Fraktur korpus metatarsal kelima proksimal memiliki eponim fraktur Jones. Fraktur ini sering dikacaukan dengan fraktur apofiseal pada basis metatarsal
kelima. Fraktur sesamoid meliputi terbelahnya atau fragmentasi dari satu atau dua tulang kecil yang terdapat tendon fleksor hallusis longus. Tulang ini penting
karena perannya dalam distribusi beban ferefoot. Fraktur falangs proksimal pertama disebabkan oleh trauma langsung atau
akibat mekanisme avulsi, seperti ketika ibu jari kaki tersangkut kaki meja atau kaki kursi. Fraktur falangs jari kaki lainnya biasanya diakibatkan oleh trauma
langsung. Fraktur metatarsal pertama sampai metatarsal keempat biasanya diakibatkan
oleh trauma langsung. Fraktur metatarsal kedua sampai kelima dapat juga terjadi sebagai akibat cedera puntiran. Fraktur tekan diafisis umumnya terjadi pada
metatarsal kedua sampai keempat dan umumnya disebabkan oleh trauma berulang. Fraktur avulsi apofisis proksimal dan korpus proksimal metatarsal
kelima dapat terjadi setelah cedera inversi pada pergelangan kaki ketika sedang plantarfleksi, Thomas 2011: 474 - 475.
2.5 Tahap Penyembuhan Fraktur
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis dan terjadi secara alami pada setiap patah tulang. Tahapan penyembuhan fraktur menurut Saryono
2008: 26 adalah sebagi berikut: 1 Haematom: adanya perdarahan disekitar patah tulang karena terputusnya
pembuluh darah tulang dan periost.
1 Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom. 24 jam suplai darah ke ujung fraktur meningkat.
2 Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak dapat diabsorbsi selama proses penyembuhan tersebut berubah dan berkembang menjadi granulasi.
2 Proliferasi sel: 1 Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berpaliferasi pada sekitar fraktur.
2 Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung terus, lapisan periosteum melebihi tulang.
3 Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di ujung fraktur.
3 Pembentukan callus: 1 Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk
callus. 2 Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan callus.
3 Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter tulang melebihi normal. Ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan
kekuatan, sementara itu meluas melebihi garis fraktur. 4 Ossificationfase penyatuan klinis: terjadi penulangan atau osifikasi yang
menyebabkan callus fibrosa menjadi callus tulang. 1 Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya penumpukan garam
kalsium dan bersatu di ujung tulang. 2 Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan
berakhir pada bagian tengah.
3 Proses ini terjadi selama 3-10 minggu. 5 Konsilodasi dan remodelling: terjadi penggantian sel tulang secara berangsur-
angsur yang mengatur diri sesuai dengan garis tekanan dan tarikan yang bekerja pada tulang. Kekuatan callus ini sama dengan kekuatan tulang biasa.
1 Terbentuknya tulang yang bersal dari callus dapat dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklas.
Faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur menurut Saryono 2008: 27 adalah sebagai berikut:
1 Immobilisasi fragmen tulang. 2 Kontak fragmen tulang maksimal.
3 Vaskularisasi darah yang memadai. 4 Nutrisi yang baik.
5 Latihan beban pada tulang panjang. 6 Hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik.
Faktor yang dapat menghambat penyembuhan fraktur menurut Saryono 2008: 27 - 28 :
1 Trauma lokal ekstensif. 2 Kehilangan tulang.
3 Immobilisasi tidak optimal. 4 Adanya rongga atau jaringan diantara fragmen tulang.
5 Infeksi. 6 Keganasan lokal.
7 Penyakit tulang metabolik.
8 Radiasi tulang. 9 Usia.
10 Kortikosteroid. Penyebab tidak menyambungnya fraktur Nonuion menurut Saputra 2012:
408 adalah sebagi berikut: 1 Destruksi jaringan lunak secara berlebihan pada saat terjadi luka dan pada
waktu tindakan reduksi terbuka. 2 Fraktur yang mengakibatkan perdarahan yang buruk seperti collum femoris,
skafoid, dan talus. 3 Immobilisasi yang tidak adekuat.
4 Interposisi jaringan lunak di antara fragmen-fragmen. 5 Infeksi.
6 Distraksi fraktur yang berlebihan. 7 Keadaan defisiensi seperti skorbut.
2.6 Terapi Aktivitas Ambulasi Dini Pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Berdasarkan Letak Frakturnya.
1 Fraktur Collum Femoris Pasien dilatih untuk menggulingkan diri ke sisi yang sehat dan kemudian
bangun sendiri dari tempat tidur. Pasien yang tidak bisa melakukannya, pasien dilatih untuk mendorong diri menggunakan ekstremitas atasnya dan bangun
secara perlahan dari tempat tidur. Bantal harus diletakkan di antara lutut untuk mencegah gerakan adduksi dan rotasi internal, serta kemungkinan dislokasi
prostesis dan tekanan pada tempat fraktur, Thomas 2011: 252.
