perilaku Komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung Di Kota Bandung (studi Fenomenologi Mengenai Perilaku Komunikasi Info Vespa Bandung Dalam Penggunaan Culture MOd Sebagai Gaya Hidup)

(1)

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Program Strata 1 (Satu) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

BONIFASIUS WISNU SASONGKO NIM. 41811024

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

Bandung dalam Penggunaan Culture Mod Sebagai Gaya Hidup) Oleh,

Bonifasius Wisnu Sasongko NIM. 41811024

Skripsi ini dibawah bimbingan : Adiyana Slamet, S.IP. M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perilaku Komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung. Penelitian ini membahas tentang perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang melatari perilaku komunikasi tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah studi Fenomenologi. Proses pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Selain itu, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi partisipasi, dokumentasi, dan pencarian data di internet. Teknik analisa data yang digunakan adalah model siklus Miles dan Huberman untuk membahas mengenai permasalahan penelitian.

Hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi verbal berupa penggunaan bahasa Mod yang menjadi ciri khas dan penggunaan bahasa ketika berada pada komunitas dan diluar komunitas. Sedangkan komunikasi non verbal berupa penggunaan bahasa tubuh seperti salam mojo yang wajib dilakukan dan penampilan fisik, dilihat dari penampilan pakaian yang wajib menggunakan jaket parka, harrington, casual shoes, dan vespa. Terakhir adanya motif masa lalu dan masa depan seperti alasan memilih kultur Mod sebagai gaya hidup, dalam membentuk perilaku komunikasi tersebut.

Kesimpulan perilaku komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung berupa penggunaan bahasa Mod yang kaya akan makna, penggunaan salam Mojo yang memang wajib dilakukan pada komunitas tersebut”, penggunaan pakaian khas Mod yang menjadi ciri khas komunitas tersebut. Dan yang terakhir adalah adanya motif masa lalu yang berasal dari pengalaman dan ajakan teman serta motif masa depan untuk ikut melestarikan dan bentuk tanggungjawab terhadap kultur Mod yang di anut.

Komunitas Info Vespa Bandung merupakan komunitas yang memilih kultur Mod sebagai gaya hidupnya. Kultur Mod merupakan kultur yang di adopsi dari budaya luar negri yaitu Inggris. Oleh karena itu Komunitas Info Vespa Bandung memandang keadaan yang dirasa lebih berguna dibandingkan hanya berkumpul saja.

Kata Kunci : Perilaku Komunikasi, Komunikasi Verbal, Komunikasi Non Verbal, Motif.


(3)

(Phenomenology Study on Communication Behavior Community Vespa Bandung in use Mod Culture As Lifestyle)

By,

Bonifasius Wisnu Sasongko NIM. 41811024

This thesis under the guidance of: Adiyana Slamet, S.IP. M.Sc.

This study aims to know the Communication Behavior Community Vespa Bandung. This study discusses the communication behavior seen from verbal communication, non-verbal communication, and the motives that underlie the behavior of the communication.

This study used a qualitative approach, while the design of the research is the study of phenomenology. The process of selecting informants using purposive sampling technique. In addition, data collection techniques with in-depth interviews, participatory observation, documentation, and data search on the internet. Analysis date technique used is the model cycle of Miles and Huberman to discuss research problems.

The result showed that communication behavior seen from verbal communication such as the use of language that characterizes the Mod and the use of language when it is in the community and outside the community. While the use of non-verbal communication such as body language as regards mojo mandatory and physical appearance, judging from the appearance of clothing that must use a parka, harrington, casual shoes, and Vespa. Finally the motif of the past and the future as the reason for choosing Mod culture as a lifestyle, in shaping the behavior of the communication.

Conclusion The communication behavior Vespa Bandung Community Mod of the use of language that is rich in meaning, the use of greetings Mojo which is mandatory in the community ", the use of distinctive clothing Mod that characterizes the community. And the last is the motive of the past that comes from experience and call a friend and motifs future to help preserve and forms of responsibility to the Mod culture that is embraced.

Info Vespa Bandung Community is a community that chose Mod culture as a lifestyle. Mod culture is a culture that is in the adoption of foreign culture is English. Therefore Community Vespa Bandung the circumstances were deemed more useful than just assemble it.

Keywords: Behavioral Communication,Verbal Communication, Non-Verbal Communication, Motif.


(4)

menggunakan informasi untuk melaksanakan kehidupan, dimana dalam kehidupan tersebut seorang manusia melakukan suatu aksi perilaku yang mengharuskannya untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dimana seseorang tersebut berada. Seperti yang terjadi pada komunitas Info Vespa Bandung. Mereka memiliki suatu perilaku komunikasi yang cukup menarik dan berbeda. Komunitas Info Vespa Bandung adalah salah satu komunitas vespa yang unik mereka memiliki sebuah perilaku yang cukup unik dengan adanya sebuah kultur tahun 60 an di negara Inggris yang sekarang masih digunakan oleh komunitas ini. Kultur ini disebut dengan kultur Mod. Komunitas Info Vespa Bandung merupakan salah satu komunitas vespa yang yang beberapa angotanya menggunakan kultur Mod ini.

Dimana pada komunitas ini terdapat keunikan perilaku komunikasi. Mereka mempunyai perilaku komunikasi tersendiri yang cukup menarik untuk diteliti. Baik perilaku komunikasi secara verbal maupun non verbal. Seperti yang telah peneliti lihat saat melakukan pra penelitian. Komunitas Info Vespa Bandung merupakan salah satu komunitas Vespa yang menggunakan kultur Mod sebagai gaya hidup mereka. Dimana mereka menggunakan jaket parka yang lumayan cukup tebal dan mungkin bagi orang awam terlihat sedikit aneh. Adapun mereka menggunakan sepatu boot Dr Martin yang menurut mereka ini sebagai identitas Mod yang mereka gunakan. Setiap kali mereka bertemu dengan anggota komunitas mereka selalu melakukan tos tangan dengan cara mengepalkan tangannya dan menyentuhkan kepalan tangan tersebut kepada kepalan tangan orang yang disapanya. Serta setelah itu mereka pun selalu berjabat tangan. Dari segi perilaku komunikasi verbal mereka menggunakan beberapa bahasa yang mungkin tidak digunakan oleh orang lain pada umumnya. Dimana bahasa yang cukup sering digunakan adalah MOJO. Dimana MOJO ini merupakan ungkapan semangat atau spirit yang di ucapkan kepada para anggota atau kepada para penganut kultur Mod ini. Dan mereka pun mengunakan Vespa yang cukup dapat di bilang klasik dan antik. Hampir Vespa yang digunakan para anggota Info Vespa Bandung ini cukup rapih dan sangat antik. Dimulai dari Vespa era tahun 60 an hingga Vespa modern era tahun 2000 an.

Istilah mod diambil dari modernist, istilah yang digunakan pada 1950-an untuk menggambarkan musisi dan penggemar jazz modern. Penggunaan ini kontras dengan istilah trad yang menggambarkan pemain dan fans jazz tradisional. Tahun 1959 novel Absolute Beginners menjelaskan modernis sebagai anak muda penggemar jazz modern yang mengenakan pakaian-pakaian Italia. Novel ini menjadi salah satu contoh paling awal yang memberi istilah kepada orang Inggris penggemar jazz modern.


(5)

Bagaimanakah Perilaku Komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung dalam Penggunaan Mod Sebagai Gaya Hidup Mereka?

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Berikut rumusan masalah mikro yang telah dirumuskan oleh peneliti secara lebih spesifik :

1. Bagaimana komunikasi verbal yang digunakan oleh Komunitas Info Vespa Bandung ?

2. Bagaimana komunikasi non verbal yang digunakan oleh Komunitas Info Vespa Bandung?

3. Bagaimana motif yang melatari perilaku komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti mengenai perilaku komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung dalam Penggunaan Mod sebagai Gaya Hidup Mereka adalah sebagai berikut :

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk analisis, mendeskripsikan, menjelaskan tentang perilaku komunikasi penganut kultur Mod secara umum dan secara khusus tentang komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang melatari perilaku komunikasi penganut kultur Mod di Komunitas Info Vespa Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui jumlah keseluruhan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui komunikasi verbal yang digunakan penganut kultur Mod di Komunitas Info Vespa Bandung.

