PENELI TI AN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Secara Umum
Indonesia memiliki berbagai bahan mentah yang berpotensi untuk diolah menjadi produk yang bermanfaat untuk kehidupan manusia dan bernilai ekonomis
yang tinggi, antara lain berupa hasil hutan, hasil pertanian, hasil laut, bahan tambang, dan lainnya. Sejarah menunjukkan bahwa sekitar abad 15 dan 16,
bangsa-bangsa Eropa berupaya keras mencari jalan ke Indonesia untuk mendapatkan bahan-bahan mentah yang pada waktu itu terutama rempah-rempah.
Namun saat ini, kesejahteraan masyarakat Indonesia, ditinjau dari aspek ekonomi, masih relatif rendah. Indonesia memiliki berbagai bahan mentah berpotensi
ekonomi, namun perekonomiannya belum maju. Potensi ekonomi bahan-bahan mentah Indonesia yang cukup tinggi. Hal itu
dapat diambil contoh dalam perhitungan kasar sebagai berikut. Bunga kenanga berharga sekitar Rp 1.500 per kg sekitar 0,18kg, dan mengandung minyak
kenanga kira-kira 0,8. Harga minyak kenanga yang berharga Rp 1.500, dapat menghasilkan minyak kenanga 8 g bernilai 6 atau Rp 51.000, dapat dikatakan
meningkat 34 kali lebih tinggi. Hal ini merupakan keuntungan teoritis. Keuntungan sebenarnya akan lebih kecil karena kehilangan bahan, biaya produksi,
transportasi, dan lain-lain. Namun secara kasar dapat dikatakan, bahwa untuk industri kimia, jika produk teoritis bernilai 3 kali atau lebih dibanding nilai bahan
baku, maka industri tersebut umumnya menarik secara ekonomis. Saat ini, industri pengolahan bahan-bahan mentah relatif belum banyak
dilakukan. Pengembangan industri pemanfaatan bahan mentah Indonesia tentunya berpotensi besar untuk bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat indonesia. Bangsa
ini terpuruk akibat ambisi dan keserakahan sekelompok manusia. Rakyat Papua seolah berjalan di atas bantaran emas, tetapi mereka tidak pernah menikmatinya.
Demikian juga halnya di Newmount, beribu-ribu ton logam-logam kita dikeruk oleh bangsa lain, sementara rakyat disana dan bangsa Indonesia secara umum
hanya bisa menonton, karena sistem yang terlanjur mengungkung kita. Dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENELI TI AN
banyak lagi contoh yang lain. Bangsa ini bak tuna wisma yang tidur bersandar pada bangunan sebuah bank, yang sebenarnya di dalamnya berlimpah kekayaan
yang seharusnya dapat mengentaskannya. Dengan mengenang kebangkitan nasional yang ke seratus tahun ini, marilah bersama-sama membangun dan
memberdayakan potensi alam indonesia menjadi milik sendiri. Pada umumnya alam yang mengandung batuan logam ditengarai
merupakan daerah yang tandus. Hal itu tidak disadari bahwa di daerah tersebut memiliki potensi yang besar di bidang pertambangan. Sering kali berdampak pada
kebijakan pemerintah yang cenderung mengesampingkan pengembangan pembangunan daerah tersebut dan kurang menyentuh pada penyuluhan wawasan
teknologi pertambangan kepada masyarakat. Oleh karena itu, daerah itu belum banyak tersentuh kebijakan untuk pengelolaannya. Beberapa daerah yang
berpotensi memiliki batuan mineral logam di Indonesia meliputi : Sumatra, Kalimantan, Maluku, Iran Jaya, Flores, Sulawesi, Jawa. Di Jawa Timur daerah
yang berpotensi memiliki batuan yang mengandung logam diantaranya, Banyuwangi, Lumajang, Jember, Bondowoso, Probolinggo, Malang,
Tulungagung, Trenggalek, Pacitan, dan Ponorogo. Dari hasil berbagai bacaan, kandungan logam di berbagai daerah itu
beragam. Namun secara teoritis sangat menguntungkan bila bahan-bahan tersebut diolah secara profesional, mengingat logam-logam yang terdapat di dalam batuan
tersebut merupakan logam yang sangat dibutuhkan dalam berbagai industri. Adapun jenis logam yang terdapat dalam kandungan batuan umumnya adalah
logam-logam argentum perak, cupri tembaga, plumbun timah hitam, nikel, platinum platina, zeng, mangan, tin timah putih bahkan aurum emas.
Salah satu batuan yang mengandung timah hitam atau timbal adalah galena yang terdapat di sepanjang daerah Jawa Timur sampai Jawa Barat. Sementara ini,
jenis batuan ini belum diolah disebabkan belum adanya teknologi yang menyentuhnya sebagai teknologi yang efisien dan efektif. Jenis batuan ini yang
sudah diolah berada di Bangka yang berupa pasir timah hitam. Salah satu bahan logam berat yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan adalah Timbal Pb karena logam berat menimbulkan efek-efek khusus
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENELI TI AN
pada makhluk hidup yaitu keracunan. Perlu ditegaskan bahwa pencemaran oleh logam Pb ini berasal dari senyawa Pb, yaitu senyawa tetramil-Pb dan tetraetil-Pb
dapat diserap oleh kulit. Senyawa ini digunakan dalam campuran bahan bakar minyak bensin sebagai antiknock. Hal ini disebabkan kedua senyawa tersebut
dapat larut dalam minyak dan lemak. Dalam udara tetraetil-Pb terurai dengan cepat karena adanya sinar matahari. Tetraeti-Pb akan terurai membentuk trietil-Pb,
dietil-Pb dan monoetil-Pb. Semua senyawa uraian dari tetraetil-Pb tersebut memiliki bau yang sangat spesifik seperti bau bawang putih. Sulit larut dalam
minyak, semua senyawa turunan ini dapat larut dnegan baik dalam air. Senyawa Pb dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara sehingga kemudian
terhirup pada saat bernapas dan sebagian akan menumpuk di kulit dan atau terserap oleh daun tumbuhan Suharto, 2005. Oleh karena itu, saat ini banyak
industri aki menggunakan logam timbal ”reuse” untuk memenuhi kebutuhannya, di samping nilai ekonomisnya lebih murah
http:www.menlh.go.idusaha- kecilfileartikel-39.pdf,2008
Timah hitam atau timbal menempati urutan ke lima dalam penggunaan dalam industri dunia modern setelah besi, tembaga, aluminium dan seng Kirk
Othmers, 1972. Kebutuhan dunia akan timah hitam sekitar 4,4 10
6
metrik ton. Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, padahal dari hasil bahan
mentah yang ada dalam sumber daya alamnya sangat menunjang. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat menyumbangkan hasil pengolahan bahan mentah
galena menjadi logam hitam dengan teknologi yang terjangkau di masyarakat. Indonesia sampai dengan saat ini masih mengimport bahan ini untuk keperluan
industri aki Naibaho dan Arif, 2001.
II.2. Batuan Logam