2 Fraktur Intertrochanter Penanggungan beban yang dapat ditoleransi pada ekstremitas yang sakit,
pasien dapat menggunakan ekstremitas tersebut untuk transfer dari tempat tidur ke kursi. Saat transfer, pasien biasanya duduk pada sisi tempat tidur yang sama
dengan sisi tungkai yang fraktur. Tungkai yang sakit kemudian dijuntaikan dari tempat tidur, dan pasien duduk. Pasien yang tidak mampu melakukannya, dapat
digunakan pengangkat tungkai. Transfer ini dilatih menggunakan pengangkat tungkai untuk menyangga tungkai yang sakit dan mengayunkannya ke sisi tempat
tidur untuk mencapai posisi duduk. Lengan kemudian digunakan untuk mendorong diri dari tempat tidur atau kursi ke posisi berdiri bukan menggapai
walk walker tergelincir. Alat bantu seperti crutch atau walker dapat digunakan sebagai penyokong ketika pasien berdiri. Pasien yang tidak boleh menanggung
beban, transfer stand pivot pada kaki yang sehat dapat dilatih. Tempat tidur ditinggikan dapat membantu mengurangi tekanan pada panggul. Pasien dapat juga
menggunakan tungkai yang sehat untuk transfer jika pasien tidak merasa nyaman atau mengalami nyeri pada sisi yang sakit, Thomas 2011: 267.
3 Fraktur Subtrochanter Femur Penanggungan beban diperbolehkan sesuai toleransi bila korteks medial telah
pulih. Fraktur kominutif, pasien hanya diperbolehkan toe-touch weight bearing dan diinstruksikan berjalan dengan gaya berjalan tiga titik menggunakan crutch.
Walker atau crutch harus digunakan sebagai penyangga dan penstabil selama pemindahan. Pasien diajari untuk naik turun tangga menggunakan crutch; pasien
manula harus menggunakan pegangan samping bersama dengan tongkat quad dengan dasar yang lebar, Thomas 2011: 282.
4 Fraktur Corpus Femoris Mobilitas di atas tempat tidur, pasien diinstruksikan untuk berguling ke salah
satu sisi tempat tidur dan menggunakan ekstremitas atas untuk mendorong tegak ke posisi duduk. Penanggungan beban sudah diperbolehkan, pasien dapat
menggunakan tungkainya yang sakit untuk menanggung beban minimal saat berpindah antara tempat tidur dan kursi dengan bantuan. Pasien yang tidak
diperbolehkan menanggung beban diinstruksikan berpindah dengan berdiri bersandar menggunakan crutch, Thomas 2011: 298.
5 Fraktur Femur Suprakondilar Pasien diinstruksikan untuk transfer standpivot menggunakan crutch atau
walker, tanpa penanggungan beban. Thomas 2011: 315. 6 Fraktur Patella
Pasien diinstruksikan untuk berguling ke satu sisi tempat tidur dan bangkit ke posisi duduk dari posisi telentang dengan mendorong badanya menggunakan
ekstremitas atas. Seiring penanggungan beban penuh diperkenalkan, pasien dapat melakukan transfer ambulasi menggunakan ekstremitas yang sakit. Awalnya, alat
bantu seperti tongkat penyangga crutch atau alat bantu jalan walker dapat digunakan sebagai penyokong selama transfer karena pasien mungkin merasa
nyeri dan kesakitan, Thomas 2011: 327.
7 Fraktur Plato Tibia Pasien tidak boleh melakukan penanggungan beban pada sisi yang terkena dan
diinstruksikan menggunakan crutch untuk transfer, Thomas 2011: 343. 8 Fraktur Corpus Tibia
Pasien harus diajari cara menggunakan crutch atau walker, untuk pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Pasien yang tidak diperbolehkan untuk
menggunakan beban, harus diajarkan untuk melakukan standpivot transfer, Thomas 2011: 361.
9 Fraktur Plafond Tibia Pasien diinstruksikan untuk melakukan standpivot transfer tanpa di bolehkan
menanggung beban, menggunakan crutchwalker, Thomas 2011: 378. 10 Fraktur Pergelangan Kaki
Pasien diajarkan standpivot transfer menggunakan alat bantu seperti tongkat penyangga, tanpa menanggung beban pada ekstremitas yang sakit, Thomas 2011:
402. 11 Fraktur Talus
Pasien diajari standpivot transfer tanpa menanggung beban dari tempat tidur ke kursi, dan sebaliknya. Pasien memerlukan alat bantu seperti crutch atau
walker untuk transfer dan ambulasi, Thomas 2011: 420. 12 Fraktur Calcaneus
Pasien diajari standpivot transfer tanpa menanggung beban dari tempat tidur ke kursi, dan sebaliknya. Pasien memerlukan alat bantu seperti crutch atau
walker untuk transfer dan ambulasi, Thomas 2011: 439.
13 Fraktur Midfoot Pasien diajarkan untuk standpivot transfer menggunakan alat bantu seperti
tongkat penyangga, tanpa menanggung beban pada ekstremitas yang sakit, Thomas 2011: 459.
14 Fraktur Forefoot Pasien diajarkan untuk standpivot transfer menggunakan alat bantu seperti
tongkat penyangga, tanpa menanggung beban pada ekstremitas yang sakit, Thomas 2011: 485.
2.7 Penelitian Terkait