HUBUNGAN ANTARA IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY CLIMATE) DENGAN SIKAP KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. MAHAKAM SUMBER JAYA

(1)

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KESELAMATAN KERJA

(SAFETY CLIMATE) DENGAN SIKAP KARYAWAN TERHADAP

PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DI PT. MAHAKAM SUMBER JAYA

SKRIPSI

Disusun Oleh Puji Lestari

06810005

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011


(2)

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KESELAMATAN KERJA

(SAFETY CLIMATE) DENGAN SIKAP KARYAWAN TERHADAP

PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DI PT. MAHAKAM SUMBER JAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Sebagai Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S-1) Psikologi

Disusun Oleh Puji Lestari

06810005

FAKULTAS PSIKOLOGI


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Hubungan antara Iklim Keselamatan Kerja (Safety Climate) dengan Sikap Karyawan Terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Safety Behaviour) di PT.Mahakam Sumber Jaya, Tbk.

Nama Peneliti : Puji Lestari No.Induk Mahasiswa : 06810005 Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Waktu Penelitian : 20-25 desember 2010

Malang, 22 Januari 2011 Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji Tanggal : 22 Januari 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Drs. Tulus Winarsunu, M.Si ____________________

Anggota Penguji : 1. Tri Muji Ingarianti, S.Psi, M.Psi ____________________

2. Dra. Djudiyah, M.Si ____________________

3. Zakarija Achmat S.Psi, M.Si ____________________

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Puji Lestari

Nim : 06810005

Fakultas/Jurusan : Psikologi/Psikologi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Menyatakan bahwa Skripsi / Karya Ilmiah : Judul:

“Hubungan antara Iklim Keselamatan Kerja (Safety Climate) dengan Sikap

Karyawan Terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Mahakam Sumber Jaya”

1. Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan

Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi akademik sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui, Malang, 22 januari 2011

Ketua Program Studi Yang Menyatakan,


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Pemilik dan penguasa alam semesta beserta isinya, hidayah, kasih sayang, kemudahan serta nikmat – nikmat lain yang tak terhitung jumlahnya. Hanya dengan seizin-Nya lah akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan, suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, beserta orang-orang yang senantiasa berada di jalan-Nya.

Skripsi ini berjudul “ Hubungan antara Iklim Keselamatan Kerja (Safety Climate) dengan Sikap Karyawan Terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Safety Behaviour) di PT. Mahakam Sumber Jaya”. Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat gelar Sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Selain itu penulisan ini juga dimaksudkan supaya pembaca bisa memahami hubungan antara persepsi rotasi (transfer) dengan komitmen organisasi, sehingga penulis mohon saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulis banyak melibatkan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Allah Ya Rahman Ya Rahhim, yang telah memberikan Rahmad-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Malaikat ku di dunia, ayah dan bunda ku terima kasih untuk semua doa, semua peluh dan keringat demi kebahagiaan anak mu ini. Puji berharap bisa membalas semua kasih kasih sayang.

3. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi dan selaku Dosen Pembimbing I atas waktu yang telah diberikan dan bimbingannya kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bapak Tri Muji Ingarianti S.Psi, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang juga dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.


(7)

ii

5. Bapak. Yudi Suharsono selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

7. Seluruh karyawan PT. Mahakam Sumber Jaya, Tbk terima kasih telah mengijinkan saya untuk melakukan pelitian di perusahaan tambang tersebut. Terutama karyawan HSE yang telah menampung saya selama magang dan penelitian. Thanks to : Bapak Tito selaku manager HSE, bapak Gatot, bapak Alvi, bapak Yudha, bapak Tonny, bapak fitri dan semua karyawan HSE yang telah banyak membantu saya selama penelitian, maaf pak banyak merepot kan . 8. Untuk sahabat-sahabat terbaik yang pernah ku miliki Edelwis S.Psi,

Nahdiyah.S.Psi, Nuraina Puspita S.Psi, Tyas Tunjung dan Ratna calon S.Psi juga. Terima ksih untuk sebuah kekeluargaan, perhatian, tangisan, serta canda dan tawa yng telah kita lewati bersama. Love yo guyz .

9. Special thanks for my dear ab’risal sanusi .

Wassalamualikum Wr. Wb.

Malang, 22 januari 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Sikap Terhadap Program Keselamatan Kerja 1. Pengertian a. Sikap ... 10

b. Keselamatan kerja ... 11

c. Program keselamatan kerja ... 11

d. Sikap terhadap program keselamatan kerja ... 13

2. Komponen-komponen Sikap ... 14

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ... 14

4. Cara pengukuran sikap ... 14

5. Konflik kebutuhan dalam sikap terhadap keselamatan kerja ... 15

6. Tafsiran dalam sikap terhadap keselamatan kerja ... 17

B.Iklim Keselamatan Kerja 1. Pengertian iklim keselamatan kerja ... 18

2. Faktor iklim keselamatan kerja ... 19

3. Komponen iklim keselamatan kerja ... 19


(9)

iv

C.Hubungan antara iklim keselamatan kerja dengan sikap terhadap

program keselamatan kerja ... 21

D.Kerangka Pemikiran ... 23

E.Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A.Rancangan Penelitian ... 25