2. Untuk mengetahui komunikasi non verbal yang digunakan penganut kultur Mod di Komunitas Info Vespa Bandung.

3. Untuk mengetahui motif yang melatari perilaku komunikasi penganut kultur Mod di Komunitas Info Vespa Bandung.

4. Untuk mengetahui perilaku komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung dalam Penggunaan Mod Sebagai Gaya Hidup Mereka.

1.4 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.


(6)

1.4.2 Kegunaan Praktis a. Kegunaan Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kepustakaan mengenai perilaku komunikasi, hal ini adalah salah satu macam perilaku sosial yang ada di masyarakat. Penelitian ini juga memberikan kesempatan yang baik bagi peneliti untuk mempraktekan teori komunikasi dalam bentuk nyata terhadap fenomena yang ada di masyarakat salah satunya adalah teori interaksi simbolik.

b. Kegunaan Bagi Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Program Studi Ilmu Komunikasi untuk dijadikan sebagai referensi atau literature sebagai salah satu sumber pengetahuan baru mengenai masalah yang diteliti. Terutama bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema yang sama. c. Kegunaan Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihakpihak yang ingin mendapatkan informasi mengenai kultur Mod di kota Bandung, sehingga diharapkan pula dapat memberikan pengaruh terhadap proses pembentukan persepsi positif bagi masyarakat yang masih awam akan kultur Mod itu sendiri. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu yang Sejenis

Tinjauan Penelitian terdahulu adalah referensi - referensi yang berkaitan dengan informasi penelitian. Penelitian terdahulu ini berupa hasil penelitian yang sudah dilakukan, penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan, antara lain : 1. Penelitian dengan Judul : Perilaku Komunikasi sales Promotion Girl Provider XL Axiata (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata Dalam Memberikan Pelayanan Terhadap Konsumen di Dukomsel Kota Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata dalam Memberikan Pelayanan terhadap Konsumen di Dukomsel Kota Bandung. Penelitian ini membahas tentang perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang melatari perilaku komunikasi tersebut.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Proses pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Selain itu, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi


(7)

komunikasi non verbal berupa bahasa tubuh terdapat gerakan tangan dan kepala, ekspresi wajah dan kontak mata. Dan dilihat dari penampilan fisik busana berlogo XL Axiata serta karakter fisik. Dan yang terakhir adanya motif alasan menjadi SPG dan motif tujuan menjadi SPG dalam membentuk perilaku komunikasi tersebut.Simpulan perilaku komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata dalam memberikan pelayanan terhadap konsumen berupa penggunaan bahasa Indonesia serta sesekali berbahasa Sunda, penggunaan salam sambutan berupa

“Selamat datang di XL Axiata”, penggunaan gerakan tangan dan kepala, ekspresi

wajah dan kontak mata yang ditunjukan, penggunaan seragam berlogo XL Axiata, beberapa karakter fisik yang dimilikinya. Dan yang terakhir adalah adanya motif masa lalu yang berasal dari pengalaman dan ajakan teman serta motif masa depan untuk mendapatkan uang dan bentuk tanggungjawab terhadap perusahaan.Saran sebaiknya Sales Promotion Girl Provider XL Axiata membiasakan mengucap salam, mempertahankan bahasa yang bersahabat dan meningkatkan penggunaan bahasa tubuh dalam (Ria Dwi Mutiara; NIM. 41809084/Ilmu Komunikasi UNIKOM:2013).

2. Penelitian dengan judul : PERILAKU KOMUNIKASI KAUM BISEKSUAL

(Studi Fenomenologi tentang Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Kota Bandung). Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui komunikasi verbal dan non verbal, serta motif dari perilaku komunikasi kaum biseksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi fenomenologi. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur, penelusuran internet, dan juga triangulasi dengan cara membandingkan jawaban informan utama dan pendukung. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kaum biseksual memiliki motif tersendiri yang mana motif tersebut mendasari mereka untuk menjadi seorang biseksual. Mereka bersikap normal untuk menghindari kecurigaan orang-orang yang berada diantara mereka. Begitupun dengan panggung tengah, mereka dapat menjaga sikapnya saat berada di area ini. Mereka memiliki cara tersendiri untuk dapat menciptakan kesan yang positif di lingkungan kehidupannya. Pengelolaan kesan yang dibentuk berupa simbol - simbol yang meliputi gaya berpenampilan, berperilaku, gaya bicara, dan lain-lain. (Bagus Sukma Julianto NIM. 41810062 /Ilmu Komunikasi UNIKOM : 2014).

3. Penelitian dengan judul : Gaya hidup Komunitas Beat Boys Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Gaya Hidup Komunitas Beat Boys Bandung dikalangan para pengguna Vespa Kota Bandung. Untuk menjawab tujuan tersebut, maka yang akan di analisis didalam penelitian ini tentang aktivitas, minat dan citra diri Komunitas Beat Boys Bandung. Penelitian ini


(8)

komunitas Beat Boys merupakan salah satu komunitas Vespa yang memiliki gaya hidup lumayan cukup tinggi. Dikarenakan komunitas Beat Boys merupakan komunitas yang sangat mementingkan keoriginalan semua komponen motor Vespa serta keoriginalanan merk pakaian yang mereka gunakan. Baik itu baju, jaket, parka, sepatu serta asesoris yang lainnya yang mendukung gaya hidup komunitas Beat Boys. (Ghita Khalida NIM. 10080006041/Ilmu Komunikasi UNISBA : 2010).

Gambar 2.1

Model Alur Kerangka Pemikiran

Komunitas Info Vespa Bandung

Fenomenologi

Memahami perilaku komnita info vespa bandung melalui penafsiran. Proses penafsiran tidak hanya melihat tetapi dengan cara memahami dan memaknai

apa yang dilakukan dengan terjun langsung dan juga larut kedalam lingkungan hidup penganut kultur Mod

pada komunitas

Interaksi Simbolik

Kemampuan penganut kultur Mod di komunitas info vespa bandung untuk dapat bisa merespon simbo – simbol

kepada dirinya sendiri serta lingkungannya

Perilaku Komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung dalam Penggunaan Culture MOD sebagai

Gaya Hidup Komunikasi Verbal 1. Tindakan Perkenalan 2. Tindakan Emosional 3. Bahasa Identitas Mod Komunikasi Non Verbal 1. Waktu 2. Penampilan 3. Gerak Tubuh Ruang

Motif 1. Motif sebab 2. Motif agar


(9)

desain penelitiannya. Pada penelitian ini peneliti menerapkan paradigma konstruktivis, sehingga peneliti memandang keadaan sosial sebagai analisis sistematis terhadap “socially meaningfull action” melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial dalam setting kehidupan sehari- hari yang wajar atau alamiah, agar mampu memahami dan menafsirkan bagaimana pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.

Paradigma konstruktivis ialah paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.

Paradigma ini menyatakan bahwa (1) dasar untuk menjelaskan kehidupan, peristiwa sosial dan manusia bukan ilmu dalam kerangka positivistik, tetapi justru dalam arti common sense. Menurut mereka, pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari-hari, dan hal tersebutlah yang menjadi awal penelitian ilmu- ilmu sosial; (2) pendekatan yang digunakan adalah induktif, berjalan dari yang spesifik menuju yang umum, dari yang konkrit menuju yang abstrak, (3) ilmu bersifat idiografis bukan nomotetis, karena ilmu mengungkap bahwa realitas tertampilkan dalam simbol-simbol melalui bentuk-bentuk deskriptif; (4) pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui indra karena pemahaman mengenai makna dan interpretasi adalah jauh lebih penting; dan (5) ilmu tidak bebas nilai. Kondisi bebas nilai tidak menjadi sesuatu yang dianggap penting dan tidak pula mungkin dicapai. (Sigit Mangun Wardoyo : 2001,33)

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis karena peneliti ingin mendapatkan pengembangan pemahaman yang membantu proses interpretasi suatu peristiwa. Sedangkan subjek penelitian seorang khalayak dewasa dini yang dianggap sudah memiliki pengalaman terhadap hubungan intim merupakan sebuah kajian yang unik dan menarik untuk diteliti. Pengalaman mengenai hubungan intim adalah pengalaman yang sangat personal bagi setiap individu, sehingga akan menghasilkan pemaknaan yang unik.

