dapat menjadi bagian
dari pengelola wisata dan dapat pula menjadi penyedia akomodasi yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di lokasi wisata.
Kegiatan pariwisata dapat menurunkan kualitas lingkungan apabila dalam pelaksanaan kegiatannya tidak memperhatikan lingkungan, karena kegiatan
pariwisata cenderung berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan dan melibatkan masyarakat. Kunjungan wisatawan yang memiliki tingkah laku dan kebiasaan
yang beragam dapat mempengaruhi pola pikir dan kehidupan masyarakat setempat. Untuk mengantisipasi beberapa hal tersebut, maka kegiatan pariwisata
Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS
EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
harus lebih memperhatikan aspek alam, lingkungan serta budaya masyarakat. Sebagaimana yang tercantum dalam Kode Etik Pariwisata Dunia bahwa :
Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan kegiatan kepariwisataan itu harus dilaksanakan dengan memperhatikan keindahan, nilai arkeologi dan
warisan budaya, yang seharusnya dilindungi dan diteruskan kepada generasi mendatang; perhatian khusus hendaknya diberikan untuk
melestarikan dan meningkatkan nilai bangunan, candi dan museum ataupun daerah arkeologi serta tempat bersejarah yang seharusnya terbuka luas
kepada masyarakat untuk mengembangkan sumberdaya budaya ataupun bangunan yang dimiliki secara pribadi dengan memperhatikan hal
kepemilikan yang ada padanya, termasuk bangunan tempat ibadah tanpa mengorbankan kebiasaan untuk melakukan peribadatan.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa pembangunan ataupun
pengembangan kepariwisataan harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Kegiatan pariwisata harus memperhatikan daya tampung dari lingkungan wisata
agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya. Unsur pembaharuan atau modifikasi terhadap lingkungan dan budaya harus tetap berada dalam batas wajar. Unsur
tersebut harus tetap memperhatikan keutuhan budaya. Segala bentuk budaya yang dimiliki masyarakat harus tetap utuh dan
dipegang teguh oleh masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan hasil Deklarasi Bali pada 14 Juli 2000 dalam Nugroho 2011, hlm. 4 yang menyatakan bahwa
“budaya, lingkungan dan peninggalan sejarah adalah nyawa atau roh dari kegiatan pariwisata Indonesia. Tanpa adanya budaya maka pariwisata akan terasa hambar
dan kering, dan tidak akan memiliki daya tarik untuk dikunjungi”. Dalam mempertahankan budaya, lingkungan dan peninggalan sejarah yang
merupakan daya tarik wisata Indonesia, maka dalam pengembangan sektor pariwisata yang terdapat di Indonesia harus selalu memperhatikan aspek
kelestarian lingkungan dan budaya yang ada. Oleh sebab itu, saat ini banyak dikembangkan sebuah wisata berwawasan lingkungan dan memperhatikan budaya
masyarakat ekowisata. Ekowisata merupakan sebuah perjalanan wisata yang memperhatikan
kelestarian lingkungan dan budaya masyarakat lokal. Sebagaimana yang
Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS
EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
diungkapkan oleh World Conservation Union dalam Nugroho 2011, hlm. 15, bahwa :
Ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya,
mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak negatif dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi
penduduk lokal. Ekowisata dapat dijadikan sebuah solusi dalam pengembangan wisata alam
dan budaya. Melalui ekowisata, masyarakat dan wisatawan akan belajar mempertahankan kelestarian alam dan budaya setempat
Salah satu daerah yang memiliki keanekaragaman hayati, keanekaragaman budaya dan peninggalan sejarah adalah Kabupaten Ciamis. Morfologi Kabupaten
Ciamis yang cukup bervariasi berpotensi untuk dijadikan destinasi wisata. Jenis wisata yang dimiliki Kabupaten Ciamis diantaranya adalah wisata alam, wisata
budaya dan wisata ziarah. Wisata alam yang dimiliki Kabupaten Ciamis antara lain berupa hutan lindung, air terjun, danau, dan pantai. Wisata budaya berkaitan
erat dengan peninggalan sejarah dan arkeologis Kerajaan Galuh yang berada di Kabupaten Ciamis. Berikut merupakan daftar pariwisata yang terdapat di
Kabupaten Ciamis, dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1
Daftar Pariwisata Kabupaten Ciamis
No Objek Wisata
Lokasi Jenis Wisata
Potensi Wisata
1. Situ Lengkong
Panjalu Kecamatan Panjalu
Wisata Ziarah Hutan lindung, danau,
makam ziarah 2.
Astana Gede Kecamatan Kawali
Wisata Ziarah Hutan lindung, temuan
arkeologi, makam ziarah 3.
