ANALISIS FUNGSI ILMU BANTU DACTYLOSCOPY DALAM PROSES PENYIDIKAN PADA PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN

(1)

ANALISIS FUNGSI ILMU BANTUDACTYLOSCOPYDALAM PROSES PENYIDIKAN PADA PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN

Oleh

RICKY ANGGARA

Sidik jari merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses identifikasi, dalam ilmu tentang sidik jari (dactyloscopy) menyebutkan bahwa tidak ada manusia yang mempunyai sidik jari yang sama dan tidak akan berubah seumur hidupnya. Karena sifatnya yang permanen maka sidik jari seseorang dipergunakan sebagai sarana yang mantap dan meyakinkan untuk membantu aparat kepolisian dalam proses penyidikan pada perkara tindak pidana pencurian. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang di ambil dalam penulisan skripsi ini antara lain Bagaimanakah fungsi ilmu bantu dactyloscopy (sidik jari) bagi penyidik pada perkara tindak pidana pencurian? dan kedua apakah faktor penghambat bagi penyidik dalam mengungkap tindak pidana pencurian dengan menggunakan ilmu bantu dactyloscopy (sidik jari)?

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan normatif empiris. Simber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dua orang penyidik kepolisian di Kepolisian Resort Lampung Tengah. Hasil wawancara responden kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan mengambil kesimpulan secara deduktif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dactyloscopy sangat berperan penting dalam proses penyidikan pada perkara tindak pidana pencurian. Dengan bantuan sidik jari proses penyidikan dapat berjalan dengan baik untuk mempermudah menemukan tersangkanya, hal ini dikarenakan sidik jari manusia tidak akan ada yang sama sekalipun saudara kembar jadi sudah dipastikan hanya milik satu orang. Dactyloscopy merupakan science investigation dimana merupakan alat bukti yang sah yaitu sebagai alat bukti keterangan ahli sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP dan akan


(2)

tentang sidik jari akan menghambat proses penyidikan hal itu dikarenakan penyidikan menggunakan ilmu bantu dactyloscopy (sidik jari) harus dilakukan oleh penyidik yang benar-benar memahami tentang arti pentingnya sidik jari dan faktor masyarakat yaitu kurangnya pemahaman masyarakat akan tempat kejadian perkara. Masyarakat yang belum memahami tentang tempat kejadian perkara menjadi penghambat penting bagi penyidik, hal ini dikarenakan masyarakat seringkali merusak sidik jari yang tertinggal di tempat kejadian perkara dengan cara menyentuh atau masuk tempat kejadian perkara sebelum penyidik datang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka perlu diberikan saran dalam skripsi ini, yaitu kepolisian selaku penyidik untuk lebih memahami tentang ilmu bantudactyloscopy(sidik jari) dan juga tidak hanya setengah-setengah dalam menerapkannya karena dactyloscopy (sidik jari) merupakan sarana yang tepat dalam membantu proses penyidikan bagi penyidik kepolisian, bahwa dalam menggunakan identifikasi sidik jari jangan hanya setengah-setengah dalam proses penyidikan, dan sudah saatnyadactyloskopy(sidik jari) diatur dengan tegas dalam kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana agar memiliki landasan yuridis yang pasti.


(3)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Munculnya gelombang reformasi di akhir dekade 90-an yang ditandai dengan berakhirnya era orde baru pada tanggal 21 Mei 1998 membawa harapan baru perkembangan demokrasi dan perwujudan masyarakat madani di Indonesia, di samping juga menyisakan persoalan-persoalan sosial baru pada masa transisi yang belum terselesaikan. Seiring dengan merebaknya fenomena supremasi hukum, hak asasi manusia, globalisasi, demokratisasi, desentralisasi, transparansi dan akuntabilitas, telah melahirkan berbagai paradigma baru dalam melihat tujuan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya menyebabkan pula tumbuhnya berbagai tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia yang makin meningkat dan lebih berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya.

Tugas Polisi pada hakikatnya ada dua, yaitu menegakkan hukum dan memelihara keamanan serta ketertiban umum. Tugas yang pertama mengandung pengertian Represif atau tugas terbatas yang kewenangannya dibatasi oleh kitab undang-undang hukum acara pidana (KUHAP), tugas kedua mengandung pengertian Preventif atau tugas mengayomi adalah tugas yang luas, tanpa batas, boleh


(4)

melakukan apa saja asal keamanan terpelihara dan tidak melanggar hukum itu sendiri (Kunarto, 1997 : 111).

Ada dua unsur yang mempengaruhi tugas Polisi, yaitu unsur bahaya dan unsur kewenangan, termasuk kewenangan untuk melakukan tindak kekerasan atau diskresi. Unsur bahaya membuat polisi selalu curiga, sedang unsur kewenangan sewaktu-waktu bisa berubah menjadi kesewenang-wenangan atau penyalahgunaan wewenang, dalam psikologi, konflik peran ini bisa menimbulkan perilaku agresif.

Penegakan hukum di dalam sistem peradilan pidana bertujuan untuk menanggulagi setiap kejahatan. Hal ini dimaksudkan agar setiap tindakantindakan yang melanggar aturan hukum dan peraturan perundang-undangan serta membuat kehidupan masyarakat menjadi aman, tenteram dan terkendali dan masih dalam batas-batas toleransi masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Mardjono Reksodipoetro bahwa sistem peradilan pidana adalah sistem dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi masalah kejahatan. “Menanggulangi” diartikan sebagai “mengendalikan” kejahatan agar berada dalam batas-batas toleransi masyarakat (Sarwono. S.W, 1997:313).

Pada proses penyidikan akan dilakukan melalui beberapa proses yang salah satunya yakni dengan mengambil sidik jari. Sidik jari yang dalam bahasa Inggris disebut fingerprint atau dactyloscopyini diambil dalam proses penyidikan untuk pemeriksaan lebih lanjut mengenai bukti-bukti yang mungkin tertinggal di TKP (Tempat Kejadian Perkara). Bukti tersebut yang akan dicocokan dengan sidik jari milik tersangka jika tersangka dalam hal ini sudah diketemukan atau sidik jari tersebut dapat pula digunakan untuk menemukan tersangka pada suatu kasus


(5)

yang belum ditemukan tersangkanya atau memastikan tersangka yang sebelumnya sudah diketemukan.

Pengertian penyidikan menurut KUHAP adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang, ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Dengan disahkannya Undang Undang Kepolisian No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka Undang Undang Kepolisian No. 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak diberlakukan lagi.

