penugasan. Hasil dari kegiatan evaluasi berupa nilai atau dinyatakan dalam indek prestasi IP. Dapat dinyatakan dengan
Tidak lulus = 2.00 Memuaskan = 2.00 – 2.75
Sangat memuaskan = 2.76 – 3.50 Dengan pujian = 3.51 – 4.00
2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain :
a. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri adapun yang dapat digolongkan kedalam faktor intern yaitu kecerdasan intelegensi,
bakat, minat dan motivasi b. Faktor ekstern adalah faktor– faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
yang sifatnya diluar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman–pengalaman, keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan sekitarnya.
3. Konsep Diri
3.1 Pengertian Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain Stuart dan Sudeen, 1991:372. Hal ini temasuk persepsi individu
akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Sedangkan menurut Beck, William dan Rawlin 1986 dalam Stuart dan Sundeen 1991:293 menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang
dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual. Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan
atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Menurut Rogers konsep diri merupakan konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi
tentang sifat-sifat dari “diri subjek” atau “diri objek” dan persepsi-persepsi tentang hubungan-hubungan antar “diri subjek” dan “diri objek” dengan orang lain dan
dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi- persepsi ini Lindzey Hall, 1993; 201 dalam Rahman, 2009.
Jika manusia mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberi arti dan penilaian serta membentuk abstraksi pada dirinya sendiri, hal ini menunjukan
suatu kesadaran diri dan kemampuan untuk keluar dari dirinya untuk melihat dirinya sebaimana ia lakukan terhadap objek-objek lain. Diri yang dilihat, dihayati, dialami
ini disebut sebagai konsep diri Fitts, dalam Agustiani, 2006: 139. Menurut Hurlock 1978:237, pemahaman atau gambaran seseorang mengenai
dirinya dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek fisik dan aspek psikologis. Gambaran fisik diri menurut Hurlock, terjadi dari konsep yang dimiliki individu tentang
penampilannya, kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungan
dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain. Sedangkan gambaran psikis diri atau psikologis terdiri dari konsep individu tentang
kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan
stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini
akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal. Meski konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di lahirkan, tetapi secara
bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembanga individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya. Selain itu konsep diri juga akan
dipelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi
individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu.
Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari
beberapa bagian, yaitu: gambaran diri body image, ideal diri, harga diri, peran dan identitas.
Menurut Hurlock 1978:238, konsep diri yang positif akan berkembang jika seseorang mengembangkan sifat-sifat yang berkaitan dengan ’’good self esteem’’,
’‘good self confidence’’, dan kemampuan melihat diri secara realistik. Sifat-sifat ini memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain secara akurat dan
mengarah pada penyesuaian diri yang baik. Seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positip terhadap
segala sesuatu. Sebaliknya konsep diri yang negatif menurut Hurlock 1978:238 akan
muncul jika seseorang mengembangkan perasaan rendah diri, merasa ragu, kurang pasti serta kurang percaya diri. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif
jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan
tidak memiliki daya tarik terhadap hidup. Jadi konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya secara
menyeluruh. Konsep diri penting dalam mengarahkan interaksi seseorang dengan lingkungannya mempengaruhi pembentukan konsep diri orang tersebut.
3.2 Pembentukan Konsep Diri Konsep diri tidak dibawa sejak lahir tetapi secara bertahap sedikit demi
sedikit timbul sejalan dengan berkembangnya kemampuan persepsi individu. Konsep diri manusia terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari
kecil hingga dewasa. Bayi yang baru lahir tidak memiliki konsep diri karena mereka
tidak dapat membedakan antara dirinya dengan lingkungannya. Menurut Allport dalam Rahman 2009 bayi yang baru lahir tidak mengetahuui tentang dirinya.
Rahmat 2000:100 dalam Rahman 2009, menjelaskan bahwa konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tapi juga penilaian diri anda tentang diri
anda. Jadi konsep diri meliputi apa yang anda pikirkan dan apa yang anda rasakan tentang diri anda. Adanya proses perkembangan konsep diri menunjukan bahwa
konsep diri seseorang tidak langsung dan menetap, tetapi merupakan suatu keadaan yang mempunyai proses pembentukan dan masih dapat berubah.
Rahmat 2005:105, ciri orang yang memiliki konsep diri negatif ialah peka terhadap kritik, responsif sekali terhadap pujian, mempunyai sikap hiperkritis,
cenderung merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak diperhatikan, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi.
Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal: 1 Kemampuan mengatasi masalah.
2 Merasa setara dengan orang lain. 3 Menerima pujian tanpa rasa malu.
4 Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
5 Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Hamachek dalam Rahmat, 2000:106 menyebutkan 11 karakteristik orang yang mempunyai konsep diri positif:
1. Meyakini betul nilai-nilai dan prinsip-psinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Tapi
ia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah.
2. Mampu bertindak berdasarkan penelitian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui
tindakannya. 3. Tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan
terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang.
4. Memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia menghadapi kagagalan atau kemunduran.
5. Merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga,
atau sikap orang lain terhadapnya. 6. Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang
lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya. 7. Dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima
penghargaan tanpa merasa bersalah.
8. Cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya. 9. Sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai
dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula.
10. Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar
mengisi waktu. 11. Peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan
terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain.
