ANALISA KINERJA SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)KABUPATEN PESAWARAN TAHUN ANGGARAN 2008-2012

ANALISA KINERJA SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KABUPATEN PESAWARAN TAHUN ANGGARAN 2008-2012

Oleh
YOFRITA TABALINA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

ABSTRAK
ANALISA KINERJA SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KABUPATEN PESAWARAN TAHUN ANGGARAN 2008-2012


Oleh
Yofrita Tabalina

Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah
bertujuan untuk merubah keadaan ke arah yang lebih baik, dengan sasaran akhir
terciptanya kesejahteraan masyarakat di setiap daerah tersebut. Pembangunan
merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara menyeluruh,
terarah dan berkesinambungan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Skala
besarnya tingkat penerimaan daerah yang berasal dari PAD senantiasa
mencerminkan tingkat partisipasi masyarakat dan sekaligus mencerminkan
kemampuan pemerintah daerah Kabupaten Pesawaran dalam menghimpun serta
menggali potensi yang terdapat didaerah tersebut. Aspek pembiayaan merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan berbagai urusan rumah tangga
daerah. Sejalan dengan penggunaan dan kebutuhan dana semakin besar guna
membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka pemerintah
daerah setempat serta dinas yang terkait harus mampu menghimpun dana serta
menggali potensi yang ada secara maksimal.
Sebagai kabupaten baru dari pecahan kabupaten Lampung Selatan,
Kabupaten Pesawaran perlu mengoptimalisasikan sumber-sumber yang

memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam
pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Pesawaran, pemerintah daerah dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai birokrasi pemerintahan, dituntut untuk
terwujudnya kemandirian keuangan. Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten
Pesawaran berupaya agar dapat dan mampu meningkatkan penerimaan daerah,
khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta mengurangi ketergantungan
sumber pembiayaan dari Pemerintah Pusat seperti Dana Perimbangan.
Dalam penelitian ini, yang menjadi permasalahan adalah: Bagaimanakah
Kinerja Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran tahun 2008
– 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui kinerja setiap sumbersumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Pesawaran, selain itu untuk
mengetahui sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dijadikan
unggulan yang berdasarkan efektifitas, kontribusi dan pertumbuhan.

Berdasarkan analisis hasil perhitungan dengan menggunakan tiga indikator
kinerja Pendapatan Asli Daerah (PAD), antara lain indeks capaian target sunbersumber PAD, indeks share sumber-sumber PAD, dan indeks pertumbuhan
sumber-sumber PAD, maka dapat diketahui bahwa kinerja Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran tahun anggaran 2008-2012 dengan melihat
dari sumber-sumber PAD memiliki rata-rata capaian skor harapan antara 47,27%
sampai 69,70%, dengan perkembangan kinerja yaitu pada tahun 2008 rata-rata
capaian skor harapan sebesar 40,91%, tahun 2009 rata-rata capaian skor harapan

sebesar 59,81%, tahun 2010 rata-rata skor harapan sebesar 71,82%, tahun 2011
rata-rata capaian skor harapan sebesar 65,07%, dan pada tahun 2012 rata-rata
capaian skor harapan sebesar 69,09%.

Kata Kunci : (Analisis kinerja, Pendapatan Asli Daerah (PAD) )

L

Judul Skripsi

ANALISA ruNEB.'A SIJIIIEER PDNDAPATAN
ASLI DAEBAIT (PAD) ITABUPAIEN
PESAUIANAN TtrIIUN ANGGITRAN
2o,o,4-2(Ja2

Narn Mahasiswa

\6fi4taffatutlma

Nomor Pokok Mahasiswa


w1to21t37

Jurusan

Ekonomi Pembangunan

fhkultas

Ekonomi dan Bisnis

!!ET.IIETUJUI

1. Komisi Pembimbing

WltcofYounrl Atm4fa, S.ff, !I.Sl.
NIP 1951,0711 198505

I


OO1

s.E., IlI.Sl.
1..220 198905

I

OO4

1
DIENGESAIIITIIN

1. Tim Pengqii

IGua

:

Pengqii
BUI{an Pembimbing


: Bahmat, S.E

2. Dekan

Yournl Atmafa, S.E , M.Sl.

Ekonomi dan Bisnis

ffi:'34

H-iP+u*t
-*- ."r"j
i'o.,
,

ilEIT

'


Bang$atmn, 3.8, !I.SL

198705.r..01L

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 26 Septembet 2A1.i5

M,r

I

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISM

'Saya yang bertandatangan dibawah ini meiryatakan bahwa skripsi ini tetah

.

dihlis

dengan sungguh-sungguh datr tidak menrpakan penjiplakan hasil karya


mg

lain. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa penryataan ini tidak benar

maka saya sanggup menerima huhman/sanksi sesuai peraturan yang berlaku".

Bandar Lamprmg, 26 September 2013

Yofrita Tabalina

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL.......................................................................................

ii

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................

iii


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................

1

B. Permasalahan.................................................................................

9

C. Tujuan Penelitian...........................................................................

10

D. Kegunaan Penelitian……………………………………………..

10

E. Kerangka Pemikiran......................................................................


10

F. Sistematika Penulisan....................................................................

13

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Otonomi Daerah............................................................................

14

B. Keuangan Daerah………………………………..........................

16

C. Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.....................

20

D. Pendapatan asli Daerah.................................................................


22

E. Kinerja Pendapatan Asli Daerah (PAD) san Cara Pengukurannya

26

III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data.................................................................

29

B. Metode Pengumpulan Data..........................................................

29

C. Alat Analisis……………….........................................................

30

1. Indeks Efektifitas (Indeks Capaian Target)............................

30

2. Indeks Share (IS) Sumber-Sumber PAD (Indeks Kontribusi)

31

3. Indeks Pertumbuhan (Growth Index) IG...............................

32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kinerja Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pesawaran..............

