PENGARUH EVALUASI DIRI DAN PENGEMBANGAN PROFESI TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU di Kabupaten Sukabumi, Bandung Barat dan Majalengka.

(1)

vii

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

i ii iii v vii xi xii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..………..…….. 1

B. Identifikasi Masalah ………... 5

C. Batasan dan Rumusan Masalah ……….……. 6

1. Batasan Masalah …... 6

2. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………..…. 7

1. Tujuan Penelitian…... 7

2. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kerangka Pikir ……… 9

F. Asumsi Dasar ……….. 10

G. Hipotesis Penelitian ………. 12

H. Metode Penelitian ………... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Administrasi Pendidikan …………... 14

1. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan ………... 14

2. Fungsi-Fungsi Administrasi Pendidikan ……….... 15


(2)

viii

2. Makna Profesi ... 21

3. Guru Profesional/Guru Efektif ... 23

C. Tinjauan Teori MSDM ... 26

1. Teori Manajemen Sumber Daya Manusia ... 26

2. Kinerja ... 29

3. Faktor yang mempengaruhi Kinerja ... 31

4. Demand/Tuntutan ... 33

5. Mediator ... 35

6. Moderator ………... 36

7. Performance Appraisal/Penilaian Kinerja ………. 38

D. Tinjauan Teori Kompetensi ... 40

1. Kompetensi Guru ... 40

2. Kompetensi Kepribadian ... 47

3. Kompetensi Sosial ... 48

4. Kompetensi Profesional ... 48

5. Kompetensi Pedagogik ... 50

E. Tinjauan Teori Evaluasi Diri ... 56

1. Social Cognitive Theory (SCT) ………... 56

2. Self-Awareness, Self-Esteem dan Self-Efficacy …... 57

3. Penghargaan Diri ……… 59

4. Feedback Attitudes ……….. 60

5. Self-Appraisal /Evaluasi Diri ………. 60

F. Tinjauan Teori Pengembangan Profesi ... 65

1. Adult Experiental Education ... 65

2. Pengembangan Diri/Karir ... 66

3. Pengembangan Profesi Guru ... 69

4. Faktor yang Menghambat Pengembangan Profesi 71 5. Model Pengembangan Guru ... 73

G. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 76 1. Program Teacher Self-Evaluation di LPMP Jawa


(3)

ix

2. Guru Profesional/Guru Efektif ... 80

3. Kinerja/Appraisal ... 81

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian …..………... 84

B. Populasi dan Sampel …...…..….……….. 85

1. Populasi ……….. 85

2. Teknik Pengambilan Sampel ………. 85

C. Alat Pengumpulan Data...……….………... 86

1. Angket atau Kuesioner ………... 86

2. Study Kepustakaan ……… 87

D. Prosedur Penelitan ... 87

1. Penyusunan Instrumen ………... 87

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen …………... 89

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ………... 89

2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian …………... 90

F. Teknik Pengolahan Data ... 90

1. Analisis Korelasi ……… 90

2. Menguji dengan Analisis Korelasi dan Regresi Ganda ………... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……… ……….. 98

1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen … 99 a. Pengujian validitas instrumen..………... 99

b. Pengujian reliabilitas instrumen.……… 105

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ….……… 107

a. Analisis deskriptif hasil penelitian………. 108

b. Hasil pengujian data………... 115

c. Analisis deskriptif berdasarkan kecenderungan umum responden tiap variable……… 121


(4)

x

B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 136 1. Pengaruh Evaluasi Diri terhadap Kompetensi

Pedagogik Guru ………. 136

2. Pengaruh Pengembangan Profesi terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru ………... 139 3. Pengaruh Evaluasi Diri dan Pengembangan

Profesi terhadap Kompetensi Pedagogik Guru…... 142

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………...………..……….... 148

B. Rekomendasi ………...………..………. 150

DAFTAR PUSTAKA ………. 153

LAMPIRAN 1. Kuesioner 2. Tabulasi Data 3. Distribusi Frekuensi 4 Data Ordinal ke Interval. 5. Hasil Uji Normalitas Data 6. Surat Ijin Penelitian


(5)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka Pikir Penelitian 9

2.1 Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan 15

2.2 Hubungan Antar Ilmu 26

2.3 Ruang Lingkup MSDM 28

2.4 The High Performance Cycle 32

2.5 Central and Surface Competencies 44

2.6 Causal Flow Model 45

2.7 Reciprocal Determinism 57

2.8 Adult Learning Style 65

3.1 Struktur Kausal X1, X2 dan Y 97

4.1 Diagram Linieritas Variabel X1 terhadap Y 118

4.2 Diagram Linieritas Variabel X2 terhadap Y 119

4.3 Histogram Frekuensi Variabel Evaluasi Diri 122

4.4 Histogram Frekuensi Variabel X2 123

4.5 Histogram Frekuensi Variabel Y 124


(6)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Karakteristik Guru Efektif 25

2.2 Key Competences of the Role of the Teacher 55

2.3 Model Pengembangan Guru 74

3.1 Kisi-kisi Instrumen 88

3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r (X1 terhadap Y) 92 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r (X2 terhadap Y) 94

4.1 Hasil Uji Validitas Variabel X1 100

4.2 Hasil Uji Validitas Variabel X2 102

4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Y 103

4.4 Uji Reliabilitas Variabel Evaluasi Diri, Pengembangan

Profesi dan Kompetensi Pedagogik 106

4.5 Kriteria Penilaian Persentase Skor Tanggapan Responden 108 4.6 Kategorisasi Skor Tanggapan Responden Mengenai

Evaluasi Diri 109

4.7 Kategorisasi Skor Tanggapan Responden Mengenai

Pengembangan Profesi 111

4.8 Kategorisasi Skor Tanggapan Responden Mengenai

Kompetensi Pedagogik 113

4.9 Uji Normalitas Evaluasi Diri, Pengembangan Profesi dan

Kompetensi Pedagogik 116

4.10 Hasil Uji Linieritas antara Variabel X1, X2 dan Y 121

4.11 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r 126

4.12 Hubungan Evaluasi Diri dan Pengembangan Profesi

dengan Kompetensi Pedagogik 132

4.13 Uji Regresi Evaluasi Diri dan Pengembangan Profesi

dengan Kompetensi Pedagogik 133

4.14 Uji Signifikansi Variabel X1 dan X2 terhadap Y 135


(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga pengisi pembangunan yang sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya produktif dan kreatif oleh seluruh komponen bangsa, agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:

Pendidikan bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat sebagai unit pelaksana teknis Departemen yang berkedudukan di provinsi mempunyai tugas untuk membantu Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal, dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan pendidikan


(8)

untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan seperti yang dinyatakan dalam PP No. 19 tahun 2005.

Teacher Self-Evaluation (TSE) merupakan program yang digulirkan oleh LPMP Jawa Barat untuk menjabarkan tugas pokok dan fungsi LPMP dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Dalam pasal 5 poin (3) dinyatakan bahwa:

Seksi Pemetaan Mutu dan Supervisi mempunyai tugas melakukan pemetaan, analisis dan supervisi penjaminan mutu satuan pendidikan termasuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat dalam pencapaian standar mutu pendidikan nasional.

TSE merupakan salah satu program supervisi untuk penjaminan mutu pendidikan yang mengarahkan dan membimbing guru, sebagai ujung tombak pendidikan, dalam mengevaluasi atau menilai diri sendiri sebagai perbaikan dan dapat melakukan pengembangan profesinya sebagai peningkatan kualitas diri agar dapat meningkatkan kemampuan pedagogik mereka demi meningkatnya mutu pendidikan.

Digulirkannya Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UGD) semakin menegaskan komitmen pemerintah dalam peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing di masa depan. UGD menyebutkan bahwa ke depan guru dipersyaratkan untuk memiliki kualifikasi akademik yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Kompetensi sebagai agen pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.