Undang-undang ini diharapkan dapat memberikan penegasan watak Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Tri Brata dan Catur Prasatya sebagai sumber nilai Kode Etik Kepolisian yang mengalir dari falsafah Pancasila. Dengan adanya Undang Undang Kepolisian No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka tiap anggota Kepolisian harus membekali diri baik keterampilan ataupun pengetahuan sesuai dengan tugas yang diembannya, dalam hal ini penyidik mempunyai peran yang sangat penting dalam mengidentifikasi seseorang, baik seseorang itu sebagai penjahat ataupun korban untuk menemukan identitas diri seseorang tersebut. Proses identifikasi terhadap seseorang merupakan sarana terpenting dalam mengungkapkan suatu perkara pidana, pengambilan dan pengumpulan identifikasi tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang melainkan oleh orang yang benarbenar ahli dalam hal identifikasi tersebut. Identifikasi saksi mata memainkan peran yang sangat penting dalam sebagian besar kasus kejahatan. Identifikasi tersangka dengan bantuan saksi


(6)

mata sering kali memberikan informasi satu-satunya yang menjadi dasar tuntutan. Namun celakanya, tetap ada kemungkinan terjadi kesalahan besar dalam laporan saksi mata atas suatu peristiwa dan identifikasi tersangka (http://www humaspoldametrojaya.blogspot.com diakses pada tanggal 25 Januari 2012 pukul 19.00).

Selain saksi mata, sidik jari merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses identifikasi, dalam ilmu tentang sidik jari (dactyloscopy) menyebutkan bahwa tidak ada manusia yang mempunyai sidik jari yang sama dan tidak akan berubah seumur hidupnya. Karena sifatnya yang permanen maka sidik jari seseorang dipergunakan sebagai sarana yang mantap dan meyakinkan untuk menentukan jati diri seseorang.

Sidik jari merupakan sarana terpenting untuk mengidentifikasi seseorang, pengambilan dan pengumpulan sidik jari tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, melainkan benar-benar dilakukan oleh tenaga ahli yang dalam hal ini adalah pihak Kepolisian. Sidik jari merupakan identitas pribadi yang tak mungkin ada yang menyamainya. Jika di dunia ini hidup 6 miliar orang, maka ada 6 miliar pola sidik jari yang ada dan belum ditemukan seseorang yang memiliki sidik jari yang sama dengan lainnya. Karena keunikannya tersebut sidik jari dipakai oleh kepolisian dalam penyidikan sebuah kasus kejahatan (forensic), oleh karena itu pada saat terjadi sebuah kejahatan, TKP akan diamankan dan dilarang bagi siapa saja untuk masuk karena dikhawatirkan akan merusak sidik jari penjahat yang mungkin tertinggal di barang bukti yang ada di TKP Kemampuan sidik jari


(7)

sebagai identitas seseorang tidak diragukan lagi, bahkan metode ini diterapkan di seluruh dunia.

Identifikasi sidik jari mempunyai arti yang sangat penting bagi penyidik untuk membuat terang suatu perkara pidana dan mengungkap siaa pelaku tindak pidana tersebut, maka para penyidik harus berusaha untuk menjaga agar jangan sampai barang bukti berupa sidik jari tertinggal di tempat kejadian perkara menjadi hilang atau rusak. Hasil pemeriksaan tentang sidik jari dilakukan oleh petugas unit identifikasi Dactyloscopy Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pada mulanya penggunaan sidik jari masih terbatas pada pelaku tindak pidana saja guna disimpan sebagai arsip bagi pihak kepolisian, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan Kepolisian dalam penyidikan apabila ditemukan sidik jari latent yang tertinggal di tempat kejadian perkara dan kemudian di bandingkan dengan arsip yang telah dimiliki oleh pihak kepolisian, (http://www.analisadaily.com diakses tanggal 25 Januari 2012 pukul 20.00).

Contoh kasus fungsi ilmu bantu dactyloscopy(sidik jari) dalam proses penyidikan perkara tindak pidana pencurian yaitu :

No/67B/III/2011/LPG/Res Lt/Sek punggur/30 Maret 2011 atas nama Suhendra. Pencurian yang dilakukan Suhendra yaitu pada saat malam hari ketika rumah korban yaitu Tirta sedang ditinggal olehnya untuk membeli makan malam, dan sesampainya dirumah ia mendapati laptop miliknya sudah tidak ada dan melihat kaca jendela belakang rumahnya telah terlepas. Melihat hal itu ia langsung melapor ke Polsek, setelah penyelidik datang dan menyatakan benar telah terjadi peristiwa pidana kemudian dilakukan penyidikan. Setelah memeriksa saksi-saksi


(8)

kemudian penyidik menggelar olah TKP dan mendatangkan unit identifikasi sidik jari dari Polres Lampung Tengah, saat melakukan olah TKP penyidik menemukan sidik jari tersangka yang tertinggal di kaca jendela dan pintu lalu dibandingkan dengan sidi jari tersangka dan hasilnya terdapat 11 titik persamaan kemudian dinyatakan identik sidik jari tersebut milik tersangka.

Berdasarkan pada kenyataan dan pentingnya identifikasi yang dilakukan oleh Kepolisian untuk mengungkapkan suatu tindak pidana seperti yang penulis kemukakan di atas maka penulis terdorong untuk menyusun skripsi dengan judul “Analisis Fungsi Ilmu Bantu Dactyloscopy (Sidik Jari) Dalam Proses Penyidikan Pada Perkara Tindak Pidana Pencurian”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, maka agar permasalahan dapat dibahas secara operasional dan sesuai dengan sasaran penelitian yang diharapkan maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah fungsi ilmu bantudactyloscopy(sidik jari) bagi penyidik pada perkara tindak pidana pencurian?

2. Apakah faktor penghambat bagi penyidik dalam mengungkap tindak pidana pencurian dengan menggunakan ilmu bantudactyloscopy(sidik jari)?


(9)

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup terhadap permasalahan ini dititikberatkan pada analisis penyidikan Polri dengan bantuan ilmu dactyloscopy untuk membuat terang suatu perkara pidana. Tempat penelitian adalah Kepolisian Resort Lampung Tengah.

A. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mempunyai tujuan untuk memberi arahan yang tepat dalam proses penelitian yang dilakukan agar penelitian tersebut berjalan sesuai dengan apa yang hendak dicapai, oleh karenanya ini dimaksudkan untuk tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui fungsi ilmu bantu dactyloscopy (sidik jari) bagi penyidik pada perkara tindak pidana pencurian.

b. Untuk mengetahui Faktor penghambat bagi penyidik dalam mengungkap tindak pidana pencurian dengan menggunakan ilmu bantudactyloscopy(sidik jari).

2. Kegunaan penelitian

Adapun Kegunaan yang diambil dari penelitian ini adalah: a. Kegunaan Teoritis

Penulis berharap dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan sidik jari pada umumnya dan Kepolisian pada khususnya.


(10)

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan penulisan dari penelitian ini adalah memberikan masukan bagi aparat keamanan khususnya Kepolisian dalam rangka memberikan pengetahuan tentang peranan identifikasi dalam mengungkap tindak pidana dan hambatan yang terjadi dalam melakukan identifikasi sehubungan dengan terjadinya tindak kejahatan.

B. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoretis

Kerangka teoritis adalah konsep yang merupakan abtraksi dari hasil-hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti (Soerjono Soekanto, 1986 : 123).