33

B. Share Kinerja Pendapatan Asli daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran 41
C. Capaian Skor Harapan dan Peringkat Sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Unggulan Kabupaten Pesawarann.......................

46

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.....................................................................................

51

B. Saran...........................................................................................

52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan
untuk merubah keadaan kearah yang lebih baik, dengan sasaran akhir terciptanya
kesejahreraan masyarakat di setiap daerah tersebut. Pembangunan merupakan
rangkaian dari program-program disegala bidang secara menyeluruh, terarah dan
berkesinambungan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.
Dalam pelaksanaan pembangunan setiap daerah diwajibkan serta senantiasa selalu
dituntut untuk melaksanakan reformasi yang menyeluruh sehingga semua elemen
masyarakat dapat menjadi bagian dari pembangunan tersebut. Tuntutan reformasi
disegala bidang yang didukung oleh seluruh masyarakat indonesia dalam
menyikapi berbagai permasalahan daerah akan membawa dampak terhadap
hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Pelaksanaan otonomi
yang benar serta pertimbangan keuangan yang lebih adil, proposional dan
transparan pada setiap jenjang antar pemerintahan menjadi harapan serta menjadi
tuntutan yang semakin diharapkan oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Pada dasarnya keadaan dan posisi keuangan daerah dalam menyelenggarakan
otonomi daerah sangat disadari oleh pemerintah, alternatif cara untuk mendapat
keuangan yang memadai juga telah dipertimbangkan oleh pemerintah. Hal ini

2

dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 sebagai berikut: “
Agar daerah dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya
maka kepadanya perlu diberikann sumber pembiayaan yang cukup, tetapi
mengingat tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah maka
kepala daerah diwajibkan untuk menggali segala sumber keuangan sendiri
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku .” Untuk melaksanakan
urusan pemerintah yang diserahkan pemerintah pusat kepada daerah maka
pemerintah daerah setempat harus megelola secara maksimal potensi yang ada,
baik berupa sumber daya manusia, sumber daya alam serta sumber daya
ekonominya, ini merupakan salah satu sumber pendapatan yang digunakan untuk
berbagai pembiayaan guna pembangunan didaerah dan semua itu masuk dalam
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diatur dalam Undang-undang Nomor 33
tahun 2004.

Skala besarnya tingkat penerimaan daerah yang berasal dari PAD senantiasa
mencerminkan tingkat partisipasi masyarakat dan sekaligus mencerminkan
kemampuan pemerintah daerah Kabupaten Pesawaran dalam menghimpun serta
menggali potensi yang terdapat didaerah tersebut. Aspek pembiayaan merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan berbagai urusan rumah tangga
daerah. Sejalan dengan penggunaan dan kebutuhan dana semakin besar guna
membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka pemerintah
daerah setempat serta dinas yang terkait harus mampu menghimpun dana serta
menggali potensi yang ada secara maksimal.

3

Kabupaten Pesawaran yang terbentuk sebagai kabupaten dari hasil pemekaran
Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Lampung Selatan adalah daerah yang
cukup potensial untuk berkembang, masyarakat di Kabupaten ini pada umumnya
sangat mengharapkan tercapainya otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
Pengertian nyata mengandung pengertian bahwa pemberian otonomi daerah
berdasarkan faktor-faktor perhitungan, dan tindakan serta suatu kebijaksanaan
yang benar-benar menjamin daerah secara nyata mampu mengurus rumah
tangganya sendiri, sedangkan bertanggung jawab memberikan pengertian bahwa
pemberian otonomi pada daerah benar-benar sejalan dengan tujuannya yakni
dapat melancarkan usaha pembangunan yang tersebar diseluruh negara dan serasi
atau tidak bertentangan dengan pengarahan yang telah diberikan, serasi dengan
pembinaan politik dan kesatuan bangsa (Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999,
dikutip dari Ratnawati 2001 : 1). Menurut Josef Riwo Kaho (1995 : 25), suatu
daerah dapat dikatakan mampu mengurus rumah tangganya sendiri apabila
memiliki atribut sebagai berikut:
1. Mempunyai urusan tertentu yang disebut urusan rumah tangga daerah, urusan
rumah tangga daerah itu merupakan urusan yang telah diserahkan oleh
pemerintah pusat pada daerah.
2. Urusan rumah tangga itu diatur, diurus atau diselenggarakan atas inisiatif atau
prakasa dan kebijaksanaan daerah itu sendiri.
3. Untuk mengatur dan mengurus rumah tangga tersebut maka daerah
memerlukan aparatur sendiri yang terpisah dari aparatur pusat, yang mampu
mengurus rumah tangganya .

4

4. Mempunyai sumber keuangan sendiri yang dapat menghasilkan pendapatan
yang cukup bagi daerah agar membiayai segala kegiatan dalam rangka
penyelenggaran rumah tangganya.
Dengan pertimbangan-pertimbangan diatas sudah sewajarnya bagi pemerintah
daerah harus terus berpacu dan berusaha untuk menggali potensi dan menata
sumber-sumber pendapatan yang ada secara intensif yang diharapkan mampu
memberikan porsi PAD yang lebih besar terhadap APBD. Dengan kondisi seperti
inilah fungsi desentralisasi fiskal yang merupakan peran dan tanggung jawab
pemerintah sangat diperlukan. Hubungan antara kebijakan fiskal dengan
pertumbuhan ekonomi juga merupakan faktor yang penting. Karena suatu
pendapatan kebijakan yang tepat diharapkan dapat meningkatkan potensi yang ada
guna peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten Pesawaran. Implementasi dari
keuangan daerah tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). APBD terbagi atas dua sisi yaitu sisi penerimaan dan sisi pegeluaran.
Tabel 1 penerimaan daerah yang berasal dari PAD Kabupaten Pesawaran.
Tabel 1. Perkembangan Penerimaan PAD Kabupaten Pesawaran Tahun
Anggaran 2008-2012 (dalam rupiah)
Tahun
Pajak daerah

