Kota Malang sebagai Kota Inklusif

pembangunan Taman Merjosari tersebut dilakukan secara bertahap dan dimulai tahun 2012 membangun seluas 5000m 2 dari total 29.012m 2 . Lahan tersebut memanfaatkan lahan aset Pemkot Malang di Jalan Mertojoyo Selatan, Kel.Merjosari, Kec.Lowokwaru tepatnya di depan Pasar Dinoyo Lampiran 4. Untuk konsep pengembangan bentuk ruang terbuka hijau berupa taman kota, Kota Malang menggunakan konsep kenyamanan lingkungan kota. Taman kota diharapkan mampu untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk Kota Malang, yang tentu saja harus memiliki nilai kebersihan, keindahan, kenyamanan dan dapat digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga. Sebuah taman kota juga harus memiliki ruang aktif dan ruang pasif. Ruang aktif digunakan sebagai tempat olahraga, bermain dan rekreasi dan ruang pasif digunakan untuk landscape atau tempat penataan tanaman, Seperti contohnya: Taman Merjosari, Taman Merbabu dan Alun-alun Merdeka bisa dikategorikan sebagai taman dengan konsep seperti pada penjelasan di atas. Salah satu indikasi taman dengan konsep kenyamanan lingkungan kota adalah taman tersebut dapatmudah dimanfaatkan oleh semua jenis masyarakat tidak dibatasi oleh usia dan kemampuan, sehingga banyak masyarakat melakukan kegiatanberaktifitas di dalamnya, karena itu pembangunan taman kota haruslah dapat memfasilitasi kebutuhan masyarakat termasuk di dalamnya penyandang disabilitas.

1.1.4 Kota Malang sebagai Kota Inklusif

Di bidang penataan kota, Kota Malang saat ini memiliki beberapa program baru yang berbeda dari kepemimpinan walikota terdahulu, mulai penataan ruang terbuka hijau yang difungsikan sebagai tempat rekreasi dan perbaikan trotoar jalan agar berstandarkan aksesibilitas. Selain itu, di bidang sosial Kota Malang saat ini memiliki program jangka panjang berupa rencana Kota Malang untuk menjadi “Kota inklusif” pada tahun 2015, hal ini diutarakan oleh Fadillah Putra anggota Dewan Riset Daerah DRD Kota Malang kepada wartawan media online “SOLIDER” ketika mengikuti workshop di Ruang Sidang Balai Kota Malang pada 21 November 2014. Kota inklusif adalah Kota yang memiliki standar aksesibilitas untuk fasilitas umumnya seperti: Pusat perbelanjaan, Bank, Sekolah, Kecamatan dan Kelurahan, termasuk taman hiburanrekreasi. Sehingga semua kalangan dan golongan terutama penyandang disabilitasdifabel dapat menggunakannya dengan mudah tanpa bergantung kepada bantuan orang lain dengan harapan dapat menikmati hasil pembangunan fasilitas umum di Kota Malang. Saat ini upaya dari Pemerintah Kota Malang adalah memperbaiki jalur pejalan kaki di jalur-jalur utama di dalam kota dengan cara mengganti material trotoar dan penambahan material untuk membantu tunanetra berjalan. Beberapa taman kota di Malang seperti Taman Merbabu di Jalan Merbabu dirancang untuk dapat dinikmati kaum penyandang disabilitas khususnya tunadaksa. Taman tersebut dapat diakses secara mandiri dengan meminimkan kemungkinan meminta bantuan orang lain karena pembangunan tersebut memperhatikan split level lantai. Berdasarkan dua isu tersebut, maka dapat dipahami bahwa taman kota dengan standar aksesibilitas sangatlah penting dan merupakan salah satu dari solusi yang bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ruang terbuka hijau dan kurangnya fasilitas umum dengan standar aksesibilitas bagi kaum difabel. Saat ini kondisi beberapa taman aktif di Kota Malang masih kurang menerapkan standar aksesibilitas, hal ini dapat diamati di Alun-alun Tugu depan Balai Kota dan Taman Trunojoyo utara di depan Stasiun Kota Baru. Pada taman tersebut dapat di lihat ketersediaan ramp yang kurang dan perbedaan ketinggian split level dari jalan menuju kedalam taman. Menurut Harris Dines 1998, fasilitas umum yang ramah harus menerapkan aksesibilitas pada tempat parkir, tempat bermain, taman dan fasilitas publik pada umumnya. Banyak dari kaum disabilitas yang tidak dapat menggunakan ruang terbuka karena memiliki penghalang, penghalang yang dimaksud seperti: Permukaan tanah atau material lantai yang susah digunakan oleh pengguna kursi roda, kurangnya pegangan handrails dan ramp pada setiap tanjakan dan peletakan tempat sampah yang susah dijangkau kaum disabilitas. Menurut Story 2001 standar aksesibilitas haruslah memiliki prinsip-prinsip seperti: bisa diakses oleh semua jenis pengguna; fleksibel dan mudah digunakan; Ukuran ruang yang sesuai sehingga mengurangi usaha fisik, dan lain-lain. Prinsip tersebut juga serupa dengan isi PERMEN PU No.30PRTM2006, pada peraturan tersebut juga menjelaskan bahwa asas fasilitas dan aksesibilitas ada empat, yaitu: asas keselamatan, asas kemudahan, asas kegunaan dan asas kemandirian. PERMEN PU No.30PRTM2006 juga merupakan peraturan yang mengharuskan setiap gedung, termasuk ruang terbuka dan penghijauan yang dikunjungi dan digunakan oleh masyarakat haruslah memiliki standar aksesibilitas. Penerapan prinsip standar aksesibilitas tersebut pada: Ukuran dasar ruang, jalur pedestrian, area parkir, pintu, ramp, toilet, dan lain-lain.

1.1.5 Difabel dan taman kota yang aksesibel di Malang