Menurut Komarudin, fungsi didefinisikan sebagai berikut : 1. Kegunaan

2. Pekerjaan

3. Tindakan atau kegiatan prilaku

4. Kategori bagi aktivitas-aktivitas (Komarudin, 1994:768)

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2002:322) , fungsi di definisikan sebagai berikut :

1. Jabatan atau pekerjaan yang dilakukan 2. Kegunaan suatu hal


(11)

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi memiliki arti kegunaan, sejauh mana kegunaan ilmu bantu dactyloscopy (sidik jari) membantu penyidik dalam proses penyidikan perkara tindak pidana pencurian.

Penegakan hukum yaitu untuk memperoleh kepastian hukum, keadilan, dan manfaat dari penegakan hukum tersebut. Proses penegakan hukum dapat berjalan dengan efektif apabila terbentuk suatu mata rantai beberapa proses yang tidak boleh di pisahkan antara lain : penyidikan, tuntutan jaksa, vonis hakim, dan pembuatan peraturan perudang-undangan. Namun pada kenyataanya penegakan hukum mengalami beberapa kendala atau hambatan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor. Dengan demikian terdapat masalah dalam penegakan hukum, menurut Soerjono Soekamto masalah penegakan hukum dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :

1. faktor hukumnyasendiri; 2. faktor penegak hukum;

3. faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum; 4. faktor masyarakat; dan,

5. faktor kebudayaan(soerjono soekanto, 1984:5).

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya (Pasal 1 butir 2 KUHAP).


(12)

Dactyloscopy adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali identifikasi orang dengan cara mengamati garis yang terdapat pada ruas ujung jari baik tangan maupun kaki

(http://www.endradharmalaksana.com/content/view/252/46/lang,indonesia/ diakses tanggal 30 Januari 2012 pukul 13.15).

Prinsip identifikasi sidik jari adalah untuk pengenalan siapa pemilik sidik jari yang telah diambil sampelnya.hal ini dapat diketahui bahwa sifat sidik jari yaitu: 1) Perennial Nature

Yaitu guratan-guratan pada sidik jari manusia yang melekat seumur hidup.

2) Immutabillity

Yaitu sidik jari seseorang yang tidak pernah berubah kecuali mendapatkan kecelakaan yang serius

(http:// blogspot.com/2011/12/sejarah-ditemukannya-sidik-jari.html diakses pada tanggal 2 Januari 2012 pukul 20.00).

Untuk setiap sidik jari manusia terdapat titik fokus yang menentukan pola sidik jari tersebut. Ada dua titik focus sidik jari tersebut yaitu:

1. Delta(titik focus luar)

Delta adalah suatu titik pada garis yang berada di depan pusat berpisahnya garis tipe lines (garis pokok lukisan). Tipe lines adalah dua garis yang letaknya paling dalam sekali dan kedua garis itu pada permulaan geraknya berjalan sejajar, memisah, serta cenderung melingkupi pokok lukisan.


(13)

2. Core(titik focus dalam)

Core merupakan pusat atau titik tengah suatu sidik jari dari kelompok garus papilar berbentuk huruf U (http:// blogspot.com/2011/12/sejarah-ditemukannya-sidik-jari.html diakses pada tanggal 2 Januari 2012 pukul 20.00).

Disamping sifat sidik jari tersebut, terdapat juga pola-pola sidik jari yaitu :

1. Arch(busur) adalah pola sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari satu titik lukisan dan cenderung mengarah kesisi.

2. Loop (sangkutan) adalah pola utama sidik jari dimana satu garis atau lebih dating dari satu lukisan, melengkung menyentuh suatu garis yangh ditarik antara delta dan core, berhenti atau cenderung kembali kesisi datangnya semula.

3. Whorl (lingkaran) adalah pola utama sidik jari yang mempunyai paling sedikit dua buah delta, dengan satu atau lebih garis melengkung atau melingkar dihadapan dua delta (http:// blogspot.com/2011/12/sejarah-ditemukannya-sidik-jari.html diakses pada tanggal 2 Januari 2012 pukul 20.00).

Dengan diketahui sifat sidik jarik, titik fokus sidik jari, dan pola sidik jari diharapkan dapat mempermudah penyidik dalam melakukan penyidikan perkara pidana untuk menemukan tersangka dalam suatu tindak pidana.

Dari rumusan teori yang penulis kemukakan di atas, diketahui bahwa negara melalui aparat penegak hukumnya terutama Kepolisian mempunyai kewajiban dan wewenang untuk melakukan penyidikan. Pada proses penyidikan peranan


(14)

sidik jari sangat dibutuhkan oleh penyidik Kepolisian untuk mengungkap tersangka dalam suatu perkara pidana dan tak jarang dalam penegakan hukum tersebut terdapat faktor penghambat yang dialami aparat dalam menegakan hukum.

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti. (Soerjono Soekanto, 1986 : 126). Untuk memberikan kesatuan pemahaman terhadap istilah-istilah yang berhubungan dengan skripsi ini, maka dibawah ini akan diuraikan oleh penulis kerangka konseptual berikut : a. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara

yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya (Pasal 1 butir 2 KUHAP).

b. Dactyloscopy adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali identitas orang dengan cara mengamati garis yang terdapat pada guratan garis jari tangan dan telapak kaki (Pasal 1 RUU Dactyloscopy).

c. Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam pidana oleh peraturan


(15)

perundang-undangan, harus juga bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat. Setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar (Barda Nawawi Arief, 1996: 27).

d. Tindak Pidana Pencurian perumusannya diatur dalam Pasal 362-367 KUHP, dalam hal ini diambil contoh dalam Pasal 362 KUHP yang menyatakan : “Barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 900,-(sembilan ratus rupiah)”.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini sitematikanya dibagi menjadi empat bab. Adapun sitematika tersebut adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika skripsi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dikemukakan tinjauan umum tentang sidik jari yang di dalainnya terdapat pengertian sidik jari, sistem sidik jari, tata cara pengambilan sidik jari. Dilanjutkan dengan tinjauan tentang penyidik, yang


(16)

di dalamnya membahas tentang pengertian penyidik, pengertian penyidikan dan tugas dan wewenang penyidik..

III. METODE PENELITIAN

Bab ini diuraikan metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaitu tentang langkah-langkah atau cara yang dipakai dalam penelitian yang memuat tentang pendekatan masalah, sumber dan jenis data, dan pengolahan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini terdiri dari uraian tentang fungsi daktiloskopi bagi penyidik dalam mengungkap tindak pidana dan kekuatan alat bukti yang berasal dari ilmu bantudactyloscopy.

V. PENUTUP

Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan terhadap jawaban permasalahan dari hasil penelitian dan saran-saran dari penulis yang merupakan alternatif penyelesaian permasalahan yang berguna dan dapat menambah wawasan tentang ilmu hukum khususnya hukum pidana.