2008
1.264.452.231
2009
1.816.121.972
2010
1.426.746.472
2011
2.167.263.347
2012
2.704.524.443
Rata-rata

Jenis Pendapatan Asli Daerah
Retribusi
Laba usaha
daerah
Daerah
790.643.356
1.186.257.498
2.539.843.008
2.456.786.302
2.833.636.609

0
89.973.444
450.423.042
516.612.520
688.235.151

Lain-lain
PAD yang
sah
713.944.291
3.073.548.431
2.634.747.869
3.557.027.074
5.804.499.689

Total

Pertumbuhan

2.769.039.878
6.165.901.343
7.051.760.390
8.697.689.243
12.030.895.893

122,67%
14,36%
23.34%
38,32%
49,67%

Sumber: Badan Keuangan Daerah Kabupaten Pesawaran, 2013*
Dengan memperhatikan dari tampilan Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran dari tahun anggaran 2008

5

sampai dengan tahun anggaran 2012 mengalami peningkatan seiring dengan
digulirkanya otonomi daerah.
Pertumbuhan yang sangat tinggi terlihat pada anggaran 2009 yaitu sebesar
122,67% ini dikarenakan pada tahun 2008 Kabupaten Pesawaran belum menerima
pendapatan dari laba usaha daerah selain itu belum maksimalnya penerimaan dari
lain-lain PAD yang sah. Rata-rata pertumbuhan PAD Kabupaten Pesawaran
sebesar 49,67%. terbesar disumbangkan dari sumber pendapatan lain-lain PAD
yang sah memberikan kontribusi yang paling besar terhadap kenaikan PAD, lalu
dari sumber retribusi daerah, dan dari sumber penerimaan pajak daerah dan laba
usaha daerah.

Perbandingan antara target dan realisasi penerimaan yang diperoleh dari PAD
Kabupaten Pesawaran Tahun Anggaran 2008-2012 dapat dilihat dari tabel 2.

Tabel 2. Target dan Realisasi PAD Kabupaten Pesawaran Tahun Anggaran
2008-2012
Tahun
Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Persentase
2008
3.049.232.296
3.170.991.937
103,99%
2009
7.000.000.000
7.607.376.683
108,68%
2010
10.003.884.786
8.769.700.489
87,66%
2011
10.000.000.000
10.872.111.581
108,72%
2012
11.254.018.000
15.038.624.292
133,63%
Rata-rata
108,54%
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah dan Badan Keuangan Daerah Kabupaten
Pesawaran, 2013*
Tabel 2 rata-rata capaian target PAD Kabupaten Pesawaran tahun anggaran 20082012 sebesar 108,54%. Penerimaan daerah yang diperoleh dari PAD pada tahun
2008,2009,2010,2011 dan 2012 tercapai target masing-masing sebesar 103,99 %,
108,68%, 87,66%, 108,72% dan 133,63%. Namun pada tahun 2010 target yang
telah ditentukan tidak berhasil direalisasikan sampai dengan 100% karena PAD

6

yang diterima hanya sebesar Rp. 8.769.700.489,00 atau 87,66% dari target yang
sebesar Rp. 10.003.884.786,00.
Keberhasilan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besar kecilnya Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah, karena selain PDRB merupakan salah
satu indikator dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi.
PDRB juga merupakan jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh
unit kegiatan usaha yang berada di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu,
atau merupakan nilai barang dan jasa akhir yang digunakan oleh seluruh kegiatan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, investasi, dan ekspor (BPS
Kabupaten Pesawaran, 2012 :3 ).
Dalam perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) , biasanya ada
sektor yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perkembangan
PDRB tersebut.
Sektor ekonomi yang berperan besar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten
Pesawaran pada lima periode terakhir masih didominasi oleh sektor pertanian.
PDRB Kabupaten Pesawaran berdasarkan harga konstan dapat dilihat pada tabel 3
berikut ini.
Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pesawaran Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000. Periode
2008-2012 (Juta Rupiah)
No

Sektor

1
Pertanian
2
Pertambangan
3
Industri pengolahan
4
Listrik & Air bersih
5
Konstruksi
6
Perdag,Hotel&Rest
7
Trans&komunikasi
8
Keuangan,persewaan
9
Jasa-jasa
PDRB

2008

2009

2010

2011

2012

1.162.672
36.176
115.322
5.984
119.627
290.212
53.103
86.049
180.628
2.049.811

1.206.972
37.096
117.476
6.469
124.909
304.099
60.727
94.270
183.240
2.135.259

1.288.889
37.703
124.589
3.588
129.144
323.281
67.474
99.608
207.063
2.281.333

1.358.088
39.086
126.925
3.655
140.161
334.428
72.113
104.530
210.371
2.389.354

1.427.968
40.818
129.849
3.691
150.138
360.214
77.638
117.305
213.851
2.521.446

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran 2013*

7

Dana pembangunan adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana pembangunan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai
kewenanganya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan
pemerintahan antar daerah. Dana perimbangan yang dialokasikan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah Kabupaten Pesawaran terdiri dari atas bagian hasil pajak
dan bagi hasil bukan pajak serta penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK).
Besarnya dana perimbangan untuk Kabupaten Pesawaran tahun anggaran 20082012 yang diterima dari pemerintah pusat dapat dilihat dari tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Dana perimbangan Pemerintah Kabupaten Pesawaran Tahun
Anggaran 2008-2012
Tahun