B.Variabel Penelitian ... 25

C.Definisi Operasional ... 26

D.Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 27

E.Prosedur Penelitian ... 28

F. Jenis data dan instrumen penelitian ... 29

G.Validitas dan Reliabilitas ... 32

H.Metode Analisa Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 38

B.Analisa Data ... 39

C.Pembahasan ... 40

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 44

B.Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor pilihan jawaban pada Skala Likert ... 30

Tabel 2. Blue Print Skala Iklim Keselamatan Kerja ... 31

Tabel 3. Blue Print Skala Iklim Keselamatan Kerja (setelah Try Out) ... 31

Tabel 4. Blue Print Skala Sikap Terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 32

Tabel 5. Blue Print Skala Sikap Terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 32

Tabel 6. Uji Validitas Skala Iklim Keselamatan Kerja ... 34

Tabel 7. Uji Validitas Skala Sikap Terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 34

Tabel 8. Rangkuman Analisis Reliabilitas Iklim Keselamatan Kerja ... 35

Tabel 9. Rangkuman Analisis Reliabilitas Skala Sikap Terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 35

Tabel 10. Uji Reliabilitas Keseluruhan ... 35

Tabel 11. Sebaran T-Score pada Iklim Keselamatan Kerja ... 38

Tabel 12. Sebaran T-Score pada Sikap Terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 39

Tabel 13. Rangkuman Analisis Korelasi antara Iklim Keselamatan Kerja dengan Sikap Karyawan terhadap Program Keselamatan Kerja ... 39


(11)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala untuk Try Out ... 48

Lampiran 2. Data Try Out Skala Iklim Keselamatan Kerja ... 55

Lampiran 3 hasil Try Out Validitas dan Reliabilitas... 57

Lampiran 4. Data Try Out Skala Sikap terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan kerja ... 67

Lampiran 5. Hasil Analisis Try Out Validitas dan Reliabilitas ... 68

Lampiran 6. Skala untuk Penelitian ... 76

Lampiran 7. Data Penelitian Skala Iklim Keselamatan Kerja ... 82

Lampiran 8. Data Penelitian Skala Sikap terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 86

Lampiran 9. Hasil Analisa ... 88

Lampiran 10. Surat Keterangan Penelitian dari Perusahaan ... 93


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Aprianti, Hilda. (2008). Hubungan iklim keselamatan kerja dengan perilaku aman. (skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammdadiyah Malang, Jawa Timur)

Azwar, Saifuddin. (2008). Sikap Mananusia Teori dan Pengukurannya. Edisi ke 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______________ (2008). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chasanah, Nur. (2008). Hubungan antara komitmen karyawan dengan sikap terhadap penerapan program keselamatan kerja pada karyawan perusahaan industri. Diakses 7 Agustus 2010 dari http://etd.epints.ums.ac.id.

Feyer, A.M. Williamson, A. (1998). Occupational Injuriy “Risk, Prevention and Invention”. London: Taylor & Francis.

Fitria, Yuli (2005). Hubungan antara Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dalam Bekerja dengan Sikap pada keselamatan kerja. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Holmes, N. 1998. Safe bosses? Safe workers? Safety culture in small construction industry businesses. Safety management article 12. Diakses 13 agustus 2010, email:http://www.monash.edu.au/muarc/IPSo/vol 3/sm12.pdf.yahoo.com.

Kerlinger, F. N. (2004). Asas-Asas Penelitian Behaviour. Third Edition. Yogyakarta: UGM

Landy, F. J & Conte, M.J. 2004. Work in The 21st Century: An Indroduction to Industrial and Organization Psychology. New York: McGraw Hill,Inc.

Mangkunegara, A.A.A Prabu. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Minner, J. B. 1992. Industrial-Organizational Psychology. Singapore: McGraw Hill, Inc.

Mondy P, W Noe M.R. (1996). Human Resource Management Sixth Edition. USA. Prentice Hall Int. Ed.

Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Pt.Dian Rakyat.


(13)

viii

Siahaan, Ferdinan. 2005. Hubungan Sikap Pekerja Terhadap Penerapan Program K3 Dengan Komitmen Pekerja Pada Perusahaan Di PT. Suryamas Lestari Prima Tanjung Morawa. Di akses 13 agustus 2010 dari

http://www.psikologi.universitassumatrautara.ac.id/jurnalpsikologi.

Smither, Robert D. 1988. The Psychology Of Work And Human Performance. New York: Harper Collins Publisher.

Sugiono, 2009. metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,cv.

Suma’mur, 1987. Kesehatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji Masagung.

Survey of employees' attitudes towards improving occupational safety and health (OSH) was carried out in Slovakia. Di akses 7 agustus dari

http://www.eurofound.europa.eu/ewco/ 2006/ 04/ SK06040291.ht m /

Winardi, 2004. Manajemen perilaku organisasi, Bandung: Prenda Media.

Winarsunu, Tulus. 2004. Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press.

_______________. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press.

Wismanto, 2004. Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku. Diakses 7 Agustus 2010 dari http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/jurnal/pdf.