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara holistik bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, baik itu perilakunya, persepsi, motivasi maupun tindakannya, dan secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan


(10)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Objek Penelitian

4.1.1.2 Komunitas @infovespabdg

Mod adalah budaya dunia, dari negeri asalnya di Inggris sana menyebar ke seluruh dunia, Asia, bahkan sampai ke Indonesia budaya Mod sudah banyak dianut oleh sebagian orang. Pertama kali budaya masuk ke Indonesia yaitu di Jakarta tahun 90-an, tetapi pada saat itu yang mengenal budaya Mod masih sangat sedkit. Orang-orang mengenal Mod lewat berbagai media, pada saat itu khususnya media cetak seperti majalah, buku, dsb, juga lewat film-film bertemakan Mod, karena pada saat itu internet belum teralu membudaya, hanya segelintir orang saja yang mengetahui adanya budaya Mod melalui akses internet, lalu dengan informasi dari mulut ke mulut, mengobrol, berdiskusi antar anggota komunitas, menyebarlah budaya Mod ke daerah lainnya yaitu Bandung.

Pada awalnya komunitas Mod di Bandung sendiri masih terpecah-pecah, sekitar tahun 2005, kemunculannya berawal dari kebiasaan kumpul-kumpul pengguna Vespa dan Lambretta yang berangkat dari hobi yang sama.

” Masing-masing pada waktu itu punya tempat tongkrongannya sendiri, Bandung kan kecil jadi kalo maen kemana-maen kemana masih pada kenal, temennya itu-itu lagi, tapi mempunyai selera yang sama akan hal kendaraan, musik, dan fashion yang ngebeat, saling share, akhirnya mengerucut-mengerucut dan bersepakat

membentuk komunitas Mod.”

Atas dasar kesepkatan bersama, setelah bertukar pikiran dengaan crew lainnya, Bang John yang pada saat itu adalah manager The Rock Café

menawarkan untuk launching “@infovespabdg”, pada akhirnya terbentuklah “@infovespabdg” pada tanggal 29 Maret 2012 di The Rock Café Bandung. Nama “@infovespabdg” itu sendiri adalah nama dari akun twitter dari komunitas itu

sendiri, mereka memilih twitter sebagai media sharing dan promosi mereka karena pada saat itu twitter sangat digandrungi oleh masyarakat di perkotaan khususnya di Bandung.

Tujuan didirkannya akun twitter ini karena pada masa itu twitter merupakan sebuah media sosial yang cukup banyak digunakan di Indonesia. Dengan adanya akun ini diharapkan para penguna Vespa dan Lambretta yang memiliki akun twitter dapat mencari informasi dengan cara mem follow akun twitter @infovespabdg. Keberadaan komunitas Info Vespa Bandung adalah untuk meluruskan kultur skuter yang dipandang sudah mulai berubah. Perubahan itu terlihat sekali menurut mereka.


(11)

Komunitas Info Vespa Bandung dengan menggunakan studi fenomenologi mengenai Perilaku Komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung dalam Penggunaan Culture Mod Sebagai Gaya Hidup, serta berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam Bab IV. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Komunikasi verbal yang dilakukan oleh Komunitas Info Vespa Bandung adalah adanya bahasa – bahasa yang khas di dalam komunitas tersebut. Dimana bahasa yang khas ini merupakan salah satu elemen penting dalam kultur Mod. Kultur Mod merupakan kultur yang dianut oleh Komunitas Info Vespa Bandung. Dimana contoh dari bahasa – bahasa khas tersebut seperti Mojo, Migo, Quadro, ACAB, Ngebeat, Smart Dress. Dimana bahasa tersebut mereka gunakan hanya pada saat melakukan interaksi dengan sesama anggota Komunitas Info Vespa Bandung. Tetapi berbeda ketika mereka berinteraksi dengan orang di luar komunitas tersebut. Mereka akan cenderung menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Sunda yang orang pada umumnya gunakan di Kota Bandung. Hal ini terjadi karena mereka tidak ingin memperlambat interaksi yang terjadi dengan orang di luar komunitas tersebut. Serta mereka juga tidak menggunakan bahasa khas tersebut karena mereka merasa tidak tepat mengunakan bahasa tersebut dengan orang lain yang tidak mengenal kultur Mod.

2. Komunikasi non verbal yang dilakukan oleh Komunitas Info Vespa Bandung terdapat dua hal yang sangat terlihat, yaitu Bahasa Tubuh serta Penampilan Fisik. Dimana pada bahasa tubuh yang dilakukan ketika mereka berinteraksi dengan sesama angota Komunitas Info Vespa Bandung, maka mereka sudah pasti melakukan ritual yang dinamakan salam Mojo. Dimana bentuk dari salam Mojo ini adalah berupa salam yang diawali dengan sebuah tinju tangan, kemudian mereka melakukan tepuk dada, serta selanjutnya mereka berpelukan. Hal ini ada bukan karena tidak ada alasannya, dimana mereka merasa dengan melakukan hal tersebut maka mereka lebih mempererat solidaritasnya. Hal ini juga mereka teruskan dari penganut kultur Mod pada era terdahulu. Serta penampilan fisik sangat terlihat ketika mereka berinteraksi dengan sesama anggota Komunitas Info Vespa Bandung. Mereka pasti wajib menggunakan jaket parka, harrington, casual shoes, docmart,kemeja rapih, celana jeans rapih dan sudah pasti mereka menggunakan Vespa sebagai penunjang penampilan fisik mereka. Hal ini pun mereka lakukan bukan hanya untuk dijadikan sebuah proses interaksi saja, tetapi hal ini memiliki makna tersendiri bagi penggunanya. Dimana ini merupakan bentuk dari sebuah pilihan gaya hidup yang dipilih. Tetapi ketika Komunitas Info Vespa Bandung berinteraksi dengan orang di luar komunitas tersebut maka bahasa tubuh yang digunakan hanyalah sekedar berjabat tangan saja atau sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan.

3. Motif yang melatari Perilaku Komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung memiliki latar belakang yang sama. Dimana mereka mengetahui kultur Mod itu


(12)

mereka menjadikan Mod itu sendiri sebagai gaya hidup yang mereka pilih.

4. Perilaku Komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung adalah sebuah perilaku komunikasi yang berbeda dengan orang – orang lain pada umumnya. Dimana pada perilaku komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung memiliki bentuk komunikasi verbal yang khas ketika mereka berinteraksi dengan sesama anggota komunitas tersebut. Dimana pada komunikasi verbal ini mereka memiliki bahasa khas yang tidak biasa di ucapkan oleh orang lain umumnya. Kemudian mereka juga memiliki ke khas an dalam komunikasi non verbal yang merka lakukan. Dimana mereka memiliki bahasa tubuh serta penampilan fisik yang khas dan berbeda mereka menggunakan kultur Mod sebagai bentuk gaya hidupnya. Dimana hal tersebut mereka pilih karena mereka memiliki ketertarikan terhadap kultur tersebut. Sehingga kultur tersebut pun mereka jadikan sebagai perilaku komunikasi di dalam Komunitas Info Vespa Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 2005; Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Press Effendy, Onong Uchjana. 2003 ; Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung ;PT. Citra Aditya Bakti

Kuswarno, Engkus. 2013 ; Fenomenologi. Bandung; Widya Pajajaran

Littlejohn, Karen A.Foss. 2009; Teori Komunikasi Theories of Human Communication. Jakarta; Salemba Humanika

Mulyana, Deddy. 2005; Metode Penelitian Kualitatif; Bandung; PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2008; Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2010; Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar; Bandung; PT. Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy J. 2007; Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Rahmat, Jalaludin. 2008; Psikologi Komunikasi : Bandung; PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sobur, Alex. 2013 Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi. Bandung; : PT. Remaja Rosdakarya

Wardoyo, Sigit Mangun. 2001. Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung : Alfabeta


(13)

Bandung dalam Penggunaan Culture Mod Sebagai Gaya Hidup) Oleh,

Bonifasius Wisnu Sasongko NIM. 41811024

Skripsi ini dibawah bimbingan : Adiyana Slamet, S.IP. M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perilaku Komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung. Penelitian ini membahas tentang perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang melatari perilaku komunikasi tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah studi Fenomenologi. Proses pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Selain itu, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi partisipasi, dokumentasi, dan pencarian data di internet. Teknik analisa data yang digunakan adalah model siklus Miles dan Huberman untuk membahas mengenai permasalahan penelitian.

Hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi verbal berupa penggunaan bahasa Mod yang menjadi ciri khas dan penggunaan bahasa ketika berada pada komunitas dan diluar komunitas. Sedangkan komunikasi non verbal berupa penggunaan bahasa tubuh seperti salam mojo yang wajib dilakukan dan penampilan fisik, dilihat dari penampilan pakaian yang wajib menggunakan jaket parka, harrington, casual shoes, dan vespa. Terakhir adanya motif masa lalu dan masa depan seperti alasan memilih kultur Mod sebagai gaya hidup, dalam membentuk perilaku komunikasi tersebut.

Kesimpulan perilaku komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung berupa penggunaan bahasa Mod yang kaya akan makna, penggunaan salam Mojo yang memang wajib dilakukan pada komunitas tersebut”, penggunaan pakaian khas Mod yang menjadi ciri khas komunitas tersebut. Dan yang terakhir adalah adanya motif masa lalu yang berasal dari pengalaman dan ajakan teman serta motif masa depan untuk ikut melestarikan dan bentuk tanggungjawab terhadap kultur Mod yang di anut.

Komunitas Info Vespa Bandung merupakan komunitas yang memilih kultur Mod sebagai gaya hidupnya. Kultur Mod merupakan kultur yang di adopsi dari budaya luar negri yaitu Inggris. Oleh karena itu Komunitas Info Vespa Bandung memandang keadaan yang dirasa lebih berguna dibandingkan hanya berkumpul saja.

Kata Kunci : Perilaku Komunikasi, Komunikasi Verbal, Komunikasi Non Verbal, Motif.


(14)

19 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu yang Sejenis

Tinjauan Penelitian terdahulu adalah referensi - referensi yang berkaitan dengan informasi penelitian. Penelitian terdahulu ini berupa hasil penelitian yang sudah dilakukan, penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan, antara lain :

1. Penelitian dengan Judul : Perilaku Komunikasi sales Promotion Girl Provider XL Axiata (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata Dalam Memberikan Pelayanan Terhadap Konsumen di Dukomsel Kota Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata dalam Memberikan Pelayanan terhadap Konsumen di Dukomsel Kota Bandung. Penelitian ini membahas tentang perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang melatari perilaku komunikasi tersebut.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Proses pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Selain itu, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi


(15)

partisipasi, dokumentasi, dan pencarian data di internet. Teknik analisa data yang digunakan adalah model siklus Miles dan Huberman untuk membahas mengenai permasalahan penelitian.Hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi verbal berupa penggunaan bahasa

Indonesia dan bahasa Sunda pada waktu tertentu, dan salam “Selamat datang di XL Axiata”. Sedangkan komunikasi non verbal berupa bahasa tubuh

terdapat gerakan tangan dan kepala, ekspresi wajah dan kontak mata. Dan dilihat dari penampilan fisik busana berlogo XL Axiata serta karakter fisik. Dan yang terakhir adanya motif alasan menjadi SPG dan motif tujuan menjadi SPG dalam membentuk perilaku komunikasi tersebut.Simpulan perilaku komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata dalam memberikan pelayanan terhadap konsumen berupa penggunaan bahasa Indonesia serta sesekali berbahasa Sunda, penggunaan salam sambutan

berupa “Selamat datang di XL Axiata”, penggunaan gerakan tangan dan

kepala, ekspresi wajah dan kontak mata yang ditunjukan, penggunaan seragam berlogo XL Axiata, beberapa karakter fisik yang dimilikinya. Dan yang terakhir adalah adanya motif masa lalu yang berasal dari pengalaman dan ajakan teman serta motif masa depan untuk mendapatkan uang dan bentuk tanggungjawab terhadap perusahaan.Saran sebaiknya Sales Promotion Girl Provider XL Axiata membiasakan mengucap salam, mempertahankan bahasa yang bersahabat dan meningkatkan penggunaan bahasa tubuh dalam (Ria Dwi Mutiara; NIM. 41809084/Ilmu Komunikasi UNIKOM:2013).


(16)

2. Penelitian dengan judul : PERILAKU KOMUNIKASI KAUM BISEKSUAL

(Studi Fenomenologi tentang Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Kota Bandung). Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui komunikasi verbal dan non verbal, serta motif dari perilaku komunikasi kaum biseksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi fenomenologi. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur, penelusuran internet, dan juga triangulasi dengan cara membandingkan jawaban informan utama dan pendukung. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kaum biseksual memiliki motif tersendiri yang mana motif tersebut mendasari mereka untuk menjadi seorang biseksual. Mereka bersikap normal untuk menghindari kecurigaan orang-orang yang berada diantara mereka. Begitupun dengan panggung tengah, mereka dapat menjaga sikapnya saat berada di area ini. Mereka memiliki cara tersendiri untuk dapat menciptakan kesan yang positif di lingkungan kehidupannya. Pengelolaan kesan yang dibentuk berupa simbol - simbol yang meliputi gaya berpenampilan, berperilaku, gaya bicara, dan lain-lain. (Bagus Sukma Julianto NIM. 41810062 /Ilmu Komunikasi UNIKOM : 2014).

3. Penelitian dengan judul : Gaya hidup Komunitas Beat Boys Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Gaya Hidup Komunitas


(17)

Beat Boys Bandung dikalangan para pengguna Vespa Kota Bandung. Untuk menjawab tujuan tersebut, maka yang akan di analisis didalam penelitian ini tentang aktivitas, minat dan citra diri Komunitas Beat Boys Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan yang berjumlah 5 (lima) orang dan 1 (satu) informan kunci. Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur, internet searching. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah penyeleksian data, klasifikasi data, merumuskan hasil penelitian, menganalisa hasil penelitian, dan penarikan kesimpulan. Dimana komunitas Beat Boys merupakan salah satu komunitas Vespa yang memiliki gaya hidup lumayan cukup tinggi. Dikarenakan komunitas Beat Boys merupakan komunitas yang sangat mementingkan keoriginalan semua komponen motor Vespa serta keoriginalanan merk pakaian yang mereka gunakan. Baik itu baju, jaket, parka, sepatu serta asesoris yang lainnya yang mendukung gaya hidup komunitas Beat Boys. (Ghita Khalida NIM. 10080006041/Ilmu Komunikasi UNISBA : 2010).

Tabel 2.1

Rekapitulasi Penelitian Terdahulu yang Sejenis Nama Ria Dwi Mutiara Bagus Sukma

Julianto

Ghita Khalida

Tahun 2013 2014 2010

Perguruan Tinggi


(18)

Judul Perilaku Komunikasi sales

Promotion Girl Provider XL Axiata (Studi Kasus

Mengenai Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata Dalam Memberikan Pelayanan Terhadap Konsumen di Dukomsel Kota Bandung). PERILAKU KOMUNIKASI KAUM BISEKSUAL (Studi Fenomenologi tentang Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Kota Bandung). Gaya hidup Komunitas Beat Boys Bandung

Metode Kualitatif Kualitatif Kualitatif

Hasil penelitian ini menunjukan perilaku

komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL

Axiata dalam memberikan pelayanan terhadap konsumen berupa penggunaan bahasa Indonesia serta sesekali berbahasa Sunda, penggunaan salam sambutan penggunaan gerakan

tangan dan kepala, ekspresi wajah dan kontak

mata yang ditunjukan, penggunaan seragam berlogo XL

Hasil penelitian menunjukan bahwa kaum biseksual memiliki

motif tersendiri yang mana motif tersebut mendasari mereka untuk menjadi seorang biseksual. Mereka bersikap normal untuk menghindari kecurigaan orang-orang yang berada

diantara mereka. Begitupun dengan panggung tengah,

mereka dapat menjaga sikapnya saat berada di area

ini. Mereka memiliki cara tersendiri untuk dapat menciptakan

kesan yang positif

Hasil pada penelitian ini dimana komunitas Beat Boys merupakan salah satu komunitas Vespa yang memiliki gaya hidup lumayan cukup tinggi. Dikarenakan komunitas Beat Boys merupakan komunitas yang sangat mementingkan keoriginalan semua komponen motor Vespa serta keoriginalanan

merk pakaian yang mereka gunakan. Baik itu baju, jaket, parka,


(19)

Axiata, beberapa karakter

fisik yang dimilikinya Dan

yang terakhir adalah adanya motif

masa lalu yang berasal dari

pengalaman dan ajakan teman

serta motif masa depan untuk mendapatkan uang dan bentuk tanggungjawab terhadap perusahaan.Saran sebaiknya di lingkungan kehidupannya. Pengelolaan kesan yang dibentuk berupa simbol -

simbol yang meliputi gaya berpenampilan, berperilaku, gaya

bicara, dan lain-lain. asesoris yang lainnya yang mendukung gaya hidup komunitas Beat Boys.