Jenis penerimaan
Bagi Hasil

Bagi Hasil

Pajak

Bukan pajak

DAU

Total

Pertumbuh

DAK

-an
%

2008

16.060.644.631

13.510.123.678

181.361.870.313

-

210.932.638.622

-

2009

18.540.846.291

13.550.269.351

214.736.000.000

6.035.000.000

252.862.115.642

19,87

2010

19.532.126.844

11.271.704.803

235.153.000.000

9.988.000.000

275.944.831.647

8.94

2011

16.790.481.331

21.129.188.847

242.328.000.000

10.532000.000

290.779.670.178

5,27

2012

20.387.405.486

22.015.821.459

381.045.000.000

26.835.000.000

450.283.226.945

54,42

Rata-rata

Sumber : Badan Keuangan Daerah Kabupaten Pesawaran, 2013*
Dari tabel diatas terlihat bahwa dana perimbangan Kabupaten Pesawaran
didominasi oleh Dana Alokasi Umum (DAU). Besarnya dana perimbangan
Kabupaten Pesawaran dari tahun ke tahun selalu meningkat, tetapi pertumbuhan
terbesar terjadi pada tahun 2012 yang mengalami perubahan sebesar 54,42% yaitu

22,13

8

dari total dana perimbangan Rp. 290.779.672.178,00 menjadi Rp.
450.283.226.945,00. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2011
yaitu sebesar 5,27%.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pencerminan dari potensi ekonomi
daerah, untuk itu pemerintah pusat menjadikan PAD sebagai salah satu kriteria
dalam pemberian otonomi daerah dan idealnya sumber PAD mampu
menyumbangkan bagian terbesar dari seluruh pendapatan daerah dibandingkan
dengan sumber pendapatan lainya. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat
kemampuan suatu daerah adalah dengan melihat kontribusi PAD terhadap total
penerimaan APBD. Tabel 5 dibawah ini akan memperlihatkan seberapa besar
kontribusi PAD terhadap penerimaan APBD Kabupaten Pesawaran.
Tabel 5. Kontribusi PAD Terhadap Total Penerimaan APBD Kabupaten
Pesawaran
Tabel 5. Rata-rata Kontribusi PAD pada APBD Kabupaten Pesawaran
Tahun Anggaran 2008 – 2012
Tahun Total Penerimaan (Rp)
PAD (Rp)
Kontribusi PAD (%)
2008
226.535.302.377
2.536.793.350
1.12
2009
278.062.929.771
6.085.901.346
2,19
2010
292.248.475.573
7.015.760.391
2,40
2011
323.400.053.722
8.698.089.263
2,69
2012
483.465.408.940
11.030.899.433
2,28
Rata-rata
2,14
Sumber: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 2013*
Dari Tabel 5 di atas menberikan gambaran bahwa di Kabupaten Pesawaran APBD
nya sangat memiliki ketergantungan yang sangat tinggi dari Dana Perimbangan
atau transfer dana pusat, ini ditunjukkan dari besarnya sumbangan dari PAD pada

9

total penerimaan APBD Kabupaten, yang rata-rata hanya memberikan kontribusi
sebesar 2,14 persen saja setiap tahunnya.
Dari keadaan keuangan di Kabupaten Pesawaran ini mendorong pemerintah
kabupaten, khususnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah harus lebih mampu mencari dan menggali sumber-sumber peningkatan
PAD yang akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.

B. Permasalahan

Sebagai kabupaten baru dari pecahan kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten
Pesawaran perlu mengoptimalisasikan sumber-sumber yang memberikan
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam pelaksanaan otonomi
daerah di Kabupaten Pesawaran, pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai birokrasi pemerintahan, dituntut untuk terwujudnya
kemandirian keuangan. Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Pesawaran
berupaya agar dapat dan mampu meningkatkan penerimaan daerah, khususnya
Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta mengurangi ketergantungan sumber
pembiayaan dari Pemerintah Pusat seperti Dana Perimbangan.

Berdasarkan latar belakang di atas dari gambaran rata-rata Pertumbuhan realisasi
PAD sebesar 108,54 persen, dan kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten
sebesar 2,14 persen pada tahun anggaran 2008 – 2012, yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah; “ Bagaimanakah Kinerja Sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran tahun 2008 – 2012?”

10

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kinerja setiap sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Kabupaten Pesawaran Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012.
2. Dapat diketahui sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
dijadikan unggulan yang berdasarkan efektifitas, kontribusi dan
pertumbuhan.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian dapat diharapkan menjadi sumbangan pemikiran yang
berdasarkan kajian ilmiah untuk masukan Pemerintah Daerah Kabupaten
Pesawaran khususnya pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Pesawaran khususnya yang berkaitan dengan upaya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)..

E. Kerangka Pemikiran

Gambaran umum dari kondisi keuangan di Kabupaten Pesawaran pada
hakekatnya adalah menjelaskan keadaan dari sisi pengeluaran dan penerimaan
keuangan di Kabupaten ini selama periode 2008 – 2012, dan kondisi ini dapat
dilihat di Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) .
Secara fungsional APBD adakah merupakan kontrak sosial antara pemerintah
daerah dengan rakyat di Kabupaten tersebut, khususnya tentang kewajiban untuk
mensejahterakan dan memenuhi kebutuhan rakyat (Marselina 2005 :31).
Secara keseluruhan APBD menjalankan beberapa fungsi penting yaitu;