Yule, Steven, 2007, The Role of management and safety climate in preventing risk

taking at work. diakses 1 september 2010

dari://http://www./documents/The_role_of_management_and_safety_climate _in_preventing_ristaking.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Secara naluriah manusia menghindari kecelakaan. Hal ini merupakan sifat kodrat manusia untuk menjauhi hal-hal yang tidak diinginkan atau tidak di senangi. Keinginan ini terbatas pada orang-orang yang memang telah mempersiapkan diri agar kecelakaan tidak terjadi, melainkan juga berlaku untuk semua orang, bahkan orang yang perilakunya membahayakan sekalipun tidak menginginkan kecelakaan menimpa dirinya. (Winarsunu:2008). Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia adalah kerugian yang terbesar karena nyawa tidak mampu digantikan oleh apapun.

Keselamatan dan kesehatan kerja juga memiliki hubungan dengan kecelakaan kerja yang muncul dilingkungan kerja, yang mana hal tersebut dapat mengakibatkan kehilangan-kehilangan baik berupa luka, sakit, kematian, kerusakan peralatan, dan material yang semuanya membutuhkan biaya penggantian. Kehilangan juga dapat meliputi kehilangan waktu, produksi dan penjualan. Kecelakaan kerja memunculkan kebutuhan akan layanan pengangkutan, pencatatan, penelitian, pembersihan, layanan hokum dan medis, rehabilitasi dan pemulihan nama baik dari image public. Dan semuanya ini adalah membutuhkan biaya. Sehingga cukup beralasan jika ada pernyataan yang menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah sesuatu yang mahal (Brauer, 1990; Siegel,1962 dalam Winarsunu, 2008).

Program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu system yang dibuat menejemen dari perusahaan sebagai upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan dengan lingkungan kerja. Program tersebut di lakukan dengan cara mengenali serta menganalisis hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit, kemudian memberikan program untuk penanggualangan pada masalah tersebut. Program keselamatan dan kesehatan kerja


(15)

2

yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan diasosiasikan kepada seluruh karyawannya, terutama pada karyawan yang memiliki resiko tinggi dalam mengalami kecelakaan kerja.

Salah satu determinan paling penting dalam keselamatan kerja adalah sikap karyawan terhadap program keselamatan kerja. Sikap tersebut sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengambil keputusan, karena sikap merupakan suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek. Sikap akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk berperilaku aman atau tidak aman. Karena itu sikap karyawan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja akan sangat mempengaruhi perilaku pekerja dalam menerapkan program keselamatan kerja yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dan akan mempengaruhi angka kecelakaan pada perusahaan tersebut. Tinggi rendahnya sikap terhadap keselamatan kerja dapat dilihat dari keputusan karyawan untuk mendukung atau tidak mendukung program keselamatan kerja yang telah di organisir oleh pihak perusahaan (Winarsunu:2008).

Bentuk-bentuk sikap yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja antara lain adalah kesembronoan (recklessness), tidak bertangung jawab atau tidak memiliki sikap kerja sama. Sikap semacam ini merupakan simptom dari sesuatu yang lebih mendasar yaitu personal maladjustment, yaitu kecelakaan yang diakibatkan kesalahan dalam bersikap. Sikap pekerja terhadap keselamatan kerja terkadang masih di anggap hal yang tidak penting, sehingga peraturan keselamatan kerja diabaikan begitu saja oleh para pekerja. Sikap akan mempengaruhi masalah keselamatan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja apabila karyawan berperilaku ceroboh dalam bekerja.

Dalam proses pembentukan sikap terdapat tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif (Azwar : 2008). Komponen kognitif merupakan representasi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki individu, dan komponen kognitif ini dapat disamakan mengenai opini individu pada suatu stimulus atau rangsangan. Komponen afektif merupakan gambaran dari penilaian dan perasaan terhadap obeyek sikap. Kemudian komponen konatif atau perilaku berisi tendensi atau kecendrungan untuk bertindak


(16)

3

atau bereaksi terhadap sutu obyek sikap. Begitu pula jika objek yang dikenai adalah program keselamatan kerja maka, ketiga komponen ini juga akan saling menunjang sehingga memberikan keputusan terhadap karyawan untuk mendukung ataupun tidak mendukung program keselamatan kerja yang telah di bentuk oleh pihak manejemen perusahaan.

Sebuah survei terhadap sikap karyawan 2004 di Slovakia, dilakukan di 33 perusahaan, 337 responden: 233 pekerja, 81 manajer dan 23 pakar dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Hasil survey menyatakan lebih dari 90% dari karyawan menggambarkan sikap mereka terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai sangat positif atau terutama positif. Sebagian besar karyawan menganggap Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai unsur penting dalam positif mempengaruhi kinerja karyawan level (4.18), dan kemakmuran dan citra perusahaan (4,47). Sedangkan hasil survey mengenai sikap mereka terhadap keselamatan kerja yaitu; lebih dari 70% dari karyawan pandangan positif tanggung jawab mereka untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja mereka sendiri (3,96). Lebih dari 76% karyawan mengungkapkan kesediaan untuk terlibat dalam mereka meningkatkan kondisi kerja , tetapi hanya 35% karyawan mengatakan bahwa mereka sendiri mengajukan proposal untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Selain itu, hampir 90% dari responden merasa perlu bahwa karyawan terlibat dalam penilaian risiko di tempat kerja, namun hanya 55% yang puas dengan tingkat keterlibatan mereka sendiri.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor yang cukup berperan dalam organisasi. Hal tersebut dikarenakan istilah keselamatan dan kesehatan kerja memiliki peran yang cukup penting dalam menentukan suatu kondisi lingkungan perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi kemungkinan besar akan memperoleh nilai tambah baik dari karyawan atau masyarakat, sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah akan mengalami nilai negative dari karyawan atau masyarakat.

Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai sikap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja menyatakan hubungan yang signifikan antara keduanya. Penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2005) Di PT. Suryamas Lestari Prima. Hasil


(17)

4

baik (81,7%), dan komitmen pekerja pada perusahaan baik (80,6%), menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap penerapan keselamatan kerja dengan komitmen pekerja pada perusahaan yaitu semakin baik sikap pekerja terhadap keselamatan kerja juga akan meningkatkan komitmennya terhadap perusahaan. Oleh karena itu diharapkan perusahaan lebih memperhatikan penerapan keselamatan kerja di perusahaan untuk meningkatkan dukungan pekerja terhadap keselamatan kerja yang nantinya juga meningkatkan komitmennya pada perusahaan.

Kemudian penelitian yang di lakukan oleh Chasanah (2008). penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komitmen karyawan dengan sikap terhadap penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai korelasi r = 0,669; p = 0,000 (p < 0,01) menandakan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara komitmen karyawan terhadap perusahaan dengan sikap terhadap penerapan program K3.

Wismanto (2004) berhasil mengumpulkan 31 hasil penelitian yang meneliti keterkaitan antara sikap terhadap sesuatu dengan perilaku. Koefisien korelasi yang diperoleh dari ke-31 objek hasil penelitian tersebut sangat bervariasi, koefisien korelasi yang terendah adalah 0,084 dan koefisien yang tertinggi adalah 0,96. Hasil penelitian yang menghubungkan antara sikap dan perilaku tersebut tampak bahwa semua variable sikap berkorelasi dengan perilakunya, kesemuanya berkorelasi secara positif.

Dari beberapa penelitian tersebut menyatakan bahwa sikap merupakan determinan terpenting dalam penerapan program keselamatan kerja. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sikap terhadap keselamatan kerja merupakan predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten baik mendukung maupun tidak mendukung program keselamatan kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam menentukan sikap karyawan akan cendrung melihat lingkungan sekitar yang ikut mendukung penerapan program keselamatan kerja. Salah satunya karyawan akan melihat peran manejemen dalam program keselamatan kerja.

Peran manejemen dalam penerapan program keselamatan kerja sangatlah penting dampaknya bagi kelancaran penerapan program keselamatan kerja. Adanya peran tersebut akan memberikan dukungan secara langsung bagi para karyawan untuk menerapkan program keselamatan kerja dan hal ini akan membentuk iklim


(18)

5

keselamatan kerja di perusahaan. Iklim keselamatan kerja sendiri merupakan sebuah persepsi pekerja pada sikap manejemen terhadap keselamatan kerja dan persepsi pada sejauh mana kontribusi keselamatan kerja didalam proses produksi secara umum. Persepsi ini akan mempengaruhi perilaku pekerja, misalnya ketika organisasi tidak memperhatikan perihal keselamatan kerja, maka akan begitu pula dengan para pekerjanya. Iklim keselamatan kerja merupakan salah satu cara organisasi industry untuk menciptakan sebuah iklim fisik maupun psikologis yang memenuhi standart keselamatan dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja dan peningkatan keselamatan kerja sehingga baik organisasi maupun pekerja dapat melaksanakan aktivitasnya dengan aman dan lebih produktif.

Iklim keselamatan kerja dapat diilustrasikan bahwa seperti apapun canggihnya program keselamatan kerja yang ada akan menjadi tidak efektif kecuali dalam organisasi sudah terbentuk persepsi dari pekerja bahwa iklim organisasi benar-benar telah mendukung secara penuh usaha-usaha keselamatan kerja. Jika manejer menunjukkan melalui perilaku yang aman (safety behaviour) bahwa mereka benar-benar mengerti dan ikut menerapkan konsep dan praktek-praktek keselamatan kerja, maka hal ini akan diwujudkan dengan sikap dan perilaku yang aman yang ditunjukkan pekerjanya. Namun bilamana manajemen hanya memberikan tidak lebih dari sekerdar lip service untuk keselamatan kerja, kemudian tanpa menerapkan program tersebut tetapi mereka mengharapkan pekerja menggunakannya, maka pekerja akan memiliki sikap yang bertentangan dengan keselamatan kerja (Winarsunu : 2008).