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DactyloscopySebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

Dactyloscopy adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali identifikasi orang dengan cara mengamati garis yang terdapat pada ruas ujung jari baik tangan maupun kaki. Dalam perkembangannya.peranan dakstiloskopi yang penting tersebut telah menjadikan sidik jari sebagai alat bukti yang akurat untuk menentukan identitas seseorang secara ilmiah. Khususnya di kepolisian, dactyloscopy(sidik jari)i sangat penting dan diperlukan dalam proses penyidikan dan pembuktian kejahatan. Kewenangan Polri menyelenggarakan identifikasi kepolisian secara tegas diatur dalam Pasal 15 ayat (1) huruf h Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (http://www.endradharmalaksana.com/content/view/252/46/lang,indonesia/

diakses tanggal 30 Januari 2012 pukul 21.00).

Prinsip identifikasi sidik jari adalah untuk pengenalan siapa pemilik sidik jari yang telah diambil sampelnya.hal ini dapat diketahui bahwa sifat sidik jari yaitu: 1. Perennial Nature


(18)

2. Immutabillity

Yaitu sidik jari seseorang yang tidak pernah berubah kecuali mendapatkan kecelakaan yang serius.

Untuk setiap sidik jari manusia terdapat titik fokus yang menentukan pola sidik jari tersebut. Ada dua titik focus sidik jari tersebut yaitu:

1. Delta(titik focus luar)

Delta adalah suatu titik pada garis yang berada di depan pusat berpisahnya garis tipe lines (garis pokok lukisan). Tipe lines adalah dua garis yang letaknya paling dalam sekali dan kedua garis itu pada permulaan geraknya berjalan sejajar, memisah, serta cenderung melingkupi pokok lukisan.

2. Core(titik focus dalam)

Core merupakan pusat atau titik tengah suatu sidik jari dari kelompok garus papilar berbentuk huruf U.


(19)

Disamping sifat sidik jari tersebut, terdapat juga pola-pola sidik jari yaitu : 1. Arch(busur)

adalah pola sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari satu titik lukisan dan cenderung mengarah kesisi.

2. Loop(sangkutan)

adalah pola utama sidik jari dimana satu garis atau lebih dating dari satu lukisan, melengkung menyentuh suatu garis yangh ditarik antara delta dan core, berhenti atau cenderung kembali kesisi datangnya semula.

3. Whorl(lingkaran)

adalah pola utama sidik jari yang mempunyai paling sedikit dua buah delta, dengan satu atau lebih garis melengkung atau melingkar dihadapan dua delta.


(20)

Dengan diketahui sifat sidik jarik, titik fokus sidik jari, dan pola sidik jari diharapkan dapat mempermudah penyidik dalam melakukan penyidikan perkara pidana untuk menemukan tersangka dalam suatu tindak pidana (http://blogspot.com/2011/12/sejarah-ditemukannya-sidik-jari.html diakses pada tanggal 2 Januari 2012 pukul 20.00).

Menurut Soerjono Soekamto maslah penegakan hukum dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :

1. faktor hukumnyasendiri; 2. faktor penegak hukum;

3. faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum; 4. faktor masyarakat; dan,

5. faktor kebudayaan(soerjono soekanto, 1983:5).

Kelima faktor tersebut saling berketerkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolok ukur dari pada efktfitas hukum (http://hukumkepolisian.blogspot.com/2011/01/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html diakses tanggal 30 Januari 2012 pukul 13.00).

Pada proses penyidikan akan dilakukan melalui beberapa proses yang salah satunya yakni dengan mengambil sidik jari. Sidik jari yang dalam bahasa Inggris disebut fingerprint atau dactyloscopy ini diambil dalam proses penyidikan untuk pemeriksaan lebih lanjut mengenai bukti-bukti yang mungkin tertinggal di TKP (Tempat Kejadian Perkara). Bukti tersebut yang akan dicocokan dengan sidik jari milik tersangka jika tersangka dalam hal ini sudah diketemukan atau sidik jari tersebut dapat pula digunakan untuk menemukan tersangka pada suatu kasus yang


(21)

belum ditemukan tersangkanya atau memastikan tersangka yang sebelumnya sudah diketemukan, jadi dapat diketahui bahwa daktiloskopi memiliki peranan penting dalam pembuktian tindak pidana yang telah terjadi untuk tercapainya penegakan hukum (http://hukumkepolisian.blogspot.com/2011/01/faktor-faktor-yang mempengaruhi.html diakses tanggal 30 Januari 2012 pukul 13.20).

B. Pengertian Penyidik dan Penyidikan dalam KUHAP 1. Pengertian Penyidik

Penyidik menurut Pasal 1 butir ke-1 KUHAP adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

Pasal 6 KUHAP mengatur pengertian penyidik, dimana isinya berbunyi :

1. Penyidik adalah

a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.

2. Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana diatur dalam ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

2. Pengertian Penyidikan

Penyidikan merupakan tahapan penyelesaian perkara pidana setelah penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya tindak pidana dalam suatu peristiwa. Ketika diketahui ada tindak pidana terjadi, maka saat itulah


(22)

penyidikan dapat dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan. Pada tindakan penyelidikan, penekanannya diletakkan pada tindakan “mencari dan menemukan” suatu “peristiwa” yang dianggap atau diduga sebagai tindakan pidana. Sedangkan pada penyidikan titik berat penekanannya diletakkan pada tindakan “mencari serta mengumpulkan bukti”. Penyidikan bertujuan membuat terang tindak pidana yang ditemukan dan juga menentukan pelakunya. Pengertian penyidikan tercantum dalam Pasal 1 butir 2 KUHAP yakni dalam Bab I mengenai Penjelasan Umum, yaitu: “Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”

Berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 2 KUHAP, unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian penyidikan adalah:

a. Penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang mengandung tindakan-tindakan yang antara satu dengan yang lain saling berhubungan;

b. Penyidikan dilakukan oleh pejabat publik yang disebut penyidik;

c. Penyidikan dilakukan dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

d. Tujuan penyidikan ialah mencari dan mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi, dan menemukan tersangkanya.


(23)

Berdasarkan keempat unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa sebelum dilakukan penyidikan, telah diketahui adanya tindak pidana tetapi tindak pidana itu belum terang dan belum diketahui siapa yang melakukannya. Adanya tindak pidana yang belum terang itu diketahui dari penyelidikannya (Adami Chazawi, 2002: 380-381).

C. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur-unsur Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan, harus juga bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat. Setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar (Barda Nawawi Arief, 1996: 27).

2. Unsur-unsur Tindak Pidana

Peristiwa pidana yang juga disebut tindak pidana (delict) adalah suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan yang dapat dikenakan hukuman pidana. Suatu peristiwa hukum dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana kalau memenuhi unsur-unsur pidananya. Unsur–unsur itu terdiri dari:


(24)

1. Objektif, yaitu suatu tindakan (perbuatan) yang bertentangan dengan hukum dan mengindahkan akibat yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukum. Yang dijadikan titik utama dari pengertian objektif disini adalah tindakannya.

