Perilaku Komunikasi “Cabe-cabean” dalam Lingkungan Pergaulannya (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi “Cabe-cabean” di Lingkungan Balapan Liar di Kota Bandung)

(1)

Berinteraksi dengan Lingkungannya di Kota Bandung) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Disusun Oleh:

Ananda Safitri Wibowo

NIM: 41810078

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

LINGKUNGAN PERGAULANNYA

(STUI}I DESKRIPTIF MENGENAI PERILAKU

KOMUTIIKASI'6CABE-CABEAN'' I}ALAM BERINTERAKSI I}ENGAN LINGKUNGAN

PERGAIILANNYA DI KOTA BAIIr]UNG)

Ananda Safitri Wibowo 41810078

Telah disetujui untuk diajukan menempuh Sidang Ujian Sarjana Disahkan

Bandung, Agustus 2014

NIP. 4127 35 30 007

Mengetahui,


(3)

(4)

145

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ananda Safitri Wibowo

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 18 Maret 1993 Nomor Induk Mahasiswa : 41810078

Program Studi : Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Umur : 21 Tahun

Tinggi, berat badan : 157 cm, 51 kg Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Taman Cibaduyut Indah Blok B No. 136 Bandung

Nama Ayah : Bambang Suprabowo

Pekerjaan : Peg. Swasta

Nama Ibu : Eneng Hendrayati


(5)

146 Telepon / HP : 085722790830

Email : safitrianandaa@yahoo.co.id

Pendidikan Formal

Tahun Pendidikan Keterangan

1999 – 2004 SDN Bojongloa 3 Bandung Berijazah 2004 – 2007 SMPN 11 Bandung Berijazah 2007 – 2010 SMAN 1 Soreang, Bandung Berijazah 2010 - sekarang Universitas Komputer Indonesia

(UNIKOM)

Sedang Proses

Pelatihan Seminar

Tahun Seminar Keterangan

2010 Table Manner @Amaroossa Hotel Bersertifikat 2010 Seminar Fotografi Tekhnik dan Bahasa

Foto @Unikom

Bersertifikat

2010 Seminar One Day Workshop MC & Radio Announcer @Unikom

Bersertifikat

2011 Seminar Islam dan Moralitas Pembangunan @Unikom

Bersertifikat

2012 Seminar Workshop Sinematografi Communication @Unikom

Bersertifikat


(6)

147

2012 Seminar Event Management @Unikom Bersertifikat 2012 Seminar “Public Speaking” @Unikom Bersertifikat 2013 Seminar Comuniartion @Bober

Tropicana

Bersertifikat

2014 Workshop Membuat Website Online @Lab Hardware Unikom

Bersertifikat

2014 EPT @English Department Unikom Bersertifikat

Pengalaman Berorganisasi

Tahun Pendidikan

2005 – 2007 Anggota Organisasi Ekstrakulikuler Bahasa Jepang di SMPN 11 Bandung

2008– 2010 Anggota Organisasi Pecinta Alam (HIPARACA) di SMAN 1 Soreang

Pengalaman Bekerja

Tahun Pendidikan

2012 ADM di PD. Intan Jaya


(7)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 10

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11


(8)

x

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi... 16

2.1.2.1 Definisi Ilmu Komunikasi ... 17

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi ... 18

2.1.2.3 Komponen-Komponen Komunikasi ... 19

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi ... 20

2.1.2.5 Sifat Komunikasi ... 21

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal ... 22

2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 22

2.1.3.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 23

2.1.3.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 23

2.1.3.4 Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal ... 24

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal... 30

2.1.4.1 Definisi Komunikasi Verbal ... 30

2.1.4.2 Macam-Macam Bahasa Verbal ... 31

2.1.4.3 Tatabahasa Verbal ... 31

2.1.4.4 Fungsi Bahasa ... 32

2.1.4.5 Keterbatasan Bahasa ... 33

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal ... 35

2.1.5.1 Definisi Komunikasi Non Verbal ... 35


(9)

xi

2.1.5.6 Jenis Komunikasi Non Verbal... 41

2.1.6 Tinjauan Tentang Motif ... 42

2.1.4 Tinjauan Tentang Perilaku ... 43

2.1.4.1 Pengertian Perilaku ... 43

2.1.4.2 Bentuk Perilaku ... 44

2.1.5 Tinjauan Tentang Perilaku Komunikasi ... 44

2.1.5.1 Pengertian Perilaku Komunikasi ... 44

2.1.6 Tinjauan Mengenai “Cabe-cabean” ... 45

2.1.7 Tinjauan Mengenai Remaja ... 47

2.1.8 Tinjauan Mengenai Interaksi... 49

2.1.8.1 Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Interaksi .... 52

2.2 Kerangka Pemikiran ... 54

2.2.1 Kerangka PemikiranTeoritis ... 54

2.2.2 Model Alur Kerangka Pemikiran ... 58

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN ... 62

3.1 ObjekPenelitian ... 62

3.1.1 Sejarah “Cabe-cabean” ... 62

3.1.2 Ciri-ciri Remaja “Cabe-cabean” ... 64


(10)

xii

3.3.1 Studi Lapangan ... 70

3.3.2 Studi Kepustakaan ... 73

3.3.3 Teknik Penentuan Informan ... 74

3.3.3.1 Subjek ... 74

3.3.3.2 Informan ... 75

3.3.4 Teknik Analisa Data ... 76

3.3.5 Uji Keabsahan Data ... 78

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 81

3.4.1 Lokasi Penelitian ... 81

3.4.2 Waktu Penelitian ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

4.1 Deskripsi Informan Penelitian ... 84

4.2 Hasil Wawancara ... 89

4.2.1 Komunikasi Verbal yang Digunakan Oleh “Cabe-cabean” Didalam Lingkungan Pergaulannya ... 93

4.2.2 Komunikasi Non Verbal yang Digunakan Oleh “Cabe-cabean” Didalam Lingkungan Pergaulannya ... 97

4.2.3 Motif yang melatari Perilaku “Cabe-cabean” Didalam Lingkungan Pergaulannya ... 103


(11)

xiii

5.1 Kesimpulan ... 118

5.2 Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123

LAMPIRAN ... 125 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(12)

xiv

Tabel 3.1 Data Informan ... 76

Tabel 3.3 Waktu Kegiatan Penelitian ... 82

Tabel 4.1 Pofil Singkat Informan ... 85

Tabel 4.2 Pedoman Observasi ... 90


(13)

xv


(14)

xvi

Lampiran 1 Surat Persetujuan Pembimbing ... 123

Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan ... 124

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Seminar Usulan Penelitian ... 125

Lampiran 4 Pengajuan Pendaftaran Seminar Usulan Penelitian ... 126

Lampiran 5 Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 127

Lampiran 6 Pedoman Observasi Informan Penelitian ... 128

Lampiran 7 Pedoman Wawancara Informan Penelitian ... 130

Lampiran 8 Identitas Informan Penelitian ... 133

Lampiran 9 Transkip Wawancara ... 139

Lampiran 10 Surat Rekomendasi Pembiming Untuk Mengikuti Sidang Sarjana ... 162

Lampiran 11 Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana... 163


(15)

123

Bajari, Atwar. 2012. Anak Jalanan, Dinamika Sosial dan Perilaku Anak Menyimpang. Bandung; Humaniora

Cangra, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta; Rajawali Press

Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia (Edisi 5). Kharisma Publishing. Effendy, OnongUchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung; PT Remaja

Rosdakarya

Hardjana, Agus M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta : Kanisius.

Joseph A. Devito. 1997. Komunikasi antarmanusia :kuliah dasar. Jakarta: Professional Books

Karim. Ian, Meulen. Stanley. 2014. ‘Cabe-cabean’ The Untold Stories. Jakarta : Loveable

Kuswarno, Engkus. 2009. Metodelogi Penelitian Komunikasi. Bandung : Widya Padjadjaran.

L. Tubbs, Stewart-Moss, Sylvia. 2005. Humman Communication. Bandung; PT. Remaja Rosdakarya

Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Communication (Edisi 5). Belmont California : Wadsworth.

Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mukhtar, 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi (GP Press Group)


(16)

124

Sugiyono, 2010; Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung; Alfabeta

b. Karya Ilmiah

Mutiara, Ria D; Perilaku Komunikasi sales Promotion Girl Provider XL Axiata (Studi Kasus Mengenai PErilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata Dalam Memeberikan Pelayanan Terhadap Konsumen di Dukomsel Kota Bandung)

Skripsi : Unikom Bandung

Saputri, Annisa; Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian Sanguinis di Kota Bandung (Studi Deskriptif Tentang Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian dalam Interaksi Nonformal Sehari-hari)

Skripsi : Unikom Bandung

c. Penelusuran Online

http://metro.news.viva.co.id/news/read/480197-cakrawala-antv--cabe-cabean-sang-bidadari-jalanan Senin, 24/03/2014 19:00

http://ririputriramadani.blogspot.com/lebih-dari-500-kata-untuk-fenomena.html 28/02/2014 20:02

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-nikenriest-5947-2-babii.pdf Pengertian Perilaku 13/3/2014 21:26

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-nikenriest-5947-2-babii.pdf Bentuk Perilaku 15/3/2014 21:40

http://hanifrahm.wordpress.com/category/teori-komunikasi/ Pengertian Perilaku komunikasi 13/3/2014 00:00

http://health.liputan6.com/read/778777/fenomena-cabe-cabean-yang-sedang-ramai-disorot16/3/2014 20:42


(17)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb.

Puji dan Syukur peneliti haturkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena berkat Rahmat-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan penelitian untuk memenuhi syarat sidang sarjana strata 1 yang berjudul “Perilaku Komunikasi “Cabe-cabean” Didalam Lingkungan Pergaulannya (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi “Cabe -cabean” dalam Berinteraksi di Lingkungan Balapan Liar di Kota Bandung) ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Karena selama penulisan banyak sekali kendala yang tak terduga serta hambatan yang peneliti hadapi. Adapun penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir yang merupakan syarat sidang sarjana pada program studi ilmu komunikasi konsentrasi Humas. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran membangun untuk hasil yang lebih baik di masa datang.

Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Bambang Suprabowo dan Ibunda tercinta Eneng Hendrayati, yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dorongan serta dukungan sepenuhnya kepada penulis baik moril maupun materil. Sehingga penelitian ini dapat diselesaikan, dan peneliti persembahkan untuk kedua orang tua yang tidak henti-hentinya mendoakan peneliti.


(18)

vi

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa penyusunan penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Melalui kesempatan ini juga, dengan segenap kerendahan hati, peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof.Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di lapangan. 2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi sekaligus sebagai Dosen Wali IK-2 2010 dan Pembimbing skripsi, yang telah membimbing, memotivasi dan mempermudah seluruh proses pembuatan skripsi ini.

3. Ibu Melly Maulin P, S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan arahan sebelum dan sesudah peneliti melaksanakan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Khususnya Konsentrasi Ilmu Humas, yang telah membantu peneliti dalam setiap perkuliahan sehingga dapat diterapkan dalam skripsi ini.

5. Ibu Ratna W., A.Md., selaku Sekertaris Dekan FISIP dan Ibu Astri Ikawati.A.,Md selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi


(19)

vii

yang telah membantu peneliti dalam pengurusan surat-surat usulan penelitian.

6. Untuk adik-adikku tercinta Dheana Dwi Angia Putri Wibowo, M. Zidane Saviola Wibowo, dan M. Zilhane Ramadhan Wibowo dan Kakak Sepupuku tersayang, Annisa Febianti yang selalu mendukung, menghibur, serta mendoakan peneliti.

7. Untuk Sahabat seperjuanganku Dewi Sartika, Niluh Ayu Anggaswari, Bagus Sukma Julianto, Dita Ayu Ananda, Yudha Adi Purnama, Nuri Rizky Lestari, dan Agree Anugrah Ramadhan terimakasih atas dukungan dan motivasinya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

8. Untuk Sahabat-sahabat ku tercinta Lira Octaviany, Ira Mutiara, Intan Devianty, Triani, Meisha Rachmawati, Noviana Nur Utami, Meilantika, Yeni Yuliani, dan Sovi Triana yang telah memberikan kasih sayang dukungan dan semangat kepada peneliti.

9. Untuk yang terkasih Bagus Martantio terima kasih atas kasih sayang, doa, dukungan dan kesabarannya yang selalu mendampingi peneliti selama proses pembuatan penelitian ini.

10.Rekan kelas IK 2 2010 dan IK HUMAS 3 2012 terimakasih atas motivasi dan segala bantuannya.

11.Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan usulan penelitian yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.


(20)

viii

Tiada kata yang bisa terungkap, peneliti hanya bisa mendoakan semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan seluruh kebaikan semua pihak yang telah diberikan kepada peneliti, mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Amien. Kritik dan Saran sangat peneliti harapkan untuk penyempurnaan usulan penelitian ini. Akhir kata semoga penulisan ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Juli 2014 Peneliti

Ananda Safitri Wibowo NIM. 41810078


(21)

1 1.1Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, manusia sudahdisebut dengan makhluk sosial, di dalam kehidupannya manusia tidak dapat hidup dalam kesendirian. salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain yang tentunya dengan cara berkomunikasi.

Selain berkomunikasi dalam menjalani kehidupannya setiap individu tidak akan lepas dari perilaku, seperti yang dikatakan oleh Jalaludin Rakhmat(2001:35)

“Perilaku atau tingkah laku adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatannya. Lebih jauh dikatakan bahwa perilaku itu terjadi karena adanya penyebab tingkah laku (stimulus), motivasi tingkah laku, dan tujuan tingkah laku. Terdapat tiga komponen yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu komponen afektif, komponen kognitif dan komponen konatif. Komponen afektif merupakan aspek emosional. Komponen kognitif merupakan aspek intelektual, yang berkatian dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.” Selain itu menurut Jalaludin Rakhmat (2008:32), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia di antaranya: Faktor personal meliputi : faktor biologis, sosiopsikologis, sikap, emosi, kepercayaan, kebiasaan, kemauan.


(22)

Faktor situasional meliputi: faktor ekologis, rancangan dan arsitektur, temporal, suasana perilaku, teknologi, faktor sosial, lingkungan psikososial, stimuli yang mendorong dan mempengaruhi perilaku.

Fenomena adalah rangkaian peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat diamati dan dinilai lewat kaca mata ilmiah atau lewat disiplin ilmu tertentu.Fenomena juga bisa disebut hal yang luar biasa dalam kehidupan di duniadan dapat terjadi dengan tidak terduga dan tampak mustahil dalam pandangan manusia. Fenomena yang biasa di ketahui adalah fenomena alam dan fenomena sosial. Fenomena sosial dapat diartikan sebagai gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan sosialnya. Salah satu fenomena sosial yang terdapat dalam kehidupan kita sehari-hari adalah adanya masalah-masalah sosial yang timbul baik dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat.

Pergantian tahun 2013 menuju 2014 remaja Indonesia kedatangan istilah baru. Setelah istilah “alay” dan “lebay” telah mulai surut kini istilah “cabe-cabean” yang mulai ramai diperbincangkan tidak hanya di kalangan ABG atau remaja tetapi juga di kalangan seluruh masyarakat. Istilah cabe-cabean ini sangat cepat dikenal oleh masyarakat luas karena dianggap mencerminkan perilaku sejumlah remaja zaman sekarang.

Alay atau "anak layangan" atau "anak lebay" adalah sebuah istilah yang menggambarkan suatu fenomena perilaku remaja di Indonesia yang menggambarkan anak-anak ABG atau remaja yang terlihat dengan dandanan yang berlebihan dan mencolok. Selain itu alay merujuk pada gaya yang dianggap


(23)

berlebihan dan selalu berusaha memaksa untuk menarik perhatian orang lain. Sedangkan “cabe-cabean” semula digambarkan untuk anak-anak ABG yang tergabung dalam kelompok balapan liar dan pemenang balapan bisa mengencani si gadis “cabe-cabean”, kini arti “cabe-cabean” sekarang sudah semakin meluas mencakup perilaku remaja perempuan yang masih duduk di bangku SMP ataupun SMA bisa saja dijadikan "mainan".

Banyak faktor yang menyebabkan fenomena “cabe-cabean” ini muncul. Setidaknya ada tiga faktor utama yang memiliki andil khusus yang menyebabkan perilaku remaja ini ada. Faktor yang pertama yaitu faktor media,faktor yang kedua adalah faktor keluarga, sedangkan faktor yang ketiga adalah faktor lingkungan. Lingkungan terdekat dari remaja adalah sekolah dan teman-teman bergaulnya sehari-hari dimana seorang anak lebih sering melakukan komunikasi dengan teman sepermainannya.

Fenomena “cabe-cabean” yang berkembang saat ini sudah banyak menyita perhatian masyarakat luas terutama masyarakat kota Bandung. Karena selain Jakarta, kota Bandung menjadi kota yang termasuk cepat atau “uptodate”dalam menanggapi maupun menerima hal-hal yang baru termasuk istilah dan fenomena “cabe-cabean” ini terutama bagi kalangan remaja. Remaja yang umumnya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) yang berusia 13-19 tahun. Pada usia-usia tersebut setiap manusia sedang mengalami masa-masa mencari jati diri yang jika tidak diarahkan maka hidupnya bisa-bisa terjerumus kedalam hal yang tidak baik.


