PENELI TI AN
pada makhluk hidup yaitu keracunan. Perlu ditegaskan bahwa pencemaran oleh logam Pb ini berasal dari senyawa Pb, yaitu senyawa tetramil-Pb dan tetraetil-Pb
dapat diserap oleh kulit. Senyawa ini digunakan dalam campuran bahan bakar minyak bensin sebagai antiknock. Hal ini disebabkan kedua senyawa tersebut
dapat larut dalam minyak dan lemak. Dalam udara tetraetil-Pb terurai dengan cepat karena adanya sinar matahari. Tetraeti-Pb akan terurai membentuk trietil-Pb,
dietil-Pb dan monoetil-Pb. Semua senyawa uraian dari tetraetil-Pb tersebut memiliki bau yang sangat spesifik seperti bau bawang putih. Sulit larut dalam
minyak, semua senyawa turunan ini dapat larut dnegan baik dalam air. Senyawa Pb dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara sehingga kemudian
terhirup pada saat bernapas dan sebagian akan menumpuk di kulit dan atau terserap oleh daun tumbuhan Suharto, 2005. Oleh karena itu, saat ini banyak
industri aki menggunakan logam timbal ”reuse” untuk memenuhi kebutuhannya, di samping nilai ekonomisnya lebih murah
http:www.menlh.go.idusaha- kecilfileartikel-39.pdf,2008
Timah hitam atau timbal menempati urutan ke lima dalam penggunaan dalam industri dunia modern setelah besi, tembaga, aluminium dan seng Kirk
Othmers, 1972. Kebutuhan dunia akan timah hitam sekitar 4,4 10
6
metrik ton. Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, padahal dari hasil bahan
mentah yang ada dalam sumber daya alamnya sangat menunjang. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat menyumbangkan hasil pengolahan bahan mentah
galena menjadi logam hitam dengan teknologi yang terjangkau di masyarakat. Indonesia sampai dengan saat ini masih mengimport bahan ini untuk keperluan
industri aki Naibaho dan Arif, 2001.
II.2. Batuan Logam
Logam-logam yang terdapat dalam batuan dapat berupa logam murni atau suatu senyawa dan campuran dengan logam lain yang disebut amalgam. Di
daerah-daerah yang telah disebutkan di atas di Indonesia terdapat batuan logam kebanyakan dalam bentuk senyawa. Oleh karena itu, dalam teknologi
pemurniannya harus dilakukan dengan penanganan yang spesifik tergantung pada senyawa yang dibentuknya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENELI TI AN
Batuan adalah sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Lapisan lithosphere di bumi terdiri dari batuan,
sedangkan mineral adalah substansi yang terbentuk karena kristalisasi dari proses geologi, yang memiliki komposisi fisik dan kimia. Batuan diklasifikasikan
berdasarkan mineral dan komposisi kimia, dengan tekstur partikelnya dan dengan proses terbentuknya, maka batuan diklasifikasikan menjadi Igneous, sedimentary
dan metamorphic. Ketiga jenis batuan ini pada proses pembentuknya saling melengkapi dan berupa siklus.
http:en.wikipedia.orgwikimineral,2008 Unsur timah hitam timbal yang dalam ilmu kimia dengan nama unsur
plumbum Pb terdapat di alam dalam bentuk senyawa PbS atau PbO bersama unsur lain dalam batuan mineral yang disebut galena. Batuan ini terbentuk dari
sedimen vulkanik yang berumur Tersier hingga Kuarter serta beberapa batuan terobosan beku yang menyebabkan terjadinya ubahan hidrotermal dan
termineralisasi Widodo dan Simanjutak, www.dlm.esdm.go.id
.
II.3. Proses Pelogaman
Secara umum teknologi pengambilan logam yang terdapat sebagai senyawa terdiri beberapa proses meliputi proses basa oksidasi-reduksi, proses kering
pembakaran langsung, proses biologi, dan proses elektrokimia. Hal itu berbeda bila logam yang ada dalam batuan berupa logam murni yang relative lebih mudah
cara pengambilannya. Logam yang berupa senyawa dalam batuan memerlukan penanganan proses yang spesifik sesuai dengan jenis logam yang terdapat dalam
batuan itu. Secara umum digambarkan dalam diagram berikut. Diagram tersebut menunjukkan urut-urutan yang harus dilalui dalam pengolahan atau pelogaman
batuan. Kemudian diberikan keperlua akan alat untuk proses pengolahan tersebut. Diharapkan, hal ini dapat memberikan gambaran atau penjelasan tentang proses
yang harus dilalui dan alat yang diperlukan guna memperkirakan keperluan lahan dan biaya yang harus disediakan.