(9)

Mulyasa E. (2008:5) menyatakan bahwa guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Mulyasa melanjutkan bahwa sedikitnya terdapat tujuh indikator yang menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar, yaitu:

a. Rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran; b. Kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas;

c. Rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas (classroom action research);

d. Rendahnya motivasi berprestasi; e. Kurang disiplin;

f. Rendahnya komitmen profesi;

g. Rendahnya kemampuan manajemen waktu.

Untuk membantu guru dalam pemenuhan kriteria kompetensinya, maka LPMP Jawa Barat pada Tahun 2007 telah menggulirkan program Teacher Self Evaluation (TSE) sebagai bagian dari kegiatan Evaluasi Mandiri Sekolah (EMS). Melalui evaluasi mandiri akan teridentifikasi kelemahan-kelemahan yang menghambat peningkatan mutu, sehingga teridentifikasi langkah-langkah peningkatannya (www.ofsted.gov.uk). Kemudian pada tahun 2008, kegiatan lebih dititikberatkan kepada penguatan pemahaman guru tentang arti evaluasi mandiri, yang akan mengarah pada pengembangan profesi dan berdampak pada kualitas kompetensi pedagogik guru.


(10)

Pelaksanaan TSE adalah berdasarkan dari pemetaan mutu pendidikan dan merupakan salah satu sistem fasilitasi peningkatan mutu pendidikan di sekolah khususnya di Jawa Barat sesuai dengan tupoksi LPMP. Dari hasil pemetaan tersebut diketahui bahwa guru tidak pernah melakukan refleksi terhadap kemampuan dirinya baik dengan cara evaluasi mandiri maupun pengembangan profesi sehingga berpengaruh terhadap kompetensinya (PPMP, 2007). Seperti yang dikemukakan oleh Wu H. (1999) dan Goya S. (2006) bahwa guru mengalami kesulitan akan kemampuan mereka ketika in-service training terutama kompetensi pedagogik mereka. Sehingga pengembangan profesi merupakan suatu hal mendasar yang penting bagi peningkatan kompetensi mereka.

Dengan digulirkannya model TSE ini, diharapkan terjadi suatu perubahan yang cukup signifikan bagi guru untuk terjadinya penjaminan mutu pendidikan yang efektif dan efisien secara terus menerus yang berasal dari internal pribadi guru itu sendiri.

Dalam model TSE ini yang dilaksanakan LPMP, guru melaksanakan evaluasi diri berdasarkan uji kompetensi yang dilakukan secara tes tulis dan kinerja. Dalam tes tulis soal meliputi kompetensi pedagogik dan profesional sedangkan tes kinerja adalah observasi yang instrumennya telah disepakati oleh guru itu sendiri. Setelah melalui tes ini terlihat kelemahan dan kelebihan guru sehingga terdapat bukti yang relevan. Guru pun membuat bundel portofolio sendiri untuk mendokumentasikan segala kegiatan dan hasil karya pembelajaran dan profesi diri. Setelah diidentifikasi maka dirumuskan pengembangan profesi apa yang dibutuhkan oleh guru tesebut. Model TSE ini diharapkan dapat


(11)

meningkatkan kompetensi pedagogik guru yang merupakan unsur penting didalam pembelajaran untuk memberikan pemahaman content of knowledge yang baik kepada peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang timbul dalam ranah penelitian yang akan dilaksanakan sehubungan pasca pelaksanaan TSE, adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal dalam diri guru mencakup hal-hal berikut: (a) memupuk semangat dalam memperbaiki diri secara terus menerus; (b) mempertahankan rasa antusias dalam bekerja; (c) mengekspresikan diri baik dalam keberhasilan atau kegagalan; (d) datang tepat waktu ke kelas; (e) mengambil manfaat dari pengalaman yang pernah dialami.

2. Faktor eksternal dari luar diri guru mencakup hal-hal: (a) lingkungan; (b) perubahan; (c) tantangan; (d) penghargaan.

3. Kompetensi yang dimiliki guru dan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal berhubungan dengan hal-hal berikut: (a) pemahaman karakteristik

peserta didik; (b) pemilihan strategi pembelajaran yang variatif; (c) punishment dan rewards; (d) pengembangan perangkat pembelajaran;

(e) pemahaman content of knowledge; (f) penekanan refleksi pada peserta didik.

Faktor internal dapat penulis gambarkan dengan evaluasi diri guru yang merupakan penyadaran diri akan eksistensinya sebagai guru dan faktor eksternal berupa pengembangan profesi yang merupakan dorongan dari luar untuk


(12)

mengembangkan dirinya. Sehingga terbentuk pertanyaan seberapa besar guru mengetahui faktor internalnya melalui evaluasi diri dan faktor eksternalnya melalui pengembangan profesi yang berkesinambungan berdampak pada kompetensinya khususnya kompetensi pedagogik sehingga tercapai pembelajaran yang maksimal?

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Banyak sekali permasalahan yang ingin diteliti oleh penulis yang berkaitan dengan identifikasi masalah yang telah diungkapkan penulis. Tetapi karena keterbatasan waktu, tenaga, materi dan teori maka masalah dibatasi hanya pada: a. Evaluasi diri (self-appraisal) yang menjadi dasar dalam menjalankan profesi

guru. Evaluasi diri akan menjadi suatu bentuk self-awareness yang kuat, yang mendasari self-esteem dan self-efficacy dalam setiap diri guru sehingga akan terbentuk pola pikir, sikap dan tindak yang sesuai dan ideal bagi guru.

b. Pengembangan profesi yang merupakan faktor eksternal berupa tujuan, tantangan dan dukungan bagi guru dalam mengembangkan kompetensinya untuk memajukan pendidikan. Tanpa adanya pengembangan profesi, guru akan tertinggal oleh perkembangan jaman, dimana pendidikan adalah hal yang dinamis baik sisi sumber daya manusianya maupun sisi tuntutannya.

c. Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang penting bagi guru dalam melaksanakan profesinya sebagai seorang profesional yang melakanakan tugasnya sebagai seorang pendidik.


(13)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaruh evaluasi diri terhadap kompetensi pedagogik guru? b. Bagaimana pengaruh pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik

guru?

c. Bagaimana pengaruh evaluasi diri dan pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik guru?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut: a. Untuk menguji pengaruh evaluasi diri terhadap kompetensi pedagogik guru. b. Untuk menguji pengaruh pengembangan profesi terhadap kompetensi

pedagogik guru.

c. Untuk menguji pengaruh evaluasi diri dan pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik guru.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik langsung maupun tidak langsung bagi LPMP Jawa Barat, pemerintah dan pengembang ilmu:


(14)

a. Manfaat Teoritis

1) Bagi LPMP Jawa Barat, sebagai bahan masukan bagi LPMP Jawa Barat dalam pengembangan ilmu selanjutnya mengenai evaluasi diri dan pengembangan profesi serta kompetensi pedagogik guru dan secara khusus bagi pengembangan Program TSE selanjutnya.

2) Bagi Pemerintah, sebagai gambaran dalam pengembangan ilmu terutama pengaruh evaluasi diri dan pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik guru.

3) Bagi Pengembang Ilmu, sebagai sebuah pengayaan dalam pengembangan teori pengembangan evaluasi diri dan profesi.

b. Manfaat praktis

1) Bagi LPMP Jawa Barat, sebagai landasan dalam pembuatan program penjaminan mutu pendidikan selanjutnya.

2) Bagi Pemerintah, sebagai gambaran mengenai kondisi kompetensi pedagogik guru sehingga menjadi landasan dalam membuat kebijakan yang tepat.

3) Bagi Pengembang ilmu, sebagai sebuah pengayaan dalam aplikasi kurikulum dan proses pendidikan khususnya dalam pengembangan evaluasi diri dan profesi.