Sumber : Penulis, 2015

2.1.2 Tinjauan tentang Ilmu Komunikasi

Komunikasi merupakan jalur penting yang menghubungkan kita di dunia, sarana kita menampilkan kesan, mengekspresikan diri, mempengaruhi orang lain dan lain-lain, maka melalui komunikasi lah kita membangun hubungan dengan beragam jenisnya, dengan begitulah komunikasi sangatlah mendasar bagi kehidupan kita.

Di manapun kita tinggal dan apapun pekerjaan kita, kita selalu membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Komunikasi adalah suatu topikyang amat sering dierbincangkan di berbagai kalangan. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Ingris berasal dari bahasa Latin communis yang

berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti

“membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari


(20)

kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.

2.1.2.1 Pengertian Ilmu Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.

Seseorang melakukan komunikasi karena ingin mengadakan hubungan dengan lingkungannya serta komunikasi dilakukan dengan berbagai media agar pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan benar, sebagaimana yang diungkapkan oleh Lasswell sebagai berikut :

“Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa atau hasil apa.”

Komunikasi dapat dilihat dari pernyataan Deddy Mulyana, “Komunikasi

adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal dan non verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih”. (Mulyana 2005:3).

Definisi-definisi sebagaimana dikemukakan diatas, tentu belum mewakili semua definisi yang telah dibuat oleh para ahli. Namun paling tidak kita telah memperoleh gambaran tentang apa yang dimaksud komunikasi.


(21)

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses melalui mana individu dalam hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi tersebut untuk berhubungan satu sama lain dengan lingkungan.

2.1.2.2 Proses Komunikasi

Secara umum banyak ilmuwan sepakat bahwa komunikasi itu merupakan sebuah proses penymapaian pesan dalam bentuk ide, gagasan, pikiran, emosi, perilaku, dan sebagainya. dalam proses komunikasi terdapat empat kemungkinan jenis pesan Verbal disengaja; Verbal tidak disengaja; Non Verbal disengaja; Non Verbal tidak disengaja. Pesan verbal disengaja yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Pesan verbal tidak disengaja adalah sesuatu yang dikatakan tanpa bermaksud mengatakannya. Perbedaan antara pesan non verbal disengaja dan tidak disengaja adalah dalam aspek keinginan.

Onong Uchjana Efendi (2003:11) membagi proses komunikasi dalam dua sisi, yaitu proses komunikasi secara primer dan sekunder. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Sementara itu, proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain menggunakan alat dan sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses komunikasi terdiri dari penyebar pesan, pesan, dan penerima pesan.


(22)

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Harold D. Laswell (1948), memaparkan bahwa fungsi komunikasi sebagai berikut :

1. Menjaga atau mengawasi lingkungan (surveillance of the environment) 2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk lingkungannya (correlation of the part of society in responding to the environtment) dan

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya (transmission of social heritage).

Fungsi Komunikasi menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, dapat dijelaskan seperti berikut :

1. Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikator itu penting untuk membangun konsep-diri kita, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar daritekanan dan ketegangan, anatar lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain (Mulyana, 2010 : 5).

2. Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspreasif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita” (Mulyana, 2010:21).


(23)

3. Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan terdalam seseorang. Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian kepada kelompok. Bukanlah substansi kegiatan ritual itu sendiri yang terpenting, melainkan perasaan senasib sepenanggungan yang menyertainya, perasaan bahwa kita terikat oleh sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri, yang bersifat abadi, danbahwa kita diakui dan diterima dalam kelompok kita (Mulyana, 2010 : 25).

4. Komunikasi Instrumental

Mempunyai beberapa tujuan umum : menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang (Mulyana, 2010 : 30).


(24)

2.1.2.4 Unsur-unsur Komunikasi

Paradigma Harold D. Lasswell menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan sebagai berikut ”Who Says What

in Which Channel to Whom With What Effect?” yaitu : 1. Komunikator.

Komunikator adalah pihak yang menyampaikan atau mengirm pesan kepada khalayak karena itu komunikator biasa di sebut pengirim, sumber, source, atau encoder. (Cangara,2005:81).

2. Pesan.

Pesan (massage) dalam komunikasi tidak lepas dari simbol dan kode, karena pesan yang di kirim oleh komunikator kepada penerima terdiri atas rangkaian simbol dan kode baik secara verbal maupun non verbal.(Cangara,2005:93).

3. Media.

Media adalah alat atau sarana yang di gunakan untuk menyampaika pesan dari komunikator kepada komunikan. (Cangara,2005:119). 4. Komunikan.

Komunikan biasa di sebut dengan penerima, sasaran, pembaca, pendengar, penonton, pemirsa, decoder, atau khalayak. Komunikan dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat. (Cangara,2005:135).


(25)

5. Efek.

Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan di lakukan sebelum dan sesudah menerima pesan. (Cangara,2005:147).

2.1.2.5 Bentuk-bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, diantaranya :

1. Komunikasi Intrapribadi (Intapersonal Communication)

Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik disadari atau tidak. Contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks konteks lainnya, meskipun dalam disiplin ilmu komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi intrapribadi ini inheren dalam komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan dirisendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri (Mulyana, 2010: 80).

2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya


(26)

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi (Mulyana, 2010:81).

3. Komunikasi Kelompok (group communication)

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecah masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (Mulyana, 2010:82).

4. Komunikasi Publik (public communication)

Komunikasi publik adalah komuniaksi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah, atau kuliah (umum). Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik


(27)

menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian, dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk (Mulyana, 2010:82).

5. Komunikasi Oganisasi (Organizational Communication)

Komunikasi organisasi adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni : komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal. Sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat, juga termasuk gossip (Mulyana, 2010:83).

6. Komunikasi Massa (Mass Commnication)

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah), maupun elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya


(28)

bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khususnya media elektronik) (Mulyana, 2010:83).

2.1.2.6 Konseptualisasi Komunikasi

Menurut John R. Wenburg dan Wiliam W. Wilmot juga Keneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, Konseptualisasi komunikasi dibagi menjadi tiga pandangan pemahaman sebagaimana dikutip oleh Deddy Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar diantaranya :

1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah

Suatu pemahaman popular mengenai komuinkasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari sesorang kepada seseorang lainnya, baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui media. Misalnya, seseorang itu mempunyai informasi mengenai suatu masalah, lalu ia menyampaikan kepada orang lain, orang lain mendengarkan, dan mungkin berperilaku sebagai hasil mendengarkan pesan tersebut, lalu dianggap komunikasi sudah terjadi. Jadi komunikasi diabggap suatu proses linier yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berkahir pada penerima, sasaran atau tujuannya. Pemahaman komunikasi sebagai proses satu arah boleh di aplikasikan pada komunikasi tidak langsung, seperti pada pidato yang tidak melibatkan banyak Tanya jawab dan komunikasi massa (cetak dan elektronik). (Mulyana, 2010 :67).


(29)

Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal maupun non verbal, seseorang penerima bereaksi dengan member jawaban verbal atau menganggukan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Pokoknya masing-masing dari kedua pihak berfungsi secara berbeda, bila yang satu sebagai pengirim, maka tang satunya lagi sebagai penerima. Begitu pula sebaliknya. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi sebagai tindakan satu arah. Namun pandangan kedua ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan pemnerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi sumber, meskipun kedua peran tersebut dianggap bergantian. Jadi, pada dasarnya proses interaksi yang berlangsung juga masih bersifat mekanis dan statis. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan balik, yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikan sebelumnya (Mulyana, 2010 : 72).