(24)

Berikut adalah salah satu berita mengenai “cabe-cabean” yang peneliti dapatkan dari salah satu media online :

“Cewek Cabe-cabean Sering Jadi Bahan Taruhan Balap

Jakarta - Seorang ABG yang meminta dipanggil dengan inisial A bercerita, khusus di kawasan Jakarta Timur kerap berlangsung balapan liar di jalanan Kebon Nanas atau di Banjir Kanal Timur (BKT). Jalanan itu memang terkenal dengan trek lurus.

Nah, A yang suka menonton balapan liar ini juga sering melihat ada cewek cabe-cabean yang jadi bahan taruhan. Sang pemenang bias berkencandengan ABG tersebut.

"Biasanya suka jadi bahan taruhan kalau ada pembalap yang menangg itu," kata A saat berbincang dengan detik.com di sebuah minimarket cafe di Pondok Bambu, Jaktim, Rabu (13/13/2013).

ABG yang duduk seorang diri mengenakan kaos ketat dan memakai celana jeans mini. Sambil meneguk minuman segar, dia cerita fenomena 'cabe-cabean' memang benar adanya.

"Terima nggak terima, satusisi itu emang bener ada kok," terangnya. "Iya, itu mereka cewek-cewek gimana gitu, kalau dulu biasa dipanggil alay atau jablay sekarang disebut cabe-cabean," sambungnya.

KPAI dan Komnas Perlindungan Anak sudah mencium adanya fenomena cabe-cabean ini. Mereka pun meminta pejabat berwenang dan para orang tua mulai berbenah. Bila didiamkan, fenomena ini bisa berbahaya.

"Ituperilaku, suatu bentuk kefrustasian remaja perempuan. Saran saya kembali kefungsi keluarga, itu pembiaran keluarga," ujar ketua Komnas PA.M Ihsan dari KPA mengimbau agar pemberlakuan jam belajar bagi pelajar segera dilakukan untuk mencegah meluasnya fenomena ini.”1

Dari salah satu berita diatas kita dapat mengetahui bahwa fenomena “cabe -cabean” ini benar adanya. “Cabe-cabean” yang kini sedang menjamur dikalangan remaja tentunya menyita perhatian. Remaja yang seharusnya masih focus duduk dan belajar di bangku sekolah, kini tidak lagi seperti itu. Mereka memiliki kegiatanya itu menjadi gadis “cabe-cabean”.

1

http://metro.news.viva.co.id/news/read/480197-cakrawala-antv--cabe-cabean-sang-bidadari-jalananSenin, 24/03/2014 19:00


(25)

Sebuah perilaku tentunya memiliki potensi untuk komunikasi. Perilaku komunikasi merupakan suatu tindakan atau respon seseorang dalam lingkungan dan situasi komunikasinya. Perilaku komunikasi ini dapat diamati melalui kebiasaan komunikasi seseorang, sehingga perilaku komunikasi seseorang akan pula menjadikan kebiasaan pelakunya. Seperti halnya remaja “cabe-cabean” mereka tentunya memiliki perilaku komunikasi tersendiri dengan lingkungan pergaulannya yang tentunya menjadi identitas dari remaja “cabe-cabean” tersebut. Selain dengan lingkungan pergaulannya tentunya perilaku komunikasi remaja “cabe-cabean”pun secara tidak langsung bisa dilihat oleh lingkungan masyarakat sekitarnya.

Seperti yang lainnya gadis remaja “cabe-cabean” pun memiliki cara tersendiri dalam berperilaku. Bagaimana cara mereka berinteraksi dengan lingkungan didalam pergaulannya, maupun dengan lingkungan masyarakat sekitar, cara berpakaian, cara berpenampilan serta aktivitas lain yang meliputi seluruh tata cara dan perilaku mereka yang berbeda dengan anak-anak remaja yang lain dan bagaimana ketika mereka berada diarena balapan. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menjadi menarik ketika kita mulai menyimak bagaimana perilaku komunikasi remaja “cabe-cabean” serta bagaimana proses komunikasi yang terjadi diantara mereka didalam lingkungan pergaulannya.

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama. Berdasarkan Buku Ilmu Komunikasi Teori & Praktik terdapat beberapa definisi komunikasi. Dengan


(26)

demikian komunikasi menurut Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid (1981:18) menyatakan :

“Bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam”

Dan menurut Berelson dan Steiner (1964), komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui pengggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lainnya. Perilaku komunikasi seorang remaja “cabe-cabaean” dapat dilihat ketika mereka berkomunikasi dengan lingkungan pergaulannya. Perilaku komunikasi pada dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku remaja “cabe-cabean” pada umumnya dilatari oleh motif dengan keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu.

Komunikasi merupakan bagian yang penting bagi kehidupan manusia karena kita sebagai manusia melakukan interaksi dengan manusia lain melalui komunikasi. Kita dapat melihat hal tersebut dari keseharian bagaimana orang berkomunikasi pada setiap harinya untuk bertukar informasi atau bahkan mencari informasi dan belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik. Seperti melalui bahasa verbal dan non verbal. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan (Devito, 2011:51).


(27)

Dalam komunikasi verbal bahasa mempunyai peranan. Seorang remaja “cabe-cabean” menggunakan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan dengan teman-teman sepergaulannya.

Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal ternyata jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. (Hardjana, 2003 : 26)

Menurut Larry A Samovar, Richard E Porter dan Edwin R McDaniel dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Lintas Budaya, mengungkapkan komunikasi non verbal yaitu sebagai berikut ini :

“Komunikasi non verbal meliputi semua stimulus non verbal dalam sebuah situasi komunikasi yang dihasilkan, baik oleh sumbernya maupun penggunanya dalam lingkungan dan yang memiliki nilai pesan yang potensial untuk menjadi sumber atau penerima” (Samovar, Porter, McDaniel, 2010:294).

Definisi ini juga mencakup perilaku yang disengaja dan yang tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan, kita mengirim komunikasi non verbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bisa bermakna bagi orang lain.

Secara garis besarnya menurut Larry A. Samovar, Richard E. Porter, Edwin R McDaniel dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Lintas Budaya, membagi pesan non verbal kedalam dua kategori sebagai berikut :

1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, dan parabahasa.


(28)

2. Ruang, waktu, dan diam. (Samovar, Porter, McDaniel, 2010:299)

Sedangkan dalam komunikasi nonverbal dapat dilihat dari ekspresi wajah, sentuhan, maupun gerakan-gerakan yang mereka gunakan didalam lingkungan pergaulan “cabe-cabean” tersebut.

Perilaku komunikasi seorang “cabe-cabean” juga dilatari oleh motif. Motif merupakan konfigurasi makna yang menjadi landasan untuk bertindak, oleh karena itu motif menjadi penting dalam setiap tindakan informan. Pentingnya motif untuk meninjau diri informan terdapat dalam pernyataan Schutz (dalam Kuswarno 2009). Menurut Schutz terdapat dua macam motif yaitu : in order to motive dan because motive.

Merujuk pada Kuswarno (2009:192), motif adalah dorongan untuk menetapkan suatu pilihan perilaku yang secara konsisten dijalani oleh seseorang sedangkan alasan adalah keputusan yang pertama kali keluar pada diri seseorang ketika dirinya mengambil suatu tindakan tertentu.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu dorongan dan kekuatan, yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun yang tidak disadari unuk mencapai tujuan tertentu. Motif merupakan salah satu aspek psikis yang paling berpengaruh dalam tingkah laku individu.

Kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan penggunaan simbol-simbol yang dimaknai. Yang dimana, dalam kehidupan sosial ini manusia merepresentasikan apa yang mereka maksud melalui penggunaan simbol-simbol untuk melakukan suatu komunikasi dengan sesama individu dalam


(29)

suatu kelompok maupun individu yang lain. Pada dasarnya, interaksi simbolik merupakan pertukaran simbol yang telah dimaknai oleh manusia berdasarkan atas keputusan bersama dalam suatu ruang lingkup. Mulyana (2010:68) menjelaskan bahwa esensi dari interaksi simbolik adalah suatu aktifitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Mead menjelaskan bahwa interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (mind) mengenai diri (self) nya sendiri, dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan akhirnya untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (society) dimana individu tersebut menetap.

Berdasarkan hal tersebut disini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku komunikasi remaja “cabe-cabean” didalamlingkungan pergaulannya dengan meneliti bagaimana komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang melatari.

Melihat adanya remaja “cabe-cabean” ini adalah suatu fenomena dari kenakalan remaja yang sedang terjadi, peneliti tertarik dan ingin mengetahui lebih dalam mengenai Perilaku Komunikasi “Cabe-cabean” Didalam Lingkungan Pergaulannya.