2. Subjektif, yaitu perbuatan seseorang yang berakibat tidak dikehendaki oleh undang-undang. Sifat unsur ini mengutamakan adanya pelaku (seorang atau beberapa orang).

Moeljatno, memakai istilah “perbuatan pidana” untuk menggambarkan isi pengertian strafbaar feit dan beliau mendefinisikannya sebagai suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Beliau tidak setuju dengan istilah “tindak pidana” karena menurut beliau “tindak” lebih pendek daripada perbuatan, “tindak” tidak menunjukkan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan, tetapi hanya menyatakan keadaan konkrit

Dari pengertian tersebut, tindak pidana tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Perbuatan

b. Yang dilarang ( oleh aturan hukum ) c. Ancaman pidana ( bagi yang melanggar )

Dari uraian unsur tindak pidana diatas, maka yang dilarang adalah perbuatan manusia, yang melarang adalah aturan hukum. Berdasarkan uraian kata perbuatan pidana, maka pokok pengertian adalah pada perbuatan itu, tetapi tidak dipisahkan dengan orangnya. Ancaman (diancam) dengan pidana menggambarkan bahwa seseorang itu dipidana karena melakukan perbuatan yang dilarang dalam hukum..


(25)

D. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dan Jenis Tindak Pidana Pencurian

1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian

Pengertian pencurian secara umum adalah mengambil barang milik orang lain.Tindak pidana pencurian merupakan jenis tindak pidana yang terjadi hampir dalam setiap daerah di Indonesia. Pencurian ini perumusannya diatur dalam Pasal 362 KUHP yang menyatakan: “Barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 900,-(sembilan ratus rupiah)”

Unsur- unsurnya adalah sebagai berikut: 1. Perbuatan “mengambil”

2. Yang diambil harus “sesuatu barang”

3. Barang itu harus “seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain”

4. Pengambilan itu harus dengan maksud untuk “memiliki” barang itu dengan “melawan hukum” (melawan hak).

2. Jenis Tindak Pidana Pencurian

Dari pengertian tindak pidana pencurian dan unsur-unsur tindak pidana pencurian menurut KUHP, maka dapat diketahui pula jenis-jenis tindak pidana pencurian yang terdapat dalam KUHP yaitu :


(26)

1. Pencurian Biasa

Pencurian biasa ini perumusannya diatur dalam pasal 362 KUHP yang menyatakan: Barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 900,- (sembilan ratus rupiah)”.

Berdasarkan rumusa pasal 362 KUHP diatas, maka unsur-unsur tindak pidana pencurian (biasa) adalah sebagai berikut:

a. Unsur obyektif, yang meliputi unsur-unsur : 1. mengambil

2. suatu barang

3. yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain b. Unsur subyektifnya, yang meliputi unsur-unsur:

1.dengan maksud

2. untuk memiliki barang/ benda tersebut untuk dirinya sendiri. 3. secara melawan hukum.

Tindak pidana ini oleh pasal 362 KUHP dirumuskan sebagai: mengambil barang, seluruhnya atau ssebagian milik orang lain dengan tujuan memiliknya secara melanggar hukum

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22174/3/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 31 Januari 2012 pukul 23.00).


(27)

2. Pencurian Dengan Pemberatan

Pencurian dengan pemberatan atau pencurian yang dikualifikasikan diatur dalam Pasal 363 dan 365 KUHP. Oleh karena pencurian yang dikualifikasikan tersebut merupakan pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dan dalam keadaan tertentu yang bersifat memberatkan, maka pembuktian terhadap unsure-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan harus diawali dengan membuktikan pencurian dalam bentuk pokoknya.

Dalam Pasal 363 KUHP terdapat unsur-unsur pidananya yaitu : a. Unsur “malam

b. Unsur “dalam sebuah rumah”

c. Unsur“pekarangan tertutup yang ada rumahnya

Dalam pasal 365 terdapat unsur-unsur pidananya yaitu : a. Pencurian, yang

b. Didahului atau disertai atau diikuti c. Kekerasan atau ancaman kekerasan b. Terhadap orang

c. Dilakukan dengan maksud untuk: mempersiapkan, memudahkan, dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri bagi dirinya atau peserta lain, untuk menjamin tetap dikuasainya barang yang dicuri.

3. Pencurian Ringan

Pencurian ringan diatur dalam ketentuan Pasal 364 KUHP yang menyatakan: “Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan 363 KUHP ke-4, begitu juga perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 365 ke-5, apabila tidak dilakukan dalam


(28)

sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika haraga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima rupiah (cetak miring dari penulis),dikenai, karena pencurian ringan, pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak enam puluh rupiah”

Berdasarkan rumusan Pasal 364 KUHP diatas, maka unsur-unsur dalam pencurian ringan adalah:

1. Pencurian dalam bentuknya yang pokok (Pasal 362 KUHP);

2. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau leboh secara bersama-sama (Pasal 363 ayat (1) ke-4 KHUP);

3. Pencurian yang dilakukan dengan membongkar, merusak atau memanjat, dengan anak kunci, perintah palsu atau seragam palsu;

4. Tidak dilakukan dalam sebuah rumah;

5. Tidak dilakukan dalam pekarangan tertutup yang ada rumahnya; dan apabila harga barang yang dicurinya itu tidak lebih dari dua puluh lima rupiah.

E. Pengertian Alat Bukti

Alat bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa.

Menurut Andi Hamzah, alat bukti adalah upaya pembuktian melalui alat-alat yang diperkenankan untuk dipakai membuktikan dalil-dalil atau dalam perkara pidana


(29)

dakwaan di sidang pengadilan misalnya keterangan terdakwa, saksi, ahli, surat dan petunjuk, dalam perkara perdata termasuk persangkaan dan sumpah (Andi, Hamzah, 1996:158)

Alat bukti yang sah diatur dalam pasal 184 KUHAP yaitu : 1. Keterangan saksi;

2. Keterangan ahli; 3. Surat;

4. Petunjuk;


(30)

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah

Metode merupakan cara yang utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, untuk mencapai tingkat ketelitian, jumlah dan jenis yang dihadapi. Akan tetapi dengan mengadakan klasifikasi yang berdasarkan pada pengalaman, dapat ditentukan teratur dan terpikirkannya alur yang runtut dan baik untuk mencapai suatu maksud. Penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, gejala atau hipotesa, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan normatif empiris yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi peraturan perundang-undangan serta penerapannya pada peristiwa hukum.

Tipe penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data yang dinyatakan responden secara lisan atau tulisan, dan juga perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. Pendekatan kualitatif ini di gunakan karena beberapa pertimbangan, antara lain:

a. Metode ini mampu menyesuaikan secara lebih mudah untuk berhadapan denga kenyataan.


