Difabel dan taman kota yang aksesibel di Malang

memperbaiki jalur pejalan kaki di jalur-jalur utama di dalam kota dengan cara mengganti material trotoar dan penambahan material untuk membantu tunanetra berjalan. Beberapa taman kota di Malang seperti Taman Merbabu di Jalan Merbabu dirancang untuk dapat dinikmati kaum penyandang disabilitas khususnya tunadaksa. Taman tersebut dapat diakses secara mandiri dengan meminimkan kemungkinan meminta bantuan orang lain karena pembangunan tersebut memperhatikan split level lantai. Berdasarkan dua isu tersebut, maka dapat dipahami bahwa taman kota dengan standar aksesibilitas sangatlah penting dan merupakan salah satu dari solusi yang bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ruang terbuka hijau dan kurangnya fasilitas umum dengan standar aksesibilitas bagi kaum difabel. Saat ini kondisi beberapa taman aktif di Kota Malang masih kurang menerapkan standar aksesibilitas, hal ini dapat diamati di Alun-alun Tugu depan Balai Kota dan Taman Trunojoyo utara di depan Stasiun Kota Baru. Pada taman tersebut dapat di lihat ketersediaan ramp yang kurang dan perbedaan ketinggian split level dari jalan menuju kedalam taman. Menurut Harris Dines 1998, fasilitas umum yang ramah harus menerapkan aksesibilitas pada tempat parkir, tempat bermain, taman dan fasilitas publik pada umumnya. Banyak dari kaum disabilitas yang tidak dapat menggunakan ruang terbuka karena memiliki penghalang, penghalang yang dimaksud seperti: Permukaan tanah atau material lantai yang susah digunakan oleh pengguna kursi roda, kurangnya pegangan handrails dan ramp pada setiap tanjakan dan peletakan tempat sampah yang susah dijangkau kaum disabilitas. Menurut Story 2001 standar aksesibilitas haruslah memiliki prinsip-prinsip seperti: bisa diakses oleh semua jenis pengguna; fleksibel dan mudah digunakan; Ukuran ruang yang sesuai sehingga mengurangi usaha fisik, dan lain-lain. Prinsip tersebut juga serupa dengan isi PERMEN PU No.30PRTM2006, pada peraturan tersebut juga menjelaskan bahwa asas fasilitas dan aksesibilitas ada empat, yaitu: asas keselamatan, asas kemudahan, asas kegunaan dan asas kemandirian. PERMEN PU No.30PRTM2006 juga merupakan peraturan yang mengharuskan setiap gedung, termasuk ruang terbuka dan penghijauan yang dikunjungi dan digunakan oleh masyarakat haruslah memiliki standar aksesibilitas. Penerapan prinsip standar aksesibilitas tersebut pada: Ukuran dasar ruang, jalur pedestrian, area parkir, pintu, ramp, toilet, dan lain-lain.

1.1.5 Difabel dan taman kota yang aksesibel di Malang

Difabel merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris yaitu “diffable” dan dipermudah pengucapannya menjadi “difabel” yang merupakan kependekan dari differently able atau yang juga sering disebut sebagai different ability. Menurut Undang- Undang No.4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat, difabel dibedakan menjadi 3 macam, antara lain : a. Difabel fisik b. Difabel mental c. Difabel ganda, memiliki difabel fisik dan difabel mental Menurut Kepala Bidang Rehabilitasi Disabilitas Dinas Sosial Kota Malang, data terakhir tahun 2013 jumlah penyandang disabilitas di Kota Malang menurut jenis kecacatannya: Tunanetra 21 orang, tunarungu-wicara RUWI 36 orang, tunagrahita 73 orang, dan tunadaksa 120 orang. Menurut data dinsos, kaum difabel usia dibawah 17 tahun berjumlah 46 anak dan 486 anak merupakan anak didik dalam panti di Kota Malang, data tersebut bukan yang terbaru karena masih dalam tahap pengolahan data. Menurut PERDA No.2 Tahun 2014 tentang disabilitas, ruang lingkup perlindungan penyandang disabilitas meliputi: Kesamaan kesempatan, Aksesibilitas, Rehabilitasi, Pemeliharaan taraf kesejahteraan dan perlindungan khusus. Taman kota menjadi objek yang tepat ketika membahas tentang ruang terbuka hijau yang bersifat publik. Jika dikaitkan dengan isu Kota Malang sebagai Kota Inklusif yang berarti fasilitas umum termasuk didalamnya taman kota harus berstandar aksesibilitas. Selain itu pemanfaatan open space juga sering digunakan sebagai media terapi atau penyembuhan yang dikenal dengan istilah therapeutic garden. Namun kenyataannya menurut Anggota DPRD Koordinator Pokja Sosial dan Politik Kota Malang ketika di wawancarai media online “SOLIDER” tanggal 21 November 2014, pelayanan publik yang ramah bagi penyandang disabilitas hanya memenuhi 1 dari total kebutuhan penyandang disabilitas di Kota Malang dan diharapkan setidaknya Kota Malang memiliki 30 fasilitas umum yang aksesibel. Maka dari itu, taman-taman kota yang sudah ada perlu dievaluasi atau diteliti sejauh mana fasilitas umum tersebut dapat dinikmati oleh semua golongan usia dengan perbedaan kemampuan yang dimiliki, termasuk didalamnya standar aksesibilitas bagi kaum difabel untuk merealisasikan Kota Malang sebagai Kota Inklusif pada 2015.

1.2 Identifikasi Masalah