11

1. Fungsi Alokasi
Fungsi Alokasi yaitu ketika APBD digunakan untuk mengatur alokasi belanja
untuk pengadaan barang-barang dan jasa-jasa publik (public goods and services)
berdasarkan skala prioritas yang diambil pemerintah.
2. Fungsi Distribusi
Fungsi Distribusi yaitu melalui anggaran (APBD) pemerintah daerah dapat
mengusahakan agar kesenjangan pendapatan ekonomi menjadi berkurang,
pemanfaatan hasil-hasil pembangunan lebih merata di masyarakat.
3. Fungsi Stabilisasi
Fungsi Stabilisasi yaitu ketika APBD digunakan untuk memecahkan masalahmasalah kesenjangan dan gejolak ekonomi dan sosial yang terjadi dimasyarakat
seperti menekan laju inflasi dan tingginya angka pengangguran

Dalam pelaksanaan otonomi daerah dapat diwujudkan apabila disertai dengan
otonomi keuangan dan ekonomi yang baik, karena penyelenggaraan daerah yang
nyata, luas dan bertanggung jawab membutuhkan kemampuan daerah untuk
menggali sumber-sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Keadaan ini berarti secara finansial
daerah tidak hanya bergantung pada pemerintah pusat dan harus mampu menggali
sebanyak mungkin sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) .
PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk
mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai
perwujudan desentralisasi.
Pada dasarnya azas desentralisasi mensyaratkan adanya kemandirian pemerintah
daerah dalam pembiayaan pembangunan daerah yang tidak tergantung pada

12

subsidi dan bantuan pemerintah pusat yang dalam bentuk dana perimbangan,
pemerintah daerah dituntut untuk dapat menggali potensi yang dimilikinya untuk
meningkatkan PAD dan mengurangi ketergantungan dana dari pemerintah pusat.
Pengukuran kinerja Pendapatan Asli Daerah adalah satu cara untuk menentukan
tingkat efisiensi, efektifitas dan pencapaian pendapatan daerah yang berasal dari
pajak daerah, retribusi daerah dan sumber kutipan lain yang dipungut oleh
pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk meningkatkan kemandirian daerah, pemerintah daerah haruslah berupaya
secara terus menerus menggali dan meningkatkan sumber keuangan sendiri. Salah
satu masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah kelemahan dalam hal pengukuran penilaian sumber-sumber PAD
agar dapat dipungut secara berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktorfaktor produksi dan keadilan (Abdul Halim, 2001 :100). PAD Kabupaten
Pesawaran sebagai salah satu ukuran dalam kemandirian keuangan hanya
memberikan kontribusi rata-rata sebesar 2,14 persen terhadap penerimaan
Kabupaten Pesawaran pada tahun anggaran 2008 – 2012, rata-rata pertumbuhan
PAD Kabupaten Pesawaran sebesar 49,67 persen dan rata-rata capaian target PAD
sebesar 108,54 persen.
Dari latar belakang dan permasalahan yang ada , maka alasan dalam menganalisis
Perkembangan dan Kinerja Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten
Pesawaran selama tahun 2008 - 2012 antara lain dari pajak daerah, jenis-jenis
pajak daerah, retribusi daerah, jenis-jenis retribusi daerah, laba usaha daerah dan
lain-lain PAD yang sah.

13

F. Sistematika Penulisan
I

:

Penulisan skripsi ini diuraikan dalam lima bab yang meliputi :
Pendahuluan yaitu di dalam nya terdapat latar belakang,
permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka
pemikiran, dan sistematika pemikiran.

II

:

Tinjauan pustaka yang terdiri dari landasan teori yang berkaitan
dengan penulisan ini yaitu mengenai otonomi daerah, keuangan
daerah, hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah,
pendapatan asli daerah, kinerja pendapatan asli daerah (PAD) dan
cara pengukurannya.

III

:

Metode penelitian yaitu meliputi jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data dan alat analisis.

IV

:

Hasil perhitungan dan pembahasan

V

:

Simpulan dan saran

Daftar Pustaka

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah

Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah
otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Tujuan dari
pengembangan otonomi daerah adalah :
1. Memberdayakan masyarakat
2. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas
3. Meningkatkan peran serta masyarakat
4. Mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Undang-undang N0mor 33 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
menyebutkan bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban
daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemberian otonomi luas kepada daerah diharapkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Selain itu melalui otonomi luas Daerah

15

diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan delapan
prinsip, antara lain :
1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek
demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman.
2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab.
3. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten
dan daerah kota, sedangkan provinsi lebih merupakan otonomi yamg terbatas.
4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara, sehingga
tetap terjamin hubungan yang serasi antar pusat dan daerah.
5. Pelaksanaan otonomi daerah harus meningkatkan kemandirian daerah
otonomi.
6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peran dan fungsi
badan legislatif daerah baik seca fungsi legislatif, fungsi pengawasan maupun
fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah.
7. Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan di daerah provinsi pada
kedudukannya sebagai wilayah administrasi unruk melaksanakan
kewenangan.
8. Pelaksanaan tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari pemerintah
kepada daerah tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang
disertai dengan pembiayaan, sarana, prasarana serta sumber daya manusia
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan pertanggungjawaban kepada
yang menugaskan.

16

Penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menyebutkan bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip seluas-luasnya
dalam arti daerah diberikan kewenangan mengatur dan mengurus semua urusan
pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat.
Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan
pelayanan, peningkatan, pean serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

B. Keuangan Daerah

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah diperlukan adanya sumber-sumber
keuangan daerah, yang merupakan sumber dana untuk pembiayaan pengeluaran
rutin dan pengeluaran pembangunan bagi pemerintah daerah, yang berhubungan
dengan tugas penyelenggaraan pemerintah di daerah. Pada prinsipnya keuangan
daerah mengandung unsure pokok yaitu :
1. Hak daerah yang dapat dinilai dengan uang
2. Kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang
3. Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut

Konsekuensi pemberian kewenangan atas otonomi daerah, maka pemenuhan
kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Dalam penjelasan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,
ditegaskan:

17

1. Untuk menyelenggarakan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung
jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan keuangan sendiri, yang di
dukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
serta antara provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan prasarat dalam
sistem pemerintahan daerah.
2. Dalam menyelenggarakan otonomi daerah kewenangan keuangan
keuangan yang melekat pada semua sistem pemerintahan menjadi
kewenangan daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintahan Pusat dan Daerah, sumber keuangan daerah dapat berasal
dari:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu :
PAD nerupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD bertujuan
memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan
otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai wujud desentralisasi.
Sumber-sumber PAD berasal dari :
a. Hasil Pajak Daerah.
b. Hasil Retribusi Daerah.
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan.
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang mencakup:
-

Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.