(15)

E. Kerangka Pikir

Gambar 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

Guru yang profesional adalah guru yang mempunyai performa yang baik. Untuk memenuhi kriteria tersebut, dibutuhkan kompetensi. Guru harus memenuhi empat kompetensi: kepribadian, sosial, profesional dan pedagogik. Mengapa hanya kompetensi pedagogik saja yang menjadi variabel independen? Karena menurut penulis, kompetensi pedagogik merupakan hal yang kadang terlupakan oleh sebagian guru dikarenakan beberapa faktor, seperti masa kerja, senioritas, kebiasaan, tidak melakukan pengembangan pofesi dan perubahan kurikulum yang cukup membingungkan sebagian guru dalam menyampaikan materi dan mengelola pembelajaran.

Dengan dukungan evaluasi diri guru dapat melihat kelebihan dan kekurangan dirinya, dan kemudian dilakukan pengembangan profesi baik untuk memenuhi kekurangan diri hasil dari evaluasi diri maupun tuntutan tujuan dari

Competency

(pedagogic)

Evaluasi diri (Self-appraisal)

Professional Development

Performance


(16)

institusi dimana ia mengabdi, maka kompetensi ini akan terus terasah dan dapat memenuhi tujuan pendidikan atau sekolah.

F. Asumsi Dasar

Kesadaran diri akan tujuan, kelemahan dan kelebihan akan membawa guru kepada pemikiran yang berkembang. Dengan adanya kesadaran tersebut sebagai faktor internal akan membuat guru semakin maju, mengikuti perkembangan jaman, haus akan pengetahuan dan secara tidak langsung akan berdampak kepada peserta didik, sekolah dan pembelajaran yang menyenangkan. Faktor eksternal pun mempengaruhi guru seperti tujuan pendidikan atau sekolah, komitmen antar warga sekolah serta globalisasi yang berdampak pada pendidikan.

Sementara itu, guru telah mempunyai karakteristik sebagai seorang pendidik dan standar atau kriteria tertentu yang telah ditentukan pemerintah. Karakteristik dan kemampuan itulah yang disebut kompetensi dimana pemerintah telah menentukan empat kompetensi seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Evaluasi diri, merupakan salah satu cara dalam performance appraisal. “Performance appraisal concerned with determining how well employees are doing their jobs, communicating that information to employees, agreeing on new objectives and establishing a plan for performance improvement” (Stone R., 1998:276).

Lebih jauh lagi Stone menyebut tentang evaluasi diri: “self-evaluation occurs where employees evaluate their own performance”. Penilaian kinerja berhubungan dengan bagaimana guru melaksanakan tugasnya, kemudian


(17)

dikomunikasikan, dan berkomitmen dengan tujuan yang telah ditetapkan sehubungan dengan peningkatan performa. Dengan melakukan evaluasi diri, guru menilai sendiri performanya, dan dapat pula didiskusikan secara terbuka dengan rekan, atasan atau mungkin dengan peserta didiknya demi mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran. Hipotesis dari Tang, Baldwin dan Frost (1997) dalam Fletcher C. (2002: 125) lebih menguatkan bahwa ‘internals would be less affected by appraisals feedback than externals’. Jelas bahwa evaluasi diri yang berupa umpan balik internal akan lebih berdampak pada diri individu tersebut dibandingkan dari faktor eksternal.

Spencer L. dan Spencer S. (1993:286) menyatakan tentang pengembangan profesi atau karir:

“Competency-based training and development activities include formal training programs; development center feedback; self-development resource guides; computer and interactive video-assisted self-instruction; job assignments; mentoring relationships; and organizational structure, process, and culture intervention designed to increase individuals’ competence.”

Berangkat dari pernyataan tersebut, penulis asumsikan bahwa kompetensi seseorang akan meningkat dengan adanya aktivitas training, umpan balik, pengembangan media, penugasan, mentoring, struktur, proses dan budaya organisasi yang merupakan faktor eksternal.

Richards J. (2005: 212) menyatakan:

“As teachers develop experience in teaching, the institution needs to create an environment in which teachers can further develop their teaching skills and subject-matter knowledge, deepen their understanding of teaching and themselves as teachers, and have opportunity for further professional development”.


(18)

Maknanya bahwa untuk berkembangnya seorang guru, institusi sebaiknya menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga guru dapat mengembangkan kompetensi pedagogiknya, memahami diri sendiri sebagai guru dan memberikan kesempatan untuk pengembangan profesinya. Inilah dasar asumsi penulis, bahwa evaluasi diri dan pengembangan profesi sangat mempengaruhi kompetensi pedagogik guru.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

a. Terdapat pengaruh positif dan signifikan evaluasi diri terhadap kompetensi pedagogik guru.

b. Terdapat pengaruh positif dan signifikan pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik guru.

c. Terdapat pengaruh positif dan signifikan evaluasi diri dan pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik guru.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini mengungkapkan tentang sikap dan perilaku guru yang diungkapkan lewat kesadaran diri yang merupakan partisipan program TSE LPMP Jawa Barat. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah evaluasi diri, pengembangan profesi dan kompetensi pedagogik. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah guru sekolah partisipan TSE pada tahun 2008.


(19)

Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan metode deskriptif. Seperti yang dikemukakan Masri S. (2003:21) bahwa penelitian survey dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagakan (explorative), (2) deskriptif, (3) penjelasan (explanatory atau confirmation), (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang, (6) penelitian operasioanl, dan (7) pengembangan indikator sosial. Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket.

Lokasi penelitian dilakukan pada empat sekolah yang mengikuti program TSE yaitu SD Negeri 2 Parungseah (Kabupaten Sukabumi), SD Negeri Sindangsari (Kabupaten Bandung Barat), dan SMP Negeri 1 Jatiwangi dan Sukahaji (Kabupaten Majalengka) teknik analisis yang digunakan adalah korelasi ganda dan regresi, yaitu untuk mengetahui pengaruh antar variabel.


(20)

84 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh evaluasi diri dan pengembangan profesi terhadap kompetensi pedadogik guru di sekolah partisipan TSE. Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini termasuk penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan metode analisis statistik deskriptif- inferensial teknik korelasi dan regresi baik tunggal maupun ganda.

Penelitian korelasional menurut Suryabrata (2003: 82) adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antara dua variabel atau lebih baik hubungan terpisah (antar variabel) atau bersama-sama dimana variabel-variabel yang diteliti tersebut rumit dan tak dapat dimanipulasi dengan metoda eksperimen. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh, sedang statistik inferensial digunakan untuk membuat kesimpulan. Sugiyono (2003: 169-170) menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan secara umum (generalisasi). Sedang statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.


(21)

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi menurut Sumarsono (2004: 49) adalah ”kumpulan dari seluruh elemen atau individu-individu yang merupakan sumber informasi dalam suatu riset”. Populasi yang digunakan adalah guru-guru dari sekolah piloting program TSE LPMP Jawa Barat, dengan jumlah 86 di Kabupaten Sukabumi, Bandung Barat dan Majalengka. Mengapa tiga Kabupaten ini? Karena pada saat komitmen di awal program ini digulirkan, hanya sekolah di tiga Kabupaten ini yang mau berkomitmen untuk selalu konsisten dalam mengikuti program TSE.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Kountur (2004: 137) mengatakan bahwa: ”Sampel adalah bagian dari populasi”. Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Consuelo S. (1993: 161) menyarankan, sepanjang sampel yang digunakan porsinya populasi, sehingga penemuan dan kesimpulan yang diperoleh dari sampling tersebut adalah sah (valid).

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive


(22)

penelitian yang termasuk ke dalam kelompok non-probability sampling. Non-probability sampling sendiri adalah teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample (Sugiyono, 2008: 60).

Dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2006:96), pengambilan sampel ini khusus dilakukan di sekolah piloting program TSE dilaksanakan. Sehingga sampelnya adalah guru-guru yang mengikuti program TSE.

C. Alat Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan, sesuai dengan fokus permasalahan penelitian, dikumpulkan melalui kuesioner dan studi kepustakaan. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan variabel-variabel evaluasi diri, pengembangan profesi dan kompetensi pedagogik.

