14
3.4.3 Densitas kepadatan populasi
Kepadatan populasi keong bakau dapat dihitung dalam per satuan luas:
m x
D =
Keterangan: D
= Kepadatan populasi individum
2
x = Jumlah individu pada area yang diukur individu
m = Luas area pengambilan contoh 1 x 1 m
2
3.4.4 Pola sebaran populasi
Pola sebaran keong bakau dihitung dengan menggunakan indeks sebaran Morisita Brower et al. 1990:
1
2
− −
=
∑
N N
N Xi
n Id
Keterangan: Id
= Indeks sebaran Morisita n
= Jumlah stasiun pengambilan contoh Xi
= Jumlah individu di setiap stasiun pengambilan contoh N
= Jumlah total individu pada seluruh stasiun Kriteria hasil perhitungan Indeks Morisita adalah sebagai berikut:
Id 1 : Pola sebaran acak Id =1 : Pola sebaran seragam
Id 1 : Pola sebaran mengelompok
Untuk menguji pola penyebaran digunakan sebaran chi square X
2
, yaitu untuk membandingkan nilai harapan hitung dengan nilai pengamatan Brower et al.
1990: N
N X
n X
− ⎟
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎜ ⎝
⎛ =
∑
2 2
Keterangan: X
2
= Chi square n
= Jumlah stasiun pengambilan contoh N
= Jumlah total individu yang terdapat dalam n plot ∑X
2
= Jumlah total individu yang diperoleh
15
3.4.5 Indeks berat daging
Nilai Indeks Berat Daging didapatkan dari hasil perhitungan: gram
total Berat
gram daging
Berat IBD
=
3.4.6 Strategi pengelolaan
Strategi pengelolaan keong bakau disusun berdaarkan analisis faktor penyebab dengan menggunakan matriks permasalahan yang terdiri atas komponen
masalah, faktor penyebab permasalahan, serta strategi pengelolaan yang digunakan untuk memecahkan masalah Tabel 4.
Tabel 4. Matriks pengelolaan
No. Masalah
Faktor Penyebab Strategi Pengelolaan
1 ... ... ...
2 ... ... ...
3 ... ... ...
16
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Kajian populasi
Kondisi populasi keong bakau lebih baik di lahan terlantar bekas tambak dibandingkan di daerah bermangrove. Hal ini ditunjukkan oleh nilai kepadatan yang
lebih tinggi di lahan bekas tambak dengan nilai kepadatan rata-rata 21 indm
2
sedangkan kepadatan di daerah bermangrove 12 indm
2
. Selain itu ditunjukkan oleh nilai faktor kondisi keong bakau dan indeks berat daging yang memiliki nilai lebih
tinggi di lahan terlantar bekas tambak dibandingkan daerah bermangrove. Pola sebaran yang terbentuk di lahan terlantar bekas tambak yaitu acak; sedangkan di
daerah bermangrove seragam. Hubungan panjang-bobot keong bakau di kedua stasiun memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif Tabel 5.
Tabel 5. Parameter populasi keong bakau
Habitat Kepadatan
indm
2
Pola Sebaran
Hubungan panjang-
bobot Faktor
kondisi Indeks berat
daging IBD Lahan bekas
tambak
21 Acak Allometrik
negatif 1,0133 23,3965
Mangrove 12 Seragam
Allometrik negatif
0,9406 20,1740
Kepadatan
Kepadatan keong bakau dinyatakan dalam satuan individum
2
. Populasi keong bakau di lahan terlantar bekas tambak lebih banyak dibandingkan populasi
keong bakau di Mangrove. Rata-rata kepadatan keong bakau di lahan terlantar bekas tambak dari Mei sampai dengan Oktober adalah 13, 11, 23, 32, 31, dan 16
indm
2
. Rata-rata kepadatan keong bakau di daerah bermangrove dari Mei sampai dengan Oktober adalah 8, 9, 6, 15, 21, dan 8 indm
2
Gambar 6.