Tujuan Penelitian KES ANALISIS PEMANFAATAN MINYAK JARAK SEBAGAI BAHAN

Sehingga pemerintah akan menerapkan kebijakan tentang pengurangan penggunaan minyak tanah, dengan target tahun 2010 tidak ada lagi masyarakat yang mengkonsumsi minyak tanah untuk memasak. Oleh karena itu sangat penting diperlukan metode alternatif, ataupun diversifikasi energi terutama untuk menggantikan fungsi minyak tanah, baik untuk kebutuhan rumah tangga ataupun industri, sebagai solusi masalah tersebut. Sebagai negara tropis Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai sebagai bahan bakar minyak, seperti: Bidaro, Bintaro, Jagung, Jarak, Karet, Padi dedak dan sebagainya. Apabila telah menjadi minyak nabati, sangat mudah penanganannya serta sangat aman penggunaannya. Sebagian besar minyak nabati dapat digunakan untuk bahan bakar kompor baik yang menggunakan sumbu maupun kompor tekan, dan lampu minyak, dengan memodifikasi peralatan-peralatan tersebut. Terdapat dua kemungkinan penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar alternatif terutama untuk kompor, yaitu yang pertama menggunakan langsung minyak nabati yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan minyak tanah atau memodifikasi minyak nabati sehingga karakteristiknya berbeda dan disesuaikan dengan kebutuhan kompor, walaupun harganya akan menjadi kurang lebih sama dengan minyak tanah. Adapun kemungkinan kedua, ialah dengan memodifikasi kompor untuk disesuaikan dengan karakteristik minyak nabati tersebut. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah berdasarkan metode yang ke dua, memodifikasi kompor tanpa harus merubah karakteristik minyak nabati, dalam hal ini minyak jarak pagar, serta untuk mengkaji kinerja kompor tersebut.

2.1 Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan disain kompor yang dapat digunakan untuk proses pemanasan dengan menggunakan bahan bakar utama minyak jarak. 2. Mendapatkan data performansi kompor, dengan penggunaan berbagai tingkat perbandingan minyak jarak dan minyak tanah.

2.2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1 Minyak Jarak

Tanaman jarak menghasilkan biji yang terdiri dari 60 persen berat kernel daging biji dan 40 persen berat kulit. Inti biji kernel tanaman jarak mengandung 33 - 50 persen minyak sehingga dapat diekstrak menjadi minyak jarak dengan cara mekanis ataupun ekstrakasi dengan pelarut seperti heksana. Minyak jarak pagar merupakan jenis minyak yang memiliki struktur molekul trigliserida yang mirip dengan minyak sawit, kandungan asam lemak esensial dalam minyak jarak cukup tinggi. Produktivitas pohon jarak mencapai 2-2.5 kg biji kering perpohon, dalam 1 hektar lahan pohon dapat menghasilkan 4.4 - 4.9 ton biji kering dalam setahun dengan pengelolaan yang intensif Agus. 2008. Bahkan dengan diluncurkannya varietas baru jarak pagar IP3 dari Puslitbang Perkebunan Badan Litbang Pertanian, tingkat produksi diharapkan dapat mencapai 8 tonha, sementara setiap ton biji kering akan menghasilkan 200 hingga 300 liter minyak jarak. Adapun proses pembuatan minyak jarak, hampir sama dengan pembuatan minyak nabati lainnya. Dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak jarak tidak lebih kental. Komponen terbesar minyak jarak adalah tri-gliserida yang mengandung asam lemak oleat dan linoleat. Tabel 2 Kandungan asam lemak minyak jarak Asam lemak Komposisi berat Asam oleat 43.2 Asam linoleat 34.3 Asam palmitat 14.2 Asam stearat 6.9 Sumber : Knoe Thig Vegetable Oil Sdn Bdh.2008 Minyak jarak, merupakan minyak tumbuhan vegetable oil, plant oil yang mempunyai karakteristik yang unik karena kandungan asetil atau hidroksilnya. Minyak jarak diperoleh melalui proses pressing dari biji jarak, proses untuk mendapatkan minyak jarak secara sekematik ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2 Bagan proses pembuatan minyak jarak Minyak jarak mempunyai nilai kalor pembakaran sebesar 31.15 MJL dan mempunyai sifat fisik yang khas. Minyak jarak bersifat tidak larut dalam air, mempunyai kekentalan, indeks bias dan spesifik grafiti yang cukup tinggi, serta larut dalam pelarut hidrokarbon. Pemanenan tandan buah jarak. Biji yang telah kering ataupun dikeringkan Pemasakan atau pemanasan biji. Dapat dilakukan dengan uap air 100 ˚C. Daging biji dihancurkan dengan alat ekstruder hingga lumat. Daging biji yang telah hancur siap dikempa diperas Kulit biji Daging biji dikempa dengan alat kempa hibrolik Bungkil ampas. Minyak jarak Jatropa oil yang didapat dari alat kempa bersih dan berwarna kuning emas Tabel 3 Sifat fisik minyak jarak Sifat fisik Satuan Nilai Titik Nyala ˚C 236 Densitas pada 15 ˚C gcm 3 0.9177 Kekentalan pada 30 ˚C mm 2 s 49.15 Residu karbon mm 0.34 Kandungan abu sufat mm 0.007 Titik tuang ˚C -2.5 Kadar air ppm 935 Kandungan sulfur ppm 1 Nilai Acid mg KOHg 4.75 Nilai Iodine - 96.5 Sumber :Biodiesel Technocrats 2006

