Pembuatan Peta Bentuklahan Landform Pembuatan Peta Satuan Lahan Land Unit Pembuatan Peta Bahaya Longsor

Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Metode Analisis longsor di wilayah DAS Kali Bekasi bagian hulu dengan pendekatan AHP  Kuesioner  Peta Tematik terkait parameter bahaya longsor  Para pakar di bidang terkait longsor  BIG, Pusat Geologi Bandung, BPDAS, SRTM 30m, Google Earth  AHP Expert Choice 2000  On-screen Digitation, Scoring, dan Overlay  Mengetahui faktor utama penyebab longsor dan memprediksi persebaran spasial daerah bahaya longsor dengan pendekatan statistik  Peta satuan lahan, dan data titik-titik longsor  Peta Tematik terkait parameter bahaya longsor  Hasil dari tujuan no. 1  BIG, Pusat Geologi Bandung, BPDAS, SRTM 30m  Analisis Statistik Regresi Logistik Ordinal  Analisis Statistik Regresi Berganda  Overlay Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini diawali dengan pengolahan data, seperti penentuan batas wilayah, penyamaan proyeksi, koreksi geometrik, dan juga interpretasi dan analisis terhadap data sekunder. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses pengolahan data antara lain :

a. Pembuatan Peta Bentuklahan Landform

Peta bentuklahan dalam penelitian ini sebagian diambil dari penelitian Afwilla 2015 dan Lukman 2015 dan sebagian dilakukan dari interpretasi citra. Peta bentuklahan di interpretasi berdasarkan gabungan antara citra hillshade SRTM 30 meter, peta kontur dengan interval 12,5 meter, dan peta geologi wilayah penelitian. Sistem klasifikasi bentuklahan mengacu pada sistem ITC Van Zuidam 1985 dengan modifikasi pada pemberian simbolnya. Sistem ini mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu: morfologi relief, morfogenesis litologi dan proses geomorfik, morfokronologi tahap pembentukan dan perkembangan bentuklahan, dan morfoarrangement hubungan susunan keruangan bentuklahan dan proses yang membentuknya. Morfologi dibedakan menjadi morfografi dan morfometri. Morfografi mendeskripsikan nama benetuklahan dataran, perbukitan, pegunungan, dan plateau, sedangkan morfometri berkaitan dengan aspek kuantitatif bentuklahan kecuraman lereng, ketinggian, arah lereng, dan sebagainya. Morfogenesis mengkaji asal mula bentuklahan atau proses-proses pembentukan bentuklahan tersebut, dan morfokronologi mengkaji umur secara relatif dan absolute atau tahap perkembangan bentuklahan.

b. Pembuatan Peta Satuan Lahan Land Unit

Peta satuan lahan dibuat dari hasil gabungan antara peta bentuklahan landform dan peta kemiringan lereng. Peta satuan lahan selanjutnya dijadikan sebagai satuan pemetaan atau unit analisis dan acuan untuk kerja lapang fieldwork serta untuk memprediksi tingkat bahaya longsor. Pengambilan titik- titik sampel dilakukan secara sistematis berdasarkan satuan lahan, bersifat acak namun merata sehingga setiap satuan lahan terwakili.

c. Pembuatan Peta Bahaya Longsor

Kriteria faktor-faktor penentu bahaya longsor pada penelitian ini mengacu pada kriteria Silviani 2013 yang dimodifikasi dengan menambahkan parameter gangguan pemotongan lereng. Selain itu mengganti parameter kedalaman tanah dengan kedalaman pelapukan batuan. Parameter pembentuk longsor ini selanjutnya dianalisis dengan metode AHP Expert Choice 2000 sehingga menghasilkan nilai bobot dan skor dari masing-masing parameter. Tabel skor parameter bahaya longsor hasil AHP dapat dilihat pada Tabel 3. Untuk menentukan kelas bahaya longsor, nilai skor dan bobot dari masing-masing parameter dikalikan. Kemudian nilai tersebut dipakai dalam menentukan interval bahaya longsor pada jumlah kelas yang telah ditentukan 3 kelas. Metode penentuan tingkat bahaya menggunakan persamaan Dibyosaputro 1999 dalam Ikqra 2012, yaitu: Dari hasil perhitungan di atas maka didapatkan total nilai tertinggi bahaya longsor, yaitu 43,93 dan terendah adalah 9,82, sedangkan nilai interval bahaya longsor sebesar 11,37 Tabel 2. Tabel 2 Skor interval bahaya longsor Skor Interval Tingkat Bahaya Kelas 9,82 – 21,19 Rendah 1 21,20 – 32,57 Sedang 2 32,58 – 43,93 Tinggi 3

d. Analisis Bahaya Longsor