Iklim keselamatan kerja merupakan perluasan dari iklim organisasi, yang merupakan karakteristik yang penting dari budaya organisasi. Budaya keselamatan kerja adalah gabungan dari lambang-lambang, nilai-nilai, dan asumsi-asumsi tentang keselamatan kerja yang dimiliki bersama oleh para pekerja. Tingkat pertama, adalah lambang-lambang, yang dapat berupa ‘sesuatu’ dan prosedur tertulis. ‘sesuatu’ adalah yang dapat dilihat secara langsung oleh tamu yang datang ke perusahaan. Contohnya tanda-tanda dan poster-poster, garis pembatas pada lantai. Tingkat kedua adalah nilai-nilai yang berupa prinsip-prinsip social, falsafah, tujuan dan standar. Lambang adalah sesuatu yang dapat diamati dalam organisasi, sedangkan nilai


(19)

6

adalah asumsi-asumsi yang menggambarkan kepercayaan-kepercayaan yang sama pada kelompok yang tidak disadari. Iklim keselamatan kerja merupakan cirri dan indicator yang penting dari budaya keselamatan kerja didalam organisasi (Winarsunu: 2008).

Dalam pembentukan iklim keselamatan kerja yang efektif maka komitmen manejemen menjadi faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan program keselamatan kerja. Komitmen merupakan ibarat energi yang menggerakkan roda kebijakan organisasi keselamatan kerja. Oleh karena itu OHSAS 18001 mensyaratkan agar manejemen puncak menunjukkan komitmennya dalam mendukung pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja dalam organisasi seperti memastikan tersedianya sumberdaya yang diperlukan. Namun demikian, komitmen tidak sekedar dengan menyediakan sumberdaya saja, namun yang paling penting adalah peran serta dan dukungan positif manejemen terhadap pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam organisasi.

Keberhasilan perusahaan dalam meminimalisirkan angka kecelakaan kerja dikarenakan perusahaan memiliki manejemen keselamatan kerja yang baik. Namun tidak cukup hanya dengan manejemen yang baik melainkan penerapan yang dilakukan karyawan terhadap program yang telah diberlakukan dan diterapkan dalam perusahaan. Dalam program tersebut manejemen memiliki andil yang sangat besar pada kedisplinan karyawan untuk tetap mengikuti peraturan yang telah diberikan oleh perusahaan (Ramli:2010).

Berdasarkan penelitian terdahulu menyatakan bahwa iklim keselamatan kerja mampu menekan angka kecelakaan kerja. Seperti halnya penelitian yang dilakukan Sadullah (2009) mengenai hubungan antara iklim keselamatan organisasi dan perilaku keselamatan karyawan. Penelitian yang dilakukan di sebuah galangan kapal aktif di Turki, menemukan bahwa ada yang signifikan antara hubungan antara iklim keselamatan organisasi dengan perilaku keselamatan karyawan. Hasil menunjukkan bahwa semakin baik iklim keselamatan yang di buat oleh lingkungan kerja akan memberikan nilai yang tinggi pula pada perilaku keselamatan kerja di perusahaan

Senada dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Steven (2007) untuk menguji hubungan antara komitmen manajemen dengan persepsi tenaga Kerja mengenai iklim keselamatan. Hasil penelitian menyatakan (n = 1026) yang berarti


(20)

7

adanya hubungan positif mengenai komitmen menejemen dengan hubungan tanggung jawab manejemen dalam program keselamatan dan kesehatan kerja dengan pencegahan resiko kecelakaan bernilai positif penilaian lebih dari manajemen senior komitmen.

Kemudian penelitian yang di dilakukan oleh Aprianti (2008) di PT.ELNUSA, Tbk, Oilfield Service Division Balikpapan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa iklim keselamatan kerja mempunyai hubungan positif yang sangat signifikan terhadap safety behaviour karyawan pada PT. ELNUSA, Tbk Oilfield Services, dengan nilai koefisien korelasi (r)=0,287 menandakan adanya hubungan yang berarah positif antara kedua variable. Sedangkan nilai probabilitas kesalahan (p) = 0,007 menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara variabel iklim keselamatan kerja dengan berperilaku.

Tujuan diciptakannya iklim keselamatan kerja adalah untuk menciptakan lingkungan psikologis dan sikap-sikap untuk mendukung keselamatan kerja, serta untuk mempertahankan lingkungan pekerjaan fisik yang aman. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Winarsunu (2000) bahwa iklim keselamatan kerja memberikan sumbangan terhadap variabel sikap terhadap keselamatan kerja, contohnya program dengan iklim keselamatan kerja seperti job training yang diberikan kepada pekerja akan berakibat secara langsung pada peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Kondisi-kondisi yang terdapat dalam iklim keselamatan kerja akan lebih mempengaruhi sikap terhadap keselamatan kerja. Selain itu komitmen top manegement pada keselamatan kerja harus diwujudkan dalam tindakan-tindakan nyata bukan hanya melalui kata-kata saja. Sikap dan perilaku pihak top management terhadap keselamatan kerja akan memberikan dampak terhadap sikap dan perilaku pekerja dan supervisor pada semua tingkatan. Hal ini sesuai dengan hukum dasar perilaku manusia, bahwa jika seseorang mendengar tentang sesuatu dan kemudian melihat bahwa sesuatu itu tidak sesuai dengan yang didengarnya maka mereka hanya akan percaya pada apa yang dilihatnya saja (Reamer,1980 dalam Winarsunu, 2008). Begitu juga dengan iklim keselamatan kerja, jika karyawan hanya mendengar arahan untuk berprilaku aman tanpa melihat pihak manejemen ikut menjalankan program keselamatan kerja, maka karyawan akan cenderung memberikan sikap negative