(30)

1.2Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti mengenai perilaku komunikasi "Cabe-cabean" DidalamLingkungan Pergaulannya adalah sebagai berikut :

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

Bagaimana perilaku komunikasi Cabe-cabean” dalam Lingkungan Pergaulannya?

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Berikut adalah rumusan masalah mikro yang telah dirumuskan oleh peneliti secara lebih spesifik :

1. Bagaimana komunikasi verbal yang digunakan oleh “Cabe-cabean” dalam Lingkungan Pergaulannya?

2. Bagaimana komunikasi non verbal yang digunakan oleh “Cabe -cabean” dalam Lingkungan Pergaulannya?

3. Apa motif yang melatari Perilaku “Cabe-cabean” dalam Lingkungan Pergaulannya?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti mengenai perilaku komunikasi "Cabe-cabean" dalam Lingkungan Pergaulannya adalah sebagai berikut :


(31)

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mendeskripsikan serta tentang perilaku komunikasi remaja “cabe-cabean” Didalam Lingkungan Pergaulannya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti merumuskan tujuan penelitian mengenai perilaku komunikasi “Cabe-cabean” Didalam lingkungan pergaulannyasebagai berikut :

1. Untuk mengetahui komunikasi verbalyang digunakan oleh “Cabe -cabean” di dalam lingkungan pergaulannya.

2. Untuk mengetahui komunikasi non verbal yang digunakan oleh “Cabe-cabean” di dalam lingkungan pergaulannya.

3. Untuk mengetahui motif yang melatari perilaku “Cabe-cabean” di dalam lingkungan pergaulannya.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian dari perilaku komunikasi “Cabe-cabean” Didalam Lingkungannya Di Kota Bandung yang telah peneliti rumuskan adalah sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi khususnya ilmu komunikasi yang berkaitan dengan perilaku komunikasi


(32)

terutama mengenai perilaku komunikasi “Cabe-cabean” Didalam Lingkungan Pergaulannya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memiliki kegunaan untuk segala pihak. Berikut adalah kegunaan praktis yang telah peneliti rumuskan :

A. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam konteks ilmu komunikasi dan pembelajaran mengenai perilaku komunikasi “Cabe-cabean” Didalam Lingkungannya.

B. Bagi Universitas

Hasil peneitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa UNIKOM khususnya bagi program studi ilmu komunikasi sebagai literature bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan kajian yang sama.

C. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai perilaku komunikasi “cabe-cabean” dalam berinteraksi dengan lingkungan pergaulannya.


(33)

13 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini, peneliti melihat tinjauan penelitian sebelumnya mengenai fokus yang sama yaitu tentang perilaku komunikasi. Peneliti dapat melihat dan mencarinya melalui penelusuran data online (internet searching), dan membaca keterangannya di abstrak. Berikut judul penelitian sebelumnya.

1. Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata di Dukomsel Kota Bandung.

Penelitian ini dilakukan oleh Ria Dwi Mutiara dengan NIM 41809084 Universitas Komputer Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perilaku Komunikasi Girl Provider XL Axiata dalam Memberikan Pelayanan terhadap Konsumen di Dukomsel Kota Bandung. Penelitian ini membahas tentang perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang melatari perilaku komunikasi tersebut.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Proses pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Selain itu, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi partisipasi, dokumentasi, dan pencarian data di internet. Teknik analisa data yang digunakan adalah


(34)

model siklus Miles dan Huberman untuk membahas mengenai permasalahan penelitian.Hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi verbal berupa penggunaan bahasa

Indonesia dan bahasa Sunda pada waktu tertentu, dan salam “Selamat

datang di XL Axiata”. Sedangkan komunikasi non verbal berupa bahasa tubuh terdapat gerakan tangan dan kepala, ekspresi wajah dan kontak mata. Dan dilihat dari penampilan fisik busana berlogo XL Axiata serta karakter fisik. Dan yang terakhir adanya motif alasan menjadi SPG dan motif tujuan menjadi SPG dalam membentuk perilaku komunikasi tersebut.Simpulan perilaku komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata dalam memberikan pelayanan terhadap konsumen berupa penggunaan bahasa Indonesia serta sesekali berbahasa Sunda, penggunaan salam sambutan berupa “Selamat datang

di XL Axiata”, penggunaan gerakan tangan dan kepala, ekspresi

wajah dan kontak mata yang ditunjukan, penggunaan seragam berlogo XL Axiata, beberapa karakter fisik yang dimilikinya. Dan yang terakhir adalah adanya motif masa lalu yang berasal dari pengalaman dan ajakan teman serta motif masa depan untuk mendapatkan uang dan bentuk tanggungjawab terhadap perusahaan.Saran sebaiknya Sales Promotion Girl Provider XL Axiata membiasakan mengucap salam, mempertahankan bahasa yang bersahabat dan meningkatkan penggunaan bahasa tubuh dalam memberikan pelayanan terhadap kosumen.


(35)

2. Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian Sanguinis di Kota Bandung (Studi Deskriptif tentang Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian Sanguinis dalam Interaksi Nonformal Sehari-hari)

Penelitian ini dilakukan oleh Annisa Saputri dengan NIM. 41809136 Universitas Komputer Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku komunikasi mahasiswa tipe kepribadian sanguinis dalam interaksi nonformal sehari-hari. Untuk menganalisa tujuan penelitian diatas, maka diangkat beberapa subfokus penelitian, yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal dari fokus penelitian perilaku komunikasi.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa tipe kepribadian sanguinis. Informan dan informan pendukung masing-masing sebanyak 3 orang yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, studi pustaka, dokumentasi, observasi, dan internet searching. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi. Uji keabsahan data untuk penelitian ini yaitu triangulasi, diskusi teman sejawat, dan membercheck.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, komunikasi verbal yang dilakukan mahasiswa sanguinis lebih banyak berbicara dan menggunakan berbagai bahasa untuk berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh mahasiswa sanguinis


(36)

dalam interaksinya dengan memberikan bentuk perhatian kepada orang yang sedang berkomunikasi dengan mereka,seperti kontak mata, ekspresi wajah, sentuhan, pelukan dan dalam penggunaan ruang (jarak) tidak ada yang memisahkan antara komunikan dan komunikator. Perilaku komunikasi pada mahasiswa sanguinis hampir setiap harinya mereka menampilkan keceriaannya di hadapan orang lain.Kesimpulan penelitian adalah perilaku komunikasi pada mahasiswa sanguinis bahwa mereka selalu tampil ceria dihadapan orang lain. Dalam berinteraksi nonformal sehari menggunakan bahasa verbal yang eksentrik sehingga dapat menarik perhatian orang lain. Bahasa nonverbal yang ditunjukkan. Saran penelitian, sebaiknya mahasiswa sanguinis lebih bersimpati dan empati kepada lingkungan sekitar agar terhindar dari kesalah pahaman terhadap orang lain.

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi selalu kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari manusia. Dari sejak lahir bahkan hingga kita meninggal dunia kita selalu berkomunikasi.

Dalam buku Jurnal Komunikasi dan Informasi menjelaskan tentang komunikasi, yaitu :

“Komunikasi berasal dari bahasa latin “communicare” yang berarti

“berbicara”, bermusyawarah, berpidato, bercakap-cakap dan

berkonsultasi satu sama lain. Kata itu juga dekat dengan


(37)

juga persahabatan dan keadilan dalam pergaulan dan kehidupan antar

manusia.” (Mulyana, 2005:2)

Dengan komunikasi kita diartikan segala cara untuk menarik perhatian. Kita berkomunikasi dengan ekspresi, wajah, sikap, dengan sentuhan, gambar-gambar, tanda-tanda visual, dengan musik dan tarian, dengan lambang-lambang ilmiah serta paling penting dan menentukan peradaban manusia yaitu dengan kata-kata (bahasa).

2.1.2.1 Definisi Ilmu Komunikasi

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama. Berdasarkan Buku Ilmu Komunikasi Teori & Praktik terdapat beberapa definisi komunikasi. Dengan demikian komunikasi menurut Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid (1981:18) menyatakan :

“Bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama

lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam”

Dan menurut Berelson dan Steiner (1964), komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui pengggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lainnya.

Definisi-definisi sebagaimana dikemukakan diatas, tentu belum mewakili semua definisi yang telah dibuat oleh para ahli. Namun paling tidak kita telah memperoleh gambaran tentang apa yang dimaksud komunikasi, walaupun masing-masing definisi memiliki pengertian yang luas dan beragam


(38)

satu sama lainnya. Dari definisi diatas juga ditekankan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan tersebut mempunyai tujuan yakni mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya yang menjadi sasaran komunikasi. 2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

Membangun atau mennciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial.

