KEDUDUKAN MUKMIN YANG BERDOSA BESAR

yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata” Tuan benar”. H.R. Muslim.

G. KEDUDUKAN MUKMIN YANG BERDOSA BESAR

Kedudukan manusia terhadap dosa ada dua kedudukan diantaranya yaitu sebagai berikut: 1. Kedudukan orang mukmin yang berdosa 2. Kedudukan orang fajir yang berdosa Orang mukmin yang melakukan ketaatan-ketaatan dan dia dalam keadaan takut, Allah berfirman:               Artinya : Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, karena mereka tahu bahwa Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka QS.Al-Mu’minun:60. Apakah maknanya?, yaitu orang-orang yang sholat, bersedekan,berzakat, dan berpuasa kemudian mereka takut tidak diterima oleh Allah dari mereka amalan- amalan mereka tersebut[7], ini adalah keadaan seorang mukmin dalam ketaatan, maka bagaimana jika ia melakukan dosa?, bagaimanakah kondisinya?, berkata Ibnu Mas’ud, Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia sedang duduk di bawah gunung dan ia takut gunung tersebut jatuh menimpanya. Dan inilah yang semestinya, yaitu hendaknya kita merasa besar tidak meremehkan terhadap dosa yang kita lakukan yang berkaitan dengan hak Allah, kita berdosa karena kurang dalam menunaikan perkara-perkara yang wajib, kurang dalam menunaikan sholat, ibadah haji, mengeluarkan zakat, dalam menunaikan hak-hak manusia, dalam bermu’amalah, dalam bekerja, berbuat 11 curang, tidak amanah, dalam bermualah dengan istri, dengan kedua orang tua, tidak durhaka, dan dalam melaksanakan kebaikan-kebaikan. Jika bertambah ilmumu maka engkau akan melihat bahwasanya pada setiap detik yang engkau jalani maka ada perintah Allah dan larangan Allah atasmu. Detik-detik yang kau jalani kalau tidak dalam amalan badan maka pada amalan lisan atau amalan hati, maka pada setiap detik dalam hidupmu ada perintah Allah dan larangan Allah yang berkaitan denganmu, bahkan jika engkau duduk dian maka hatimu kalau tidak bergerak dalam kemaksiatan yaitu kemaksiatan hati seperti kesombongan dan berburuk sangka, atau memikirkan sesuatu yang diharamkan misalnya atau hati melakukan amalan-amalan yang mengkibatkan perkara-perkara yang tidak diperbolehkan, misalnya ia berfikir bagaimana cara mengambil sesuatu yang bukan haknya atau..atau…dan seterusnya. Ini semua adalah dosa jika diamalkan oleh hati setelah hanya sekedar lintasan pikiran. Diantaranya juga dosa-dosa yang berkaitan dengan hati meskipun ia tidak melakukan sesuatu, misalnya meninggalkan tawakal, seperti meninggalkan kesabaran, seperti ujub, riya, dan seterusnya. Maka setiap detik gerakan-gerakanmu dan juga detik-detik diammu Allah memiliki perintah dan larangan yang berkaitan denganmu, dan pasti engkau akan tertimpa kelalaian, kelalaian, dan kelalaian. Maka seorang mukmin hendaknya takut, melihat dosa-dosanya seakan-akan ia duduk dibawah gunung kawatir gunung tersebut sewaktu-waktu jatuh menimpanya. Oleh karena itu manusia diperingatkan dari dosa-dosa mereka dan agar mereka tidak lalai dengan dosa-dosa tersebut. Dan juga seseorang diingatkan agar jangan sampai ia wafat di atas dosa-dosanya sebelum ia beristighfar, diingatkan jangan sampai ia termasuk orang-orang yang selalu berwas-was sebelum ia sempat untuk bertaubat dan beristigfar. Oleh karena itu seorang mukmin dengan perkataan Ibnu Mas’ud ini selalu benar-benar berwaspada dan ia menyertakan kewaspadaannya itu dengan memperbanyak istigfar. Oleh karena itu Nabi r beristigfar dalam sehari semalam lebih dari seratus kali, dan dalam satu majelis tujuh puluh kali atau seratus kali, dan demikianlah keadaan para sahabat, 12 dan inilah keadaan seorang mukmin selalu takut, ia takut dari dosa-dosanya dan mengharapkan rahmat Allah. Adapun orang mukmin maka Allah merahmatinya dengan menjadikan sholat ke sholat yang lain merupakan penghapus dosa-dosa diantara keduanya, Romadhon ke Romadhon merupakan penghapus dosa-dosa diantara keduanya, umroh ke umroh merupakan penghapus dosa-dosa yang ada diantara keduanya dengan syarat meninggalkan dosa-dosa besar sebagaimana firman Allah                      Artinya: “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu dosa-dosamu yang kecil dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia surga.” Q.S. An-Nisaa’: 31. Maka syarat untuk dihapuskannya dosa-dosa yaitu dijauhinya dosa-dosa besar. Sholat yang satu ke sholat yang lain merupakan penghapus dosa, namun apakah semua sholat?, tidaklah demikian, bahkan ada sholat yang dilakukan oleh seorang hamba namun tidak menghapus dosa-dosanya demikan juga puasa yang dilakukan oleh seorang hamba –yaitu puasa Romadhon- namun tidak menghapus dosa- dosanya dan umroh ada yang tidak menghapuskan dosa. Maka setiap ibadah dari ibadah-ibadah ini ada syaratnya agar bisa menghapus dosa-dosa. Misalnya sholat

H. SURGA DAN NERAKA