Cagar Budaya Karangkamulyan
Kecamatan Cijeungjing Wisata Budaya Peninggalan arkeologi,
hutan lindung 4.
Kampung Kuta Kecamatan Rancah
Wisata Budaya Dusun adat, hutan lindung
5. Curug Tujuh
Kecamatan Panjalu Wisata Alam
Hutan lindung, air terjun 6.
Karang Nini Kecamatan Kalipucang
Wisata Alam Hutan jati dan pantai
7. Cagar Alam
Pananjung Kecamatan Pangandaran Wisata Alam
Hutan wisata, goa buatan dan goa alami
8. Pangandaran
Kecamatan Pangandaran Wisata Alam Pantai
9. Pantai Karapyak
Kecamatan Kalipucang Wisata Alam
Pantai 10. Batu Hiu
Kecamatan Parigi Wisata Alam
Pantai 11. Green
Kecamatan Cijulang Wisata Alam
Aliran sungai melewati
Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS
EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
CanyonCukang Taneuh
gua stalaktit 12. Batu Karas
Kecamatan Cijulang Wisata Alam
Pantai
Sumber : Profil Pariwisata dan Budaya Kabupaten Ciamis 2014, diolah Berdasarkan Tabel 1.1, jenis wisata yang terdapat di Kabupaten Ciamis
didominasi oleh wisata alam khususnya wisata pantai yang terletak di selatan Kabupaten Ciamis. Wisata pantai yang terdapat di Kabupaten Ciamis mampu
menarik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk
mengunjungi destinasi wisata tersebut. Sehingga dari kunjungan wisatawan tersebut dapat membantu peningkatan pendapatan asli daerah PAD Kabupaten
Ciamis dan dijadikan sebagai wisata unggulan kabupaten. Akan tetapi berdasarkan Undang-undang No.21 tahun 2012, Kabupaten
Pangandaran secara resmi dimekarkan menjadi sebuah kabupaten yang terpisah dari Kabupaten Ciamis. Setelah sebelumnya pada tanggal 21 Februari 2003
Kabupaten Ciamis memekarkan Kota Banjar yang diatur dalam Undang-undang No.27 tahun 2002.
Pemekaran wilayah Kabupaten Ciamis berdampak terhadap luasan kawasan kabupaten yang memiliki beragam potensi, baik potensi alam maupun potensi
budaya. Pemekaran Kecamatan Pangandaran menjadi kabupaten berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah PAD Kabupaten Ciamis. Selain kehilangan
sektor perikanan laut, Kabupaten Ciamis juga kehilangan sektor pariwisata unggulan. Jika pada awalnya pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor
pariwisata sebesar 3,5 Milyar – 4 Milyar, kini menurun menjadi sebesar 1,5
Milyar. Sehingga saat ini Kabupaten Ciamis harus mencari objek wisata lain yang akan menambah pendapatan asli daerah PAD Kabupaten Ciamis. Hasil
wawancara dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, salah satu
destinasi wisata yang dapat di proyeksikan menjadi objek wisata unggulan Kabupaten Ciamis adalah Situ Lengkong Panjalu yang terletak di Kecamatan
Panjalu. Beberapa alasan yang melatarbelakangi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memproyeksikan Situ Lengkong Panjalu menjadi wisata unggulan
Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS
EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
karena Situ Lengkong Panjalu memiliki wisatawan tetap, dan fasilitas yang tersedia sudah lebih memadai dibandingkan dengan fasilitas yang terdapat pada
objek wisata lainnya. Situ Lengkong Panjalu lebih dikenal sebagai wisata religiwisata ziarah
karena terdapat makam Hariang Kencana atau Sayyid Ali Bin Muhammad Bin Umar yang merupakan putra dari Hariang Borosngora, Raja di Kerajaan Panjalu.
Oleh sebab itu, terdapat wisatawan yang akan selalu rutin menungunjungi destinasi wisata ini untuk melakukan ziarah.
Puncak kunjungan wisatawan biasanya jatuh pada bulan Maulud. Karena pada bulan tersebut terdapat sebuah upacara adat kirab pusaka yang diberi nama
upacara adat “Nyangku”. Upacara adat tersebut ditujukan untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Raja-raja Panjalu. Disamping itu, upacara adat
“Nyangku” merupakan syukuran masyarakat Panjalu dalam memperingati pertama kalinya Prabu Borosngora melakukan syi’ar Islam di tanah Panjalu
Profil Pariwisata dan Budaya Kabupaten Ciamis, hlm.27. Selain dikenal sebagai wisata ziarah dan wisata budaya, daya tarik wisata
Situ Lengkong juga terletak pada keragaman ekosistemnya. Terdapat cagar alam dan danau yang memiliki berbagai tumbuhan dan hewan yang perlu dijaga
kelestariannya. Karena keberadaan tumbuhan dan hewan tersebut merupakan bagian dari sistem penyangga kawasan Situ Lengkong.