2.2.2 Teori Pembakaran

Berdasarkan teori pembakaran kekentalan bahan bakar minyak akan mempengaruhi nyala api yang terdiri dari: panjang lidah api flame length L f , sudut api angel of flame dan panas yang dilepaskan heat release, serta kecepatan api flame speed Turn.R.S 1996. Nyala api hasil pembakaran bahan bakar pada berbagai aplikasi, seperti kebutuhan rumah tangga atau industri dikenal dengan nyala api laminar, struktur nyala api laminar ditunjukkan pada Gambar 3. Bahan bakar yang mengalir sepanjang sumbu menyebar secara radial ke luar, sementara itu udara sebagai oksidator menyebar secara radial ke arah dalam. Ketika bahan bakar dan oksidator bertemu dalam keseimbangan stoichiometric akan membentuk permukaan api flame surface, permukaan api ditetapkan sebagai tempat dimana equivalence ratio Ф sama dengan satu. o t l d p b b G Nyal oksidator, se tekan, maka lakosi aksial Ф r= Panja diameter, tet panjang lida F Q = f L ≈ Untu bilangan Re bakar yang n F 0,375R Y = R ν ρ Rej e e = Gambar 3 Str la api pem eperti pemba a panjang lid l dimana: =0, x=L f = ang api yang tapi dapat d ah api L f terg 2 e πR V stoic F F DY Q , 8 3 π ≈ uk bilangan eynold menj nilainya adal 1 ej [1 R x R − + R ruktur penye mbakaran y akaran yang dah api L f 1 g keluar dar diasumsikan gantung pada c Schmidt, adi paramet lah : 2 2 ] 4 − ebaran api lam yang kelebi terjadi di da dapat seca ri nosel terg dengan beb a laju aliran ma mome S c = ter pengontr minar Turn ihan udara, alam kompor ara sederhan antung pada berapa penye volume Q F , y diffusivit ass diffusi entum ol, Y F adala n.R.S 1996 , berarti b r gas ataupun na ditentuka a kecepatan ederhanaan, dimana D ν y y vit = = ah fraksi ma berlebihan n kompor n dengan 2.1 awal dan sehingga 2.2 2.3 1 maka asa bahan 2.4 2.5 ρ ν = 2.6 Parameter nyala api yang lain adalah sudut api α yang menunjukkan penyebaran api tan , . Berdasarkan persamaan-persamaan tersebut di atas dapat diketahui bahwa, jika kekentalan minyak kinematis persamaan 2.6 semakin tinggi, maka Re j semakin rendah persamaan 2.5, berakibat panjang lidah api semakin panjang, sudut api semakin kecil, kecepatan api rendah dan pelepasan panasnya kecil. Sebaliknya, apabila kekentalan kinematis rendah, maka panjang lidah api semakin pendek, sudut api semakin lebar, kecepatan api menjadi tinggi dan pelepasan panasnya besar. Dengan demikian penurunan kekentalan minyak jarak diperlukan tidak hanya karena masalah aliran fluida kental, akan membutuhkan tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan fluida berkekentalan rendah, tetapi juga karena masalah dalam pembakaran.