1. Angket atau Kuesioner

Angket yang digunakan dalam bentuk tertutup. Angket atau kuesioner digunakan untuk menggali dan dapat mengungkapkan hal-hal atau informasi yang sifatnya rahasia sehingga data yang lebih lengkap, akurat dan konsisten. Suharsimi A. (2004:200) menyatakan yang dimaksud dengan penyebaran angket adalah “Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperolah informasi dari responden dalam arti laporan tenteng pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”.


(23)

Pertimbangan utama memilih alat pengumpul data tersebut adalah:

a) Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik.

b) Dengan alat pengumpul data tersebut sangat memungkinkan memperoleh data yang objektif.

c) Penelitian dapat dilakukan dengan mudah serta dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder selain menggunakan angket. Dimaksudkan pula sebagai landasan bagi analisis dan rumusan teori atau informasi yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan.

D. Prosedur Penelitian 1. Penyusunan Instrumen

Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1) menyusun indikator variabel penelitian, (2) menyusun kisi-kisi instrumen, (3) melakukan uji coba instrumen, (4) melakukan pengujian validitas (perhitungan nilai skala) dan reliabilitas instrumen, (5) konsultasi dengan dosen pembimbing, dan menjadi landasan dalam menyusun item pertanyaan atau pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Penjabaran variabel tersebut terlihat seperti pada tabel berikut:


(24)

Tabel 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN Variable

Penelitian Dimensi Indikator No. Iten

Evaluasi Diri (X1) 1. Pemilihan keputusan 2. Usaha motivasi 3. Daya tahan

4. Pola pemikiran fasilitatif

- Inisiatif

- Komitmen kerja

- Memecahkan masalah

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,16

- Melihat dan memanfaatkan peluang - Mencari informasi

- Mengutamakan kualitas kerja

17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26

- Persistensi diri / daya tahan - Percaya diri

- Mengakui keterbatasan diri

27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36 - Berorientasi pada efisiensi

- Perencanaan sistemaris - Kredibilitas, integritas

- Mengakui pentingnya hubungan

37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50,51 Pengembangan profesi (X2) 1. Demands 2. Mediator 3. Moderator

- Sasaran

- Tugas memfasilitasi pertumbuhan - Perbedaan individu

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17

- Arahan

- Usaha dan persistensi - Strategi tugas khusus

18, 19,20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28

- Kemampuan dalam menyelesaikan

tugas

- Menghadapi konstrain dan ketidakpastian

- Umpan balik - Komitmen sasaran

29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39 40

Kompetensi pedagogik (Y) 1.Orientasi keberhasilan 2.Berpikir konseptual 3.Berpikir analitis 4.Pemahaman antarpribadi 5.Bekerja tim dan bekerja sama

- Pengukuran kinerja - Meningkatkan kinerja - Membuat inovasi

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8

- Membuat tindakan - Mengidentifikasi masalah - Membuat pola dan hubungan

9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 - Mengantisipasi hambatan

- Memecahkan masalah secara sistematis

- Membuat kesimpulan logis - Melihat konsekuensi dan implikasi

20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27

- Memahami perilaku, minat, dan kebutuhan orang lain

28, 29, 30, 31, 32 - Brainstorms, solicit inputs

- Membantu pihak lain

33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45


(25)

E. Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum instrumen diterapkan ke dalam penelitian sesungguhnya maka terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas setiap item kuesioner. Dilakukan dengan dua cara, melalui Dosen pembimbing atau justifikasi pakar, dan melalui uji coba pada sampel dengan karakteristik sama dengan responden penelitian yang sesungguhnya. Tujuan dari pelaksanaan uji coba instrumen penelitian adalah untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Hasil uji validitas kuesioner yang telah dijustifikasi dan uji validitas konstruk dapat dilihat pada lampiran.

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang mengajukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu intrumen. Uji validitas setiap item kuisioner dilakukan melalui prosedur dan penghitungan statistik. Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus korelasi Product Moment r dari Pearson dengan taraf signifikasi 5%. (Riduwan, 2007: 62) dengan rumus:

Butir pertanyaan dinyatakan signifikan jika koefisien korelasi pada uji signifikansi nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Menurut Sudjana (1986: 377) jika t hitung > t tabel, maka item dianggap valid. Dan sebaliknya apabila t hitung < t tabel maka butir item tersebut dianggap tidak valid.


(26)

2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas menunjukan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, penulis mengacu kepada koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan menggunakan Program SPSS.

F. Teknik Pengolahan Data 1. Analisis Korelasi

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis statistik dengan model korelasi ganda. Untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel evaluasi diri (X1) dan pengembangan profesi (X2) terhadap kompetensi pedagogik guru (Y) digunakan teknik korelasi. Perhitungan koefisien jalur dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS 17.0

Al Rasjid dalam Sitepu (1994: 24) mengatakan bahwa dalam penelitian sosial tidak semata-mata hanya mengungkapkan hubungan variabel sebagai terjemahan statistik dari hubungan antara variabel alami. Tetapi terfokus pada upaya untuk mengungkapkan hubungan kausal antar variabel.

Dari Tabel ANOVA diperoleh nilai F dengan nilai probabilitas (sig) = 0.000. Karena nilai sig < 0.05 maka keputusannya adalah Ho ditolak, oleh sebab itu pengujian secara parsial dapat dilakukan. Di bawah ini disajikan perhitungan nilai F secara manual.


(27)

2. Menguji dengan Analisis Korelasi dan Regresi Ganda a. Pengaruh Variabel X1 terhadap Y

Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen, digunakan teknik korelasi. Analisis korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment, dengan rumus:

(

)(

)

[

]

− − − = 2 2 2 ) ( ) ( ) 1 ( ) 1 ( ) )( 1 ( ) 1 ( Y Y n X X n Y X Y X n r Z XY

Menghitung korelasi dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment, dengan simbol “r”, cara perhitungan yang ditempuh adalah dengan menggunakan Program SPSS. Kuat tidaknya korelasi diukur dengan suatu nilai yang disebut koefisien Korelasi Pearson Product Moment atau r dengan ketentuan-ketentuan nilai r, sebagai berikut:

• r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat rendah atau tidak ada pengaruh sama sekali.

• r = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara kedua variabel kuat atau ikut kuat dan mempunyai pengaruh secara positif (searah).

• r = -1 atau mendekati –1, maka hubungan antara kedua variabel kuat atau cukup kuat dan mempunyai pengaruh secara negatif (berlawanan).

Untuk menyatakan penafsiran nilai koefisien korelasi adalah sebagai berikut:


(28)

Tabel 3.2

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Koefesien Korelasi Hubungan

0.80 < r < 1.00 Sangat Kuat

0.60 < r < 0.80 Kuat

0.40 < r < 0.60 Cukup Kuat

0.20 < r < 0.40 Rendah

0.00 < r < 0.20 Sangat Rendah

Sumber: Riduwan (2005: 138)

Selanjutnya, untuk menentukan seberapa jauh perubahan Variabel Y yang dipengaruhi oleh peningkatan Variabel X1, penulis menggunakan Metode Koefisien Determinasi dengan rumus sebagai berikut:

KD = r2 x 100% Di mana:

KD = Koefisien Determinasi

r = Nilai Koefisien Korelasi

Pengujian lanjutan, yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna Variabel X1 terhadap Y, maka hasil korelasi Pearson Product Moment tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus:

2 1

2

r r

n r thitung

− − =

Keterangan:

t = Probabilitas

r = Koefisien Korelasi Pearson

n = Jumlah Responden

Hipotesis yang digunakan dapat dijelaskan ke dalam hipotesis nol statistik sebagai berikut:


(29)

Ho : = 0 ; Ho ditolak, artinya tidak adanya pengaruh evaluasi diri terhadap kompetensi pedagogik guru.