(30)

Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati, artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya mengajak atau tidak, dan bahkan meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain (Mulyana, 2010 :74).

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok 2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Menurut Michael Burgoon (Deddy Mulyana, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang


(31)

atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.

Adapun pengertian komunikasi kelompok menurut Alvin A. Goldberg adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil, dan bukan deskripsi mengenai bagaimana seharusnya komunikasi terjadi serta bukan pula sejumlah nasehat tentang cara - cara bagaimana yang harus ditempuh. Sebab, bagaimanapun juga dari sudut pandang komunikasi kelompok sudah dapat dibayangkan bahwa dalam jangka panjang pemusatan perhatian pada deskripsi dan analisa mungkin akan berguna dalam menguatkan proses diskusi kelompok daripada seperangkat aturan yang paling baik sekalipun.

Sedangkan menurut Michael Burgoon (Deddy Mulyana, 2005 : 58) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Sementara komunikasi kelompok berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa banyak. Apabila jumlah orang yang dalam kelompok itu sedikit yang berarti


(32)

kelompok itu kecil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil; jika jumlahnya banyak yang berarti kelompoknya besar dinamakan komunikasi kelompok besar.

2.1.3.2 Kelompok primer dan sekunder

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 2008) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota - anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota - anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut: Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. Perbedaan antara kelompok primer dan sekunder :

1. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

2. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.


(33)

3. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.

4. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.

2.1.3.3 Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi 1. Konformitas.

Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan- rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.

2. Fasilitasi sosial.

Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang


(34)

menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti- peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu. 3. Polarisasi.

Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. (Deddy Mulyana, 2005)

2.1.3.4 Faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat


(35)

memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:

a. ukuran kelompok b. jaringan komunikasi c. kohesi kelompok (Deddy Mulyana, 2010 : 45)

2.1.3.5 Karakteristik Komunikasi Kelompok

Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang - orang dalam suatu kelompok berprilaku satu dengan yang lainnya. Kadang - kadang norma yang disebut oleh para sosiolog dengan nama “hukum” (law)

ataupun “aturan” (rule), yaitu prilaku-prilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan untuk suatu kelompok. Jika norma diberi batasan sebagai ukuran kelompok yang dapat diterima, maka peran (role) merupakan pola-pola prilaku yang diharapkan dari setiap anggota kelompok. Ada dua fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan. (Deddy Mulyana, 2010)

2.1.3.6 Komunitas

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti


(36)

"kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak". Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas. Komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi bersama dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, komunitas juga berbagi bentuk - bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama, dan bahasa, dan masing - masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas tersebut.(Jalaludin Rahmat,2008)

2.1.4 Tinjauan Tentang Perilaku Komunikasi

Meninjau pada Kuswarno (2013:103) perilaku komunikasi yaitu penggunaan lambang - lambang komunikasi. Lambang – lambang dalam perilaku komunikasi terdiri dari lambang verbal dan non verbal. Perilaku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respons) terhadap rangsangan (stimulus), karena itu rangsangan mempengaruhi tingkah laku. Intervensi organisme terhadap stimulus respon dapat berupa kognisi sosial, persepsi, nilai, atau konsep. Perilaku adalah satu hasil dari peristiwa atau proses belajar. Proses tersebut adalah proses alami. Sebab musabab perilaku harus dicari pada lingkungan eksternal manusia bukan dalam diri manusia itu sendiri.


(37)

2.1.4.1 Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku

Terdapat beberapa faktor personal yang mempengaruhu perilaku manusia yaitu :

1. Faktor Biologis

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor - faktor sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis manusia menentukan perilakunya. Aliran sosiobiologi memandang segala kegiatan manusia berasal dari struktur biologinya. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia (epigenetic rules). Struktur genetis, misalnya mempengaruhi kecerdasan, kemampuan sensasi, dan emosi. Sistem saraf mengatur pekerjaan otak dan proses pengolahan informasi dalam jiwa manusia. Sistem hormonal bukan saja mempengaruhi mekanisme biologis, tetapi juga proses psikologis (Rahmat 2008:33).

2. Faktor Sosiopsikologis

Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. hal itu dapat diklasifikasi kedalam tiga komponen : afektif, kognitif, dan konatif. (Rahmat 2008:36).

2.1.4.2 Faktor Situasional yang Mempengaruhi Perilaku

Delgado menyimpulkan bahwa respons otak sangat dipengaruhi


(38)

Edward G. Sampson merangkumkan seluruh faktor situasional sebagai berikut:

1. Faktor temporal

Waktu dapat mempengaruhi bioritma manusia dalam kehidupan. 2. Analisis suasana perilaku

Lingkungan dapat memberikan efek-efek tertentu terhadap perilaku manusia.

3. Faktor teknologis

Revolusi teknologi seringkali disusul dengan revolusi dalam perilaku sosial.

4. Faktor sosial

Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor – faktor sosial yang menata perilaku manusia. Secara singkat, pengelompokkannya adalah sebagai berikut:

a. Struktur organisasi b. Sistem peranan c. Struktur kelompok d. Karakteristik populasi

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal 2.1.5.1 Pengertian Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.


(39)

Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol – simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas (Mulyana, 2010:260). Bahasa verbal adalah sarana untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. 2.1.5.2 Hakikat Bahasa

Pesan verbal menggunakan bahasa alfanumerik yang tercatat sebagai salah satu presentasi kemanusiaan yang paling mengesankan. Sekitar 10.000 bahasa dan dialek berbeda di gunakan saat ini, dan masing-masing keadaanya unik dalam beberapa hal. Ada juga sejumlah persamaan antar bahasa. Semua bahasa lisan, misalnya, menggunakan perbedaan antara huruf vokal dan konsonan. setiap bahasa memiliki pola yang dapat di identifikasi dan menetapkan aturan relatif terhadap :

1. Fonologi. Cara suara digabungkan menjadi kata-kata 2. Sintaksis. Cara kata-kata digabungkan menjadi kalimat

3. Semantik. Arti kata-kata atas dasar hubungan mereka satu dengan yang lain dan dengan unsur-unsur lingkungan

4. Pragmatik. Cara di mana bahasa digunakan dalam praktik.(Engkus, 2013:140)

2.1.5.3 Fungsi Bahasa

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana, 2010;266) bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.


(40)

1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. 3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah

yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

2.1.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal 2.1.6.1 Pengertian Komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol selain kata-kata seperti nada bicara, ekspresi wajah dan lain-lain. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari. Menurut Edward T. Hall mengartikan komunikasi non verbal sebagai berikut :

“Komunikasi non verbal adalah sebuah bahasa diam (silent language) dan dimensi tersembunyi (hidden dimension) karena pesan non verbal yang tertanam dalam konteks komunikasi”. (Mulyana, 2010:344).


(41)

Secara garis besarnya menurut Larry A. Samovar, Richard E. Porter, Edwin R McDaniel dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Lintas Budaya, membagi pesan non verbal kedalam dua kategori sebagai berikut :

1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, dan parabahasa.

2. Ruang, waktu, dan diam. (dalam Deddy Mulyana, 2010:299) 2.1.6.2 Fungsi Komunikasi Non Verbal

Menurut Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata komunikasi non verbal sebagai berikut :

1. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan,

“Saya tidak sungguh-sungguh”.

2. Ilustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.

3. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi. 4. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada

dalam tekanan. itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

5. Affect Display. Pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut, terkejut atau senang.


(42)

Komunikasi non verbal bisa dikatakan hanya menggunakan isyarat atau tidak menggunakan kata-kata yang lisan, tapi tetap saja memiliki fungsi dalam penggunaannya.

Menurut Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaannya komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk :

1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repletion).

2. Menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution).

3. Menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity). 4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum

sempat. (Cangara, 2005:106). 2.1.6.3 Ciri-ciri Komunikasi Non Verbal

Devito mengemukakan bahwa pesan-pesan nonverbal mempunyai ciri-ciri umum, yaitu :

1. Perilaku komunikasi bersifat komunikatif, yaitu dalam situasi interaksi, perilaku demikian selalu mengkomunikasikan sesuatu. 2. Komunikasi non-verbal terjadi dalam suatu konteks yang membantu

menentukan makna dari setiap perilaku non-verbal.