A. Perubahan sikap (attitude change)

Seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita.

B. Perubahan pendapat (opinion change)

Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman, ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami apa yang dimaksud komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan.

C. Perubahan perilaku (behavior change)

Komunikasi bertujuan untuk mengubah perlaku maupun tindakan seseorang.


(39)

D. Perubahan sosial (social change)

Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang semakin baik. Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal.

2.1.2.3. Komponen-Komponen Komunikasi A. Communicator (Komunikator)

Yaitu komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. Komunikator akan menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan, ini berarti ia memformulasikan pikiran dan perasaannya kedalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya dikala ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negatif.

B. Message (Pesan)

Yaitu pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara verbal yakni dengan menggunakan bahasa dan secara non verbal yakni dengan menggunakan alat, isyarat, gambar atau warna untuk mendapatkan umpan balik (feedback) dari komunikan.


(40)

C. Channel (Media)

Yaitu saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain

sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran

dan perasaan komunikator kepada komunikan.

D. Communicant, Communicate, Receiver, Recipient (Komunikan) Yaitu orang yang menerima pesan dari komunikator. Komunikan akan memberikan umpan balik (feedback) terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang diutarakan oleh komunikator. Oleh karena itu, umpan balik bisa bersifat positif atau negatif.

E. Effect, Impact, Influence (Efek)

Yaitu tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator. Tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator terhadap isi pesan, yang dapat menimbulkan reaksi dari kedua belah pihak.

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi

Dalam kehidupan nyata mungkin ada yang menyampaikan pesan/ide, ada yang menerima atau mendengarkan pesan, ada pesan itu sendiri, ada media dan tentu ada respon berupa tanggapan terhadap pesan. Secara ideal,


(41)

tujuan komunikasi bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan.

Fungsi komunikasi :

A. Membangun konsep diri (Estabilishing Self-Concept) B. Eksistensi Diri (Self Existence)

C. Kelangsungan Hidup (Live Concinuity)

D. Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness)

E. Terhindar dari tekanan dan ketegangan (Free from pressure and stress).

2.1.2.5 Sifat Komunikasi

Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Komunikasi verbal (verbal communicaton)

a. komunikasi lisan b. komunikasi tulisan

2. Komunikasi nonverbal (nonverbal communication) a. kial (gestural)

b. gambar (pictorial) 3. Tatap muka (face to face)

4. Bermedia (mediated) (Mulyana, 2000: 237)

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal 2.1.3.1Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal (antar pribadi) didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book, yang mengungkapkan, bahwa:

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (The process of sending and receiving messagesbetween two persons, or among a small group of


(42)

persons, with some effectand some immediate feedback).” (Devito, 1997: 60).

Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua, seperti terapis dengan anak autis dalam mengarahkan Metoda Lovaas yang diberikan, atau antara terapis dengan orang tua anak dalam menerangkan. Metoda tersebut dari mulai kegunaannya, kemudahannya, dan lainnya. Proses komunikasi antarpribadi memungkinkan komunkasi yang berlangsung secara dialogis. Dimana terdapat interaksi antara komunikator dan komunikan yang samasama aktif. Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mendefinisikan komunikasi antarpribadi, yaitu Komunikasi antara orangorang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal (Mulyana, 2005: 73).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa ciri khas komunikasi antarpribadi yang membedakannya dengan komunikasi massa dan komunikasi kelompok. Menurut Barnlund yang kemudian dikutip oleh Liliweri menyatakan beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi antarpribadi selalu:

1. Terjadi secara spontan

2. Tidak mempunyai stuktur yang teratur atau diatur 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu 5. Dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaan yang

kadang -kadang kurang jelas

6. Bisa terjadi sambil lalu. (Liliweri, 1997: 13).

Komunikator senantiasa menunjukkan ada hubungan antara dua pihak yang melakukan komunikasi secara bersama-sama, artinya seluruh proses


(43)

komunikasi yang disertai dengan tindakan persuasi senantiasa diarahkan untuk mengubah cara berpikir, pandangan, wawasan, perasaan, sikap dan tindakan komunikan.

2.1.3.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Adapun tujuan komunikasi interpersonal menurut Joseph A Devito yang mengungkapkan, sebagai berikut:

1. Penemuan diri sendiri (Personal Discovery)

2. Mengenal dunia di luar dirinya (Discovery of the External World) 3. Mengadakan hubungan yang berarti (Establishing Meaningful

Relationships)

4. Perubahan sikap dan tingkah laku (Changing Attitudes and Behaviors)

5. Untuk membantu (Devito, 1997: 165). 2.1.3.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Evert M Rogers mengemukakan pendapatnya mengenai ciri-ciri komunikasi interpersonal yang kemudian dikutip oleh Lilliweri, yaitu:

1. Komunikasi interpersonal, spontan

2. Komunikasi interpersonal tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu 3. Komunikasi interpersonal terjadi secara kebetulan pada peserta

yang tidakmempunyai identitas yang jelas

4. Komunikasi interpersonal mempunyai akibat yang disengaja maupun yangtidak disengaja

5. Komunikasi interpersonal seringkali berlangsung berbalas-balasan 6. Komunikasi interpersonal enghendaki paling sedikit melibatkan

dua orangdengan suasana yang bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan

7. Komunikasi interpersonal tidak dikatakan tidak sukses jika tidakmembuahkan hasil

8. Komunikasi interpersonal menggunakan lambang-lambang yang bermakna.(Lilliweri, 1997: 14)

Melalui ciri-ciri komunikasi interpersonal dapat diketahui pula adanya faktor-faktor yang turut berperan pada waktu kegiatan komunikasi


(44)

berlangsung. Faktor-faktor tersebut berupa kejelasan pesan yang disampaikan, daya tarik komunikator dan keakraban komunikator dalam menghadapi komunikan.

2.1.3.4 Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal

A. Komunikasi Antar Persona, Perilaku Verbal dan Nonverbal Yang dimaksud dengan proksemik atau bahasa jarak/ruang/waktu yaitu tanda-tanda nonverbal yang mewakili pesan tentang bagaimana komunikator dan komunikan menempatkan jarak fisik atau memelihara ruang gerak dalam komunikasi antar personal. Menurut Cassagrande, lambang-lambang nonverbal bisa berbentuk kinesik atau pesan nonverbal melalui gerakan tubuh atau anggota tubuh tertentu. Terakhir gerakan tubuh yang disebut adaptor, yang menunjukan gerakan-gerakan dari orang yang sudah anda kenal. Selain pesan nonverbal melalui proksemik dan kinesik maka ada pula pesan nonverbal melalui paralinguistik yang berfungsi menunjukan suatu suasana kebathinan melalui suara dan waktu anda melukiskan peristiwa kejahatan, tangisan pedagang asongan, dan lain-lain.

B. Komunikasi Antar Persona, Perilaku Spontan, Scripted, dan Contrived

a) Bentuk Perilaku Spontan

Bentuk pertama adalah perilaku yang bersifat spontan. Dalamkomunikasi antarpribadi perilaku ini dilakukan secara tiba-tiba, sertamerta untuk menjawab suatu rangsangan dari luar.


(45)

Perilaku spontanbiasa dilakukan tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Contoh orang bataklangsung meneriaki kawannya Horas. Atau orang Ambon bertemudengan seorang kawan lama, Si Tutuarima menyapanya kawannyadengan kata-kata yang maki yang berkonotasi porno dan malah jorok.

b) Bentuk Perilaku Scripted

Bentuk perilaku berikut adalah perilaku yang bersifat scripted. Kadang-kadang kita kurang menyadari bahwa sebagian reaksi emosi manusia terhadap pesan tertentu dilakukan melalui proses belajar sehingga perilaku itu menjadi rutin, kita menyebutnya perilaku karena kebiasaan. Bagaimana perilaku scripted yang verbal? Seorang pengarang cerita kriminal terkenal Agatha Cristie dapat memilih kata dan menyusun kalimat yang tepat untuk melukiskan suasana terjadinya kejahatan. Dia mampu membuat bulu roma anda berdiri. KemahiranAgatha Cristie yang biasa merajut cerita kriminal itu didorong oleh pengetahuan dia yang cukup tentang jenis-jenis perilaku scripted.Ituah perilaku scripted yang verbal.

c) Bentuk Perilaku Contrived

Bentuk terakhir perilaku manusia dalam komunikasi antarpribadi yaituperilaku contrived. Perilaku contrived merupakan perilaku yangsebagian besar dilakukan atas pertimbangan kognitif. Jadi perilaku itutimbul karena manusia


(46)

yakin dan percaya atas apa yang dia lakukantersebut benar-benar masuk akal. Semua perilaku, ucapan kata-kataverbal dan gerakan-gerakan dan keyakinan si pelaku. Kesimpulannyayaitu, suatu perilaku spontan ditimbulkan karena menusia dikuasaioleh emosi yang bebas, bebas dari campur tangan kognisi. Manusiamemilih perilaku verbal-nonverbal karena ia mendapat tekanan emosisehingga kadang-kadang perilaku tersebut dirasa tidak masuk akal.Perilaku scripted yang verbal dan nonverbal merupakan hasil suatuproses belajar terus-menerus, sedangkan perilaku contrived timbulkarena manusia melakukan sesuatu berdasarkan keputusan yangrasional.

