MELIHAT ALLAH KEDUDUKAN AL-QUR’AN DAN AL-HADIS NAQLI DAN A QLI

 Kaunuhu ‘Aliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu. Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat ‚Ilmu.  Kaunuhu Hayyun : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup. Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Hayat.  Kaunuhu Sami’an : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud. Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, Yaitu lain daripada sifat Sama’.  Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap- tiap yang Maujudat Benda yang ada . Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Bashar.  Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata. Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Kalam.

C. MELIHAT ALLAH

Kaum mukminin mengimani akan melihat Allah dengan mata kepala sendiri di akhirat, termasuk salah satu wujud iman kepada Allah, kitab-kitabNya dan rasul- rasulNya. Mereka akan melihatnya secara jelas, bagaikan melihat matahari yang bersih, sedikitpun tiada terliputi awan. Juga bagaikan melihat bulan pada malam purnama, tanpa berdesak-desakan. Demikian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 6 rahimahullah menjelaskannya dalam Al Aqidah Al Wasithiyah . Dan ini merupakan kesepakatan Salafush Shalih Radhiyallahu anhum. 5 Imam Ibnu Abi Al Izz Al Hanafi, pensyarah kitab Aqidah Thahawiyah, menegaskan bahwa jelasnya kaum mukminin melihat Rabb-nya pada hari akhirat nanti, telah dinyatakan oleh para sahabat, tabi’in, serta para imam kaum muslimin yang telah dikenal keimaman mereka dalam agama. Begitu pula para ahli hadits dan semua kelompok Ahli Kalam yang mengaku sebagai Ahli Sunnah Wal Jama’ah. 6 Mengapa demikian? Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan, salah seorang ulama senior di Saudi Arabia, menjelaskan: “Sebab Allah Subhanahu wa Taala telah memberitakan hal tersebut dalam KitabNya ; Al Qur’an Al Karim. Begitu pula Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun telah memberitakannya dalam Sunnahnya. Barangsiapa yang tidak mengimani kejadian ini, berarti ia mendustakan Allah, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya. Sebab orang yang beriman kepada Allah, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya, akan beriman pula kepada segala yang diberitakannya”. Dalil-dalilnya, seperti yang dikemukakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Al Aqidah Al Wasithiyah DALIL DARI AL QUR’AN AL KARIM Firman Allah Subhanahu wa Taala : ةةررظظانر اهرببظرر ىلرإظ ةةررضظانبر ذذئظمرووير هههوجهوه Artinya Wajah-wajah orang-orang mu’min pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabb-nya mereka melihat.. [Al Qiyamah : 22-23].

D. KEDUDUKAN AL-QUR’AN DAN AL-HADIS NAQLI DAN A QLI

Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam,baik yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri,hubungan manusia dengan Allah SWT,hubungan manusia dengan sesamanya,dan hubungan manusia dengan alam. 5 Ibid hal. 82 6 Ash-Shalah wa Hukmu Tarikhiha, Tahqiq: Bassam ‘Abdul Wahhab al-Jabi, Dar Ibni Hazm, Cetakan I Tahun 1416 H, halaman 78. 7 Para ulama Islam berpendapat bahwa hadis menempati kedudukan pada tingkat kedua sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an.Mereka beralasan kepada dalil-dalil Al-Qur’an surah Ali-’Imran,3:132,surah Al-Ahzab,33:36 dan Al-Hasyr,59:7,serta hadis riwayat Turmuzi dan Abu Daud yang berisi dialog antara Rasulullah SAW dengan sahabatnya Mu’az bin Jabal tentang sumber hukum Islam. Fungsi atau peranan hadis sunah di samping Al-Qur’anul Karim adalah:1 Mempertegas atau memperkuat hukum-hukum yang telah disebutkan dalam Al- Qur’an bayan at-taqriri atau at-ta’kid.2 Menjelaskan,menafsirkan,dan merinci ayat-ayat Al-Qur’an yang masih umum dan samar • bayan at-tafsir.3 Mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak tercantum dalam Al-Qur’an bayan at-tasyri;namun pada prinsipnya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an.

E. AL-QUR’AN SEBAGAI KALAMULLAH