(21)

8

Ketika lingkungan sekitar pekerja di rasa tidak nyaman atau mendorong kearah negative maka kecendrungan pekerja akan memberikan sikap kearah negatif. Jadi untuk mempengaruhi perilaku seseorang juga harus merubah lingkungan fisiknya. Iklim keselamatan kerja dapat diartikan sebagai sejumlah persepsi karyawan mengenai keselamatan secara keseluruhan di dalam organisasi berdasarkan fakta-fakta yang ada. Apabila karyawan mempersepsi iklim keselamatan secara positif, diharapkan akan dapat memberikan sikap yang positif pula terhadap program keselamatan kerja sehingga mendorong karyawan agar berperilaku aman sehingga mampu mengurangi angka kecelakaan kerja.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara iklim keselamatan kerja (safety climate) dengan sikap karyawan terhadap program keselamatan dan kesehatan kerja di PT.Mahakam Sumber Jaya”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka peneliti mengambil rumusan masalah mengenai: apakah ada hubungan antara iklim kerja (safety climate) dengan sikap karyawan terhadap progam keselamatan di PT.Mahakam Sumber Jaya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara iklim kerja dengan sikap karyawan terhadap program keselamatan di PT.Mahakam Sumber Jaya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memperkaya wacana yang ada pada ilmu psikologi, khususnya Psikologi Sumber Daya Manusia. Selain itu dapat memperkaya pemahaman mahasiswa tentang program kesehatan dan keselamatan kerja dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi di Universitas Muhammadiyah Malang.


(22)

9

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat bermanfaat tmemberikan masukan bagi mahasiswa yang mengambil jurusan psikologi industri serta pada karyawan yang bergerak dalam bidang industri guna memahami pentingnya sikap karyawan terhadap program keselamatan dan kesehatan kerja dan hubungan dengan iklim keselamatan kerja pada perusahaan yang mereka naungi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk melihat kecendrungan sikap karyawan melalui iklim kerja yang dilakukan di lingkungan kerja tersebut. serta sebagai bahan pertimbangan dalam usaha-usaha penanganan masalah keselamatan kerja baik berupa tindakan preventif terhadap kecelakaan kerja maupun tindakan promotif pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja baik oleh pemerintah, dunia industri, praktisi, tenaga pengajar, mahasiswa dan masyarakat.


(1)

baik (81,7%), dan komitmen pekerja pada perusahaan baik (80,6%), menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap penerapan keselamatan kerja dengan komitmen pekerja pada perusahaan yaitu semakin baik sikap pekerja terhadap keselamatan kerja juga akan meningkatkan komitmennya terhadap perusahaan. Oleh karena itu diharapkan perusahaan lebih memperhatikan penerapan keselamatan kerja di perusahaan untuk meningkatkan dukungan pekerja terhadap keselamatan kerja yang nantinya juga meningkatkan komitmennya pada perusahaan.

Kemudian penelitian yang di lakukan oleh Chasanah (2008). penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komitmen karyawan dengan sikap terhadap penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai korelasi r = 0,669; p = 0,000 (p < 0,01) menandakan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara komitmen karyawan terhadap perusahaan dengan sikap terhadap penerapan program K3.

Wismanto (2004) berhasil mengumpulkan 31 hasil penelitian yang meneliti keterkaitan antara sikap terhadap sesuatu dengan perilaku. Koefisien korelasi yang diperoleh dari ke-31 objek hasil penelitian tersebut sangat bervariasi, koefisien korelasi yang terendah adalah 0,084 dan koefisien yang tertinggi adalah 0,96. Hasil penelitian yang menghubungkan antara sikap dan perilaku tersebut tampak bahwa semua variable sikap berkorelasi dengan perilakunya, kesemuanya berkorelasi secara positif.

Dari beberapa penelitian tersebut menyatakan bahwa sikap merupakan determinan terpenting dalam penerapan program keselamatan kerja. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sikap terhadap keselamatan kerja merupakan predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten baik mendukung maupun tidak mendukung program keselamatan kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam menentukan sikap karyawan akan cendrung melihat lingkungan sekitar yang ikut mendukung penerapan program keselamatan kerja. Salah satunya karyawan akan melihat peran manejemen dalam program keselamatan kerja.

Peran manejemen dalam penerapan program keselamatan kerja sangatlah penting dampaknya bagi kelancaran penerapan program keselamatan kerja. Adanya peran tersebut akan memberikan dukungan secara langsung bagi para karyawan untuk menerapkan program keselamatan kerja dan hal ini akan membentuk iklim


(2)

keselamatan kerja di perusahaan. Iklim keselamatan kerja sendiri merupakan sebuah persepsi pekerja pada sikap manejemen terhadap keselamatan kerja dan persepsi pada sejauh mana kontribusi keselamatan kerja didalam proses produksi secara umum. Persepsi ini akan mempengaruhi perilaku pekerja, misalnya ketika organisasi tidak memperhatikan perihal keselamatan kerja, maka akan begitu pula dengan para pekerjanya. Iklim keselamatan kerja merupakan salah satu cara organisasi industry untuk menciptakan sebuah iklim fisik maupun psikologis yang memenuhi standart keselamatan dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja dan peningkatan keselamatan kerja sehingga baik organisasi maupun pekerja dapat melaksanakan aktivitasnya dengan aman dan lebih produktif.