C. Komunikasi Antar Persona, Proses Dinamis

Ciri ketiga komuikasi antarpribadi adalah komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses yang berkembang. Konsep tersebut menunjukan bahwa komunikasi antarpribadi tidak statis melainkan dinamis, demikian kata Miller dan Steinberg. Mereka menerangkan bahwa apabila ada dua orang yang baru pertama kali bertemu, maka kedua orang itu hanya mempunyai gambaran yang umum atau informasi dasar tentang diri mereka masing-masing.


(47)

D. Komunikasi Antar Persona Umpan Balik, Interaksi, dan Koherensi

a) Hasil Umpan Balik

Komunkasi antarpribadi dikatakan sukses apabila komunikator dankomunikan berpartisipasi melalui pengiriman pesan verbal maupunnonverbal. Setiap tindakan komunikasi termasuk komunikasi antarpribadi selalu ditandai umpan balik. Jika kita berbicara dengan oranglain, kita mengharapkan agar jawaban orang itu menggambarkanbahwa ia bisa mengetahui pikiran, perasaan dan bisa melaksanakanapa yang kita maksudkan. Kalau harapan-harapan itu terpenuhi, makakomuikasi antarpribadi telah berhasil karena umpan balik yangditampilkan orang itu telah membuat kita saling mengerti. Umpanbalik antarpribadi selalu mengacu pada respon verbal maupunnonverbal.

b) Hasil Interaksi

Hasil komunikasi yang diukur melalui umpan balik saja tidak cukup. Komunikasi antarpribadi juga melibatkan beberapa tingkat interaksi antarpribadi. Umpan balik tidak mungkin ada jika tidak ada interaksi atau kegiatan dan tindakan yang menyertainya. Keberadaan interaksi menunjukan bahwa komunikasi antarpribadi menghasilkan suatu umpan balik pada tingkat keterpengaruhan tertentu. Interaksi dalam komunikasi antarpribadi biasa mempertimbangkan apakah tujuan komunikasi yang dilakukan


(48)

hanya mengharapkan perubahan pikiran dan pendapat atau minat dan perasaan, atau hanya mengharapkan perubahan pada tindakan tertentu.

c) Hasil Koherensi

Satu umpan balik berupa pesan verbal maupun nonverbal lebih bermakna kalau terjadi koherensi. Yang dimaksud koherensi yaitu terciptanya benang merah atau jalinan antara pesan-pesan verbal maupun nonverbal yang telah dinyatakan, sedang dinyatakan dan akan dinyatakan oleh orang lain. Apabila anda dapat memahami alur dan urutan cara berpikir, perasaan maupun tindakan komunikasi orang lain maka anda mulai memperoleh hasil komunikasi antarpribadi yang bersifat koherensi. Hasil koherensi itu demikian penting bagi anda untuk memahami dan mencegah kesalahpahaman terhadap orang itu.

E. Komunikasi Antar Persona, Tatanan Intrinsik dan Ekstrinsik a) Tatanan Intrinsik

Yang dimaksud dengan tatanan intrinsik adalah suatu standarisasi perilakuyang sengaja dikembangkan untuk memandu pelaksanaan komunikasiantarpribadi. Tata aturan intrinsik biasa disepakati di antara pesertakomunikasi antarpribadi. Ini berarti komunikator dan komunikan bisamemusyawarahkan apakah suatu tema pembicaraan dapat dihentikan atauditeruskan itulah tatanan intrinsik.


(49)

b) Tatanan Ekstrinsik

Yang dimaksud dengan tatanan ekstrinsik adalah tata aturan yang timbulakibat pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehinggakomunikasi antarpribadi harus diperbaiki.

F. Komunkasi Antar Persona, Merujuk pada Tindakan

Komunikasi antarpribadi harus disertai dengan tindakan-tindakan tertentu.Jadi komunikator dengan komunikan harus bersama-sama menciptakankegiatan tertentu yang mengesankan bahwa mereka selalu berkomunikasiantarpribadi. Komunikasi antarpribadi tidak hanya memerlukan perhatianpada kedatangan stimulus pesan, namun lebih dari itu, seluruh proseskomunikasi antarpribadi harus memperhatikan seluruh proses komunikasi itu.Maka benar, para ahli komunikasi mengajukan pandangan baru tentanghubungan antara komunikator dan komunikan, yaitu prinsip: andaberkomunikasi, berhubungan, berbicara dengan pihak lain bukanberkomunikasi, berhubungan, atau berbicara untuk pihak lain.

G. Komunikasi Antar Persona, Tindakan Persuasi Antarmanusia Sunarjo (1983) mengutip berbagai sumber menyebutkan persuasi merupakanteknik untuk mempengaruhi manusia dengan memanfaatkan ataumenggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikanyang hendak dipengaruhi. Demikian, persuasi bukan sekadar menampilkanbukti bahwa suatu pendapat sudah diterima komunikan, tetapi persuasi harusmampu menyatukan


(50)

suasana sosiologis, psikologis antara komunikatordengan komunikan. Oleh karena itu peran komunikator dalam komunikasiantarpribadi senantiasa melibatkan usaha yang bersifat persuasif. (Lilliweri,1997: 28).

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal 2.1.4.1 Definisi Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicarayang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal


(51)

disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan (Devito, 2011:51).

2.1.4.2. Macam-Macam Bahasa Verbal

Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan sebagai aspek realitas individual kita. Adapun macam bahasa verbal yang digunakan adalah :

1. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia yang dipakai untuk memperlancar hubungan komunikasi dan merupakan lambang kebangsaan bangsa Indonesia (Buku Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan & Kebudayaan).

2. Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan pada suatu daerah tertentu dan memiliki ciri khas tertentu di bidang kosa kata, peristilahan, struktur kalimat dan ejaannya. Bahasa daerah merupakan lambang kebanggaan daerah yang bersangkutan (Buku Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan & Kebudayaan).

2.1.4.3. Tatabahasa Verbal

Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang carapembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.


(52)

2.1.4.4. Fungsi Bahasa

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana, 2005) bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatubangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.


(53)

2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita. 3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa

memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

2.1.4.5. Keterbatasan Bahasa

Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.

Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.

1. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula.

2. Kata-kata mengandung bias budaya

Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang


(54)

berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.

3. Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.

Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam


(55)

berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal 2.1.5.1 Definisi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

Sebagaimana yang diungkapkan Arni Muhammad memberikan definisi komunikasi non verbal sebagai berikut :

“Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan

dengan tidak menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan bahasa isyarat seperti gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan berupa kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan

jarak, sentuhan, dan sebagainya”. (Suranto, 2010:146)

Sedangkan menurut Edward T.Hall mengartikan komunikasi non verbal sebagai berikut :

“Komunikasi non verbal adalah sebuah bahasa diam (silent language) dan dimensi tersembunyi (hidden dimension) karena

pesan non verbal yang tertanam dalam konteks komunikasi”.


(56)

2.1.5.2 Ciri-Ciri Umum Pesan Non Verbal

Devito (2011:54) mengemukakan bahwa pesan-pesan non-verbal mempunyai ciri-ciri umum, yaitu :

1. Perilaku komunikasi bersifat komunikatif, yaitu dalam situasi interaksi, perilaku demikian selalu mengkomunikasikan sesuatu. 2. Komunikasi non-verbal terjadi dalam suatu konteks yang membantu

menentukan makna dari setiap perilaku non-verbal.

3. Pesan non-verbal biasanya berbentuk paket, pesan-pesan non-verbal saling memperkuat, adakalanya pesan-pesan ini saling bertentangan. 4. Pesan non-verbal sangat di percaya, umumnya bila pesan verbal saling

bertentangan, kita mempercayai pesan non-verbal. 5. Komunikasi non-verbal di kendalikan oleh aturan.

6. Komunikasi non-verbal seringkali bersifat metakomunikasi, pesan non-verbal seringkali berfungsi untuk mengkomentari pesan-pesan lain baik verbal maupun non-verbal.

2.1.5.3 Klasifikasi Pesan Nonverbal

Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:

1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

a. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat


(57)

menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

a) Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk

b) Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan

c) Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi

d) Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

b. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna. c. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan,

makna yang dapat disampaikan adalah:

a) Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif


(58)

b) Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah c) Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional

pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

2. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

3. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

4. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.