2.2.3 Ikatan polar dan non-polar

Ikatan polar merupakan ikatan kovalen yang terdapat pemisahan muatan antara ujung yang satu dengan ujung yang lain, dengan kata lain salah satu ujung sedikit positif dan ujung yang lainnya sedikit negatif. Dalam kasus tersebut, maka molekul dikatakan molekul polar yang berarti mempunyai pole elektrik. Air H 2 O adalah molekul polar, hal ini dikarenakan pada sisi yang satu positif dan sisi lainya negatif seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4 Ikatan kimia air sumber Kurtus.R. 2005 Didalam molekul non-polar, elektro-elektron terdistribusi lebih simetris dan karena itu tidak ada perbedaan antara sisi yang berlawanan, seperti halnya karbon dioksida CO 2 ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5 Ikatan kimia karbon dioksida sumber Kurtus.R. 2005 Selain bentuk molekul seperti tersebut di atas, untuk membedakan kepolaran suatu senyawa adalah dengan menghitung perbedaan elektronegatifitas atom pembentuk molekul Electronegativity difference, ED. Elektronegatifitas merupakan ukuran kecenderungan atom menarik pasangan elektro ikatan, besarnya kelektronegatifitas ditentukan berdasarkan skala Pauling Gambar 6. Perbedaan kelektronegatifitas antara dua atom yang berikatan dapat menyebabkan kepolaran suatu senyawa, pada umumnya semakin besar perbedaan keelektronegatifitasnya, maka semakin polar senyawa tersebut. Gambar 6 Skala Pauling sumber Maelani.J, 2005 Apabila suatu senyawa dicampurkan dengan senyawa lainnya, maka senyawa polar akan dapat larut dengan senyawa polar, dan senyawa non-polar larut terhadap senyawa non-polar. Minyak tanah adalah senyawa hidrokarbon dengan rumus empiris C n H 2n+2 yang mempunyai panjang rantai karbon antara 11 hingga 14 termasuk dalam kelompok alkana, dan kebanyakan senyawa hidrokarbon adalah senyawa non-polar. Adapun struktur minyak jarak yang mirip dengan minyak sawit, yakni struktur molekul tri-gliserida. Kepolarannya terletak pada gugus esternya yang tersusun atas gugus karbonil atau karboksilnya. Tetapi secara umum molekul minyak jarak adalah non-polar, karena sifat kepolaran gugus esternya tertutupi oleh panjangnya rantai karbon asam lemak panjang rantai 4 hingga 24 atom karbon, yang membentuk molekul tri-gliserida yang bersifat non-polar. Jadi secara umum sifatnya sangat didominasi oleh panjang rantai karbon senyawa total. Dengan demikian minyak jarak dengan minyak tanah keduanya merupakan senyawa non-polar, sehingga saling larut satu dengan lainnya. Selain itu juga karena minyak bumi merupakan pelarut yang kuat.