(31)

b. Metode ini lebih peka dan lebih mudah menyesuaikan diri dengan banyak penajaman terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

B. Sumber Data dan Jenis Data 1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan terhadap bahan-bahan hukum.

2. Jenis Data

Jenis data dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari lapangan dan data yang diperoleh dari bahan pustaka (Soerjono Soekanto, 1986:11). Jenis data tersebut yaitu :

a. Data Primer

yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan yang terdapat pada lokasi penelitian melalui studi pustaka/dokumen dan atau wawancara.

b. Data Sekunder

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan (Library Research) dengan cara membaca, mengutip, menyalin dan menganalisis berbagai literatur. Data sekunder yang terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum yaitu:


(32)

1. Bahan hukum primer yaitu: norma atau kaidah dasar, peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah: a. Kitab Undang Undang Hukum Pidana;

b. Undang-undang Republik Indonesia No 8 Tahun 1961 tentang Hukum Acara Pidana;

c. Undang Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

2. Bahan Hukum Sekunder yaitu: hasil karya ilmiah dari kalangan hukum, hasil-hasil penelitian, artikel koran dan internet serta bahan lain yang berkaitan dengan pokok bahasan.

3. Bahan hukum tertier, yaitu: bahan yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yakni kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia dan sebagainya.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari unit atau manusia (dapat juga berbentuk gejala atau peristiwa) yang akan diduga dan mempunyai cirri-ciri yang sama (Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004:95).

Dalam hubungannya dengan penulisan skripsi ini yang dijadikan populasi adalah aparat penegak hukum yaitu penyidik kepolisian di Kepolisian Resort Lampung Tengah.


(33)

Sampel adalah sejumlah objek yang merupakan bagian dari populasi serta mempunyai sifat dengan populasi ( Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004 : 96). Sedangkan sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah :

1. Penyidik Kepolisian di Kepolisian Resort

Lampung Tengah = 2 (dua) orang

2. Dosen Fakultas Hukum = 1 (satu) orang

+ Jumlah Responden = 3 (tiga) orang

Sehubungan dengan penelitian yang akan penulis lakukan maka dalam penentuan sampel dan populasi yang akan diteliti menggunakan metode purposive sample, yaitu suatu metode pengambilan anggota sampel berdasarkan atas pertimbangan maksud dan tujuan penelitian (Irawan Soehartono, 1999 : 89).

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penulisan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Studi Kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan


(34)

Perundang-Undangan, majalah-majalah serta dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

b. Wawancara, yaitu: proses pengumpulan data melalui tanya jawab secara langsung dengan sumber data primer.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah diperoleh maka penulis melakukan kegiatan-kegiatan antara lain:

a. Editing yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejalasan dan kebenaran data yang telah diterima serta relevansinya dalam penelitian

b. Klasifikasi data adalah suatu kumpulan data yang diperoleh perlu disusun dalam bentuk logis dan ringkas, kemudian disempurnakan lagi menurut ciri-ciri data dan kebutuhan penelitian yang diklasifikasikan sesuai jenisnya. c. Sistematika data yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai

dengan jenis dan pokok bahasan dengan maksud memudahkan dalam menganalisa data tersebut.

E. Analisis Data

Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh secara sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menggambarkan kenyataan-kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu objek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari


(35)

pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian tersebut. Hasil analisis tersebut interpretasikan guna memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan.


(36)

V. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan maka penulis dapat menarik kesimpulan :

1. Bahwa dactyloscopy (sidik jari) atau ilmu tentang sidik jari memiliki fungsi penting dalam proses penyidikan pada perkara tindak pidana pencurian, dengan bantuan sidik jari proses penyidikan dapat berjalan dengan baik untuk mempermudah menemukan tersangkanya, hal ini dikarenakan sidik jari manusia tidak akan ada yang sama sekalipun saudara kembar jadi sudah dipastikan hanya milik satu orang. Jika tersangka atau orang yang dicurigai sebagai tersangka dibandingkan dengan sidik jari yang tertinggal di tempat kejadian perkara, dan terdapat 11 titik persamaan maka sudah dipastikan identik dan sidik jari itu milik tersangka. Dactyloscopy(sidik jari) merupakan science investigationdimana merupakan alat bukti yang sah yaitu sebagai alat bukti keterangan ahli sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP dan akan menjadi pertimbangan hakim pada saat proses persidangan.

2. Faktor penghambat proses penyidikan pada perkara tindak pidana pencurian dengan bantuan ilmudactyloscopy(sidik jari) adalah :


(37)

a. Faktor Hukum

Bahwa belum adanya ketentuan yang mewajibkan penyidikan harus menggunakan dactyloscopy (sidik jari) hanya kewenangan untuk pengambilan sidik jari yang diatur oleh undang-undang seperti disebut dalam Pasal 15 ayat 1 huruf h Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia. Maka dari itu hal ini menyebabkan penyidik kepolisian seringkali mengabaikan penggunaan sidik jari dalam proses penyidikan dikarenakan pengaturan undang-undang hanya mengatur kewenangan pengambilan sidik jari saja bukan mengharuskan penyidik untuk menggunakan ilmu bantu dactyloscopy (sidik jari) dalam setiap proses penyidikan.

b. Faktor Aparat Penegak Hukum

Bahwa minimnya pngetahuan penyidik tentang dactyloscopy (sidik jari) merupakan salah satu faktor penghambat penyidikan meggunakan identifikasi sidik jari yang terladang justru penyidik sendiri yang merusak sidik jari saat olah tempat kejadian perkara dikarenakan penyidik yang kurang memahami arti penting dactyloscopy (sidik jari) saat proses penyidikan. Hal ini dikarenakan dari tujuh orang anggota unit identifikasi sidik jari di Polres Lampung Tengah hanya tiga orang anggota yang benar-benar memahami dan mengerti tentang arti penting sidik jari dalam proses penyidikan.


(38)

c. Faktor masyarakat

Bahwa sangat kurangnya pengetahuan masyarakat tentang arti penting tempat kejadian perkara bagi penyidik saat proses penyidikan menggunakan identifikasi kurang dimengerti oleh masyarakat, terkadang justru masyrakat yang merusak tempat kejadian perkara sehingga otomatis sidik jari yang tertinggal akan ikut rusak dan hal itu menghambat proses penyidikan.

B. Saran

Adapun saran-saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan pihak kepolisian sebagai penyidik lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang dactyloscopy (sidik jari) agar dapat mempermudah proses penyidikan.

2. Menjalin hubungan yang baik antara pihak kepolisian dengan masyarakat dengan cara memberikan pengetahuan tentang pentingnya tempat kejadian perkara agar masyrakat memahami pentingnya tempat kejadian perkara bagi penyidik dalam proses penyidikan.

3. Bahwa dalam menggunakan identifikasi sidik jari jangan hanya setengah-setengah dalam proses penyidikan, dan sudah saatnya dactyloscopy (sidik jari) diatur dengan tegas untuk dapat wajib digunakan dalam proses penyidikan dalam kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana agar memiliki landasan yuridis yang pasti.