18

-

Jasa Giro.

-

Pendapatan Bunga.

-

Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

-

Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.

2. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan
selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai keuangannya, juga
bertujuan nuntuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintah daerah.
Dana Perimbangan terdiri dari :
a. Dana Bagi Hasil (DBH)
DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Sumber DBH berasal dari :
-

Pajak, terdiri dari Pajak Buni dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan (PPh).

-

Bukan Pajak (sumber daya alam), terdiri atas: hasil kehutanan,
pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi,
pertambangan gas bumi dan pertambangan panas bumi.

b. Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU merupakan dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai

19

kebutuhan daerah tertentu dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU suatu
daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Alokasi dasar
ditentukan berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah. Celah Fiskal
adalah Kebutuhan Fiskal dikurangi Kapasitas Fiskal. Kebutuhan Fiskal
merupakan kebutuhan pendanaan daerah dalam melaksanakan fungsi layanan
dasar umum. Kapasitas Fiskal daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang
berasal dari PAD dan DBH diluar dana reboisasi. DAU atas dasar celah fiskal
dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah provinsi/kabupaten/kota dengan
jumlah DAU seluruh daerah.
Bobot daerah provinsi/kabupaten/kota merupakan perbandingan antara celah
fiskal daerah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan dan total celah fiskal
seluruh provinsi/kabupaten/kota. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif
dan nilai celah fiskal tersebut lebih kecil dari alokasi dasar akan menerima DAU
sebesar alokasi dasar setelah dikurangi hasil celah fiskal. Daerah yang memiliki
nilai celah fiskal negatif dan nilai celah fiskal negatif tersebut sama atau lebih
besar dari alokasi dasar maka tidak menerima DAU.

c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
DAK merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN dan dialokasikan
kepada daerah-daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

3. Pinjaman Daerah
Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima
dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga daerah tersebut

20

dibebani untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang
lazim dalam perdagangan. Pinjaman daerah memperoleh sumber pembiayaan
dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah.

4. Lain-lain pendapatan yang sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri atas pendapatan hibah dan
pendapatan dana darurat. Lain-lain pendapatan daerah yang sah juga memberi
peluang kepada daerah untuk memperoleh pendapatan selain ketiga jenis
pendapatan di atas.

C. Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah

Biaya penyelenggaraan otonomi daerah ditanggung oleh daerah melalui Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), maka penyerahan kewenangan pemerintah
dari pemerintah pusat kepada daerah haruslah disertai dengan penyerahan dan
pengalihan pembiayaan. Daerah harus mampu menggali sumber-sumber keuangan
yang ada di daerah, selain didukung oleh perimbangan keuangan antara
pemerintahan pusat dan daerah serta antara provinsi dan kabupaten/kota (Rozali
Abdullah, 2000:45).

Menurut H. Dasril Munir, dkk (2004:45) ciri utama yang menunjukkan suatu
daerah otonomi mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah.
Artinya daerah otonomi harus mampu memiliki kewenangan dan kemampuan
untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan
keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus se minimal

21

mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber
keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat
dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistim pemerintahan negara.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat (3) yang
dimaksud perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah suatu
sistim pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup
pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antar
daerah secara proporsional, demokratis, adil, transparan dan efisien dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dan tugas pembantuan dengan
memperhatikan potensi dan kondisi kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban
dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraaan kewenangan
tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan.

Tujuan hubungan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah adalah:
1. Adanya pembagian wewenang yang rasional antara tingkat pemerintah
mengenai peningkatan sumber pendapataan dan penggunaan.
2. Pemerintah daerah mendapatkan bagian yang cukup dari sumber-sunber dana
sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsi yang lebih baik.
3. Pembagian yang adil antara pembelanjaan daerah yang satu dengan yang lain.
4. Pemerintah daerah mengusahakan pendapatan (pajak dan retribusi)sesuai
dengan pembagian yang adil terhadap keseluruhan beban pemerintah.

22

D. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah sendiri yang berasal
dari pajak daerah, retribusi daerah, dan kutipan lain yang dipungut oleh
pemerintah daerah dan ditentukan berdasarkan peraturan daerah yang sesuai
dengan kondisi kepentingan daerah yang bersangkutan (Josef Riwu Kaho
1995:27).
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
menjelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah terdiri dari :
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan.
4. Lain-lain PAD yang sah.

Definisi Objek, aturan serta tarif masing-masing pajak dan retribusi daerah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Pajak dan Retribusi
Daerah. Persoalan selama ini adalah nilai PAD masih kecil dan belum tergali
secara optimal sehingga belum mampu dijadikan sumber pembiayaan yang
potensial (Marselina Jdjajasinga 2005:43)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 yang dimaksud dengan
pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pajak

23

daerah merupakan salah satu sumber keuangan yang diharapkan peranannya
dalam meningkatkan penerimaan PAD.
Untuk mendapatkan sumber penerimaan keuangan dari pajak perlu ditingkatkan
kemampuan penerimaan daerah untuk menggali potensi-potensi pajak yang ada
agar dapat menunjang penyelenggaraan pemerintah di daerah. Jenis-jenis pajak
daerah dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu:
1. Pajak Propinsi, terdiri dari:
a. Pajak kendaraan bermotor
b. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Permukaan
d. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Provinsi dapat tidak memungut salah satu atau beberapa jenis pajak yang telah
ditetapkan bagi Provinsi tersebut apabila potensi pajak di daerah tersebut
dipandang kurang memadai.