H1 : ≠ 0 ; H1 diterima, artinya adanya adanya pengaruh evaluasi diri terhadap

kompetensi pedagogik guru. Keterangan:

= nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

Kaidah Pengujian:

Bila t hitung≥ t tabel maka Ho ditolak, H1 diterima. Bila t hitungt tabel maka Ho diterima, H1 ditolak.

b. Pengaruh Variabel X2 terhadap Y

Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen, digunakan teknik korelasi. Analisis korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment, dengan rumus:

(

)(

)

[

]

− − − = 2 2 2 2 ) ( ) ( ) 2 ( ) 2 ( ) )( 2 ( ) 2 ( Y Y n X X n Y X Y X n rXY

Menghitung korelasi dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment, dengan simbol “r”, cara perhitungan yang ditempuh adalah dengan menggunakan Program SPSS. Kuat tidaknya korelasi diukur dengan suatu nilai yang disebut koefisien Korelasi Pearson Product Moment atau r dengan ketentuan-ketentuan nilai r, sebagai berikut:

• r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat rendah atau tidak ada pengaruh sama sekali.


(30)

• r = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara kedua variabel kuat atau ikut kuat dan mempunyai pengaruh secara positif (searah).

• r = -1 atau mendekati –1, maka hubungan antara kedua variabel kuat atau cukup kuat

dan mempunyai pengaruh secara negatif (berlawanan).

Untuk menyatakan penafsiran nilai koefisien korelasi adalah:

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Koefesien Korelasi Hubungan

0.80 < r < 1.00 Sangat Kuat

0.60 < r < 0.80 Kuat

0.40 < r < 0.60 Cukup Kuat

0.20 < r < 0.40 Rendah

0.00 < r < 0.20 Sangat Rendah

Sumber: Riduwan (2005: 138)

Selanjutnya, untuk menentukan seberapa jauh perubahan Variabel X2 yang dipengaruhi oleh peningkatan Variabel Y, penulis menggunakan Metode Koefisien Determinasi dengan rumus sebagai berikut:

KD = r2 x 100% Di mana:

KD = Koefisien Determinasi

r = Nilai Koefisien Korelasi

Pengujian lanjutan, yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna Variabel X2 terhadap Y, maka hasil korelasi Pearson Product Moment tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus:

2 1

2

r r

n r thitung

− − =


(31)

Keterangan:

t = Probabilitas

r = Koefisien Korelasi Pearson

n = Jumlah Responden

Hipotesis yang digunakan dapat dijelaskan ke dalam hipotesis nol statistik sebagai berikut:

Ho : = 0 ; Ho ditolak, artinya tidak adanya pengaruh pengembangan profesi

terhadap kompetensi pedagogik guru.

H1 : ≠ 0 ; H1 diterima, artinya adanya adanya pengaruh pengembangan profesi

terhadap kompetensi pedagogik guru. Keterangan:

= nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan. Kaidah Pengujian:

Bila t hitung≥ t tabel maka Ho ditolak, H1 diterima. Bila t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima, H1 ditolak.

c. Pengaruh Variabel X1 dan X2 terhadap Y

Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen, digunakan teknik korelasi. Analisis korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment, dengan rumus:

(

)(

)

[

]

− − −

= 2 2 2 2

. ) ( ) ( ) ( ) ( ) )( ( ) 1 ( Y Y n Xi Xi n Y Xi Y X n rXiY


(32)

Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi korelasi ganda dicari dulu Fhitung kemudian dibandingkan dengan Ftabel

Fhitung

Di mana

R = Nilai Koefisien Korelasi Ganda k = Jumlah Variabel Bebas (Independent) n = Jumlah Sampel

Fhitung = Nilai F yang dihitung

Kaidah Pengujian:

Bila Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak, artinya signifikan. Bila Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima, artinya tidak signifikan. Taraf signifikan α = 0.01 atau α = 0.05

Ftabel = F ((1-α) (dk=k), (dk=n-k-1)

Untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y dihitung dengan menggunakan SPSS versi 17.0 dan persamaan regresi ganda, sebagai berikut:

Dari variabel penelitian yang dikaji, terdapat hubungan kausal (regresi) antara Variabel X1, Variabel X2, dan Variabel Y, secara skematis hubungan ini dapat digambarkan pada paradigma penelitian berikut ini:


(33)

Gambar 3.1

Struktur Kausal X1, X2, dan Y

Keterangan:

= Evaluasi diri terhadap kompetensi pedagogik guru

= Pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik guru

= Evaluasi diri dan pengembangan profesi terhadap kompetensi pedagogik

ε = Faktor lain yang tidak diteliti

X1

X2

Y


(34)

148 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Guru menyadari bahwa hal yang mempengaruhi kompetensinya, khususnya kompetensi pedagogik adalah kesadaran akan melakukan evaluasi diri dan pengembangan profesi. Evaluasi diri yang dilakukan dapat berupa refleksi atau format khusus dengan merujuk pada standar tertentu yang disepakati bersama di institusi atau sekolah sehingga akan menumbuhkan inisiatif, komitmen kerja, peningkatan kualitas kerja, persistensi/daya tahan, kepercayaan diri, melihat kepada keterbatasan diri, kredibilitas dan integritas serta pentingnya membina hubungan yang kondusif.

Pengembangan profesi dapat dilakukan dengan penambahan wawasan dan pengetahuan melalui seminar, diklat, diskusi, IHT dan penugasan atau pemberian tanggung jawab tertentu kepada guru sehingga akan menumbuhkan pemenuhan tujuan/sasaran, mengembangkan kemampuan menentukan strategi atau metode dalam menghadapi tugas atau permasalahan tertentu, komitmen tinggi serta keinginan untuk selalu mendapatkan umpan balik baik dari rekan maupun atasan.

Dengan demikian maka tercipta kompetensi pedagogik yang bukan hanya sekedar pemenuhan standar kompetensi secara formal, tetapi terjadi kesadaran bagi guru untuk selalu berorientasi kepada keberhasilan, berpikir konseptual dan analitis, memahami orang lain dan dapat bekerja dengan baik secara tim maupun bersama-sama.


(35)

Penutupan tesis ini akan dikemukakan tiga hal pokok yang disajikan sebagai pemaknaan penelitian secara terpadu, terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dihasilkan beberapa temuan penelitian, sebagai berikut:

1. Evaluasi diri memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kompetensi pedagogik guru. Besarnya pengaruh evaluasi diri secara langsung terhadap kompetensi pedagogik guru dalam penelitian ini adalah 60.38%. Dimensi evaluasi diri yang memberikan pengaruh cukup besar adalah daya tahan guru dengan indikator persistensi diri/daya tahan, percaya diri, dan mengakui keterbatasan diri, dengan skor sebesar 4.45 (kategori sangat baik). Guru melakukan hal yang positif dengan tergerak untuk membantu memecahkan suatu permasalahan yang menimpa rekan sejawatnya maupun yang menimpa sekolah. Hal tersebut dilakukan karena pemikiran positif akan apa yang terjadi di lingkungan sehingga guru percaya diri serta mengakui keterbatasan diri secara positif untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan.

2. Pengembangan profesi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kompetensi pedagogik guru. Besarnya pengaruh pengembangan profesi secara langsung terhadap kompetensi pedagogik guru dalam penelitian ini adalah 49.30%. Dimensi pengembangan diri yang memberikan pengaruh cukup signifikan adalah dimensi moderator dengan indikator kemampuan dalam menyelesaikan tugas, menghadapi hambatan dan ketidakpastian, umpan balik, dan komitmen sasaran, dengan skor 3.85


(36)

(kategori baik). Melakukan diskusi dalam pertemuan KKG/MGMP, seminar, diklat, IHT, melakukan penelitian/PTK merupakan aktivitas pengembangan profesi yang kerap dilakukan. Pemberian tugas atau tanggung jawab dari atasan pun dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menghadapi permasalahan tertentu. Umpan balik yang positif dari rekan sejawat dan atasan sangat mempengaruhi dan mendukung peningkatan kompetensi guru.