2.2.4 Perkembangan kompor minyak jarak

Pengembangan kompor minyak nabati telah dilakukan oleh Reksowardojo.I.K. et al.2008, yang telah mencapai generasi ke lima menunjukkan hasil, untuk mendidihkan air sebanyak 0.6 liter, menggunakan minyak jarak dibutuhkan waktu 7 menit dengan laju aliran bahan bakar 0.336 literjam dibandingkan menggunakan minyak tanah yang membutuhkan waktu 6 menit dengan laju bahan bakar 0.408 literjam. Selain itu percobaan dilakukan dengan menggunakan minyak kelapa sawit, untuk mendidihkan air dalam jumlah yang sama memerlukan waktu 9 menit dengan laju aliran bahan bakar 0.414 liter jam. Peneliti Deptan, melakukan pengujian minyak jarak digunakan sebagai bahan bakar kompor sumbu, menunjukkan hasil perambatan dalam sumbu, minyak jarak hanya 5.6 cm dalam waktu 60 menit, sedangkan menggunakan minyak tanah dalam waktu 10 menit, perambatan telah mencapai ketinggian 13 cm, sedangkan apabila digunakan untuk lampu sumbu, minyak jarak hanya mampu menyala selama 3 menit, sedangkan menggunakan minyak tanah mencapai 263 menit. Pencampuran minyak jarak dengan minyak tanah hingga 1:1 dianjurkan, karena dapat meningkatkan karakteristik pembakaran yang dicirikan dengan lama api menyala dan warna api. Penelitian yang dilakukan REDI Renewable Energies Development Institute telah membuat kompor dengan bahan bakar minyak nabati, tetapi hasilnya belum dapat diketahui jatropha stove.html. Peneliti dari Universitas Hohenheim Jerman Stumpf, 2002, telah menghasilkan disain kompor tekan dengan bahan bakar minyak nabati hingga generasi ke dua, yang dapat menyala selama 30 jam tanpa pembersihan. Penggunaan jarak sebagai bahan bakar juga dapat dilakukan langsung dari biji tanpa diolah menjadi minyak, ataupun dapat dibuat pasta, seperti yang telah dilakukan Alfy di Mataram LombokNews, 2007 . Gambar 7 Bagian buah jarak pagar Biji jarak kering

2.2.5 Pendekatan disain kompor minyak jarak

Desain kompor minyak jarak ini dengan memodifikasi kompor minyak tekan yang beredar di pasar lokal, dengan memodifikasi pipa aliran bahan bakar dari tangki menjadi melingkar yang digunakan sebagai pemanas awal. Pipa ini menggunakan bahan tembaga dengan diameter 3 mm dan ketebalan 1.5 mm. Bahan tembaga dipilih, karena mempunyai nilai konduktivitas yang tinggi sehingga baik untuk menghantarkan panas dan juga sifat tembaga yang lunak sehingga dapat lebih mudah dibentuk. Terdapat dua bentuk pipa spiral yang pertama berada pada bagian keluaran dari tangki dengan panjang pipa 157 cm dibuat melingkar dengan diameter dalam lingkaran 2.6 cm, dan yang kedua melingkar pada mangkok burner dengan panjang pipa 80 cm dan diameter rata-rata 6 cm, panjang total pipa tembaga 300 cm, seperti ditunjukkan pada gambar 8 berikut. Penurunan kekentalan minyak tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pemanas awal, dimana pipa saluran bahan bakar dipanaskan pada suhu tertentu sehingga temperatur minyak meningkat, hal ini ditunjukkan berdasarkan persamaan pindah panas Holman.J.P. 1986 sebagai berikut : πdL T T T mc T T .

2.3 BAHAN DAN METODE

2.3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian untuk analisis viskositas minyak jarak dan campuran minyak jarak dengan minyak tanah dilakukan di laboratorium pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB, pembuatan dan pengujian kompor dilakukan di laboratorium Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Semarang, waktu penelitian Mei 2007 dan 7 November 2008 untuk pengujian viskositas.

2.3.2 Bahan

Percobaan dilakukan dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah, dan berbagai variasi campuran minyak jarak dengan minyak tanah, penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar acuan, dan campuran minyak jarak dengan minyak tanah sebagai bahan bakar yang dilakukan pengujian.

2.3.3 Alat

Alat yang digunakan adalah kompor tekan yang ada dipasaran dan dimodifikasi, dengan menambahkan pemanas awal yang terdiri dari, pipa spiral dan mangkok pemanas awal yang terbuat dari stainless steel yang digunakan untuk memanaskan pipa bahan bakar, sebelum penyalaan dimulai, sehingga minyak yang melalui pipa bahan bakar temperaturnya naik, dan kekentalan dapat diturunkan Burner digunakan untuk pembakaran bahan bakar sehingga nyala api akan lebih terarah. Burner tersebut mempunyai nosel sebagai alat pengabut minyak. pipa spiral melingkar burner panjang 80 cm pipa spiral diameter lingkaran 2.6 cm, panjang 157 cm Gambar 8 Modifikasi pipa saluran minyak Burner yang digunakan tipe 212 Zeppellin dengan ukuran nosel berdiameter 0.042 cm, burner ini terbuat dari bahan campuran kuningan dan perak sehingga dapat memiliki titik lebur yang tinggi sehingga tidak mudah leleh. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan beberapa alat ukur, seperti stopwatch, termometer digital, pressure gauge, flow meter dan timbangan digital kapasitas 2 kg. Burner Pressure gauge Pipa Bahan Bakar Pengukuran temperatur pipa Pemanas awal Tangki Bahan Bakar Pengukuran laju aliran massa bahan bakar dengan timbangan digital Gambar 9 Kompor tekan yang dimodifikasi