Iklim keselamatan kerja dapat diilustrasikan bahwa seperti apapun canggihnya program keselamatan kerja yang ada akan menjadi tidak efektif kecuali dalam organisasi sudah terbentuk persepsi dari pekerja bahwa iklim organisasi benar-benar telah mendukung secara penuh usaha-usaha keselamatan kerja. Jika manejer menunjukkan melalui perilaku yang aman (safety behaviour) bahwa mereka benar-benar mengerti dan ikut menerapkan konsep dan praktek-praktek keselamatan kerja, maka hal ini akan diwujudkan dengan sikap dan perilaku yang aman yang ditunjukkan pekerjanya. Namun bilamana manajemen hanya memberikan tidak lebih dari sekerdar lip service untuk keselamatan kerja, kemudian tanpa menerapkan program tersebut tetapi mereka mengharapkan pekerja menggunakannya, maka pekerja akan memiliki sikap yang bertentangan dengan keselamatan kerja (Winarsunu : 2008).

Iklim keselamatan kerja merupakan perluasan dari iklim organisasi, yang merupakan karakteristik yang penting dari budaya organisasi. Budaya keselamatan kerja adalah gabungan dari lambang-lambang, nilai-nilai, dan asumsi-asumsi tentang keselamatan kerja yang dimiliki bersama oleh para pekerja. Tingkat pertama, adalah lambang-lambang, yang dapat berupa ‘sesuatu’ dan prosedur tertulis. ‘sesuatu’ adalah yang dapat dilihat secara langsung oleh tamu yang datang ke perusahaan. Contohnya tanda-tanda dan poster-poster, garis pembatas pada lantai. Tingkat kedua adalah nilai-nilai yang berupa prinsip-prinsip social, falsafah, tujuan dan standar. Lambang adalah sesuatu yang dapat diamati dalam organisasi, sedangkan nilai adalah alasan yang diberikan untuk menerangkan lambang-lambang. Tingkat ketiga


(3)

adalah asumsi-asumsi yang menggambarkan kepercayaan-kepercayaan yang sama pada kelompok yang tidak disadari. Iklim keselamatan kerja merupakan cirri dan indicator yang penting dari budaya keselamatan kerja didalam organisasi (Winarsunu: 2008).

Dalam pembentukan iklim keselamatan kerja yang efektif maka komitmen manejemen menjadi faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan program keselamatan kerja. Komitmen merupakan ibarat energi yang menggerakkan roda kebijakan organisasi keselamatan kerja. Oleh karena itu OHSAS 18001 mensyaratkan agar manejemen puncak menunjukkan komitmennya dalam mendukung pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja dalam organisasi seperti memastikan tersedianya sumberdaya yang diperlukan. Namun demikian, komitmen tidak sekedar dengan menyediakan sumberdaya saja, namun yang paling penting adalah peran serta dan dukungan positif manejemen terhadap pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam organisasi.

Keberhasilan perusahaan dalam meminimalisirkan angka kecelakaan kerja dikarenakan perusahaan memiliki manejemen keselamatan kerja yang baik. Namun tidak cukup hanya dengan manejemen yang baik melainkan penerapan yang dilakukan karyawan terhadap program yang telah diberlakukan dan diterapkan dalam perusahaan. Dalam program tersebut manejemen memiliki andil yang sangat besar pada kedisplinan karyawan untuk tetap mengikuti peraturan yang telah diberikan oleh perusahaan (Ramli:2010).

Berdasarkan penelitian terdahulu menyatakan bahwa iklim keselamatan kerja mampu menekan angka kecelakaan kerja. Seperti halnya penelitian yang dilakukan Sadullah (2009) mengenai hubungan antara iklim keselamatan organisasi dan perilaku keselamatan karyawan. Penelitian yang dilakukan di sebuah galangan kapal aktif di Turki, menemukan bahwa ada yang signifikan antara hubungan antara iklim keselamatan organisasi dengan perilaku keselamatan karyawan. Hasil menunjukkan bahwa semakin baik iklim keselamatan yang di buat oleh lingkungan kerja akan memberikan nilai yang tinggi pula pada perilaku keselamatan kerja di perusahaan

Senada dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Steven (2007) untuk menguji hubungan antara komitmen manajemen dengan persepsi tenaga Kerja mengenai iklim keselamatan. Hasil penelitian menyatakan (n = 1026) yang berarti


(4)

adanya hubungan positif mengenai komitmen menejemen dengan hubungan tanggung jawab manejemen dalam program keselamatan dan kesehatan kerja dengan pencegahan resiko kecelakaan bernilai positif penilaian lebih dari manajemen senior komitmen.

Kemudian penelitian yang di dilakukan oleh Aprianti (2008) di PT.ELNUSA, Tbk, Oilfield Service Division Balikpapan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa iklim keselamatan kerja mempunyai hubungan positif yang sangat signifikan terhadap safety behaviour karyawan pada PT. ELNUSA, Tbk Oilfield Services, dengan nilai koefisien korelasi (r)=0,287 menandakan adanya hubungan yang berarah positif antara kedua variable. Sedangkan nilai probabilitas kesalahan (p) = 0,007 menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara variabel iklim keselamatan kerja dengan berperilaku.