3. Evaluasi diri dan pengembangan profesi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kompetensi pedagogik guru. Besarnya pengaruh evaluasi diri dan pengembangan profesi secara langsung terhadap kompetensi pedagogik guru dalam penelitian ini adalah 68.10%. Secara umum guru menyatakan bahwa faktor internal dan eksternal ini secara langsung mempengaruhi kompetensi guru. Faktor lain yang mempengaruhi dapat berupa reward, kondisi tertentu di luar lingkungan sekolah atau yang telah disebutkan di atas. Sebagian kecil guru belum menyadari pentingnya evaluasi diri dan jarang diberi kesempatan untuk mengikuti aktivitas KKG/MGMP, seminar, dan sebagainya serta kesempatan untuk membimbing peserta didik atau tanggung jawab lainnya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian dan implikasi penelitian, maka penulis merekomendasikan hal-hal, sebagai berikut:


(37)

1. Untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya disarankan guru melakukan evaluasi diri atau refleksi sehingga dapat berfikir secara antisipatif dan bersikap proaktif terhadap setiap perubahan dalam lingkungan pendidikan. Artinya, guru harus dapat menerima perubahan dan melakukan pembaruan ilmu serta pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Dengan refleksi diri, yang merupakan faktor internal dari dalam diri, diharapkan guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahannya dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat melakukan continuous improvement dalam meningkatkan kelebihannya dan mengatasi kelemahannya.

2. Guru masa depan harus memenuhi tuntutan dari luar berupa perkembangan global, tujuan pendidikan baik dari sekolah maupun pemerintah, yang merupakan faktor eksternal. Pengembangan profesi merupakan solusi bagi tuntutan ini. Dengan mengikuti seminar, workshop, diklat baik taraf KKG/MGMP maupun dari luar diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas guru. Salah satunya adalah dengan PTK. Dengan memahami pula penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktik pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.


(38)

3. Peran atasan dan rekan sejawat sangat diperlukan dalam memberikan umpan balik untuk meningkatkan kompetensi guru. Atasan, disini adalah Kepala Sekolah, hendaknya dapat memfasilitasi para guru untuk meneliti dan memilih bahan-bahan mana yang baik yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan dalam masyarakat. Dapat dilakukan pula dengan memfasilitasi aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pengembangan profesi guru selain percakapan pribadi (individual conference). Dapat pula diadakan kegiatan observasi kelas (classroom observation) serta memberikan umpan balik yang positif terhadap hasil observasi tersebut. Rapat-rapat guru secara insidentil maupun periodik, yang khusus untuk membicarakan kurikulum, metode mengajar, serta mengadakan in-house training atau mengirimkan guru-guru untuk mengikuti seminar atau diklat yang berhubungan dengan pengembangan profesi guru sangat membantu peningkatan kualitas pendidikan. 4. Kepada para peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan mengkaji faktor-faktor lain yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru sehingga dapat menambah cakrawala dan wawasan yang lebih luas.


(39)

153

DAFTAR PUSTAKA

Amrose, M.L dan Kulik, C.T. (1999). “Old friends, new faces: Motivation Researchin the 1990’s”. Journal of Management, Vol. 5.

Anderson, Lorin W. (2004). Increasing Teacher Effectiveness. Paris: UNESCO. http://www.unesco.org.iiep.

Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ashford, S.J. (1989). Self-assessment in organizations: A literature review and integrative model, Research in Organizational Behaviour.

Audia, G., Kristof, B., Brown, K. dan Locke E., A. (1996). “Relationship of goals and microlevel work processes to performance on a multipath manual task”. Journal of Applied Psychology. Vol. 81.

Avalos dan Haddad (1981). A review of teacher effectiveness research in Africa, India, Latin American, Middle East, Malaysia, Philippines, and Thailand: Synthetis of results. Ottawa: International Development Research Centre. Badan Standar Nasional Pendidikan (2007). Peraturan Mendiknas RI No. 16 Th.

2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Bandura, Albert (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H Freeman and Company.

Bown, Steven P., Ganesan, Shankar dan Challagalla, Goutam (2001). “Self-Efficacy as a Moderator of Information-Seeking Effectiveness” dalam Journal of Applied Psychology, Vol. 86, No. 5.

Boyce, B. A. dan Wayda, V. K. (1994). “The effects of assigned and self-set goals on task performance”. Jounal of Sport and Exercise Psychology. Vol. 16. Campbell, J.P. et.al (1993). “A Theory of Performance”, dalam Personnel

Selection in Organizations. San Fransisco:Jossey-Bass.

Campion, M. A. (1996). Reinventing work: A new era of I/O research and practice. Pertemuan tahunan Society of Industrial and Organizational Psychology. San Diego.

Cellar, D.F., Degrendel, D., Sidle, S., & Lavine, K. (1996). “Effects of goal type on performance, task interest, and affect over time”. Journal of Applied Social Psychology. Vol. 26.


(40)

Chesney, A.A. dan Locke, E.A. (1991). “Relationship between goal difficulty, business strategies, and performance on a complex management simulation task”. Academy of Management Journal. Vol. 34.

Clair dan Adger (1999). “Professional development for teachers in culturally diverse schools”. Dalam: ERIC Digest, Oktober. http://www.ericfacility.net/ericdigests/ed435185.html

Daley, Dennis M. (2005). “Designing Effective Performance Appraisal Systems” dalam Handbook of Human Resources Management in Government. San Fransisco: Jossey-Bass.

Dean, J (1991). Professional Development in School. Buckingham: Open University Press.

Dimyati dan Mudjiono (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Earley, C. P., Lee, C. dan Hanson, L.A. (1990). “Joint moderating effects of job

experience and task component complexity: Relations among goal setting, task strategies, and performance”. Journal of Organizational Behaviour. Vol. 11.

Earley, C. P. dan Lituchy, T. R. (1991). “ Delineating goal and efficacy effects: A test of three models”. Journal of Applied Psychology. Vol. 76.

Fletcher, Clive (2002). ”Appraisal: An Individual Psychological Perspective” dalam Psychological Management of Individual Performance. UK: John Wiley & Sons, LTD.

Fullan, M.G. (2001). The New Meaning of Educational Change (3rd ed.). New York: Teacher College Press.

Garet, M.S. dkk. (2001). “What makes professional development effective? Results from a national sample of teachers”. Dalam: American Educational Research Journal, 38(4), 915-945.

Glosary of Terms From the No Child Left Behind Act of 2001, United States Department of Education, Washington, viewed 8 February 2007.

<http://www.nps.k12.va.us/NCLB/NCLB_glosary.htm>

Goya, S. (2006). ‘The Critical Need for Skilled Math Teachers’, Phi Delta Kappa,

87(5), pp 370–372, viewed 31 January 2007

<http://proquest.umi.com/pqdweb?did=969304511&Fmt=3&clientId=44687 &RQT=309&Vname=PQD>


(41)

Guskey, T.R. (1986). “Staff development and the process of teacher change”. Dalam: Educationa Researcher, 15(5), 5-12.

Harackkiewicz, J.M dan Elliot, A.J. (1993). “Achievement Goals and Intrinsic Motivation”. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 65.

Hasibuan, Malayu S.P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Herold, D. M., Parsons, C. K. dan Rensvold, R. B. (1996). “Individual differences in the generation and processing of performance feedback”. Educational and Psychological Measurement. Vol. 56.

Hesketh, Beryl dan Ivancic, Karolina (2002). “Enhancing Performance through Training”. Psychological Management of Individual Performance. UK: John Wiley & Sons, LTD.

Huberman dan Miles, M. M. (1984). Innovation Up Close. New York: Plenum. http://www.donnawilliams.net

http://www.freewebs.com

http://en.wikipedia.org/wiki/Professional_development

Ilgen, D.R. dan Scheider, J. (1991). “Performance measurement: A Multi-dicipline View”, dalam International Review of Industrial and Organizational Psychology, vol. 6. Chichester: Wiley.

Latham, Gary P., Locke, Edwin A. dan Fassina, Neil E. (2002).”The High Performance Cycle: Standng the Test of Time“ dalam Psychological Management of Individual Performance. UK: John Wiley & Sons, LTD. Lee, C. dan Bobko, P. (1992). “Exploring the Meaning and Usefulness of

Measures of Subjective Goal Difficulty”, dalam Journal of Applied Social Psychology. Vol. 22.

Locke, E. A. (2000). “Motivation, cognition and action: An analysis of studies of task goals and knowledge”. Applied Psychology: An International Review. Vol. 49.

LPMP Jawa Barat (2007). Laporan Program Peningkatan Mutu Pendidikan (PPMP). Bandung.

LPMP Jawa Barat (2008). Laporan Model Teacher Self Evaluation: Tindak Lanjut. Bandung.


(42)

Luthans, Fred (2006). Perilaku Organisasi (terjemahan) Yogyakarta: ANDI. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu (2009). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung:

Refika Aditama.

Mathieu, J. E. dan Button, S. B. (1992). “An examination of the relative impact of normative information and self-efficacy on personal goals and performance over time”. Journal of Applied Social Psychology. Vol. 22.

McCabe, Donald L. Dan Dutton, Jane E. (1993). “Making Sense of Environment: The Role of Perceived Effectiveness,” Human Relations, Mei.

McMillan, James H. dan Schumacher, Sally(2001). Research in Education: A Conceptual Introduction. Longman.

Motowidlo, S.J., Borman, W. C. dan Schimt, M.J. (1997). “A Theory of Individual Differences in Task and Contextual Performance”, dalam Human Performance.

Muhibinsyah (2003). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari (2005). Manajemen Strategik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Notoatmodjo, Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pajares (2002). Overview of social cognitive theory and of self-efficacy. Retrieved month day, year, from http://www.emory.edu/EDUCATION/mfp/eff.html Pandia dkk., Komariah (2006). Bahan perkuliahan: Manajemen Sumber Daya

Manusia. Medan: FE Universitas Sumatera Utara.

Phillips, J.M. dan Gully, S.M. (1997). “Role of goal orientation, ability, need for achievement, and locus of control in the self-efficacy and goal setting process.” Journal of Applied Psychology. Vol. 81.

Reece, Ian dan Walker, Stephen (2004). Teaching, Training and Learning, 5th ed. Great Britain: Oxford Business Education.

Richards, Jack C. (2005). Curriculum Development in Language Teaching. United States of America: Cambridge University Press.


(43)

Ross, J.A., Bruce, C.D., ‘Teacher Self-assessment: A Mechanism for Facilitating Professional Growth’, Teaching and teacher Education, Vol. 23 (2007), pp 146 – 159, viewed 7 February 2007. <http://www.elsevier.com.locate/late> Sagala, Dr. H. Syaiful (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta.

Saud, Udin Syaefudin (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Seitjs, G.H. dan Latham, G.P. (2000b). ”The concept of goal commitment:

Measurement and relationships with task performance”, dalam Problems and solutions in human assessment: Honoring Douglas N. Jackson at seventy. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Sevilla, Consuelo, G. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Soemanto, Wasty (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sonnentag, Sabine dan Freese, Michael (2002). ”Performance Concepts and Performance Theory” dalam Psychological Management of Individual Performance. UK: John Wiley & Sons, LTD.

Spencer, Lyle M. dan Spencer, Signe M. (1993). Competence at Work: Models for Superior Performance. Canada: John Wiley & Sons.

Spencer, Rathus A. (1990). Psychology, 4th ed.

Stone, Raymond J. (1998). Human Resource Management. John Willey and Sons Australia, Ltd.

Stone, Sandra J. (1995). “Empowering Teachers, Empowering Children”. Childhood Education. Vol. 5: Academic Research Library.

Strohm, Oliver (2002). “Organizational Design and Organizational Development as a Precondition for Good Job Design and High Job Performance” dalam Psychological Management of Individual Performance. UK: John Wiley & Sons, LTD.

Sugiyono (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sugiyono (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sukardi (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.


(44)

Sukmalana, Soelaiman (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Intermadia Personalia Utama.

Suryabrata, Sumadi (1983). Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali.

Thoifuri, Drs., M.Ag. (2008). Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Rasail Media Grup.

Tubbs, M.E. dan Ekeberg, S. E. (1991). “The role of intentions in work motivation: Implications for goal setting theory and research”. Academy of Management Review. Vol. 16.

Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Uno, Hamzah B. (2008). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Vance, R.J. dan Collela, A. (1990). “Effects of two types of feedback on goal acceptance and personal goals”. Journal of Applied Psychology. Vol. 75. Weingart, L.R. dan Weldon, E. (1991). ”Processes that mediate the relationship

between a group goal and group member performance“. Human Performance. Vol. 4.

Winters, D. dan Latham, G. P. (1996). “The effect of learning versus outcome goals on a simple versus a complex task”. Group and Organization Management. Vol. 21.

Wofford, J.C., Goodwin, V.L. dan Premack, S. (1992). “Meta-analysis of the antecedents of personal goal level and of the antecedents and consequences of goal commitment”. Journal of Management. Vol. 18.

Wu, H. (1999). ‘Professional Development of Mathematics Teachers’, Notices of The American Mathematics Society, Volume 46, Number 5, viewed 30 January 2007. <www.ams.org/notices/199905/fea-wu.pdf>

(www.ofsted.gov.uk). (www.sici.org.uk: 2005) www.12manage.com

Yuniarsih dan Suwatno, Tjutju (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

153

DAFTAR PUSTAKA

Amrose, M.L dan Kulik, C.T. (1999). “Old friends, new faces: Motivation Researchin the 1990’s”. Journal of Management, Vol. 5.

Anderson, Lorin W. (2004). Increasing Teacher Effectiveness. Paris: UNESCO. http://www.unesco.org.iiep.

Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ashford, S.J. (1989). Self-assessment in organizations: A literature review and integrative model, Research in Organizational Behaviour.

Audia, G., Kristof, B., Brown, K. dan Locke E., A. (1996). “Relationship of goals and microlevel work processes to performance on a multipath manual task”. Journal of Applied Psychology. Vol. 81.

Avalos dan Haddad (1981). A review of teacher effectiveness research in Africa, India, Latin American, Middle East, Malaysia, Philippines, and Thailand: Synthetis of results. Ottawa: International Development Research Centre. Badan Standar Nasional Pendidikan (2007). Peraturan Mendiknas RI No. 16 Th.

2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Bandura, Albert (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H Freeman and Company.

Bown, Steven P., Ganesan, Shankar dan Challagalla, Goutam (2001). “Self-Efficacy as a Moderator of Information-Seeking Effectiveness” dalam Journal of Applied Psychology, Vol. 86, No. 5.

Boyce, B. A. dan Wayda, V. K. (1994). “The effects of assigned and self-set goals on task performance”. Jounal of Sport and Exercise Psychology. Vol. 16. Campbell, J.P. et.al (1993). “A Theory of Performance”, dalam Personnel

Selection in Organizations. San Fransisco:Jossey-Bass.

Campion, M. A. (1996). Reinventing work: A new era of I/O research and practice. Pertemuan tahunan Society of Industrial and Organizational Psychology. San Diego.

Cellar, D.F., Degrendel, D., Sidle, S., & Lavine, K. (1996). “Effects of goal type on performance, task interest, and affect over time”. Journal of Applied Social Psychology. Vol. 26.


(2)

Chesney, A.A. dan Locke, E.A. (1991). “Relationship between goal difficulty, business strategies, and performance on a complex management simulation task”. Academy of Management Journal. Vol. 34.

Clair dan Adger (1999). “Professional development for teachers in culturally diverse schools”. Dalam: ERIC Digest, Oktober. http://www.ericfacility.net/ericdigests/ed435185.html

Daley, Dennis M. (2005). “Designing Effective Performance Appraisal Systems” dalam Handbook of Human Resources Management in Government. San Fransisco: Jossey-Bass.

Dean, J (1991). Professional Development in School. Buckingham: Open University Press.