2.3.4 Prosedur Percobaan

Percobaan diawali dengan pengujian kekentalan minyak jarak terhadap temperatur, dengan mengunakan metode Ostwold, untuk mengetahui penurunan nilai kekentalan minyak jarak ketika dipanaskan, hal ini diperlukan agar dalam percobaan pemanasan awal minyak jarak dapat mencapai kekentalan yang diharapkan, sehingga aliran bahan bakar menjadi lancar. Selain itu dilakukan pencampuran antara minyak jarak dengan minyak tanah kemudian juga dilakukan pengujian kekentalannya, serta mengetahui keadaan homoginitas campuran. Perbandingan campuran minyak jarak dengan minyak tanah dalam pengujian ini ditentukan antara 3:1 ; 1:1 dan 1:3. Terdapat empat parameter yang diukur dalam percobaan ini yaitu : waktu yang diperlukan sebagai pemanasan awal yang diperlukan untuk menguapkan bahan bakar, waktu yang diperlukan untuk mencapai api biru, waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air dan konsumsi bahan bakar, sebagai dasar jumlah air yang dididihkan adalah 1 liter. Dengan menggunakan empat macam bahan bakar, yaitu minyak tanah sebagai bahan bakar acuan, campuran minyak jarak dengan minyak tanah dengan perbandingan 3:1 ; 1:1 dan 1: 3. Pemanasan awal dilakukan dengan membakar alkohol yang didenaturasi dengan terusi CuSO 4 sebanyak 10 ml pada mangkok pemanas, hingga temperatur pipa mencapai ± 280 o C, pengambilan data dimulai dengan mencatat waktu yang dibutuhkan, kemudian, membuka katup saluran bahan bakar dan dilanjutkan penyalaan kompor sehingga terbentuk nyala api merah. Bukaan katup saluran bahan bakar diperbesar akan terjadi perubahan warna nyala api dari merah menjadi biru stabil, data waktu yang dibutuhkan untuk mencapai warna biru diperlukan untuk mengetahui keragaan minyak. Untuk membandingkan dengan menggunakan minyak tanah digunakan metode Water Boiling Test WBT yaitu dengan mendidihkan air dalam bejana dengan menggunakan air sejumlah 1 liter, dan mencatat perubahan temperatur air terhadap waktunya. Data yang diperlukan adalah temperatur awal air, perubahan temperatur air, laju aliran bahan bakar, dan waktu yang diperlukan dalam perubahan temperatur tersebut, hingga air mendidih. Setiap percobaan dilakukan empat kali ulangan.