Tujuan diciptakannya iklim keselamatan kerja adalah untuk menciptakan lingkungan psikologis dan sikap-sikap untuk mendukung keselamatan kerja, serta untuk mempertahankan lingkungan pekerjaan fisik yang aman. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Winarsunu (2000) bahwa iklim keselamatan kerja memberikan sumbangan terhadap variabel sikap terhadap keselamatan kerja, contohnya program dengan iklim keselamatan kerja seperti job training yang diberikan kepada pekerja akan berakibat secara langsung pada peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Kondisi-kondisi yang terdapat dalam iklim keselamatan kerja akan lebih mempengaruhi sikap terhadap keselamatan kerja. Selain itu komitmen top manegement pada keselamatan kerja harus diwujudkan dalam tindakan-tindakan nyata bukan hanya melalui kata-kata saja. Sikap dan perilaku pihak top management terhadap keselamatan kerja akan memberikan dampak terhadap sikap dan perilaku pekerja dan supervisor pada semua tingkatan. Hal ini sesuai dengan hukum dasar perilaku manusia, bahwa jika seseorang mendengar tentang sesuatu dan kemudian melihat bahwa sesuatu itu tidak sesuai dengan yang didengarnya maka mereka hanya akan percaya pada apa yang dilihatnya saja (Reamer,1980 dalam Winarsunu, 2008). Begitu juga dengan iklim keselamatan kerja, jika karyawan hanya mendengar arahan untuk berprilaku aman tanpa melihat pihak manejemen ikut menjalankan program keselamatan kerja, maka karyawan akan cenderung memberikan sikap negative terhadap penerapan program keselamatan kerja tersebut.


(5)

Ketika lingkungan sekitar pekerja di rasa tidak nyaman atau mendorong kearah negative maka kecendrungan pekerja akan memberikan sikap kearah negatif. Jadi untuk mempengaruhi perilaku seseorang juga harus merubah lingkungan fisiknya. Iklim keselamatan kerja dapat diartikan sebagai sejumlah persepsi karyawan mengenai keselamatan secara keseluruhan di dalam organisasi berdasarkan fakta-fakta yang ada. Apabila karyawan mempersepsi iklim keselamatan secara positif, diharapkan akan dapat memberikan sikap yang positif pula terhadap program keselamatan kerja sehingga mendorong karyawan agar berperilaku aman sehingga mampu mengurangi angka kecelakaan kerja.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara iklim keselamatan kerja (safety climate) dengan sikap karyawan terhadap program keselamatan dan kesehatan kerja di PT.Mahakam Sumber Jaya”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka peneliti mengambil rumusan masalah mengenai: apakah ada hubungan antara iklim kerja (safety climate) dengan sikap karyawan terhadap progam keselamatan di PT.Mahakam Sumber Jaya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara iklim kerja dengan sikap karyawan terhadap program keselamatan di PT.Mahakam Sumber Jaya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memperkaya wacana yang ada pada ilmu psikologi, khususnya Psikologi Sumber Daya Manusia. Selain itu dapat memperkaya pemahaman mahasiswa tentang program kesehatan dan keselamatan kerja dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi di Universitas Muhammadiyah Malang.


(6)

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat bermanfaat tmemberikan masukan bagi mahasiswa yang mengambil jurusan psikologi industri serta pada karyawan yang bergerak dalam bidang industri guna memahami pentingnya sikap karyawan terhadap program keselamatan dan kesehatan kerja dan hubungan dengan iklim keselamatan kerja pada perusahaan yang mereka naungi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk melihat kecendrungan sikap karyawan melalui iklim kerja yang dilakukan di lingkungan kerja tersebut. serta sebagai bahan pertimbangan dalam usaha-usaha penanganan masalah keselamatan kerja baik berupa tindakan preventif terhadap kecelakaan kerja maupun tindakan promotif pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja baik oleh pemerintah, dunia industri, praktisi, tenaga pengajar, mahasiswa dan masyarakat.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KESELAMATAN KERJA (SAFETY CLIMATE) DENGAN SIKAP TERHADAP KESELAMATAN KERJA (SAFETY ATTITUDE) KARYAWAN PT. KALTIM PARNA INDUSTRI BONTANG KALIMANTAN TIMUR

0 6 2

HUBUNGAN ANTARA JAMINAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

0 7 2

Hubungan antara sikap karyawan terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas karyawan PT Toyotetsu Corporation

4 20 131

PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN Pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Manunggal Jaya Di Boyolali.

0 2 14

PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN Pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Manunggal Jaya Di Boyolali.

0 3 12

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN.

0 0 14

HUBUNGAN ANTARA PROGRAM K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA) DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR DI WONOGIRI.

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN STRES KERJA.

0 0 47

Hubungan antara Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Produktivitas Kerja Karyawan di CV. Sumber Rejeki Offset Bandung.

0 0 23

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KESEJAHTERAAN KARYAWAN, PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN

0 0 140