(59)

a. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.

b. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan menandai wilayah mereka,mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis

2.1.5.4. Fungsi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal bisa dikatakan hanya menggunakan isyarat atau tidak menggunakan kata-kata yang lisan, tapi tetap saja memiliki fungsi dalam penggunaannya. Menurut Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaannya komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk :

1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repletion)

2. Menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)

3. Menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)

4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempat. (Cangara, 2011:106)


(60)

Fungsi dari komunikasi non verbal dapat menjelaskan maksud dari penyampain pesan itu sendiri. Menurut Mark L. Knapp fungsi-fungsi tersebut yaitu:

1. Repetisi

Mengulang kembali gagasan yang sebelumnya sudah disajikan secara verbal.

2. Subtitusi

Menggantikan lambang-lambang verbal. 3. Kontradiski

Menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal.

4. Komplemen

Melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal. 5. Aksentuasi

Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya (Suranto, 2010:173)

2.1.5.5. Tujuan Komunikasi Non Verbal

Ketika kita melakukan komunikasi, baik itu melakukan komunikasi verbal terlebih dahulu yang kemudian diiringi dengan komunikasi non verbal atau sebaliknya. Bahkan keduanya seringkali berbarengan dalam melakukannya ataupun penyampaiannya. Setiap penyampaian pesannya baik secara verbal ataupun non verbal sebenarnya memiliki tujuan-tujuan tertentu didalam pesan tersebut.

Adapun tujuan dari komunikasi non verbal diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan atau memberikan informasi. 2. Mengatur alur suara percakapan.


(61)

4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan dari komunikasi verbal.

5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.

6. Mempermudah tugas-tugas khusus yang memerlukan komunikasi non verbal.

2.1.5.6. Jenis Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal yang kita anggap cukup penting ternyata dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis pesan yang digunakannya. Dari jenis komunikasi non verbal yang pernah diberikan oleh para ahli sangat beragam. Adapun jenis-jenis komunikasi non verbal yaitu sebagai berikut :

1. Bahasa tubuh : a. Isyarat tangan b. Gerakan tangan

c. Postur tubuh dan posisi kaki d. Ekspresi wajah dan tatapan mata 2. Sentuhan

3. Parabahasa 4. Penampilan fisik :

a. Busana

b. Karakteristik fisik 5. Bau-bauan

6. Orientasi ruang dan jarak pribadi : a. Ruang pribadi dan ruang publik b. Posisi duduk dan pengatutan ruangan 7. Konsep waktu

8. Diam 9. Warna


(62)

2.1.6. Tinjauan Tentang Motif

Merujuk pada Kuswarno (2009:192), motif adalah dorongan untuk menetapkan suatu pilihan perilaku yang secara konsisten dijalani oleh seseorang sedangkan alasan adalah keputusan yang pertama kali keluar pada diri seseorang ketika dirinya mengambil suatu tindakan tertentu.

Motif merupakan konfigurasi makna yang menjadi landasan untuk bertindak, oleh karena itu motif menjadi penting dalam setiap tindakan informan. Pentingnya motif untuk meninjau diri informan terdapat dalam pernyataan Schutz. Menurut Schutz terdapat dua macam motif yaitu : in order to motive dan because motive. Because motive merupakan motif yang berorientasi ke masa lalu jadi merujuk pada pengalaman masa lalu aktor. Sedangkan in order to motif merupakan motif yang berorientasi ke masa depan. Melalui interpretasi tindakan orang lain, seseorang dapat merubah tindakan selanjutnya untuk mencapai kesesuaian dengan tindakan orang lain. Individu tersebut perlu mengetahui makna, motif dan maksud dari tindakan orang lain tersebut. Menurut Weber untuk memahami motif dan makna tindakan manusia pasti terkait dengan tujuan.

Menurut Wiakel, 1996 (dalam DR. Nyanyu Khodijah, 2006), menyatakan motif adalah pengerak dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Aswar (dalam DR. Nyanyu Khodijah, 2006) disebutkan bahwa motif adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam diri seseorang yang disadari atau tidak disadari yang membawa kepada terjadinya suatu perilaku.


(1)

data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. (Sugiyono, 2012 : 219)

4. Hasil Penelitian

Seperti apa yang dikatakan oleh para informan bahwa mereka sepakat memiliki berbagai istilah yang mereka gunakan untuk menyebutkan suatu kalimat tertentu. Seperti yang dikatakan informan pertama peneliti yaitu Tina dia menyebutkan bahwa dia biasa menggunakan kata “maen” sebagai istilah untuk taruhan jika berada di lingkungan balapan liar dengan teman-temannya. Informan yang bernama Mery dan Mela menggunakan istilah “ngadu” sebagai pengganti kata taruhan. Selain kata “maen”, Tina juga menggunakan istilah “tumpangan” sebagai wanita yang dijadikan taruhan, dan informan yang bernama Dilla pun menyebutkan sama bahwa ia menggunakan kata “tumpangan” sebagai wanita yang dijadikan taruhan. Shinta memiliki istilah sendiri yang berbeda dari informan lainnya yaitu menggunakan istilah “AO” untuk minum atau mabuk, selain itu ia pun menggunakan istilah “ngelamar” sebagai nantangin untuk mendapatkan joki balap. Istilah “mangan” digunakan oleh Merry jika sedang bersama teman-temannya yang memiliki arti sebagai makan dan “ngetrek” sebagai ngecengin atau godain joki balap. Mella dan Dilla menggunakan istilah “odeng” atau “oteng” sebagai sebutan untuk uang, selain itu Dilla juga menggunakan istilah “asem” untuk mengganti kata-kata kasar misalnya sialan.

Bahasa non verbal yang pertama yang digunakan oleh remaja “cabe-cabean” yaitu pakaian terbuka. Mereka menggunakan pakaian terbuka yang mengandung makna untuk menarik perhatian dan menjadikan cirikhas dari “cabe-cabean” tersebut, pakaian yang mereka gunakan yaitu sedikit terbuka dibagian lengan dan dada. Lalu yang kedua yaitu celana pendek. Mereka menggunakan celana pendek untuk menarik perhatian dari para joki balap dan celana pendek yang digunakan yaitu diatas lutut. Yang ketiga yaitu parfum. Parfum yamg mereka gunakan wanginya cenderung lebih menyengat. Yang keempat adalah pakaian ketat, mereka menggunakan pakaian yang pas dibadan yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Dan pesan non verbal yang kelima yaitu lipstick dan bedak (make up) yang mereka gunakan terlihat tebal dan lebih mencolok dari remaja-remaja lain seusia mereka. Pesan nonverbal yang keenam yaitu warna pakaian yang mencolok atau yang berwarna terang yang menjadika cirikhas dari mereka pula. Lalu yang ketujuh yaitu kalung dan gelang (aksesoris). Mereka


(2)

menggunakan banyak aksesoris untuk menunjang aksi mereka. Selain itu senyuman yang mereka perlihatkan yaitu menunjukan senyuman yang menggoda dan yang terakhir cara berjalan mereka yaitu cenderung lebih melenggak-lenggokkan tubuh mereka.

Setelah peneliti melakukan wawancara dengan kelima informan, mencari tahu bahwa apa saja motif yang melatari maka peneliti dapat menganalisis bahwa rata-rata faktor yang mereka miliki yaitu kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua maupun orang-orang terdekat yang berada disekitar mereka sehingga mereka harus mencari kesenangan dan kebahagiaannya sendiri. Pengawasan dan perhatian yang kurang membuat mereka terjerumus kedaalam pergaulan bebas seperti sekarang ini.

Faktor keluarga merupakan faktor utama yang sangat penting yang membentuk diri dan melatari perilaku seseorang. Seperti kelima informan ini mereka menyebutkan bahwa faktor keluargalah yang utama yang menjadi motif mereka menjadi “cabe-cabean”. Kurangnya perhatian dan longgarnya pengawasan dari orang tua maupun orang-orang terdekat membuat Tina, Shinta, Merry, Mela, dan Dilla mencari perhatian diluar dengan cara mereka sendiri.

Selain faktor keluarga, faktor yang paling mendukung kedua yaitu lingkungan. Lingkungan tempat tinggal Tina yang dekat dengan arena balapan liar membuatnya sering nongkrong disana sehingga ia terjerumus menjadi seperti sekaraang ini. Selain Tina, Merry pun mengenal dunia “cabe-cabean” ini dari salah seorang teman sekolahnya yang telah lebih dulu menjadi “cabe-cabean”. Selain itu mereka merasa nyaman berada di dunia yang mereka masuki, merekapun mengaku bahwa mereka merasa senang menjadi seperti sekarang ini. Inipun aalah faktor lingkungan yang acuh tak acuh sehingga mereka merasa apa yang mereka lakukan sah-sah saja dan tidak melanggar apapun.