2.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

2.4.1 Pengujian Kekentalan terhadap Temperatur

Berdasarkan pengujian dengan menggunakan metode Ostwold AOAO, 974.07 ed 16 tahun 1999 yang dilakukan di Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB, didapat hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4. Dengan kondisi sampel hasil campuran homogen, hal ini juga ditunjukkan dengan gambar campuran yang setelah didiamkan selama satu minggu, kondisi sampel tetap tercampur baik. Tabel 4 Kekentalan campuran terhadap suhu No Suhu o C Kekentalan Minyak Tanah Centipoice Kekentalan Minyak Jarak Centipoice Kekentalan Campuran Minyak Jarak : Minyak Tanah Centipoice 1:1 3:1 1:3 1 30 2.2 45 10.06 17 3.46 2 35 39 9.18 15.9 3.38 3 40 30.5 9.15 12.9 3.37 4 45 25 8.91 12 3.32 5 50 22 7.66 10.5 3.32 6 55 19 7.49 9 3.29 7 60 15 7.45 7.5 3.21 Hasil tersebut di atas dapat digambarkan dengan grafik seperti ditunjukkan pada Gambar 10 berikut. Nampak bahwa grafik untuk kekentalan minyak jarak terhadap temperatur menurun membentuk garis dengan persamaan = 9967T -1.56 2.11 dengan koefisien diterminan R 2 = 0.99 Sedangkan kekentalan campuran minyak jarak dengan minyak tanah 1:1 menurun secara linier berdasarkan persamaan = -0.088T+12,59 2.12 R 2 = 0.937 Untuk kekentalan campuran antara minyak jarak dengan minyak tanah menjadi 1:3 berdasarkan persamaan =-0.006T+3.639 2.13 dengan R 2 = 0.93, untuk kekentalan campuran minyak jarak : minyak tanah 3:1 maka persamaan kekentalannya menjadi = 958.4T -1.16 2.14 dengan R 2 =0.965 Gambar 10 Hubungan kekentalan temperatur Gambar 11 dan 12 menunjukkan kesetabilan campuran yang diamati secara visual, dengan membiarkan campuran berada dalam keadaan diam selama 6 hari, dan tidak terjadi pemisahan campuran. Gambar 11 Keadaan minyak tanah, minyak jarak dan campuran, diambil pada tanggal 25 Oktober 2008 Minyak tanah Minyak jarak Campuran Minyak jarak : minyak tanah Minyak jarak Campuran Minyak jarak : minyak tanah 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 25 35 45 55 65 75 k ekent a la n μ cp temperatur T C minyak jarak campuran mj:mt 3:1 campuran mj:mt 1:1 campuran mj:mt 1:3 minyak tanah Gambar 12 Keadaan minyak tanah, minyak jarak dan campuran,diambil pada tanggal 30 Oktober 2008

2.4.2 Waktu Pemanasan Awal

Pemanasan awal dimaksudkan untuk menaikan temperatur bahan bakar yang digunakan agar kekentalannya dapat turun, setelah dinyalakan yang keluar dari nosel menjadi uap bahan bakar. Berdasarkan persamaan 2.5, apabila kekentalan turun, maka bilangan Reynold R ej naik, kenaikan bilangan Reynold mengakibatkan fraksi massa bahan bakar Y F naik persamaan 2.4, sehingga panjang lidah api turun persamaan 2.3, kecepatan api menjadi tinggi. Berdasarkan persamaan 2.8, dengan diameter d pipa 0.4 cm, panjang 157 cm, ketika temperatur pipa dipanaskan hingga mencapai T w 280 o C, dengan temperatur minyak masuk pipa diasumsikan konstan T b1 = 30 o C, laju aliran minyak = 0.06 x10 -3 kgdetik, dan koefisien konveksi h didapat dari persamaan . , , . Didapat hasil temperatur minyak keluar pipa T b2 menjadi 90 o C, Peningkatan temperatur minyak akan menurunkan angka kekentalan minyak tersebut. Gambar 13 menunjukkan saat pembakaran menggunakan alkohol sebagai pemanasan awal.Waktu pemanasan awal campuran minyak jarak dengan minyak tanah 3:1 adalah 190 detik, lebih lama dibandingkan waktu pemanasan campuran yang lainnya, semakin banyak kandungan minyak jarak dalam Minyak tanah Minyak jarak Campuran Minyak jarak : minyak tanah campuran semakin lama waktu pemanasan awalnya, hal ini dikarenakan untuk mencapai kekentalan yang mendekati kekentalan minyak tanah, campuran yang mengandung minyak jarak lebih banyak, membutuhkan temperatur lebih tinggi. Waktu pemanasan yang dibutuhkan untuk campuran 1:1 adalah 85 detik, lama waktu pemanasan untuk berbagai variasi campuran ditunjukkan oleh Gambar 14. Gambar 13 Pemanasan awal Gambar 14 Waktu pemanasan awal 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Campuran 1:1 Campuran 3:2 Campuran 3:1 waktu detik Variasi Campuran minyak jarak : minyak tanah