(39)

(Skripsi)

Oleh

RICKY ANGGARA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(40)

I. PENDAHULUAN Halaman

A. Latar Belakang ... .... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup...…6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...….6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual...….8

E. Sistematika Penulisan ... .. 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. DactyloscopySebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penegakan Hukum...15

B. Pengertian Penyidik dan Penyidikan dalam KUHAP ... ...19

1. Pengertian Penyidik ... .. 19

2. Pengertian Penyidikan ... .. 19

C. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur-unsur Tindak Pidana ... .. 21

1. Pengertian Tindak Pidana……….…..21

2. Unsur-unsur Tindak Pidana………... ……….... 21 D. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dan Jenis Tindak Pidana Pencurian...…….…… 23 1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian………. . . . .………...23 2. Jenis Tindak Pidana Pencurian………...……….………23

E. Pengertian Alat Bukti………..………….………….….………. 26 III. METODE PENELITIAN a. Pendekatan Masalah ... ...28

b. Jenis dan Sumber Data ... ...29


(41)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Karakteristik Responden ... 34 b. FungsiDactyloscopyBagi Penyidik Dalam Proses Penyidikan

Pada Perkara Tindak Pidana Pencurian ……….………. 35 c. Faktor penghambat penyidikan perkara tindak pidana pencurian

dengan menggunakan ilmu bantu dactyloscopy ... 49

V. PENUTUP

a. Kesimpulan ... 54 b. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(42)

Amirudin dan Asikin, Zainal. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Hukum. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Barda Nawawi Arief, 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung:PT Citra Aditya Bhakti

Chazawi, Adam, 2002, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Radja Giafindo Persada, Jakarta.

Hamzah, Andi. 1996. Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Koesparmono Irsan. 2007.Ilmu Kedokteran Kehakiman.Jakarta

Kunarto. 1997.Perilaku Organisasi Polri. Jakarta. Cipta Manunggal.

M. Faal. 1991. Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi (Diskresi Kepolisian). Jakarta: Pradnya

Marbun, B.N. 2006.Kamus Hukum Indonesia. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Moelyatno, 1982,Azas-Azas Hukum Pidana,Bina Aksara, Jakarta

Sarwono. S.W. 1997.Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Hal: 313 Soehartono, Irawan. 1997.Metode Penelitian Sosial. Alumni. Bandung Soerjono Soekamto, 1984Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Sinar Baru Soerjono Soekamto, 1986.Pengantar Penelitian Hukum, UI Press: Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002, Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,Fokus Media, Bandung.

(http://www humaspoldametrojaya.blogspot.com diakses pada tanggal 25 Januari 2012 pukul 19.00).


(43)

16.00).

(http://www.endradharmalaksana.com/content/view/252/46/lang,indonesia/ diakses tanggal 30 Januari 2012 pukul 13.15).

(http:// blogspot.com/2011/12/sejarah-ditemukannya-sidik-jari.html diakses pada tanggal 2 Januari 2012 pukul 20.00).


(44)

i

Oleh

RICKY ANGGARA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(45)

ii

TINDAK PIDANA PENCURIAN

Nama Mahasiswa :RICKY ANGGARA

No. Pokok Mahasiswa : 0812011267

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Tri Andrisman, S.H., M.H. NIP.196112131 198903 1 023

Firganefi, S.H., M.H. NIP. 19611231 198903 2 023

2. Ketua Bagian Hukum Pidana,

Diah Gustiniati, S.H., M.H. NIP.19620817 198703 2 003


(46)

iii

1. Tim Penguji

Ketua :Tri Andrisman, S.H., M.H. ………

Sekretaris/Anggota :Firganefi, S.H., M.H. ………

Penguji Utama :Gunawan Jatmiko, S.H., M.H. ………

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP. 19621109 198703 1 003


(47)

iv

Penulis dilahirkan di Kotagajah pada tanggal 31 Juli 1990, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Aprial Mansyah dan Ibu Sri Wahyuni.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Pertiwi Kotagajah Lampung Tengah pada Tahun 1995, Sekolah Dasar Negeri 03 Kotagajah pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 di Kotagajah pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Kotagajah pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguran Tinggi Negri (SNMPTN) dan lolos seleksi sebagai mahasiswa pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Selama menjadi Mahasiswa, penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Tanjung Rusia Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu. Penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Pidana Mahasiswa (Hima Pidana) periode 2011-2012 sebagai Kabid Advokasi.


(48)

v

Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.

(Kahlil Gibran)

Aku Berpikir karena itu aku ada (Rene Descartes)

Allah mencintai orang yang cermat dalam meneliti soal-soal yang meragukan dan yang tidak membiarkan akalnya dikuasai oleh nafsunya

(Nabi Muhammad Saw)

Mulailah menggarap sedikit demi sedikit ide yang ada dalam pikiran Anda, jangan jadikan ide tersebut hanya sebatas wacana.


(49)

vi

Dengan penuh rasa syukur,

Ku persembahkan karya sederhana ini kepada : Ayah dan Ibu tercinta Aprial Mansyah dan Sri Wahyuni yang telah membesarkanku, membimbingku, menasehatiku,

menegurku ketika aku salah dan senantiasa mendoakan keberhasilanku

Adikku Egy Rinaldi dan Muhamad Rafi Matin yang kusayangi

THANK YOU TO Almamater Tercinta


(50)

vii

Alhamdulillahirabbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, sebab hanya dengan kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis Fungsi Ilmu Bantu Dactyloscopy(sidik jari) dalam Proses Penyidikan Pada Perkara Tindak Pidana Pencurian, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyusunan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., MH., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, sekaligus dosen Pembimbing II yang telah memberikan masukan, saran, pengarahan, kesabaran dan waktu yang sangat berharga dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesain skripsi.


(51)

viii

yang tepat untuk skrpisi ini

5. Bapak Gunawan Jatmiko, SH, MH, selaku Pembahas I, yang telah memberikan masukan-masukan serta saran dalam pembuatan skripsi ini. 6. Bapak Budi Rizki Husin, SH., MH., selaku pembahas II, yang telah

memberikan masukan dalam pembuatan skripsi ini.

7. Bapak sukidi selaku tim Unit Identifikasi Sidik Jari Polres Lampung Tengah yang telah memberikan informasi dan data dalam pembuatan skripsi ini. 8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan

ilmu kepada penulis selama menempuh studi.

9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi.

10. Kedua orang tua, ayahanda Aprial Mansyah dan ibunda Sri wahyuni, adinda Egy Rinaldi, adinda Muhamad Rafi Matin, Kakek, Nenek, uwak lis,uwak lin om Jon, te Rini, om Adi, te Ana, Bude nining, pa’de tris, bude Rita, om Ris, om Pray, om Lis dan kedua Almarhum Mbahku yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, semangat bantuan moril dan materiil serta doa yang tiada henti sampai penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat Lapangan Hijau Tirta Halim SH (playboy I), Dimas saputra (paskas), Yudha (casilas), Aldi (BP), Rendi (chin), Tiko (Tha), Anjar (playboy II),

Anggun, Pa’o (mament), hapyy, Rio, Iyus, Njon, Edwin yang telah memberikan arti dan warna dalam persahabatan penulis selama masa studi.