3. Pesan nonverbal biasanya berbentuk paket, pesan-pesan nonverbal saling memperkuat, adakalanya pesan-pesan ini saling bertentangan. 4. Pesan nonverbal sangat di percaya, umumnya bila pesan verbal saling

bertentangan, kita mempercayai pesan nonverbal. 5. Komunikasi nonverbal di kendalikan oleh aturan.


(43)

6. Komunikasi nonverbal seringkali bersifat metakomunikasi, pesan nonverbal seringkali berfungsi untuk mengkomentari pesan-pesan lain baik verbal maupun non-verbal.

2.1.6.4 Jenis Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal yang kita anggap cukup penting ternyata dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis pesan yang digunakannya. Dari jenis komunikasi non verbal yang pernah diberikan oleh para ahli sangat beragam. Adapun jenis-jenis komunikasi non verbal yaitu sebagai berikut :

1. Bahasa tubuh : a. Isyarat tangan b. Gerakan tangan

c. Postur tubuh dan posisi kaki d. Ekspresi wajah dan tatapan mata 2. Sentuhan

3. Parabahasa 4. Penampilan fisik :

a. Busana

b. Karakteristik fisik 5. Bau-bauan

6. Orientasi ruang dan jarak pribadi : a. Ruang pribadi dan ruang publik b. Posisi duduk dan pengatutan ruangan 7. Konsep waktu


(44)

8. Diam 9. Warna

10. Artefak (Mulyana, 2010:353) 2.1.7 Tinjauan Tentang Motif

2.1.7.1 Pengertian Motif

Melihat pernyataan dalam Kuswarno (2013:192), motif adalah dorongan untuk menetapkan suatu pilihan perilaku yang secara konsisten dijalani oleh seseorang sedangkan alasan adalah keputusan yang pertama kali keluar pada diri seseorang ketika dirinya mengambil suatu tindakan tertentu.

Motif merupakan konfigurasi makna yang menjadi landasan untuk bertindak, oleh karena itu motif menjadi penting dalam setiap tindakan informan. Pentingnya motif untuk meninjau diri informan terdapat dalam pernyataan Schutz. Menurut Schutz terdapat dua macam motif yaitu : in order to motive dan because motive. because motive merupakan motif yang berorientasi ke masa lalu jadi merujuk pada pengalaman masa lalu aktor. Sedangkan in order to motif merupakan motif yang berorientasi ke masa depan. Menurut hal tersebut dapat dikatakan bahwa sebuah motif terdapat fase historis, yaitu masa lalu dan masa depan, sehingga tindakan apapun yang dilakukan oleh seseorang baik di masa lalu dan masa yang akan datang tersebut dilatari oleh motif.


(45)

2.1.8 Tinjauan Tentang Mod 2.1.8.1 Sejarah Mod

Mod adalah satu fenomena sosial yang kompleks yang terjadi di Inggris pada tahun 60-an (dimulai akhir tahun 50-an tepatnya pada tahun 1958) di kota London. Dimana para pemuda di London yang saat itu berada pada kondisi ekonomi yang kurang baik, tetapi mereka tetap ingin mempertahankan kesempurnaan dari gaya personal mereka. Mereka terobsesi dengan American rhythm and blues dan Italian motor scooters. Puncak kejayaan era mod ini terjadi dari tahun 1962 sampai akhir tahun 70-an dan menyebar luas ke seluruh dunia.

Mod yang sudah menjadi salah satu gaya hidup sudah pasti mencakupi semua hal dari musik sampai fashionnya. Kata Mod itu sendiri sebenarnya berasal dari kata Modernist/ Modern/ Modern Jazz (karena selera musik mereka pada saat itu terfokus pada modern jazz). Seiring meluasnya gaya hidup ini di London sampai daerah utara Inggris, ciri khas para modernist ini semakin kelihatan. Mereka mengendarai skuter Itali, cara berpakaian yang rapih dan bervariasi (dengan konsep Do It Yourself, karena saat itu perekonomian sangat sulit tapi keinginan untuk tetap gaya masih sangat kuat jadi mereka membuat baju mereka sendiri dan dari sinilah muncul fenomena baru lagi, yaitu era butik).

Mod sendiri juga mengalami metamorfosa perubahan era, dari

“Modernists” (era 50 Revivalists” (era 70 dengan 90-an). Mods juga dikenal karena identik dengan lambang lingkaran (target) berwarna biru, merah dan


(46)

putih. Lambang ini sebenarnya diambil dari emblem identitas Royal Air Force (RAF), Angkatan Udara Inggris. Secara historis, lambang ini pun tidak sepenuhnya berasal dari RAF, melainkan justru terinspirasi dari bendera Prancis. Berawal dari Perang Dunia I, di mana lambang Union Jack Inggris yang terda pesawat mereka sekilas tampak sama dengan lambang salib Jerman, musuh mereka. Sehingga dipandang perlu untuk memakai lambang lain untuk menghindari insiden salah tembak.

Istilah mods berasal dari modernis, yang merupakan istilah yang digunakan pada 1950-an untuk menggambarkan musisi jazz modern dan fans. Penggunaan ini berlawanan dengan istilah tradisional, yang menggambarkan para pemain dan penggemar musik jazz tradisional. The Absolute Beginners 1959 novel oleh Colin MacInnes modernis menggambarkan sebagai seorang penggemar jazz muda modern yang tajam pakaian gaun di Italia modern. Absolute Beginners mungkin salah satu contoh tertulis paling awal dari modernis istilah yang digunakan untuk menggambarkan gaya anak muda Inggris-sadar penggemar jazz modern. Para modernis kata dalam pengertian ini seharusnya tidak bingung dengan penggunaan yang lebih luas dari istilah modernisme dalam konteks sastra, seni, desain dan arsitektur.

Para Mod boys menghabiskan uang mereka agar mereka bisa tampil se-dandy/rapih mungkin. Mengendarai skuter adalah salah satu point penting yang jadi bagian dari wardrobe mereka juga. Dan para Mod girls juga begitu walau mereka tidak harus memiliki skuter. Para mods selalu mempunyai gaya yang


(47)

rapi, bersih, dan simple dan boyish look. Mod boys mengenakan make-up dan terkadang membawa handbags juga.

Fenomenal yang orisinil dari mods terbagi menjadi empat, yaitu:

1. The Art school or high camp version : mengeksplorasi image baru dari gaya cowok yang jauh dari clumsiness dan maskulinitas, mereka sangat dressed-up dan often memakai make-up dan membawa handbags.

2. Mainstream mods : mereka mengenakan suit atau setelan yang rapi dan bersih, jas dan celana lurus, pointed shoes, ditemani oleh wanita dengan rambut pendek, berkeliling ke club-club memamerkan busana mereka dan menunjukkan gaya dansa baru.

3. Scooter boys : mereka mengenakan suit dan coat pada malam hari, jeans lebar dan sepatu kanvas. Tidak ketinggalan skuter Itali mereka yang di kelas pekerja sudah seperti sebuah sport-car.

4. Hard mods : mengenakan sported jeans dengan bottom strata, dan memakai boot. Dari sinilah berasalnya skinheads diakhir tahun 60-an.3

Jobling dan Crowley menyebutkan subkultur mod adalah "mode terobsesi dan hedonistik dari hyper-keren ", pemuda-pemuda yang tinggal di kota London atau kota-kota baru di selatan London. Karena dengan peningkatan kemakmuran pasca-perang Inggris, para pemuda tahun 1960- an awal adalah salah satu generasi pertama yang tidak harus menyumbangkan uang mereka dari pekerjaan. Sebagai mod, remaja dan dewasa mulai menggunakan pendapatan mereka untuk membeli pakaian,

3 http://www.otosia.com/berita/mod-mayday-membawa-subkultur-vespa-london-ke-bali.html/


(48)

toko-toko butik pertama dibuka di kota London yaitu di Carnaby Street dan Kings Road.