2.4.3 Waktu Untuk Mencapai Api Biru

Apabila bahan bakar telah mencapai temperatur uapnya, warna nyala api akan berubah dari merah menjadi kebiruan stabil seperti ditunjukkan pada Gambar 15, sedangkan Gambar 16 menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan oleh minyak tanah jauh lebih cepat dibandingkan dengan campuran minyak jarak dengan minyak tanah. Hal ini disebabkan oleh karena minyak tanah memiliki nilai kekentalan yang rendah. Semakin tinggi nilai kekentalannya semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai api biru. Gambar 15 Api biru Gambar 16 Waktu yang diperlukan untuk mencapai api biru 50 100 150 200 250 300 350 Minyak tanah Campuran 1:1 Campuran 3:2 Campuran 3:1 Wa ktu detik Jenis Minyak

2.4.4 Konsumsi Bahan Bakar dan Waktu yang diperlukan untuk mendidihkan Air 1 liter

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan berbagai variasi campuran dan digunakan memasak air sebanyak 1 liter, distribusi waktu dan temperaturnya seperti terlihat pada Tabel 5, 6, 7 dan 8 untuk campuran minyak jarak dan minyak tanah. Waktu yang diperlukan untuk mencapai temperatur 99 o C dari temperatur awal 27 o C, menggunakan minyak tanah selama 5 menit 1 detik, sedangkan menggunakan campuran minyak jarak dan minyak tanah dengan perbandingan 1:1 dibutuhkan waktu 7 menit 3 detik, atau 2 menit lebih lama daripada menggunakan minyak tanah. Tabel 5 Percobaan dengan menggunakan minyak tanah Percoba an Suhu air awal Suhu air akhir Waktu Jml bh bk ml Nilai kalor 1 27 99 99 99 99 301 detik 19.24 41 MJl 2 27 303 detik 19.46 3 27 302 detik 19.36 4 27 300 detik 19.17 Rata-rata 301 detik 19.41 Tabel 6 Percobaan minyak jarak : minyak tanah 1: 1 Percoba an Suhu air awal Suhu air akhir Waktu Jml bh bk ml Nilai kalor 1 27 99 99 99 99 441 detik 13.23 36.075 MJl 2 27 439 detik 13.17 3 27 435 detik 13.05 4 27 436 detik 13.08 Rata-rata 438 detik 13.14 Tabel 7 Percobaan minyak jarak : minyak tanah 3:2 Percobaa n Suhu air awal Suhu air akhir Waktu Jml bahan bakar ml Nilai kalor 1 27 99 99 99 99 519 detik 13.41 35.09 MJl 2 27 515 detik 13.30 3 27 517 detik 13.36 4 27 516 detik 13.33 Rata-rata 517 detik 13.35 Tabel 8 Percobaan minyak jarak : minyak tanah 3 : 1 Percoba an Suhu air awal Suhu air akhir Waktu Jumlah bh bakar ml Nilai kalor 1 27 99 545 detik 14.85 33.613 MJl 2 27 99 551 detik 14.85 3 27 99 551 detik 14.95 4 27 99 555 detik 14.87 Rata-rata 550 detik 14.88 Gambar 17 Waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air 1 liter Kebutuhan energi untuk mencapai temperatur air dari 27 o C menjadi 99 o C sebanyak 1 liter dengan menggunakan minyak tanah ternyata lebih besar yaitu 795.81 kJ, tetapi waktu yang lebih cepat, dibandingkan dengan menggunakan campuran minyak jarak dan minyak tanah, untuk perbandingan campuran 1:1, kebutuhan energinya 474.03 kJ, perbandingan 3:2 sebesar 468.45 kJ dan untuk perbandingan 3:1 sebesar 500.16 kJ. Kebutuhan energi yang besar dengan mengunakan minyak tanah dikarenakan, menggunakan kompor tekan yang telah dimodifikasi menggunakan pipa spiral yang dipanaskan, menyebabkan kekentalan minyak tanah yang semakin turun, sehingga laju aliran minyak tanah menjadi lebih banyak. 100 200 300 400 500 600 Minyak tanah Campuran 1:1 Campuran 3:2 Campuran 3:1 Wakt u u n tu k m endi dih ka n ai r 1li ter detik Jenis minyak m p m y p t t p t a p 2 Gambar 1 Berd minyak jara pencampura menggunaka yang sama d pengamatan tanah pada p terjadi mas penyemprota terputus-putu adanya peng periodik nos