(52)

ix

13. Teman-teman penghuni Vila Biru: Edho (do’fie’tam), Njon, Rendi, Edwin, Yoga, Dwi, Tuntas dan Ferdinan yang telah menemani hari-hari ku dengan keberisikan dan candaan gak masuk akal.

14. Seluruh Teman-teman Fakultas Hukum: Jalewangan, Syendro Eka, Tomy wao, Wahbi (udin), Tomy Barong, Yogi, Rizki (cici), Kamal (aserehe), Herdi, ferdi, Rendi, Dery (rarung) , mbul , Rangga (sumpuk), Ronald, Ike, Mario, fery dan teman-teman angkatan 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas kebersamaan selama menempuh studi serta dorongan semangat dan motivasi.

15. Resiana Artiara SH terimakasih atas waktu dan kesetiaanya.

16. Teman-teman KKN Tanjung Rusia, Jesyka Mutiara Yudha, Roni Hotman, M Arifin Muin, Nidya Isca Agustin, Elisabeth, Sahridi, Richard yang telah mendukung dalam pembuatan skripsi ini.

17. Sepupuku kak Dita, Kak Saal, Willy, Wike, Ayu, Deby, Vio, Gagah, Citra, Rafi, Kevin, Dzeko, Zie, kak opa, Mudin, dhe dhe, dian, Gilang, riko, egit terimakasih atas kasih sayangnya.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu .

Semoga Allah SWT senantiasa merahmati dan memberkahi nama orang-orang yang saya sebutkan di atas. Amiin Yaa Rabbal Aalamin.

Bandar Lampung, 21 Mei 2012 Penulis


(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotagajah pada tanggal 31 Juli 1990, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Aprial Mansyah dan Ibu Sri Wahyuni.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Pertiwi Kotagajah Lampung Tengah pada Tahun 1995, Sekolah Dasar Negeri 03 Kotagajah pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 di Kotagajah pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Kotagajah pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguran Tinggi Negri (SNMPTN) dan lolos seleksi sebagai mahasiswa pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Selama menjadi Mahasiswa, penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Tanjung Rusia Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu. Penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Pidana Mahasiswa (Hima Pidana) periode 2011-2012 sebagai Kabid Advokasi.


(2)

MOTTO

Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.

(Kahlil Gibran)

Aku Berpikir karena itu aku ada (Rene Descartes)

Allah mencintai orang yang cermat dalam meneliti soal-soal yang meragukan dan yang tidak membiarkan akalnya dikuasai oleh nafsunya

(Nabi Muhammad Saw)

Mulailah menggarap sedikit demi sedikit ide yang ada dalam pikiran Anda, jangan jadikan ide tersebut hanya sebatas wacana.


(3)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur,

Ku persembahkan karya sederhana ini kepada : Ayah dan Ibu tercinta Aprial Mansyah dan Sri Wahyuni yang telah membesarkanku, membimbingku, menasehatiku,

menegurku ketika aku salah dan senantiasa mendoakan keberhasilanku

Adikku Egy Rinaldi dan Muhamad Rafi Matin yang kusayangi

THANK YOU TO Almamater Tercinta


(4)

SAN WACANA

Alhamdulillahirabbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab hanya dengan kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis Fungsi Ilmu Bantu Dactyloscopy(sidik jari) dalam

Proses Penyidikan Pada Perkara Tindak Pidana Pencurian, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyusunan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., MH., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Lampung, sekaligus dosen Pembimbing II yang telah memberikan masukan, saran, pengarahan, kesabaran dan waktu yang sangat berharga dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesain skripsi.


(5)

4. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan masukan-masukan yang berarti dan juga waktu serta pengarahan yang tepat untuk skrpisi ini

5. Bapak Gunawan Jatmiko, SH, MH, selaku Pembahas I, yang telah memberikan masukan-masukan serta saran dalam pembuatan skripsi ini. 6. Bapak Budi Rizki Husin, SH., MH., selaku pembahas II, yang telah

memberikan masukan dalam pembuatan skripsi ini.

7. Bapak sukidi selaku tim Unit Identifikasi Sidik Jari Polres Lampung Tengah yang telah memberikan informasi dan data dalam pembuatan skripsi ini. 8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan

ilmu kepada penulis selama menempuh studi.

9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi.

10. Kedua orang tua, ayahanda Aprial Mansyah dan ibunda Sri wahyuni, adinda Egy Rinaldi, adinda Muhamad Rafi Matin, Kakek, Nenek, uwak lis,uwak lin om Jon, te Rini, om Adi, te Ana, Bude nining, pa’de tris, bude Rita, om Ris, om Pray, om Lis dan kedua Almarhum Mbahku yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, semangat bantuan moril dan materiil serta doa yang tiada henti sampai penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat Lapangan Hijau Tirta Halim SH (playboy I), Dimas saputra (paskas), Yudha (casilas), Aldi (BP), Rendi (chin), Tiko (Tha), Anjar (playboy II), Anggun, Pa’o (mament), hapyy, Rio, Iyus, Njon, Edwin yang telah


(6)

12. Sahabat penaku M Insan Kamil Nasution, atas kebohongan dan loyalitasnya dalam menemani penulis menyelesaikan skripsi.

13. Teman-teman penghuni Vila Biru: Edho (do’fie’tam), Njon, Rendi, Edwin, Yoga, Dwi, Tuntas dan Ferdinan yang telah menemani hari-hari ku dengan keberisikan dan candaan gak masuk akal.

14. Seluruh Teman-teman Fakultas Hukum: Jalewangan, Syendro Eka, Tomy wao, Wahbi (udin), Tomy Barong, Yogi, Rizki (cici), Kamal (aserehe), Herdi, ferdi, Rendi, Dery (rarung) , mbul , Rangga (sumpuk), Ronald, Ike, Mario, fery dan teman-teman angkatan 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas kebersamaan selama menempuh studi serta dorongan semangat dan motivasi.

15. Resiana Artiara SH terimakasih atas waktu dan kesetiaanya.

16. Teman-teman KKN Tanjung Rusia, Jesyka Mutiara Yudha, Roni Hotman, M Arifin Muin, Nidya Isca Agustin, Elisabeth, Sahridi, Richard yang telah mendukung dalam pembuatan skripsi ini.

17. Sepupuku kak Dita, Kak Saal, Willy, Wike, Ayu, Deby, Vio, Gagah, Citra, Rafi, Kevin, Dzeko, Zie, kak opa, Mudin, dhe dhe, dian, Gilang, riko, egit terimakasih atas kasih sayangnya.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu .

Semoga Allah SWT senantiasa merahmati dan memberkahi nama orang-orang yang saya sebutkan di atas. Amiin Yaa Rabbal Aalamin.

Bandar Lampung, 21 Mei 2012 Penulis