Serta faktor ekonomi yang serba kekurangan pula menjadi motif yang dia miliki. Karena kedua orang tuanya yang sudah bercerai dan ibunya yang bekerja diluar kota serta ia harus menjaga nenek dan ketiga adiknya membuat ia harus mencari uang tambahan unuk keperluannya sendiri.

Selain hal tersebut faktor media turut mempengaruhi perilaku dari mereka. Karena bisa kita ketahui bahwa pada saat ini tayangan televisi kebanyakan yaitu tayangan-tayangan yang kurang mendidik dan selalu memperlihatkan kemewahan. Hal itulah yang membuat remaja “cabe-cabean” mempunyai hasrat untuk meniru.


(3)

Selain televisi yang kedua yaitu internet. Pada saat ini diinternet banyak hal-hal yang negatif yang ada di dalamnya, dan internet bisa sangat mudah untuk diakses dimana dan kapan saja. Maka faktor media pun sangat berpengaruh bagi perilaku mereka. 5. Kesimpulan

Berasarkan hasil analisa dari bab sebelumnya, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Komunikasi verbal yang dilakukan oleh “cabe-cabean” dalam lingkungan pergaulannya yaitu mereka menggunakan istilah-istilah verbal khusus yang telah disepakati bersama dalam lingkungan balapam liar tersebut. Istilah-istilah verbal khusus tersebut antara lain maen atau ngadu yang berarti taruhan, tumpangan yang berarti wanita yang dijadikan taruhan, ngelamar yang berarti nantangin, AO yang berarti minuman beralkohol, mangan yang berarti makan, ngetrek yang berarti ngegodain, odeng dan oteng yang berarti uang, dan asem yaitu kalimat pengganti untuk kata-kata kasar (misal: sialan). Istilah verbal khusus tersebut digunakan saat berinsteraksi didalam lingkungan balapan liar untuk membangun sebuah komunikasi dengan teman-temannya yang lain. Istilah verbal khusus tersebut hanya diketahui oleh “cabe-cabean” dan orang-orang yang berada di lingkungan balapan liar tersebut.

2. Komunikasi non verbal yang dilakukan oleh “cabe-cabean” yaitu mereka berpenampilan khusus yang menjadi cirikhas dari diri mereka yaitu seperti menggunakan pakaian terbuka, celana pendek, parfum, pakaian ketat, lipstick, bedak dan make up yang tebal, warna pakaian yang mencolok, dan kalung, gelang atau aksesoris yang berlebihan. Serta mereka menggunakan senyuman, dan cara berjalan yang lebih menggoda untuk menarik perhatian dari para joki balap liar tersebut. Serta agar mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan mereka berada yaitu tempat balapan liar.

3. Motif yang melatari dari perilaku komunikasi remaja “cabe-cabean” itu terdiri dari dua motif yaitu motif masa lalu dan motif masa kini. Yang menjadi motif masa lalu adalah sebuah faktor latar belakang yang menjadikan seseorang tersebut menjadi “cabe-cabean” dan faktor tersebut adalah faktor keluarga dimana kurangnya perhatian dan longgarnya pengawasan dari orang tua maupun orang terdekat lainnya. Selanjutnya adalah faktor lingkungan, karena seringnya bergaul dalam


(4)

lingkungan balapan liar dan dengan orang yang sering berada didalam lingkungan balapan liar serta faktor ekonomi yang kurang membuat mereka mencari cara agar kebutuhannya dapat terpenuhi. Kemudian yang kedua yaitu motif masakini dari “cabe-cabean” adalah mencari kesenangan dan popularitas karena kurangnya perhatian yang tidak didapatkan dari keluarga maka dengan mengunjungi tempat balapan liar mereka merasa mendapatkan apa yang mereka inginkan disana serta mereka merasa dapat diterima di lingkungan tersebut.

4. Perilaku komunikasi yang dilakukan oleh remaja “cabe-cabean” adalah perilaku yang tidak wajar karena perilaku yang mereka lakukan seharusnya adalah bukan perilaku anak remaja yang sewajarnya, dimana mereka menggunakan pakaian terbuka dan berrmake-up tebal. Didalam perilakunya mereka lebih condong melakukan hal-hal yang mereka sukai tanpa memikirkan baik atau buruknya bagi kehidupannya kelak.

6. Daftar Pustaka

Buku-buku :

Bajari, Atwar. 2012. Anak Jalanan, Dinamika Sosial dan Perilaku Anak Menyimpang. Bandung; Humaniora

Cangra, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta; Rajawali Press

Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia (Edisi 5). Kharisma Publishing. Effendy, OnongUchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung; PT Remaja

Rosdakarya

Hardjana, Agus M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta : Kanisius.

Joseph A. Devito. 1997. Komunikasi antarmanusia :kuliah dasar. Jakarta: Professional Books

Karim. Ian, Meulen. Stanley. 2014. ‘Cabe-cabean’ The Untold Stories. Jakarta : Loveable

Kuswarno, Engkus. 2009. Metodelogi Penelitian Komunikasi. Bandung : Widya Padjadjaran.

L. Tubbs, Stewart-Moss, Sylvia. 2005. Humman Communication. Bandung; PT. Remaja Rosdakarya


(5)

Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Communication (Edisi 5). Belmont California : Wadsworth.

Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mukhtar, 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi (GP Press Group)

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Rubent, Brent D, Lea P. Stewart. 2013; Komunikasi dan Perilaku Manusia .Jakarta ; PT. RajaGrafindo Persada

Sugiyono, 2010; Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung; Alfabeta

Karya Ilmiah :

Mutiara, Ria D; Perilaku Komunikasi sales Promotion Girl Provider XL Axiata (Studi Kasus Mengenai PErilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata Dalam Memeberikan Pelayanan Terhadap Konsumen di Dukomsel Kota

Bandung)

Skripsi : Unikom Bandung

Saputri, Annisa; Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian Sanguinis di Kota Bandung (Studi Deskriptif Tentang Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian dalam Interaksi Nonformal Sehari-hari)

Skripsi : Unikom Bandung Internet Searching :

http://metro.news.viva.co.id/news/read/480197-cakrawala-antv--cabe-cabean-sang-bidadari-jalanan Senin, 24/03/2014 19:00

http://ririputriramadani.blogspot.com/lebih-dari-500-kata-untuk-fenomena.html 28/02/2014 20:02

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-nikenriest-5947-2-babii.pdf Pengertian Perilaku 13/3/2014 21:26

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-nikenriest-5947-2-babii.pdf Bentuk Perilaku 15/3/2014 21:40

http://hanifrahm.wordpress.com/category/teori-komunikasi/ Pengertian Perilaku komunikasi 13/3/2014 00:00


(6)

http://health.liputan6.com/read/778777/fenomena-cabe-cabean-yang-sedang-ramai-disorot16/3/2014 20:42


Dokumen yang terkait

Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Kota Bandung (Studi Fenomenologi Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Dalam Menjalani Kehidupannya di Kota Bandung)

5 23 114

Perilaku komunikasi pengguna ganja :(studi dramaturgi perilaku komunikasi pengguna ganja di Kota Bandung)

1 11 1

Perilaku Komunikasi Orang berambut Gimbal Di KOta Bandung (studi Fenomenologi Tentang Perilaku Komunikasi Orang Berambut Gimbal Di KOta Bandung)

0 9 12

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Perilaku Komunikasi Mahasiswa Jambi Di Kota Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Mahasiswa Jambi Di Kota Bandung dalam Berinteraksi dengan Masyarakat Sunda di Lingkungan Asrama Mahasiswa Jambi)

2 2 1

Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Kota Bandung (Studi Fenomenologi Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Dalam Menjalani Kehidupannya di Kota Bandung)

0 4 1

Perilaku Komunikasi Komunitas Hansamo Dengan Sesama Anggotanya (Studi Deskriptif Perilaku Komunikasi Komunitas Hansamo Dengan Sesama Anggotanya di Kota Bandung)

0 3 1

perilaku Komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung Di Kota Bandung (studi Fenomenologi Mengenai Perilaku Komunikasi Info Vespa Bandung Dalam Penggunaan Culture MOd Sebagai Gaya Hidup)

2 9 96

Perilaku Komunikasi Pemandu Lagu Dalam Melayani pelanggan Di Karaoke Beone Kota Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Pemandu Lagu Dalam Melayani Pelanggan Di Karaoke BeOne Kota Bandung)

4 46 88

Perilaku Komunikasi Seniman Tato (Studi Deskriftif Mengenai Perilaku Komunikasi Dengan Pendekatan Interaksi Simbolik Seniman Tato Di Kota Bandung)

8 44 104