Mod fashion mengadopsi gaya Italia dan Prancis, baru sebagai reaksi terhadap perlawanan terhadap para Rocker (kultur komunitas motor-motor besar), yang dipandang terperangkap dengan gaya berpakaian tahun 1950-an, dengan sepeda motor dan jaket kulit. Mods mengadopsi gaya berpakain Italia, yaitu setelan tailor-made (kadang-kadang berwarna putih) dengan kerah yang sempit, pakaian mohair, dasi tipis, kemeja berkerah, sweater kasmir (crewneck atau V-neck), sepatu kulit winklepickers, dan gaya rambut aktor-aktor Perancis era Nouvelle, seperti Jean-Paul Belmondo.

Mod melawan norma-norma gender dengan berpenampilan mereka menggunakan make-up seperti eyeshadow, eyepencil atau bahkan lipstik. Para kaum mods mengenakan jaket model militer sebab pemakaian jaket-jaket parka militer untuk melindungi jas mahal dan celana dari lumpur dan hujan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur pikir peneliti yang dijadikan sebagai peta pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Adapun sudut pandang pemikiran dan teori yang memberikan arahan dan patokan bagi peneliti untuk dapat memahami serta mendeskripsikannya dari sebuah perialku komunikasi komunitas info vespa bandung yaitu melalui studi fenomenologi.


(49)

Fenomenologi pada dasarnya mempelajari struktur tipe-tipe kesadaran, yang terentang dari persepsi, gagasan, memori, imajinasi, emosi, hasrat, kemauan, sampai sebuah tindakan sehingga, disiplin ilmu tersebut memahami struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang pertama).

Alfred Schutz (1899-1959) seorang tokoh teori fenomenologi yang membawa fenomenologi ke dalam ilmu sosial mengatakan inti dari fenomenologi yaitu :

Fenomenologi adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Proses penafsiran dapat digunakan untuk memperjelaskan atau memeriksa maka yang sesungguhnya, sehingga dapat memberikan konsep kepekaan yang implisit. Schutz meletakkan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, Schutz mengikuti pemikiran Husserl, yaitu proses pemahaman aktual kegiatan kita, dan pemberian makna terhadapnya, sehingga ter refleksi dalam tingkah laku. (Kuswarno, 2013:18)

Membahas perilaku komunikasi komunitas info vespa bandung dalam pendekatan fenomenologis tidak bisa terlepas dari lambang verbal dan non verbal yang menjadi inti dari komunikasi. Karena komunikasi tidak akan pernah berlangsung bila tidak adanya lambang-lambang yang saling dipertukarkan dari penganut kultur Mod tersebut. Perilaku komunikasi (penggunaan lambang-lambang komunikasi) (Kuswarno 2013:103).

Mengacu juga pada pemikran Schutz, manusia akan memilki motif yaitu berorientasi kemasa depan (in order to motive) dan berorientasi ke masa lalu (because motive). Sehingga perilaku yang ditunjukan manusia akan memiliki motif yang menggambarkan sebab (orientasi masa lalu), dan untuk (orientasi masa depan).


(50)

Hal diatas pun diperkuat oleh adanya suatu pandangan dari interaksi simbolik dalam terminologinya yanng dipikirkan oleh Mead terhadap perilaku komunikasi yaitu setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti sangat penting. Dengan demikian interaksi simbolik berasumsi bahwa manusia dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman.

Sehingga dari asumsi tersebut sangat berhubungan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini bahwa dengan demikan fenomenologi akan memimpin peneliti pada latar belakang dan kondisi-kondisi dibalik sebuah pengalaman khusunya pada perilaku komunikasi komunitas info vespa bandung

Douglas (1970) dalam buku filsafat ilmu komunikasi juga memberikan penjelasan mengenai pengertian interaksi simbolik yang terkait dengan konsep dan asumsi dasar interaksi simbolik..

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. (Mulyana 2008:136)

Simbol gaya hidup seperti pakaian, musik, dan kendaraan seringkali dapat mengkomunikasikan makna-makna, dan mengorganisasi interpretasi orang lain secara cukup tepat, dan digunakan untuk berinteraksi secara bermakna satu sama lain, hal itu merupakan interaksi sosial yang bermakna.


(51)

Perspektif interaksi simbolik memunculkan bahwa makna dan tindakan itu sesungguhnya saling mempengaruhi dan proses interpretif yang terjadi di dalamnya melibatkan pertukaran makna, suatu transaksi dimana sebab dan akibat tidak dapat dibedakan. Manusia bertindak dengan mempertimbangkan segala hal yang diamati dan mengarahkan perilakunya pada suatu perbuatan sebagaimana yang ia interpretasikan. (Mulyana, 2008: 29)

Menurut pandangan interaksi simbolik, manusi dipandang sebagai pelaku, pelaksana, pencipta, dan pengarah bagi dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa dan semangat bebas dilihat dari kualitas manusia yang tercipta secara sosial. Tindakan tidak selalu diarahkan pada diri sendiri, namun juga ada alternatif-alternatif lain, seperti emosi, luapan perasaan, dan kebiasaan - kebiasaan lain. Hal ini membawa kita pada respons yang dilakukan tanpa berpikir, tanpa pemecahan masalah, tanpa mempertimbangkan masa lalu dan masa depan, dan tanpa pengambilan peran yang ditetapkan secara baku.

Interaksi Simbolik adalah interaksi yang memunculkan makna khusus dan menimbulkan interpretasi atau penafsiran. Sementra menurut Mead, esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. (Mulyana, 2008: 68).

Menurut Bluumer (Spardley, 1997:7, dalam Mulyana, 2008) ada beberapa premis interaksionisme simbolik yang perlu dipahami peneliti budaya, yaitu sebagai berikut :

Pertama, manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka.


(1)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur tak akan pernah terhenti kita panjatkan ke hadapan Dzat yang Maha Agung dan Maha Tinggi, Allah SWT. Atas rahmat, karunia dan hidayah-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung di Kota Bandung (Studi Fenomenologi Mengenai Perilaku Komunikasi Komunitas Info Vespa Bandung dalam Penggunaan Culture Mod Sebagai Gaya Hidup)” tepat pada waktu yang sudah ditentukan.

Dalam menyusun penelitian ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dialami peneliti. Terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan wawasan menjadi hambatan terbesar dalam penyusunan Skripsi ini. Tetapi berkat kerja keras, optimisme dan dukungan dari semua pihak, akhirnya peneliti bisa menyelesaikannya dengan semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang membangun peneliti harapkan agar dapat memberikan manfaat dan kemajuan bagi peningkatan peneliti di masa yang akan datang.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa dukungan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, Untuk itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada kedua orang tua yang telah meluangkan


(2)

iii

waktu, pikiran, dan kesempatan untuk memberikan doa, semangat, dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

.

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan arahan sebelum dan sesudah peneliti melaksanakan skripsi.

3. Bapak Sangra Juliano P, M.I.Kom selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang turut membantu dalam hal pemberian informasi tentang pelaksanaan skripsi.

4. Bapak Adiyana Slamet, S.Ip, M.Si selaku staf dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia serta sekaligus menjadi Pembimbing skripsi, yang telah membimbing, memotivasi, Dan terus memberikan arahan serta masukan yang sangat berharga bagi peneliti, sehingga peneliti diberikan bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Staff Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom Bandung yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan berguna bagi penyusunan skripsi yang peneliti lakukan


(3)

iv

6. Kakak-kakak tercinta, Mas Anton yang selalu sabar dan baik kepada saya. Juga adik saya tercinta yang amat sangat saya sayangi, Silvia Widi Ayomsari.

7. My soulmate, ”Anggia Anissashara”, ”Thank’s 4 Ur dedicate & sacrifice too me...I Love U from the bottom of my heart.

8. Sahabat-sahabat terbaikku, Rizki Chikita, Ryo A Reyne ”My Bro”, semua anak-anak IK Humas dan Jurnalistik seluruh angkatan ”Thank’s 4 all...”.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses menyelesaikan Skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermamfaat bagi pihak lain yang berkepentingan. Tiada kata yang bisa terungkap, peneliti hanya bisa mendoakan semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan seluruh kebaikan semua pihak yang telah diberikan kepada peneliti, mendapat balasan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Amien.

Kritik dan Saran sangat peneliti harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga penulisan ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Agustus 2015 Peneliti

Bonifasius Wisnu Sasongko NIM.41811024


(4)

(5)

(6)