Tujuan Daerah Aliran Sungai DAS Ciliwung Bagian Hulu
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jumlah penduduk
yang semakin
bertambah menyebabkan
meningkatnya kebutuhan
untuk kehidupan
sehari-hari. Kebutuhan yang meningkat mengakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan penyediaan sumber daya alam.
Untuk memenuhi kebutuhannya, sebagian penduduk melakukan penggarapan terhadap
lahan yang
digunakan sebagai
lahan pemukiman, bercocok tanam dan sebagainya
tanpa memperhitungkan teknik pengelolaan tanah dan air.
Pemanfaatan daerah aliran sungai DAS berupa perubahan tata guna lahan baik yang
terjadi pada bagian hulu, tengah maupun hilir tersebut akan berdampak negatif terhadap
keseimbangan dan kualitas sumber daya air. Akibatnya terjadi penurunan produktivitas dan
kesuburan tanah, erosi dan banjir serta kekeringan, dan meluasnya lahan kritis.
Kejadian
banjir dan
kekeringan dapat
menimbulkan kerugian yang sangat besar. Salah satu DAS yang mencerminkan
fenomena tersebut adalah DAS Ciliwung, khususnya wilayah bagian hulu. Selain itu,
ketidak-teraturan pola iklim menyebabkan ketidakpastian dalam memprakirakan iklim di
masa yang akan datang, begitu juga dengan pola curah hujan. Akan tetapi prakiraan pola
iklim perlu diantisipasi agar dapat digunakan dalam penyusunan rencana pengelolaan DAS.
Keberadaan dan kondisi ekosistem DAS merupakan salah satu isu nasional yang salah
satu variabelnya
adalah banjir
yang disebabkan oleh kondisi DAS yang kritis
akibat penyimpangan tata guna lahan yang selanjutnya akan mempengaruhi komponen-
komponen neraca air seperti, evapotranspirasi, lengas tanah dan limpasan permukaan run
off Salim et al. 2006. Jika perubahan fungsi lahan terus terjadi maka akan merusak
hidrologi DAS yang akan merugikan manusia. Pengelolaan DAS perlu dilakukan di daerah
bagian hulu, karena bagian hulu merupakan bagian penting yang mempunyai fungsi
perlindungan fungsi tata air terhadap seluruh
bagian DAS
Asdak 1995.
Pengelolaan DAS membutuhkan informasi dari kondisi hidrologis yang dapat diperoleh
dari komponen neraca air. Menurut Bey et al. 1991, pendekatan
rasional dan logis merupakan pemodelan yang layak digunakan untuk menduga komponen-
komponen tata air di suatu wilayah, dengan mempertimbangkan
proses fisik
yang mempengaruhi daur hidrologi wilayah. Cara
yang digunakan oleh Lettau 1969 adalah pemodelan evapoklimatonomi, di mana model
ini merupakan pemodelan numerik dari siklus hidrologi dalam suatu wilayah. Hasil dari
pemodelan tersebut dapat digunakan sebagai informasi dalam pengelolaan suatu DAS.