VARIABEL PENELITIAN DEFINISI OPERASIONAL

eksperimen. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh, sedang statistik inferensial digunakan untuk membuat kesimpulan. Sugiyono 2003:169-170 menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan secara umum generalisasi. Sedang statiktik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode analisis statitik deskriptif.

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati, yang berfungsi sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu Sugiyono, 2006. Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua katagori, yaitu variabel bebas independent dan variabel terikat dependent. Pengertian kedua variabel tersebut menurut Sugiyono 2007:39 adalah: 1. Variabel Independen Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecendent. Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent terikat. 2. Variabel Dependen Variabel ini sering disebut sebagai variabel out put, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah perilaku interpersonal, pengembangan profesi, dan kompetensi pedagogik. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku interpersonal X 1 dan pengembangan profesi X 2 yang memiliki hubungan timbal balik antara satu dengan yang lain dan keduanya memberikan pengaruh terhadap kompetensi pedagogik Y sebagai variabel terikat. Hubungan antar variabel-variabel tersebut secara garis besar dapat digambarkan pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Hubungan antar variabel Perilaku Interpersonal X 1 Pengembangan Profesi X 2 Kompetensi Pedagogik Y

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi dari perilaku interpersonal adalah keinginan untuk mengerti orang lain. Ini adalah kemampuan untuk mendengarkan dan mengerti secara akurat pikiran, perasaan, masalah orang lain yang tidak terucapkan atau tidak sepenuhnya disampaikan. Kompetensi ini mengukur kompleksitas dan kedalaman pemahaman terhadap orang lain, juga termasuk sensitivitas antar budaya. Fisher, D 2005:6 menyatakan bahwa interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa menggambarkan suatu perilaku dan teknik berkomunikasi guru tersebut yang didefinisikan sebagai teacher interpersonal behavior. Perilaku interpersonal guru terbagi menjadi empat dimensi, dimensi pertama dominance menggambarkan sosok guru yang memiliki jiwa kepemimpinan leadership dan selalu menolong dan bersahabat helpfulfriendly dengan siswanya. Dimensi kedua adalah cooperation menggambarkan sosok guru yang sabar dan pengertian understanding serta senantiasa memberikan kebebasan kepada siswanya untuk menanamkan rasa tanggung jawab student responsibilityfreedom. Dimensi yang ketiga adalah submission menggambarkan sosok guru yang kurang percaya diri uncertain dan sosok yang selalu merasa kecewa terhadap siswanya dissatisfied. Dimensi yang keempat adalah opposition menggambarkan sosok guru dengan emosi tidak stabil, mudah marah admonishing dan bersifat kaku strict. Lang, 2005:19 Pengembangan profesi dalam pendidikan dapat didefinisikan sebagai continuing activities that concern on up-grading process of people who are involving in education with long term impact on student achievement in the classroom Glossary of No left Behind Act, 2001 Kegiatan pengembangan profesi dipengaruhi oleh tiga hal yaitu demand yaitu tuntutan profesi yang diembannya terlihat dari goal atau tujuan yang ingin diraihnya, kepercayaan diri self-efficacy yang dimilikinya, tugas yang diembannya growth-facilitating task dan perbedaan setiap individu yang tercermin dari locus of control masing-masing indvidu. Faktor yang kedua adalah mediator yang menjelaskan bagaimana pengembangan profesi dapat meningkatkan penampilan atau kompetensi seseorang, terlihat dari direction atau arah yang muncul dari proses prioritas, effort and persistence upaya yang dimilikinya dan daya tahan terhadap berbagai tantangan, serta task-specific strategies yaitu strategi dalam mengerjakan tugas-tugas. Faktor yang ketiga adalah moderator yaitu faktor pembatas yang dapat meningkatkan atau menurunkan efek dari tuntutan terhadap penampilan seseorang. Faktor ini meliputi ability dan task complexity menggambarkan kemampuan seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas yang diembannya, situatuonal constraint dan uncertainty yaitu situasi dan ketidakpastian dari suatu keadaan sangat mempengaruhi seseorang dalam penampilannya, feedback atau umpan balik adalah hal yang dibutuhkan agar orang dapat melakukan perbaikan dan berkembang lebih baik lagi, serta goal commitment menggambarkan seberapa besar komitmen yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ingin diraihnya. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik Permendiknas No. 16 tahun 2007. Kompetensi yang dibutuhkan guru dalam memberikan proses bimbingan dan pembelajaran dengan metode tertentu kepada peserta didik secara formal. Kompetensi ini meliputi tiga fungsi manajerial yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan meliputi penetapan tujuan pembelajaran dan cara mencapainya yang terlihat dari rancangan pelaksanaan pembelajaran, mampu mengembangkan kurikulum yang terkait, dan pemahaman karakter peserta didik dari berbagai aspek. Pelaksanaan atau yang sering disebut juga implementasi adalah proses yang memberikan kepastian bahwa PBM telah dilaksanakan sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan, meliputi penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip pembelajaran, dapat menyelenggarakan pembelajaran dengan berkomunikasi secara efektif, dan mampu menggunakan teknologi informasi dalam pembelajaran. Evaluasi yang bertujuan untuk menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, meliputi kemampuan untuk melaksanakan penilaian dan evaluasi, mampu memanfaatkan hasil evaluasi sebagai refleksi untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

D. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Implikasi Hukum Dihapusnya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Dan Sekolah Bertaraf Internasional Oleh Mahkamah Konstitusi

0 4 7

PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL (RSMABI) DI SMA NEGERI 1 TEMANGGUNG

0 4 16

PENGELOLAAN HUBUNGAN KERJA KEPALA SEKOLAH DAN GURU DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Pengelolaan Hubungan Kerja Kepala Sekolah dan Guru di Rintisan sekolah Bertaraf Internasional (Studi Situs di SMP N 1 Delanggu).

0 3 14

PENGELOLAAN HUBUNGAN KERJA KEPALA SEKOLAH DAN GURUDI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Pengelolaan Hubungan Kerja Kepala Sekolah dan Guru di Rintisan sekolah Bertaraf Internasional (Studi Situs di SMP N 1 Delanggu).

0 2 15

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU BERDASAR PAGU RINTISAN SEKOLAH NASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL (SNBI)(Studi Kasus SMA 1 Salatiga).

0 0 11

PENGELOLAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF PENGELOLAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ( Studi Pelaksanaan Rintisan SBI SMA Negeri 1 Boyolali).

0 1 11

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Budaya Belajar Matematika Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Etnografi Di SMPN2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl Demak).

0 3 16

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Budaya Belajar Matematika Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Etnografi Di SMPN2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl Demak).

0 1 16

PENGARUH EVALUASI DIRI DAN PENGEMBANGAN PROFESI TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU di Kabupaten Sukabumi, Bandung Barat dan Majalengka.

0 0 44

PERSEPSI GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN NEGERI 1 KOTA CIREBON SEBAGAI SEKOLAH RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL.

0 0 132