3.3 Faktor yang mempengaruhi konsep diri Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, significant other orang yang terpenting atau yang terdekat dan self perceptioning
persepsi diri sendiri. a. Teori perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam
melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau
pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal,
kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
b. Orang penting Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang
lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup,pengaruh
budaya dan sosialisasi. c. Persepsi diri
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk
melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang
positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan
lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
d. Usia Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia, dimana perbedaan
ini lebih banyak berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pada masa kanak-
kanak, konsep diri seseorang menyangkut hal-hal disekitar diri dan keluarganya. Pada masa remaja, konsep diri sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang
dipujanya. Sedangkan remaja yang kematangannya terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa tidak dipahami sehingga cenderung berperilaku kurang
dapat menyesuaikan diri. Sedangkan masa dewasa konsep dirinya sangat dipengaruhi oleh status sosial dan pekerjaan, dan pada usia tua konsep dirinya lebih banyak
dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental maupun sosial Syaiful, 2008. e. Inteligensi
Inteligensi mempengaruhi
penyesuaian diri
seseorang terhadap
lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan
lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula sebaliknya Syaiful, 2008.
f. Pendidikan Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan
meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah Syaiful, 2008.
g. Status Sosial Ekonomi Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain
terhadap dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan pada status sosial
ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status sosialnya tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan individu yang status
sosialnya rendah. h. Hubungan Keluarga
Seseorang yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan
pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, maka akan tergolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.
i. Orang Lain Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu.
Bagaimana anda mengenal diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Sullivan dalam Rakhmat, 2005:101 menjelaskan bahwa individu diterima orang lain,
dihormati dan disenangi karena keadaan dirinya, individu akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan
dirinya, menyalahkan dan menolaknya, ia akan cenderung tidak akan menyenangi dirinya. Miyamoto dan Dornbusch dalam Rakhmat, 2005:101, mencoba
mengkorelasikan penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang paling jelek sampai yang paling baik. Yang dinilai adalah
kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, dan kesukaan orang lain terhadap dirinya. Dengan skala yang sama mereka juga menilai orang lain. Ternyata, orang-
orang yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan skor yang tinggi juga
dalam menilai dirinya. Artinya, harga diri sesuai dengan penilaian orang lain terhadap dirinya.
j. Kelompok Rujukan Reference Group Yaitu kelompok yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh
terhadap perkembangan konsep dirinya.
3.4 Komponen konsep diri Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri tersebut
di kemukakan oleh Stuart and Sundeen 1991:374, yang terdiri dari: a. Gambaran diri Body Image
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran,
bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap
individu Stuart and Sundeen , 1991 :374. Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima
stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan Keliat ,1992: 4. Gambaran diri Body
Image berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang
realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih
rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri Keliat, 1992: 4. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap
gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Banyak faktor dapat
yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya stressor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri.
Stresor-stresor tersebut dapat berupa: Operasi
Seperti : mastektomi, amputasi, luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan
lain –lain. Kegagalan fungsi tubuh.
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonalisasi yaitu tadak mengakui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi
saraf. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh
Seperti sering terjadi pada pasien gangguan jiwa, klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
Tergantung pada mesin. Seperti: pasien di ruang intensif yang memandang imobilisasi sebagai
tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik dengan penggunaan intensif care dipandang sebagai gangguan.
Perubahan tubuh berkaitan Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan
merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif.
Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.
Umpan balik interpersonal yang negatif Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian
sehingga dapat membuat seseorang menarik diri. Standard sosial budaya.
Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-beda setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut
menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.
b. Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu Stuart and
Sundeen, 1991: 375. Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi,cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai. Ideal
diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita–cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial keluarga
budaya dan kepada siapa ingin dilakukan Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak–kanak yang di pengaruhi
orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang
tua,guru dan teman.Menurut Keliat 1992:6 ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu :
1 Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya. 2 Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
3 Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri.
4 Kebutuhan yang realistis. 5 Keinginan untuk menghindari kegagalan.
6 Perasaan cemas dan rendah diri. Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara
persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih
dapat dicapai Keliat, 1992:6.
c. Harga diri Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri Stuart and Sundeen,1991: 376. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau
harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan
menerima penghargaan dari orang lain Keliat, 1992:7. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa
masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok
dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan skizofrenia. Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara
situasional trauma atau kronis evaluasi diri negatif yang telah berlangsung lama. Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung nyata atau tidak
nyata. Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti:
1 Perkembangan individu. Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang
tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai
dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang
yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap
prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.
2 Ideal diri tidak realistis Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak
untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti cita –cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak
dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.
3 Gangguan fisik dan mental Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.
4 Sistim keluarga yang tidak berfungsi. Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun
harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika
kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.
5 Pengalaman traumatik yang berulang, misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual.
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu
mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu.
Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma. 3.4 Ciri Konsep Diri Positif dan Negatif
a. Konsep Diri Positif 1 Mempunyai penerimaan diri yang baik.
2 Mengenal dirinya sendiri dengan baik. 3 Dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang nyata tentang dirinya.
4 Mampu menghargai dirinya sendiri. 5 Mampu menerima dan memberikan pujian secara wajar.
6 Mau memperbaiki diri kearah yang lebih baik. 7 Mampu menempatkan diri di dalam lingkungan.
b. Konsep Diri Negatif 1 Peka terhadap kritik
2 Responsif terhadap kritik 3 Hiperkritis; individu selalu mengeluh, mencela dan meremehkan apapun dan
siapapun.
4 Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. 5 Pesimis terhadap kompetisi dalam kehidupan.
6 Tidak dapat menerima kekurangan dirinya Indikator penilaian konsep diri adalah :
- Pandangan terhadap diri - Pandangan terhadap kemampuan diri
- Pandangan terhadap prestasi diri - Pandangan terhadap keku-rangan diri
- Pandangan terhadap penerimaan lingkungan terhadap diri
4. Kesiapan Belajar