2. Pajak Kabupaten/kota, terdiri dari:
a. Pajak Hotel dan Restoran
b. Pajak Hiburan
c. Pajak Reklame
d. Pajak Penerangan Jalan
e. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
f. Pajak Parkir
Provinsi dapat tidak memungut salah satu atau beberapa jenis pajak yang telah
ditetapkan bagi Kabupaten/Kota tersebut apabila potensi pajak daerah tersebut
dipandang kurang memadai.

24

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2994 yang dimaksud dengan
retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
perizinan tertentu yang khusus disediakan dan atau yang diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
1. Retribusi Jasa Umum terdiri dari:
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan
b. Retribusi Pelayanan Persampahan atau Kebersihan
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan
Akte Catatan Sipil
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Penguburan Mayat
e. Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum
f. Retribusi Pelayanan Pasar
g. Retribusi Air Bersih
h. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
i. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
j. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
k. Retribusi pengujian Kapal Perikanan

2. Retribusi Jasa Usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau yang
diberikan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena
pada daerah dapat disediakan pula oleh sektor swasta. Retribusi Jasa Usaha terdiri
dari:
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
b Retribusi Pasar Grosir dan atau pertokoan
c. Retribusi Tempat Pelelangan

25

d. Retribusi Terminal
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir
f. Retribusi Tempat Penginapan
g. Retribusi Penyedotan Tinja
h. Retribusi Rumah Potong Hewan
i. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal
j. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
k. Retribusi Penyeberangan di atas air
l. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
m. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

3. Retribusi Perizinan tertentu yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan
ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana atas fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan kelestarian lingkungan. Retribusi ini
terdiri dari:
a. Retribusi Izin mendirikan bangunan
b. Retribusi Tempat penjualan minuman beralkohol
c. Retribusi izin gangguan
d. Retribusi izin proyek
e. Retribusi izin peruntukan penggunaan tanah
f. Retribusi pengambilan hasil hutan ikutan

26

E. Kinerja Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Cara Pengukurannya

Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang
menggunakan tingkat pencapaian tujuan atau sasaran dari suatu kegiatan.
Indikator kinerja adalah suatu cara untuk menentukan tingkat efisiensi, efektifitas
dari pencapaian tujuan atau sasaran dari tugas-tugas pemerintah daerah.
(Marselina Djajasinga 2005:91).

Menurut Josef Riwu Kaho, pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan
daerah sendiri yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah dan kutipan lain
yang dipungut oleh pemerintah daerah dan ditentukan berdasarkan peraturan
daerah yang sesuai dengan kondisi kepentingan daerah yang bersangkutan.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian kinerja PAD
adalah suatu cara untuk menentukan tingkat efisiensi, efektifitas dan pencapaian
pendapatan daerah yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah dan kutipan
lain yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Untuk meningkatkan kemandirian daerah, pemerintah daerah haruslah berupaya
secara terus menerus menggali dan meningkatkan sumber keuangan sendiri. Salah
satu masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan PAD adalah kelemahan
dalam hal pengukuran penilaian sumber-sumber PAD agar dapat dipungut secara
berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan
keadilan (Abdul Halim: 2001: 100).

27

Ada beberapa indikator yang biasa digunakan untuk menilai pajak dan retribusi
daerah, yaitu:
1. Hasil (Yield),
yaitu memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya dengan berbagai
layanan yang dibiayainya: stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besarnya
hasil pajak tersebut: perbandingan hasil pajak dengan biaya pungut dan elastisitas
hasil pajak terhadap inflasi, pertambahan penduduk, pertambahan pendapatan dan
sebagainya.

2. Keadilan (Equity)
Dalam hal ini dasar pajak dan kewajiban membayarnya harus jelas dan tidak
sewenang-wenang; pajak harus adil secara horizontal, artinya beban pajak harus
sama antara berbagai kelompok yang berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi
yang sama; adil secara vertikal artinya beban pajak harus lebih banyak ditanggung
oleh kelompok yang memiliki sumber daya yang lebih besar; dan pajak/retribusi
haruslah adil dari suatu daerah ke daerah lain, kecuali pelayanan sosial yang lebih
tinggi.

3. Efisiensi Ekonomi
Pajak, Retribusi daerah hendaknya mendorong atau setidak-tidaknya tidak
menghambat penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif dalam kehidupan
ekonomi; mencegah jangan sampai pilihan konsumen dan pilihan menjadi salah
arah atau orang menjadi segan bekerja atau menabung; dan memperkecil “beban
lebih” pajak.

28

4. Kemapuan melaksanakan (Ability to Implement)
Dalam hal ini suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan, baik dari aspek politik
maupun administratif.

5. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah
Artinya pajak yang harus dibayarkan untuk daerah mana, dan tempat memungut
pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak; pajak tidak mudah
dihindari, dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu daerah ke daerah lain;
pajak daerah hendaknya jangan mempertajam perbedaan-perbedaan antara daerah
dari segi potensi ekonomi masing-masing; dan pajak hendaknya tidak
menimbulkan beban yang lebih besar dari kemampuan tata usaha daerah.

III.

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari berbagai sumber yang diterbitkan oleh instansi pemerintah di Kabupaten
Pesawaran. Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran
Tahun 2008 - 2012
2. Ringkasan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Pesawaran Tahun 2008 – 2012
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pesawaran Tahun 2008
– 2012
4. Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Pesawaran Tahun 2008 – 2012

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
studi dokumentasi dan penelitian kepustakaan, yaitu data yang diperoleh dari
jurnal, literatur dan laporan hasil kompilasi data dari Dinas dan Instansi
pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini.

30

C. Alat Analisis

Alat analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif. Alat analisis kantitatif adalah suatu metode analisis yang digunakan
untuk menganalisis suatu permasalahan dan sekaligus dapat ditemukan
pemecahannya dengan cara menentukan perhitungan-perhitungan dengan bantuan
menggunakan model-model yang tepat, akurat serta menganalisis data yang telah
terkumpul.

Alat analisis yang akan digunakan untuk mengukur kinerja Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran adalah :

1. Indeks Efektifitas (Indeks Capaian Target)
Indeks Efektifitas atau Indeks CapaianTarget dihitung dengan cara menentukan
persentase realisasi dan target sumber-sumber PAD Kabupaten Pesawaran
Tahun Anggaran 2008 – 2012. Untuk menghitungnya menggunakan rumus
sebagai berikut :

ICT atau IE =

Keterangan :
ICT atau IE = Persentase Capaian Target
PADt

= Pendapatan Asli Daerah tahun tertentu

Target dikatakan baik jika realisasi yang dicapai sesuai dengan target yang
ditetapkan dengan batas toleransi 9.99% (mendekati rentang 90% - 109,99%) hal
ini menunjukkan efektifitas dari keuangan daerah. Kaidah keputusan batas

31

toleransi capaian target adalah sebagai berikut: (Azmi Akhir, 1980, dikutip dari
Margaretha R. Sabrina, 2008: 29).
1. ICT bertoleransi antara 0% - 9,99% ................... Sangat Baik

(skor = 5)

2. ICT bertoleransi antara 10% - 19,99% ............... Baik

(skor = 4)

3. ICT bertoleransi antara 20% - 29,99% ............... Cukup Baik

(skor = 3)

4. ICR bertoleransi antara 30% - 39,99% ............... Kurang Baik (skor = 2)
5. ICT bertoleransi antara 40%- 49,99% ................ Tidak baik

(skor = 1)

2.Indeks Share (IS) sumber-sumber PAD (Indeks Kontribusi)
IS sumber-sumber PAD dihitung drngan melihat persentase rata-rata kontribusi
sumber-sumber PAD terhadap total penerimaan PAD Kabupaten Pesawaran
periode tahun 2008 – 2012. Inti menghitung IS dari sumber-sumber PAD
digunakan rumus sebagai berikut:

IS =

Keterangan:
IS

= Indeks Share

PADt = Pendapatan Asli Daerah pada tahun tertentu

Semakin besar kontribusi sumber-sumber PAD terhadap total penerimaan PAD
maka semakin baik IS. Kaidah keputusan untuk IS adalah sebagai berikut:
1. IS > Share Rata-rata ................................ Baik

(skor = 3)

2. IS = Share Rata-rata ................................. Cukup Baik

(skor = 2)

3. IS < Share Rata-rata ................................... Tidak Baik

(skor = 1)

32

3.Indeks Pertumbuhan (Growth Index) IG
IG digunakan untuk menghitung Indeks Pertumbuhan dengan rumus:

IG =
Keterangan:
IG

= Indeks Pertumbuhan

Xt

= Realisasi penerimaan sumber-sunber PAD tahun tertentu

X(t-1) = Realisasi penerimaan sumber-sumber PAD tahun sebelumnya

Kaidah keputusan untuk Indeks Pertumbuhan adalah sebagai berikut:
1. IG > Pertumbuhan Rata-rata ....... Baik

(skor = 3)

2. IG = Pertumbuhan Rata-rataa .... Cukup Baik

(skor = 2)

3. IG < Pertumbuhan Rata-rata ....... Tidak Baik

(skor = 1)

V.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan tiga indikator kinerja Pendapatan Asli Daerah (PAD),
antara lain indeks capaian target sunber-sumber PAD, indeks share sumbersumber PAD, dan indeks pertumbuhan sumber-sumber PAD, maka dapat
diketahui bahwa kinerja Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran
tahun anggaran 2008-2012 dengan melihat dari sumber-sumber PAD memiliki
rata-rata capaian skor harapan antara 52,27% sampai 69,70%, dengan
perkembangan kinerja yaitu pada tahun 2008 rata-rata capaian skor harapan
sebesar 40,91%, tahun 2009 rata-rata capaian skor harapan sebesar 59,81%,
tahun 2010 rata-rata skor harapan sebesar 71,82%, tahun 2011 rata-rata capaian
skor harapan sebesar 65,07%, dan pada tahun 2012 rata-rata capaian skor
harapan sebesar 69,09%.
2. Pajak daerah, retribusi daerah, retribusi pelayanan persampahan dan
kebersihan, retribusi penggantian biaya cetak, retribusi pasar, retribusi jasa
usaha pemakaian kekayaan daerah, dan retribusi izin mendapatkan peringkat
penila

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

6 112 101

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Analisis Pendapatan Asli Daerah Dengan Menggunakan Analisa Regresi Linier Berganda

0 34 71

Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengaturan Sumber Pendapatan Asli Daerah (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah) Dalam Kerangka Otonomi Daerah (Studi pada Kabupaten Nias Barat)

0 65 130

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah.

1 81 92

Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan

3 55 71

Analisis Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Dalam Memenuhi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintahan Kota Medan

11 102 66

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Terhadap Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Moderator (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera Utara Tahun 2010-2014)

2 38 106

KINERJA PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN ANGGARAN 2003-2007

1 17 23

KINERJA PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN ANGGARAN 2003-2007 Oleh

0 7 22