Ridha 2008, hlm. 2 menyebutkan bahwa “ Situ Lengkong juga memiliki fungsi secara ekologis yakni berperan sebagai kawasan penyangga tata air,
kawasan perlindungan flora dan fauna serta untuk melestarikan keutuhan cagar alam Panjalu”.
Dilihat dari fungsi dan perannya secara ekologis, maka kawasan Situ Lengkong harus dikonservasi agar tidak mengalami penurunan kualitas ekosistem
yang dapat menganggu kelangsungan hidup ekosistem yang ada didalamnya. Sedangkan kondisi Situ Lengkong saat ini sudah mengalami penurunan kualitas
ekosistem seperti berkurangnya populasi kelelawar dan pendangkalan situ.
Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS
EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Dadi, selaku pengamat lingkungan Kabupaten Ciamis yang dikutip dari Supendi dalam Harapan Rakyat 03092014, menyebutkan bahwa :
kondisi ekosistem atau hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan di kawasan tersebut sangat memprihatinkan. Saat ini
jumlah kelelawar hanya sekitar 1.200 ekor. Padahal pada saat dilakukan penelitian tahun 1996, kelelawar yang berada di Situ Lengkong Panjalu
berjumlah 13.000 ekor. Menurut Dadi, dari sisi lingkungan, salah satu daya tarik Situ Lengkong Panjalu adalah ekosistemnya, sehingga untuk
pengembangan kedepannya dapat dikembangkan dari segi ekosistemnya selain dari segi wisata budaya atau wisata religinya. Pengembangan wisata
yang dikembangkan dari segi ekosistemnya dapat dilakukan dengan membentuk suatu ekowisata.
Salah satu penyebab berkurangnya jumlah kelelawar dikarenakan oleh
adanya perburuan kelelawar secara liar oleh masyarakat setempat. Kelelawar yang diburu kemudian dijual dan dimanfaatkan untuk pengobatan. Hasil wawancara
dengan masyarakat sekitar Situ Lengkong, 2015 Berkurangnya jumlah kelelawar yang berada di Situ Lengkong Panjalu
dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ekosistem lain. Karena kelelawar memiliki peranan yang cukup berpengaruh terhadap makhluk hidup lainnya.
Secara biologis, manfaat dari kotoran kelelawar dapat menjadi pupuk bagi pohon- pohon yang berada di Nusa Gede. Selain itu, keberadaan kelelawar juga dapat
membantu pendistribusian biji-bijian dan buah-buahan dari lokasi lain ke cagar alam Nusa Gede yang terdapat di Situ Lengkong Panjalu. Sedangkan masalah
pendangkalan situ disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah pemukiman penduduk, pembuangan sampah rumah tangga ke dalam situ dan kurangnya
pemeliharaan lingkungan disekitar situ. Apabila dilihat dari beberapa masalah yang terdapat di Situ Lengkong
Panjalu, maka diperlukan sebuah studi kelayakan untuk pengembangan kawasan Situ Lengkong sebagai wisata unggulan yang lebih berwawasan lingkungan.
Geografi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena yang terjadi di dalam ruang bumi turut serta dalam pengkajian kegiatan pariwisata. Karena pada
umumnya pariwisata merupakan suatu kegiatan yang memanfaatkan lingkungan.
Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS
EKOWISATA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Apabila terdapat suatu permasalahan dalam pariwisata yang berkaitan dengan lingkungan, maka geografi dapat mengambil langkah analisis melalui
pendekatan ekologi. Dimana pendekatan ekologi merupakan sebuah pendekatan yang didalamnya terdapat analisis keterkaitan antara pengaruh dan peranan suatu
organisme dalam suatu ekosistem. Pendekatan ekologi tidak hanya mengaitkan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alam, tetapi dikaitkan juga
dengan fenomena alam serta aktivitas yang dilakukan manusia, dan dikaitkan dengan perilaku manusia serta kesadaran manusia terhadap lingkungan. Tema
analisis yang digunakan adalah tema analisis interaksi antara kenampakan fisik budayawi dengan lingkungannya. Melalui tema analisis ini, kenampakan fisik
budayawi menjadi fokus kajian. Kegiatan manusia seperti kegiatan pariwisata yang selalu mengalami perubahan dan memaksa perubahan pada lingkungan
menjadi fokus kajian dalam tema analisis ini. Oleh karena itu judul peneli
tian ini adalah “Analisis Geografis Kelayakan Situ
Lengkong Panjalu sebagai Objek Wisata Berbasis Ekowisata”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian