pemilikan valuta asing atau mengatur penggunaannya ,mengatur tingkat kursnya,dan sebagainya. Kontrol valuta asing sebenarnya merupakan alat yang dianggap efektif untuk
maksud-maksud yang sangat banyak,bukan hanya sebagai alat untuk melaksanakan politik ekspor saja.
Dalam bukunya, Franklin Root manyebutkan tujuan-tujuan exchange control antara lain:
• Untuk menutup kemungkinan ketidakseimbangan neraca pembayaran. • Memudahkan penyelenggaraan rencana pembangunan nasional.
• Melindungi industri dalam negeri. • Meningkatkan pendapatan negara.
• Memperluas ekspor,terutama menghadapi negara-negara yang melaksanakan kontrol valuta asing.
Di Indonesia sendiri, kontrol valuta asing sudah pernah dijalankan sejak jaman Hindia Belanda , yaitu tahun 1993 dengan dibuatnya peraturan-peraturan ekspor baru yang berisi :
o Pembatasan terhadap barang-barang ekspor tertentu.
o Pembatasan ekspor dari negara-negara tertentu.
o Diperkenalkannya sistem lisensi ekspor.
2.2.6 Strategi ekspor
Melakukan analisis kinerja ekspor memang agak kompleks, karena tidak cukup hanya berdasarkan angka-angka makro, serta tidak memadai jika hanya mengandalkan sentimen
informasi dan fenomena mikro yang cenderung terpisah-pisah. Misalnya, banyak kalangan yang menduga-duga bagaimana keterkaitan wabah flu burung dengan kinerja ekspor impor
hasil pertanian . Lalu, kalangan lain lagi terlalu percaya diri untuk menggalakkan skema
imbal dagang untuk meningkatkan kinerja ekspor karena observasi sepintas dari penggalan beberapa kasus yang terkesan menguntungkan.
Demikian pula, pola pergerakan dan fluktuasi volume dan nilai ekspor impor dalam jangka pendek tentu tidak dapat dijadikan basis pengambilan keputusan kebijakan karena
strategi kebijakan ekspor perlu mempertimbangkan juga keterkaitan dengan cadangan devisa, karakter nilai tukar mata uang, neraca pembayaran, dan dukungan sektor produksi dan
pembiayaan perdagangan yang memang amat dibutuhkan. Beberapa poin penting tentang strategi ekspor tersebut akan diuraikan berikut ini.
Pertama , ekspor hasil pertanian perlu digerakkan kembali. Kinerja ekspor komoditas
pertanian dan perikanan lebih banyak ditentukan kapasitas produksi dan sistem budi daya di hulu, serta dukungan kebijakan sektor hilir. Mustahil mengharapkan kinerja baik bila tidak
ada dukungan memadai. Tidak adanya skema perlindungan terhadap risiko fluktuasi harga kopi, teh, dan tembakau dunia yang demikian tinggi dan ketakutan terhadap rencana
Undang-Undang Bio-Terorisme di AS juga amat memengaruhi kinerja ekspor. Alih-alih melindungi petani dan pelaku, pemerintah bahkan berencana menerbitkan PP
tentang pungutan ekspor PE terhadap beberapa komoditas strategis seperti kelapa sawit, karet, dan cokelat sampai 60. Argumen klasik untuk meningkatan kinerja industri domestik
masih terus digulirkan, walaupun masyarakat awam telah memahami bahwa langkah pungutan ini tidak lebih dari sekadar manifestasi perburuan rente biasa. Sekalipun tidak
sedang dilanda wabah flu burung, ekspor hasil pertanian beberapa waktu mendatang tidak akan berasal dari sektor perunggasan karena sistem produksi masih mengalami permasalahan
struktural. Pada 2003, ekspor komoditas unggas Indonesia tidak sampai US2 juta, suatu penurunan signifikan dibandingkan kinerja ekspor unggas 2000 sebesar US3 juta.
Acuan perdagangan
Penurunan tingkat kompetisi atau daya saing produk peternakan Indonesia inilah yang perlu
dipecahkan dan ditanggulangi, misalnya dengan peningkatan kapasitas pelaku usaha dalam memasuki kancah perdagangan dunia. Untuk impor hasil pertanian, Indonesia perlu
menggenjot perolehan devisa dari komoditas hortikultura buah-buahan, sayuran, dan tanaman bunga yang telah menunjukkan tren pertumbuhan positif, terutama untuk
memperbaiki standar efisiensi, standar higienis, dan kualitas ekspor yang menjadi syarat utama.
Kedua , skema imbal dagang bukan strategi ekspor efisien. Pengalaman empiris selama tiga
dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa permintaan skema imbal dagang umumnya datang dari negara berkembang yang sedang mengalami permasalahan neraca pembayaran dan
cadangan devisa. Kontraksi ekonomi dunia sejak akhir 1990-an sampai 2003 juga turut berkontribusi pada
semakin melemahnya hubungan fungsional antara laju perdagangan internasional dan tingkat output
dunia. Manifestasi dari hal tersebut adalah semakin anjloknya harga komoditas barang primer barang mentah sejak akhir 1980-an, yang umumnya dihasilkan oleh negara
berkembang. Akibatnya, tingkat acuan perdagangan jadi mengecil bagi negara berkembang, sehingga meningkatkan jumlah utang luar negeri. Kebutuhan terhadap skema imbal beli
semakin mengental di negara berkembang, yang dimulai dari kasus ambruknya sektor perbankan Meksiko pada 1982 dan buruknya skema kredit ekspor untuk menopang
perdagangan internasional. Krisis ekonomi Asia juga tidak terlalu berbeda dengan krisis ekonomi Amerika Latin dalam hal-hal tertentu, seperti menurunnya perolehan devisa
walaupun terdapat devaluasi besar-besaran karena tumbuh lebih lambat dibandingkan tingkat bunga utang luar negeri.
Apabila pun ada, maka laju perolehan devisa dari ekspor habis untuk membayar utang luar negeri yang juga semakin besar. Benar sekali bila dikatakan skema imbal dagang jadi begitu
krusial untuk menjaga laju ekspor sebagai penopang roda perekonomian nasional. Tetapi,
fungsi di atas tentu tidak dapat dijadikan strategi peningkatan ekspor dalam jangka panjang karena mekanisme imbal dagang lebih banyak berfungsi sebagai skema pembiayaan ekspor,
terutama bagi negara berkembang yang mengalami persoalan finansial. Benar bahwa dalam jangka pendek, skema imbal dagang bermanfaat mengurangi hambatan perdagangan
antarnegara untuk sementara. Namun, sebenarnya berimplikasi bahwa skema imbal dagang tumbuh dan berkembang seiring erosi sistem perdagangan internasional.
Ketiga , dukungan riset dan pengembangan RD berbagai pihak. Kinerja ekspor dan
perdagangan dunia secara umum harus ditopang aktivitas riset dan pengembangan tangguh. Dalam konteks arus globalisasi yang semakin pesat, dunia usaha dan aktor lain seperti
lembaga riset, perguruan tinggi dan pemerintah yang lalai dalam melaksanakan RD pasti akan tertinggal dalam percaturan persaingan global. Mereka yang hanya mampu menunggu
informasi dan perkembangan tekonologi maju, hanya akan menjadi pelaku pasif yang menjadi sasaran empuk dalam persaingan ekonomi global.
Untuk memanfaatkan dan mengisi momentum pemulihan ekonomi --sekalipun Indonesia menghadapi guncangan politik pada Pemilu 2004-- kinerja impor masih akan bergantung
pada sektor produksi yang memiliki keunggulan komparatif dengan orientasi pasar internasional, seperti komoditas migas, elektronik, manufaktur, dan logam berat. Dukungan
strategi memadai untuk menghasilkan kerja terlatih dan terdidik dalam jumlah besar sangat bermanfaat mengejar pasar ekspor internasional yang mampu membawa nilai tambah tinggi.
Terakhir , hal yang lebih penting lagi adalah mengaitkan strategi dan kebijakan pembangunan
ekonomi domestik dengan langkah-langkah yang ditempuh di tingkat internasional. Dalam keadaan demikian, pemerintah secara sadar dan sistematis harus senantiasa berupaya
menjalin kerja sama memperkuat keterkaitan dan kemitraan yang memungkinkan para produsen dan dunia usaha dalam negeri mampu dan berani terjun ke kancah persaingan lebih
ketat. Di sinilah esensi menumbuhkan kesadaran pentingnya tekad meningkatkan efisiensi
usaha dengan kriteria paling dasar sekalipun. Kesejahteraan konsumen dalam negeri dapat meningkat, sementara seleksi pasar akan menciptakan lapisan pengusaha tangguh dan
semakin kukuh daya saingnya dalam mendobrak pasar luar negeri.
2.3.IMPOR 2.3.1 Pengertian Impor
Impor
adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah
tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim
maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor.
2.3.2 Kebijakan Impor