2.5 KES

1. Kom baka baka awal 8 Konsumsi dasarkan data ak dapat dig an dengan an pemanas dibandingka secara visu perbandinga alah, tetapi an bahan b us dan meny ggumpalan k sel perlu dibe SIMPULAN mpor yang d r utama mi rnya dimod untuk menu i minyak yan a-data perco gunakan untu minyak awal. Perlu an menggun ual, penggun an 1:1, hingg i pada men bakar keluar yebabkan ny karbon. Pem ersikan N dapat diguna inyak jarak difikasi, den urunkan keke ng diperluka obaan terseb uk bahan ba tanah, sert u waktu leb akan minya naan campur ga 75 menit nit ke 90 r nosel, dim yala api tida mecahan masa akan untuk adalah kom ngan dibuat entalan miny an untuk men ut di atas da akar kompo ta modifik bih lama un ak tanah. Sed ran minyak j pertama set muncul s mana penye ak stabil, ha alah tersebu proses pem mpor tekan sepiral aga yak. ndidihkan air apat diketah or dengan m kasi kompo ntuk mendid dangkan ber jarak dengan telah penyal suatu masa emprotan te l ini disebab ut adalah unt manas denga yang salura ar terjadi pe 32 r 1 liter hui bahwa melakukan or tekan dihkan air rdasarkan n minyak laan tidak lah pada erganggu, bkan oleh tuk secara an bahan an bahan emanasan 2. Waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air menggunakan minyak tanah adalah 5 menit 1 detik, dengan laju konsumsi bahan bakar 0.064 mldetik, tanpa pembersihan nosel; sedangkan menggunakan campuran minyak jarak dengan minyak tanah 1:1, selama 7 menit 3 detik, dan laju konsumsi bahan bakar 0.031 mldetik, dengan pembersihan nosel setiap 75 menit sekali ; untuk perbandingan 3:1, waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan air adalah 9 menit 10 detik, dengan laju aliran bahan bakar 0.027 mldetik, dengan pembersihan nosel setiap 30 menit sekali.

BAB III ANALISIS WAKTU PENGERINGAN DAN TEMPERING

TERHADAP MUTU BERAS PADA PENGERINGAN GABAH LAPISAN TIPIS 3.1 PENDAHULUAN 3.1.1 Latar Belakang Bagi masyarakat Indonesia, beras menjadi komoditas yang sangat penting tidak saja dilihat dari sisi produsen tetapi juga dari sisi konsumen. Sebelum menjadi beras, padi gabah yang baru dipanen harus melalui beberapa proses pasca panen, yaitu: perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan, dan pengemasan. Setiap proses pascapanen ini tentunya menggunakan alat atau mesin baik yang masih mengandalkan tenaga manusia maupun yang telah menggunakan rekayasa teknologi. Pada umumnya hasil panen berbentuk gabah kering panen GKP dengan kadar air antara 20 - 27 basis basah bb. Apabila gabah masih mengandung banyak kadar air terjadi respirasi aktif dan kandungan gizi akan terbawa keluar yang menyebabkan kerusakan padi. Kadar air akan mempercepat berkembang biaknya serangga berbahaya dan mikroorganisme, yang juga dapat menurunkan mutu beras. Kadar air yang tinggi juga akan meningkatkan laju terbentuknya kecambah, serta akan muncul jamur yang dapat menyebabkan racun. Oleh karena itu sangat diperlukan pengurangan kadar air untuk mencegah terjadinya kerusakan padi, hal tersebut yang menjadi dasar diperlukannya pengeringan gabah. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI untuk kualitas gabah, kadar air yang disyaratkan adalah 14 bb agar gabah dapat disimpan selama 6 bulan, demikian pula untuk keperluan proses penggilingan gabah menjadi beras, agar menghasilkan mutu dan rendemen beras yang baik diperlukan gabah dalam keadaan kering giling GKG dengan kadar air antara 13 - 15 bb.