Dimyati dan Mudjiono (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Earley, C. P., Lee, C. dan Hanson, L.A. (1990). “Joint moderating effects of job

experience and task component complexity: Relations among goal setting, task strategies, and performance”. Journal of Organizational Behaviour. Vol. 11.

Earley, C. P. dan Lituchy, T. R. (1991). “ Delineating goal and efficacy effects: A test of three models”. Journal of Applied Psychology. Vol. 76.

Fletcher, Clive (2002). ”Appraisal: An Individual Psychological Perspective” dalam Psychological Management of Individual Performance. UK: John Wiley & Sons, LTD.

Fullan, M.G. (2001). The New Meaning of Educational Change (3rd ed.). New York: Teacher College Press.

Garet, M.S. dkk. (2001). “What makes professional development effective? Results from a national sample of teachers”. Dalam: American Educational Research Journal, 38(4), 915-945.

Glosary of Terms From the No Child Left Behind Act of 2001, United States Department of Education, Washington, viewed 8 February 2007.

<http://www.nps.k12.va.us/NCLB/NCLB_glosary.htm>

Goya, S. (2006). ‘The Critical Need for Skilled Math Teachers’, Phi Delta Kappa,

87(5), pp 370–372, viewed 31 January 2007

<http://proquest.umi.com/pqdweb?did=969304511&Fmt=3&clientId=44687 &RQT=309&Vname=PQD>


(3)

Guskey, T.R. (1986). “Staff development and the process of teacher change”. Dalam: Educationa Researcher, 15(5), 5-12.

Harackkiewicz, J.M dan Elliot, A.J. (1993). “Achievement Goals and Intrinsic Motivation”. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 65.

Hasibuan, Malayu S.P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Herold, D. M., Parsons, C. K. dan Rensvold, R. B. (1996). “Individual differences in the generation and processing of performance feedback”. Educational and Psychological Measurement. Vol. 56.

Hesketh, Beryl dan Ivancic, Karolina (2002). “Enhancing Performance through Training”. Psychological Management of Individual Performance. UK: John Wiley & Sons, LTD.

Huberman dan Miles, M. M. (1984). Innovation Up Close. New York: Plenum. http://www.donnawilliams.net

http://www.freewebs.com

http://en.wikipedia.org/wiki/Professional_development

Ilgen, D.R. dan Scheider, J. (1991). “Performance measurement: A Multi-dicipline View”, dalam International Review of Industrial and Organizational Psychology, vol. 6. Chichester: Wiley.

Latham, Gary P., Locke, Edwin A. dan Fassina, Neil E. (2002).”The High Performance Cycle: Standng the Test of Time“ dalam Psychological Management of Individual Performance. UK: John Wiley & Sons, LTD. Lee, C. dan Bobko, P. (1992). “Exploring the Meaning and Usefulness of

Measures of Subjective Goal Difficulty”, dalam Journal of Applied Social Psychology. Vol. 22.

Locke, E. A. (2000). “Motivation, cognition and action: An analysis of studies of task goals and knowledge”. Applied Psychology: An International Review. Vol. 49.

LPMP Jawa Barat (2007). Laporan Program Peningkatan Mutu Pendidikan (PPMP). Bandung.

LPMP Jawa Barat (2008). Laporan Model Teacher Self Evaluation: Tindak Lanjut. Bandung.


(4)

Luthans, Fred (2006). Perilaku Organisasi (terjemahan) Yogyakarta: ANDI. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu (2009). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung:

Refika Aditama.

Mathieu, J. E. dan Button, S. B. (1992). “An examination of the relative impact of normative information and self-efficacy on personal goals and performance over time”. Journal of Applied Social Psychology. Vol. 22.

McCabe, Donald L. Dan Dutton, Jane E. (1993). “Making Sense of Environment: The Role of Perceived Effectiveness,” Human Relations, Mei.

McMillan, James H. dan Schumacher, Sally(2001). Research in Education: A Conceptual Introduction. Longman.

Motowidlo, S.J., Borman, W. C. dan Schimt, M.J. (1997). “A Theory of Individual Differences in Task and Contextual Performance”, dalam Human Performance.

Muhibinsyah (2003). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari (2005). Manajemen Strategik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Notoatmodjo, Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pajares (2002). Overview of social cognitive theory and of self-efficacy. Retrieved month day, year, from http://www.emory.edu/EDUCATION/mfp/eff.html Pandia dkk., Komariah (2006). Bahan perkuliahan: Manajemen Sumber Daya

Manusia. Medan: FE Universitas Sumatera Utara.

Phillips, J.M. dan Gully, S.M. (1997). “Role of goal orientation, ability, need for achievement, and locus of control in the self-efficacy and goal setting process.” Journal of Applied Psychology. Vol. 81.

Reece, Ian dan Walker, Stephen (2004). Teaching, Training and Learning, 5th ed. Great Britain: Oxford Business Education.

Richards, Jack C. (2005). Curriculum Development in Language Teaching. United States of America: Cambridge University Press.


(5)

Ross, J.A., Bruce, C.D., ‘Teacher Self-assessment: A Mechanism for Facilitating Professional Growth’, Teaching and teacher Education, Vol. 23 (2007), pp 146 – 159, viewed 7 February 2007. <http://www.elsevier.com.locate/late> Sagala, Dr. H. Syaiful (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta.

Saud, Udin Syaefudin (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Seitjs, G.H. dan Latham, G.P. (2000b). ”The concept of goal commitment:

Measurement and relationships with task performance”, dalam Problems and solutions in human assessment: Honoring Douglas N. Jackson at seventy. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Sevilla, Consuelo, G. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Soemanto, Wasty (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sonnentag, Sabine dan Freese, Michael (2002). ”Performance Concepts and Performance Theory” dalam Psychological Management of Individual Performance. UK: John Wiley & Sons, LTD.

Spencer, Lyle M. dan Spencer, Signe M. (1993). Competence at Work: Models for Superior Performance. Canada: John Wiley & Sons.

Spencer, Rathus A. (1990). Psychology, 4th ed.

Stone, Raymond J. (1998). Human Resource Management. John Willey and Sons Australia, Ltd.

Stone, Sandra J. (1995). “Empowering Teachers, Empowering Children”. Childhood Education. Vol. 5: Academic Research Library.

Strohm, Oliver (2002). “Organizational Design and Organizational Development as a Precondition for Good Job Design and High Job Performance” dalam Psychological Management of Individual Performance. UK: John Wiley & Sons, LTD.

Sugiyono (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sugiyono (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sukardi (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

Sukmalana, Soelaiman (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Intermadia Personalia Utama.

Suryabrata, Sumadi (1983). Metodologi Penelitian. Jakarta: CV Rajawali.

Thoifuri, Drs., M.Ag. (2008). Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Rasail Media Grup.

Tubbs, M.E. dan Ekeberg, S. E. (1991). “The role of intentions in work motivation: Implications for goal setting theory and research”. Academy of Management Review. Vol. 16.

Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Uno, Hamzah B. (2008). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Vance, R.J. dan Collela, A. (1990). “Effects of two types of feedback on goal acceptance and personal goals”. Journal of Applied Psychology. Vol. 75. Weingart, L.R. dan Weldon, E. (1991). ”Processes that mediate the relationship

between a group goal and group member performance“. Human Performance. Vol. 4.

Winters, D. dan Latham, G. P. (1996). “The effect of learning versus outcome goals on a simple versus a complex task”. Group and Organization Management. Vol. 21.

Wofford, J.C., Goodwin, V.L. dan Premack, S. (1992). “Meta-analysis of the antecedents of personal goal level and of the antecedents and consequences of goal commitment”. Journal of Management. Vol. 18.

Wu, H. (1999). ‘Professional Development of Mathematics Teachers’, Notices of The American Mathematics Society, Volume 46, Number 5, viewed 30 January 2007. <www.ams.org/notices/199905/fea-wu.pdf>

(www.ofsted.gov.uk). (www.sici.org.uk: 2005) www.12manage.com

Yuniarsih dan Suwatno, Tjutju (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.