Timbal Pb di alam yang berupa senyawa PbS terdapat pada batuan galena dalam klasifikasi Igneous dan sedimentary. Batuan berwarna abu-abu terang
sampai gelap dengan densitas rerata 7,4, bersifat nonmagetik, dengan kekerasan ± 2,5 skala Mohs
http:webmineral.comdatagalena,2008 . Logam ini terdapat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENELI TI AN
dalam galena dengan kandungan 87. Ada pula jenis batuan lain yang mengandung unsur timbal ini, PbSO
4
terdapat dalam batuan jenis anglesite dengan kadar Pb 68, sedangkan dalam bentuk senyawa PbCO
3
terdapat dalam batuan cerussite dengan kadar Pb 77 Kirk Othmer, 1972.
Proses pelogaman timbal ada beberapa, diantaranya adalah pembakaran pada suhu ± 600
C. untuk jenis galena, reaksi-reaksi yang menyertainya sebagai berikut :
2 PbS + 3 O
2
2 PbO + 2 SO
2
............................... 1 PbS + PbO
3 Pb + SO
2
……………………….. 2 2 PbS + PbSO
4
2 Pb + SO
2
…………………….. 3 PbS + Fe
Pb + FeS …………………………… 4 Jika timbal yang ada dibawa ke bentuk oksida berupa PbO, maka reaksi
pelogamannya adalah : PbO + C
2 Pb + CO
2
……………………………. 5 PbO + CO
Pb + CO
2
…………………………… 6 PbO + Fe
Pb + FeO …………………………….. 7 Umar dkk 1993 melakukan pelogaman dengan proses elektrolisis melalui
jalur pelindian karbonat dan kemudian lindi dengan larutan asam fluoroslisik membentuk larutan elektrolit timbal fluoroslisik PbSiF
6
.
II.4. Landasan Teori
Dari beberapa reaksi yang ada tersebut di atas dipilih reaksi yang sederhana, mudah untuk dilaksanakan di lapangan terutama dalam masyarakat pedesaan. Di
samping itu, bahan yang dipilih sebagai perekasi adalah bahan yang ramah lingkungan. Dengan demikian, reaksi yang dipilih merupakan reaksi oksidasi-
reduksi dengan pembakaran bertahap, yaitu : 2 PbS + 3 O
2
2 PbO + 2 SO
2
……………………. 1 Kemudian diteruskan dengan pembakaran dengan media karbon cokes
menurut reaksi 5 : PbO + C
2 Pb + CO
2
............................................... 5
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENELI TI AN
Reaksi 1 merupakan reaksi heterogen antara fase padat dan gas yang berupa reaksi pembakaran dengan oksigen. Dari reaksi-reaksi tersebut ada
beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai variabel yang berpengaruh pada hasil yang diperoleh. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Perbandingan bahan harus sepadan untuk dapat bereaksi secara
sempurna. Secara stoichiometri kebutuhan bahan dapat dihitung. Namun, dalam reaksi pembakaran oksidasi diperlukan oksigen berlebih Himmelblau, 1996.
b. Suhu lebih mempengaruhi reaksi kimia dan pengaruhnya lebih peka
daripada proses fisis. Suhu yang makin tinggi menyebabkan kecepatan reaksi makin besar. Menurut Johnstone and Thring 1957, rekasi kimia akan berperan
bila pada kenaikan suhu 10 kecepatan reaksi meningkat dua kali lipat atau lebih.
Hal itu ditegaskan lagi oleh Westerterp dan kawan-kawannya 1984 bahwa meningkatnya kecepatan reaksi 2-50 kali lipat pada kenaikan suhu 10
itu bila reaksi dilakukan pada suhu lingkungan dan meningkat 1,1 sampai 1,6 untuk reaksi
pada suhu 600 C.
c. Waktu reaksi menentukan banyaknya bahan yang dapat bereaksi selama
jumlah pereaksi masih memungkinkan reaksi berlangsung atau pereaksi belum habis bereaksi. Waktu reaksi memberi kesempatan kepada kedua bahan untuk
saling kontak dan bereaksi. d.
Ukuran butir memberikan luas permukaan persatuan volum. Untuk satu satuan volum yang sama, ukuran butir yang lebih kecil memberikan luas yang
besar. Hal ini memberi ruang kontak yang besar memerlukan waktu yang lebih singkat untuk mencapai hasil yang sama dibandingkan dengan ukuran butir yang
lebih besar . oleh karena itu, diharapkan ukuran butir sekecil mungkin dalam reaksi heterogen antara padat cair ini.
II.5. HIPOTESIS